Teks tersebut membahas tentang keseimbangan dalam beragama menurut Islam. Islam mengajarkan hidup seimbang dengan memenuhi kebutuhan jasmani, akal, dan ruhani sesuai dengan batasan dan tujuan yang ditetapkan oleh agama. Manusia diciptakan oleh Allah memiliki fitrah untuk beragama dan hidup sesuai dengan fitrah tersebut dapat menjadikan manusia bahagia.
1. Tawazun : Seimbang dalam Beragama
“Hewan-hewan yang ada di sekitar kita lebih berbahagia daripada kita, manusia. Padahal
seharusnya kebahagiaan itu juga dapat dinikmati oleh manusia. Tetapi kenyataannya, di alam
modern ini manusia tidak dapat menikmati hidup dan kini semakin tampak,…” (Bertrand
Russel)
Fitrah akan keseimbangan
Tawazun berarti seimbang atau memberikan sesuatu akan haknya. Tanpa ada penambahan
dan pengurangan. Allah telah menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah
keseimbangan. Hal ini menjadi isyarat bagi manusia untuk hidup dalam keseimbangan pula.
Keseimbangan hidup akan dicapai jika manusia hidup sejajar dengan fitrahnya.
Hidup seimbang harus diciptakan. Kemampuan itu akan tumbuh dari buah pengetahuan
terhadap hakikat sesuatu dan pengetahuan terhadap batasan-batasan, tujuan-tujuan serta
manfaat dari sesuatu itu. Islam mengajarkan hidup yang seimbang, karena Islam sendiri
merupakan agama ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah. Mustahil Allah menciptakan
agama untuk manusia yang tidak sesuai dengan fitrahnya.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah…” Q.S Ar Rum : 30
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai fitrah Allah yaitu
memiliki naluri beragama (agama tauhid : al Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk
tetap dalam fitrah itu. Seandainya pun ada manusia yang tidak beragama tauhid, biasanya
diakibatkan pengaruh lingkungan dimana ia tumbuh dan berkembang.
“Tiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (Islam), orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai
Yahudi, Nasrani atau Majusi”.
Tiga potensi manusia
Berdasarkan fitrah Allah, manusia memiliki tiga potensi, yaitu al jasad (jasmani), al aql
(akal), dan ar ruh (ruhani). Islam mengehendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam
keadaan tawazun (seimbang), memberikan sesuai haknya tanpa penembahana dan
pengurangan. Karena Allah memerintahkan untuk menegakkan neraca keseimbangan.
“Dan Allah telah meninggikan dan Dia meletakkan neraca (keadilan) supaya kamu jangan
melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah neraca itu dengan adil dan janganlah
kamu mengurangi neraca itu.” Q.SAr Rahman : 7-9
1. Jasmani
Jasmani atau fisik adalah amanah dari Allah, karena itu harus dijaga dengan baik. Bahkan
beribadah pun membutuhkan fisik yang kuat. Dalam sebuah hadits dikatakan
“Mukmin yang kuat itu lebih baik atau disukai Allah daripada mukmin yang lemah”. H.R
Muslim
2. Jasmani harus dipenuhi kebutuhannya agar menjadi kuat. Diantara kebutuhannya adalah
makanan, yaitu makanan yang halalan thayyiban (halal dan baik).
“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”. Q.S Abasa : 24
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yagn terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-lamgkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah
musuh yang nyata bagimu”. Q.SAl Baqarah : 168
“Hai orang-orang yang beriman. makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kemu
menyembah”. Q.S Al Baqarah : 172
Kebiasaan makan dan minum yang sehat, tidur dan beristirahat tepat.
“dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat” Q.S An Naba’ : 9
Olahraga, bekerja, beraktivitas, kebutuhan biologis, kebersihan dan kesehatan pribadi.
2. Akal
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal. Akal pulalah yang menjadikan
manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal, manusia mampu
mengenali hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek, membantunya
dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia
dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil ardhi (wakil Allah di atas bumi)
“Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat, ‘ Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seoran gkhalifah di muka bumi’. Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
menyucikan Engkau?’ Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui’. Q.S Al Baqarah : 30
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh”. Q.S Al Ahzab : 72
Kebutuhan akal adalah ilmu untuk pemenuhan sarana kehidupannya.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang bersaksi”. Q.S Ali Imran : 190
3. Ruh (hati)
Kebutuhan hati adalah dzikrullah seperti dalah QS 13:28 ; 62 :9-10. Pemenuhan kebutuhan
ruhani sangat penting, agar ruh dan jiwa tetap memiliki semangat hidup. Tanpa pemenuhan
kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yagn
dilimpahkan kepadanya.
3. Allah menginginkan manusia hidup diatas keseimbangan, berjalan diatas fitrahnya. Manusia
diciptakan memiliki nafsu yang cenderung terhadap sesuatu.
Dalam hidupnya, manusia memiliki keinginan, kecenderungan untuk mengarahkan hidupnya
sesuai kecenderungannya. Tetapi dengan pengetahuannya, Allah menginginkan manusia
hidup diatas keseimbangan, berjalan diatas fitrahnya.
Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagiaan hakiki yang merupakan nikmat
Allah, karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya.