SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  58
PUZZLE PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 
PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA 
(Penelitian Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar 
Pada Siswa Kelas V MI Sunan Gunung Jati Dan 
MI Ma’Arif Sukun I Malang) 
1 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak 
yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan terutama bagi guru pada tingkat 
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) karena pada tingkat inilah yang 
pertama dan paling utama dalam membentuk peserta didik. Bagi peserta didik, 
tingkat SD/MI merupakan tempat awal terjadinya interaksi antara siswa dengan 
guru, interaksi antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan warga sekolah 
yang lainnya dan interaksi yang lebih khusus lagi terjadi melalui proses 
pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang merupakan proses komunikasi dua 
arah, dilakukan olehpihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar terpusat 
pada peserta didik.1 
Setiap guru (terutama guru SD/MI) harus menggunakan strategi dan media 
pembelajaran yang tepat karena peningkatan mutu pendidikan berkaitan erat 
dengan proses pembelajaran dalam kelas. Saat pembelajaran dalam kelas 
berlangsung, akan ditemui masalah atau persoalan yang menghambat proses 
pembelajaran dan berpengaruh langsung terhadap pencapaian prestasi belajar 
siswa. 
1 Tantri, Tanggu Dan Pudjawan, Pengaruh Model pembelajaran Quantum Teaching 
Bermuatan Permainan Puzzle Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Gugus I Kecamatan Nusa 
Penida Kabupaten Klungkung Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Penelitian Pendidikan, 
(Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan PGSD dan 
Teknologi Pendidikan, 2012), hlm. 2.
Berkenaan dengan proses pembelajaran dalam kelas, kurikulum 1984 
Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah, pada lampiran di dalam bab 
pokok-pokok pelaksanaan kurikulum tersurat bahwa proses belajar mengajar 
dilaksanakan dengan pendekatan keterampilan proses. Begitu juga Kurikulum 
1994 Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Umum menekankan 
penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA. Dengan 
demikian, jelaslah bahwa aspek proses dituntut dalam pembelajaran IPA dan 
sudah sewajarnya pula apabila keterampilan proses menjadi bagian yang tidak 
terpisahkan dari guru sains pada jenjang pendidikan manapun.2 
Setiap materi pembelajaran yang diajarkan pasti berbeda dan memiliki 
tujuan yang berbeda, oleh karenanya akan ditemui masalah pembelajaran yang 
berbeda dan membutuhkan penerapan strategi pembelajaran yang berbeda pula. 
Begitu juga halnya dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), 
materi pembelajaran yang berbeda dan sudah tercantum dalam buku pelajaran 
menjadi hal pokok bagi guru dalam membuat perencanaan pembelajaran yang 
2 
tepat. 
Berdasarkan survey awal pada hari senin tanggal 15 September 2014 di 
Madrasah Ibtidaiyah Sunan Gunung Jati Sukun Kota Malang, peneliti 
mendapatkan hal yang menjadi masalah pada proses pembelajaran IPA yang 
dilaksanakan di kelas, yakni: 
1. Guru masih mengeluh tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan 
kurangnya waktu untuk mengajarkan semua materi pembelajaran 
2 Nuryani, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UM Press, 2005), hlm. 76.
2. Keterbatasan kemampuan pendidik dalam pemanfaatan media pembelajaran 
elektronik seperti laptop dalam mengemas pembelajaran berbasis tampilan 
gambar dan suara saat menyampaikan materi pembelajaran 
3. Rendahnya daya tangkap siswa terhadap materi pembelajaran membuat guru 
pengampu mata pelajaran IPA mengalami kesulitan dalam mengaktifkan 
siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan 
3 
materi pelajaran 
4. Siswa masih beranggapan mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang 
bersifat teoritis semata. Akibatnya, ketika mengikuti pembelajaran IPA 
siswa merasa cukup mencatat dan menghafal materi yang disampaikan oleh 
guru, bahkan tugas-tugas yang diberikan dikerjakan hanya sekedar 
menyelesaikan tugas semata.3 
Masalah-masalah dalam penyelenggaraan pembelajaran IPA 
sebagaimana dikemukakan di atas, jelas membawa pengaruh pada kualitas, 
proses dan hasil pembelajaran. Kondisi semacam ini tentu tidak sejalan dengan 
semangat untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, apabila 
pada proses pembelajaranguru masih menerapkan strategi dan pendekatan 
pembelajaran konvensional yang memandang siswa sebagai objek, 
komunikasi lebih banyak berlangsung searah, dan penilaian hanya menekankan 
aspek kognitif, maka pembelajaran yang kurang bermakna ini akan semakin 
meluas pada materi pembelajaran berikutnya. 
3 Yulia Distri Andini, Guru Kelas V MI Sunan Gunung Jati, Tahun Ajaran 2014/2015, 
Wawancara Pribadi Pada Survey Awal , Sukun, Senin, 15 September 2014, Pukul 11.00–13.30 
Wib.
Dalam usaha meningkatkan kualitas proses dan prestasi pembelajaran 
mata pelajaran IPA, guru diharapkan mampu menciptakan variasi dalam 
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media dan alat peraga pengajaran 
dalam proses pembelajaran. Strategi penggunaan alat peraga tersebut dapat 
membuat situasi menjadi nyata bagi murid-murid sehingga membantu 
memotivasi murid-murid dan mampu membangkitkan minat murid-murid 
4 
terhadap persoalan yang dihadapi. 
Semua bentuk belajar tidak memiliki konsekwensi otomatis yang 
memastikan siswa langsung cerdas, pintar atau bijak dari perenungan informasi 
ke dalam benak siswa, begitu juga dengan belajar IPA. Belajar memerlukan 
keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri yang diarahkan oleh guru. 
Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang 
maksimal tanpa adanya kegiatan belajar aktif. Belajar aktif memerlukan sarana 
dan media pembelajaran, harus gesit, menyenangkan, dan bersemangat. 
Sehingga siswa akan lebih mudah menyerap ilmu pengetahuan dan dapat 
bertahan untuk mengikuti proses pembelajaran dengan adanya media yang 
digunakan dalam menyampaikan materi. 
Dari survey lanjutan yang dilakukan pada hari Selasa 23 September 2014 
di Madrasah Ibtidaiyah Sunan Gunung Jati, dilakukan wawancara dengan 
kepala sekolah dan guru kelas V sekaligus pengambilan data Daftar Kumpulan 
Nilai (DKN) harian semester ganjil mata pelajaran IPA pada materi 
Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya. Data nilai dalam DKN 
tersebut merupakan nilai yang diperoleh peserta didik ketika pembelajaran
yang disampaikan masih menerapkan pembelajaran konvensional. Kemudian 
diklasifikasikan dengan nilai tertinggi, terendah dan nilai rata-rata siswa.4 
Tabel 1 
Daftar Kumpulan Nilai Ulangan IPATahun Ajaran 2010/2011 
5 
No 
Nomor 
Nama Nilai 
Induk 
1 576 Rahma Puspitasari 60 
2 606 Gagah Nur Muhammad 60 
3 640 Farid Hananto 60 
4 557 Muhammad Yusuf 60 
5 562 Achmad Muslih 60 
6 603 Fajrianto 60 
7 604 Fajar Naili 65 
8 626 Aziz Miftahul Huda 65 
9 627 Agus Setiawan 70 
10 629 Atim Guntur Wijaya 60 
11 631 Ficky Febriansyah 65 
12 632 Igun Kurniawan 65 
13 633 Novita Kurnia Sari 60 
14 647 Yuliana 70 
15 683 Fitri Awaliyah 70 
16 684 Muhammad Fajar Mujahid 70 
17 639 Wahyu Ramadhan 65 
18 702 Mohammad Siswanto 65 
19 717 Novan Eka Saputra 65 
4 Yulia Distri Andini, Guru Kelas V MI Sunan Gunung Jati, Tahun Ajaran 2014/2015, 
Wawancara Pribadi Pada Survey Lanjutan Dan Pengambilan DKN, Sukun, Senin, 23 September 
2014, Pukul 11.00–13.30 Wib.
20 639 Dewi A. 70 
Jumlah 1285 
Tertinggi 70 
Terendah 60 
Rata-rata 64,30 
Data nilai harian siswa di atas memaparkan bahwa siswa dengan nilai 
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 5 siswa, berarti tingkat kelulusan 
siswa pada materi penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya hanya 
sebesar 25 %, dan sebanyak 15 siswa tidak mencapai KKM berati 75 % dari 
6 
keseluruhan siswa. 
Tabel 2 
Daftar Kumpulan Nilai Ulangan IPA Tahun Ajaran 2011/2012 
No 
No 
Nama Nilai 
Induk 
1 608 Muhammad Arif 40 
2 611 Rangga Adi Putra 60 
3 628 Ardi Rizal Setiawan 60 
4 637 Tutik Setyaningsih 55 
5 652 Achmad Hanafi 60 
6 653 Alfina Maulina Amanda 50 
7 654 Ariel Efendi Widian 80 
8 655 Andalusia Islami Matsusitha 85 
9 656 Anggi 60 
10 657 Bagas Aryahadi Saputra 70 
11 658 Desi Novitasari 35 
12 659 Dinna Siti Chodijah 70 
13 663 Elsa Ilmiah 75 
14 669 Muhammad Annas Al-Mukarrom 90 
15 671 Mirza Rachma Nabila 80 
16 672 Muhammad Isyaiyas sadewa 65 
17 676 Reza Putra 65 
18 677 Rifky Andika Saputra 60 
19 680 Rizan Rochmad dewantoro 60
20 682 Agustin Mega utami 70 
21 729 Putri Gita Cahyani 65 
22 750 Muhammad Barda Sadeli 60 
23 638 Vico Savril Setya Yoga 65 
Jumlah 1480 
Tertinggi 90 
Terendah 35 
Rata-rata 64.34 
Dari paparan data nilai harian siswa di atas diperoleh keterangan bahwa 
siswa yang mencapai nilai KKM hanya 8 siswa berarti tingkat kelulusan siswa 
hanya 28 % pada materi penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya 
dan 15 siswa tidak mencapai KKM berarti yang tidak lulus materi tersebut 72 
7 
%. 
Tabel 3 
Daftar Kumpulan Nilai Ulangan IPA Tahun Ajaran 2012/2013 
No 
No 
Nama Nilai 
Induk 
1 542 Bagus Dwi Saputro 43 
2 686 Dinda Mukti Aisyah 68 
3 665 Farid Alamsyah Maulana 82 
4 691 Handa Astika Prahma 73 
5 688 Ika Anggarista 62 
6 666 Lilis Nur Syamsiah 53 
7 673 Maria Melinda 70 
8 689 Mita Ratnasari 68 
9 690 Mohammad Rendy Setyo Putro 72 
10 675 Panca Prasetyo 56 
11 692 Pramodya Regina Salsabila 60 
12 678 Sebtian Febrianto 52 
13 693 Siti Halimah 60 
14 694 Triana Auviatu Nur Azizah 70 
15 695 Ulfi Fathurrohman 68 
16 696 Fiona Afadilla 63 
17 791 Wimpi Setya Aditya 75 
18 793 Tito Bagaskara Pratama 60
Jumlah 1155 
Tertinggi 82 
Terendah 43 
Rata-rata 64.16 
Dari data nilai siswa di atas diperoleh keterangan bahwa siswa yang 
mencapai KKM hanya 6 siswa berarti yang lulus hanya 35 % dan 12 siswa 
tidak mencapai KKM atau berkisar 65 %. 
Tabel 4 
Daftar Kumpulan Nilai Ulangan IPA Tahun Ajaran 2013/2014 
8 
No 
No 
Nama Nilai 
Induk 
1 706 Ayu Wandira 50 
2 789 Deffi Putri Chandrawati 75 
3 709 Deva Chandra Eko Prasetyo 65 
4 710 Dinda Hendriyana Tantri 75 
5 687 Hendra Novan Riyanto 65 
6 712 Indah Maulina 40 
7 701 Madhan Siwi 40 
8 717 Nur Chasanah 70 
9 718 Nurul Hikmah 90 
10 719 Nessa Amelia 60 
11 720 Nazwa Sandra Febrina 100 
12 798 Sabilla Rina Cahyani 60 
13 722 Siti Khodijah Nisa' Mukaromah 60 
14 723 Shinta Fadilla Nur Rochmah 90 
15 797 Tubagus Reyhan Fahreza 60 
16 726 Widiya Safitri 60 
17 721 Rizki 40 
Jumlah 1100 
Tertinggi 100 
Terendah 40 
Rata-rata 64,70 
Dari data nilai siswa di atas diperoleh keterangan bahwa siswa yang 
mencapai KKM hanya 6 siswa berarti yang lulus hanya 30 % dan 11 siswa 
tidak mencapai KKM atau berkisar 70 %. Data nilai yang telah dipaparkan di
atas menjadi pembuktian bahwa begitu rendahnya prestasi belajar ilmu 
pengetahuan alam siswa pada materi penyesuaian makhluk hidup dengan 
9 
lingkungannya setiap tahunnya. 
Berdasarkan masalah pembelajaran dan pemaparan data di atas, perlu 
dilakukan suatu penelitian dengan menggunakan media pembelajaran yang 
beragam dan sederhana namun tetap mengandung nilai permainan, hal tersebut 
dimaksudkan untuk tetap memberikan siswa rasa menyenangkan sambil 
belajar. Permainan yang dekat dengan dunia anak berusia SD/MI salah satunya 
adalah permainan Puzzle, oleh karenanya penulis menyusun rencana penelitian 
menggunakan media “Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan 
Lingkungannya” yang dibuat sendiri oleh penulis menggunakan peralatan 
sederhana. 
Saat penggunaan media tersebut, dalam proses pembelajaran nantinya 
akan digunakan media audio visual dan media alat peraga berupa gambar 
sebagai alat bantu. Pembuatan dan penggunaan media ini dimaksudkan untuk 
membuat suasana pembelajaran lebih aktif, inovatif serta menyenangkan, yang 
tak kalah pentingnya pembuatan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup 
Dengan Lingkungannya diharapkan mampu merangsang peningkatan 
kemampuan profesional guru dalam merancang media pembelajaran sendiri 
sehingga dalam melaksanakan pembelajaran yang lebih bermanfaat dan tetap 
menyenangkan. 
B. Rumusan Masalah 
Rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan adalah:
1. Bagaimana proses pembuatan Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan 
10 
Lingkungannya? 
2. Bagaimana menjalankan proses pembelajaran yang aktif dan inovatif 
dengan menggunakan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan 
Lingkungannya sebagai alat bantu pembelajaran? 
3. Bagaimana pemanfaatan Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan 
Lingkungannya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 
C. Tujuan Penelitian 
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: 
1. Memahami bagaimana proses pembuatan media Puzzle Penyesuaian 
Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya menggunakan peralatan sederhana 
2. Memudahkan guru merancang pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif 
sehingga dengan penggunaan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup 
