3. AwalMula KerajaanMataramIslam
Lahirnya Mataram Islam berkaitan dengan perkembangan kerajaan
Pajang. Sebelum menjadi raja Pajang dengan gelar Sutan Hadiwijaya (1546-
1586), Joko Tingkir atau Mas Karebet harus berperang melawan Adipati
Jipang yang bernama Arya Penangsang. Joko Tingkir dapat mengalahkan
Arya Penangsang berkat bantuan Danang Sataujaya. Namun, kemenangan
itu terjadi karena strategi bagus yang diberikan oleh ayah Danang Sataujaya
(yaitu Ki Ageng Pemanahan) dan tokoh lainnya yang bernama Penjawi. Oleh
karena itu, Sutan Hadiwijaya memberi hadiah tanah Mentaok (sekitar Kota
Gede Yogyakarta) kepada Ki Ageng Pemanahan. Kemudian, Ki Ageng
Pemanahan membangun Mentaok menjadi sebuah Kadipaten yang berada
di bawah kekuasaan Pajang.
Danang Sataujaya (putra Ki Ageng Pemanahan) menjadikan Kadipaten
yang dibangun ayahnya itu menjadi sebuah kerajaan baru yang bernama
Mataram Islam. Saat itu, setelah Sutan Hadiwijaya wafat, Pajang merosot.
Danang menjadi raja pertama Mataram dengan gelar Panembahan Senopati
(1584-1601). Selama masa kepemimpinanya, semua daerah di Jawa bagian
tengah dan timur (kecuali Blambangan) berhasil ia taklukkan.
4. Raja-Raja yang Berkuasa diKerajaan Mataram
Islam
1. KiAgengPamanahan( KiGedePamanahan)
2. Sutawijaya( Danangsutawijaya)
3. RadenMasJolang( PanembahanHanyakrawati/ Sri Susuhunan
AdiPrabu HanyakrawatiSenapati-ing-NgalagaMataram)
4. RadenMas Rangsang(Sultan AgungAdiPrabu
Hanyakrakusuma )( RadenMasJatmika)
5. AmangkuratI (Sri Susuhunan AmangkuratAgung)
6. AmangkuratII (RadenMas Rahmat)
7. AmangkuratIII (RadenMasSutikna )
5. Sejarah Kerajaan Mataram
1. Mitos Wahyu Keprabon
Dinasti Mataram Islam sesungguhnya berawal dari keluarga petani, begitulah yang
tertulis pada Babad Tanah Jawi. Kisahnya berlangsung di pinggiran Kali Opak, di
Yogyakarta sekarang. Suatu hari, adalah seorang petani bernama Ki Ageng Giring.
Sementara ia mencangkul di ladang, tiba-tiba ada kelapa muda jatuh lalu terdengar
suara; “barangsiapa minum air kelapa muda ini, ia dan keturunannya bakal berkuasa di
Tanah Jawa”. Konon “wahyu keprabon” yang ada dalam kelapa muda itu adalah sabda
wali terkenal di Jawa, Sunan Kalijaga. Ki Ageng Giring lalu membawa pulang cengkir
(kelapa muda) yang masih hijau segar itu. Namun ia tak bisa segera meminumnya,
karena pada saat itu ia sedang tirakat berpuasa, hingga kemudian ia pergi
membersihkan diri di sungai. Tak lama kemudian datang sahabatnya, Ki Gede
Pemanahan bertamu. Melihat kelapa muda tergeletak, tamu yang haus itupun segera
meminumnya. Pada tetes terakhir Ki Ageng Giring muncul. Ia melihat air kelapa muda
itu telah terminum oleh orang lain. Ia sangat menyesal dan kecewa. Tapi apa daya, ia
hanya bisa meminta, agar sewaktu-waktu kelak, sesudah keturunan Gede Pemanahan
yang ketujuh, keturunannya lah yang akan menggantikan menguasai Jawa”.
