SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  71
Télécharger pour lire hors ligne
PENGARUH PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN FOSFAT
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIJI
KEDELAI (Glycine max (L) Merril)
SKRIPSI
OLEH
FITRI HADIRAH
NPM. 0801000505
Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana S1 pada Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih
Takengon
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GAJAH PUTIH
TAKENGON 2011
SKRIPSI
PENGARUH PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN FOSFAT
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIJI
KEDELAI (Glycine max (L) Merril)
Disusun Oleh
FITRI HADIRAH
NPM. 0801000505
Telah Dipertahankan Di depan Dewan
Komisi Penguji pada Tanggal 16 Juli 2011
Dan Dinyatakan Telah Lulus Memenuhi Syarat
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
Pembimbing
Ketua
Ir. MASNA MANURUNG. MP
NIDN. 0114116701
Pembimbing
Anggota
HAIRUNNAS. SP
NIDN. 010202671
Mengetahui Ketua
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih
Takengon
Ir. MASNA MANURUNG. MP
NIDN. 0114116701
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
NAMA : FITRI HADIRAH
NPM : 080 1000 505
PRODI : Agroteknologi
FAKULTAS : PERTANIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi yang berjudul
Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan Fosfat terhadap pertumbuhan dan
Produksi biji Kedelai (Glycine max (L) Merril) tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar saya bersedia mendapatkan sangsi dari pihak
akademis.
Takengon, Juli 2011
F I T R I H A D I R A H
NPM . 080 1000 505
RIWAYAT HIDUP
Fitri hadirah, dilahirkan di Aceh Tengah pada
tanggal 5 september 1987, merupakan anak
pertama dari 2 (dua) bersaudara, dari Pasangan
Bapak Yakup dan Ibu Djaimah, Beragama Islam.
Penulis tamat Sekolah Dasar Negeri di Merah
Mege Kecamatan Atu Lintang pada tahun 2000,
kemudian menyelesaikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama di SMP Negeri 20 Takengon Kecamatan Atu Lintang pada
tahun 2003, menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di SMK Negeri 2
Takengon Kecamatan Pegasing pada tahun 2006, dan pada tahun itu juga
penulis meneruskan pendidikan program Strata Satu di Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih Takengon Aceh
Tengah.
RINGKASAN
Fitri Hadirah. ”Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan Fosfat
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Biji Kedelai (Glycine max (L) Merril)”,
penelitian ini dibimbing oleh Masna Manurung sebagai pembimbing ketua
dan Hairunnas sebagai pembimbing anggota.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pengapuran dan pemupukan fosfat serta interaksi antara pengapuran dan
pemupukan fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi biji kedelai.
Penelitian ini dilakukan di Kampung Isaq, Kecamatan Linge,
Kabupaten Aceh Tengah pada Tanggal 13 Oktober 2010 sampai 16
Februari 2011.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah faktorial berdasarkan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor
pertama adalah level dosis pengapuran (D) terdiri dari 4 taraf : D0 ; kontrol,
D1 ; 1 ton/Ha = 100 gram/plot, D2 ; 1.5 ton/Ha = 150 gram/plot, D3 ; 2 ton/Ha
= 200 gram/plot. Faktor kedua adalah level pemupukan fosfat (P) terdiri
dari 3 taraf : P1 ; 75 Kg/Ha = 7.5 gram/plot, P2 ; 150 Kg/plot = 15 gram/plot
dan P3 ; 225 Kg/plot = 22,5 gram/plot.
Hasil uji F pada analisis sidik ragam pengapuran berpengaruh
sangat nyata terhadap produksi biji kedelai. Namun, tidak berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan tanaman, hal ini disebabkan kurangnya dosis
kapur pada pH yang sangat rendah dan sulit terjadi reaksi kapur pada
tanah liat. Hasil yang terbaik di jumpai pada perlakuan D3 (2 ton/Ha = 200
gram/plot)
Pemupukan fosfat berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan
pada umur 30 hst, 45 hst dan 60 hst. Namun, tidak berpengaruh nyata
pada umur 15 hst, hal ini disebabkan belum terjadi reaksi pupuk fosfat
secara sempurna pada umur 15 hst, serta berpengaruh sangat nyata
terhadap produksi biji kedelai. Hasil yang terbaik dijumpai pada perlakuan
P3 (225 Kg/Ha = 22.5 gram/plot).
Tidak terdapat interaksi yang nyata antara pengapuran dan
pemupukan fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan laporan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan Fosfat terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Biji Kedelai (Glycine max (L) Merril)”,
dapat terselesaikan.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih Takengon.
Penulis juga menyadari adanya bantuan dan bimbingan serta kerja
sama penulis dengan berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah mendoakan membiayai,
mendidik dan atas kasih sayangnya. Keponakanku Loly yang
memberikan dorongan dan semangat, beserta seluruh keluarga
yang telah memberikan dukungan serta motivasi dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
2. Ibu Ir. Masna Manurung. MP selaku Pembimbing utama yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga
selesai.
3. Ibu Hairunnas. SP selaku Pembimbing Pendamping yang telah
membimbing pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini
hingga selesai.
4. Dosen Penguji, terimakasih karena telah berkenan menguji dan
memberikan kesempatan penulis untuk mempertahankan
argumen dan juga memberikan banyak koreksi sehingga Sarjana
Pertanian yang penulis sandang menjadi pantas dibanggakan.
5. Civitas Akademika Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian
Universitas Gajah Putih.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
yang memerlukan.
Takengon, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. i
PERNYATAAN................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................. iii
RINGKASAN....................................................................................... iv
PRAKATA........................................................................................... vii
DAFTAR ISI........................................................................................ viii
DAFTAR TABEL................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian............................................................ 5
C. Hipotesa........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 7
A. Botani Tanaman Kedelai............................................... 7
B. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai................................ 9
C. Penyebab dan Masalah Keasaman Tanah................... 11
D. Peran pengapuran.......................................................... 15
E. Jenis-jenis Kapur Pertanian.......................................... 17
F. Unsur Hara Dalam Tanah dan Peran Pupuk Fosfat
Bagi Tanaman................................................................ 18
BAB III BAHAN METODE PENELITIAN........................................... 25
A. Waktu dan Tempat Penelitian....................................... 25
B. Bahan dan Alat............................................................... 25
C. Metode Penelitian........................................................... 25
D. Pelaksanaan penelitian................................................. 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 32
A. Pengaruh Pengapuran.................................................... 32
B. Pengaruh Pemupukan Fosfat........................................ 37
C. Pengaruh Interaksi Antara Pemupukan Fosfat dan
Pengapuran..................................................................... 42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 43
A. Kesimpulan...................................................................... 43
B. Saran................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 44
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ringkasan unsur hara di dalam tanah (Anion dan Kation)...... 21
Table 2. Kombinasi perlakuan dosis Pengapuran dan Pemupukan
Fosfat........................................................................................ 26
Tabel 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Akibat Pengaruh
Pengapuran (cm)...................................................................... 32
Tabel 4. Rata-Rata Berat Biji Kering (g) Produksi Tanaman Kedelai
Akibat Pengaruh Pengapuran................................................. 35
Tabel 5. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Akibat Pengaruh
Pemupukan Fosfat (cm).......................................................... 37
Tabel 6. Rata-Rata Berat Biji kering (g) Produksi Tanaman Kedelai
Akibat Pengaruh Pemupukan Fosfat .................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada
Umur 15 Hari Setelah Tanam (cm)........................ 46
Tabel Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai
Pada Umur 15 Hari Setelah Tanam....................... 46
Tabel Lampiran 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada
Umur 30 Hari Setelah Tanam (cm)........................ 47
Tabel Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada
Umur 30 Hari Setelah Tanam................................ 47
Tabel Lampiran 5. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada
Umur 45 Hari Setelah Tanam (cm)........................ 48
Tabel Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada
Umur 45 Hari Setelah Tanam................................ 48
Tabel Lampiran 7. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada
Umur 60 Hari Setelah Tanam (cm)........................ 49
Tabel Lampiran 8. Analisiss Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada
Umur 60 Hari Setelah Tanam................................ 49
Tabel Lampiran 9. Rata-Rata Berat Biji Kering Pertanaman (g)......... 50
Tabel Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam Berat Biji Kering
Pertanaman........................................................... 50
Tabel Lampiran 11. Rata-Rata Berat Biji Kering Perplot (g)................. 51
Tabel Lampiran 12. Analisis Sidik Ragam Berat Biji Kering Perplot..... 51
Tabel Lampiran 13. Rata-Rata Berat 100 Biji Kering (g) ...................... 52
Tabel Lampiran 14. Tabel Analisis Sidik Ragam Berat 100 Biji Kering.. 52
Lampiran 15. Bagan Percobaan.................................................. 53
Lampiran 16. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro.................. 54
Lampiran 17. Jadwal Kegiatan Penelitian .................................. 55
Lampiran 18. Data Hasil Pengamatan pH Tanah........................ 56
Lampiran 19. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ........................ 57
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L) Merril) merupakan bahan pangan sumber
protein nabati yang paling murah dan cukup untuk kebutuhan, bahan
makanan ini adalah komoditas penting di Indonesia karena merupakan
sumber protein, di samping sebagai sumber lemak, vitamin dan mineral
bagi masyarakat, kedelai juga merupakan bahan baku bagi berbagai
industri dan bahan baku pakan ternak (Anonymous, 1991).
Kedelai merupakan sumber protein nabati yang efesien, untuk
mendapatkan 2.100 kalori + 55 gram protein per kapital per hari, di
perlukan 44 gram kacang-kacangan per kapital per hari. Anjuran konsumsi
44 gram kacang-kacangan per hari tidak lah sulit di penuhi mengingat
besarnya keragaman penggunaan kacang dalam menu seperti tahu,
tempe, sayuran, kacang goreng dan bubur kacang (Anonymous, 1990).
Tanaman kedelai di Indonesia setiap tahunnya memerlukan suplai
tambahan yang harus di impor karena produksi kedelai di dalam negeri
belum dapat mencukupi kebutuhan. Terlepas dari penting dan tingginya
permintaan akan kedelai, produksi kedelai di Indonesia sangat kurang
kompetitif bila dibandingkan dengan tanaman pangan lainya, meskipun
hasil per hektar dan areal tanaman terus meningkat produksi total ternyata
belum mencukupi kebutuhan nasional (Sumarno, dkk, 1990).
Tanah sangat penting artinya bagi usaha pertanian karena
kehidupan dan perkembangan tumbuh-tumbuhan dan segala mahkluk
hidup didunia sangat memerlukan tanah. Akan tetapi arti yang penting ini
kadang diabaikan oleh manusia, sehingga tanah tidak berfungsi lagi
sebagaimana mestinya. Tanah menjadi gersang dan dapat menimbulkan
berbagai bencana, tidak lagi menjadi sumber bagi segala kehidupan
(Sutedjo, 2002).
Upaya meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri sebenarnya
telah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu melalui beberapa pendekatan
antara lain program pengapuran, supra insus, Opsus kedelai, dan program
Gema palagung melalui salah satu cara dengan peningkatan Indek
Pertanaman (IP) menuju Swasembada kedelai pada tahun 2001
(Adisarwanto dan Wudianto, 2002)
Kedelai berperan penting dalam usahatani di daerah Istimewa Aceh,
peranan tersebut terlihat dari luas areal panen kedelai yang menempati
urutan kedua setelah tanaman padi ( Soenarjo, 1994).
Kedelai merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi
NAD, khususnya daerah pantai utara. Potensi lahan untuk pengembangan
kedelai cukup luas yang terdiri dari lahan kering tegalan dan lahan sawah
setelah tanam padi. Sejak era 80-an Propinsi Aceh dikenal sebagai salah
satu sumber produksi kedelai untuk pemenuhan kebutuhan kedelai
nasional. Awal pengembangan, kedelai di Propinsi Aceh mampu
berproduksi sampai 2 ton/ha. Akan tetapi lambat laun produksi terus
menurun, rata-rata produktivitas secara regional hanya mencapai ± 1, 2
ton/ha. Hal ini disebabkan berbagai hal, salah satunya adalah tingkat
kesuburan lahan turun.
Tanaman kedelai sudah mulai di kembangkan di daerah Aceh
Tengah, khususnya di Kecamatan Linge seperti di Kampung Pantan
Nangka namun produksinya masih jauh mencukupi kebutuhan daerah,
semakin meningkatnya kebutuhan kedelai, intensifikasi yang dilakukan
untuk meningkatkan produktifitas, seperti penggunaan pupuk yang sesuai
dosis, penggunaan benih unggul dan diperlukan pengoptimalisasian serta
perlakuan perbaikan tanah yang sesuai sehingga produksi dapat maksimal.
Dalam membudidayakan kedelai agar tumbuh sempurna apabila
memenuhi syarat tumbuh yang cocok untuk bercocok tanam, banyak faktor
yang dapat menurunkan produksi kedelai salah satunya adalah keasaman
tanah dan miskin hara di dalam tanah. Untuk mengubah semua itu dapat
dilakukan beberapa usaha untuk dapat memenuhi syarat tumbuh yang
diinginkan tanaman kedelai.
Pada tanah bekas di tanami padi masih terkandung unsur-unsur
hara yang bisa dimanfaatkan oleh kedelai. Namun, kadang-kadang
keasaman tanah sawah dan tegalan tinggi sehingga hasil tanaman kedelai
pun berkurang, upaya mengurangi keasaman tanah tersebut perlu di beri
kapur, pengapuran dilakukan pada saat pengolahan tanah, yakni sebulan
sebelum kedelai ditanam (Anonymous, 1989).
Pengapuran merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tanah
yang bereaksi asam atau basa. Tujuan dari pengapuran adalah untuk
menaikkan pH tanah sehingga karenanya unsur-unsur hara menjadi lebih
tersedia, memperbaiki struktur tanahnya sehingga kehidupan organisme
dalam tanah lebih giat, dan menurunkan kelarutan zat-zat yang sifatnya
meracuni tanaman
Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyebutkan bahwa di Indonesia,
banyak tanah yang asam terutama terdapat di kawasan pantai landai
Sumatra, Kalimantan, Irian jaya, dan pulau kecil lainnya yang sebagian
besar pH tanah disebabkan oleh adanya asam sulfat di dalam tanah, makin
banyak kadar asam sulfatnya, maka makin rendah pH tanahnya. Seperti
yang kita ketahui bahwa asam sulfat merupakan asam kuat :
H2SO4 → 2H+
+ SO4
=
Di Aceh Tengah khususnya di Kecamatan Linge banyak lahan yang
tidak pernah di olah oleh petani untuk lahan pertanian karena lahan
tersebut terlalu asam yang ber pH rendah dan kekurangan unsur hara
sehingga hanya dapat di tumbuhi oleh alang-alang.
Lahan alang-alang adalah tipe tutupan lahan kering yang didominasi
oleh rumput alang-alang (Imperata. sp). Lahan alang-alang adalah salah
satu ciri dari kondisi lahan yang telah mengalami degradasi dan
merosotnya status kesuburan tanah. Sebagian besar lahan alang-alang
memiliki potensi rendah sampai sedang.
Untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
menghendaki pH tanah yang netral, upaya untuk menaikkan pH yaitu
dengan Pengapuran, Pengapuran dapat menaikkan pH tanah,
meningkatkan aktivitas bakteri bintil akar, serta dapat mengatasi keracunan
Al dan Fe (Anonymous, 1991).
Pemupukan adalah material yang ditambahkan pada media
tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman
sehingga berproduksi dengan baik.
Pemberian pupuk fosfat dapat juga menaikkan hasil panen terutama
pada tanah yang kekurangan unsur tersebut, kedelai menunjukkan respon
terhadap pemupukan, terutama pada tanah miskin akan hara tanaman.
Hara fosfor dihisap tanaman sepanjang masa pertumbuhannya,
kekurangan P (fosfor) pada kebanyakan tanaman terjadi sewaktu tanaman
masih muda, oleh karena belum adanya kemampuan dalam penyerapan
yang seimbang antara P (fosfor) oleh akar dan P (fosfor) yang dibutuhkan.
Fungsi unsur fosfat antara lain merangsang perkembangan akar, sehingga
tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan, mempercepat masa panen
dan menambah nilai gizi dari biji (Suprapto, 2002).
Pada tanah yang cukup subur, pupuk Urea, TSP, dan ZK umumnya
tidak menaikkan hasil kedelai. Namun pada tanah-tanah yang miskin hara
fosfor dan ber-pH rendah, pemupukan dengan TSP disertai pengapuran
sering dapat meningkatkan hasil kedelai (Anonymous, 1990).
Pemupukan dilakukan karena tidak semua tanah baik untuk
pertumbuhan tanaman. Pada umumnya tanah-tanah pertanian tidak
menyediakan semua hara tanaman yang dibutuhkan dalam waktu cepat
dan jumlah yang cukup untuk dapat mencapai pertumbuhan optimal. Tanah
yang baik adalah tanah yang dapat memberikan atau menyediakan unsur-
unsur pokok yang dibutuhkan sebagai makanan tanaman, cukup poros
(gembur) yang memungkinkan air cepat masuk kedalam tanah, struktur
tanah harus stabil dan tahan terhadap pukulan air hujan,sehingga erosi
dapat ditahan.
Oleh karena itu peningkatan produksi hanya dapat dicapai jika diberi
tambahan hara tanaman untuk pertumbuhan yang optimal, baik itu
pengapuran maupun pemupukan. Di samping itu, pupuk akan berguna bagi
tanaman karena dapat mempercepat pertumbuhan tanaman dan
memperkuat akarnya. Bahkan dengan pemupukan dapat juga menambah
daya tahan tanaman tahan terhadap hama dan penyakit tertentu. Pupuk
merupakan makanan bagi tanaman. Oleh karena itu agar tanaman dapat
tumbuh dengan baik harus diberikan apa yang dibutuhkan oleh tanaman
tersebut.
Ketersediaan unsur hara P pada tanah Ultiol (asam) yang sangat
rendah menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan produksi tanaman
yang akan diusahakan. Maka, upaya peningkatan nilai pH, dan kebutuhan
unsur fosfat yang dibutuhkan tanaman kedelai, diperlukan jumlah kapur
dan pupuk fosfat yang tepat sehingga perlu adanya suatu kajian tentang.
“Pengaruh Pengapuran dan Pemberian Pupuk Fosfat terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Biji Kedelai (Glycine max (L) Merril)”.
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pengapuran terhadap pertumbuhan dan
produksi biji kedelai.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemupukan fosfat terhadap pertumbuhan
dan produksi biji kedelai.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara pengapuran dan
pemupukan fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi biji kedelai.
C. Hipotesa
1. Diduga pengapuran berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
produksi biji kedelai.
2. Diduga pupuk Fosfat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
produksi biji kedelai.
3. Diduga terdapat Interaksi antara perlakuan dosis pengapuran dan
pemberian pupuk fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi biji
kedelai.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Tanaman Kedelai
1. Klasifikasi Tanaman Kedelai
Kedelai termasuk Family Leguminosae (kacang-kacangan)
klasifikasi tanaman kedelai lebih lengkapnya adalah sebagai berikut :
- Divisi : Spermatophyta
- Subdivisi : Angiospemae
- Kelas : Dikotiledone
- Ordo : Polypetates
- Family : Leguminosae
- Subfamily : Papilionoideae
- Genus : Glycine
- Species : Max
- Nama ilmiah : Glycine max (L) Merril
Kedelai mempunyai susunan genom, diploid (2n), dengan
kromosom sebanyak 20 pasang. Beberapa kedelai jenis liar juga
mempunyai kromosom 20 pasang, diperkirakan kedelai yang kita tanam
sekarang berasal dari jenis liar, Glycine soja G ururiensis. Glycine soja
mempunyai bentuk polong dan biji yang hampir sama dengan kedelai
biasa, tetapi Glycine soja dapat disilangkan dengan kedelai biasa
(Anonymous, 1990).
8
2. Morfologi Tanaman Kedelai
a. Akar. Kedelai berakar tunggang, pertumbuhan akar tunggang
lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang, pada
akar-akar cabang terdapat bintil-bintil akar berisi bakteri Rhizobium
Jafonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2)
dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah.
(Anonymous, 1989).
b. Batang. Kedelai berbatang semak, dengan tinggi batang antar
30-100 cm. Setiap batang dapat membentuk 3-6 cabang, batang kedelai
memiliki bulu yang akan menjadi tempat tumbuhnya bunga, batang kedelai
tersebut berwarna ungu atau hijau. Bila jarak tanam dalam barisan terlalu
rapat, cabang menjadi berkurang atau tidak bercabang sama sekali
(Suprapto, 2002).
c. Daun. Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari 3
helai anak daun dan umumnnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-
kuningan, bentuk daun ada yang oval ada juga segi tiga. Pada saat
tanaman kedelai sudah tua, maka daun-daunnya mulai rontok
(Anonymous, 1989).
d. Bunga. Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, artinya dalam
setiap bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina, penyerbukan terjadi
pada saat mahkota bunga masih tertutup, bunga terletak pada ruas-ruas
batang, berwarna ungu muda atau putih bersih (Suprapto, 2002).
Bunga tumbuh pada ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu
menuju keatas, pada setiap ketiak daun biasanya terdapat 3-15 kuntum
bunga. Namun sebagian besar bunga rontok, hanya beberapa yang dapat
membentuk polong (Anonymous, 1989).
e. Buah. Buah kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4
biji, polong kedelai mempunyai bulu, berwarna kuning kecoklatan atau
keabu-abuan. Polong yang sudah masak berwarna lebih tua, warna hijau
berubah menjadi kehitaman, keputihan, atau berbintik-bintik kecoklatan.
Bila polong telah tua akan mudah pecah dan biji-bijinya melanting keluar.
Satu batang kedelai dapat menghasilkan 100-125 polong pada tanah subur
(Suprapto, 2002).
B. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai
1. Iklim
Indonesia beriklim tropis yang cocok untuk pertumbuhan kedelai,
karena kedelai menghendaki suhu yang cukup panas, di tempat yang
terbuka dan curah hujan yang di kehendaki antara 1.200-3.000 mm/tahun,
dengan rata-rata curah hujan bulanan antara 100-400 mm3
/bulan.
Tanaman kedelai dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian 1.500
meter dari permukaan laut (dpl), tetapi yang paling baik sampai 650 meter
dpl, karena berpengaruh terhadap umur tanaman. Untuk dataran tinggi
umur tanaman kedelai menjadi lebih panjang. Suhu udara yang baik untuk
pertumbuhan kedelai adalah 23-30 0
C dan kelembaban antara 60-70 %.
Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik jika ditanam di daerah beriklim
kering, yaitu pada musim tanam yang tepat adalah awal musim penghujan
sekitar bulan Oktober-November (Anonymous, 1990).
2. Tanah
Kedelai dapat tumbuh disetiap macam tanah, namun tidak 100 %
bisa, tanaman itu tumbuh namun hasilnya tidak selalu memuaskan, tanah
yang baik adalah jenis tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan
andosol. Dan yang terpenting adalah tanah gembur atau yang dapat di
gemburkan, pada umumnya tanah yang baik untuk tanaman jagung baik
pula untuk tanaman kedelai. Dinyatakan bahwa tanah-tanah yang banyak
mengandung kapur dapat menghasilkan kedelai yang baik
(Rismunandar, 1974).
Kedelai dapat tumbuh pada tanah yang agak masam akan tetapi
pada pH yang terlalu rendah dapat menimbulkan keracunan Al dan Fe nilai
pH yang cocok berkisar antara 5,8-7,0, pada tanah ber pH tinggi (diatas 7)
kedelai sering memperlihatkan gejala chlorosis yakni tanaman kerdil dan
daun menguning, sebaliknya pada tanah masam (pH kurang dari 5),
kedelai juga tumbuh namun pertumbuhanya tidak normal (kerdil).
Keracunan Al dan Fe sehingga proses nitrifikasi akan berjalan kurang baik
(Suprapto, 2002).
Tanah merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman,
tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk
pertumbuhannya, selanjutnya unsur diserap oleh akar tanaman dan melalui
daun dirubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat, protein,
lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan
hewan.
C. Penyebab dan Masalah Kemasaman Tanah
Keasaman tanah dientukan dengan kepekatan ion hidrogen yan
berada dalam tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen dalam tanah
tinggi, maka tanah tersebut disebut asam, bila kepekatan ion hidrogen
terlalu rendah maka tanah tersebut dalam kondisi basa (Yusuf, 2009).
Reaksi tanah (pH) perlu diketahui karena tiap tanaman memerlukan
lingkungan pH tertentu. Ada tanaman yang toleran terhadap goncangan pH
yang panjang, tetapi ada pula tanaman yang tidak toleran terhadap
goncangan pH.
Pada kebanyakan tanah ditemukan bahwa pertukaran kation
berubah dengan berubahnya pH tanah, pada pH rendah hanya muatan
permanen liat, dan sebagian muatan koloid organik memegang ion yang
dapat digantikan melalui pertukaran kation. Dengan demikian KTK relatif
rendah. Hal ini disebabkan kebanyakan tempat pertukaran kation koloid
organik dan beberapa fraksi liat, H mungkin hidroksi-Al terikat kuat,
sehingga sukar dipertukarkan.
Menurut Theng (1980), dalam Amiruddin (2008), komponen
mineralogis asam biasanya didominasi oleh mineral liat dan oksidasi hidrat
dari Al dan Fe, Hardjowigeno (1993), dalam Amiruddin (2008), juga
menjelaskan bahwa tanah ini berkembang dari bahan induk tua seperti
batuan liat atau batuan vulkanik masam, sehingga mempunyai tingkat
kesuburan tanah yang rendah, dan Sanchez (1976) dalam Amiruddin
(2008), juga menerangkan tanah ini memiliki faktor pembatas ganda bagi
pertumbuhan tanaman yaitu terbatasnya ketersediaan air, kelangkaan
bahan organik, bereaksi asam hingga sangat masam, keracunan Al dan
Mn, tingginya fiksasi fosfat (P), defisiensi unsur hara N, K, Ca, Mg dan Mo,
kapasitas tukar kation (KTK) rendah, kapasitas tukar anion (KTA) tinggi,
dan stabilitas agregat yang rendah sehingga mudah tererosi.
Terjadinya penurunan pH akibatnya tanah menjadi asam, yaitu
seperti proses-proses yang terjadi pada tanah :
 Reaksi tanah masam, curah hujan tinggi sehingga basa-basa
tercuci.
 Pencucian (leaching) dan penyerapan ion-ion basa (K, Ca, Mg,
Na) oleh tanaman.
 Cara penggunaan tanah.
 Penggunaan varietas-varietas / jenis-jenis tanaman yang
menyerap basa dalam jumlah besar.
 Produksi CO2 dalam tanah.
 Dekomposisi bahan organik.
 Respirasi akar, CO2 + H2O à H2CO3 à H+
+ HCO3
-
 Proses pembebasan dan penimbunan ion-ion masam
Contoh : Si, Al, Fe
4. Hidrolisis AL3+
; Al3+
+ 3 H2O à Al(OH)3 + 3H+
Tanah dapat dinyatakan masam, sedikit masam dan tidak masam.
Bila ingin mengetahui kemasaman tanah untuk pengukuran secara kasar
dapat dilaksanakan dengan kertas lakmus atau kertas “Universal Indicator”,
yang mudah didapat di apotik. Kemasaman tanah dapat dinyatakan
dengan pH 1- 8 (Rismundar, 1974).
Pada umumnya tanah yang sudah berkembang lanjut, semakin
lanjut usia semakin rendah pH nya, tanah yang di dalamnya terdapat akar
tanaman sering menyebabkan turunnya pH walaupun dalam skala kecil,
penurunan pH ini di sebabkan oleh akar tanaman yang melakukan proses
pernapasan pengeluaran gas CO2, makin banyak akar baik volume
maupun panjang maka makin tinggi kecendrungan penurunan pH. Selain
itu pula Pemupukan dengan pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis asam,
misal ZA ([NH4]2SO4
2+
), menyebabkan menurunnya pH, penurunan ini
berjalan selama pupuk tersebut selalu digunakan.
Tanah yang berasal dari bahan induk yang kaya SiO2 menyebabkan
terjadinya tanah asam. Sedangkan tanah yang berasal dari bahan induk
kapur atau kaya dengan kapur umumnya terbentuk tanah-tanah netral atau
tanah yang bereaksi sedikit alkalis sampai alkalis.
Tanah yang mengandung ion Al3+
dan Fe3+
menyebabkan tanah
mempunyai pH yang rendah, hal ini disebabkan karena dalam larutan
tanah terjadi keseimbangan berikut :
Al(H2O)+++
→ Al(H2O)5
++
+H+
Al(H2O)+++
→Al(OH)3
++
+ 3H+
Dengan pelepasan H+
ini, maka tanah relatif menjadi asam. Sampai
tingkat keasaman tertentu, Al tertukar (exchangeable) dianggap kation
yang dominan pengaruhnya terhadap keasaman tanah. Reaksi serupa juga
terjadi apabila di dalam tanah terdapat Fe (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002).
Menurut Sutanto (2005) keasaman tanah di sebabkan oleh ion H+
yang dihasilkan pada saat terjadi pelindian kation-kation dalam tanah.
Keadaan pH tanah mineral dipengaruhi oleh kandungan kation dalam
batuan induk, kation dilepaskan pada saat terjadi pelapukan dan KTK dari
koloit tanah dijenuhi oleh kation sampai konsentrasi tertentu. Faktor lain
seperti iklim, perkembangan tanah dan lain-lain juga akan berpengaruh
pada pH tanah.
Ion H+
dapat berasal dari CO2 yang dihasilkan melalui respirasi
organisme tanah dan perakaran tanaman, yaitu CO2 + H2O ↔ HCO3
-
+ H+
udara tanah mempunyai kandungan CO2 yang cukup tinggi sehingga
mampu menurunkan pH tanah yang mempunyai daya sangga rendah.
Keasaman (pH) tanah mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam tanah dan juga terhadap
sifat tanah yang lain.
a. Gatra Pedologi ; Keasaman (pH) mempengaruhi proses
pembentukan dan pengembangan tanah di tinjau dari alih rupa mineral dan
bahan organik dan selanjutnya proses perkembangan tanah.
b. Gatra Ekologi ; pengaruh pH cukup besar terhadap persediaan
unsur hara di dalam tanah.
Kemasaman tanah sangat mempengaruhi populasi dan aktifitas
cacing sehingga menjadi faktor pembatas penyebaran dan perkembangan
speciesnya, umumnya cacing tanah tumbuh baik pada pH sekitar 7,0.
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa pH kotoran tanah lebih netral dari
pada tanah habitatnya (Hanafiah, dkk, 2007).
D. Peran Pengapuran
Pengapuran lahan masam ditujukan untuk mencapai tiga hal yakni :
1). Meningkatkan pH tanah pada taraf yang dikehendaki, 2). Menurunkan
kandungan hara yang meracuni tanaman (Al) dalam larutan tanah, dan 3).
Menaikkan kandungan hara Ca dan Mg (Anonymous, 2011).
Dalam hal ini pengapuran di samping memperkaya tanah akan
kalsium dan magnesium juga meningkatkan pH tanah, persediaan hara
dalam tanaman dalam keadaan yang relatif seimbamg terletak antara pH
6,0-7,0. Disamping itu peningkatan pH dapat menaikan tingkat persediaan
molibdenun yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan
kacang-kacangan karena erat hubungannya dengan perkembangan bintil
akar (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Untuk menaikkan pH tanah, kapur dapat diberikan dengan cara
menyebar dipermukaan tanah kemudian dicampur sedalam lapisan olah
tanah, Pengapuran dapat dilakukan sebulan sebelum tanam, dengan
harapan kapur sudah bereaksi dengan tanah dan pada waktu musim
tanam, butiran yang halus memberikan reaksi lebih cepat dari pada kapur
kasar, sebagai sumber kapur yang digunakan seperti batu kapur, Dolomit,
dan kapur tembok (Suprapto, 2002).
Pengapuran dapat meningkatkan kalsium (Ca) dan pH tanah melalui
hidrolisis asam lemah. Kalsit dan dolomit merupakan bahan yang banyak
digunakan, karena relatif murah dan mudah didapat. Bahan tersebut selain
dapat memperbaiki sifat fisik tanah juga tidak meninggalkan residu yang
merugikan dalam tanah (Widyawati, 2007).
Tanah masam umumnya tidak produktif. Untuk meningkatkan
produktifitas tanah tersebut, pemberian kapur adalah cara yang tepat.
Beberapa keuntungan dari pengapuran pada tanah masam, adalah
sebagai berikut :
• Meningkatkan pH tanah sehingga mendekati netral
• Menambah unsur Ca dan Mg
• Menambah ketersediaan unsur hara, contoh N,P
• Mengurangi keracunan Al, Fe dan Mn
• Memperbaiki kehidupan mikroorganisme.
Uehara dan Gillman (1981) dalam Amiruddin (2008). Pemberian
kapur pada beberapa tanah mineral masam mampu untuk meningkatkan
pH dan P-tersedia tanah pada dosis tertentu, senyawa kapur ini juga
mampu untuk meningkatkan KTK tanah, namun sejalan dengan itu
ketersedian kation K dan Mg makin berkurang, hal ini terjadi karena
meningkatnya adsorpsi Ca++
pada permukaan koloit tanah, sehingga
muatan positif makin meningkat. Reaksi kapur dalam tanah dapat
dijelaskan sebagai berikut :
CaCo3 ↔ Ca2+
+ Co3
2-
Co3
2-
+ H2o ↔ HCo3
-
OH-
M - OH]o
+ OH -
↔ M – O] –
H2O
Menurut Sanchez dan Salinaz (1981) dalam Amiruddin (2008)
menjelaskan bahwa unsur Ca di perlukan untuk memperkokoh
pertumbuhan tanaman, sedangkan Mg merupakan penyusun terpenting
butir hijau daun. Unsur Ca dan Mg di dalam tanah berperangai sebagai ion
dan mempunyai peranan sebagai pemasok hara tanaman kedua unsur
tersebut mempengaruhi dan mengatur basa yang ada dalam tanah,
menentukan kemudahan unsur lain terserap tanaman, mempengaruhi pH
tanah, menangkal bahaya keracunan, menghindarkan unsur P diikat oleh
Al dan Fe, di samping itu menetapkan struktur tanah sehingga tidak mudah
hancur karena gaya erosi.
Kapur merupakan salah satu bahan mineral yang dihasilkan melalui
proses pelapukan dan pelarutan dari batu-batuan yang terdapat dari dalam
tanah. Mineral utama penyusun kapur adalah kalsit dan dolomit yang
tergolong dalam mineral sekunder. Kapur menurut susunan kimia adalah
CaO, tetapi istilah kapur adalah senyawa bentuk karbonat kapur dengan
CaCO3 dan MgCO3 sebagai komponen utarna. Bentuk oksidanya yaitu
CaO, dapat dihasilkan dengan memanaskan kalsium karbonat dan
menghilangkan karbondioksidanya. Bentuk hidroksidanya dapat terbentuk
dengan membasahi atau menambahkan air pada bentuk oksidanya.
Hakim (1986) juga menjelaskan masukan kapur jelas akan
menaikkan pH tanah. Pada tanah-tanah yang bermuatan tergantung pH,
seperti tanah kaya montmorillonit atau koloid organik, maka KTK akan
meningkat dengan pengapuran. Di lain pihak pemberian pupuk-pupuk
tertentu dapat menurunkan pH tanah, sejalan dengan hal itu akan turun.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh pengapuran berkaitan
erat dengan perubahan pH, yang selanjutnya mempengaruhi KTK tanah.
E. Jenis-jenis Kapur Pertanian
Yusup (2009) menjelaskan kapur pertanian adalah kapur yang
berasal dari batuan kapur, yang banyak dijumpai di Indonesia. Batuan
kapur ini banyak mengandung kalsium dan magnesium yang sifatnya
mampu menetralkan aluminium. Kapur pertanian merupakan mineral yang
berasal dari alam yang merupakan sumber hara kalsium. Kapur pertanian
yang mempunyai reaksi basa dapat menaikkan pH tanah. Kapur pertanian
yang umum banyak digunakan dalam pertanian. Di pasaran dapat dijumpai
3 macam jenis kapur yaitu :
4. Kapur tohor (oksida) yaitu jenis kapur yang pembuatannya melalui
proses pembakaran. Kapur ini sering disebut dengan kapur
pertanian. Secara ilmiah kapur ini disebut calsium oksida(CaO)
5. Kapur tembok (hidroksida). Merupakan jenis kapur hasil
pembakaran pada kapur tohor, yang kemudian ditambahkan dengan
air pada kapur oksida (tohor) yang dalam bahasa kimianya disebut
calsium hidroksida (Ca(OH)2).
6. Kapur karbonat. Merupakan kapur yang bukan melaui proses
pembakaran tetapi digiling langsung, kapur karbonat ini ada dua
macam, yaitu kalsit dan dolomit.
2. Kalsit (CaCO3) mengandung kalsium oksida 47%, dan kalsium
karbonatnya 85%.
3. Dolomit (CaMgCO3) mengandung kalsium oksida dan magnesium
oksida 47% serta kalsium karbonat dan magnesium karbonatnya
85%.
F. Unsur Hara Dalam Tanah dan Peran Pupuk Fosfat Bagi tanaman
Kedelai
Sutanto (2005) menyebutkan bahwa tanaman menyerap hara dari
larutan tanah, tetapi jumlah total hara yang tersedia untuk tanaman pada
periode tertentu tidak dapat diduga berdasarkan kuantitas yang dikandung
larutan tanah pada waktu tersebut. Unsur hara di ambil dari larutan tanah
dan penggantiannya berasal dari sumber yang tidak segera tersedia.
Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus
hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan
apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme
akan terganggu atau berhenti sama sekali. Di samping itu, umumnya
tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu hara akan menampakkan
gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik, gejala ini akan hilang
apabila hara tanaman ditambahkan kedalam tanah atau diberikan lewat
daun (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah : Karbon (C), Hidrogen
(H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium
(Ca), Magnesium (Mg), Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu),
Molibden (Mo), Boron (B), Klor (Cl), Natrium (Na), Kobal (Co), dan Silikon
(Si).
Tabel 1. Ringkasan unsur hara di dalam tanah (Anion dan Kation)
Unsur
Bentuk
Ion yang
Diserap
Sumber
Utama
Kandungan di
Dalam Tanah
Unsur hara makro :
Nitrogen (N)
Fosfor (P)
Sulfur (S)
Kalium (K)
Kalsium (Ca)
Unsur hara mikro :
Magnesium (Mg),
Boron (B)
Molibden (Mo)
Klorida (Cl)
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
Seng (Zn)
Tembaga (Cu)
NO3
-
NH4
+
H2PO4
-
HPO4
-2
(PO4
-3
)
SO4
-2
K+
Ca+2
Mg++
H2BO3
-
(HBO3
-2
)
(H[OH]4
-
)
MoO4
-2
Cl-
Fe
Fe+3
Mn+2
(Mn+3
)
Zn+2
Cu+2
(Cu+
)
Bahan Organik, N2 atmosfer
Ca-
, Al-, Fe-fosfat
Fe-sulfida, Fe-sulfat
Mika, illit, K-feldspar
Ca-feldspar, augit, hornblende
CaCO3, CaSO4
Augit, hornblende, olivine
Turmalin, ikutan dalam silikat
mineral garam
Unsur ikutan dalam silikat
mineral, Fe- dan Al-oksida dan
hidroksida
Bermacam-macam klorida
Augit, hornblende, biotit
Olivin, Fe-oksida dan hidroksida
Manganit, pirolusit, ikutan dalam
dilikat mineral
Zn-fosfat, ZnCO3, Zn-hidroksida,
ikutan mineral silikat
Cu-sulfit, Cu-sulfat, karbonat
ikutan mineral silikat
0,03% - 0,3%
0,01% - 0,1%
0,01% - 0,1%
0,2% - 3,0%
0,2% - 1,5%
0,1 – 1,0%
5 – 100 ppm
0,5 – 5 ppm
50->1000 ppm
0,5 – 4,0%
0,5–4000 ppm
10 – 300 ppm
5 – 100 ppm
Sumber : Sutanto (2005)
Cadangan hara terikat kuat dalam mineral dan bahan organik, dan
hanya terlepas dalam periode yang cukup lama melalui pelapukan dan
mineralisasi.
Mengenai unsur fosfor (Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
menyatakan bahwa fosfor (P) merupakan unsur yang diperlukan dalam
jumlah besar (hara makro), jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil
dibandingkan dengan nitrogen dan kalium. Tetapi, fosfor dianggap sebagai
kunci kehidupan (key of life).
Kedelai memerlukan P (fosfor) dalam jumlah relatif banyak,
walaupun jumlahnya tidak sebanyak Nitrogen dan Kalium, unsur ini
terutama diserap tanaman dalam bentuk ion orto fosfat primer H2 Po4
-
dan
sekunder HPO4
2-
. Penyebaran kedua dalam bentuk ion ini pada tanaman
dipengaruhi oleh pH di sekitar perakaran. P (fosfor) dihisap tanaman
sepanjang masa pertumbuhannya. Priode terbesar penggunaan fosfor
dimulai pada masa pembentukan polong sampai kira-kira 10 hari sebelum
biji berkembang penuh (Suprapto, 2002).
Suprapto (2000) dalam Nazariah (2010) menyatakan bahwa Fosfor
merupakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
Pada tanaman yang tercukupi kebutuhan fosfatnya mendorong
pembentukan bunga lebih banyak dan pembentukan biji lebih sempurna.
Kekurangan P (fosfor) pada kebanyakan tanaman, terjadi sewaktu
tanaman masih muda, oleh karena belum adanya kemampuan yang
seimbang antara penyebaran fosfor oleh akar dan fosfor yang dibutuhkan.
Fosfor yang dihisap oleh akar kemudian disebarkan kedaun, batang,
tangkai dan biji.
Tisdale et al (1985) dalam Amiruddin (2008) menyebutkan bahwa
kekurangan unsur P dalam tanah dapat disebabkan oleh 2 (dua) hal yaitu :
E. Unsur P tidak terdapat dalam bahan induk tanah, dan
F. P yang tersedia ataupun ditambahkan untuk tanaman dengan
segera diserap oleh bentuk-bentuk Fe dan Al yang terdapat dalam
jumlah besar pada tanah Ultisol.
Fungsi P yang lain adalah mendorong pertumbuhan akar tanaman,
yang dibedakan menjadi 3 fase yakni :
1. Perubahan P anorganik yang baru diserap tanaman menjadi bentuk
senyawa organik.
2. Perubahan P dari ATP (Adenosin Trifosfat) menjadi ADP (Adenosin
Difosfat) dan
3. Pemecahan dari pirofosfat atau fosfat secara hidrolisis.
Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan
tanaman menjadi lebih kecil dan warna daun menjadi lebih gelap. Kadang-
kadang kadar nitrat dalam tanaman menjadi lebih tinggi karena proses
perubahan nitrat selanjutnya terhambat.
Fosfor dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman muda, serta
merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji
atau gabah selain itu juga menambah nilai gizi (lemak dan protein).
Fosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik cepat
berubah menjadi senyawa fosfor organik. Fosfor ini mobil atau mudah
bergerak antar jaringan tanaman. Kadar optimal fosfor dalam tanaman
pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 0,3% - 0,5% dari berat kering
tanaman.
Kadar fosfor dalam bentuk pupuk dinyatakan dalam bentuk P2O5,
Pupuk TSP mengandung Fosfor sebesar 46% P2O5, Sifat umum pupuk
Tripel Superfosfat (TSP) sama dengan pupuk DS, Pembuatan pupuk TSP
menggunakan sistem wet proses, dalam proses ini batuan alam (Rock
Phosphate) fluor apatit diasamkan dengan asam Fosfat (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002).
Pupuk fosfat banyak terdapat di pasaran dan mudah dipergunakan
antara lain Super Phosfhate mengandung 16-18% P2O5, Dooble Super
Phosfhate mengandung 32% P2O5, dan Triple Super Phosfhate
mengandung 45-48% P2O5 (Suprapto, 2002).
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Isaq, Kecamatan Linge.
dengan ketinggian tempat ± 900 dpl, pH tanah 4,5-5,0 dan dimulai Tanggal
13 Oktober 2010 sampai 16 Februari 2011.
B. Bahan Dan Alat
1. Bahan. Bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah Benih
kedelai, Kapur (Dolomite (CaMgCO3)), Pupuk (TSP, Urea dan KCL),
2. Alat. Alat-alat yang di perlukan didalam penelitian ini adalah, pengukur
pH tanah (Soil tester), Cangkul, Handsprayer, Meteran, Timbangan,
Ember/Timba, Alat tulis, Kalkulator dan alat pembuatan pagar.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Rancangan Acak
Kelompok (RAK), pola faktorial dengan 2 faktor, masing-masing terdiri dari,
4 level dosis pengapuran (D) dan terdiri dari 3 level pemupukan fosfat (P).
5. Level Dosis Pengapuran (D)
Do= Tanpa Dolomit (Kontrol)
D1 = Dolomit 100 gram/plot
D2 = Dolomit 150 gram/plot
D3 = Dolomit 200 gram/plot
6. Level Pemupukan Fosfat (P)
P1 = TSP 7,5 gram /plot
P2 = TSP 15 gram/plot
P3 = TSP 22,5 gram/plot
Dari 12 kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, jumlah unit
plot 12 x 3 = 36 plot perlakuan, ukuran plot 100 cm x 100 cm dan jarak
antar plot 50 cm.
Kombinasi perlakuan antara dosis pengapuran dan pemupukan
Fosfat di sajikan pada Tabel 2 di bawah ini :
Table 2. Kombinasi perlakuan dosis Pengapuran dan Pemupukan Fosfat
kg/ha gram/plot kg/ha gram/plot
1 P1 D0 75 7,5 kontrol kontrol
2 P1 D1 75 7,5 1000 100
3 P1 D2 75 7,5 1500 150
4 P1 D3 75 7,5 2000 200
5 P2 D0 150 15 kontrol kontrol
6 P2 D1 150 15 1000 100
7 P2 D2 150 15 1500 150
8 P2 D3 150 15 2000 200
9 P3 D0 225 22,5 kontrol kontrol
10 P3 D1 225 22,5 1000 100
11 P3 D2 225 22,5 1500 150
12 P3 D3 225 22,5 2000 200
Kombinasi PerlakuanNo.
PengapuranPemupukan
Model Matematika yang dipakai adalah Model Linier Rancangan
Acak Kelompok (RAK) (Yitnosumarto, 1991). Adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + Di + Pj + (DP)ij + Σijk
Dimana :
Yijk : Hasil pengamatan dari ulangan ke-i pengaruh pengapuran
pada taraf ke-j, dan pengaruh pemupukan fosfat ke-k
µ : Nilai tengah
Di : Pengaruh dari perlakuan pengapuran pada taraf ke-i
Pj : Pengaruh dari pemupukan fofat dari taraf ke-j
(DP)ij : Interaksi dari perlakuan pengapuran pada taraf ke-i dan
pemupukan fosfat pada taraf ke-j
Σijk : Pengaruh galat dari perlakuan (Pengapuran) ke-i, (Pemupukan
Fosfat) ke-j dan ulangan ke-k.
 Pelaksanaan Penelitian
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah di lokasi yang digunakan untuk penelitian ini
terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya yang
merupakan sisa tanaman baik akar tanaman maupun bebatuan kemudian
dicangkul sedalam 50 cm dan di buat plot seluas 1 m x 1 m sebanyak 36
plot dengan jarak antara satu plot dengan plot yang lain seluas 50 cm,
setelah plot selesai tiap plotnya di lakukan pengapuran sesuai dosis yang
telah di tentukan. Agar pemberian kapur merata di dalam tanah, kapur di
sebar kemudian di aduk rata dengan cangkul, dan di diamkan selama 1
bulan sebelum tanam.
2. Persiapan Benih
Di dalam penelitian ini jenis varietas kedelai yang dugunakan adalah
Varietas Anjasmoro.
Sebelum benih ditanam terlebih dahulu di lakukan penularan bakteri
Rhyzobium, penularan bakteri dilakukan dengan mencampur zat
perangsang bakteri Rhyzobium yang berfungsi merangsang akar supaya
dapat menyimpan unsur Nitrogen dalam bintil akar, yaitu dengan cara
mencampur biji kedelai dengan tanah yang telah ditanami tanaman kedelai
terlebih dahulu.
Sumber tanah tersebut yang dipakai untuk merangsang bakteri
Rhyzobium adalah diambil dari lahan yang telah ditanami oleh tanaman
kedelai sebelumnya yaitu diperoleh dari Kampung Pantan Nangka, karena
di Kampung tersebut banyak petani yang membudidayakan tanaman
kedelai.
3. Penanaman
Pada saat akan menjelang masa penanaman di buat lubang tanam
memakai tugal dengan kedalaman ± 3 cm. Setiap lubang tanam di isi
sebanyak 4 biji kedelai diharapkan dapat tumbuh 3 biji (pengurangan bibit
dilakukan setelah tanaman tumbuh yaitu pada saat tanaman berumur 6
hst), kemudian bibit di tutup dengan tanah subur yang halus, jarak tanam
yang di pakai adalah 25 cm x 25 cm.
4. Pemeliharaan
7. Pemupukan. Hal yang perlu di perhatikan dalam pemupukan
tanaman kedelai yaitu pemilihan jenis pupuk, dosis dan waktu pemupukan,
Pemupukan di lakukan dengan di tempatkan dalam lubang sedalam 5-7 cm
di sebelah kiri tanaman dengan jarak 5-7 cm dari lubang tanam atau
tanaman, pupuk ini kemudian di tutup dengan tanah.
Pemupukan di lakukan sekali yaitu pada saat kedelai di tanam, di
awali dengan pemberian pupuk Urea sebanyak 50 kg/ha (5 gram/plot),
KCL sebanyak 75 kg/ha (7,5 gram/plot) dan TSP dengan dosis sesuai
perlakuan yang dilakukan.
b. Pengairan. Stadia tumbuh tanaman kedelai yang sangat
memerlukan air, yaitu stadia perkecambahan (3-4 hst), stadia vegetatif (20-
30 hst), stadia pembungaan (35-45 hst) dan stadia pemasakan biji (60-70
hst). Tanaman kedelai sangat membutuhkan air dari awal pertumbuhan
sampai masa polong mulai mengisi. Bila polong sudah tampak masak
penyiraman dihentikan. Penyiraman dilakukan sekali sehari apabila musim
hujan tidak perlu penyiraman.
c. Penyulaman. Kedelai mulai tumbuh kira-kira pada umur 5-6 hari
setelah tanam, apabila banyak yang tidak tumbuh atau tumbuh tidak
normal, maka perlu diganti atau di sulami dengan benih baru. Di anjurkan
benih dengan jenis yang sama, dan sebelumnya di campur dengan tanah
yang diambil dari lahan tanaman kedelai sebelumnya.
d. Penyiangan. Penyiangan dilakukan apabila sudah terdapat
gulma di sekeliling tanaman dan segera di bersihkan. Penyiangan
dilakukan dengan menggunakan cangkul pada pinggir-pinggir plot dan
dengan cara dicabut pada selah-selah tanaman kedelai.
5. Pemanenan
Pemanenan dilakukan apabila tanaman telah masak, polong dan
daunnya telah berwarna kuning dan mulai rontok. Panen dilakukan dengan
memotong batang tanaman secara hati-hati agar biji tidak terpelanting
keluar, dengan menggunakan sabit bergerigi yang tajam, dan kemudian di
jemur di bawah terik matahari selama 4 hari hingga biji kedelai benar-benar
kering.
6. Pengamatan
Peubah atau variabel pada 8 sampel tanaman yang diamati adalah:
B. Tinggi tanaman pada umur 15, 30, 45 dan 60 hari setelah tanam.
Rata-rata tinggi tanaman yang dipilih secara acak dengan
mengukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh yang tertinggi.
C. Berat biji kering per tanaman, yaitu menimbang masing-masing
per tanaman, saat tanaman telah selesai dipanen yaitu pada
umur 85 hst.
D. Berat biji per plot, yaitu dengan menimbang masing-masing
perlakuan per plot.
E. Berat 100 (seratus) biji kering, yaitu dengan cara menghitung
sebanyak 100 (seratus) biji kering pada 8 sampel yang diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Pengapuran
7. Tinggi Tanaman
Hasil Uji F pada Analisis Sidik Ragam (Tabel Lampiran 2, 4, 6 dan 8)
menunjukkan bahwa pengapuran tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman pada umur 15, 30, 45 dan 60 hari setelah tanam. Rata-rata tinggi
tanaman kedelai dapat dijabarkan pada tabel 3.
Tabel 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Akibat Pengapuran (cm)
Pengapuran
(Dolomit)
Tinggi Tanaman
15 HST 30 HST 45 HST 60 HST
Do
D1
D2
D3
16,55 a
17,11 a
16,80 a
16,73 a
27,64 a
27,98 a
27,65 a
27,58 a
38,02 a
38,57 a
38,50 a
38,31 a
44,34 a
46,00 a
46,70 a
45,80 a
BNJ 0,05 - - - -
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada lajur
yang sama tidak berbeda pada taraf peluang 5 % uji (BNJ).
Dari tabel 3 diatas menjelaskan bahwa pengapuran tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai, hal ini di
sebabkan karena pengapuran pada tanaman kedelai tidak mempengaruhi
pertumbuhan tanaman kedelai.
Rendahnya pH tanah akibat tingginya kandungan Al dalam tanah
merupakan faktor yang sangat potensial dalam menurunkan kesuburan
tanah, sehingga menghambat perkembangan dan pertumbuhan tanaman.
Menurut hasil penelitian Clarkson (1965) di dalam Hakim (1986)
berhasil menunjukan bahwa keracunan Al akan menghambat pembelahan
