SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  10
IV. MODULUS YOUNG KAWAT
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Elastisitas adalah kemampuan suatu objek untuk kembali ke bentuk
awalnya setelah suatu gaya eksternal (dari luar) yang diberikan
sebelumnya berakhir. Jika benda tersebut tidak kembali ke bentuk semula
setelah gaya dihentikan, benda tersebut dikatakan memiliki sifat plastis.
Jika sebuah benda elastis ditarik oleh suatu gaya, benda tersebut akan
bertambah panjang sampai ukuran tertentu sebanding dengan gaya
tersebut, yang berarti ada sejumlah gaya yang bekerja pada setiap satuan
panjang benda Gaya yang bekerja sebanding dengan panjang benda dan
berbanding terbalik dengan luas penampangnya. Dalam fisika, besarnya
gaya yang bekerja (F) dibagi dengan luas penampang (A) didefinisikan
sebagai tegangan (stress), disimbolkan σ: F/A. Dalam SI, satuan tegangan
(σ) adalah N/m2
yang diperoleh melalui pembagian satuan gaya dan luas.
Apabila gaya tersebut menyebabkan pertambahan panjang pada benda,
maka disebut tegangan tensil. Sebaliknya, jika gaya menyebabkan
berkurangnya panjang benda, maka disebut tegangan kompresional.
Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu regangan,
tergantung pada keadaan bahan yang ditekan. Tegangan pada benda,
misalnya kawat besi, didefinisikan sebagai gaya persatuan luas
penampang benda tersebut, Bila dua buah kawat dari bahan
yang sama tetapi luas penampangnya berbeda diberi gaya, maka kedua
kawat tersebut akan mengalami tegangan yang berbeda. Kawat dengan
penampang kecil mengalami tegangan yang lebih besar dibandingkan
kawat dengan penampang lebih besar. Tegangan
benda sangat diperhitungkan dalam menentukan ukuran dan jenis bahan
penyangga atau penopang suatu beban, misalnya penyangga jembatan
gantung dan bangunan bertingkat.
Regangan, disimbolkan oleh ε didefinisikan sebagai perbandingan
pertambahan atau perubahan panjang (∆l) dengan panjang mula-mula (l0).
Dalam SI, regangan tidak memiliki satuan karena pembagian antar satuan
panjang (m/m= -). Berdasarkan jenis tegangan, regangan dapat
digolongkan menjadi:
1.) Regangan linear: perbandingan antara perubahan panjang dengan
panjang mula-mula yang disebabkan oleh tegangan normal.
2.) Regangan volume: perbandingan antara perubahan volume dengan
volume mula-mula yang disebabkan oleh stress normal dari
beberapa sisi.
3.) Regangan shear, perbandingan antara perubahan bentuk dengan
bentuk semula yang diakibatkan adanya tegangan tangensial.
Perbandingan antara tegangan dan regangan, atau tegangan persatuan
regangan, disebut modulus elastik bahan. Semakin besar modulus elastis,
semakin besar tegangan yang dibutuhkan untuk suatu regangan tertentu.
Modulus elastisitas (E) didefinisikan sebagai hasil pembagian atau
rasio antara tegangan (σ) dan regangan (e) : E= σ/e. Jika Modulus
Elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap regangan
linear, maka disebut dengan Modulus Young. Rumus Modulus Young
diturunkan dari rumus tegangan dan regangan, yaitu:
Gambar 4.1 Rumus Modulus Young
Dalam SI, satuan Modulus Young sama dengan satuan tegangan
(N/m2
) karena pembagian tegangan dengan regangan tidak menimbulkan
pengurangan satuan (regangan tidak memiliki satuan). Modulus Young
juga menunjukkan besarnya hambatan untuk merubah panjang suatu
benda elastis. semakin besar nilai Modulus Young suatu benda, semakin
sulit benda tersebut dapat memanjang, dan sebaliknya. Jika modulus
elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap regangan
volume, maka disebut dengan Modulus Bulk yang menunjukkan besarnya
hambatan untuk mengubah volume suatu benda, dan jika modulus
elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap regangan
shear, maka disebut dengan Modulus Shear yang menunjukkan hambatan
gerakan dari bidang-bidang benda padat yang saling bergesekan.
Kebanyakan benda adalah elastis sampai ke suatu gaya dengan besar
tertentu, yang biasa disebut sebagai batas elastisitas. Jika gaya yang
diberikan pada benda lebih kecil dari batas elastisnya, benda akan mampu
kembali ke bentuk semula setelah gaya dihilangkan. Jika gaya yang