6. 2. Hadiah Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan
Pajang
Setelah Demak mengalami kemunduran, ibu kotanya dipindahkan ke Pajang dan
mulailah pemerintahan Pajang sebagai kerajaan. Kerajaan ini terus mengadakan
ekspansi ke Jawa Timur dan juga terlibat konflik keluarga dengan Arya Penangsang dari
Kadipaten Jipang Panolan. Setelah berhasil menaklukkan Aryo Penangsang, Sultan
Hadiwijaya (1550-1582), raja Pajang memberikan hadiah kepada 2 orang yang
dianggap berjasa dalam penaklukan itu, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Ki
Ageng Pemanahan memperoleh tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh
tanah di Pati.
Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur,
bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang
sebagai atasannya. Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575 ia digantikan
putranya, Danang Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar.
Sutawijaya kemudian berhasil memberontak pada Pajang. Setelah Sultan Hadiwijaya
wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri sebagai raja Mataram dengan gelar
Panembahan Senapati. Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian daari
Mataram yang beribukota di Kotagede.
Selama pemerintahannya boleh dikatakan terus-menerus berperang menundukkan
bupati-bupati daerah. Kasultanan Demak menyerah, Panaraga, Pasuruan, Kediri,
Surabaya, berturut-turut direbut. Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya.
8. Masa KejayaanKerajaanMataramIslam
MataramIslammencapaipuncakkejayaannya padajaman
SultanAgungHanyokrokusumo(1613-1646).Daerah
kekuasaannyamencakupPulau Jawa(kecualiBanten dan
Batavia),Pulau Madura, dan daerah Sukadana diKalimantan
Barat.Pada waktuitu,BataviadikuasaiVOC (VereenigdeOost
IndischeCompagnie) Belanda.KekuatanmiliterMataramsangat
besar. SultanAgungyang sangatantikolonialismeitu menyerang
VOC diBataviasebanyakduakali(1628 dan 1629). Menurut
Moejantosepertiyang dikutipolehPurwadi(2007), Sultan Agung
memakaikonseppolitikkeagungbinataranyangberartibahwa
kerajaanMataramharus berupaketunggalan,utuh,bulat,tidak
tersaingi,dantidakterbagi-bagi.
9. KehidupanPolitik
1.Sutawijaya ( Danang sutawijaya )
Sutowijoyo mengangkat dirinya sebagai raja Mataram dengan gelar
Panembahan Senopati (1586-1601) dengan ibukota kerajaan di
Kota Gede. Tindakan-tindakan penting yang dilakukan adalah
meletakkan dasar-dasar Kerajaan Mataram dan berhasil
memperluas wilayah kekuasaan ke timur, Surabaya, Madiun dan
Ponorogo, dan ke barat menundukkan Cirebon dan Galuh.
2. Raden Mas Jolang
Pengganti Panembahan Senopati adalah Mas Jolang. Ia gugur di
daerah Krapyak dalam upaya memperluas wilayah, sehingga
disebut Panembahan Seda Krapyak
.
10. 3. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma
)
Raja terbesar Kerajaan Mataram ialah Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung
Hanyokrokusumo (1613-1645). Sultan bercita-cita: (1) mempersatukan
seluruh Jawa di bawah kekuasan Mataram dan (2) mengusir kompeni (VOC)
dari Batavia. Masa pemerintahan Sultan Agung selama 32 tahun dibedakan atas
dua periode, yaitu masa penyatuan negara dan masa pembangunan. Masa
penyatuan negara (1613-1629) merupakan masa peperangan untuk
mewujudkan cita-cita menyatukan seluruh Jawa. Sultan Agung menundukkan
Gresik, Surabaya, Kediri, Pasuruan dan Tuban, selanjutnya Lasem, Pamekasan,
dan Sumenep. Dengan demikian seluruh Jawa telah tunduk di bawah Mataram,
dan luar Jawa kekuasaan meluas sampai Palembang, Sukadana (Kalimantan),
dan Goa
11. Setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Cirebon berhasil dikuasai, Sultan Agung
merencanakan untuk menyerang Batavia. Serangan pertama dilancarkan pada bulan
Agustus 1628 di bawah pimpinan Bupati Baurekso dari Kendal dan Dipati Ukur dari
Sumedang. Batavia dikepung dari darat dan laut selama 2 bulan, namun tidak mau
menyerah bahkan sebaliknya akhirnya tentara Mataram terpukul mundur. Dipersiapkan
serangan yang kedua dan dipersiapkan lebih matang dengan membuat pusat-pusat
perbekalan makanan di Tegal, Cirebon dan Krawang serta dipersiapkan angkatan laut.
Serangan kedua dilancarkan bulan September 1629 di bawah pimpinan Sura Agul-Agul,
Mandurarejo, dan Uposonto. Namun nampaknya VOC telah mengetahui lebih dahulu
rencana tersebut, sehingga VOC membakar dan memusnahkan gudang-gudang
perbekalan. Serangan ke Batavia mengalami kegagalan, karena kurangnya perbekalan
makanan, kalah persenjataan, jarak Mataram–Jakarta sangat jauh, dan tentara Mataram
terjangkit wabah penyakit
Setelah Sultan Agung meninggal, penetrasi politik VOC di Mataram makin kuat. Akibat
campur tangan VOC dan adanya perang saudara dalam memperebutkan takhta
pemerintahan menjadikan kerajaan Mataram lemah dan akhirnya terpecah-pecah
menjadi kerajaan kecil.
12. Perseturuan antara Paku Buwono II yang dibantu Kompeni dengan Pangeran
Mangkubumi dapat diakhiri dengan Perjanjian Giyanti tanggal 13 Februari 1755 yang
isinya Mataram dipecah menjadi dua, yakni:
1.Mataram Barat yakni KesultananYogakarta, diberikan kepada Mangkubumi dengan
gelar Sultan Hamengku Buwono I.
2.Mataram Timur yakni Kasunanan Surakarta diberikan kepada Paku Buwono III.
Selanjutnya untuk memadamkan perlawanan Raden Mas Said diadakan Perjanjian
Salatiga, tanggal 17 Maret 1757, yang isinya Surakarta dibagi menjadi dua, yakni:
1.Surakarta Utara diberikan kepada Mas Said dengan gelar Mangkunegoro I, kerajaannya
dinamakan Mangkunegaran.
2Surakarta Selatan diberikan kepada Paku Buwono III kerajaannya dinamakan
Kasunanan Surakarta.
Pada tahun 1813 sebagian daerah Kesultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku Alam
selaku Adipati. Dengan demikian kerajaan Mataram yang satu, kuat dan kokoh pada masa
pemerintahan Sultan Agung akhirnya terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil,
yakni:
Kerajaan Yogyakarta
Kasunanan Surakarta
Pakualaman
Mangkunegaran
13. Kehidupan Ekonomi
Letak geografisnya yang berada di pedalaman didukung tanah
yang subur, menjadikan kerajaan Mataram sebagai daerah
pertanian (agraris) yang cukup berkembang, bahkan menjadi
daerah pengekspor beras terbesar pada masa itu. Rakyat Mataram
juga banyak melakukan aktivitas perdagangan laut. Hal ini dapat
terlihat dari dikuasainya daerah-daerah pelabuhan di sepanjang
pantai Utara Jawa. Perpaduan dua unsur ekonomi, yaitu agraris
dan maritim mampu menjadikan kerajaan Mataram kuat dalam
percaturan politik di nusantara.
14. Kehidupan Sosial-Budaya
Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang antara lain seni
tari, seni pahat, seni sastra dan sebagainya. Di samping itu muncul Kebudayaan
Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayan asli, Hindu, Buddha
dengan Islam. Upacara Grebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek
moyang berupa kenduri gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman
Majapahit dijatuhkan pada waktu perayaan hari besar Islam, sehingga muncul
Grebeg Syawal pada hari raya idul Fitri.; Grebeg Maulud pada bulan Rabiulawal.
Hitungan tahun yang sebelumnya merupakan tarikh Hindu yang didasarkan pada
peredaran matahari (tarikh Samsiah) dan sejak tahun 1633 diubah menjadi
tarikh Islam yang berdasarkan pada peredaran bulan (tarikh Kamariah). Tahun
Hindu 1555 diteruskan dengan perhitungan baru dan dikenal dengan Tahun
Jawa.
Adanya suasana yang aman, damai dan tenteram, maka berkembang juga
Kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang Kitab Sastra Gending yang
berupa kitab filsafat. Demikian juga muncul kitab Nitisruti, Nitisastra, dan
Astabrata yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada kitab Ramayana.
15. KeruntuhanMataram
Keruntuhan kerajaan Mataram di sebabkan beberapa faktor:
1. Setelah Sultan Agung meninggal tidak ada pengganti yang
lebih cakap
2. Adanya permusuhan antara permusuhan Putra Mahkota
(Amangkurat II) terhadap ayahnya
3. Adanya serangan dari VOC
17. Sumber- Sumber Berita:
a. Babad Tanah Djawi
b. Babad Meinsma
c. Serat Kandha
d. Serat Centini
e. Serat Cabolek
Serat Cabolek juga merupakan karya dari Kyai Yasadipura I dan ditulis sejaman denga
Serat Centini. Dengan mengambil latar belakang Kerajaan Mataram Kartasura masa
pemerintahan Sunan Amangkurat IV (1719-1726) dan putranya Sunan Paku Buwana II
(1729-1749), Serat Cabolek bercerita tentang kisah Haji Ahmad Mutamakin dari Desa
Cabolek, Tuban (ada yang menyebut berasal dari Pati) yang diadili oleh Ulama Mataram
karena sikap keagamaannya. Dalam serat cabolek ini digambarkan tentang sikap
keagamaan masyarakat Keraton Surakarta yang lebih menekankan pada ajaran syariah.
f. Serat Dharma Wirayat yang sangat populer sebagai karya Sri Paku Alam III.
g. Serat Nitipraja
h. Babad Sangkala
i. Babad Sankalaniang Momana
j. Sadjarah Dalem
18. II. Seni dan Tradisi:
a. Sastra Ghending karya Sultan Agung
b. Tahun Saka
Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan
perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan
c. Kerajinan Perak
Perak Kotagede sangat terkenal hingga ke mancanegara, kerajinan ini warisan dari orang-
orang Kalang.
d. Kalang Obong
Upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini seperti Ngaben di Bali, tetapi upacara
Kalang Obong ini bukan mayatnya yg dibakar melainkan pakaian dan barang-barang
peninggalannya
19. e. KUE KIPO
Makanan tradisional ini sangat khas dan hanya ada di Kotagede, terbuat dari kelapa, tepung, dan
gula merah.
f. Pertapaan Kembang Lampir
Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar,
Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng
Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.
20. III. Bangunan- Bangunan, Benda Pusaka, dan Lainnya:
1. Segara Wana dan Syuh Brata
Adalah meriam- meriam yang sangat indah yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak
Belanda) atas perjanjiannya dengan Sultan Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di
depan keraton Surakarta dan merupakan meriam yang paling indah di nusantara.
21. 2. Puing - puing / candi- candi Siwa dan Budha di daerah aliran Sungai Opak dan Progo
yang bermuara di Laut Selatan.
3. Batu Datar di Lipura yang tidak jauh di barat daya Yogyakarta
4. Baju “keramat” Kiai Gundil atau Kiai Antakusuma
5. Masjid Agung Negara
Masjid Agung dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
22. 6. Masjid Jami Pakuncen
Masjid Jami Pekuncen yang berdiri di Tegal Arum, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah,
merupakan salah bangunan peninggalan Islam yang dibuat Sunan Amangkurat I sebagai
salah satu tempat penting untuk penyebaran Islam kala itu.
7. Gerbang Makam Kota Gede
Gerbang ini adalah perpaduan unsur bangunanHindu dan Islam.