sel, hambatan tersebut dapat diatasi dengan menganti larutan tanpa Al,
nyatalah bahwa Al berpengaruh langsung terhadap fisiologis akar,
keracunan Al tidak saja menghambat pembelahan sel, tetapi juga
menghambat sintesis DNA di dalam akar.
Nilai pH yang respon terhadap kapur yang diberikan pada tanah,
untuk tanaman kedelai yaitu (rendah 5,0) dan (tinggi 6,0) Hakim (1986). Ini
berarti pada keasaman tanah di bawah 5,0 dan diatas 6,0 pH tidak respon
terhadap kapur.
Hakim (1986) Juga menyatakan pada tanah yang semakin tinggi
kandungan liat dan bahan organik tanah, maka makin banyak pula
diperlukan kapur untuk menaikkan pH, artinya pada tanah liat sangat sulit
terjadi reaksi antara kapur dengan tanah.
Di samping berpengaruh langsung terhadap tanaman, pH juga
mempengaruhi faktor lain, misalnya ketersediaan unsur. Kelarutan Al dan
Fe juga dipengaruhi oleh pH tanah. Pada pH asam kelarutan Al dan Fe
tinggi, akibatnya pada pH sangat rendah pertumbuhan tanaman tidak
normal karena suasana (pH) tidak sesuai, kelarutan beberapa unsur
menurun, ditambah lagi dengan adanya keracunan Al dan Fe (Rosmarkam
dan Yuwono, 2002).
Di antara beberapa kendala yang ada pada tanah asam, kekahatan
P merupakan kendala yang penting dan utama, kekahatan P tidak hanya
disebabkan oleh kandungan P tanah yang rendah akan tetapi juga karena
sebagian besar P terikat oleh unsur-unsur logam seperti Al dan Fe
sehingga P tidak tersedia di dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman
(Amiruddin, 2011).
Pengapuran dengan menggunakan kapur dolomit sangat sulit
bereaksi dengan tanah dengan jangka waktu yang singkat, semakin halus
bahan kapur semakin banyak jumlah yang bereaksi. Hakim (1986)
menyebutkan dibanding dolomit dan kalsit, kalsit lebih cepat bereaksi dari
pada dolomit dengan kecepatan reaksi selama 3 bulan dicampur dengan
tanah, mutu bahan kapur berdasarkan kehalusan akan menentukan cepat
lambatnya reaksi kapur dalam tanah.
8. Berat Biji Kering
Hasil pengamatan terhadap berat biji kering pertanaman,berat biji
kering perplot dan 100 biji kering untuk masing-masing kombinasi
perlakuan tertera pada (Tabel Lampiran 9, 11 dan 13). Berdasarkan
Analisis Sidik Ragam (Tabel Lampiran 10, 12 dan 14), ternyata bahwa
pengapuran berpengaruh sangat nyata terhadap produksi biji kedelai.
Rata-rata berat biji kering pertanaman, berat biji kering perplot dan 100 biji
kering akibat pengaruh pengapuran tertera pada Tabel 4.
Tabel 4 : Rata-Rata Berat Biji Kering (g) Produksi Tanaman Kedelai Akibat
Pengaruh Pengapuran
Pengapuran
(Dolomit)
Berat Biji Kering
Pertanaman Perplot 100 Biji
Do
D1
16,39 a
16,97 a
262,31 a
271,55 a
13,04 a
13,03 a
D2
D3
17,78 b
18,35 b
284,51 b
293,57 b
14,28 b
15,74 c
BNJ 0,05 0,73 11,63 0,97
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada lajur
yang sama berbeda pada taraf peluang 5 % uji (BNJ).
Dari Tabel 4 dapat dilihat dari rata-rata berat biji kering pertanaman
dan berat biji perplot akibat perlakuan pengapuran pada tanaman kedelai,
bahwa perlakuan dengan dosis 200 gram/plot (D3) dan perlakuan dengan
dosis 150 gram/plot (D2) tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan
perlakuan dosis 100 gram/plot (D1) dan kontrol (Do) yang masing-masing
perlakuan tidak saling berbeda nyata. Sedangkan pada berat 100 biji kering
akibat pengapuran pada tanaman kedelai dengan dosis 200 gram/plot (D3)
berbeda nyata dengan perlakuan lainya, yang diikuti dengan perlakuan 150
gram/plot (D2).
Amiruddin (2008) menjelaskan kendala lain yang membuat tanah
asam adalah rendahnya kandungan bahan organik dan muatan-muatan
negatif yang rendah pada tanah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan ketersediaan P tanah asam adalah dengan cara merubah
bentuk P dari bentuk-bentuk P yang terikat kepada fase padat menjadi
bentuk P tersedia yang dapat tersedia di dalam tanah dengan cara
menaikkan pH tanah, meningkatkan muatan-muatan negatif pada
permukaan koloid-koloid tanah dan mineralisasi bahan-bahan organik yang
menghasilkan asam-asam organik.
Tisdale et al (1985) dalam Amiruddin (2008) juga menjelaskan
peningkatan pH tanah akibat pengaruh utama pemberian kapur diduga
terjadi karena penguraian bentuk ion-ion Ca2+
, Mg2+
dan CO3
2-
yang berasal
dari kapur, dimana ion CO3
2-
merupakan asam lemah (ionisasi lemah) yang
cenderung terurai menjadi H2O dan CO2 sehingga akan mengalami
hidrolisa dengan menghasilkan ion hidroksida.
Berdasarkan hasil penelitian ternyata pengapuran berpengaruh
sangat nyata terhadap produksi biji kedelai yaitu berat biji kering
pertanaman, berat biji kering perplot dan berat 100 biji kering tanaman
kedelai. Dari berbagai dosis pengapuran yang diteliti, produksi biji tanaman
kedelai yang terbaik dijumpai pada perlakuan 200 gram/plot (D3) dari hasil
pengamatan pH tanah, setelah 1 bulan pengapuran yaitu dengan pH rata-
rata 5,9 dari pH tanah sebelum dilakukan pengapuran rata-rata 4,5.
Ini disebabkan karena penambahan dosis kapur pada tanah asam
akan terjadi penguraian bentuk ion-ion Ca, CO dan Mg, dimana ion CO
merupakan asam lemah yang cenderung terurai menjadi H2O sehingga
akan mudah mengalami hidrolisa.
Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan anjuran dari beberapa
pustaka salah satunya adalah Anonymous (1990), yang menganjurkan
pengapuran sebanyak 2 – 3 ton/Ha. banyak pustaka yang mengatakan
bahwa kedelai menghendaki persyaratan tingkat keasaman yang netral
untuk pertumbuhannya, dengan pemberian kapur yang sesuai dosis pada
larikan bersamaan dengan tanam cukup efektif untuk meningkatkan hasil.
B. Pengaruh Pemupukan Fosfat
1. Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman Kedelai untuk masing-
masing kombinasi perlakuan pada umur 15, 30,45 dan 60 hari setelah
tanam, tertera pada (Tabel Lampiran 1, 3, 5 dan 7).
Berdasarkan hasil Uji F pada Analisis Sidik Ragam (Lampiran 2, 4, 6
dan 8) menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat tidak berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 15 Hari setelah tanam,
tetapi berpengaruh sangat nyata pada umur 30, 45 dan 60 Hari setelah
tanam. Rata-rata tinggi tanaman kedelai akibat pemupukan fosfat di sajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Akibat Pengaruh Pemupukan
Fosfat (cm)
Pemupuka
n Fosfat
Tinggi Tanaman
15 HST 30 HST 45 HST 60 HST
P1
P2
P3
16,20 a
16,94 a
17,24 a
26,67 a
27,24 a
29,23 b
37,33 a
37,70 a
40,01 b
42,70 a
44,31 b
50,12 c
BNJ 0,05 - 0,71 0,67 0,90
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada lajur
yang sama berbeda pada taraf peluang 5 % uji (BNJ).
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman pada
umur 15 hari setelah tanam tidak terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan yang satu dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pengamatan
pada umur 30, 45 dan 60 Hari setelah tanam, tertinggi di peroleh pada
perlakuan pemupukan fosfat dengan dosis 22,5 gram/plot yaitu perlakuan
(P3), tinggi tanaman terendah akibat perlakuan beberapa dosis pemupukan
fosfat, terlihat pada perlakuan 7,5 gram/plot (P1) yang tidak berbeda
dengan perlakuan 15 gram/plot (P2). Namun berbeda sangat nyata pada
umur 60 hari setelah tanam. Hal ini disebabkan pemberian pupuk fosfat
dalam dosis tinggi akan mempercepat penguraian unsur hara dalam tanah
yang miskin akan hara serta merangsang pertumbuhan akar dan tanaman
muda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat
berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah yang diamati, yaitu
tinggi tanaman pada umur 30, 45 dan 60 hari setelah tanam, kecuali
terhadap tanaman pada umur 15 Hari setelah tanam.
Tinggi tanaman semakin meningkat dengan meningkatkan dosis
pupuk fosfat, kenyataan ini berkaitan dengan fungsi unsur hara fosfat
dalam pembelahan sel dan juga untuk perkembangan jaringan meristem.
Kekurangan dan kelebihan unsur hara tidak baik untuk pertumbuhan
tanaman kedelai, oleh karena itu untuk memperoleh produksi yang tinggi,
unsur hara yang tersedia harus dalam jumlah yang cukup selama
pertumbuhan tanaman dan dalam keadaan seimbang, kelebihan unsur
hara P di dalam tanah akan menyebabkan tanaman keracunan (Suprapto,
2002).
Kemudian Leiwakabessy (1988) dalam Nazariah (2010) juga
menyatakan bahwa semakin banyak unsur P yang diberikan pada suatu
tanaman, maka semakin cepat pertumbuhan tanaman, tetapi pertumbuhan
tanaman tidak selalu berbanding lurus dengan unsur yang diberikan.
Pertumbuhan akan bertambah hingga mencapai dosis tertentu dan
kemudian akan tidak respon pada dosis lebih besar dari itu.
Menurut Morard (1970) dalam Rosmarkam dan Yuwono (2002)
menerangkan setelah P diserap oleh akar, P mula-mula di angkut ke daun
muda, kemudian di pindahkan ke daun yang lebih tua, selain itu P juga
banyak terdapat pada jaringan organ floem, sehingga banyak yang
beranggapan bahwa P mempunyai fungsi translokasi unsur hara tanaman.
Kedelai menunjukkan respon terhadap pemupukan, terutama pada
tanah yang miskin akan hara tanaman, fungsi unsur fosfor antara lain
merangsang perkembangan akar, fosfor yang dihisap oleh akar kemudian
disebarkan ke daun, batang, tangkai, dan biji. Namun kekurangan unsur
fosfor pada kebanyakan tanaman terjadi sewaktu tanaman masih muda
oleh karena belum adanya kemampuan yang seimbang antara penyebaran
fosfor oleh akar dan fosfor yang dibutuhkan (Suprapto, 2002)
Menurut Widyawati (2007) pemberian pupuk K dan P terbukti dapat
meningkatkan hasil dari tinggi tanaman, jumlah polong isi, jumlah polong
hampa, berat kering biji, berat kering brangkasan dan berat kering akar.
2. Berat Biji Kering
Hasil pengamatan terhadap berat biji kering pertanaman, berat biji
perplot dan berat 100 biji kering tanaman kedelai untuk masing-masing
perlakuan tertera pada (Tabel Lampiran 9, 11 dan 13). Hasil Uji F pada
Analisis Sidik Ragam (Tabel Lampiran 10, 12 dan 14), menunjukkan bahwa
pemupukan fosfat berpengaruh sangat nyata terhadap berat biji kering
pertanaman, berat biji perplot dan berat 100 biji kering tanaman kedelai
Rata-rata berat produksi biji kering tanaman kedelai di sajikan pada Tabel
6.
Tabel 6. Rata-Rata Berat Biji Kering (g) Produksi Tanaman Kedelai
Akibat Pengaruh Pemupukan Fosfat
Pemupukan
Fosfat
Berat Biji Kering
Pertanaman Perplot 100 Biji
P1
P2
P3
16,25 a
17,58 b
18,28 c
260,07 a
281,36 b
292,53 c
13,01 a
14,36 b
14,70 c
BNJ 0,05 0,57 9,10 0,76
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada lajur
yang sama berbeda pada taraf peluang 5 % uji (BNJ).
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa berat biji kering pertanaman,
berat biji kering perplot dan berat 100 biji kering tanaman kedelai, terberat
dijumpai pada perlakuan pemupukan 22,5 gram/plot (P3) yang berbeda
nyata dengan berat biji kering pada perlakuan (P1) dan (P2). Hal ini
memperlihatkan respon yang baik dari tanaman kedelai terhadap unsur
fosfor.
Dari hasil peubah yang diamati dapat dilihat bahwa semakin
meningkatnya dosis pupuk fosfat yang diberikan, maka semakin meningkat
pula berat produksi biji kedelai yang dihasilkan, hal ini terlihat jelas pada
pengamatan berat biji kering pertanaman, berat biji kering perplot dan berat
100 biji kering hasil produksi tanaman kedelai.
Hal ini disebabkan dengan penambahan dosis pupuk fosfat yang
lebih tinggi akan menpermudah penyebaran unsur P keseluruh tanaman
dalam bentuk ion-ion ke seluruh tubuh tanaman mulai dari pembentukan
perakaran hingga pembentukan biji.
Hara fosfor dihisap tanaman sepanjang masa pertumbuhannya,
periode terbesar penggunaan fosfat dimulai pada masa pembentukan
polong sampai kira-kira 10 Hari sebelum biji berkembang penuh (Suprapto,
2002).
Reaksi tanah yang masam dan rendahnya keterediaan P
merupakan faktor pembatas utama bagi tanaman, sehingga efesiensi
pemberian pupuk sangat rendah, efesiensi pupuk fosfat berkisar antara 8
hingga 15 % disebabkan tingkat kemasaman tanah yang tinggi, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya pengikatan oleh unsur Al, Fe dan Mn di
dalam tanah, sehingga bentuk P akan terikat kuat oleh Fe dan Al (Sutanto,
2005).
C. Pengaruh Interaksi Antara Pemupukan Fosfat dan Pengapuran
Hasil Uji F pada Analisis Sidik Ragam (Tabel Lampiran 2, 4, 6, 8,
10, dan 12) menunjukkan tidak terdapat Interaksi yang nyata antara
pemupukan fosfat dengan pengapuran terhadap semua peubah yang
diamati. Hal ini berarti perbedaan respon pertumbuhan dan produksi biji
kedelai akibat perbedaan dosis pemupukan fosfat dan tidak tergantung
pada pengapuran, begitu juga sebaliknya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
3. Pengapuran berpengaruh sangat nyata terhadap produksi biji kedelai
(berat biji kering pertanaman, berat biji kering perplot dan berat 100 biji
kering). Dosis kapur dolomit terbaik terdapat pada dosis 2 ton/Ha, yaitu
pada perlakuan dengan dosis 200 gram/plot (D3).
4. Pemupukan fosfat berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
dan produksi biji kedelai yaitu berat biji kering pertanaman, berat biji
kering perplot dan berat 100 biji kering. Perlakuan pemupukan fosfat
terbaik terdapat pada dosis 225 kg/Ha, yaitu pada perlakuan dengan
dosis 22,5 gram/plot (P3).
5. Tidak terdapat Interaksi yang nyata antara pengapuran dengan
pemupukan fosfat terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi biji
kedelai.
B. SARAN
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama proses penelitian
dapat disarankan bahwa penelitian ini dapat dicobakan dengan
menggunakan dosis kapur dan pemupukan fosfat yang lebih tinggi pada
tanah masam di kampung Isaq, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh
Tengah.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. T. dan Rini Wudianto., 2002. Meningkatkan Hasil Panen
Kedelai Di Lahan Sawah - Kering - Pasang Surut. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Adisarwanto. T., 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Amiruddin., 2008. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3954/1/02012718.
pdf
Anonymous., 1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.
----------------, 1990. Kedelai dan Cara Bercocok Tanam. Jakarta.
----------------, 1991. Deptan. Pengembangan Kedelai Potensi, Kendala dan
Peluang. Risalah Lokakarya Bogor,13 Desember 1990.
Budi. A., 2007. Penuntun Pengolahan Kedelai, Ricardo, Jakarta.
Hakim. N, dkk., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas
Lampung, Jakarta.
Hanafiah. K. A., Napoleon, Ghofar Nuni., 2007. Biologi Tanah Ekologi &
Makrobiologi Tanah. PT Rajografindo Persoda, Jakarta.
Nazariah., 2010. Pemupukan Tanaman Kedelai Pada Lahan Tegalan. http//
www.google.com (pdf).
Rismundar., 1974. Bertanam Kedelai. Terate, Bandung.
Rosmarkam, A. dan Yuwono, N. W., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius, Yogyakarta.
Soenarjo. E., 1994. Risalah Seminar, Balai Penelitian Tanaman Pangan,
Sukarami.
Sumarno., dkk, 1990. Kedelai dan cara Budidayanya. CV Jasaguna,
Jakarta selatan.
Suprapto. Hs., 2002. Tanaman Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutanto. R., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Konsep Kenyataannya).
Kanisius, Yogyakarta.
Sutedjo. M. M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
44
Widyawati. E., 2007. Pengaruh_Pemupukan_dan_Pengapuran.pdf
http://eprints.umm.ac.id/9444/1/
Yitnosumarto. S.,1991. Percobaan Perancangan, Analisis Dan
Interprestasinya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yusup. T., 2009. Kapur-Pertanian-dan-pH-tanah/ http://tohariyusuf.
wordpress.com/2009/04/04/
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 15 Hari
Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
Blok/Ulangan
Jumlah Rata-rata
I II III
P1 D0 15.75 15.53 15.98 47.25 15.75
P1 D1 16.74 17.09 15.64 49.47 16.49
P1 D2 16.21 17.26 15.86 49.34 16.45
P1 D3 15.47 16.36 16.58 48.40 16.13
P1 D0 16.24 17.39 16.87 50.50 16.83
P2 D1 17.45 16.37 16.87 50.70 16.90
P2 D2 17.54 17.41 16.54 51.50 17.16
P2 D3 15.46 17.54 17.63 50.63 16.88
P3 D0 18.39 15.38 17.42 51.18 17.06
P3 D1 16.47 18.54 18.87 53.88 17.96
P3 D2 18.65 15.49 16.24 50.39 16.80
P3 D3 17.84 17.38 16.27 51.50 17.17
Total 202.21 201.74 200.76 604.71 -
Ý = 16.80
Tabel Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai Pada
Umur 15 Hari Setelah Tanam
Sumber
Keragaman
DB JK KT F. hit
F. Tabel
0,05 0,01
Ulangan 2 0.092 0.046 0.045 3,44 5,72
D 3 1.515 0.505 0.491 tn
3,05 4,82
P 2 6.873 3.436 3.342 tn
3,44 5,72
D.P 6 1.996 0.333 0.324 tn
2,55 3,76
Galat 22 22.621 1.028 - - -
Jumlah 35 - - -
KK (%)= 6.04
Keterangan :
** = Sangat nyata
* = Nyata
tn = Tidak nyata
Tabel Lampiran 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 30 Hari
Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
Blok/Ulangan
Jumlah Rata-rata
I II III
P1 D0 25.88 27.09 25.88 78.84 26.28
P1 D1 24.68 27.43 28.03 80.13 26.71
P1 D2 27 26.84 26.88 80.71 26.90
P1 D3 27.28 26.49 26.55 80.31 26.77
P1 D0 27.86 27.41 27.35 82.63 27.54
P2 D1 28.8 27.84 26.88 83.51 27.84
P2 D2 26.9 27.11 26.93 80.94 26.98
P2 D3 26.93 26.50 26.44 79.86 26.62
P3 D0 29.00 28.80 29.49 87.29 29.10
P3 D1 29.51 29.05 29.65 88.21 29.40
P3 D2 28.95 29.34 28.91 87.20 29.07
P3 D3 29.10 29.59 29.38 88.06 29.35
Total 331.88 333.48 332.34 997.69 -
Ý = 27.71
Tabel Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Umur 30
Hari Setelah Tanam
Sumber
Keragaman
DB JK KT F.hit
F.Tabel
0,05 0,01
Ulangan 2 0.113 0.056 0.118 3,44 5,72
D 3 0.897 0.299 0.627 tn
3,05 4,82
P 2 43.418 21.709 45.480 **
3,44 5,72
D.P 6 2.729 0.455 0.953 tn
2,55 3,76
Galat 22 10.501 0.477 - - -
Jumlah 35 - - -
KK (%) = 2.49
Keterangan :
** = Sangat nyata
* = Nyata
tn = Tidak nyata
Tabel Lampiran 5. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 45 Hari
Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
Blok/Ulangan
Jumlah Rata-rata
I II III
P1 D0 37.98 36.20 36.84 111.01 37.00
P1 D1 36.43 38.15 38.15 112.73 37.58
P1 D2 37.58 37.91 37.59 113.08 37.69
P1 D3 36.83 37.01 37.33 111.16 37.05
P1 D0 36.95 37.69 37.91 112.55 37.52
P2 D1 37.85 38.69 37.95 114.49 38.16
P2 D2 37.95 38.25 37.76 113.96 37.99
P2 D3 36.96 37.33 37.14 111.43 37.14
P3 D0 38.93 39.51 40.21 118.65 39.55
P3 D1 39.76 39.75 40.38 119.89 39.96
P3 D2 40.93 38.83 39.73 119.48 39.83
P3 D3 41.56 40.60 40.01 122.18 40.73
Total 459.69 459.91 460.99 1380.59 -
Ý = 38.35
Tabel Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Umur 45
Hari Setelah Tanam
Sumber
Keragama
n
DB JK KT F.hit
F.Tabel
0,05 0,01
Ulangan 2 0.08 0.04 0.09 3,44 5,72
D 3 1.60 0.53 1.26 tn
3,05 4,82
P 2 50.78 25.39 59.66 ** 3,44 5,72
D.P 6 3.72 0.62 1.46 tn
2,55 3,76
Galat 22 9.36 0.43 - - -
Jumlah 35 - - -
KK (%)= 1.70
Keterangan :
** = Sangat nyata
* = Nyata
tn = Tidak nyata
Tabel Lampiran 7. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 60 Hari
Setelah Tanam (cm)
Perlakuan
Blok/Ulangan
Jumlah Rata-rata
I II III
P1 D0 41.12 43.98 41.64 126.74 42.25
P1 D1 44.64 45.10 41.31 131.05 43.68
P1 D2 41.75 43.53 42.64 127.92 42.64
P1 D3 40.10 43.73 42.82 126.65 42.22
P1 D0 43.08 40.43 44.24 127.74 42.58
P2 D1 47.48 44.31 43.88 135.66 45.22
P2 D2 47.40 45.96 43.30 136.66 45.55
P2 D3 46.06 39.97 45.67 131.71 43.90
P3 D0 49.35 48.41 46.83 144.59 48.20
P3 D1 49.38 50.05 47.89 147.32 49.11
P3 D2 52.99 51.83 50.93 155.74 51.91
P3 D3 50.11 52.16 51.54 153.81 51.27
Total 553.45 549.45 542.68 1645.58 -
Ý = 45.71
Tabel Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Umur 60
Hari Setelah Tanam
Sumber
Keragama
n
DB JK KT F.hit
F.Tabel
0,05 0,01
Ulangan 2 4.94 2.47 0.73 3,44 5,72
D 3 26.56 8.85 2.62 tn
3,05 4,82
P 2 365.95 182.98 54.23 ** 3,44 5,72
D.P 6 22.07 3.68 1.09 tn
2,55 3,76
Galat 22 74.23 3.37 - - -
Jumlah 35 - - -
KK (%)= 4.02
Keterangan :
** = Sangat nyata
* = Nyata
tn = Tidak nyata
Tabel Lampiran 9. Rata-Rata Berat Biji Kering Pertanaman (g)
Perlakuan
Blok/Ulangan
Jumlah Rata-rata
I II III
P1 D0 14.98 14.99 15.03 45.00 15.00
P1 D1 15.24 15.61 16.44 47.29 15.76
P1 D2 16.07 17.24 16.91 50.21 16.74
P1 D3 17.61 17.40 17.54 52.55 17.52
P1 D0 16.72 17.13 16.25 50.10 16.70
P2 D1 17.51 17.28 17.93 52.72 17.57
P2 D2 17.56 17.96 18.15 53.67 17.89
P2 D3 17.95 18.15 18.43 54.53 18.18
P3 D0 18.06 18.06 16.33 52.45 17.48
P3 D1 18.34 16.46 17.94 52.74 17.58
P3 D2 19.03 18.41 18.72 56.16 18.72
P3 D3 19.64 19.14 19.26 58.05 19.35
Total 208.71 207.83 208.92 625.47 -
Ý = 17.37
Tabel Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam Berat Biji Kering Pertanaman
Sumber
Keragaman
DB JK KT F.hit
F.Tabel
0,05 0,01
Ulangan 2 0.056 0.023 0.09 3,44 5,72
D 3 20.12 6.71 22.13 ** 3,05 4,82
P 2 25.50 12.75 42.07 ** 3,44 5,72
D.P 6 1.86 0.31 1.02 tn
2,55 3,76
Galat 22 6.67 0.30 - - -
Jumlah 35 - - -
KK (%)= 3,17
Keterangan :
** = Sangat nyata
* = Nyata
tn = Tidak nyata
Tabel Lampiran 11. Rata-Rata Berat Biji Kering Perplot (g)
Perlakuan
Blok/Ulangan
Jumlah Rata-rata
I II III
P1 D0 239.70 239.90 240.40 720.00 240.00
P1 D1 243.90 249.70 263.00 756.60 252.20
P1 D2 257.10 275.80 270.50 803.40 267.80
P1 D3 281.70 278.40 280.70 840.80 280.27
P1 D0 267.50 274.10 260.00 801.60 267.20
P2 D1 280.13 276.53 286.83 843.49 281.16
P2 D2 280.90 287.40 290.40 858.70 286.23
P2 D3 287.20 290.40 294.90 872.50 290.83
P3 D0 289.00 289.00 261.20 839.20 279.73
P3 D1 293.50 263.30 287.10 843.90 281.30
P3 D2 304.50 294.50 299.50 898.50 299.50
P3 D3 314.30 306.30 308.20 928.80 309.60
Total 3339.43 3325.33 3342.73 10007.49 -
Ý = 277.99
Tabel Lampiran 12. Analisis Sidik Ragam Berat Biji Kering Perplot
Sumber
Keragama
n
DB JK KT F.hit
F.Tabel
0,05 0,01
Ulangan 2 14.24 7.12 0.09 3,44 5,72
D 3 5151.61 1717.20 22.13 ** 3,05 4,82
P 2 6529.13 3264.57 42.07 ** 3,44 5,72
D.P 6 477.20 79.53 1.02 tn
2,55 3,76
Galat 22 1707.24 77.60 - - -
Jumlah 35 - - -
KK (%) = 3,17
Keterangan :
** = Sangat nyata
* = Nyata
tn = Tidak nyata
Tabel Lampiran 13. Rata-Rata Berat 100 Biji Kering (g)
Perlakuan
Blok/Ulangan
Jumlah Rata-rata
I II III
P1 D0 11.46 12.43 11.29 35.18 11.73
P1 D1 12.39 12.95 11.49 36.82 12.27
P1 D2 12.38 13.69 12.55 38.62 12.87
P1 D3 14.63 15.37 15.48 45.49 15.16
P1 D0 13.27 12.47 14.28 40.03 13.34
P2 D1 12.39 13.98 13.54 39.90 13.30
P2 D2 14.75 13.65 16.26 44.66 14.89
P2 D3 15.37 15.93 16.39 47.69 15.90
P3 D0 14.39 14.48 13.26 42.14 14.05
P3 D1 12.57 14.37 13.59 40.54 13.51
P3 D2 14.46 15.38 15.38 45.22 15.07
P3 D3 16.37 15.74 16.38 48.50 16.17
Total 164.44 170.44 169.91 504.79
Ý = 14.02
Tabel Lampiran 14. Tabel Analisis Sidik Ragam Berat 100 Biji Kering
Sumber
Keragama
n
DB JK KT F.hit
F.Tabel
0,05 0,01
Ulangan 2 1.84 0.92 1.72 3,44 5,72
D 3 44.77 14.92 27.82 **
3,05 4,82
P 2 19.17 9.59 17.87 **
3,44 5,72
D.P 6 2.51 0.42 0.78 tn
2,55 3,76
Galat 22 11.80 0.54
Jumlah 35
KK(%) = 5.22
Keterangan :
** = Sangat nyata
* = Nyata
tn = Tidak nyata
Lampiran 16. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro
Nama Varietas : Anjasmoro
Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)
SK : 537/Kpts/TP.240/10/2001 tanggal 22 Oktober 2001
Tahun : 2001
Tetua : Seleksi massa dari populasi galur murni MANSURIA
Potensi hasil : 2,25 – 2,30 ton/ha
Pemulia : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaludin M,
Susanto, Darman M. Arsyad, Muchlis Adie
Nomor Galur : MANSURIA 359 – 49 – 4
Warna Hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Putih
Warna bunga : Ungu
Warna polong masak : Coklat muda
Warna kulit biji : Kuning
Warna Hilum : kuning kecoklatan
Tipe tumbuh : Determinate
Bentuk daun : Oval
Ukuran daun : Lebar
Perkecambahan : 76-78 %
Tinggi tanaman : 64-68 cm
Umur berbunga : 35,7-39,4 Hari
Umur masak : 82,5-92,5 Hari
Bobot 100 biji : 14,8-15,3 gram
Kandungan protein biji : 41,78-42,05 %
Kandungan lemak : 17,12-18,60 %
Ketahanan terhadap rebah : Tahan rebah
Ketahanan terhadap karat daun : Sedang
Ketahanan terhadap pecah polong : Tahan
Lampiran 18. Data Hasil Pengamatan pH Tanah
9. Perlakuan kontrol tanpa dolomit
(D0)
1 4.5
2 5
3 5.2
4 5
5 4.5
6 4.7
7 5
8 4.8
9 4.6
Jumlah 43.3
Rata-rata 4.8
pH sesudah (1 bulan)
pengapuran
Perlakukan
3. Perlakuan dolomite 150 gr/plot
(D2)
1 5.7
2 4.9
3 5
4 4.7
5 5.2
6 6.2
7 5.8
8 6.1
9 5.4
Jumlah 49
Rata-rata 5.4
pH sesudah (1 bulan)
pengapuran
Perlakukan
10. Perlakuan dolomite 100 gr/plot
(D1)
1 5
2 4.1
3 5
4 5
5 5.1
6 6.4
7 5.8
8 5.3
9 5.3
Jumlah 47
Rata-rata 5.2
pH sesudah (1 bulan)
pengapuran
Perlakukan
4. Perlakuan dolomite 200 gr/plot (D3)
1 6.2
2 5.7
3 6.3
4 6.5
5 5.6
6 5.9
7 5.9
8 6
9 5.4
Jumlah 53.5
Rata-rata 5.9
pH sesudah (1 bulan)
pengapuran
Perlakukan
Lampiran 19
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Gambar 2. Plot-plot Penelitian
Gambar 3. Kapur (Dolomit) dan tanah yang telah dicampur dengan kapur
Gambar 4. Pengamatan pada saat tanaman berumur 30 hst
Gambar 5. Tanaman kedelai pada saat berumur 45 hst
Gambar 6. Tanaman per-batang pada saat berumur 60 hst
Gambar 7. Tanaman per-plot pada saat berumur 60 hst
Gambar 8. Produksi kedelai per-tanaman
Gambar 9. Produksi kedelai per-plot setelah panen
Gambar 10. Produksi kedelai per-plot setelah penjemuran
Gambar 11. Penjemuran dan sampah kedelai setelah pengulitan
(pengupasan biji)
Gambar 12. Produksi polong dan biji kering tanaman kedelai
PENGARUH PENGAPURAN DAN PUPUK FOSFAT