diberikan lebih besar dari batas elastisnya, benda tidak akan kembali ke
bentuk semula. Dalm kehidupan sehari – hari, modulus elastisitas sering
digunakan, khususnya pada bidang ilmu teknik yang mengkaji tentang
pembangunan suatu bangunan atau suatu benda, seperti mesin. Proses
pembangunan tersebut berkaitan secara langsung dengan kekuatan bahan
yang digunakan.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara IV Modulus Young adalah.
a. Memahami sifat- sifat elastis benda padat
b. Memahami tegangan dan regangan dari suatu bahan
c. Mengukur Modulus Young suatu bahan
3. Waktu dan tempat praktikum
Praktikum acara IV Kalorimetri dilaksanakan pada hari Selasa 25
Sepember 2012, di Laboratorium Pusat, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Elastisitas adalah sifat di mana benda kembali pada ukuran dan bentuk
awalnya ketika gaya-gaya yang mendeformasikan (mengubah bentuknya)
dihilangkan. Tegangan (σ) yang dialami di dalam suatu padatan adalah besar
gaya yang bekerja (F), dibagi dengan luas (A) dimana gaya tersebut bekerja:
tegangan = gaya
luas permukaan di mana gaya bekerja
σ = F
A
Satuan SI untuk tegangan adalah pascal (Pa), di mana 1 Pa = 1 N/m2
. Jadi, jika
sebuah rotan menahan beban, tegangan pada titik manapun pada rotan adalah
beban dibagi dengan luas penampang melintang pada titik tersebut; area yang
paling sempit mengalami tegangan terbesar. Regangan () adalah deformasi
(perubahan bentuk) bagian akibat tegangan. Regangan diukur sebagai rasio
perubahan dari sejumlah dimensi benda terhadap dimensi awal di mana
perubahan terjadi.
regangan = perubahan dalam dimensi
dimensi awal
Jadi regangan normal pada beban aksial adalah perubahan panjang (∆L)
terhadap panjang awal (L0) : ε = ∆L
L0
Regangan tidak memiliki satuan karena merupakan rasio dari besaran-besaran
yang sama. Batas elastis suatu benda adalah tegangan terkecil yang akan
menghasilkan gangguan permanen pada benda. Ketika diberikan tegangan
melebihi batas ini, benda tidak akan kembali persis seperti keadaan awalnya
setlah tegangan tersebut dihilangkan (Bueche, 2006).
Hukum Hook; sifat elastisitas (kenyal) adalah sifat menentang
perubahan bentuk, seperti halnya karet yang diregangkan akan berusaha
kembali ke keadaan semula. Orang yang erutama mempelajari sifat ini adalah
Robert Hook yang kemudian mengemukakan hukumnya yang lalu dikenal
sebagai hokum Hook yang merupakan dasar daripada teori elastisitas
(kekenyalan) (Soedojo, 1986).
Kita kenal 3 macam regangan, yakni regangan panjang, regangan
volum, dan regangan sudut. Regangan panjang; dengan panjang semula
sewaktu tiada regangan, lo, dan penambahan panjang ∆l akibat tegangan,
regangannya diberikan oleh ∆l/ lo , sedangkan jikalau luas penampangnya A
dan gaya tegangan yang meregangkan ialah W, maka tegangannya adalah
W/A, berdasarkan hokum Hook ditulis Y (∆l/ lo) = W / A. Regangan volum;
sudah tenti regangan volum yang dimaksud bukan penambahan volum
melainkan pengerutanvolum akibat penekanan. Untuk itu menurut hukum
Hook dapat ditulis: B (-∆T / V0) = p dengan B ialah modulus ketegaran
(modulus of rigidity) yang besarnya kurang lebih 1/3 modulus Young.
Regangan sudut; sejalan dengan regangan-regangan lain, menurut hukum
Hook, kita dapat menulis M = F / A. Dengan A ialah luas permukaan yangϕ
dikenai gaya luncuran dan M adalah apa yang dinamakan modulus luncuran
(shear modulus) (Soedojo, 1999).
Thimosuko & Gere (1984) memberikan rumus untuk menghitung
tegangan normal benda uji silinder beton berdiameter 15cm dan tinggi 30cm
dengan rumus
σ = P
A
dengan,
σ = tegangan normal silinder (k N/m2
)
P = beban hancur beton dalam keadaan tekan (k N)
A = luas silinder ¼.3,14.d2
dengan d adalah diameter silinder (Prayitno, 2002).
Sifat dasar yang penting berkaitan dengan beton serat adalah kuat tarik
maksimum, regangan maksimum, retak dan perkembangan retak. Menurut
Soepriyono dkk (1974) kekuatan dan serat polyester dalam keasaan basah
sama dengan keadaan kering. Sebuah balok yang mendapat beban berupa
momen lentur murni, maka tiap-tiap serat longitudinal balok mendapat
tegangan berupa tegangan tarik atau tekan. Serat longitudinal yang tidak
menderita tegangan tarik atau tekan disebut garis netral. Bila momen yang
