Pembelajaran bahasa inggris berkonteks budaya bali
1. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERKONTEKS BUDAYA BALI:
SUATU STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA GLOBAL
Ni Ketut Suciani*
ksuciani@yahoo.com
Politeknik Negeri Bali
I Made Subur*
Fakultas Sastra, Universitas Warmadewa
I Made Rai Jaya Widanta*
rai_widanta@yahoo.com
Politeknik Negeri Bali
ABSTRAK
Kajian ini bertujuan untuk menawarkan konsep pembelajaran bahasa Inggris
berkonteks budaya untuk siswa Sekolah Dasar (SD) di Bali. Pembelajaran ini
dirancang dengan memasukkan cakupan budaya Bali di dalam pembelajaran serta
materi ajar. Budaya Bali dalam hal ini dibagi menjadi dau bagian, yaitu (1) budaya
non fisik, seperti nilai-nilai, norma-norma, pola hidup masyarakat Bali, dan (2)
budaya fisik, meliputi tempat-tempat, objek-objek wisata, bangunan, literature, dan
segala jenis hel konkrit yang berhubungan dengan budaya Bali. Ada tiga aspek yang
harus mendapat perlakuan untuk mengembangkan model ini, di antaranya kurikulum,
materi ajar, dan model pembelajaran. Kurikulum yang diguankan sebagai patokan
dalam melaksanakan pembelajaran adalah kurikulum terintegrasi atau interdisipliner.
Kurikulum ini berfokus pada aktivitas berkelompok siswa yang mana siswa akan
menemukan adanya hubungan yang nyata antara pembelajaran bahasa serta fungsinga
dalam kehidupan sehari-hari. Materi pembelajaran dibuat berdasarkan tema (theme-
based), di mana setiap unit terdiri dari tema-tema yang diambil dari cakupan-cakupan
budaya Bali. Dalam setiap tema, baik pengetahuan kebahasaan yang menyangkut
grammar, structure, vocabulary, dan skil kebahasaan, seperti reading, listening,
speaking, reading dimasukkkan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa untuk
mempelajari bahasa karena siswa sudah mengenal dan mempraktekkan budaya
tersebut sehari-hari. Model pembelajaran yang ditawarkan adalah pembelajaran
kotekstual (contextual teaching and learning) karena siswa akan belajar bahasa
Inggris yang akan diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari. Untuk
memudahkan mereka mempelajari bahasa Inggris yang akan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, maka materi pembelajaran bahasa Inggris berkoteks budaya
Bali sangat tepat untuk diajarkan. Ada dua tujuan utama model pembelajaran bahasa
45
2. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
Inggris berkoteks budaya Bali, di antaranya (1) untuk memudahkan mahasiswa untuk
mempelajari dan menguasai bahasa Inggris karena materi pembelajaran merupakan
hal-hal yang siswa sudah biasa alami, lakukan dan pelajari, sehingga siswa tidak
memerlukan perhatian ektra untuk menyesuaikan diri dengan materi tersebut, (2) dari
sudut padang budaya, budaya Bali yang tercakup dalam materi akan bisa
disosialisasikan ke dunia luar lewat pembelajaran etrsebut. Sosialisasi ini akan
membuat budaya Bali dikenal oleh masyarakat nasional dan internasional yang pada
akhirnya bisa mendukung perkembangan budaya global.
Kata kunci: Bahasa Inggris, pembelajaran, budaya Bali, materi ajar berkonteks
budaya Bali.
ABSTRACT
This study aims at proposing a concept of Bali culture-contacted English instruction
in elementary schools in Bali. This instruction is designed by including substances of
Bali culture in English instruction and instructional materials. Bali culture in this
case is sub-divided into two parts, (1) non physical culture, such as values, norms,
living pattern of Bali society, and (2) physical culture, such as places, cultural
objects, buildings, literatures, and any other concrete things related to Bali culture.
There are three important things to which the development shall be concerned, they
are curriculum, instructional materials, and model of instructional. Curriculum on
which the instruction is based is called integrated or interdisciplinary curriculum.
This curriculum concentrates on student’s group activity by which student will find
authentic context between language learning and its function in the real life situation.
Instructional material is theme-based, where every unit is built up of theme derived
from substances of Bali culture. In each theme, both language including grammar,
structure, vocabulary, and skills including writing, speaking, listening, and reading
are included. This is aimed to ease student to learn the language since they are used
to coping with such culture. The instructional model proposed is contextual teaching
and learning, since student will learn English language which will be implemented in
their daily life. To ease them to be competent at English language which is used in
their daily lives, Bali culture-contacted English instructional materials should be
taught. There are two main purposes of this instructional model, they are (1) to ease
student to learn and master English since the instructional materials have been things
students are accustomed to, that they do not need more energy to analyze it rather
than the language, (2) from culture point of view, Bali culture which the instructional
materials include will be easily promoted to the learners or other users of the book.
The socialization will make Bali culture well-known by national or international
societies that will support development of global culture.
Keywords: English, instruction, Bali culture, Bali culture-contacted materials.
46
3. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
Pendahuluan
Sesuai dengan surat keputusan (SK) Kantor Wilayah Propinsi Bali, Bahasa
Inggris dimasukkan sebagai muatan lokal (mulok) pada kurikulum di Sekolah Dasar
(SD) di Bali. Dimasukkannya pelajaran Bahasa Inggris sebagai muatan lokal
menyebabkan dilakukannya beberapa upaya untuk mendukung program tersebut, di
antaranya mempersiapkan kurikulum, silabus, rencana pembelajaran, dan buku ajar
Bahasa Inggris untuk SD. Langkah-langkah ini harus dilakukan karena semua
luarannya (output) mendukung terlaksanakannya program pembelajaran Bahasa
Inggris tersebut.
Dalam implementasinya, pembelajaran Bahasa Inggris di SD di Bali
cenderung dirasakan rumit dan kurang menarik. Setelah dilakukannya beberapa
kajian empirik, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya kurikulum
dan buku ajar yang dipakai kurang mendukung, metode pembelajaran yang
digunakan kurang cocok dengan target yang akan dicapai.
Kurikulum yang menelorkan silabus, rencana pembelajaran serta buku ajar
Bahasa Inggris untuk SD di Bali belum berterima untuk kondisi dan karakter murid,
karena tidak adanya sentuhan budaya Bali. Buku ajar tersebut masih berfokus pada
budaya asing atau luar Bali. Sebagai buktinya, buku-buku ajar Bahasa Inggris SD
tersebut masih berorientasi pada dunia barat, yaitu memasukkan unsur-unsur budaya
Inggris atau negara-negara di benua Eropa, Amerika, atau Australia di amana bahasa
tersebut paling banyak dipakai. Di samping kenyataan ini, kecenderungan lain yang
terjadi adalah buku ajar tersebut masih sering memasukkan sentuhan budaya dari
mana penulis buku tersebut berasal.
Kurikulum merupakan tolak ukur pembuatan buku ajar. Kurikulum memuat
tema-tema atau topik-topik yang akan dituangkan dalam bentuk unit-unit dalam buku
ajar. Cakupan tema-tema dalam kurikulum masih cenderung memasukkan unsur-
unsur budaya asing sehingga buku ajar yang dihasilkan tidak efisien untuk
meningkatkan bahasa Ingris siswa SD. Kurikulum-kurikulum yang dirancang tersebut
masih banyak berfokus masalah kebahasaan (subject matter curriculum), di antaranya
47
4. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
tata bahasa (grammar) ungkapan-ungkapan (language function), struktur kalimat
(structure), bukan berkorelasi dengan topik-topik lain baik yang terkait dengan
budaya secara umum atau khusus (correlated curriculum). Sebagai implementasinya,
judul-judul setiap unit masih mengarah pada pengenalan bahasa (grammar atau
functional-based) bukan mengarah pada topik (topic-based) di mana pengetahuan
kebahasaan tersebut terkandung.
Perkembangan Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (class room action
research) dan penelitian pengembangan (research and development) dalam
pembelajaran Bahasa Inggris menawarkan solusi-solusi serta model–model baru
dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk SD. Model-model tersebut sering diadopsi
oleh pemerintah untuk memperbaiki pola pengajaran Bahasa Inggris sebelumnya
yang dianggap masih belum berterima untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Sayangnya prestasi yang diukur pada dasarnya masih berkisar pada kemampuan
kognitif (Bloom, 1981:7), yaitu kecakapan Bahasa Inggris siswa, dan belum banyak
berfokus pada pembentukan karakter (soft skill) mereka.
Pada dasarnya fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman, bertakwa kepada tuhan, berhaklak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab (Muchith, 2008:7). Model-model pembelajaran tersebut sudah
barang tentu disesuaikan dengan kurikulum yang dicerminkan dalam rencana
pembelajaran-rencana pembelajaran.
Kedua hal tersebut akan membuat pembelajaran Bahasa Inggris menjadi rumit
dan kompleks karena pembelajar harus memfokuskan perhatiannya pada dua hal, di
antaranya (1) belajar pengetahuan bahasa Inggris (language); (2) belajar budaya
asing asing yang kompleks dan belum perlu diberikan perhatian ektra oleh pebelajar
untuk meningkatkan kompetensi bahasa Inggris siswa SD di Bali.
48
5. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
Kajian Pustaka
a. Kebudayaan
Bahasa merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari sistem kebudayaan
(Bawa, 1998: 273). Selain sebagai salah satu unsur kebudayaan, bahasa juga
merupakan wadah unsur-unsur kebudayaan vokal, sehingga bahasa dapat digunakan
sebagai alat komunikasi oleh manusia.
Kebudayaan merupakan suatu sistem soaial yang terdiri dari sistem ideology,
sistem sosial, sistem teknologi, dan sistem kebahasaan (Smith, 1973; Masinambow,
1985: 180-189). Dari pendapat tersebut dapat dikutip bahwa bahasa merupakan salah
satu unsur kebudayaan tetapi bahasa juga sebagai sarana pergaulan sosial dan sebagai
pelambang sistem budaya. Menurut Koentjaraningrat (1992: 2-8), kebudayaan
memiliki tiga wujud, yaitu kebudayaan ideal, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.
Kebudayaan ideal merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide,
gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan sebagainya.
Sistem sosial merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas aktivitas
kelakuan yang berpola dari manusia dalam masyarakat. Kebudayaan fisik merupakan
wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Jika dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Inggris di SD di Bali, unsur
budaya yang dimasukkan sebagai cakupan materi ajar adalah semua hal, seperti ide-
ide, gagasan, nilai dan norma, peraturan, cara atau pola hidup, serta bentuk fisik,
seperti tempat, bangunan, benda serta bentuk-bentuk fisik lainnya sebagai suatu hasil
karya manusia. Cakupan materi ajar yang bersumber dari budaya lokal yang
dimaksud adalah aturan-aturan, nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang sering
dipraktekkan di masyarakat, kebiasaan di rumah tangga, kegiatan keagamaan, serta
bentuk fisik seperti tempat pariwisata, objek pariwisata, tempat ibadah, fasilitas
umum, penduduk lokal, keluarga dan lain sebagainya yang ada di Bali. Unsur-unsur
budaya tersebut bisa dikemas dengan baik agar bisa dicakup dalam buku ajar Bahasa
Inggris di SD.
49
6. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
b. Model Pembelajaran Bahasa Inggris di SD
Menurut Halliday (1994) pada tingkatan umum pembelajaran bahasa adalah
bertujuan untuk mencapai tiga hal yaitu fungsi makro bahasa, di antaranya: (1) untuk
mampu menukarkan benda atau jasa antar sesamanya (transactional macro function),
(2) untuk bersosialisasi dengan orang lain (interpersonal or social macro function),
(3) untuk kenikmatan atau kesenangan (aesthetic macro function). Hal tersebut sangat
nyata bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia. Sebagai mahluk
sosial, berinteraksi dengan sesama merupakan hal yang mutlak diperlukan setiap
umat manusia. Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran
sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses (process) maupun lulusan
(output) pendidikan (Muchith, 2008). Hasil pembelajaran sangat bergantung pada
kemampuan pengajar dalam melaksanakan dan mengemas proses pembelajaran, di
samping juga sumber daya siswa (input) itu sendiri.