Dengan Lingkungannya siswa menjadi aktif dalam proses penggalian dan 
penelaahan materi pelajaran 
3. Media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya tersebut 
menjadi alat bantu pembelajaran bagi guru untuk menyampaikan materi 
Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya, sehingga siswa 
merasakan bahwa yang mereka pelajari memang ada dan sering mereka 
temukan dalam kehidupan sehari-hari 
4. Dengan menggunakan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan 
Lingkungannya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi
pembelajaran Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya 
diharapkan mampu mencapai atau melebihi KKM. 
11 
D. Manfaat Penelitian 
Mafaat penggunaan Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan 
Lingkungannya sebagai media pembelajaran dalam proses belajar IPA materi 
penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya: 
1. Sebagai panduan bagi guru atau peneliti lain mengenai prosedural 
pembuatan media pembelajaran sendiri dengan menggunakan peralatan 
sederhana. Sehingga, dalam proses pembelajaran guru tidak hanya 
menggunakan media pembelajaran yang dapat di beli dengan mudah di toko 
distribusi media pendidikan dan peneliti yang akan melakukan penelitian 
sejenis mampu membuat media pembelajaran dengan bentuk yang lainnya. 
2. Meningkatan prestasi belajar siswa, diarahkan untuk memberikan 
pemahaman kepada siswa bahwa materi pembelajaran IPA berkaitan 
langsung dengan kehidupan nyata dan berpengaruh langsung dalam 
kehidupan sehari-hari. 
3. Bagi kepala sekolah bermanfaat untuk pemantauan pengembangan 
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses semua materi pembelajaran 
yang dilakukan oleh guru khususnya pelajaran IPA. 
D. Ruang Lingkup Penelitian 
Lingkup penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPA kelas V yang 
mencakup:
1. Standar Kompetensi: Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri 
12 
dengan lingkungannya 
2. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan cara makhluk hidup menyesuaikan diri 
dengan lingkungannya 
3. Uraian Materi: 
a. Penyesuaian hewan dengan lingkungannya 
b. Penyesuaian tumbuhan dengan lingkungannya 
E. Originalitas Penelitian 
Setiap rencana penelitian yang akan dilakukan harus benar-benar berbeda 
dengan penelitian yang pernah dilaksanakan oleh peneliti lain, agar karya 
ilmiah yang disusun benar-benar orisinil dan tidak merupakan karya tulis yang 
disusun berdasarkan plagiasi. Pada tabel di bawah ini dipaparkan beberapa 
penelitian terdahulu untuk melihat persamaan dan perbedaan penelitian yang 
dilakukan peneliti lain dengan rencana penelitian yang akan dilakukan. 
Tabel 5 
AnalisisPenelitian Yang Akan Dilakukan Dengan Penelitian Sebelumnya 
No Nama Peneliti, Bentuk, 
Metode Judul Dan Tahun 
Penelitian 
Tujuan Penelitian Kesimpulan Penelitian 
1. Hadi Sutopo (Mhasiswa 
Pascasarjana 
UNJ),Disertasi, 
Reasearch And 
Development 
(R&D),Pengembangan 
Model Pembelajaran 
Pembuatan Aplikasi 
Multimedia Khususnya 
Puzzle Game Pada Mata 
Kuliah Multimedia 
DiUniversitas Taru-managara 
Dan Fakultas 
Teknologi Informasi 
Mengembangkan 
model pembelajaran 
pembuatan aplikasi 
multimedia 
khususnya puzzle 
game dalam bentuk 
CD-ROM, yang 
menjadi bagian dari 
mata kuliah 
Multimedia. 
1. Dengan model 
pembelajaran 
pembuatan aplikasi 
multimedia khusus-nya 
puzzle game 
mahasiswa dapat 
meningkatkan 
kemampuan untuk 
membuat desain dan 
pemrograman dalam 
membuat puzzle 
game. 
2. Keterampilan 
pemrograman dan
13 
Universitas Persada 
Indonesia YAITahun 
Akademik 2007/2008, 
Tahun 2010. 
desain akan 
mendorong 
kreativitas 
mahasiswa untuk 
membuat aplikasi 
multimedia seperti 
visualisasi, company 
profile, 
pembelajaran, 
hiburan dan lainnya. 
Agar dapat 
menciptakan 
aplikasi multimedia 
yang baik, 
mahasiswa harus 
menguasai desain 
dan pemrograman 
serta mampu 
mengembangkan 
kreativitasnya. 
3. Dosen mata kuliah 
lain dapat 
mengembangkan 
model pembelajaran 
dengan komputer 
karena memudahkan 
mahasiswa untuk 
memahami materi 
kuliah, sehingga 
tujuan pembelajaran 
dapat tercapai. 
2. Any Herawati 
(Mahasiswa 
Pascasarjana Universitas 
Negeri Malang), Tesis, 
Metode Penulisannya 
Menggunakan Mixed 
Research, Pembelajaran 
Kooperatif TAI Dan 
game Puzzle Dalam 
Meningkatkan Motivasi 
Belajar Dan Pemahaman 
Konsep Matematika 
Siswa SMA Negeri 3 
Malang,Tahun 2012. 
1. Meningkatkan 
motivasi belajar 
dan pemahaman 
konsep mata 
pelajaran 
matematika fungsi 
komposisi dan 
fungsi invers 
menggunakan 
model 
Pembelajaran 
Kooperatif TAI 
dan Game Puzzle 
di SMA negeri 3 
1. Pembelajaran 
kooperatif TAI Dan 
Game Puzzle yang 
dirancang pada Bab 
III dan dilaksanakan 
pada siswa XI IPA 1 
SMA Negeri 3 
Malang berhasil 
meningktakan 
motivasi belajar dan 
pemahaman konsep 
mata pelajaran 
matematika fungsi 
komposisi dan
Malang 
2. Memahami 
prosedural 
penerapan model 
Pembelajaran 
Kooperatif TAI 
dan Game Puzzle 
dalam 
meningkatkan 
motivasi belajar 
dan pemahaman 
konsep mata 
pelajaran 
matematika fungsi 
komposisi dan 
fungsi invers di 
SMA negeri 3 
Malang 
3. Untuk meneliti 
respon siswa 
terhadap penerapan 
model 
Pembelajaran 
Kooperatif TAI 
dan Game Puzzle 
dalam 
meningkatkan 
motivasi belajar 
dan pemahaman 
konsep mata 
pelajaran 
matematika fungsi 
komposisi dan 
fungsi invers di 
SMA negeri 3 
Malang 
14 
fungsi invers 
2. Pembelajaran 
Kooperatif TAI dan 
Game Puzzle yang 
dapat meningkatkan 
motivasi belajar dan 
pemahaman konsep 
mata pelajaran 
matematika dalam 
penelitian tersebut 
memiliki beberapa 
tahap. 
a. Tahapan persiapan 
pembelajaran 
b. Tahapan Penyajian 
materi 
c. Tahap belajar 
individu 
d. Tahap belajar 
kelompok 
e. Tahap diskusi 
kelas 
f. Tahap tes 
individual 
g. Tahap penerapan 
game puzzle 
h. Tahap penerapan 
kelompok 
i. Guru memberikan 
tes akhir 
3. Respon siswa 
terhadap 
pembelajaran 
kooperatif TAI dan 
game puzzle ini 
adalah sangat positif 
yang berarti siswa 
menganggap bahwa 
model pembelajaran 
ini menyenangkan, 
tidak membosankan, 
meningkatkan 
pemahaman siswa 
dan memberi 
motivasi belajar 
untuk memperoleh
15 
skor tes hasil belajar 
3. 
Angga Tri Aprilia 
(Mahasiswa Universitas 
Negeri Malang), 
Penelitian Tindakan 
Kelas, Penerapan Media 
Crossword Puzzle Untuk 
Meningkatkan Aktivitas 
Dan Hasil Belajar IPS 
Siswa Kelas IV B SDN 
Penanggung Kecamatan 
Klojen Kota Malang, 
Tahun 2012. 
1. Mendeskripsi 
kan penerapan 
media crossword 
puzzle dalam 
pembelajaran IPS 
materi koperasi, 
Mendeskripsikan 
peningkatan 
Aktivitas belajar 
siswa 
pembelajaran IPS 
materi koperasi, 
Mendeskripsikan 
peningkatan hasil 
belajar IPS materi 
koperasi. 
1. Penggunaan media 
crossword puzzle 
membuat siswa 
menjadi lebih aktif, 
senang, bersemangat 
belajar, serta 
pembelajaran 
menjadi 
menyenangkan dan 
bermakna bagi 
siswa. 
2. Dengan 
menggunakan media 
crossword puzzle 
aktivitas belajar 
siswa menjadi 
meningkat 
3. Dengan penggunaan 
media crossword 
puzzle hasil belajar 
siswa menjadi 
meningkat. 
4. Pipit Pudji Astutik 
(Mahasiswa Pascasarjana 
Universitas Negeri 
Malang Prodi Pendidikan 
Dasar), Tesis, Metode 
Penelitian Memodifikasi 
Model 4D (Four D 
Model), Pengembangan 
Bahan Ajar Materi KPK 
dan FPB Berbasis 
Pendidikan Matematika 
Realistik (PMR) 
berbantuan Puzzle, 
Tahun 2013. 
Menghasilkan bahan 
ajar materi KPK dan 
FPB berbasis 
Pendidikan 
Matematika 
Realistik (PMR) 
berbantuan Puzzle 
yang valid, praktis 
dan efektif untuk 
siswa kelas IV SDN 
Tunjung sekar. 
Bahan ajar yang 
telah disusun 
berbasis Pendidikan 
Matematika 
Realistik (PMR) 
berbantuan Puzzle 
memiliki kelebihan 
dan kelemahan. 
Oleh karenanya, 
pengembangan 
bahan ajar ini hanya 
pada sampai tahap 
D3 dari D4. Untuk 
penyebaran 
(diseminasi) 
sebaiknya perlu 
dilakukan uji 
validasi terlebih 
dahulu. Karena, 
bahan ajar ini 
berdasarkan hasil 
analisis masalah 
pembelajaran dan
16 
analisis karakteristik 
siswa dalam 
pembelajaran 
matematika di SDN 
Tanjungsekar 3 Kota 
Malang. 
5. Gendot Budiyono 
(Mahasiswa Pascasarjana 
Prodi Pendidikan dasar), 
Tesis, Penelitian 
Tindakan Kelas Dengan 
Pendekatan Kualitatif, 
Penerapan Metode Group 
Investigation Dipadu 
Dengan Game Puzzle 
untuk Meningkatkan 
Aktivitas Dan Hasil 
Belajar Biologi Siswa 
Kelas VII-B SMP Negeri 
1 Bondowoso, Tahun 
2011. 
1. Meningkatka 
n Aktivitas Belajar 
Siswa Kelas VII-B 
SMP Negeri 1 
Bondowoso tahun 
pelajaran 
2009/2010 dengan 
menggunkan 
Metode Group 
Investigation 
dipadu dengan 
Game Puzzle 
2. Meningkatka 
n Hasil Belajar 
Biologi Siswa 
Kelas VII-B SMP 
Negeri 1 
Bondowoso tahun 
pelajaran 
2009/2010 dengan 
menggunkan 
Metode Group 
Investigationdipad 
u dengan Game 
Puzzle 
1. Sintaks Group 
Investigation yang 
terdiri dari selesksi 
topik, perencanaan 
kooperatif, 
implementasi, 
analisis dan sintesis, 
presentasi dan 
evaluasi dapat 
meningkatkan hasil 
belajar siswa 
2. Penerapan metode 
Group 
Investigationyang 
diapdu dengan 
Game Puzzledapat 
meningkatkan 
aktivitas siswa, dari 
nilai aktivitas siswa 
siklus I 73,63% 
menjadi 89,57% 
pada siklus II. 
3. Penerapan metode 
Group 
Investigationyang 
diapdu dengan 
Game Puzzledapat 
meningkatkan hasil 
belajar siswa. Hasil 
belajar siswa 
meningkat dari 
74,07% pada siklus I 
menjadi 96,26% 
pada siklus II. Hasil 
belajar afektif secara 
klasikal tidak 
mengalami 
peningkatan dari 
siklus I dan II yaitu 
96,29% tetapi
17 
mengalami 
peningkatan pada 
rata-rata kelas dari 
siklus I 81,29 
menjadi 89,26 pada 
siklus II. Hasil 
belajar psikomotor 
meningkat dari 
77,785 pada siklus I 
menjadi 100% pada 
siklus II. 
6. Dianita Solikha Rahayu, 
Tesis, Penelitian 
Tindakan kelas Model 
Hopkins, Penerapan 
Media Puzzle Untuk 
meningkatkan, 
Keterampilan membaca 
Al-Quran Siswa Slow 
Learner Di SDN 
merjosari III Malang, 
Tahun 2013. 
1. Mendeskripsikan 
Penerapan Media 
Puzzle Untuk 
meningkatkan, 
Keterampilan 
membaca Al- 
Quran Siswa 
Slow Learner Di 
SDN merjosari 
III Malang 
2. Mengetahui 
peningkatkan, 
Keterampilan 
membaca Al- 
Quran Siswa 
Slow Learner Di 
SDN merjosari 
III Malang 
1. Penerapan media 
puzzle dapat 
meningkatkan, 
Keterampilan 
membaca Al-Quran 
Siswa Slow Learner 
Di SDN merjosari 
III Malang 
2. Berdasrkan hasil uji 
coba menyatakan 
bahwa media 
puzzle efektif 
digunakan untuk 
meningkatkan 
keterampilan 
membaca Al-Quran 
Siswa Slow Learner 
Di SDN merjosari 
III Malang 
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas, menunjukkan bahwa 
media pembelajaran berupa puzzle berpengaruh positif terhadap 
pengembangan kemampuan siswa dalam belajar. oleh karena itu, rencana 
penelitian dengan menggunakan media puzzle juga akan dilakukan pada siswa 
Kelas V MI Sunan Gunung Jati dan MI Ma’arif Sukun Malang dengan tujuan 
utama memperbaiki proses pembelajaran yang kurang baik dan meningkatkan 
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pembelajaran 
Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya.
18 
F. Hipotesis Penelitian 
Dengan memahami usia siswa pada tingkat pendidikan SD/MI khususnya 
kelas V yang masih memiliki keinginan bermain yang begitu besar serta 
berdasarkan penelitian terdahulu yang dipaparkan pada tabel 5 di atas, hipotesis 
penelitian ini adalah dengan penggunaan media Puzzle Penyesuaian Makhluk 
Hidup Dengan Lingkungannya proses pembelajaran mejadi lebih aktif dan 
menyenangkan serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata 
pelajaran IPA materi rangka manusia di MI Sunan Gunung Jati dan MI Ma’arif 
Sukun Malang. 
F. Kajian Pustaka 
1. Pengertian Belajar 
Di bawah ini dipaparkan pengertian belajar menurut para ahli pendidikan: 
1. Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar, bahwa belajar 
adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.5 
2. Slameto menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan 
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara 
keseluruhan, berupa hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan 
lingkungannya.6 
3. Menurut Suryasubrata, seseorang disebut belajar bila: belajar itu membawa 
perubahan (dalam diri behavior changes, aktual maupun potensial), 
5 Syaful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta,2008), hlm. 12 . 
6Slameto, Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 
1991), hlm. 2.
perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru dan 
perubahan itu terjadi karena usaha sengaja.7 
4. Sardimanmenerangkan belajar adalah suatu perubahan, dalam hal ini yang 
dimaksud dengan perubahan adalah tingkah laku. Jadi setelah belajar, 
individu- individu akan mengalami perubahan baik yang dapat kita lihat dari 
bentuk perbuatan maupun dalam bentuk fisikis. Perubahan dalam 
kecakapan, keterampilan, dan juga pengetahuan.8 
5. Oemar Hamalik mengatakan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan 
perkembangan ataupun perubahan dalam diri seseorang yang menyatakan 
dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. 
Tingkah laku yang baru itu adalah pengetahuan, pengert ian, sikap, 