terjadi masih dibawah momen ultimit, maka berlaku hukum Hooke, dimana
tegangan berbanding lurus dengan regangan (σ = E ε) (Mediyanto, 2002).
Ilmu kekuatan bahan adalah kumpulan pengetahuan yang membahas
hubungan antara gaya intern, deformasi, dan beban luar. Dalam metode
analisa umum yang dipergunakan dalam ilmu kekuatan bahan, langkah
pertama ialah memisalkan bahwa bagian konstruksi itu dalam keadaan
seimbang. Persamaan kesaimbangan statis diterapkan terhadap gaya yang
bekerja pada bagian konstruksi dengan gaya gaya intern yang melawan
bekerjanya beban luar. Ini dilakukan dengan membuat sebuah bidang melalui
benda tersebut pada titik tinjauan. Gaya tahan intern biasanya dinyatakan
sebagai tegangan yang bekerja dalam luas tertentu, sehingga gaya intern sama
dengan integral tegangan kali diferensial luas di mana tegangan itu bekerja.
Agar nilai integral ini dapat dihitung, perlu diketahui distribusi tegangan pada
bidang potong. Distribusi tegangan itu ditentukan dengan mengamati dan
mengukur distribusi regangan dalam bidang konstruksi, sebab tegangan tidak
dapat diukur secara fisik. Tetapi, karena tegangan itu sepadan dengan
regangan untuk deformasi kecil, maka penentuan distribusi regangan
memberikan distribusi regangan (Syawaldi, 2006).
C. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
a. Jarum penunjuk skala
b. Seperangkat bandul atau beban
c. Meteran dan Jangka sorong
d. Jangka ukur
e. Cutter
f. Neraca ohaus
2. Bahan
Kawat tembaga dan besi
3. Cara Kerja
a. Memasang kawat tembaga dengan panjang L dengan salah satu
ujungnya diikat dan ujung lainnya diberi beban atau bandul.
b. Mengukur diameter kawat A dengan menggunakan jangka sorong dan
massa benda yang digantungkan.
c. Mencatat perubahan panjang ∆L pada pergeseran penunjuk jarum.
d. Memberi beban lagi dan mencatat kembali massa benda dan
pergeseran jarum jam tersebut.
e. Mengulangi langkah d dengan memberi beban berturut-turut hingga
terjadi regangan yang besar.
f. Mencatat hasil praktikum dalam sebuah tabel.
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar. 2010. Estimating Young’s Modulus and Modulus of Rupture of Coconut
Logs using Reconstruction Method. Civil Engineering Dimension. Surabaya
Bueche, Frederick J. 2006. Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta
Goueffon, Yann. 2010. Investigations into the Coefficient of Thermal Expansion
of Porous Film Prepared on AA7175 T7351 by Anodizing in Sulphuric Acid
Electrolyte. Universite de Toulouse Cedex. France
Mediyanto, Antonius. Perilaku Gabungan Balok Beton yang Diperkuat Dengan
Beton Normal dan Serat Polyster yang Mengalami Kegagalan Lentur.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Prayitno, Slamet. 2002. Kuat Lentur Balok Beton Bertulang dengan Penambahan
Serat. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Soedojoe, Peter. 1986. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid I. Gadjah Mada University
Press. Jogjakarta
Soedojoe, Peter. 1999. Fisika Dasar. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta
Syawaldi. 2006. Analisa Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro dari Baja
Konstruksi Bangunan Terhadap Perubahan Temperatur. Teknik Mesin
Universitas Islam Riau. Riau
Goueffon, Yann. 2010. Investigations into the Coefficient of Thermal Expansion
of Porous Film Prepared on AA7175 T7351 by Anodizing in Sulphuric Acid
Electrolyte. Universite de Toulouse Cedex. France
Mediyanto, Antonius. Perilaku Gabungan Balok Beton yang Diperkuat Dengan
Beton Normal dan Serat Polyster yang Mengalami Kegagalan Lentur.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Prayitno, Slamet. 2002. Kuat Lentur Balok Beton Bertulang dengan Penambahan
Serat. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Soedojoe, Peter. 1986. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid I. Gadjah Mada University
Press. Jogjakarta
Soedojoe, Peter. 1999. Fisika Dasar. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta
Syawaldi. 2006. Analisa Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro dari Baja
Konstruksi Bangunan Terhadap Perubahan Temperatur. Teknik Mesin
Universitas Islam Riau. Riau