Contenu connexe

Similaire à PENGARUH PENGAPURAN DAN PUPUK FOSFAT

Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1NURUL FADLI
 
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docxPERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docxALDINOBSM
 
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohLAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohkhunagnes1
 
KEGIATAN_PEMELIHARAAN_AYAM_BIBIT_INDUK_P.pdf
KEGIATAN_PEMELIHARAAN_AYAM_BIBIT_INDUK_P.pdfKEGIATAN_PEMELIHARAAN_AYAM_BIBIT_INDUK_P.pdf
KEGIATAN_PEMELIHARAAN_AYAM_BIBIT_INDUK_P.pdfRektorUB
 
S2 2016-pengaruh berbagai dosis dolomit pada tanah regosol & lama penyina...
S2 2016-pengaruh berbagai dosis dolomit pada tanah regosol & lama penyina...S2 2016-pengaruh berbagai dosis dolomit pada tanah regosol & lama penyina...
S2 2016-pengaruh berbagai dosis dolomit pada tanah regosol & lama penyina...Hermanto Ranji
 
Analisa mikrobiologi pada makanan
Analisa mikrobiologi pada makananAnalisa mikrobiologi pada makanan
Analisa mikrobiologi pada makananNuzul Dianperdana
 
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...f' yagami
 
Dinar wijaya 20180210089 proposal kegiatan magang profesi_revisi (2)(1)
Dinar wijaya 20180210089 proposal kegiatan magang profesi_revisi (2)(1)Dinar wijaya 20180210089 proposal kegiatan magang profesi_revisi (2)(1)
Dinar wijaya 20180210089 proposal kegiatan magang profesi_revisi (2)(1)YogaWijaya17
 
UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL 70% BUAH NAGA BERDAGING MERAH SUPER ...
UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL 70%  BUAH NAGA BERDAGING MERAH SUPER  ...UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL 70%  BUAH NAGA BERDAGING MERAH SUPER  ...
UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL 70% BUAH NAGA BERDAGING MERAH SUPER ...febri khairiah
 
Penerapan haccp pada pengalengan ikan sardin di pt. maya food industries
Penerapan haccp  pada  pengalengan ikan sardin di pt. maya food industriesPenerapan haccp  pada  pengalengan ikan sardin di pt. maya food industries
Penerapan haccp pada pengalengan ikan sardin di pt. maya food industriesMastori Rodin
 

Similaire à PENGARUH PENGAPURAN DAN PUPUK FOSFAT (20)

Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
 
Buku teknologi tepat guna.pdf
Buku teknologi tepat guna.pdfBuku teknologi tepat guna.pdf
Buku teknologi tepat guna.pdf
 
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docxPERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
 
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohLAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
 
KEGIATAN_PEMELIHARAAN_AYAM_BIBIT_INDUK_P.pdf
KEGIATAN_PEMELIHARAAN_AYAM_BIBIT_INDUK_P.pdfKEGIATAN_PEMELIHARAAN_AYAM_BIBIT_INDUK_P.pdf
KEGIATAN_PEMELIHARAAN_AYAM_BIBIT_INDUK_P.pdf
 
S2 2016-pengaruh berbagai dosis dolomit pada tanah regosol & lama penyina...
S2 2016-pengaruh berbagai dosis dolomit pada tanah regosol & lama penyina...S2 2016-pengaruh berbagai dosis dolomit pada tanah regosol & lama penyina...
S2 2016-pengaruh berbagai dosis dolomit pada tanah regosol & lama penyina...
 