kebiasaan, sifat sosial, emosional dan pertumbuhan fisik.9 
6. Winkel juga menjelaskan bahwa belajar adalah Suatu aktivitas mental psikis 
yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan 
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. 
Perubahan itu bersifat relatif, konstan, dan berbekas.10 
7. MenurutTabarani Rusyandalam bukunya pendekatan dalam proses belajar 
mengajar mengemukakan pendapat Belajar adalah memodifikasi atau 
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. pengertian ini berbeda dengan 
pengertian lama tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah 
7Suryasubrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta:Rajawali Press, 1993), hlm. 246. 
8 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1992), hlm. 21. 
9 Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar (Bandung: Tarsito, 
19 
1975), hlm. 28. 
10 Winkel, W, Psikologi Pendidikan (Bandung: Gramedia, 2003), hlm. 36.
memperoleh pengetahuan,bahwa belajar adalah latihan- latihan pembentuk 
kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.11 
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap 
diri seorang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya inte raksi 
antara seseorang dengan lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu 
telah belajar adalah adanya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan 
20 
dan sikapnnya. 
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar disimpulkan 
bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu 
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi 
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 
Dalam ajaran Islam banyak menunjukkan pentinngnya belajar untuk diri 
sendiri dan juga untuk orang lain. Allah berfirman tentang cara bagaimana 
mengarahkan dan mengajari orang lain hendaknya disampaikan dengan cara yang 
lemah lembut. Firman Allah dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 125: 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya: “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan 
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang 
baikSesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang 
11 Tabrani Rusyan,Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja 
Rosdakarya , 1989), hlm. 7.
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui 
orang-orang yang mendapat petunjuk”.(Q.S Al-Nahl 125). 
Dari ayat Al-Quran di atas menganjurkan bahwa dalam menyampaikan 
materi kepada peserta didik dengan cara yang baik maka hasil yang akan 
diperoleh juga akan baik.Berdasarkan ayat di atas pula Rasululllah SAW 
menjelaskan tentang kewajiban setiap muslim untuk menuntut ilmu pengetahuan, 
21 
seperti diriwayatkan oleh Muslim. 
عَ نْ اْْبَ يْ هْ رَْْي رَْْةَْ قَْْالَْ قَْْالَْ رَْْس وْ لْ اْلل صَْْْل ىْ اْلل عَْْلَْي هْ وَْْ سَْْلْ مَْ: وَْْمَْ نْ سَْْلْكََْ طَْْ رْي قَْْا يَْْل تْْ مْ سْ فْ يْ هْ عْل مَْْا سَْْ هْلَْ اْلل لْْْهَْ طَْ رْي قَْْا الَْى اْل جَْْن ةَْْ)رواه مْسلم( 
“Dari Abu Hurairah R.A., ia berkata: Bahwasannya Rasulullah SAW 
bersabda: Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan 
memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut jalan menuju ke surga”. (H.R. 
Muslim).12 
Selain mengetahui definisi belajar, perlu juga diketahui apa yang menjadi 
ciri-ciribelajar,di bawah ini dipaparkan ciri-ciri tersebut secara singkat. 
(1) Belajar memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. 
Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja 
tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan 
(psikomotor) 
(2) Mengarahkan individu yang belajar melakukan perubahan interaksi antara 
dirinya dengan lingkungan, interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis 
(3) Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen. 
12Muhammad Faiz Al-Math, 1100 Hadist Terpilih (Jakarta: Gema Insan Pers, 1995), hlm. 
206.
Definisi belajar di atas sejalan dengan kesimpulan belajar di bawah ini: 
1. Belajar adalah suatu usaha, yang berarti perbuatan yang dilakukan secara 
sungguh-sungguh, sistematis, dengan mendayagunakan semua potensi yang 
dimiliki, baik fisik maupun mental 
2. Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri antara lain 
perubahan tingkah laku diharapkan ke arah positif dan ke depan 
3. Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap, dari sikap negatif 
menjadi positif, dari sikap tidak hormat menjadi hormat, dan sebagainya 
4. Belajar bertujuan mengadakan perubahan kebiasaan dari kebiasaan buruk, 
menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan buruk yang harus dirubah tersebut untuk 
menjadi bekal hidup seseorang agar dia dapat membedakan mana yang 
dianggap baik di tengah-tengah masyarakat untuk dihindari dan mana pula 
yang harus dipelihara 
5. Belajar bertujuan mengadakan perubahan pengetahuan berbagai bidang ilmu, 
misalnya tidak tahu membaca menjadi tahu membaca, tidak dapat menulis 
jadi dapat menulis, dari tidak tahu berhitung menjadi tahu berhitung, dari 
tidak tahu berbahasa Arab menjadi bisa berbahasa Arab. 
6. Belajar dapat mengadakan perubahan dalam hal keterampilan, misalnya: 
keterampilan bidang olag raga, bidang kesenian, bidang teknik dan 
sebagainya.13 
Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas, 
penulis mendefinisikan belajar sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan untuk 
mengadakan perubahan dalam diri seseorang yang mencakup perubahan tingkah 
laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan. 
22 
2. Prestasi Belajar Siswa 
Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat 
transaksional, artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan siswa. 
Tujuan akan tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan 
di dalam proses belajar mengajar tersebut. Oleh sebab itu hasil belajar harus 
dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran.Hasil 
belajar matematika tentu saja harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan 
13 Mardianto, Psikologi Pendidikan Landasan Bagi Pengembangan Strategi 
Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009), hlm. 35-36.
matematika yang telah dicantumkan dalam garis-garis besar program pengajaran 
matematika di sekolah dengan tidak melupakan hakikat matematika itu sendiri. 
Hasil belajar yang mendasari suksesnya pelaksanaan pendidikan adalah 
merubah pandangan atau persepsi setiap individu yang terlibat langsung dalam 
pendidikan.Dari berbagai definisi belajar maka perubahan tingkah laku itu bisa 
saja dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan dalam 
sikap dan kebiasaan, perubahan pandangan, kegemaran dan lain- lain. Kegiatan 
dan usaha untuk mencapai tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan 
perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. 
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu “Hasil dan Belajar”. Hasil 
merupakan akibat dari yang ditimbulkan karena berlangsungnya suatu proses 
kegiatan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh 
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan 
lingkungannya. Hamalik mengatakan bahwa : “Hasil belajar adalah terjadinya 
perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapa diamati dan diukur dalam 
bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut 
diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan 
dengan sebelumnya, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang 
23 
sopan menjadi sopan”.14 
Selanjutnya Nana Sudjana dalam bukunya penilaian hasil proses belajar 
mengajar hasil belajar adalah: “kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa 
14 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran (Bandung: Bumi Aksara, 2007), h. 30.
setelah ia menerima pengalaman belajarnya . 15 Horward Kingsley membagi tiga 
macam hasil belajar , yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan 
24 
pengertian, (c) sikap dan cita-cita. 
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar , yakni (a) 
informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan 
(e) keterampilan motoris. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang 
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah , yakni ranah kognitif, ranah 
afektif , ranah psikomotoris. 
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang te rdiri dari 
tujuh aspek, yakni pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis 
,dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat tinggi . 
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek , yakni 
penerimaan , jawaban atau reaksi , penilaian , organisasi , dan internalisasi . 
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan 
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan 
reflex, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) 
keharmonisan dan ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan 
ekspresif dan interpretatife. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil 
belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai 
oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam 
menguasai isi bahan pengajaran . 
15 Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 
2005), hlm. 22.
Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana 
dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.Evaluasi adalah pemberian keputusan 
tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, 
pemecahan, metode, materil, dan lain- lainl. 16Untuk melihat sejauh mana taraf 
keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta didik secara tepat(valid) dan dapat 
dipercaya (reliable), kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang 
objektif dan memadai tentang indikator- indikator perubahan prilaku dan pribadi 
25 
peserta didik. 
Dengan demikian teranglah sejauh mana kecermatan evaluasi atas taraf 
keberhasilan proses belajar mengajar itu akan banyak bergantung pada tingkat 
ketepatan, kepercayaan, keobjektifan, dan keresponaktifan informasi yang 
didukung oleh data yang diperoleh. 
Siswa yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan 
pembelajaran.Dalam hal ini tujuan pengajaran tidak hanya sekedar pada dimensi 
kognitif saja, tetapi juga pada aspek afektif, dan psikomotorik.Selanjutnya, adapun 
karakteristik perubahan hasil belajar menurut Muhibbinsyah ada tiga 
perubahan,yaitu: “ (1) perubahan itu intensional, (2) perubahan itu positif dan 
aktif, (3) perubahan itu efektif dan fungsional “.17 
3. Faktor faktor yang Mempengaruhi PrestasiBelajar 
Menurut Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono menerangkan bahwa 
faktor-faktor yang memepengaruhi prestasi belajar siswa ada dua hal yaitu: 
16 Sudjana, hlm. 28. 
17Muhibbinsyah. Psikologi Belajar,(Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2003),hlm. 144.
1. Faktor internal, yaitu faktor jasmaniah, psikologi yang terdiri atas faktor 
intelektif yang meliputi faktor kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan 
nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki, faktor non intelektif yaitu unsur-unsur 
kepribadian tertentu, kemudian faktor internal yang terakhir faktor 
26 
kematangan fisik maupun psikis. 
2. Faktor eksternal yaitu faktor sosial terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, 
masyarakat dan lingkungan kelompok. Faktor budaya, faktor lingkungan fisik 
dan faktor lingkungan spiritual atau keamanan.18 
Sejalan dengan hal di atas Dimyati dan Mujiono merincikan lagi faktor-faktor 
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut, yaitu: 
1. Faktor Internal 
1. Sikap terhadap belajar. Sikap terhadap belajar dapat menerima, menolak, 
atau mengabaikan kesempatan belajar. Sikap tersebut dapat berpengaruh 
terhadap hasil belajar. 
2. Motivasi belajar.Motivasi belajar pada siswa dapat lemah, lemahnya 
motivasi dapat melemahkan kegiatan belajar yang selanjutnya akan 
menurunkan hasil belajar. 
3. Konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan 
memusatkan perhatian pada pelajaran. Untuk meningkatkan konsentrasi 
diperlukan strategi belajar mengajar yang tepat dan mempertimbangkan 
waktu belajar serta selingan istirahat. 
18Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 
hlm. 130-131.
4. Mengolah bahan belajar. Merupakan kemampuan siswa untuk menerima 
isi dan cara memahami materi pelajaran yang telah dan akan diberikan, 
sehingga menjadi bermakna bagi siswa. 
5. Menyimpan perolehan hasil belajar. Kemampuan siswa menyimpan 
perolehan hasil belajar dapat berlangsung dalam waktu lama dan pendek. 
Bagi siswa yangberkemampuan tinggi hasil belajar dapat melekat lama, 
sedangkan siswa yang berkemampuan sedang hasil belajar lebih mudah 
27 
lupa. 
6. Rasa percaya diri.Timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan 
berhasil. 
7. Intelegensi dan keberhasilan belajar. Intelegensi merupakan suatu 
kecakapan global untuk dapat bertindak secara terarah. Kecakapan siswa 
dalam bertindak dan berpikir mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa 
dalam memperoleh prestasi belajar. Perolehan hasil belajar yang rendah 