Contenu connexe

Tendances

1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
umammuhammad27
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
umammuhammad27
 
1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)
1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)
1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)
umammuhammad27
 
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
Nur Azizah
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
umammuhammad27
 

Tendances (20)

2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum hooke
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum hooke2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum hooke
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum hooke
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
 
Laporan Fisika - pegas
Laporan Fisika - pegasLaporan Fisika - pegas
Laporan Fisika - pegas
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwood
 
Ayunan matematis-baru1
Ayunan matematis-baru1Ayunan matematis-baru1
Ayunan matematis-baru1
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR BANDUL REVERSIBLE
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR BANDUL REVERSIBLELAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR BANDUL REVERSIBLE
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR BANDUL REVERSIBLE
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PANAS JENIS DAN KALORIMETER
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PANAS JENIS DAN KALORIMETERLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PANAS JENIS DAN KALORIMETER
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PANAS JENIS DAN KALORIMETER
 
kekentalan zat cair
kekentalan zat cair kekentalan zat cair
kekentalan zat cair
 
Percobaan hukum hooke
Percobaan hukum hookePercobaan hukum hooke
Percobaan hukum hooke
 
Laporan fisika dasar (sistem kesetimbangan gaya)
Laporan fisika dasar (sistem kesetimbangan gaya)Laporan fisika dasar (sistem kesetimbangan gaya)
Laporan fisika dasar (sistem kesetimbangan gaya)
 
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul sederhana
 
1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)
1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)
1 b 11170163000059_laporan akhir ha (hukum archimedes)
 
Laporan praktikum fisika (elastisitas)
Laporan praktikum fisika (elastisitas)Laporan praktikum fisika (elastisitas)
Laporan praktikum fisika (elastisitas)
 
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
 
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
 
Kesetaraan kalor listrik
Kesetaraan kalor listrikKesetaraan kalor listrik
Kesetaraan kalor listrik
 
Tegangan permukaan
Tegangan permukaan Tegangan permukaan
Tegangan permukaan
 

En vedette

Modulus elastis, tegangan, regangan
Modulus elastis, tegangan, reganganModulus elastis, tegangan, regangan
Modulus elastis, tegangan, regangan
Siti Oktaviani
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Fransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Fransiska Puteri
 

En vedette (20)

Laporan pelengkungan batang
Laporan pelengkungan batangLaporan pelengkungan batang
Laporan pelengkungan batang
 
Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)
 
Laporan modulus puntir
Laporan modulus puntirLaporan modulus puntir
Laporan modulus puntir
 
Bab v
Bab vBab v
Bab v
 
Konsep mekanik bahan dalam kehidupan sehiri hari
Konsep mekanik bahan dalam kehidupan sehiri hariKonsep mekanik bahan dalam kehidupan sehiri hari
Konsep mekanik bahan dalam kehidupan sehiri hari
 
Modulus elastis, tegangan, regangan
Modulus elastis, tegangan, reganganModulus elastis, tegangan, regangan
Modulus elastis, tegangan, regangan
 
Fis 11-sifat-mekanik-zat
Fis 11-sifat-mekanik-zatFis 11-sifat-mekanik-zat
Fis 11-sifat-mekanik-zat
 
Hukum hooke
Hukum hookeHukum hooke
Hukum hooke
 
Elastisitas
ElastisitasElastisitas
Elastisitas
 
Xi tkj nurlita yuliandari sifat mekanik bahan
Xi tkj nurlita yuliandari sifat mekanik bahanXi tkj nurlita yuliandari sifat mekanik bahan
Xi tkj nurlita yuliandari sifat mekanik bahan
 
Elastisitas dan Hukum Hooke
Elastisitas dan Hukum HookeElastisitas dan Hukum Hooke
Elastisitas dan Hukum Hooke
 
Hukum hooke dan elastisitas
Hukum hooke dan elastisitasHukum hooke dan elastisitas
Hukum hooke dan elastisitas
 