Pembelajaran bahasa Inggris di SD, seperti pembelajaran bahasa Inggris di
tingkatan sekolah yang lebih tinggi atau di kursus-kursus bahasa Inggris, selalu
menitikberatkan pada pembelajaran kaidah atau ilmu bahasa (language) dan
pembelajaran keahlian (skill), Scriverner, (2005) dan Hamer (2006). Pembelajaran
bahasa pengetahuan bahasa meliputi pembelajaran tatabahasa (grammar), fungsi-
fungsi bahasa (language functions), kosakata (vocabulary), sedangkan keahlian
dibedakan menjadi receptive skills seperti mendengar (Listening) dan membaca
(reading) dan productive skills berbicara (speaking) dan menulis (writing).
Pembelajaran bahasa Inggris di SD dewasa ini cenderung menganut model
pembelajaran konstrutivisme. Hal ini dapat dilihat dari diimplementasikannya
kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Model ini sangat mengutamakan penguasaan
atau kompetensi siswa terhadap topik pelajaran yang terkandung dalam kurikulum.
Siswa diajarkan untuk bisa lebih mandiri dan mampu menumbuhkan rasa percaya diri
dan mampu membuat konsep tentang pelajaran, menarik kesimpulan tentang apa
yang telah dipelajarai. Guru mengajarkan hal baru dengan memanfaatkan
kemampuan awal mahasiswa (prior knowledge) untuk memudahkan merekan dlam
50
7. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
memahami konsep baru. Dengan sintak pembelajaran yang dibuat sedemikian rupa
sehingga siswa bisa menimbulkan rasa percaya dirinya untuk berdiskusi, bertanya,
berkonsultasi dengan guru tanpa merasa ada gap (Vygotsky, L.S. 1978).
Pembelajaran konstruktivisme dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan
terhadap lulusan, namum dalam kaitannya dengan pembelajaran Bahasa Inggris
berkoteks budaya, model ini belum dirasa pas.
Untuk menjawab persoalan tersebut, pembelajaran kontektual merupakan
salah satu dari model yang lebih cocok diterapkan terkait dengan pembelajaran
Bahasa Inggris berkonteks budaya. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada empat
pillar pendidikan yang dicanangkan UNESCO, yaitu learning to do, learning to
know, learning to be, learning to live together (Dellor, 1999 dan Muchith, 2008:5),
Learning to do dimaksudkan bahwa pembelajaran diupayakan untuk memberdayakan
peserta didik agar mau dan mampu memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to
know adalah proses pembelajaran yang didisain dengan cara mengintensifkan
interaksi dengan lingkungan baik lingkungan fisik, social dan budaya sehingga
peserta didik mampu membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap dunia di
sekitarnya. Learning to be adalah proses pembelajaran yang diharapkan siswa mampu
membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya. Learning to live together adalah
bahwa pembelajaran lebih diarahkan pada upaya untuk membentuk kepribadian untuk
memahami dan mengenal keragaman (kemajemukan) sehingga melahirkan sikap dan
perilaku yang positif dalam merespon perbedaan-perbedaan atau keanekaragaman.
Pandangan model pembelajaran kontekstual atau contextual teaching learning
(CTL) sangat potensial diimplementasikan dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SD
karena dengan memberikan pembelajaran Bahasa Inggris dengan dimediasi budaya
mereka sendiri, siswa akan mampu memahami dan menguasai kedua komponenn
tadi, yaitu pengetahuan bahasa (knowledge or language) dan keahlian (skills) dengan
lebih mudah. CTL adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial,
51
8. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
dan cultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan atau ditransfer dari satu permasalahan atau konteks ke
permasalahan atau konteks lainnya. CTL adalah proses pembelajaran yang bersifat
holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
mengaitkannya dengan terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang dinamis dan fleksibel untuk mengkontruksi sendiri secara aktif pemahamannya
(Budiono dalam Sunandar, 2009: 61). Siswa tidak akan membuang banyak energi
untuk memikirkan wujud konkrit dari kosa kata yang sudah diketahui wijudnya.
Siswa akan mampu menggunakan kosa kata tersebut dalam konteks yang benar
karena sudah terbiasa menggunakannya dalam bahasa ibunya (mother language).