disebabkan intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar. 
8. Kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar sangat mempengaruhi kesuksesan 
dalam mencapai tujuan.19 
b. Faktor Eksternal 
1. Guru sebagai pembina siswa belajar. Guru adalah pengajar yang 
mendidik, bukan sekedar mentransfer pengetahuan tetapi juga membentuk 
sikap dan tingkah laku dari peserta didik. Oleh karena itu, guru harus 
menggunakan metode-metode yang bervariasi dalam menyampaikan 
19 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:.Rineka Cipta, 1999), hlm. 
228.
pembelajaran agar peserta didik tidak bosan atau jenuh dalam proses 
28 
pembelajaran. 
2. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang memadai dapat 
membatu meningkatkan hasil belajar. Karena sarana dan prasarana ini dapat 
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan 
oleh seorang guru. 
3. Kebijaksanaan Penilaian.Keputusan tentang hasil belajar merupakan 
puncak harapan siswa. Siswa secara kejiwaan terpengaruh oleh hasil belajar, 
oleh karena itu guru harus aktif dan bijaksana dalam penilaian. 
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah. Lingkungan sosial belajar yang 
kondusif sangat berpengaruh pada hasil belajar dan menumbuhkan perilaku 
yang positif.20 
Sejalan dengan hal di atas Slameto dan Oemar Hamalik juga menjelaskan 
faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi dapat 
digolongkan menjadi 2 golongan yaitu: faktor intern dan faktor ekstren. Menurut 
Slameto “faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang 
belajar, faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu”. 21 Selain itu dan 
dengan penjelasan yang hampir samaSlameto memaparkan “faktor yang 
mempengaruhi belajar ada dua jenis, yaitu: faktor intern dan faktor ekstren, faktor 
intern dibahas menjadi 3 bagian, yaitu: faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor 
kelelahan. Faktor ekstren dikelompokkan menjadi 3 faktor , yaitu: faktor keluarga, 
faktor sekolah dan faktor masyarakat”. 
20 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran( Jakarta:. Rineka Cipta, 1999), h. 
228. 
21Slameto, h. 54.
Seperti yang diungkapkan Hamalik hasil belajar akan tampak pada setiap 
perubahan pada aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, 
kpresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap. 
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom “hasil belajar dalam rangka studi dicapai 
melalui tiga kategori ranah antara lain koognitif, afektif dan psokomotor”.22 
Hasil belajar juga terpengaruh bagaimana cara menyajikan secara 
menyenangkan dan tak terlupakan, dalam hal ini ada cara untuk mengakhiri 
sebuah pelajaran agar siswa mengingat apa yang telah dia pelajari dan memahami 
cara penerapannya di masa mendatang. Fokusnya ialah pada apa yang sudah kita 
kerjakan kepada mereka, namun mereka sudah lupa tentangnya, menurut 
Silberman tehnik-tehniknya dirancang untuk melakukan salah satu atau beberapa 
29 
dari yang berikut ini: 
a) Peninjauan: mengingat dan mengihtisarkan apa yang telah dipelajari 
b) Penilaian diri: mengevaluasi perubahan-perubahan pengetahuan, 
keterampilan atau sikap 
c) Perencanaan masa mendatang: menentukan bagaimana siswa akan 
melanjutkan belajarnya secara pelajaranberakhir 
d) Ungkapan perasaan terakhir: menyampaikan pikiran, perasaan dan persoalan 
yang dihadapi siswa pada akhir pelajaran.23 
Prestasi yang dicapai siswa sudah pasti berbeda-beda, hal ini disebabkan 
siswa memkiliki bakat, kemampuan, ciri dan keunikan yang membedakan antara 
satu siswa dengan siswa yang lainnya. Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang 
22Hamalik,h. 117. 
23Santika, h. 45.
individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya 
baik dari dalam diri (faktor internal) maupun faktor dari luar diri (faktor eksternal) 
individu. Pengenalan terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar 
penting sekali diketahui dan dipahami oleh tenaga pendidik dan peserta didik agar 
tenaga pendidik mampu mengarahkan dan membantu peserta didik dalam 
mencapai prestasi yang sebaik-baiknya setelah proses pembelajaran dilaksanakan. 
Secara sederhana faktor yang mempengaruhi prestasi siswa dapat dilihat 
Guru, Metode 
Kurikulum 
Proses 
Pembelajaran 
Lingkungan, Sarana 
Dan Prasarana 
30 
dalam bentuk skema di bawah ini: 
Siswa Yang Berhasil 
(Out Put) 
Siswa 
Baru Masuk 
Skema di atas menggambarkan bahwa dalam proses pembelajaran yang 
dijalani oleh siswa faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, mulai dari 
peserta didik itu memasuki suatu lembaga pendidikan hingga akhirnya selesai 
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 
4. Cara Mendapatkan Prestasi Belajar Yang Baik 
Dalam mendapatkan hasil belajar yang baik tidak lepas dari peran guru 
dalam mengajarkan materi pelajaran, cara pembelajaran IPA yang efektif dan 
insfitatif harus diberikan secara cermat dan tepat namun tetap memiliki kegiatan
bermain yang menyenangkan dan didukung oleh lingkungan yang penuh 
ketenangan, kasih sayang serta memberikan keleluasan kepada anak untuk 
31 
sepenuhnya untuk bereksplorasi. 
Ada beberapa alternatif yang dapat membantu siswa mendapatkan 
pengetahuan dan keterampilan, antara lain:a). Proses belajar mengajar satu kelas 
penuh: pengajaran yang dipimpin oleh guru yang mensimulasi seluruh siswa, b). 
Diskusi kelas: dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama, c). Pengajuan 
pertanyaan: siswa meminta penjelasan, d). Kegiatan belajar kalaboratif: tugas 
dikerjakan secara bersama dalam kelompok kecil, e) Pengajaran oleh teman 
sekelas: pengajaran oleh teman sendiri, f). Kegiatan belajar mandiri: aktifitas 
kegiatan yang dilakukan perseorangan, g). Kegiatan belajar aktif: kegiatan yang 
membantu siswa memahami perasaan, nilai-nilai dan sikap mereka.24 
Tingkat keberhasilan setiap guru berbeda-beda tergantung persepsi guru 
tersebut. Akan tetapi ada satu acuan keberhasilan, suatu proses belajar mengajar 
tentang suatu bahan pengajaran dinyatan berhasil apabila tujuan instruksional 
khusus (TIK)-nya atau yang sekarang disebut sebagai indikator dapat tercapai.25 
Sehubungan dengan hal ini keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas 
beberapa tingkatan atau taraf. Menurut Djamarah dan Aswan tingkatan 
keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut: 
1). Istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pengajaran yang diajarkan itu 
dapat dikuasai oleh siswa, 
24 Silberman, Active Learning (Bandung: Nusa Media, 2009), h. 13. 
25Djamara dan Aswa, h. 107.
2). Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar 76% s.d. 99% bahan pengajaran 
yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa, 
3). Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% 
32 
saja dikuasai oleh siswa, 
4). Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai 
oleh siswa. 
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan 
kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari 
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: 
Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri 
dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, 
sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan 
keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni 
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan 
kemampuan bertindak.Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, 
ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, 
gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative. 
5. Pengertian Media 
Menurut Mujiono dalam proses belajar mengajar ada empat komponen 
penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar, 
suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses belajar, 
sehingga melemahnya satu atau lebih komponen dapat menghambat tercapainya 
33 
tujuan belajar yang optimal. 
Media menurut Gerlach dan Ely adalah manusia, materi atau yang 
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, 
keterampilan atau sikap.Di dalam pengertian ini guru, buku, teks dan lingkungan 
sekolah merupakan media secara lebih khusus, pengertian media dalam belajar 
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photogtafis atau elektronis 
untuk menangkap, memperoses dan menyusun kembali informasi visual atau 
verbal.26 
Menurut Achsin “bahwa perluasan konsep tentang media, dimana 
teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas tetapi tersimpul pula 
sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan 
ilmu”.27 
Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dan 
sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dipilih atas dasar tujuan dan 
bahan pelajaran yang telah ditetapkan, oleh karena itu guru sebagai subyek 
pembelajaran harus dapat memilih media dan sumber belajar yang tepat, sehingga 
bahan pelajaran yang disampaikan dapat diterima sisa dengan baik.Media 
merupakan suatu alat yang dapat memudahkan seorang guru dalam mengajarkan 
mata pelajaran. 
26 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 3. 
27Azhar, h. 5.
Media yang dipergunakan atau dimanfaatkan mulai dari yang sederhana 
sampai yang rumit harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan 
dicapai dan situasi yang efektif. Media pembelajaran memiliki manfaat yang besar 
dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran 
yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar 
mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. 
6. Macam-macam Media Pembelajaran 
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi 
tergantung pada sudut mana melihatnya.Sell dan Richey “Berdasarakan 
perkembangan teknologi tersebut media pembelajaran dapat dikelompokkan ke 
dalam empat kelompok, yaitu (1).Media hasil teknologi cetak, (2).Media hasil 
teknologi audio visual, (3).Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, 
(4).Media hasil gabungan teknologi cetak dan computer”.Lain halnya pendapat 
Kemp dan Dayton “mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu 
(1).Media cetakan, (2).Media panjang (3).Overhead transparacis, (4).Rekaman 
audio tape, (5). Seri slide dan flim strifs, (6). Penyajian multi- image, (7).Rekaman 
video dan film hidup, dan (8).Komputer”.28 
Dari beberapa penjelasan dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa 
media memiliki ragam jenis dan kegunaannya, saat proses belajar mengajar tidak 
terlepas dengan penggunaan media sebagai fasilitator, sehingga dapat membantu 
34 
siswa dalam proses pembelajaran. 
7. Penggunaan Media Pembelajaran 
28Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 28.
Hamalik mengemukakan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam 
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, 
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan pengaruh-pengaruh 
psikologis terhadap siswa”. Menurut Djamarah dan Aswan “ 
mediasumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar 
mengajar”. 29Berdasarkan penjelasan ini maka dapat dikemukakan bahwa yang 
dimaksudkan dengan media pembelajaran adalah alat dan bahan yang 
dipergunakan untuk menyalurkan informasi dari pengajar kelompok pembelajar. 
Dalam hal ini bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari 
proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan 
tujuan pembelajar di sekolah pada khususnya. 
8. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran 
Dalam suatuproses belajar mengajar ada dua unsur yang amat penting 
yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. 
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media 
pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus 
diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas 
dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung dan 
konteks pembelajaran termasuk karekteristik siswa. 
Levie dan Lentz mengemukakan “empat fungsi media pembela jaran, 
khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi efektif, (c) fungsi 
kognitif dan (d) fungsi kompensatoris”. Menurut Arsyad “Salah satu fungsi utama 
29Djamarah dan Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 3. 
35
media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi 
iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru”. 
Dalam pemakaian media pembelajaran memiliki manfaat seperti ya ng 
dikemukakan Hamalik bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses 
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, 
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa 
pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa”.30 
Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat 
membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi 
pelajaran pada saat itu. Disamping membangkitkan motivasi dan minat siswa, 
media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, 
menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data 
36 
dan memadatkan informasi. 
9. PuzzleRangka Manusia 
Puzzle berasal dari bahasa inggris yang berarti teka-teki atau bongkar 
pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang diaminkan dengan 
bongkar pasang.31 Dalam Winatiningrum, senda memaparkan bahwa ada beberapa 