Laporan Fisika Dasar Acara 1 Kalorimetri ITP UNS Semester 1
Laporan Fisika Dasar Acara 1 Kalorimetri ITP UNS Semester 1Laporan Fisika Dasar Acara 1 Kalorimetri ITP UNS Semester 1
Laporan Fisika Dasar Acara 1 Kalorimetri ITP UNS Semester 1
 
Hukum Hooke dan Ayunan Sederhana
Hukum Hooke dan Ayunan SederhanaHukum Hooke dan Ayunan Sederhana
Hukum Hooke dan Ayunan Sederhana
 
Laporan praktikum operation research
Laporan praktikum operation researchLaporan praktikum operation research
Laporan praktikum operation research
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Tugas Kelompok 46 (PDF)
Tugas Kelompok 46 (PDF) Tugas Kelompok 46 (PDF)
Tugas Kelompok 46 (PDF)
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
 

Similaire à ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young

Bandul sederhana
Bandul sederhanaBandul sederhana
Bandul sederhana
trokefluent
 
1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx
1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx
1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx
umammuhammad27
 
Elastisitas dan Hukum Hooke
Elastisitas dan Hukum HookeElastisitas dan Hukum Hooke
Elastisitas dan Hukum Hooke
Saffanahpertiwi
 
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
Fani Diamanti
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarik
kaatteell
 
Dasar dasar-kekuatan-bahan
Dasar dasar-kekuatan-bahanDasar dasar-kekuatan-bahan
Dasar dasar-kekuatan-bahan
Ishak Enginer
 
Elastisitas dan gerak harmonik sederhana
Elastisitas dan gerak harmonik sederhanaElastisitas dan gerak harmonik sederhana
Elastisitas dan gerak harmonik sederhana
Bella Andreana
 

Similaire à ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young (20)

Fisika Teknik.pdf
Fisika Teknik.pdfFisika Teknik.pdf
Fisika Teknik.pdf
 
Elastisitas Zat Padat (X MIA B 105 Jakarta)
Elastisitas Zat Padat (X MIA B 105 Jakarta)Elastisitas Zat Padat (X MIA B 105 Jakarta)
Elastisitas Zat Padat (X MIA B 105 Jakarta)
 
Sifat zat mekanik
Sifat zat mekanikSifat zat mekanik
Sifat zat mekanik
 
Bandul sederhana
Bandul sederhanaBandul sederhana
Bandul sederhana
 
1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx
1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx
1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx
 
Elastisitas dan Hukum Hooke
Elastisitas dan Hukum HookeElastisitas dan Hukum Hooke
Elastisitas dan Hukum Hooke
 
Elastisitas Dan Hukum Hooke
Elastisitas Dan Hukum HookeElastisitas Dan Hukum Hooke
Elastisitas Dan Hukum Hooke
 
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
 
Elastisitas
ElastisitasElastisitas
Elastisitas
 
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
 
Bahan ajar fisika elastisitas
Bahan ajar fisika elastisitasBahan ajar fisika elastisitas
Bahan ajar fisika elastisitas
 
Elastisitas
ElastisitasElastisitas
Elastisitas
 
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XIElastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
 
Ba elastisitas
Ba elastisitasBa elastisitas
Ba elastisitas
 
Bahan Ajar Elastisitas
Bahan Ajar ElastisitasBahan Ajar Elastisitas
Bahan Ajar Elastisitas
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarik
 
Kelompok 2 a sifat mekanik zat
Kelompok 2 a sifat mekanik zatKelompok 2 a sifat mekanik zat
Kelompok 2 a sifat mekanik zat
 
Dasar dasar-kekuatan-bahan
Dasar dasar-kekuatan-bahanDasar dasar-kekuatan-bahan
Dasar dasar-kekuatan-bahan
 
Elastisitas.pdf
Elastisitas.pdfElastisitas.pdf
Elastisitas.pdf
 
Elastisitas dan gerak harmonik sederhana
Elastisitas dan gerak harmonik sederhanaElastisitas dan gerak harmonik sederhana
Elastisitas dan gerak harmonik sederhana
 

Plus de Fransiska Puteri

Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Fransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Fransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Fransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
Fransiska Puteri
 

Plus de Fransiska Puteri (20)

Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
 
Tabel lipid
Tabel lipidTabel lipid
Tabel lipid
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
 

ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young

  • 1. IV. MODULUS YOUNG KAWAT A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Elastisitas adalah kemampuan suatu objek untuk kembali ke bentuk awalnya setelah suatu gaya eksternal (dari luar) yang diberikan sebelumnya berakhir. Jika benda tersebut tidak kembali ke bentuk semula setelah gaya dihentikan, benda tersebut dikatakan memiliki sifat plastis. Jika sebuah benda elastis ditarik oleh suatu gaya, benda tersebut akan bertambah panjang sampai ukuran tertentu sebanding dengan gaya tersebut, yang berarti ada sejumlah gaya yang bekerja pada setiap satuan panjang benda Gaya yang bekerja sebanding dengan panjang benda dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya. Dalam fisika, besarnya gaya yang bekerja (F) dibagi dengan luas penampang (A) didefinisikan sebagai tegangan (stress), disimbolkan σ: F/A. Dalam SI, satuan tegangan (σ) adalah N/m2 yang diperoleh melalui pembagian satuan gaya dan luas. Apabila gaya tersebut menyebabkan pertambahan panjang pada benda, maka disebut tegangan tensil. Sebaliknya, jika gaya menyebabkan berkurangnya panjang benda, maka disebut tegangan kompresional. Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu regangan, tergantung pada keadaan bahan yang ditekan. Tegangan pada benda, misalnya kawat besi, didefinisikan sebagai gaya persatuan luas penampang benda tersebut, Bila dua buah kawat dari bahan yang sama tetapi luas penampangnya berbeda diberi gaya, maka kedua kawat tersebut akan mengalami tegangan yang berbeda. Kawat dengan penampang kecil mengalami tegangan yang lebih besar dibandingkan kawat dengan penampang lebih besar. Tegangan
  • 2. benda sangat diperhitungkan dalam menentukan ukuran dan jenis bahan penyangga atau penopang suatu beban, misalnya penyangga jembatan gantung dan bangunan bertingkat. Regangan, disimbolkan oleh ε didefinisikan sebagai perbandingan pertambahan atau perubahan panjang (∆l) dengan panjang mula-mula (l0). Dalam SI, regangan tidak memiliki satuan karena pembagian antar satuan panjang (m/m= -). Berdasarkan jenis tegangan, regangan dapat digolongkan menjadi: 1.) Regangan linear: perbandingan antara perubahan panjang dengan panjang mula-mula yang disebabkan oleh tegangan normal. 2.) Regangan volume: perbandingan antara perubahan volume dengan volume mula-mula yang disebabkan oleh stress normal dari beberapa sisi. 3.) Regangan shear, perbandingan antara perubahan bentuk dengan bentuk semula yang diakibatkan adanya tegangan tangensial. Perbandingan antara tegangan dan regangan, atau tegangan persatuan regangan, disebut modulus elastik bahan. Semakin besar modulus elastis, semakin besar tegangan yang dibutuhkan untuk suatu regangan tertentu. Modulus elastisitas (E) didefinisikan sebagai hasil pembagian atau rasio antara tegangan (σ) dan regangan (e) : E= σ/e. Jika Modulus Elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap regangan linear, maka disebut dengan Modulus Young. Rumus Modulus Young diturunkan dari rumus tegangan dan regangan, yaitu:
  • 3. Gambar 4.1 Rumus Modulus Young Dalam SI, satuan Modulus Young sama dengan satuan tegangan (N/m2 ) karena pembagian tegangan dengan regangan tidak menimbulkan pengurangan satuan (regangan tidak memiliki satuan). Modulus Young juga menunjukkan besarnya hambatan untuk merubah panjang suatu benda elastis. semakin besar nilai Modulus Young suatu benda, semakin sulit benda tersebut dapat memanjang, dan sebaliknya. Jika modulus elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap regangan volume, maka disebut dengan Modulus Bulk yang menunjukkan besarnya hambatan untuk mengubah volume suatu benda, dan jika modulus elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap regangan shear, maka disebut dengan Modulus Shear yang menunjukkan hambatan gerakan dari bidang-bidang benda padat yang saling bergesekan. Kebanyakan benda adalah elastis sampai ke suatu gaya dengan besar tertentu, yang biasa disebut sebagai batas elastisitas. Jika gaya yang diberikan pada benda lebih kecil dari batas elastisnya, benda akan mampu kembali ke bentuk semula setelah gaya dihilangkan. Jika gaya yang diberikan lebih besar dari batas elastisnya, benda tidak akan kembali ke bentuk semula. Dalm kehidupan sehari – hari, modulus elastisitas sering digunakan, khususnya pada bidang ilmu teknik yang mengkaji tentang pembangunan suatu bangunan atau suatu benda, seperti mesin. Proses pembangunan tersebut berkaitan secara langsung dengan kekuatan bahan yang digunakan. 2. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum acara IV Modulus Young adalah.
  • 4. a. Memahami sifat- sifat elastis benda padat b. Memahami tegangan dan regangan dari suatu bahan c. Mengukur Modulus Young suatu bahan 3. Waktu dan tempat praktikum Praktikum acara IV Kalorimetri dilaksanakan pada hari Selasa 25 Sepember 2012, di Laboratorium Pusat, Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Tinjauan Pustaka Elastisitas adalah sifat di mana benda kembali pada ukuran dan bentuk awalnya ketika gaya-gaya yang mendeformasikan (mengubah bentuknya) dihilangkan. Tegangan (σ) yang dialami di dalam suatu padatan adalah besar gaya yang bekerja (F), dibagi dengan luas (A) dimana gaya tersebut bekerja: tegangan = gaya luas permukaan di mana gaya bekerja σ = F A Satuan SI untuk tegangan adalah pascal (Pa), di mana 1 Pa = 1 N/m2 . Jadi, jika sebuah rotan menahan beban, tegangan pada titik manapun pada rotan adalah beban dibagi dengan luas penampang melintang pada titik tersebut; area yang paling sempit mengalami tegangan terbesar. Regangan () adalah deformasi (perubahan bentuk) bagian akibat tegangan. Regangan diukur sebagai rasio
  • 5. perubahan dari sejumlah dimensi benda terhadap dimensi awal di mana perubahan terjadi. regangan = perubahan dalam dimensi dimensi awal Jadi regangan normal pada beban aksial adalah perubahan panjang (∆L) terhadap panjang awal (L0) : ε = ∆L L0 Regangan tidak memiliki satuan karena merupakan rasio dari besaran-besaran yang sama. Batas elastis suatu benda adalah tegangan terkecil yang akan menghasilkan gangguan permanen pada benda. Ketika diberikan tegangan melebihi batas ini, benda tidak akan kembali persis seperti keadaan awalnya setlah tegangan tersebut dihilangkan (Bueche, 2006). Hukum Hook; sifat elastisitas (kenyal) adalah sifat menentang perubahan bentuk, seperti halnya karet yang diregangkan akan berusaha kembali ke keadaan semula. Orang yang erutama mempelajari sifat ini adalah Robert Hook yang kemudian mengemukakan hukumnya yang lalu dikenal sebagai hokum Hook yang merupakan dasar daripada teori elastisitas (kekenyalan) (Soedojo, 1986). Kita kenal 3 macam regangan, yakni regangan panjang, regangan volum, dan regangan sudut. Regangan panjang; dengan panjang semula sewaktu tiada regangan, lo, dan penambahan panjang ∆l akibat tegangan, regangannya diberikan oleh ∆l/ lo , sedangkan jikalau luas penampangnya A dan gaya tegangan yang meregangkan ialah W, maka tegangannya adalah W/A, berdasarkan hokum Hook ditulis Y (∆l/ lo) = W / A. Regangan volum; sudah tenti regangan volum yang dimaksud bukan penambahan volum
  • 6. melainkan pengerutanvolum akibat penekanan. Untuk itu menurut hukum Hook dapat ditulis: B (-∆T / V0) = p dengan B ialah modulus ketegaran (modulus of rigidity) yang besarnya kurang lebih 1/3 modulus Young. Regangan sudut; sejalan dengan regangan-regangan lain, menurut hukum Hook, kita dapat menulis M = F / A. Dengan A ialah luas permukaan yangϕ dikenai gaya luncuran dan M adalah apa yang dinamakan modulus luncuran (shear modulus) (Soedojo, 1999). Thimosuko & Gere (1984) memberikan rumus untuk menghitung tegangan normal benda uji silinder beton berdiameter 15cm dan tinggi 30cm dengan rumus σ = P A dengan, σ = tegangan normal silinder (k N/m2 ) P = beban hancur beton dalam keadaan tekan (k N) A = luas silinder ¼.3,14.d2 dengan d adalah diameter silinder (Prayitno, 2002). Sifat dasar yang penting berkaitan dengan beton serat adalah kuat tarik maksimum, regangan maksimum, retak dan perkembangan retak. Menurut Soepriyono dkk (1974) kekuatan dan serat polyester dalam keasaan basah sama dengan keadaan kering. Sebuah balok yang mendapat beban berupa momen lentur murni, maka tiap-tiap serat longitudinal balok mendapat tegangan berupa tegangan tarik atau tekan. Serat longitudinal yang tidak menderita tegangan tarik atau tekan disebut garis netral. Bila momen yang