Siswa akan merasa lebih mudah untuk membuat kalimat-kalimat dengan formula
apapun serta mudah untuk memverbalisasikan kosa kata atau kalimat-kalimat
tersebut. Keahlian membaca, mendengar dan menulis akan juga dirasakan lebih
mudah. Hal ini akan berbanding terbalik dengan tingkat capaian mereka jika
pembelajaran bahasa Inggris tersebut dilakukan dengan menggunakan buku ajar yang
memuat unsur-unsur budaya asing.
c. Kurikulum Bahasa Inggris SD
Kurikulum merupakan komponen dalam pendidikan atau pembelajaran yang
tidak boleh dilupakan. Kurikulum merupakan acuan (materi) yang perlu dipahamkan
kepada siswa sehingga benar-benar terjadi perubahan dalam diri siswa baik
perubahan aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik (Bloom, 1981:7, Muchith,
2008:11). Kurikulum secara umum dibedakan menjadi tiga, yaitu kurikulum
potensial, kurikulum faktual, dan kurikulum tersembunyi. Kurukulum potensial
adalah kurikulum yang ideal yang dicita-citakan, misalnya garis Garis Besar Program
Pengajaran (GBBP) yang mengandung petunjuk pelaksanaan. Kurikulum faktual
merupakan proses atau realitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa. Yang termasuk kurikulum faktual adalah rencana pembelajaran (lesson plan),
52
9. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
metode yang digunakan, sarana atau alat peraga. Kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum) yaitu situasi atau realitas baik secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi pembelajaran. Yang termasuk bagian dari kurikulum tersembunyi
adalah karakteristik guru, perlengkapan atau sarana pendidikan, perlengkapan
laboratorium. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang juga dikenal dengan
Kurikulum 2004 adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai
diterapkan.
III. Pembahasan
a. Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Inggris Berkonteks
Budaya Lokal
Seperti telah diulas sebelumnya, buku ajar Bahasa Inggris yang dipakai di SD
di Bali masih cenderung memuat unsur budaya asing. Konsekuensinya, cakupan
materi ajar masih dirasakan asing dan susah dipahami. Model pembelajaran tersebut
seyogyanya diintegrasikan dengan budaya Bali. Hampir seluruh materi ajar dari
keempat komponen Bahasa Inggris, yaitu speaking, reading, writing, dan listening
masih memasukkan cakupan komponen budaya asing. Teks dialog untuk bagian
(speaking) yang digunakan masih membicarakan kegiatan akhir pekan orang luar
negeri, tata cara kehidupan mereka, kedaan tempat luar negeri, dan lain sebagainya.
Teks bacaan (reading) yang dimuat masih membicarakan hal-hal seperti keadaan
negara luar, kota, sekolah, tempat-tempat umum lainnya. Teks untuk pelajaran
mendengan (listening) masih memuat hal-hal seperti mengisi formulir tentang
reservasi holet di Inggris, dialog antara petugas restaurang dan pembeli di suatu
restauran di Australia. Teks menulis (writing) masih memuat deskripsi postur tubuh
orang asing, contoh teks hasil writing tentang tempat favorit di Amerika, contoh teks
tentang obat-obat tradisional di luar negeri, deskripsi sebuah restaurant di Eropa,
perjalanan di Cina, dan sebagainya.
53
10. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
Untuk mewujudkan model pembelajaran Bahasa Inggris berkonteks budaya
untuk siswa SD, semua unsur asing yang tercakup dalam buku ajar tersebut harus
berpaling ke budaya Bali.
b. Pengembangan-Pengembangan yang Perlu Dilakukan
Ada beberapa hal prinsip yang perlu mendapat perhatian dalam
pengembangan model pembelajaran berkontek budaya di antaranya sebagai berikut.