manfaat mediapuzzle bagi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, 
yaitu: 
1. Membantu untuk mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk yang 
lebih sedrhana, sehingga lebih mudah dihafalkan karena membnetuk satu 
bangun yang tertentu 
30Ibid, h. 15. 
31 Misbach muzammil, 2010)h. 34.
2. Membantu untuk mengingat kembali dan merevisikonsep pembelajaran, 
membuat peta catatan kerja dan belajar yang sangat baik untuk keperluan 
37 
presentasi 
3. Membantu untuk mendiagnosis apa yang telah diketahui oleh siswa dalam 
bentuk struktur yang mereka bangun seperti menjadi bagan atau gambar 
yang sesuai 
4. Membantu untuk mengetahuiadanya miskonsepsi pada siswa, contohnya 
ketika ujian berlangsung akan terlihat jawaban siswa yang benar-benar 
memahamu materi dengan yang tidak 
5. Membantu untuk mengetahui kesalahan konsep yang diterima siswa sebagai 
dasar untuk pembelajaran selanjutnya sehingga akhirnya efektif untuk 
memperbaiki kesalahan konsep yang diterima siswa 
6. Membantu untuk mengecek pemahaman siswa akan konsep yang dipelajari, 
dimana bagan/gambar yang dibuat oleh siswa sudah benar atau masih salah 
7. Membantu untuk merencanakan intruksional pembelajaran, evaluasi dan 
untuk mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran.32 
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa 
puzzleadalah sejenis permainan anak-anak yang bertujuan memasangkan 
potongan gambar yang satu dengan potongan gambar yang lainnya, sehingga 
membentuk gambar yang sempurna. Dalam penelitian yang akan dilakukan, akan 
dibuat sejenis game edukasi berbentuk puzzleyang terbuat dari gambar rangka 
32 Winatiningrum, Penerapan Metode Bongkar Pasang/Puzzle Untuk Meningkatkan 
kualitas Proses Dan Hasil Belajar IPS-Sejarah Kelas VII-A SMP Negeri 4 Kediri, PTK tidak 
Diterbitkan, Dinas Pendidikan Kota Kediri, 2008, h. 21.
manusia, dirancang sendiri oleh peneliti dengan berbagai macam alat sederhana 
dan bahan serta pembuatannya melalui beberapa tahap pengerjaan, media 
puzzletersebut akan dibuat secara manual dan tidak memakai cetakan mesin. Pada 
lampiran tesis nantinya akan dicantumkan foto proses pembuatan game trsebut. 
38 
10. Alat Peraga (Torso) 
Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam khusunya pada tingkat 
sekolah dasar diperlukan berbagai macam media pendidikan, agar peserta didik 
lebih mudah memahami segala materi pembelajaran yang disampaikan. Dalam hal 
kaitannya dengan pembelajaran IPA yang berkaitan dengan materi rang dan alat 
indera manusia maka juga harus ditunjukkan kepada peserta didik replika organ 
tulang yang ada dalam tubuh yang dinamakan dengan torso. 
11. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 
a. Pengertian IPA 
Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh 
meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nila ilmiah. Pengembangan aspek-aspek 
tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kecakapan 
hidup (life skills) melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan 
hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil dimasa yang akan datang. Kemampuan ini 
membutuhkan pemikiran, antara lain berfikir sistematis, logis, kritis yang dapat 
dikembangkan melalui pembelajaran IPA. 
Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan penguasaan siswa terhadap 
pengetahuan tentang dirinya, tentang alam sekitar, yang dipelajari dari fakta- fakta, 
prinsip-prinsip, dan proses penemuan. Pengetahuan siswa tentang alam tersebut
dapat mencetak siswa dalam bersikap ilmiah. Namun materi IPA yang diberikan 
harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan. 
Maksudnya, materi IPA yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan 
tingkatan kelas, sehingga penguasaan pengetahuan tentang IPA dapat bermanfaat 
39 
baik bagi diri peserta didik. 
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI 
dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga 
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, 
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses 
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik 
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan 
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses 
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk 
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara 
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat 
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam 
tentang alam sekitar. 
Dari penjelasan tersebut pendidikan IPA menekankan pada pemberian 
pengalaman belajar secara langsung. Dalam pembelajaran IPA siswa difasilitasi 
untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses. Dalam pembelajaran 
tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses 
(keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi: 
keterampilan mengamati dengan seluruh indera; keterampilan menggunakan alat 
dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja; 
mengajukan pertanyaan; menggolongkan data; menafsirkan data; 
mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta menggali dan memilah 
informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan 
40 
masalah sehari-hari. 
IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan 
cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, 
observasi. Pembelajaran IPA sangat penting untuk diberikan di sekolah dasar, 
karena IPA sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk itu, tujuan 
mata pelajaran IPA di SD/MI secara umum adalah agar siswa dapat menghargai 
alam yang ada di sekitar lingkungan siswa dengan cara melestarikan dan 
memanfaatkannya, sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan 
kepada Tuhan Yang Maha Esa. 
b. Hakikat Pembelajaran IPA di MI 
Pembelajaran merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia yang 
sekaligus membedakan manusia dengan hewan.Hewan juga belajar tetapi lebih 
ditentukan oleh insting, sedangkan bagi manusia, belajar berarti rangkaian 
kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Oleh 
karena itu, berbagai pandangan yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan 
proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dan berlangsung 
sepanjang hayat. Dalam hal ini, pendidikan IPA juga memegang peranan yang
menentukan bagi perkembangan manusia karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga 
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuanyang berupa fakta- fakta, 
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses 
41 
penemuan. 
G. Pendekatan Dan Jenis Penelitian 
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain Penelitian 
Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Alasan mengapa penelitian ini 
dilakukan adalah untuk memaparkan dan memperbaiki proses pembelajaran 
dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung, guna meningkatkan hasil belajar 
siswa dengan media puzzle rangka manusia dan dibantu dengan media audio 
visual, salah satu alat bantunya merupakan gambar yang dipantulkan menggunkan 
infokus serta dirancang dengan aplikasi macromedia Flash 8 pada mata pelajaran 
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan pokok pembahasan rangka manusia. 
1. Lokasi Penelitian 
Penelitian ini dilaksanakan di MIN Medan Tembung Tahun Pelajaran 
2013/2014 yang berlokasi di Jl. Pertiwi Ujung No. 96 Subjek dalam penelitian ini 
adalah siswa Kelas IV MIN Medan Tembung sebanyak 1 ruang kelas (Kelas IV 
C/Hambali) denga jumlah siswa adalah 32 siswa.Objek penelitian dalam 
penelitian tindakan kelas ini adalah aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada 
mata pelajaran IPA. 
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dipaparkan pada tabel di bawah ini, yang dimulai dari 
kegiatan pembangunan komunikasi dengan segala pihak yang berkaitan dengan 
pelaksanaan penelitian (terutama pihak sekolah tempat penelitian dilaksanakan), 
survey singkat, pengidentifikasian masalah, persiapan hal-hal lain yang 
dibutuhkan pada saat `penelitian hingga pada pelaksanaan tindakan. Pada tabel di 
bawah ini dipaparkan rincian kehadiran peneliti di lokasi penelitian. 
Tabel 2 
Rincian kegiatan penelitian di MIN Medan Tembung 
No. Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan 
1 Minggu, 20 Januari 2013 Pembangunan 
komunikasi dengan salah 
satu tenaga pendidik di 
lokasi penelitian Ibu 
Sida yang merupakan 
guru kelas IV. 
42 
Komunikasi melalui 
telepon selular 
berbincang-bincang 
tentang rencana 
penelitian. 
2 Selasa, 22 Januari 2013 Survey awal mulai pukul 
07.00 wib s/d 12.00 wib. 
Wawancara awal 
denga Ibu Wita guru 
mata pelajaran IPA. 
3 Kamis, 13 Juni 2013 Pengajuan pembimbing 
tesis dan pengajuan surat 
penelitian di kampus. 
Diajukan di 
resepsionis sekolah 
pascasarjana UIN 
MALIKI Malang. 
4 Jumat, 14 Juni 2013 Pengambilan surat Bertempat di
penelitian dan surat 
pembimbing. 
43 
resepsionis UIN 
MALIKI Malang 
5 Sabtu, 15 Juni 2013 Berangkat ke medan 
Pukul 11.00 wib. 
Naik bus dengan 
perjalanan 4 hari 3 
malam. 
6 Selasa, 18 Juni 2013 Masih dalam perjalanan 
menuju medan. 
Pukul 20.00 wib 
sampai di medan. 
7 Kamis, 20 Juni 2013 Mengantar surat 
Research ke lokasi 
penelitian 
Ke Ruangan Tata 
Usaha 
8 28 Juni 2013 Studi pustaka di 
perpustakaan daerah 
sumatera utara(PUSDA 
SUMUT) 
Pukul 08.00 – 15.00 
wib. 
9 4 Juli 2013 Wawancara dengan 
kepala sekolah di MIN 
medan tembung 
Pukul 09.00-12.00 
wib 
10 15 Juli 2013 Pengambilan lengkap 
profil, foto serta video 
Sekolah MIN Medan 
Tembung 
Pukul 09.00 13.00 
wib 
11 14 Agustus 2013 Memberikan pengantar 
pembelajaran di kelas 
Pukul 09.30-10.30 
wib
dengan media audio 
visual yang telah 
disiapkan. 
12 24 Agustus 2013 Pre test dan 
Pembelajaran di kelas 
Siklus I Menggunakan 
media yang sudah 
disiapkan. 
44 
Pukul 08.00-10.00 
wib. Dibantu oleh 
guru IPA 
13 31 Agustus 2013 Pembelajaran Siklus II, 
Pemberian latihan. 
Pukul 08.00-10.00 
wib 
14 31 Agustus 2013 Evaluasi penelitian yang 
telah dilaksanakan dan 
perpisahan bersama 
kepala sekolah dan 
dewan guru. 
Dilakukan sebelum 
pulang ke malang 
pukul 11.00 wib 
hingga selesai. 
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk 
siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat 
keberhasilan dari target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari 
satu atau lebih pertemuan. 
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan tes 
awal kepada siswa kelas IV C/Hambali yang bertujuan untuk mengetahui 
kemampuan awal siswa. Setelah diberikan tes, barulah dapat diketahui apakah 
kemampuan siswa dalam menerima pelajaran cukup baik atau tidak. Dengan
berpatokan peda tes awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan 
prosedur yang tersusun oleh Arikunto yang terdiri dari 4 tahapan (Perencanaan, 
Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi).33 
BAGAN MODEL PTK 
PERENCANAAN 
REFLEKSI SIKLUS I 
PELAKSANAAN 
PENGAMATAN 
PERENCANAAN 
REFLEKSI SIKLUS II 
PELAKSANAAN 
PENGAMATAN 
? 
Bagan 1.Disusun berdasarkan pendapat Suarsimi Arikunto 
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus.Adapun 
45 
tahapannya sebagai berikut: 
Siklus I 
a. Tahapan perencanaan 
Pada tahap perencanan, peneliti bersama guru kelas membahas 
teknispelaksanaan penelitian tindakan kelas, antara lain: 
33 Arikunto, Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 16.
1. Menentukan kelas yang akan diteliti serta menentukan materi yang akan 
diajarkan sesuai silabus dan kurikulum, yaitu materi rangka manusia. 
2. Membuat rencana pembelajaran (RPP) sesuai dengan metode yang 
46 
digunakan 
3. Menyiapkan alat–alat yang akan dipakai sesuai dengan materi yang 
dipelajarai 
4. Menyiapkan beberapa pertanyaan untuk membangkitkan keaktifan siswa 
dalam mengungkapkan pendapat 
5. Membuat soal–soal tugas yang akan diberikan pada masing–masing siswa 
berdasarkan kompetensi dasar yang dipelajari 
6. Membuat lembar observai tentang keaktifan 
7. Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar siswa selama tindakan 
penelitian diterapkan. 
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan 
Pada tahap ini tindakan yang diambil adalah: peneliti melaksanakan 
pembelajaran dengan menggunakan Puzzle Rangka Manusia yang sesuai dengan 
skenario yang telah disusun pada tahap perencanaan. Kegiatan yang dilakukan 
pada tahap ini antara lain : 
1. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IV C/Hambali MIN Medan 
Tembung 
2. Memberikan pengarahan kepada siswa bahwa pembelajaran yang dilak ukan 
mempergunakan mediaPuzzle Rangka Manusia dan media pendukung 
lainnya
3. Menggunakan Puzzle Rangka Manusia sesuai dengan relevansinya pada 
materi yang sedang diajarkan, sehingga siswa dapat mengerti dan mampu 
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Pada saat pembelajaran 
berlangsung, guru dapat menjawab dan menerangkan kembali jika siswa 
47 
mengalami kesulitan 
4. Guru mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran 
5. Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang 
dilakukan dengan menggunakan media Puzzle tersebut 