  • 7. terjadi masih dibawah momen ultimit, maka berlaku hukum Hooke, dimana tegangan berbanding lurus dengan regangan (σ = E ε) (Mediyanto, 2002). Ilmu kekuatan bahan adalah kumpulan pengetahuan yang membahas hubungan antara gaya intern, deformasi, dan beban luar. Dalam metode analisa umum yang dipergunakan dalam ilmu kekuatan bahan, langkah pertama ialah memisalkan bahwa bagian konstruksi itu dalam keadaan seimbang. Persamaan kesaimbangan statis diterapkan terhadap gaya yang bekerja pada bagian konstruksi dengan gaya gaya intern yang melawan bekerjanya beban luar. Ini dilakukan dengan membuat sebuah bidang melalui benda tersebut pada titik tinjauan. Gaya tahan intern biasanya dinyatakan sebagai tegangan yang bekerja dalam luas tertentu, sehingga gaya intern sama dengan integral tegangan kali diferensial luas di mana tegangan itu bekerja. Agar nilai integral ini dapat dihitung, perlu diketahui distribusi tegangan pada bidang potong. Distribusi tegangan itu ditentukan dengan mengamati dan mengukur distribusi regangan dalam bidang konstruksi, sebab tegangan tidak dapat diukur secara fisik. Tetapi, karena tegangan itu sepadan dengan regangan untuk deformasi kecil, maka penentuan distribusi regangan memberikan distribusi regangan (Syawaldi, 2006). C. Alat, Bahan dan Cara Kerja 1. Alat a. Jarum penunjuk skala b. Seperangkat bandul atau beban c. Meteran dan Jangka sorong d. Jangka ukur e. Cutter f. Neraca ohaus
  • 8. 2. Bahan Kawat tembaga dan besi 3. Cara Kerja a. Memasang kawat tembaga dengan panjang L dengan salah satu ujungnya diikat dan ujung lainnya diberi beban atau bandul. b. Mengukur diameter kawat A dengan menggunakan jangka sorong dan massa benda yang digantungkan. c. Mencatat perubahan panjang ∆L pada pergeseran penunjuk jarum. d. Memberi beban lagi dan mencatat kembali massa benda dan pergeseran jarum jam tersebut. e. Mengulangi langkah d dengan memberi beban berturut-turut hingga terjadi regangan yang besar. f. Mencatat hasil praktikum dalam sebuah tabel. DAFTAR PUSTAKA Bahtiar. 2010. Estimating Young’s Modulus and Modulus of Rupture of Coconut Logs using Reconstruction Method. Civil Engineering Dimension. Surabaya Bueche, Frederick J. 2006. Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta
  • 9. Goueffon, Yann. 2010. Investigations into the Coefficient of Thermal Expansion of Porous Film Prepared on AA7175 T7351 by Anodizing in Sulphuric Acid Electrolyte. Universite de Toulouse Cedex. France Mediyanto, Antonius. Perilaku Gabungan Balok Beton yang Diperkuat Dengan Beton Normal dan Serat Polyster yang Mengalami Kegagalan Lentur. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Prayitno, Slamet. 2002. Kuat Lentur Balok Beton Bertulang dengan Penambahan Serat. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Soedojoe, Peter. 1986. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid I. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta Soedojoe, Peter. 1999. Fisika Dasar. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta Syawaldi. 2006. Analisa Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro dari Baja Konstruksi Bangunan Terhadap Perubahan Temperatur. Teknik Mesin Universitas Islam Riau. Riau
  • 10. Goueffon, Yann. 2010. Investigations into the Coefficient of Thermal Expansion of Porous Film Prepared on AA7175 T7351 by Anodizing in Sulphuric Acid Electrolyte. Universite de Toulouse Cedex. France Mediyanto, Antonius. Perilaku Gabungan Balok Beton yang Diperkuat Dengan Beton Normal dan Serat Polyster yang Mengalami Kegagalan Lentur. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Prayitno, Slamet. 2002. Kuat Lentur Balok Beton Bertulang dengan Penambahan Serat. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Soedojoe, Peter. 1986. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid I. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta Soedojoe, Peter. 1999. Fisika Dasar. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta Syawaldi. 2006. Analisa Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro dari Baja Konstruksi Bangunan Terhadap Perubahan Temperatur. Teknik Mesin Universitas Islam Riau. Riau