Makalah budidaya tanaman semusim
Makalah budidaya tanaman semusimMakalah budidaya tanaman semusim
Makalah budidaya tanaman semusim
 
Rdhp upbs jagung 2018
Rdhp upbs jagung 2018Rdhp upbs jagung 2018
Rdhp upbs jagung 2018
 
Analisa mikrobiologi pada makanan
Analisa mikrobiologi pada makananAnalisa mikrobiologi pada makanan
Analisa mikrobiologi pada makanan
 
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
 
Rdhp bioindustri pasut
Rdhp bioindustri pasutRdhp bioindustri pasut
Rdhp bioindustri pasut
 
Laporan PKL ALI 2015
Laporan PKL ALI 2015Laporan PKL ALI 2015
Laporan PKL ALI 2015
 
Cpns kementerian pertanian 2013
Cpns kementerian pertanian 2013Cpns kementerian pertanian 2013
Cpns kementerian pertanian 2013
 
Dinar wijaya 20180210089 proposal kegiatan magang profesi_revisi (2)(1)
Dinar wijaya 20180210089 proposal kegiatan magang profesi_revisi (2)(1)Dinar wijaya 20180210089 proposal kegiatan magang profesi_revisi (2)(1)
Dinar wijaya 20180210089 proposal kegiatan magang profesi_revisi (2)(1)
 
Tebu
TebuTebu
Tebu
 
UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL 70% BUAH NAGA BERDAGING MERAH SUPER ...
UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL 70%  BUAH NAGA BERDAGING MERAH SUPER  ...UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL 70%  BUAH NAGA BERDAGING MERAH SUPER  ...
UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL 70% BUAH NAGA BERDAGING MERAH SUPER ...
 
PORANG.docx
PORANG.docxPORANG.docx
PORANG.docx
 
Penerapan haccp pada pengalengan ikan sardin di pt. maya food industries
Penerapan haccp  pada  pengalengan ikan sardin di pt. maya food industriesPenerapan haccp  pada  pengalengan ikan sardin di pt. maya food industries
Penerapan haccp pada pengalengan ikan sardin di pt. maya food industries
 
PKM Hibah Mahasiswa
PKM Hibah MahasiswaPKM Hibah Mahasiswa
PKM Hibah Mahasiswa
 
16801 50544-1-pb (1)
16801 50544-1-pb (1)16801 50544-1-pb (1)
16801 50544-1-pb (1)
 