6. Guru menanyakan tanggapan siswa mengenai proses belajar mengajar 
dengan menggunakan media Puzzle 
7. Setelah proses belajar mengajar siswa diberikan tugas post test I. 
c. Tahapan Observasi 
Observasi yang dilakasanakan meliputi implementasi dalam monitoring 
pada proses pembelajaran di kelas secara langsung. Observasi terhadap 
pelaksanaan tindakan secara khusus dan proses pembelajarn secara umum dengan 
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilaksanakan 
selama proses pembelajaran berlangsung dibantu seorang guru kelas menyangkut 
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Observasi ini bertujuan untuk 
mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan guna 
mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan 
prestasi belajar yang dikehendaki.Adapun rincian observasi yang dilakukan di 
dalam kelas bisa di lihat seprti tabel di bawah ini.
Tabel 3. Daftar obserbasi kondisi siswa saat kegiatan belajar mengajar pada 
siklus I 
No Nama Siswa Aspek yang di nilai 
48 
Penilaian 
Ket. 
Orang Persentase 
1 ……. 
Tidak memperhatikan 
penjelasan guru 
2 ……. 
Mengobrol dan 
bercanda dengan 
teman sewaktu 
guru menjelaskan 
3 ……. 
Keberanian siswa 
dalam bertanya 
dan 
mengemukakan 
pendapat 
4 ……. 
Kreativitas siswa 
membuat catatan, 
ringkasan 
sewaktu guru 
menjelaskan 
5 ……. 
Interaksi dengan guru 
sewaktu selama 
kegiatan
pembelajaran 
49 
6 Dst 
Mengerjakan tugas 
lain 
d. Tahap Repleksi 
Kegiatan refleksi dilakukan dengan untuk mempertimbangkan pedoman 
mengajar yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang 
diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya kelemahan dan kekurangan 
untuk kemudian diperbaiki dalam siklus kedua. 
1. Refleksi dilaksanakan setelah diperoleh pembelajaran ber langsung dan 
diperoleh hasil tes 
2. Refleksi dilaksanakan dengan cara menganalisis hasil tes dan observasi 
kelas. 
3. Penelitian dibantu oleh guru pada saat proses refleksi. 
Siklus II 
Apabila dalam melakukan siklus pertama peneliti belum menunjukkan 
hasil yang memuaskan, pada tingkat ini kemampuan siswa dalam mengungkapkan 
pendapat belum teraplikasi dalam pembelajaran, maka dalam hal ini dilaksanakan 
siklus II dengan tahap-tahap sebagai berikut: 
e. Tahap Perencanaan 
Dalam tahapan perencanaan pada siklus II sama dengan tahapan 
perencanaan pada siklus I. Tahapan siklus II disusun berdasarkan data dari hasil 
refleksi dan analisis dari siklus I. 
f. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan kegiatan: 
1. Melakukan apersepsi tentang materi yang telah dipelajar pada pertemuan 
50 
atau siklus sebelumnya 
2. Menjelaskan kembali kepada siswa tentang teknisi pembelajaran yang akan 
dilakukan 
3. Melanjutkan kembali materi sesuai dengan yang sudah ditentukan 
4. Menggunakan kembali media puzzledalam proses pembelajaran 
5. Guru mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran. 
6. Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang 
dilakukan 
7. Guru menanyakan tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran 
8. Setelah proses belajar mengajar siswa diberikan tugas post test II 
g. Tahapan Observasi 
Observasi yang dilaksanakan meliputi implementasi dalam monitoring 
pada proses pembelajaran di kelas secara berlangsung. Kegiatan yang diamati 
meliputi aktifitas guru dan anak didik dalam pembelajaran. Observasi ini 
bertujuan untuk mengetahui kesulitan tindakan dengan rencana yang telah 
disusun dan guna mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat 
menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki. Adapun rincian 
observasi yang dilakukan di dalam kelas bisa di lihat seprti tabel di bawah ini. 
Tabel 4. Daftar obserbasi kondisi siswa saat kegiatan belajar mengajar pada 
siklus II 
No Nama Siswa Aspek yang di nilai Penilaian Ket.
51 
Orang Persentase 
1 ……. 
Tidak memperhatikan 
penjelasan guru 
2 ……. 
Mengobrol dan 
bercanda dengan teman 
sewaktu guru 
menjelaskan 
3 ……. 
Keberanian siswa 
dalam bertanya dan 
mengemukakan 
pendapat 
4 ……. 
Kreativitas siswa 
membuat catatan, 
ringkasan sewaktu guru 
menjelaskan 
5 ……. 
Interaksi dengan guru 
sewaktu selama 
kegiatan pembelajaran 
6 Dst Mengerjakan tugas lain 
h. Tahap Refleksi 
Kegiatan refleksi ini dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan selama 
siklus II tahap ini mengamati secara rinci segala sesuatu yang terjadi dalam
pembelajaran pada siklus II, sehingga peneliti dapat menemukan hasil 
52 
pembelajaran yang ingin dicapai. 
3. Data Dan Sumber Data 
Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan penulis adalah : 
1. Test 
Dalam hal pengumpulan data. Tes merupakan pertanyaan, latihan yang 
digunakan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki siswa. Pengumpulan data 
dengan menggunakan tes yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, 
bakat dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau 
hasil belajar dengan berbagai prosedur penilaian. 
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhas ilan 
dari tindakan yang telah dilakukan, tingkat keberhasilan ditentukan dengan 
melihat criteria yang telah ditetapkan yaitu:<65 = siswa tidak tuntas belajar dan 
>65 = siswa tuntas belajar.Kriteria ketuntasan minimal (KKM) telah ditentukan 
Madrasah/Sekolah. 
Tahap test dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu test awal (pre test) 
dilaksanakan sebelum menggunakan mediaPuzzle Rangka Manusia, test I (post 
test I) dilakukan pada siklus I dan test II (post test II) dilakukan pada siklus II. 
2. Observasi 
Observasi dimaksud untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan 
rencana yang telah disusun dan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan 
tindakan telah dilakukan, kemudian dapat diperoleh hasilperubahan yang sesuai
dengan yang dikendaki.Kegiatan yang diamati meliputi aktifitas guru dan aktifitas 
53 
siswa dalam pembelajaran. 
3. Wawancara 
Wawancara dilakukan saat tatap muka dengan kepala sekolah, guru kelas 
dan siswa, untuk mengetahui kesulitan siswa selama proses belajar mengajar. 
4. Analisis Data 
Tehnik analisis data yang akan dilakukan berupa: 
1. Reduksi Data 
Proses reduksi data yang dilakukan dengan cara menyeleksi, 
menyederhanakan dan mentransformasikan data yang telah disajikan dalam 
traskip catatan lapangan. Kegiatan reduksi data ini bertujuan untuk memilih dan 
mengelompokan jawaban siswa dari jenis kesalahan yang dilakukan dalam 
menyelesaikan soal-soal pada materi rangka manusia. 
2. Paparan Data 
Data kesulitan siswa dalam menjawab soal yang telah direduksi kemudian 
disajikan dalam bentuk paparan data kesulitan dalam menjawab soal-soal pada 
materi rangka manusia.Demikian juga dengan data tindakan yang telah dilakukan 
disajikan dalam bentuk paparan tindakan. 
3. Verifikasi 
Kegiatan verifikasi dilakukan terhadap paparan data. Verifikasi terhadap 
kesalahan-kesalahan jawaban siswa tindakan untuk mengatasi kesulitan siswa 
untuk menyelesaikan soal dan menarik kesimpulan dari data penelitian 
4. Menarik Kesimpulan
Cara penarikan kesimpulan adalah dengan memakai analisa data 
persentase dan kuantitas data.Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui 
berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini.Hal ini dilihat 
dari seberapa persentasi keberhasilan yang dicapai dilihat dari seberapa persentasi 
keberhasilan yang dicapai dilihat dari aktivitas belajar. 
Dengan rumus :jumlah siswa yang mengalami perubahan × 100 
%Jumlah siswa keseluruhan 
Analisis data dengan peningkatan persentase dilakukan dengan langkah-langkah 
54 
sebagai berikut: 
a) Melakukan pengecekan data yang sudah masuk 
b) Tahap pengumpulan data. Dalam hal ini reduksi data yang dilakukan adalah 
menyeleksi hal-hal yang pokok,merangkum dan memfokuskan pada 
pembedaan hasil atas jawaban siswa pada lembar jawaban. Kegiatan reduksi 
ini bertujuan untuk melihat kesalahan jawaban siswa dalam menyelesaikan 
soal-soal pada pembelajaran pada materi kebebasan berorganisasi melalui 
media audio visual. 
c) Tahap penafsiran hasil. Tahap ini dilakukan dari hasil data yang telah 
dikumpulkan. Penafsiran data merupakan tahap memperediksi hasil 
sementara dari hasil data yang diperoleh. Dengan kata lain tahap ini 
berbentuk dugaan sementara hasil data yang ada. 
d) Tahap tindak lanjut yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk 
siklus pembelajaran serta pengambilan kesimpulan.
e) Meniympulkan apakah tindakan pembelajaran ini terjadi peningkatan 
kemampuan membaca pada siswa. Dalam kegiatan ini ditarik beberapa 
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan 
yang diambil merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus selanjutnya dan 
perlu tidaknya siklus dilanjutkan atas permasalahan yang diduga. 
Berdasarkan ketuntasan belajar, siswa yang memperoleh nilai dari 65 s/d 
100 dikatakan berhasil atau tuntas belajar jika ketuntasan belajar di kelas sudah 
mencapai 80% maka ketuntasan belajar secara klasikal tercapai. 
55 
5. Kriteria Keberhasilan 
Tingkat keberhasilan ditentukan dengan melihat dari kreteria yang telah 
ditatapkan, yaitu kriteria menentukan tingkat persentase jumlah siswa dari tiap 
indikator dibagi lima bagian yaitu : 
Tabel 3. Tingkat Keberhasilan Siswa 
Tingkat keberhasilan Arti 
80% ≥ 100% 
60% ≥ 79% 
40% ≥ 59% 
20% ≥ 39% 
0% ≥ 20% 
Sangat baik 
Baik 
Cukup 
Kurang 
Sangat kurang 
5. Pengecekan Keabsahan Data 
Untuk memperkuat keshahihan data dan temuan hasil penelitian, maka 
penulis mengacu pada penggunaan standar yang disarankan oleh Lincoln dan 
Guba, terdiri dari: (1) Keterpercayaan atau credibility, (2) dapat ditransfer atau
transferability, (3) dapat dipegang kebenarannya atau dependability, dan (4) dapat 
dikonfirmasikan atau confirmability. Masing-masing dari proses penjaminan 
keabsahan data yang dikembangkan oleh Lincoln dan Guba akan diuraikan 
56 
sebagai berikut: 
1. Keterpercayaan (Credibility) 
Aktivitas untuk membuat lebih terpercaya (credibly) temuan-temuan dan 
interpretasi dalam penelitian ini diperoleh dengan cara: 
a. Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan 
tidak tergesa-gesa, sehingga pengumpulan data, informasi tentang situasi 
belajar dan fokus penelitian akan diperoleh secara sempurna. 
b. Ketekunan pengamanan (persistent observation) terhadap media 
pembelajaran, untuk memperoleh informasi yang sahih. 
c. Melakukan triangulasi yaitu informasi yang diperoleh dari beberapa 
sumber diperiksa silang antara data wawancara dengan data pengamatan dan 
sumber informasi yang diperoleh dari seseorang informan akan dicross-chek 
dengan informasi dari informasi lain. 
d. Mendiskusikan dengan teman sejawat yang tidak berperan serta dalam 
penelitian, sehingga penelitian akan mendapat masukan dari orang lain. 
e. Analisis kasus negative (inegative caseanalysis) yaitu menganalisis dan 
mencari kasus atau keadaan yang menyanggah temuan penelitian, sehingga 
tidak ada bukti lagi yang menolak temuan hasil penelitian.
f. Pengujian ketetapan referensi terhadap data temuan dan intervretasi. Pada 
laporan penelitian, peneliti akan membedakan antara data yang 
dikumpulkan dari lapangan dan interpretasi peneliti terhadap data tersebut. 
Pernyataan-pernyatan interfretasi dapat ditandai dengan tanda baca “buka 
dan tutup kurung ()” atau akan dinyatakan dengan ungkapan “menurut 
peneliti…..”.hal ini adalah untuk membantu menjamin tingkat 
57 
keterpercayaan hasil penelitian. 
2. Dapat Ditransfer (Transferability) 
Kelayakan transfer hasil penelitian ini sangat relative dan bergantung 
pada konteks dan stuasi lain yang mempunyai kriteria sejenis. Kemungkinan 
transfer pada situasi lain juga ditentukan oleh latar penelitian yang lebih kurang 
serupa dengan setting penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti 
akan semaksimal mungkin mendeskrifsikan latar penelitian secara detail dan kaya 
agar dapat menjadi acuan bagi karakteristik latar penelitian lain yang sejenis untuk 
membantu menjamin tingkat transferability. 
3. Dapat Diandalkan (Dependability) 
Dapat diandalkan (dependability) berarti juga dapat dipercaya. Untuk 
menjamin hal ini peneliti akan berusaha semaksimal mungkin untuk konsisten 
dalam keseluruhan proses penelitian. Segala aktifitas peneliti akan dicatat dalam 
bentuk memo untuk membantu proses analisis data. Di samping itu, sebagaimana 
yang telah disebutkan di atas, peneliti juga akan menggunakan kamera sebagai 
alat bantu mengumpulkan data sekaligus berfungsi sebagai alat pembuktian untuk 
menjamin tingkat keterandalan ini. Alat perekam dalam proses wawancara juga
akan membantu dalam menjamin keterandalan untuk menghindari bias interfretasi 
58 
peneliti. 
4. Dapat Dikonfirmasikan (Confirmability) 
Aktivitas cross-checking dan triangulasi dalam analisis data akan 
membantu menjamin tingkat confirmabilityi. Data yang diperoleh dari seseorang 
informan akan dikonfirmasikan kembali kepada informan tersebut dan juga 
informan lain sampai mendapatkan pengakuan yang seragam. Di samping itu, data 
yang diperoleh dengan wawancara akan diuji silang atau dikonfirmasi dengan data 
yang diperoleh melalui observasi.