(1) Kurikulum Bahasa Inggris Berkonteks Budaya Bali di SD di Bali
Kurikulum harus dirancang menjadi kurikulum terintegrasi (integrated
curriculum). Kurikulum terintegrasi adalah kurikulum interdisipliner yang memuat
berbagai tema serta aktivitas didalamnya. Kurikulum ini merupakan suatu pendekatan
yang mempersiapkan siswa untuk belajar sepanjang masa. Kurikulum ini memandang
bahwa pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan
materi tertentu yang masih belum jelas manfaatnya. Oleh karenanya memadukan
aspek-aspek kebaasaan dengan asosiasi (tata cara sehari-hari) yang bermakna akan
memudahkan siswa untuk mempelajari keduanya. Kurikulum ini memandang bahwa
pembelajaran dan pendidikan merupakan suatu cara yang holistis serta mampu
merefleksikan dunia yang berisifat interaktif. Cakupan topik atau temanya adalah
berasal dari berbagai tema dengan berkonteks budaya dengan mengunakan serta
untuk mempelajari konsep bahasa Inggris. Hal ini berarti bahwa siswa mempelajari
bahasa Inggris dengan topik-topik bukan berasal dari bahasa Inggris, melainkan
unsure budaya atau dengan kata lain siswa belajar tentang budaya Bali sambil belajar
bahasa Inggris.
Ada beberapa keunggulan kurikulum terintegrasi atau interdisipliner, sebagai
berikut; (1) siswa menemukan adanya hubungan yang erat antara ide-ide dan konsep
kebahasaan karena mereka sudah merencanakan dan mengalami penelusuran berbasis
tema; (2) hubungan antara topic-topik di sekolah dan di luar sekolah sangat jelas; (3)
54
11. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
proses komunikasi menjadi lebih otentik karena terlibat dalam aktivitas pembelajaran
berbasis tematis; (4) kerjasama antar teman kelas berkembang dengan baik melalui
interaksi; (5) siswa akan lebih bertanggunggjawab terhadap, serta terlibat
pembelajarannya sendiri; (6) guru akan bertindak lebih menjadi fasilitator dari pada
seorang informan; (7) terbentuknya dan berkembangnya rasa bermasyarakat siswa
lewat kegiatan siswa yang berbasis kerjasama; (8) terbentukknya berbagai pola-pola
kerja kelompok secara alami; dan (9) penilaian bersifat otentik, berkesinambungan.
(2) Materi Ajar Bahasa Inggris Berkonteks Budaya Bali di SD di Bali
Materi ajar dikembangakn berdasarkan kurikulum yang ada. Materi ajar yang
akan dipakai mendukung pembelajaran bahasa Inggris berkoteks budaya Bali. Pada
dasarnya kurikulum terintegrasi atau kurikulum interdisipliner memuat hal-hal
sebagai berikut: (1) gabungan dari pengetahuan atau tema yang menyangkut budaya
Bali; (2) pembelajaran berbasis aktivitas seperti proyek (project) atau aktivitas yang
dikerjakan berkelompok; (3) tema-tema diambil dari tema tentang budaya yang
merupakan topik di luar buku teks bahasa Inggris; (4) ada hubungan yang erat di
antara konsep-konsep bahasa Ingris yang dipelajari dengan tema tersebut. Semua
jenis materi, baik teks dialog, teks bacaan, teks mendengar, serta teks menulis beserta
latiahan-latihannya memuat tema yang berkaitan dengan budaya Bali. Hal ini
digunakan karena akan sangat mempermudah pemahaman siswa tentang konsep
kebahasaan yang sedang dipelajari.
(3) Model Pembelajaran Bahasa Inggris SD Berkonteks Budaya Bali
Model pembelajaran ini diintegrasikan dengan metode kontekstual. Model
pembelajaran berkonteks budaya Bali di SD ini bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami dan meningkatkan kompetensi bahasa Inggris siswa dengan mengaitkan
materi pembelajaran tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial, dan cultural). Dalam hal ini siswa akan diajarkan konsep bahasa
Inggris dengan menggunakan materi ajar berkonteks budaya Bali. Selain menguasai
55
12. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
bahasa Inggris, siswa akan memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan atau ditransfer dari satu permasalahan atau konteks ke
permasalahan atau konteks lainnya. Pembelajaran ini akan bersifat holistik yang
bertujuan untuk membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
mengaitkannya dengan terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang dinamis dan fleksibel untuk mengkontruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Ada beberapa keunggulan model pembelajaran bahasa Inggris berkonteks
budaya Bali di SD di Bali, yaitu sebagai berikut; (1) siswa tidak akan merasa
terbebankan dengan diperkenalkannya budaya asing sebagai materi ajar; (2) kekayaan
pengetahuan tentang budaya Bali yang sudah mereka kenal akan memperkaya
kasanah kosa-kata mereka terhadap budaya tersebut yang akan membantu
pemahaman (comprehension) mereka terhadap konsep bahasa Inggris yang sedang
dipelajarinya; (3) adanya integrasi antara proses pembelajaran (larning) degan
pendidikan (education) tentang budaya yang akan membuat mereka mampu
memaknainya sebagai suatu proses yang bisa berlangsung sepanjang masa (long-life);
(4) mengembangkan dan meningkatkan karakter, sifat (soft skill) mereka yang sangat
diperlukan untuk mendukung pengembangan kecerdasan emosi (emotional quotion)
mereka; (5) pembelajaran akan lebih menyenangkan dan menarik karena mereka
merasa mempelajari kekayaan daerah mereka.