PENGARUH PENGAPURAN DAN PUPUK FOSFAT

  • 1. PENGARUH PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIJI KEDELAI (Glycine max (L) Merril) SKRIPSI OLEH FITRI HADIRAH NPM. 0801000505 Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S1 pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih Takengon PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GAJAH PUTIH TAKENGON 2011
  • 2. SKRIPSI PENGARUH PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIJI KEDELAI (Glycine max (L) Merril) Disusun Oleh FITRI HADIRAH NPM. 0801000505 Telah Dipertahankan Di depan Dewan Komisi Penguji pada Tanggal 16 Juli 2011 Dan Dinyatakan Telah Lulus Memenuhi Syarat Menyetujui Komisi Pembimbing, Pembimbing Ketua Ir. MASNA MANURUNG. MP NIDN. 0114116701 Pembimbing Anggota HAIRUNNAS. SP NIDN. 010202671 Mengetahui Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih Takengon Ir. MASNA MANURUNG. MP NIDN. 0114116701
  • 3. PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini : NAMA : FITRI HADIRAH NPM : 080 1000 505 PRODI : Agroteknologi FAKULTAS : PERTANIAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi yang berjudul Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan Fosfat terhadap pertumbuhan dan Produksi biji Kedelai (Glycine max (L) Merril) tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar saya bersedia mendapatkan sangsi dari pihak akademis. Takengon, Juli 2011 F I T R I H A D I R A H NPM . 080 1000 505
  • 4. RIWAYAT HIDUP Fitri hadirah, dilahirkan di Aceh Tengah pada tanggal 5 september 1987, merupakan anak pertama dari 2 (dua) bersaudara, dari Pasangan Bapak Yakup dan Ibu Djaimah, Beragama Islam. Penulis tamat Sekolah Dasar Negeri di Merah Mege Kecamatan Atu Lintang pada tahun 2000, kemudian menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 20 Takengon Kecamatan Atu Lintang pada tahun 2003, menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di SMK Negeri 2 Takengon Kecamatan Pegasing pada tahun 2006, dan pada tahun itu juga penulis meneruskan pendidikan program Strata Satu di Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih Takengon Aceh Tengah.
  • 5. RINGKASAN Fitri Hadirah. ”Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan Fosfat terhadap Pertumbuhan dan Produksi Biji Kedelai (Glycine max (L) Merril)”, penelitian ini dibimbing oleh Masna Manurung sebagai pembimbing ketua dan Hairunnas sebagai pembimbing anggota. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengapuran dan pemupukan fosfat serta interaksi antara pengapuran dan pemupukan fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi biji kedelai. Penelitian ini dilakukan di Kampung Isaq, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah pada Tanggal 13 Oktober 2010 sampai 16 Februari 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah faktorial berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah level dosis pengapuran (D) terdiri dari 4 taraf : D0 ; kontrol, D1 ; 1 ton/Ha = 100 gram/plot, D2 ; 1.5 ton/Ha = 150 gram/plot, D3 ; 2 ton/Ha = 200 gram/plot. Faktor kedua adalah level pemupukan fosfat (P) terdiri dari 3 taraf : P1 ; 75 Kg/Ha = 7.5 gram/plot, P2 ; 150 Kg/plot = 15 gram/plot dan P3 ; 225 Kg/plot = 22,5 gram/plot. Hasil uji F pada analisis sidik ragam pengapuran berpengaruh sangat nyata terhadap produksi biji kedelai. Namun, tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman, hal ini disebabkan kurangnya dosis kapur pada pH yang sangat rendah dan sulit terjadi reaksi kapur pada
  • 6. tanah liat. Hasil yang terbaik di jumpai pada perlakuan D3 (2 ton/Ha = 200 gram/plot) Pemupukan fosfat berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan pada umur 30 hst, 45 hst dan 60 hst. Namun, tidak berpengaruh nyata pada umur 15 hst, hal ini disebabkan belum terjadi reaksi pupuk fosfat secara sempurna pada umur 15 hst, serta berpengaruh sangat nyata terhadap produksi biji kedelai. Hasil yang terbaik dijumpai pada perlakuan P3 (225 Kg/Ha = 22.5 gram/plot). Tidak terdapat interaksi yang nyata antara pengapuran dan pemupukan fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
  • 7. PRAKATA Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan laporan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan Fosfat terhadap Pertumbuhan dan Produksi Biji Kedelai (Glycine max (L) Merril)”, dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih Takengon. Penulis juga menyadari adanya bantuan dan bimbingan serta kerja sama penulis dengan berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah mendoakan membiayai, mendidik dan atas kasih sayangnya. Keponakanku Loly yang memberikan dorongan dan semangat, beserta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. 2. Ibu Ir. Masna Manurung. MP selaku Pembimbing utama yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
  • 8. 3. Ibu Hairunnas. SP selaku Pembimbing Pendamping yang telah membimbing pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini hingga selesai. 4. Dosen Penguji, terimakasih karena telah berkenan menguji dan memberikan kesempatan penulis untuk mempertahankan argumen dan juga memberikan banyak koreksi sehingga Sarjana Pertanian yang penulis sandang menjadi pantas dibanggakan. 5. Civitas Akademika Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan. Takengon, Juli 2011 Penulis
  • 9. DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. i PERNYATAAN................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP .............................................................................. iii RINGKASAN....................................................................................... iv PRAKATA........................................................................................... vii DAFTAR ISI........................................................................................ viii DAFTAR TABEL................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1 A. Latar Belakang................................................................ 1 B. Tujuan Penelitian............................................................ 5 C. Hipotesa........................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 7 A. Botani Tanaman Kedelai............................................... 7 B. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai................................ 9 C. Penyebab dan Masalah Keasaman Tanah................... 11 D. Peran pengapuran.......................................................... 15 E. Jenis-jenis Kapur Pertanian.......................................... 17 F. Unsur Hara Dalam Tanah dan Peran Pupuk Fosfat Bagi Tanaman................................................................ 18 BAB III BAHAN METODE PENELITIAN........................................... 25 A. Waktu dan Tempat Penelitian....................................... 25 B. Bahan dan Alat............................................................... 25 C. Metode Penelitian........................................................... 25 D. Pelaksanaan penelitian................................................. 27
  • 10. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 32 A. Pengaruh Pengapuran.................................................... 32 B. Pengaruh Pemupukan Fosfat........................................ 37 C. Pengaruh Interaksi Antara Pemupukan Fosfat dan Pengapuran..................................................................... 42 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 43 A. Kesimpulan...................................................................... 43 B. Saran................................................................................ 43 DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 44 LAMPIRAN
  • 11. DAFTAR TABEL Tabel 1. Ringkasan unsur hara di dalam tanah (Anion dan Kation)...... 21 Table 2. Kombinasi perlakuan dosis Pengapuran dan Pemupukan Fosfat........................................................................................ 26 Tabel 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Akibat Pengaruh Pengapuran (cm)...................................................................... 32 Tabel 4. Rata-Rata Berat Biji Kering (g) Produksi Tanaman Kedelai Akibat Pengaruh Pengapuran................................................. 35 Tabel 5. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Akibat Pengaruh Pemupukan Fosfat (cm).......................................................... 37 Tabel 6. Rata-Rata Berat Biji kering (g) Produksi Tanaman Kedelai Akibat Pengaruh Pemupukan Fosfat .................................... 40
  • 12. DAFTAR LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 15 Hari Setelah Tanam (cm)........................ 46 Tabel Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 15 Hari Setelah Tanam....................... 46 Tabel Lampiran 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 30 Hari Setelah Tanam (cm)........................ 47 Tabel Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Umur 30 Hari Setelah Tanam................................ 47 Tabel Lampiran 5. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 45 Hari Setelah Tanam (cm)........................ 48 Tabel Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Umur 45 Hari Setelah Tanam................................ 48 Tabel Lampiran 7. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 60 Hari Setelah Tanam (cm)........................ 49 Tabel Lampiran 8. Analisiss Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Umur 60 Hari Setelah Tanam................................ 49 Tabel Lampiran 9. Rata-Rata Berat Biji Kering Pertanaman (g)......... 50 Tabel Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam Berat Biji Kering Pertanaman........................................................... 50 Tabel Lampiran 11. Rata-Rata Berat Biji Kering Perplot (g)................. 51 Tabel Lampiran 12. Analisis Sidik Ragam Berat Biji Kering Perplot..... 51 Tabel Lampiran 13. Rata-Rata Berat 100 Biji Kering (g) ...................... 52 Tabel Lampiran 14. Tabel Analisis Sidik Ragam Berat 100 Biji Kering.. 52 Lampiran 15. Bagan Percobaan.................................................. 53 Lampiran 16. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro.................. 54 Lampiran 17. Jadwal Kegiatan Penelitian .................................. 55 Lampiran 18. Data Hasil Pengamatan pH Tanah........................ 56 Lampiran 19. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ........................ 57
  • 13. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merril) merupakan bahan pangan sumber protein nabati yang paling murah dan cukup untuk kebutuhan, bahan makanan ini adalah komoditas penting di Indonesia karena merupakan sumber protein, di samping sebagai sumber lemak, vitamin dan mineral bagi masyarakat, kedelai juga merupakan bahan baku bagi berbagai industri dan bahan baku pakan ternak (Anonymous, 1991). Kedelai merupakan sumber protein nabati yang efesien, untuk mendapatkan 2.100 kalori + 55 gram protein per kapital per hari, di perlukan 44 gram kacang-kacangan per kapital per hari. Anjuran konsumsi 44 gram kacang-kacangan per hari tidak lah sulit di penuhi mengingat besarnya keragaman penggunaan kacang dalam menu seperti tahu, tempe, sayuran, kacang goreng dan bubur kacang (Anonymous, 1990). Tanaman kedelai di Indonesia setiap tahunnya memerlukan suplai tambahan yang harus di impor karena produksi kedelai di dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan. Terlepas dari penting dan tingginya permintaan akan kedelai, produksi kedelai di Indonesia sangat kurang kompetitif bila dibandingkan dengan tanaman pangan lainya, meskipun hasil per hektar dan areal tanaman terus meningkat produksi total ternyata belum mencukupi kebutuhan nasional (Sumarno, dkk, 1990). Tanah sangat penting artinya bagi usaha pertanian karena kehidupan dan perkembangan tumbuh-tumbuhan dan segala mahkluk
  • 14. hidup didunia sangat memerlukan tanah. Akan tetapi arti yang penting ini kadang diabaikan oleh manusia, sehingga tanah tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Tanah menjadi gersang dan dapat menimbulkan berbagai bencana, tidak lagi menjadi sumber bagi segala kehidupan (Sutedjo, 2002). Upaya meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri sebenarnya telah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu melalui beberapa pendekatan antara lain program pengapuran, supra insus, Opsus kedelai, dan program Gema palagung melalui salah satu cara dengan peningkatan Indek Pertanaman (IP) menuju Swasembada kedelai pada tahun 2001 (Adisarwanto dan Wudianto, 2002) Kedelai berperan penting dalam usahatani di daerah Istimewa Aceh, peranan tersebut terlihat dari luas areal panen kedelai yang menempati urutan kedua setelah tanaman padi ( Soenarjo, 1994). Kedelai merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi NAD, khususnya daerah pantai utara. Potensi lahan untuk pengembangan kedelai cukup luas yang terdiri dari lahan kering tegalan dan lahan sawah setelah tanam padi. Sejak era 80-an Propinsi Aceh dikenal sebagai salah satu sumber produksi kedelai untuk pemenuhan kebutuhan kedelai nasional. Awal pengembangan, kedelai di Propinsi Aceh mampu berproduksi sampai 2 ton/ha. Akan tetapi lambat laun produksi terus menurun, rata-rata produktivitas secara regional hanya mencapai ± 1, 2 ton/ha. Hal ini disebabkan berbagai hal, salah satunya adalah tingkat kesuburan lahan turun.
  • 15. Tanaman kedelai sudah mulai di kembangkan di daerah Aceh Tengah, khususnya di Kecamatan Linge seperti di Kampung Pantan Nangka namun produksinya masih jauh mencukupi kebutuhan daerah, semakin meningkatnya kebutuhan kedelai, intensifikasi yang dilakukan untuk meningkatkan produktifitas, seperti penggunaan pupuk yang sesuai dosis, penggunaan benih unggul dan diperlukan pengoptimalisasian serta perlakuan perbaikan tanah yang sesuai sehingga produksi dapat maksimal. Dalam membudidayakan kedelai agar tumbuh sempurna apabila memenuhi syarat tumbuh yang cocok untuk bercocok tanam, banyak faktor yang dapat menurunkan produksi kedelai salah satunya adalah keasaman tanah dan miskin hara di dalam tanah. Untuk mengubah semua itu dapat dilakukan beberapa usaha untuk dapat memenuhi syarat tumbuh yang diinginkan tanaman kedelai. Pada tanah bekas di tanami padi masih terkandung unsur-unsur hara yang bisa dimanfaatkan oleh kedelai. Namun, kadang-kadang keasaman tanah sawah dan tegalan tinggi sehingga hasil tanaman kedelai pun berkurang, upaya mengurangi keasaman tanah tersebut perlu di beri kapur, pengapuran dilakukan pada saat pengolahan tanah, yakni sebulan sebelum kedelai ditanam (Anonymous, 1989). Pengapuran merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tanah yang bereaksi asam atau basa. Tujuan dari pengapuran adalah untuk menaikkan pH tanah sehingga karenanya unsur-unsur hara menjadi lebih tersedia, memperbaiki struktur tanahnya sehingga kehidupan organisme
  • 16. dalam tanah lebih giat, dan menurunkan kelarutan zat-zat yang sifatnya meracuni tanaman Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyebutkan bahwa di Indonesia, banyak tanah yang asam terutama terdapat di kawasan pantai landai Sumatra, Kalimantan, Irian jaya, dan pulau kecil lainnya yang sebagian besar pH tanah disebabkan oleh adanya asam sulfat di dalam tanah, makin banyak kadar asam sulfatnya, maka makin rendah pH tanahnya. Seperti yang kita ketahui bahwa asam sulfat merupakan asam kuat : H2SO4 → 2H+ + SO4 = Di Aceh Tengah khususnya di Kecamatan Linge banyak lahan yang tidak pernah di olah oleh petani untuk lahan pertanian karena lahan tersebut terlalu asam yang ber pH rendah dan kekurangan unsur hara sehingga hanya dapat di tumbuhi oleh alang-alang. Lahan alang-alang adalah tipe tutupan lahan kering yang didominasi oleh rumput alang-alang (Imperata. sp). Lahan alang-alang adalah salah satu ciri dari kondisi lahan yang telah mengalami degradasi dan merosotnya status kesuburan tanah. Sebagian besar lahan alang-alang memiliki potensi rendah sampai sedang. Untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai menghendaki pH tanah yang netral, upaya untuk menaikkan pH yaitu dengan Pengapuran, Pengapuran dapat menaikkan pH tanah, meningkatkan aktivitas bakteri bintil akar, serta dapat mengatasi keracunan Al dan Fe (Anonymous, 1991).
  • 17. Pemupukan adalah material yang ditambahkan pada media tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga berproduksi dengan baik. Pemberian pupuk fosfat dapat juga menaikkan hasil panen terutama pada tanah yang kekurangan unsur tersebut, kedelai menunjukkan respon terhadap pemupukan, terutama pada tanah miskin akan hara tanaman. Hara fosfor dihisap tanaman sepanjang masa pertumbuhannya, kekurangan P (fosfor) pada kebanyakan tanaman terjadi sewaktu tanaman masih muda, oleh karena belum adanya kemampuan dalam penyerapan yang seimbang antara P (fosfor) oleh akar dan P (fosfor) yang dibutuhkan. Fungsi unsur fosfat antara lain merangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan, mempercepat masa panen dan menambah nilai gizi dari biji (Suprapto, 2002). Pada tanah yang cukup subur, pupuk Urea, TSP, dan ZK umumnya tidak menaikkan hasil kedelai. Namun pada tanah-tanah yang miskin hara fosfor dan ber-pH rendah, pemupukan dengan TSP disertai pengapuran sering dapat meningkatkan hasil kedelai (Anonymous, 1990). Pemupukan dilakukan karena tidak semua tanah baik untuk pertumbuhan tanaman. Pada umumnya tanah-tanah pertanian tidak menyediakan semua hara tanaman yang dibutuhkan dalam waktu cepat dan jumlah yang cukup untuk dapat mencapai pertumbuhan optimal. Tanah yang baik adalah tanah yang dapat memberikan atau menyediakan unsur- unsur pokok yang dibutuhkan sebagai makanan tanaman, cukup poros (gembur) yang memungkinkan air cepat masuk kedalam tanah, struktur
  • 18. tanah harus stabil dan tahan terhadap pukulan air hujan,sehingga erosi dapat ditahan. Oleh karena itu peningkatan produksi hanya dapat dicapai jika diberi tambahan hara tanaman untuk pertumbuhan yang optimal, baik itu pengapuran maupun pemupukan. Di samping itu, pupuk akan berguna bagi tanaman karena dapat mempercepat pertumbuhan tanaman dan memperkuat akarnya. Bahkan dengan pemupukan dapat juga menambah daya tahan tanaman tahan terhadap hama dan penyakit tertentu. Pupuk merupakan makanan bagi tanaman. Oleh karena itu agar tanaman dapat tumbuh dengan baik harus diberikan apa yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut. Ketersediaan unsur hara P pada tanah Ultiol (asam) yang sangat rendah menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan produksi tanaman yang akan diusahakan. Maka, upaya peningkatan nilai pH, dan kebutuhan unsur fosfat yang dibutuhkan tanaman kedelai, diperlukan jumlah kapur dan pupuk fosfat yang tepat sehingga perlu adanya suatu kajian tentang. “Pengaruh Pengapuran dan Pemberian Pupuk Fosfat terhadap Pertumbuhan dan Produksi Biji Kedelai (Glycine max (L) Merril)”. B. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh pengapuran terhadap pertumbuhan dan produksi biji kedelai. 2. Untuk mengetahui pengaruh pemupukan fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi biji kedelai.
  • 19. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara pengapuran dan pemupukan fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi biji kedelai. C. Hipotesa 1. Diduga pengapuran berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi biji kedelai. 2. Diduga pupuk Fosfat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi biji kedelai. 3. Diduga terdapat Interaksi antara perlakuan dosis pengapuran dan pemberian pupuk fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi biji kedelai.
  • 20. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Kedelai 1. Klasifikasi Tanaman Kedelai Kedelai termasuk Family Leguminosae (kacang-kacangan) klasifikasi tanaman kedelai lebih lengkapnya adalah sebagai berikut : - Divisi : Spermatophyta - Subdivisi : Angiospemae - Kelas : Dikotiledone - Ordo : Polypetates - Family : Leguminosae - Subfamily : Papilionoideae - Genus : Glycine - Species : Max - Nama ilmiah : Glycine max (L) Merril Kedelai mempunyai susunan genom, diploid (2n), dengan kromosom sebanyak 20 pasang. Beberapa kedelai jenis liar juga mempunyai kromosom 20 pasang, diperkirakan kedelai yang kita tanam sekarang berasal dari jenis liar, Glycine soja G ururiensis. Glycine soja mempunyai bentuk polong dan biji yang hampir sama dengan kedelai biasa, tetapi Glycine soja dapat disilangkan dengan kedelai biasa (Anonymous, 1990). 8
  • 21. 2. Morfologi Tanaman Kedelai a. Akar. Kedelai berakar tunggang, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang, pada akar-akar cabang terdapat bintil-bintil akar berisi bakteri Rhizobium Jafonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah. (Anonymous, 1989). b. Batang. Kedelai berbatang semak, dengan tinggi batang antar 30-100 cm. Setiap batang dapat membentuk 3-6 cabang, batang kedelai memiliki bulu yang akan menjadi tempat tumbuhnya bunga, batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau. Bila jarak tanam dalam barisan terlalu rapat, cabang menjadi berkurang atau tidak bercabang sama sekali (Suprapto, 2002). c. Daun. Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari 3 helai anak daun dan umumnnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning- kuningan, bentuk daun ada yang oval ada juga segi tiga. Pada saat tanaman kedelai sudah tua, maka daun-daunnya mulai rontok (Anonymous, 1989). d. Bunga. Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, artinya dalam setiap bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina, penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih tertutup, bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu muda atau putih bersih (Suprapto, 2002). Bunga tumbuh pada ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menuju keatas, pada setiap ketiak daun biasanya terdapat 3-15 kuntum
  • 22. bunga. Namun sebagian besar bunga rontok, hanya beberapa yang dapat membentuk polong (Anonymous, 1989). e. Buah. Buah kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji, polong kedelai mempunyai bulu, berwarna kuning kecoklatan atau keabu-abuan. Polong yang sudah masak berwarna lebih tua, warna hijau berubah menjadi kehitaman, keputihan, atau berbintik-bintik kecoklatan. Bila polong telah tua akan mudah pecah dan biji-bijinya melanting keluar. Satu batang kedelai dapat menghasilkan 100-125 polong pada tanah subur (Suprapto, 2002). B. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai 1. Iklim Indonesia beriklim tropis yang cocok untuk pertumbuhan kedelai, karena kedelai menghendaki suhu yang cukup panas, di tempat yang terbuka dan curah hujan yang di kehendaki antara 1.200-3.000 mm/tahun, dengan rata-rata curah hujan bulanan antara 100-400 mm3 /bulan. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian 1.500 meter dari permukaan laut (dpl), tetapi yang paling baik sampai 650 meter dpl, karena berpengaruh terhadap umur tanaman. Untuk dataran tinggi umur tanaman kedelai menjadi lebih panjang. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan kedelai adalah 23-30 0 C dan kelembaban antara 60-70 %. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik jika ditanam di daerah beriklim kering, yaitu pada musim tanam yang tepat adalah awal musim penghujan sekitar bulan Oktober-November (Anonymous, 1990).
  • 23. 2. Tanah Kedelai dapat tumbuh disetiap macam tanah, namun tidak 100 % bisa, tanaman itu tumbuh namun hasilnya tidak selalu memuaskan, tanah yang baik adalah jenis tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Dan yang terpenting adalah tanah gembur atau yang dapat di gemburkan, pada umumnya tanah yang baik untuk tanaman jagung baik pula untuk tanaman kedelai. Dinyatakan bahwa tanah-tanah yang banyak mengandung kapur dapat menghasilkan kedelai yang baik (Rismunandar, 1974). Kedelai dapat tumbuh pada tanah yang agak masam akan tetapi pada pH yang terlalu rendah dapat menimbulkan keracunan Al dan Fe nilai pH yang cocok berkisar antara 5,8-7,0, pada tanah ber pH tinggi (diatas 7) kedelai sering memperlihatkan gejala chlorosis yakni tanaman kerdil dan daun menguning, sebaliknya pada tanah masam (pH kurang dari 5), kedelai juga tumbuh namun pertumbuhanya tidak normal (kerdil). Keracunan Al dan Fe sehingga proses nitrifikasi akan berjalan kurang baik (Suprapto, 2002). Tanah merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman, tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya, selanjutnya unsur diserap oleh akar tanaman dan melalui daun dirubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.