Contenu connexe

Tendances

Teori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky pptTeori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky pptRahmah Salsabila
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxAndiqbal
 
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1Alfan Fazan Jr.
 
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)atone_lotus
 
Pembelajaran terpadu-dan-tematik
Pembelajaran terpadu-dan-tematikPembelajaran terpadu-dan-tematik
Pembelajaran terpadu-dan-tematiktsamarul_hizbi
 
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloom
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloomKata kerja operasional revisi taksonomi bloom
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloomRiyani Widyaningsih
 
Conroh kisi-kisi dan soal
Conroh kisi-kisi dan soalConroh kisi-kisi dan soal
Conroh kisi-kisi dan soalRoHim MohaMad
 
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4Nastiti Rahajeng
 
model model pengembangan media pembelajaran
 model model pengembangan media pembelajaran  model model pengembangan media pembelajaran
model model pengembangan media pembelajaran Dwi Karyani
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Arif Winahyu
 
RPP IPA KELAS 9 Bab.2. Sistem Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan
RPP IPA KELAS 9 Bab.2. Sistem Perkembangbiakan Tumbuhan dan HewanRPP IPA KELAS 9 Bab.2. Sistem Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan
RPP IPA KELAS 9 Bab.2. Sistem Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewansajidintuban
 
Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1Rudy Restanto
 
Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi Hasil Belajar yuliartiramli
 
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)Nastiti Rahajeng
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfARudhia
 
Rpp kls iv tema 1 subtema 1 pb 1
Rpp kls iv tema 1 subtema 1 pb 1Rpp kls iv tema 1 subtema 1 pb 1
Rpp kls iv tema 1 subtema 1 pb 1Tjoetnyak Izzatie
 
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDContoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDTatik prisnamasari
 

Tendances (20)

Jenis dan bentuk penilaian
Jenis dan bentuk penilaianJenis dan bentuk penilaian
Jenis dan bentuk penilaian
 
Teori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky pptTeori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky ppt
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
 
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
 
7. rpp power point
7. rpp power point7. rpp power point
7. rpp power point
 
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
 
Pembelajaran terpadu-dan-tematik
Pembelajaran terpadu-dan-tematikPembelajaran terpadu-dan-tematik
Pembelajaran terpadu-dan-tematik
 
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloom
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloomKata kerja operasional revisi taksonomi bloom
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloom
 
Conroh kisi-kisi dan soal
Conroh kisi-kisi dan soalConroh kisi-kisi dan soal
Conroh kisi-kisi dan soal
 
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
 
model model pengembangan media pembelajaran
 model model pengembangan media pembelajaran  model model pengembangan media pembelajaran
model model pengembangan media pembelajaran
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
 
RPP IPA KELAS 9 Bab.2. Sistem Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan
RPP IPA KELAS 9 Bab.2. Sistem Perkembangbiakan Tumbuhan dan HewanRPP IPA KELAS 9 Bab.2. Sistem Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan
RPP IPA KELAS 9 Bab.2. Sistem Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan
 
Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1
 
Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi Hasil Belajar
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
 
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
 
Rpp kls iv tema 1 subtema 1 pb 1
Rpp kls iv tema 1 subtema 1 pb 1Rpp kls iv tema 1 subtema 1 pb 1
Rpp kls iv tema 1 subtema 1 pb 1
 
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDContoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
 

Similaire à Proposal tesis eksperimen

Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murniBab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murnisafran hasibuan
 
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murniBab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murnisafran hasibuan
 
Tesis Puzzle Rangka Manusia IPA
Tesis Puzzle Rangka Manusia IPATesis Puzzle Rangka Manusia IPA
Tesis Puzzle Rangka Manusia IPAsafran hasibuan
 
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Harsidi Side
 
Penggunaanmediaanimasidalammodelpembelajaranlangsunguntukmeningkatkanhasilbel...
Penggunaanmediaanimasidalammodelpembelajaranlangsunguntukmeningkatkanhasilbel...Penggunaanmediaanimasidalammodelpembelajaranlangsunguntukmeningkatkanhasilbel...
Penggunaanmediaanimasidalammodelpembelajaranlangsunguntukmeningkatkanhasilbel...sushanblue
 
10676-22070-1-SM.pdf
10676-22070-1-SM.pdf10676-22070-1-SM.pdf
10676-22070-1-SM.pdfAmiruddinSPd
 
02. Pemanfaatan Alat peraga sebagai sumber belajar.pdf
02. Pemanfaatan Alat peraga sebagai sumber belajar.pdf02. Pemanfaatan Alat peraga sebagai sumber belajar.pdf
02. Pemanfaatan Alat peraga sebagai sumber belajar.pdfZULPANSSi
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Operator Warnet Vast Raha
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Operator Warnet Vast Raha
 
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PE...
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT  BELAJAR MATEMATIKA PE...PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT  BELAJAR MATEMATIKA PE...
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PE...Alorka 114114
 
PRESENTASI SIDANG PENGARUH TERHADAP TTSTS TERHADAP
PRESENTASI SIDANG PENGARUH TERHADAP TTSTS TERHADAPPRESENTASI SIDANG PENGARUH TERHADAP TTSTS TERHADAP
PRESENTASI SIDANG PENGARUH TERHADAP TTSTS TERHADAPppgishlahprayi01328
 
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
 
Proposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesiaProposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesiabcirohil
 
PPT PTK.pptx
PPT PTK.pptxPPT PTK.pptx
PPT PTK.pptxRhaja1
 

Similaire à Proposal tesis eksperimen (20)

Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murniBab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
 
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murniBab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
 
Tesis Puzzle Rangka Manusia IPA
Tesis Puzzle Rangka Manusia IPATesis Puzzle Rangka Manusia IPA
Tesis Puzzle Rangka Manusia IPA
 
Bab i tps
Bab i tpsBab i tps
Bab i tps
 
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
 
Penggunaanmediaanimasidalammodelpembelajaranlangsunguntukmeningkatkanhasilbel...
Penggunaanmediaanimasidalammodelpembelajaranlangsunguntukmeningkatkanhasilbel...Penggunaanmediaanimasidalammodelpembelajaranlangsunguntukmeningkatkanhasilbel...
Penggunaanmediaanimasidalammodelpembelajaranlangsunguntukmeningkatkanhasilbel...
 