c. Dampaknya Terhadap Eksistensi Budaya Global
Pengembangan budaya global harus dimulai dari budaya-budaya kecil sebagai
pendukungnya. Tanpa adanya keragaman dan kekayaan budaya lokal maka budaya
nasional dan internasional tidak akan terbentuk. Ada beberapa hal yang bisa
dihasilkan dari pengembangan model pembelajaran bahasa Inggris berkonteks budaya
Bali di SD terhadap upaya pengembangan budaya global, di antaranya sebagai
berikut.
56
13. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
(1) Pencakupan budaya Bali dalam buku ajar bahasa Inggris SD mempercepat
proses penguasaan bahasa Inggris mahasiswa karena pembelajaran tersebut
berbasis kearifan lokal.
(2) Pola tersebut juga akan secara langsung mempercepat penguasaan
pengetahuan tentang budaya Bali siswa.
(3) Kecakapan berbahasa Inggris siswa akan mendukung terjalinnya pergaulan-
pergaulan internasional.
(4) Dalam pergaulan nasional dan internasional siswa akan saling menukar
pengalaman budaya dengan lawan tuturnya. Dalam hal ini proses pengayaan
terhadap budaya nasiona dan dunia akan terbentuk.
(5) Pengguna buku ajar ini adalah bukan hanya masayarakat Bali namun bisa
diakses oleh masyarakat nasional serta internasional sehingga mempercepat
proses pengenalan budaya Bali ke masyarakat luas.
IV. Simpulan
Pembelajaran bahasa Inggris berkoteks budaya Bali di SD di Bali sangat
potensial untuk mendukung sosialisasi budaya local sehingga menjadi dikenal di
tingkatv nasional maupun di dunia Internasional. Pengembangan model pembelajaran
ini harus didukung oleh beberapa upaya, di antaranya sebagai berikut.
(1) Pengembangan kurikulum. Kurikulum yang paling potensial diaplikasikan adalah
kurikulum terintegrasi atau interdisipliner (integrated curriculum) yang memuat
berbagai tema serta aktivitas, dan mengutamakan pengembangkan kemampuan-
kemampuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
(2) Materi ajar berbasis budaya Bali, yaitu gabungan dari pengetahuan atau tema
yang menyangkut budaya Bali. Semua materi, baik teks dialog, teks bacaan,
teks mendengar, serta teks menulis beserta latiahan-latihannya memuat tema
yang berkaitan dengan budaya Bali.
(3) Model pembelajaran ini diintegrasikan dengan metode kontekstual. Model
pembelajaran berkonteks budaya Bali di SD ini bertujuan memotivasi siswa
57
14. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
ISSN 2089-8460
untuk memahami dan meningkatkan kompetensi bahasa Inggris siswa dengan
mengaitkan materi pembelajaran tersebut dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan cultural).
DAFTAR PUSTAKA
Bawa, I Wayan. 1998. Prosews dan Protes Budaya. Persembahan untuk Ngurah
Bagus. Denpasar: PT. Offset BP Denpasar.
Bloom, B.S (Ed). 1984. Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman,
Inc
Masinambow. 1998. Linguastika Universias Udayana: Denpasar: Udayana
Muchith, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual: Semarang: RaSIL Media
Group
Vygotsky, L.S. 1978. Mind in Society. Cambridge, MA: Harvard University Press.
58