  • 24. C. Penyebab dan Masalah Kemasaman Tanah Keasaman tanah dientukan dengan kepekatan ion hidrogen yan berada dalam tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen dalam tanah tinggi, maka tanah tersebut disebut asam, bila kepekatan ion hidrogen terlalu rendah maka tanah tersebut dalam kondisi basa (Yusuf, 2009). Reaksi tanah (pH) perlu diketahui karena tiap tanaman memerlukan lingkungan pH tertentu. Ada tanaman yang toleran terhadap goncangan pH yang panjang, tetapi ada pula tanaman yang tidak toleran terhadap goncangan pH. Pada kebanyakan tanah ditemukan bahwa pertukaran kation berubah dengan berubahnya pH tanah, pada pH rendah hanya muatan permanen liat, dan sebagian muatan koloid organik memegang ion yang dapat digantikan melalui pertukaran kation. Dengan demikian KTK relatif rendah. Hal ini disebabkan kebanyakan tempat pertukaran kation koloid organik dan beberapa fraksi liat, H mungkin hidroksi-Al terikat kuat, sehingga sukar dipertukarkan. Menurut Theng (1980), dalam Amiruddin (2008), komponen mineralogis asam biasanya didominasi oleh mineral liat dan oksidasi hidrat dari Al dan Fe, Hardjowigeno (1993), dalam Amiruddin (2008), juga menjelaskan bahwa tanah ini berkembang dari bahan induk tua seperti batuan liat atau batuan vulkanik masam, sehingga mempunyai tingkat kesuburan tanah yang rendah, dan Sanchez (1976) dalam Amiruddin (2008), juga menerangkan tanah ini memiliki faktor pembatas ganda bagi pertumbuhan tanaman yaitu terbatasnya ketersediaan air, kelangkaan
  • 25. bahan organik, bereaksi asam hingga sangat masam, keracunan Al dan Mn, tingginya fiksasi fosfat (P), defisiensi unsur hara N, K, Ca, Mg dan Mo, kapasitas tukar kation (KTK) rendah, kapasitas tukar anion (KTA) tinggi, dan stabilitas agregat yang rendah sehingga mudah tererosi. Terjadinya penurunan pH akibatnya tanah menjadi asam, yaitu seperti proses-proses yang terjadi pada tanah :  Reaksi tanah masam, curah hujan tinggi sehingga basa-basa tercuci.  Pencucian (leaching) dan penyerapan ion-ion basa (K, Ca, Mg, Na) oleh tanaman.  Cara penggunaan tanah.  Penggunaan varietas-varietas / jenis-jenis tanaman yang menyerap basa dalam jumlah besar.  Produksi CO2 dalam tanah.  Dekomposisi bahan organik.  Respirasi akar, CO2 + H2O à H2CO3 à H+ + HCO3 -  Proses pembebasan dan penimbunan ion-ion masam Contoh : Si, Al, Fe 4. Hidrolisis AL3+ ; Al3+ + 3 H2O à Al(OH)3 + 3H+ Tanah dapat dinyatakan masam, sedikit masam dan tidak masam. Bila ingin mengetahui kemasaman tanah untuk pengukuran secara kasar dapat dilaksanakan dengan kertas lakmus atau kertas “Universal Indicator”,
  • 26. yang mudah didapat di apotik. Kemasaman tanah dapat dinyatakan dengan pH 1- 8 (Rismundar, 1974). Pada umumnya tanah yang sudah berkembang lanjut, semakin lanjut usia semakin rendah pH nya, tanah yang di dalamnya terdapat akar tanaman sering menyebabkan turunnya pH walaupun dalam skala kecil, penurunan pH ini di sebabkan oleh akar tanaman yang melakukan proses pernapasan pengeluaran gas CO2, makin banyak akar baik volume maupun panjang maka makin tinggi kecendrungan penurunan pH. Selain itu pula Pemupukan dengan pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis asam, misal ZA ([NH4]2SO4 2+ ), menyebabkan menurunnya pH, penurunan ini berjalan selama pupuk tersebut selalu digunakan. Tanah yang berasal dari bahan induk yang kaya SiO2 menyebabkan terjadinya tanah asam. Sedangkan tanah yang berasal dari bahan induk kapur atau kaya dengan kapur umumnya terbentuk tanah-tanah netral atau tanah yang bereaksi sedikit alkalis sampai alkalis. Tanah yang mengandung ion Al3+ dan Fe3+ menyebabkan tanah mempunyai pH yang rendah, hal ini disebabkan karena dalam larutan tanah terjadi keseimbangan berikut : Al(H2O)+++ → Al(H2O)5 ++ +H+ Al(H2O)+++ →Al(OH)3 ++ + 3H+ Dengan pelepasan H+ ini, maka tanah relatif menjadi asam. Sampai tingkat keasaman tertentu, Al tertukar (exchangeable) dianggap kation yang dominan pengaruhnya terhadap keasaman tanah. Reaksi serupa juga
  • 27. terjadi apabila di dalam tanah terdapat Fe (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Menurut Sutanto (2005) keasaman tanah di sebabkan oleh ion H+ yang dihasilkan pada saat terjadi pelindian kation-kation dalam tanah. Keadaan pH tanah mineral dipengaruhi oleh kandungan kation dalam batuan induk, kation dilepaskan pada saat terjadi pelapukan dan KTK dari koloit tanah dijenuhi oleh kation sampai konsentrasi tertentu. Faktor lain seperti iklim, perkembangan tanah dan lain-lain juga akan berpengaruh pada pH tanah. Ion H+ dapat berasal dari CO2 yang dihasilkan melalui respirasi organisme tanah dan perakaran tanaman, yaitu CO2 + H2O ↔ HCO3 - + H+ udara tanah mempunyai kandungan CO2 yang cukup tinggi sehingga mampu menurunkan pH tanah yang mempunyai daya sangga rendah. Keasaman (pH) tanah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam tanah dan juga terhadap sifat tanah yang lain. a. Gatra Pedologi ; Keasaman (pH) mempengaruhi proses pembentukan dan pengembangan tanah di tinjau dari alih rupa mineral dan bahan organik dan selanjutnya proses perkembangan tanah. b. Gatra Ekologi ; pengaruh pH cukup besar terhadap persediaan unsur hara di dalam tanah. Kemasaman tanah sangat mempengaruhi populasi dan aktifitas cacing sehingga menjadi faktor pembatas penyebaran dan perkembangan speciesnya, umumnya cacing tanah tumbuh baik pada pH sekitar 7,0.
  • 28. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa pH kotoran tanah lebih netral dari pada tanah habitatnya (Hanafiah, dkk, 2007). D. Peran Pengapuran Pengapuran lahan masam ditujukan untuk mencapai tiga hal yakni : 1). Meningkatkan pH tanah pada taraf yang dikehendaki, 2). Menurunkan kandungan hara yang meracuni tanaman (Al) dalam larutan tanah, dan 3). Menaikkan kandungan hara Ca dan Mg (Anonymous, 2011). Dalam hal ini pengapuran di samping memperkaya tanah akan kalsium dan magnesium juga meningkatkan pH tanah, persediaan hara dalam tanaman dalam keadaan yang relatif seimbamg terletak antara pH 6,0-7,0. Disamping itu peningkatan pH dapat menaikan tingkat persediaan molibdenun yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan kacang-kacangan karena erat hubungannya dengan perkembangan bintil akar (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Untuk menaikkan pH tanah, kapur dapat diberikan dengan cara menyebar dipermukaan tanah kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah, Pengapuran dapat dilakukan sebulan sebelum tanam, dengan harapan kapur sudah bereaksi dengan tanah dan pada waktu musim tanam, butiran yang halus memberikan reaksi lebih cepat dari pada kapur kasar, sebagai sumber kapur yang digunakan seperti batu kapur, Dolomit, dan kapur tembok (Suprapto, 2002). Pengapuran dapat meningkatkan kalsium (Ca) dan pH tanah melalui hidrolisis asam lemah. Kalsit dan dolomit merupakan bahan yang banyak
  • 29. digunakan, karena relatif murah dan mudah didapat. Bahan tersebut selain dapat memperbaiki sifat fisik tanah juga tidak meninggalkan residu yang merugikan dalam tanah (Widyawati, 2007). Tanah masam umumnya tidak produktif. Untuk meningkatkan produktifitas tanah tersebut, pemberian kapur adalah cara yang tepat. Beberapa keuntungan dari pengapuran pada tanah masam, adalah sebagai berikut : • Meningkatkan pH tanah sehingga mendekati netral • Menambah unsur Ca dan Mg • Menambah ketersediaan unsur hara, contoh N,P • Mengurangi keracunan Al, Fe dan Mn • Memperbaiki kehidupan mikroorganisme. Uehara dan Gillman (1981) dalam Amiruddin (2008). Pemberian kapur pada beberapa tanah mineral masam mampu untuk meningkatkan pH dan P-tersedia tanah pada dosis tertentu, senyawa kapur ini juga mampu untuk meningkatkan KTK tanah, namun sejalan dengan itu ketersedian kation K dan Mg makin berkurang, hal ini terjadi karena meningkatnya adsorpsi Ca++ pada permukaan koloit tanah, sehingga muatan positif makin meningkat. Reaksi kapur dalam tanah dapat dijelaskan sebagai berikut : CaCo3 ↔ Ca2+ + Co3 2- Co3 2- + H2o ↔ HCo3 - OH- M - OH]o + OH - ↔ M – O] – H2O
  • 30. Menurut Sanchez dan Salinaz (1981) dalam Amiruddin (2008) menjelaskan bahwa unsur Ca di perlukan untuk memperkokoh pertumbuhan tanaman, sedangkan Mg merupakan penyusun terpenting butir hijau daun. Unsur Ca dan Mg di dalam tanah berperangai sebagai ion dan mempunyai peranan sebagai pemasok hara tanaman kedua unsur tersebut mempengaruhi dan mengatur basa yang ada dalam tanah, menentukan kemudahan unsur lain terserap tanaman, mempengaruhi pH tanah, menangkal bahaya keracunan, menghindarkan unsur P diikat oleh Al dan Fe, di samping itu menetapkan struktur tanah sehingga tidak mudah hancur karena gaya erosi. Kapur merupakan salah satu bahan mineral yang dihasilkan melalui proses pelapukan dan pelarutan dari batu-batuan yang terdapat dari dalam tanah. Mineral utama penyusun kapur adalah kalsit dan dolomit yang tergolong dalam mineral sekunder. Kapur menurut susunan kimia adalah CaO, tetapi istilah kapur adalah senyawa bentuk karbonat kapur dengan CaCO3 dan MgCO3 sebagai komponen utarna. Bentuk oksidanya yaitu CaO, dapat dihasilkan dengan memanaskan kalsium karbonat dan menghilangkan karbondioksidanya. Bentuk hidroksidanya dapat terbentuk dengan membasahi atau menambahkan air pada bentuk oksidanya. Hakim (1986) juga menjelaskan masukan kapur jelas akan menaikkan pH tanah. Pada tanah-tanah yang bermuatan tergantung pH, seperti tanah kaya montmorillonit atau koloid organik, maka KTK akan meningkat dengan pengapuran. Di lain pihak pemberian pupuk-pupuk tertentu dapat menurunkan pH tanah, sejalan dengan hal itu akan turun.
  • 31. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh pengapuran berkaitan erat dengan perubahan pH, yang selanjutnya mempengaruhi KTK tanah. E. Jenis-jenis Kapur Pertanian Yusup (2009) menjelaskan kapur pertanian adalah kapur yang berasal dari batuan kapur, yang banyak dijumpai di Indonesia. Batuan kapur ini banyak mengandung kalsium dan magnesium yang sifatnya mampu menetralkan aluminium. Kapur pertanian merupakan mineral yang berasal dari alam yang merupakan sumber hara kalsium. Kapur pertanian yang mempunyai reaksi basa dapat menaikkan pH tanah. Kapur pertanian yang umum banyak digunakan dalam pertanian. Di pasaran dapat dijumpai 3 macam jenis kapur yaitu : 4. Kapur tohor (oksida) yaitu jenis kapur yang pembuatannya melalui proses pembakaran. Kapur ini sering disebut dengan kapur pertanian. Secara ilmiah kapur ini disebut calsium oksida(CaO) 5. Kapur tembok (hidroksida). Merupakan jenis kapur hasil pembakaran pada kapur tohor, yang kemudian ditambahkan dengan air pada kapur oksida (tohor) yang dalam bahasa kimianya disebut calsium hidroksida (Ca(OH)2). 6. Kapur karbonat. Merupakan kapur yang bukan melaui proses pembakaran tetapi digiling langsung, kapur karbonat ini ada dua macam, yaitu kalsit dan dolomit. 2. Kalsit (CaCO3) mengandung kalsium oksida 47%, dan kalsium karbonatnya 85%.
  • 32. 3. Dolomit (CaMgCO3) mengandung kalsium oksida dan magnesium oksida 47% serta kalsium karbonat dan magnesium karbonatnya 85%. F. Unsur Hara Dalam Tanah dan Peran Pupuk Fosfat Bagi tanaman Kedelai Sutanto (2005) menyebutkan bahwa tanaman menyerap hara dari larutan tanah, tetapi jumlah total hara yang tersedia untuk tanaman pada periode tertentu tidak dapat diduga berdasarkan kuantitas yang dikandung larutan tanah pada waktu tersebut. Unsur hara di ambil dari larutan tanah dan penggantiannya berasal dari sumber yang tidak segera tersedia. Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali. Di samping itu, umumnya tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu hara akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik, gejala ini akan hilang apabila hara tanaman ditambahkan kedalam tanah atau diberikan lewat daun (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah : Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor (Cl), Natrium (Na), Kobal (Co), dan Silikon (Si).
  • 33. Tabel 1. Ringkasan unsur hara di dalam tanah (Anion dan Kation) Unsur Bentuk Ion yang Diserap Sumber Utama Kandungan di Dalam Tanah Unsur hara makro : Nitrogen (N) Fosfor (P) Sulfur (S) Kalium (K) Kalsium (Ca) Unsur hara mikro : Magnesium (Mg), Boron (B) Molibden (Mo) Klorida (Cl) Besi (Fe) Mangan (Mn) Seng (Zn) Tembaga (Cu) NO3 - NH4 + H2PO4 - HPO4 -2 (PO4 -3 ) SO4 -2 K+ Ca+2 Mg++ H2BO3 - (HBO3 -2 ) (H[OH]4 - ) MoO4 -2 Cl- Fe Fe+3 Mn+2 (Mn+3 ) Zn+2 Cu+2 (Cu+ ) Bahan Organik, N2 atmosfer Ca- , Al-, Fe-fosfat Fe-sulfida, Fe-sulfat Mika, illit, K-feldspar Ca-feldspar, augit, hornblende CaCO3, CaSO4 Augit, hornblende, olivine Turmalin, ikutan dalam silikat mineral garam Unsur ikutan dalam silikat mineral, Fe- dan Al-oksida dan hidroksida Bermacam-macam klorida Augit, hornblende, biotit Olivin, Fe-oksida dan hidroksida Manganit, pirolusit, ikutan dalam dilikat mineral Zn-fosfat, ZnCO3, Zn-hidroksida, ikutan mineral silikat Cu-sulfit, Cu-sulfat, karbonat ikutan mineral silikat 0,03% - 0,3% 0,01% - 0,1% 0,01% - 0,1% 0,2% - 3,0% 0,2% - 1,5% 0,1 – 1,0% 5 – 100 ppm 0,5 – 5 ppm 50->1000 ppm 0,5 – 4,0% 0,5–4000 ppm 10 – 300 ppm 5 – 100 ppm Sumber : Sutanto (2005) Cadangan hara terikat kuat dalam mineral dan bahan organik, dan hanya terlepas dalam periode yang cukup lama melalui pelapukan dan mineralisasi. Mengenai unsur fosfor (Rosmarkam dan Yuwono, 2002) menyatakan bahwa fosfor (P) merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar (hara makro), jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen dan kalium. Tetapi, fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan (key of life).
  • 34. Kedelai memerlukan P (fosfor) dalam jumlah relatif banyak, walaupun jumlahnya tidak sebanyak Nitrogen dan Kalium, unsur ini terutama diserap tanaman dalam bentuk ion orto fosfat primer H2 Po4 - dan sekunder HPO4 2- . Penyebaran kedua dalam bentuk ion ini pada tanaman dipengaruhi oleh pH di sekitar perakaran. P (fosfor) dihisap tanaman sepanjang masa pertumbuhannya. Priode terbesar penggunaan fosfor dimulai pada masa pembentukan polong sampai kira-kira 10 hari sebelum biji berkembang penuh (Suprapto, 2002). Suprapto (2000) dalam Nazariah (2010) menyatakan bahwa Fosfor merupakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pada tanaman yang tercukupi kebutuhan fosfatnya mendorong pembentukan bunga lebih banyak dan pembentukan biji lebih sempurna. Kekurangan P (fosfor) pada kebanyakan tanaman, terjadi sewaktu tanaman masih muda, oleh karena belum adanya kemampuan yang seimbang antara penyebaran fosfor oleh akar dan fosfor yang dibutuhkan. Fosfor yang dihisap oleh akar kemudian disebarkan kedaun, batang, tangkai dan biji. Tisdale et al (1985) dalam Amiruddin (2008) menyebutkan bahwa kekurangan unsur P dalam tanah dapat disebabkan oleh 2 (dua) hal yaitu : E. Unsur P tidak terdapat dalam bahan induk tanah, dan F. P yang tersedia ataupun ditambahkan untuk tanaman dengan segera diserap oleh bentuk-bentuk Fe dan Al yang terdapat dalam jumlah besar pada tanah Ultisol.
  • 35. Fungsi P yang lain adalah mendorong pertumbuhan akar tanaman, yang dibedakan menjadi 3 fase yakni : 1. Perubahan P anorganik yang baru diserap tanaman menjadi bentuk senyawa organik. 2. Perubahan P dari ATP (Adenosin Trifosfat) menjadi ADP (Adenosin Difosfat) dan 3. Pemecahan dari pirofosfat atau fosfat secara hidrolisis. Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih kecil dan warna daun menjadi lebih gelap. Kadang- kadang kadar nitrat dalam tanaman menjadi lebih tinggi karena proses perubahan nitrat selanjutnya terhambat. Fosfor dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman muda, serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah selain itu juga menambah nilai gizi (lemak dan protein). Fosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik cepat berubah menjadi senyawa fosfor organik. Fosfor ini mobil atau mudah bergerak antar jaringan tanaman. Kadar optimal fosfor dalam tanaman pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 0,3% - 0,5% dari berat kering tanaman. Kadar fosfor dalam bentuk pupuk dinyatakan dalam bentuk P2O5, Pupuk TSP mengandung Fosfor sebesar 46% P2O5, Sifat umum pupuk Tripel Superfosfat (TSP) sama dengan pupuk DS, Pembuatan pupuk TSP menggunakan sistem wet proses, dalam proses ini batuan alam (Rock
  • 36. Phosphate) fluor apatit diasamkan dengan asam Fosfat (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Pupuk fosfat banyak terdapat di pasaran dan mudah dipergunakan antara lain Super Phosfhate mengandung 16-18% P2O5, Dooble Super Phosfhate mengandung 32% P2O5, dan Triple Super Phosfhate mengandung 45-48% P2O5 (Suprapto, 2002).
  • 37. III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Isaq, Kecamatan Linge. dengan ketinggian tempat ± 900 dpl, pH tanah 4,5-5,0 dan dimulai Tanggal 13 Oktober 2010 sampai 16 Februari 2011. B. Bahan Dan Alat 1. Bahan. Bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah Benih kedelai, Kapur (Dolomite (CaMgCO3)), Pupuk (TSP, Urea dan KCL), 2. Alat. Alat-alat yang di perlukan didalam penelitian ini adalah, pengukur pH tanah (Soil tester), Cangkul, Handsprayer, Meteran, Timbangan, Ember/Timba, Alat tulis, Kalkulator dan alat pembuatan pagar. C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Kelompok (RAK), pola faktorial dengan 2 faktor, masing-masing terdiri dari, 4 level dosis pengapuran (D) dan terdiri dari 3 level pemupukan fosfat (P). 5. Level Dosis Pengapuran (D) Do= Tanpa Dolomit (Kontrol) D1 = Dolomit 100 gram/plot D2 = Dolomit 150 gram/plot D3 = Dolomit 200 gram/plot 6. Level Pemupukan Fosfat (P) P1 = TSP 7,5 gram /plot P2 = TSP 15 gram/plot
  • 38. P3 = TSP 22,5 gram/plot Dari 12 kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, jumlah unit plot 12 x 3 = 36 plot perlakuan, ukuran plot 100 cm x 100 cm dan jarak antar plot 50 cm. Kombinasi perlakuan antara dosis pengapuran dan pemupukan Fosfat di sajikan pada Tabel 2 di bawah ini : Table 2. Kombinasi perlakuan dosis Pengapuran dan Pemupukan Fosfat kg/ha gram/plot kg/ha gram/plot 1 P1 D0 75 7,5 kontrol kontrol 2 P1 D1 75 7,5 1000 100 3 P1 D2 75 7,5 1500 150 4 P1 D3 75 7,5 2000 200 5 P2 D0 150 15 kontrol kontrol 6 P2 D1 150 15 1000 100 7 P2 D2 150 15 1500 150 8 P2 D3 150 15 2000 200 9 P3 D0 225 22,5 kontrol kontrol 10 P3 D1 225 22,5 1000 100 11 P3 D2 225 22,5 1500 150 12 P3 D3 225 22,5 2000 200 Kombinasi PerlakuanNo. PengapuranPemupukan Model Matematika yang dipakai adalah Model Linier Rancangan Acak Kelompok (RAK) (Yitnosumarto, 1991). Adalah sebagai berikut : Yijk = µ + Di + Pj + (DP)ij + Σijk Dimana : Yijk : Hasil pengamatan dari ulangan ke-i pengaruh pengapuran pada taraf ke-j, dan pengaruh pemupukan fosfat ke-k µ : Nilai tengah
  • 39. Di : Pengaruh dari perlakuan pengapuran pada taraf ke-i Pj : Pengaruh dari pemupukan fofat dari taraf ke-j (DP)ij : Interaksi dari perlakuan pengapuran pada taraf ke-i dan pemupukan fosfat pada taraf ke-j Σijk : Pengaruh galat dari perlakuan (Pengapuran) ke-i, (Pemupukan Fosfat) ke-j dan ulangan ke-k.  Pelaksanaan Penelitian 1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah di lokasi yang digunakan untuk penelitian ini terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya yang merupakan sisa tanaman baik akar tanaman maupun bebatuan kemudian dicangkul sedalam 50 cm dan di buat plot seluas 1 m x 1 m sebanyak 36 plot dengan jarak antara satu plot dengan plot yang lain seluas 50 cm, setelah plot selesai tiap plotnya di lakukan pengapuran sesuai dosis yang telah di tentukan. Agar pemberian kapur merata di dalam tanah, kapur di sebar kemudian di aduk rata dengan cangkul, dan di diamkan selama 1 bulan sebelum tanam. 2. Persiapan Benih Di dalam penelitian ini jenis varietas kedelai yang dugunakan adalah Varietas Anjasmoro. Sebelum benih ditanam terlebih dahulu di lakukan penularan bakteri Rhyzobium, penularan bakteri dilakukan dengan mencampur zat
  • 40. perangsang bakteri Rhyzobium yang berfungsi merangsang akar supaya dapat menyimpan unsur Nitrogen dalam bintil akar, yaitu dengan cara mencampur biji kedelai dengan tanah yang telah ditanami tanaman kedelai terlebih dahulu. Sumber tanah tersebut yang dipakai untuk merangsang bakteri Rhyzobium adalah diambil dari lahan yang telah ditanami oleh tanaman kedelai sebelumnya yaitu diperoleh dari Kampung Pantan Nangka, karena di Kampung tersebut banyak petani yang membudidayakan tanaman kedelai. 3. Penanaman Pada saat akan menjelang masa penanaman di buat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman ± 3 cm. Setiap lubang tanam di isi sebanyak 4 biji kedelai diharapkan dapat tumbuh 3 biji (pengurangan bibit dilakukan setelah tanaman tumbuh yaitu pada saat tanaman berumur 6 hst), kemudian bibit di tutup dengan tanah subur yang halus, jarak tanam yang di pakai adalah 25 cm x 25 cm. 4. Pemeliharaan 7. Pemupukan. Hal yang perlu di perhatikan dalam pemupukan tanaman kedelai yaitu pemilihan jenis pupuk, dosis dan waktu pemupukan, Pemupukan di lakukan dengan di tempatkan dalam lubang sedalam 5-7 cm di sebelah kiri tanaman dengan jarak 5-7 cm dari lubang tanam atau tanaman, pupuk ini kemudian di tutup dengan tanah.
  • 41. Pemupukan di lakukan sekali yaitu pada saat kedelai di tanam, di awali dengan pemberian pupuk Urea sebanyak 50 kg/ha (5 gram/plot), KCL sebanyak 75 kg/ha (7,5 gram/plot) dan TSP dengan dosis sesuai perlakuan yang dilakukan. b. Pengairan. Stadia tumbuh tanaman kedelai yang sangat memerlukan air, yaitu stadia perkecambahan (3-4 hst), stadia vegetatif (20- 30 hst), stadia pembungaan (35-45 hst) dan stadia pemasakan biji (60-70 hst). Tanaman kedelai sangat membutuhkan air dari awal pertumbuhan sampai masa polong mulai mengisi. Bila polong sudah tampak masak penyiraman dihentikan. Penyiraman dilakukan sekali sehari apabila musim hujan tidak perlu penyiraman. c. Penyulaman. Kedelai mulai tumbuh kira-kira pada umur 5-6 hari setelah tanam, apabila banyak yang tidak tumbuh atau tumbuh tidak normal, maka perlu diganti atau di sulami dengan benih baru. Di anjurkan benih dengan jenis yang sama, dan sebelumnya di campur dengan tanah yang diambil dari lahan tanaman kedelai sebelumnya. d. Penyiangan. Penyiangan dilakukan apabila sudah terdapat gulma di sekeliling tanaman dan segera di bersihkan. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan cangkul pada pinggir-pinggir plot dan dengan cara dicabut pada selah-selah tanaman kedelai. 5. Pemanenan Pemanenan dilakukan apabila tanaman telah masak, polong dan daunnya telah berwarna kuning dan mulai rontok. Panen dilakukan dengan
  • 42. memotong batang tanaman secara hati-hati agar biji tidak terpelanting keluar, dengan menggunakan sabit bergerigi yang tajam, dan kemudian di jemur di bawah terik matahari selama 4 hari hingga biji kedelai benar-benar kering. 6. Pengamatan Peubah atau variabel pada 8 sampel tanaman yang diamati adalah: B. Tinggi tanaman pada umur 15, 30, 45 dan 60 hari setelah tanam. Rata-rata tinggi tanaman yang dipilih secara acak dengan mengukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh yang tertinggi. C. Berat biji kering per tanaman, yaitu menimbang masing-masing per tanaman, saat tanaman telah selesai dipanen yaitu pada umur 85 hst. D. Berat biji per plot, yaitu dengan menimbang masing-masing perlakuan per plot. E. Berat 100 (seratus) biji kering, yaitu dengan cara menghitung sebanyak 100 (seratus) biji kering pada 8 sampel yang diamati.
  • 43. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Pengapuran 7. Tinggi Tanaman Hasil Uji F pada Analisis Sidik Ragam (Tabel Lampiran 2, 4, 6 dan 8) menunjukkan bahwa pengapuran tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 15, 30, 45 dan 60 hari setelah tanam. Rata-rata tinggi tanaman kedelai dapat dijabarkan pada tabel 3. Tabel 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Akibat Pengapuran (cm) Pengapuran (Dolomit) Tinggi Tanaman 15 HST 30 HST 45 HST 60 HST Do D1 D2 D3 16,55 a 17,11 a 16,80 a 16,73 a 27,64 a 27,98 a 27,65 a 27,58 a 38,02 a 38,57 a 38,50 a 38,31 a 44,34 a 46,00 a 46,70 a 45,80 a BNJ 0,05 - - - - Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada lajur yang sama tidak berbeda pada taraf peluang 5 % uji (BNJ). Dari tabel 3 diatas menjelaskan bahwa pengapuran tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai, hal ini di sebabkan karena pengapuran pada tanaman kedelai tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai. Rendahnya pH tanah akibat tingginya kandungan Al dalam tanah merupakan faktor yang sangat potensial dalam menurunkan kesuburan tanah, sehingga menghambat perkembangan dan pertumbuhan tanaman.
  • 44. Menurut hasil penelitian Clarkson (1965) di dalam Hakim (1986) berhasil menunjukan bahwa keracunan Al akan menghambat pembelahan sel, hambatan tersebut dapat diatasi dengan menganti larutan tanpa Al, nyatalah bahwa Al berpengaruh langsung terhadap fisiologis akar, keracunan Al tidak saja menghambat pembelahan sel, tetapi juga menghambat sintesis DNA di dalam akar. Nilai pH yang respon terhadap kapur yang diberikan pada tanah, untuk tanaman kedelai yaitu (rendah 5,0) dan (tinggi 6,0) Hakim (1986). Ini berarti pada keasaman tanah di bawah 5,0 dan diatas 6,0 pH tidak respon terhadap kapur. Hakim (1986) Juga menyatakan pada tanah yang semakin tinggi kandungan liat dan bahan organik tanah, maka makin banyak pula diperlukan kapur untuk menaikkan pH, artinya pada tanah liat sangat sulit terjadi reaksi antara kapur dengan tanah. Di samping berpengaruh langsung terhadap tanaman, pH juga mempengaruhi faktor lain, misalnya ketersediaan unsur. Kelarutan Al dan Fe juga dipengaruhi oleh pH tanah. Pada pH asam kelarutan Al dan Fe tinggi, akibatnya pada pH sangat rendah pertumbuhan tanaman tidak normal karena suasana (pH) tidak sesuai, kelarutan beberapa unsur menurun, ditambah lagi dengan adanya keracunan Al dan Fe (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Di antara beberapa kendala yang ada pada tanah asam, kekahatan P merupakan kendala yang penting dan utama, kekahatan P tidak hanya disebabkan oleh kandungan P tanah yang rendah akan tetapi juga karena
  • 45. sebagian besar P terikat oleh unsur-unsur logam seperti Al dan Fe sehingga P tidak tersedia di dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman (Amiruddin, 2011). Pengapuran dengan menggunakan kapur dolomit sangat sulit bereaksi dengan tanah dengan jangka waktu yang singkat, semakin halus bahan kapur semakin banyak jumlah yang bereaksi. Hakim (1986) menyebutkan dibanding dolomit dan kalsit, kalsit lebih cepat bereaksi dari pada dolomit dengan kecepatan reaksi selama 3 bulan dicampur dengan tanah, mutu bahan kapur berdasarkan kehalusan akan menentukan cepat lambatnya reaksi kapur dalam tanah. 8. Berat Biji Kering Hasil pengamatan terhadap berat biji kering pertanaman,berat biji kering perplot dan 100 biji kering untuk masing-masing kombinasi perlakuan tertera pada (Tabel Lampiran 9, 11 dan 13). Berdasarkan Analisis Sidik Ragam (Tabel Lampiran 10, 12 dan 14), ternyata bahwa pengapuran berpengaruh sangat nyata terhadap produksi biji kedelai. Rata-rata berat biji kering pertanaman, berat biji kering perplot dan 100 biji kering akibat pengaruh pengapuran tertera pada Tabel 4. Tabel 4 : Rata-Rata Berat Biji Kering (g) Produksi Tanaman Kedelai Akibat Pengaruh Pengapuran Pengapuran (Dolomit) Berat Biji Kering Pertanaman Perplot 100 Biji Do D1 16,39 a 16,97 a 262,31 a 271,55 a 13,04 a 13,03 a
  • 46. D2 D3 17,78 b 18,35 b 284,51 b 293,57 b 14,28 b 15,74 c BNJ 0,05 0,73 11,63 0,97 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada lajur yang sama berbeda pada taraf peluang 5 % uji (BNJ). Dari Tabel 4 dapat dilihat dari rata-rata berat biji kering pertanaman dan berat biji perplot akibat perlakuan pengapuran pada tanaman kedelai, bahwa perlakuan dengan dosis 200 gram/plot (D3) dan perlakuan dengan dosis 150 gram/plot (D2) tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan dosis 100 gram/plot (D1) dan kontrol (Do) yang masing-masing perlakuan tidak saling berbeda nyata. Sedangkan pada berat 100 biji kering akibat pengapuran pada tanaman kedelai dengan dosis 200 gram/plot (D3) berbeda nyata dengan perlakuan lainya, yang diikuti dengan perlakuan 150 gram/plot (D2). Amiruddin (2008) menjelaskan kendala lain yang membuat tanah asam adalah rendahnya kandungan bahan organik dan muatan-muatan negatif yang rendah pada tanah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan P tanah asam adalah dengan cara merubah bentuk P dari bentuk-bentuk P yang terikat kepada fase padat menjadi bentuk P tersedia yang dapat tersedia di dalam tanah dengan cara menaikkan pH tanah, meningkatkan muatan-muatan negatif pada permukaan koloid-koloid tanah dan mineralisasi bahan-bahan organik yang menghasilkan asam-asam organik.
  • 47. Tisdale et al (1985) dalam Amiruddin (2008) juga menjelaskan peningkatan pH tanah akibat pengaruh utama pemberian kapur diduga terjadi karena penguraian bentuk ion-ion Ca2+ , Mg2+ dan CO3 2- yang berasal dari kapur, dimana ion CO3 2- merupakan asam lemah (ionisasi lemah) yang cenderung terurai menjadi H2O dan CO2 sehingga akan mengalami hidrolisa dengan menghasilkan ion hidroksida. Berdasarkan hasil penelitian ternyata pengapuran berpengaruh sangat nyata terhadap produksi biji kedelai yaitu berat biji kering pertanaman, berat biji kering perplot dan berat 100 biji kering tanaman kedelai. Dari berbagai dosis pengapuran yang diteliti, produksi biji tanaman kedelai yang terbaik dijumpai pada perlakuan 200 gram/plot (D3) dari hasil pengamatan pH tanah, setelah 1 bulan pengapuran yaitu dengan pH rata- rata 5,9 dari pH tanah sebelum dilakukan pengapuran rata-rata 4,5. Ini disebabkan karena penambahan dosis kapur pada tanah asam akan terjadi penguraian bentuk ion-ion Ca, CO dan Mg, dimana ion CO merupakan asam lemah yang cenderung terurai menjadi H2O sehingga akan mudah mengalami hidrolisa. Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan anjuran dari beberapa pustaka salah satunya adalah Anonymous (1990), yang menganjurkan pengapuran sebanyak 2 – 3 ton/Ha. banyak pustaka yang mengatakan bahwa kedelai menghendaki persyaratan tingkat keasaman yang netral untuk pertumbuhannya, dengan pemberian kapur yang sesuai dosis pada larikan bersamaan dengan tanam cukup efektif untuk meningkatkan hasil.
  • 48. B. Pengaruh Pemupukan Fosfat 1. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman Kedelai untuk masing- masing kombinasi perlakuan pada umur 15, 30,45 dan 60 hari setelah tanam, tertera pada (Tabel Lampiran 1, 3, 5 dan 7). Berdasarkan hasil Uji F pada Analisis Sidik Ragam (Lampiran 2, 4, 6 dan 8) menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 15 Hari setelah tanam, tetapi berpengaruh sangat nyata pada umur 30, 45 dan 60 Hari setelah tanam. Rata-rata tinggi tanaman kedelai akibat pemupukan fosfat di sajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Akibat Pengaruh Pemupukan Fosfat (cm) Pemupuka n Fosfat Tinggi Tanaman 15 HST 30 HST 45 HST 60 HST P1 P2 P3 16,20 a 16,94 a 17,24 a 26,67 a 27,24 a 29,23 b 37,33 a 37,70 a 40,01 b 42,70 a 44,31 b 50,12 c BNJ 0,05 - 0,71 0,67 0,90 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada lajur yang sama berbeda pada taraf peluang 5 % uji (BNJ). Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman pada umur 15 hari setelah tanam tidak terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan yang satu dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pengamatan pada umur 30, 45 dan 60 Hari setelah tanam, tertinggi di peroleh pada perlakuan pemupukan fosfat dengan dosis 22,5 gram/plot yaitu perlakuan (P3), tinggi tanaman terendah akibat perlakuan beberapa dosis pemupukan fosfat, terlihat pada perlakuan 7,5 gram/plot (P1) yang tidak berbeda
  • 49. dengan perlakuan 15 gram/plot (P2). Namun berbeda sangat nyata pada umur 60 hari setelah tanam. Hal ini disebabkan pemberian pupuk fosfat dalam dosis tinggi akan mempercepat penguraian unsur hara dalam tanah yang miskin akan hara serta merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah yang diamati, yaitu tinggi tanaman pada umur 30, 45 dan 60 hari setelah tanam, kecuali terhadap tanaman pada umur 15 Hari setelah tanam. Tinggi tanaman semakin meningkat dengan meningkatkan dosis pupuk fosfat, kenyataan ini berkaitan dengan fungsi unsur hara fosfat dalam pembelahan sel dan juga untuk perkembangan jaringan meristem. Kekurangan dan kelebihan unsur hara tidak baik untuk pertumbuhan tanaman kedelai, oleh karena itu untuk memperoleh produksi yang tinggi, unsur hara yang tersedia harus dalam jumlah yang cukup selama pertumbuhan tanaman dan dalam keadaan seimbang, kelebihan unsur hara P di dalam tanah akan menyebabkan tanaman keracunan (Suprapto, 2002). Kemudian Leiwakabessy (1988) dalam Nazariah (2010) juga menyatakan bahwa semakin banyak unsur P yang diberikan pada suatu tanaman, maka semakin cepat pertumbuhan tanaman, tetapi pertumbuhan tanaman tidak selalu berbanding lurus dengan unsur yang diberikan. Pertumbuhan akan bertambah hingga mencapai dosis tertentu dan kemudian akan tidak respon pada dosis lebih besar dari itu.
  • 50. Menurut Morard (1970) dalam Rosmarkam dan Yuwono (2002) menerangkan setelah P diserap oleh akar, P mula-mula di angkut ke daun muda, kemudian di pindahkan ke daun yang lebih tua, selain itu P juga banyak terdapat pada jaringan organ floem, sehingga banyak yang beranggapan bahwa P mempunyai fungsi translokasi unsur hara tanaman. Kedelai menunjukkan respon terhadap pemupukan, terutama pada tanah yang miskin akan hara tanaman, fungsi unsur fosfor antara lain merangsang perkembangan akar, fosfor yang dihisap oleh akar kemudian disebarkan ke daun, batang, tangkai, dan biji. Namun kekurangan unsur fosfor pada kebanyakan tanaman terjadi sewaktu tanaman masih muda oleh karena belum adanya kemampuan yang seimbang antara penyebaran fosfor oleh akar dan fosfor yang dibutuhkan (Suprapto, 2002) Menurut Widyawati (2007) pemberian pupuk K dan P terbukti dapat meningkatkan hasil dari tinggi tanaman, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, berat kering biji, berat kering brangkasan dan berat kering akar. 2. Berat Biji Kering Hasil pengamatan terhadap berat biji kering pertanaman, berat biji perplot dan berat 100 biji kering tanaman kedelai untuk masing-masing perlakuan tertera pada (Tabel Lampiran 9, 11 dan 13). Hasil Uji F pada Analisis Sidik Ragam (Tabel Lampiran 10, 12 dan 14), menunjukkan bahwa pemupukan fosfat berpengaruh sangat nyata terhadap berat biji kering pertanaman, berat biji perplot dan berat 100 biji kering tanaman kedelai Rata-rata berat produksi biji kering tanaman kedelai di sajikan pada Tabel 6.
  • 51. Tabel 6. Rata-Rata Berat Biji Kering (g) Produksi Tanaman Kedelai Akibat Pengaruh Pemupukan Fosfat Pemupukan Fosfat Berat Biji Kering Pertanaman Perplot 100 Biji P1 P2 P3 16,25 a 17,58 b 18,28 c 260,07 a 281,36 b 292,53 c 13,01 a 14,36 b 14,70 c BNJ 0,05 0,57 9,10 0,76 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada lajur yang sama berbeda pada taraf peluang 5 % uji (BNJ). Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa berat biji kering pertanaman, berat biji kering perplot dan berat 100 biji kering tanaman kedelai, terberat dijumpai pada perlakuan pemupukan 22,5 gram/plot (P3) yang berbeda nyata dengan berat biji kering pada perlakuan (P1) dan (P2). Hal ini memperlihatkan respon yang baik dari tanaman kedelai terhadap unsur fosfor. Dari hasil peubah yang diamati dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya dosis pupuk fosfat yang diberikan, maka semakin meningkat pula berat produksi biji kedelai yang dihasilkan, hal ini terlihat jelas pada pengamatan berat biji kering pertanaman, berat biji kering perplot dan berat 100 biji kering hasil produksi tanaman kedelai. Hal ini disebabkan dengan penambahan dosis pupuk fosfat yang lebih tinggi akan menpermudah penyebaran unsur P keseluruh tanaman dalam bentuk ion-ion ke seluruh tubuh tanaman mulai dari pembentukan perakaran hingga pembentukan biji.
  • 52. Hara fosfor dihisap tanaman sepanjang masa pertumbuhannya, periode terbesar penggunaan fosfat dimulai pada masa pembentukan polong sampai kira-kira 10 Hari sebelum biji berkembang penuh (Suprapto, 2002). Reaksi tanah yang masam dan rendahnya keterediaan P merupakan faktor pembatas utama bagi tanaman, sehingga efesiensi pemberian pupuk sangat rendah, efesiensi pupuk fosfat berkisar antara 8 hingga 15 % disebabkan tingkat kemasaman tanah yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pengikatan oleh unsur Al, Fe dan Mn di dalam tanah, sehingga bentuk P akan terikat kuat oleh Fe dan Al (Sutanto, 2005). C. Pengaruh Interaksi Antara Pemupukan Fosfat dan Pengapuran Hasil Uji F pada Analisis Sidik Ragam (Tabel Lampiran 2, 4, 6, 8, 10, dan 12) menunjukkan tidak terdapat Interaksi yang nyata antara pemupukan fosfat dengan pengapuran terhadap semua peubah yang diamati. Hal ini berarti perbedaan respon pertumbuhan dan produksi biji kedelai akibat perbedaan dosis pemupukan fosfat dan tidak tergantung pada pengapuran, begitu juga sebaliknya.
  • 53. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 3. Pengapuran berpengaruh sangat nyata terhadap produksi biji kedelai (berat biji kering pertanaman, berat biji kering perplot dan berat 100 biji kering). Dosis kapur dolomit terbaik terdapat pada dosis 2 ton/Ha, yaitu pada perlakuan dengan dosis 200 gram/plot (D3). 4. Pemupukan fosfat berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan produksi biji kedelai yaitu berat biji kering pertanaman, berat biji kering perplot dan berat 100 biji kering. Perlakuan pemupukan fosfat terbaik terdapat pada dosis 225 kg/Ha, yaitu pada perlakuan dengan dosis 22,5 gram/plot (P3). 5. Tidak terdapat Interaksi yang nyata antara pengapuran dengan pemupukan fosfat terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi biji kedelai. B. SARAN Berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama proses penelitian dapat disarankan bahwa penelitian ini dapat dicobakan dengan menggunakan dosis kapur dan pemupukan fosfat yang lebih tinggi pada tanah masam di kampung Isaq, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah.
  • 54. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto. T. dan Rini Wudianto., 2002. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai Di Lahan Sawah - Kering - Pasang Surut. Penebar Swadaya, Jakarta. Adisarwanto. T., 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya, Jakarta. Amiruddin., 2008. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3954/1/02012718. pdf Anonymous., 1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta. ----------------, 1990. Kedelai dan Cara Bercocok Tanam. Jakarta. ----------------, 1991. Deptan. Pengembangan Kedelai Potensi, Kendala dan Peluang. Risalah Lokakarya Bogor,13 Desember 1990. Budi. A., 2007. Penuntun Pengolahan Kedelai, Ricardo, Jakarta. Hakim. N, dkk., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Jakarta. Hanafiah. K. A., Napoleon, Ghofar Nuni., 2007. Biologi Tanah Ekologi & Makrobiologi Tanah. PT Rajografindo Persoda, Jakarta. Nazariah., 2010. Pemupukan Tanaman Kedelai Pada Lahan Tegalan. http// www.google.com (pdf). Rismundar., 1974. Bertanam Kedelai. Terate, Bandung. Rosmarkam, A. dan Yuwono, N. W., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta. Soenarjo. E., 1994. Risalah Seminar, Balai Penelitian Tanaman Pangan, Sukarami. Sumarno., dkk, 1990. Kedelai dan cara Budidayanya. CV Jasaguna, Jakarta selatan. Suprapto. Hs., 2002. Tanaman Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutanto. R., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Konsep Kenyataannya). Kanisius, Yogyakarta. Sutedjo. M. M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta. 44
  • 55. Widyawati. E., 2007. Pengaruh_Pemupukan_dan_Pengapuran.pdf http://eprints.umm.ac.id/9444/1/ Yitnosumarto. S.,1991. Percobaan Perancangan, Analisis Dan Interprestasinya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Yusup. T., 2009. Kapur-Pertanian-dan-pH-tanah/ http://tohariyusuf. wordpress.com/2009/04/04/
  • 56. LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 15 Hari Setelah Tanam (cm) Perlakuan Blok/Ulangan Jumlah Rata-rata I II III P1 D0 15.75 15.53 15.98 47.25 15.75 P1 D1 16.74 17.09 15.64 49.47 16.49 P1 D2 16.21 17.26 15.86 49.34 16.45 P1 D3 15.47 16.36 16.58 48.40 16.13 P1 D0 16.24 17.39 16.87 50.50 16.83 P2 D1 17.45 16.37 16.87 50.70 16.90 P2 D2 17.54 17.41 16.54 51.50 17.16 P2 D3 15.46 17.54 17.63 50.63 16.88 P3 D0 18.39 15.38 17.42 51.18 17.06 P3 D1 16.47 18.54 18.87 53.88 17.96 P3 D2 18.65 15.49 16.24 50.39 16.80 P3 D3 17.84 17.38 16.27 51.50 17.17 Total 202.21 201.74 200.76 604.71 - Ý = 16.80 Tabel Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 15 Hari Setelah Tanam Sumber Keragaman DB JK KT F. hit F. Tabel 0,05 0,01 Ulangan 2 0.092 0.046 0.045 3,44 5,72 D 3 1.515 0.505 0.491 tn 3,05 4,82 P 2 6.873 3.436 3.342 tn 3,44 5,72 D.P 6 1.996 0.333 0.324 tn 2,55 3,76 Galat 22 22.621 1.028 - - - Jumlah 35 - - - KK (%)= 6.04 Keterangan : ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata
  • 57. Tabel Lampiran 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 30 Hari Setelah Tanam (cm) Perlakuan Blok/Ulangan Jumlah Rata-rata I II III P1 D0 25.88 27.09 25.88 78.84 26.28 P1 D1 24.68 27.43 28.03 80.13 26.71 P1 D2 27 26.84 26.88 80.71 26.90 P1 D3 27.28 26.49 26.55 80.31 26.77 P1 D0 27.86 27.41 27.35 82.63 27.54 P2 D1 28.8 27.84 26.88 83.51 27.84 P2 D2 26.9 27.11 26.93 80.94 26.98 P2 D3 26.93 26.50 26.44 79.86 26.62 P3 D0 29.00 28.80 29.49 87.29 29.10 P3 D1 29.51 29.05 29.65 88.21 29.40 P3 D2 28.95 29.34 28.91 87.20 29.07 P3 D3 29.10 29.59 29.38 88.06 29.35 Total 331.88 333.48 332.34 997.69 - Ý = 27.71 Tabel Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Umur 30 Hari Setelah Tanam Sumber Keragaman DB JK KT F.hit F.Tabel 0,05 0,01 Ulangan 2 0.113 0.056 0.118 3,44 5,72 D 3 0.897 0.299 0.627 tn 3,05 4,82 P 2 43.418 21.709 45.480 ** 3,44 5,72 D.P 6 2.729 0.455 0.953 tn 2,55 3,76 Galat 22 10.501 0.477 - - - Jumlah 35 - - - KK (%) = 2.49 Keterangan : ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata
  • 58. Tabel Lampiran 5. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 45 Hari Setelah Tanam (cm) Perlakuan Blok/Ulangan Jumlah Rata-rata I II III P1 D0 37.98 36.20 36.84 111.01 37.00 P1 D1 36.43 38.15 38.15 112.73 37.58 P1 D2 37.58 37.91 37.59 113.08 37.69 P1 D3 36.83 37.01 37.33 111.16 37.05 P1 D0 36.95 37.69 37.91 112.55 37.52 P2 D1 37.85 38.69 37.95 114.49 38.16 P2 D2 37.95 38.25 37.76 113.96 37.99 P2 D3 36.96 37.33 37.14 111.43 37.14 P3 D0 38.93 39.51 40.21 118.65 39.55 P3 D1 39.76 39.75 40.38 119.89 39.96 P3 D2 40.93 38.83 39.73 119.48 39.83 P3 D3 41.56 40.60 40.01 122.18 40.73 Total 459.69 459.91 460.99 1380.59 - Ý = 38.35 Tabel Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Umur 45 Hari Setelah Tanam Sumber Keragama n DB JK KT F.hit F.Tabel 0,05 0,01 Ulangan 2 0.08 0.04 0.09 3,44 5,72 D 3 1.60 0.53 1.26 tn 3,05 4,82 P 2 50.78 25.39 59.66 ** 3,44 5,72 D.P 6 3.72 0.62 1.46 tn 2,55 3,76 Galat 22 9.36 0.43 - - - Jumlah 35 - - - KK (%)= 1.70 Keterangan : ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata
  • 59. Tabel Lampiran 7. Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Umur 60 Hari Setelah Tanam (cm) Perlakuan Blok/Ulangan Jumlah Rata-rata I II III P1 D0 41.12 43.98 41.64 126.74 42.25 P1 D1 44.64 45.10 41.31 131.05 43.68 P1 D2 41.75 43.53 42.64 127.92 42.64 P1 D3 40.10 43.73 42.82 126.65 42.22 P1 D0 43.08 40.43 44.24 127.74 42.58 P2 D1 47.48 44.31 43.88 135.66 45.22 P2 D2 47.40 45.96 43.30 136.66 45.55 P2 D3 46.06 39.97 45.67 131.71 43.90 P3 D0 49.35 48.41 46.83 144.59 48.20 P3 D1 49.38 50.05 47.89 147.32 49.11 P3 D2 52.99 51.83 50.93 155.74 51.91 P3 D3 50.11 52.16 51.54 153.81 51.27 Total 553.45 549.45 542.68 1645.58 - Ý = 45.71 Tabel Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pada Umur 60 Hari Setelah Tanam Sumber Keragama n DB JK KT F.hit F.Tabel 0,05 0,01 Ulangan 2 4.94 2.47 0.73 3,44 5,72 D 3 26.56 8.85 2.62 tn 3,05 4,82 P 2 365.95 182.98 54.23 ** 3,44 5,72 D.P 6 22.07 3.68 1.09 tn 2,55 3,76 Galat 22 74.23 3.37 - - - Jumlah 35 - - - KK (%)= 4.02 Keterangan : ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata
  • 60. Tabel Lampiran 9. Rata-Rata Berat Biji Kering Pertanaman (g) Perlakuan Blok/Ulangan Jumlah Rata-rata I II III P1 D0 14.98 14.99 15.03 45.00 15.00 P1 D1 15.24 15.61 16.44 47.29 15.76 P1 D2 16.07 17.24 16.91 50.21 16.74 P1 D3 17.61 17.40 17.54 52.55 17.52 P1 D0 16.72 17.13 16.25 50.10 16.70 P2 D1 17.51 17.28 17.93 52.72 17.57 P2 D2 17.56 17.96 18.15 53.67 17.89 P2 D3 17.95 18.15 18.43 54.53 18.18 P3 D0 18.06 18.06 16.33 52.45 17.48 P3 D1 18.34 16.46 17.94 52.74 17.58 P3 D2 19.03 18.41 18.72 56.16 18.72 P3 D3 19.64 19.14 19.26 58.05 19.35 Total 208.71 207.83 208.92 625.47 - Ý = 17.37 Tabel Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam Berat Biji Kering Pertanaman Sumber Keragaman DB JK KT F.hit F.Tabel 0,05 0,01 Ulangan 2 0.056 0.023 0.09 3,44 5,72 D 3 20.12 6.71 22.13 ** 3,05 4,82 P 2 25.50 12.75 42.07 ** 3,44 5,72 D.P 6 1.86 0.31 1.02 tn 2,55 3,76 Galat 22 6.67 0.30 - - - Jumlah 35 - - - KK (%)= 3,17 Keterangan : ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata
  • 61. Tabel Lampiran 11. Rata-Rata Berat Biji Kering Perplot (g) Perlakuan Blok/Ulangan Jumlah Rata-rata I II III P1 D0 239.70 239.90 240.40 720.00 240.00 P1 D1 243.90 249.70 263.00 756.60 252.20 P1 D2 257.10 275.80 270.50 803.40 267.80 P1 D3 281.70 278.40 280.70 840.80 280.27 P1 D0 267.50 274.10 260.00 801.60 267.20 P2 D1 280.13 276.53 286.83 843.49 281.16 P2 D2 280.90 287.40 290.40 858.70 286.23 P2 D3 287.20 290.40 294.90 872.50 290.83 P3 D0 289.00 289.00 261.20 839.20 279.73 P3 D1 293.50 263.30 287.10 843.90 281.30 P3 D2 304.50 294.50 299.50 898.50 299.50 P3 D3 314.30 306.30 308.20 928.80 309.60 Total 3339.43 3325.33 3342.73 10007.49 - Ý = 277.99 Tabel Lampiran 12. Analisis Sidik Ragam Berat Biji Kering Perplot Sumber Keragama n DB JK KT F.hit F.Tabel 0,05 0,01 Ulangan 2 14.24 7.12 0.09 3,44 5,72 D 3 5151.61 1717.20 22.13 ** 3,05 4,82 P 2 6529.13 3264.57 42.07 ** 3,44 5,72 D.P 6 477.20 79.53 1.02 tn 2,55 3,76 Galat 22 1707.24 77.60 - - - Jumlah 35 - - - KK (%) = 3,17 Keterangan : ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata
  • 62. Tabel Lampiran 13. Rata-Rata Berat 100 Biji Kering (g) Perlakuan Blok/Ulangan Jumlah Rata-rata I II III P1 D0 11.46 12.43 11.29 35.18 11.73 P1 D1 12.39 12.95 11.49 36.82 12.27 P1 D2 12.38 13.69 12.55 38.62 12.87 P1 D3 14.63 15.37 15.48 45.49 15.16 P1 D0 13.27 12.47 14.28 40.03 13.34 P2 D1 12.39 13.98 13.54 39.90 13.30 P2 D2 14.75 13.65 16.26 44.66 14.89 P2 D3 15.37 15.93 16.39 47.69 15.90 P3 D0 14.39 14.48 13.26 42.14 14.05 P3 D1 12.57 14.37 13.59 40.54 13.51 P3 D2 14.46 15.38 15.38 45.22 15.07 P3 D3 16.37 15.74 16.38 48.50 16.17 Total 164.44 170.44 169.91 504.79 Ý = 14.02 Tabel Lampiran 14. Tabel Analisis Sidik Ragam Berat 100 Biji Kering Sumber Keragama n DB JK KT F.hit F.Tabel 0,05 0,01 Ulangan 2 1.84 0.92 1.72 3,44 5,72 D 3 44.77 14.92 27.82 ** 3,05 4,82 P 2 19.17 9.59 17.87 ** 3,44 5,72 D.P 6 2.51 0.42 0.78 tn 2,55 3,76 Galat 22 11.80 0.54 Jumlah 35 KK(%) = 5.22 Keterangan : ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata
  • 63.
  • 64. Lampiran 16. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro Nama Varietas : Anjasmoro Kategori : Varietas unggul nasional (released variety) SK : 537/Kpts/TP.240/10/2001 tanggal 22 Oktober 2001 Tahun : 2001 Tetua : Seleksi massa dari populasi galur murni MANSURIA Potensi hasil : 2,25 – 2,30 ton/ha Pemulia : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaludin M, Susanto, Darman M. Arsyad, Muchlis Adie Nomor Galur : MANSURIA 359 – 49 – 4 Warna Hipokotil : Ungu Warna epikotil : Ungu Warna daun : Hijau Warna bulu : Putih Warna bunga : Ungu Warna polong masak : Coklat muda Warna kulit biji : Kuning Warna Hilum : kuning kecoklatan Tipe tumbuh : Determinate Bentuk daun : Oval Ukuran daun : Lebar Perkecambahan : 76-78 % Tinggi tanaman : 64-68 cm Umur berbunga : 35,7-39,4 Hari Umur masak : 82,5-92,5 Hari Bobot 100 biji : 14,8-15,3 gram Kandungan protein biji : 41,78-42,05 % Kandungan lemak : 17,12-18,60 % Ketahanan terhadap rebah : Tahan rebah Ketahanan terhadap karat daun : Sedang Ketahanan terhadap pecah polong : Tahan
  • 65.
  • 66. Lampiran 18. Data Hasil Pengamatan pH Tanah 9. Perlakuan kontrol tanpa dolomit (D0) 1 4.5 2 5 3 5.2 4 5 5 4.5 6 4.7 7 5 8 4.8 9 4.6 Jumlah 43.3 Rata-rata 4.8 pH sesudah (1 bulan) pengapuran Perlakukan 3. Perlakuan dolomite 150 gr/plot (D2) 1 5.7 2 4.9 3 5 4 4.7 5 5.2 6 6.2 7 5.8 8 6.1 9 5.4 Jumlah 49 Rata-rata 5.4 pH sesudah (1 bulan) pengapuran Perlakukan 10. Perlakuan dolomite 100 gr/plot (D1) 1 5 2 4.1 3 5 4 5 5 5.1 6 6.4 7 5.8 8 5.3 9 5.3 Jumlah 47 Rata-rata 5.2 pH sesudah (1 bulan) pengapuran Perlakukan 4. Perlakuan dolomite 200 gr/plot (D3) 1 6.2 2 5.7 3 6.3 4 6.5 5 5.6 6 5.9 7 5.9 8 6 9 5.4 Jumlah 53.5 Rata-rata 5.9 pH sesudah (1 bulan) pengapuran Perlakukan
  • 67. Lampiran 19 DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Lokasi Penelitian Gambar 2. Plot-plot Penelitian Gambar 3. Kapur (Dolomit) dan tanah yang telah dicampur dengan kapur
  • 68. Gambar 4. Pengamatan pada saat tanaman berumur 30 hst Gambar 5. Tanaman kedelai pada saat berumur 45 hst Gambar 6. Tanaman per-batang pada saat berumur 60 hst
  • 69. Gambar 7. Tanaman per-plot pada saat berumur 60 hst Gambar 8. Produksi kedelai per-tanaman Gambar 9. Produksi kedelai per-plot setelah panen
  • 70. Gambar 10. Produksi kedelai per-plot setelah penjemuran Gambar 11. Penjemuran dan sampah kedelai setelah pengulitan (pengupasan biji) Gambar 12. Produksi polong dan biji kering tanaman kedelai