10676-22070-1-SM.pdf
10676-22070-1-SM.pdf10676-22070-1-SM.pdf
10676-22070-1-SM.pdf
 
1401409017
14014090171401409017
1401409017
 
02. Pemanfaatan Alat peraga sebagai sumber belajar.pdf
02. Pemanfaatan Alat peraga sebagai sumber belajar.pdf02. Pemanfaatan Alat peraga sebagai sumber belajar.pdf
02. Pemanfaatan Alat peraga sebagai sumber belajar.pdf
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
 
Pkp ipa
Pkp ipaPkp ipa
Pkp ipa
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
widyaa.pdf
widyaa.pdfwidyaa.pdf
widyaa.pdf
 
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PE...
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT  BELAJAR MATEMATIKA PE...PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT  BELAJAR MATEMATIKA PE...
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PE...
 
PRESENTASI SIDANG PENGARUH TERHADAP TTSTS TERHADAP
PRESENTASI SIDANG PENGARUH TERHADAP TTSTS TERHADAPPRESENTASI SIDANG PENGARUH TERHADAP TTSTS TERHADAP
PRESENTASI SIDANG PENGARUH TERHADAP TTSTS TERHADAP
 
Jurnal widodo winarso at-tarbiyah_2014
Jurnal widodo winarso at-tarbiyah_2014Jurnal widodo winarso at-tarbiyah_2014
Jurnal widodo winarso at-tarbiyah_2014
 
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
 
Proposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesiaProposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesia
 
PPT PTK.pptx
PPT PTK.pptxPPT PTK.pptx
PPT PTK.pptx
 

Proposal tesis eksperimen

  • 1. PUZZLE PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA (Penelitian Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas V MI Sunan Gunung Jati Dan MI Ma’Arif Sukun I Malang) 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan terutama bagi guru pada tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) karena pada tingkat inilah yang pertama dan paling utama dalam membentuk peserta didik. Bagi peserta didik, tingkat SD/MI merupakan tempat awal terjadinya interaksi antara siswa dengan guru, interaksi antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan warga sekolah yang lainnya dan interaksi yang lebih khusus lagi terjadi melalui proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang merupakan proses komunikasi dua arah, dilakukan olehpihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar terpusat pada peserta didik.1 Setiap guru (terutama guru SD/MI) harus menggunakan strategi dan media pembelajaran yang tepat karena peningkatan mutu pendidikan berkaitan erat dengan proses pembelajaran dalam kelas. Saat pembelajaran dalam kelas berlangsung, akan ditemui masalah atau persoalan yang menghambat proses pembelajaran dan berpengaruh langsung terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. 1 Tantri, Tanggu Dan Pudjawan, Pengaruh Model pembelajaran Quantum Teaching Bermuatan Permainan Puzzle Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Gugus I Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Penelitian Pendidikan, (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan PGSD dan Teknologi Pendidikan, 2012), hlm. 2.
  • 2. Berkenaan dengan proses pembelajaran dalam kelas, kurikulum 1984 Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah, pada lampiran di dalam bab pokok-pokok pelaksanaan kurikulum tersurat bahwa proses belajar mengajar dilaksanakan dengan pendekatan keterampilan proses. Begitu juga Kurikulum 1994 Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Umum menekankan penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA. Dengan demikian, jelaslah bahwa aspek proses dituntut dalam pembelajaran IPA dan sudah sewajarnya pula apabila keterampilan proses menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari guru sains pada jenjang pendidikan manapun.2 Setiap materi pembelajaran yang diajarkan pasti berbeda dan memiliki tujuan yang berbeda, oleh karenanya akan ditemui masalah pembelajaran yang berbeda dan membutuhkan penerapan strategi pembelajaran yang berbeda pula. Begitu juga halnya dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), materi pembelajaran yang berbeda dan sudah tercantum dalam buku pelajaran menjadi hal pokok bagi guru dalam membuat perencanaan pembelajaran yang 2 tepat. Berdasarkan survey awal pada hari senin tanggal 15 September 2014 di Madrasah Ibtidaiyah Sunan Gunung Jati Sukun Kota Malang, peneliti mendapatkan hal yang menjadi masalah pada proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan di kelas, yakni: 1. Guru masih mengeluh tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan kurangnya waktu untuk mengajarkan semua materi pembelajaran 2 Nuryani, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UM Press, 2005), hlm. 76.
  • 3. 2. Keterbatasan kemampuan pendidik dalam pemanfaatan media pembelajaran elektronik seperti laptop dalam mengemas pembelajaran berbasis tampilan gambar dan suara saat menyampaikan materi pembelajaran 3. Rendahnya daya tangkap siswa terhadap materi pembelajaran membuat guru pengampu mata pelajaran IPA mengalami kesulitan dalam mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan 3 materi pelajaran 4. Siswa masih beranggapan mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang bersifat teoritis semata. Akibatnya, ketika mengikuti pembelajaran IPA siswa merasa cukup mencatat dan menghafal materi yang disampaikan oleh guru, bahkan tugas-tugas yang diberikan dikerjakan hanya sekedar menyelesaikan tugas semata.3 Masalah-masalah dalam penyelenggaraan pembelajaran IPA sebagaimana dikemukakan di atas, jelas membawa pengaruh pada kualitas, proses dan hasil pembelajaran. Kondisi semacam ini tentu tidak sejalan dengan semangat untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, apabila pada proses pembelajaranguru masih menerapkan strategi dan pendekatan pembelajaran konvensional yang memandang siswa sebagai objek, komunikasi lebih banyak berlangsung searah, dan penilaian hanya menekankan aspek kognitif, maka pembelajaran yang kurang bermakna ini akan semakin meluas pada materi pembelajaran berikutnya. 3 Yulia Distri Andini, Guru Kelas V MI Sunan Gunung Jati, Tahun Ajaran 2014/2015, Wawancara Pribadi Pada Survey Awal , Sukun, Senin, 15 September 2014, Pukul 11.00–13.30 Wib.
  • 4. Dalam usaha meningkatkan kualitas proses dan prestasi pembelajaran mata pelajaran IPA, guru diharapkan mampu menciptakan variasi dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media dan alat peraga pengajaran dalam proses pembelajaran. Strategi penggunaan alat peraga tersebut dapat membuat situasi menjadi nyata bagi murid-murid sehingga membantu memotivasi murid-murid dan mampu membangkitkan minat murid-murid 4 terhadap persoalan yang dihadapi. Semua bentuk belajar tidak memiliki konsekwensi otomatis yang memastikan siswa langsung cerdas, pintar atau bijak dari perenungan informasi ke dalam benak siswa, begitu juga dengan belajar IPA. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri yang diarahkan oleh guru. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang maksimal tanpa adanya kegiatan belajar aktif. Belajar aktif memerlukan sarana dan media pembelajaran, harus gesit, menyenangkan, dan bersemangat. Sehingga siswa akan lebih mudah menyerap ilmu pengetahuan dan dapat bertahan untuk mengikuti proses pembelajaran dengan adanya media yang digunakan dalam menyampaikan materi. Dari survey lanjutan yang dilakukan pada hari Selasa 23 September 2014 di Madrasah Ibtidaiyah Sunan Gunung Jati, dilakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas V sekaligus pengambilan data Daftar Kumpulan Nilai (DKN) harian semester ganjil mata pelajaran IPA pada materi Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya. Data nilai dalam DKN tersebut merupakan nilai yang diperoleh peserta didik ketika pembelajaran
  • 5. yang disampaikan masih menerapkan pembelajaran konvensional. Kemudian diklasifikasikan dengan nilai tertinggi, terendah dan nilai rata-rata siswa.4 Tabel 1 Daftar Kumpulan Nilai Ulangan IPATahun Ajaran 2010/2011 5 No Nomor Nama Nilai Induk 1 576 Rahma Puspitasari 60 2 606 Gagah Nur Muhammad 60 3 640 Farid Hananto 60 4 557 Muhammad Yusuf 60 5 562 Achmad Muslih 60 6 603 Fajrianto 60 7 604 Fajar Naili 65 8 626 Aziz Miftahul Huda 65 9 627 Agus Setiawan 70 10 629 Atim Guntur Wijaya 60 11 631 Ficky Febriansyah 65 12 632 Igun Kurniawan 65 13 633 Novita Kurnia Sari 60 14 647 Yuliana 70 15 683 Fitri Awaliyah 70 16 684 Muhammad Fajar Mujahid 70 17 639 Wahyu Ramadhan 65 18 702 Mohammad Siswanto 65 19 717 Novan Eka Saputra 65 4 Yulia Distri Andini, Guru Kelas V MI Sunan Gunung Jati, Tahun Ajaran 2014/2015, Wawancara Pribadi Pada Survey Lanjutan Dan Pengambilan DKN, Sukun, Senin, 23 September 2014, Pukul 11.00–13.30 Wib.
  • 6. 20 639 Dewi A. 70 Jumlah 1285 Tertinggi 70 Terendah 60 Rata-rata 64,30 Data nilai harian siswa di atas memaparkan bahwa siswa dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 5 siswa, berarti tingkat kelulusan siswa pada materi penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya hanya sebesar 25 %, dan sebanyak 15 siswa tidak mencapai KKM berati 75 % dari 6 keseluruhan siswa. Tabel 2 Daftar Kumpulan Nilai Ulangan IPA Tahun Ajaran 2011/2012 No No Nama Nilai Induk 1 608 Muhammad Arif 40 2 611 Rangga Adi Putra 60 3 628 Ardi Rizal Setiawan 60 4 637 Tutik Setyaningsih 55 5 652 Achmad Hanafi 60 6 653 Alfina Maulina Amanda 50 7 654 Ariel Efendi Widian 80 8 655 Andalusia Islami Matsusitha 85 9 656 Anggi 60 10 657 Bagas Aryahadi Saputra 70 11 658 Desi Novitasari 35 12 659 Dinna Siti Chodijah 70 13 663 Elsa Ilmiah 75 14 669 Muhammad Annas Al-Mukarrom 90 15 671 Mirza Rachma Nabila 80 16 672 Muhammad Isyaiyas sadewa 65 17 676 Reza Putra 65 18 677 Rifky Andika Saputra 60 19 680 Rizan Rochmad dewantoro 60
  • 7. 20 682 Agustin Mega utami 70 21 729 Putri Gita Cahyani 65 22 750 Muhammad Barda Sadeli 60 23 638 Vico Savril Setya Yoga 65 Jumlah 1480 Tertinggi 90 Terendah 35 Rata-rata 64.34 Dari paparan data nilai harian siswa di atas diperoleh keterangan bahwa siswa yang mencapai nilai KKM hanya 8 siswa berarti tingkat kelulusan siswa hanya 28 % pada materi penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya dan 15 siswa tidak mencapai KKM berarti yang tidak lulus materi tersebut 72 7 %. Tabel 3 Daftar Kumpulan Nilai Ulangan IPA Tahun Ajaran 2012/2013 No No Nama Nilai Induk 1 542 Bagus Dwi Saputro 43 2 686 Dinda Mukti Aisyah 68 3 665 Farid Alamsyah Maulana 82 4 691 Handa Astika Prahma 73 5 688 Ika Anggarista 62 6 666 Lilis Nur Syamsiah 53 7 673 Maria Melinda 70 8 689 Mita Ratnasari 68 9 690 Mohammad Rendy Setyo Putro 72 10 675 Panca Prasetyo 56 11 692 Pramodya Regina Salsabila 60 12 678 Sebtian Febrianto 52 13 693 Siti Halimah 60 14 694 Triana Auviatu Nur Azizah 70 15 695 Ulfi Fathurrohman 68 16 696 Fiona Afadilla 63 17 791 Wimpi Setya Aditya 75 18 793 Tito Bagaskara Pratama 60
  • 8. Jumlah 1155 Tertinggi 82 Terendah 43 Rata-rata 64.16 Dari data nilai siswa di atas diperoleh keterangan bahwa siswa yang mencapai KKM hanya 6 siswa berarti yang lulus hanya 35 % dan 12 siswa tidak mencapai KKM atau berkisar 65 %. Tabel 4 Daftar Kumpulan Nilai Ulangan IPA Tahun Ajaran 2013/2014 8 No No Nama Nilai Induk 1 706 Ayu Wandira 50 2 789 Deffi Putri Chandrawati 75 3 709 Deva Chandra Eko Prasetyo 65 4 710 Dinda Hendriyana Tantri 75 5 687 Hendra Novan Riyanto 65 6 712 Indah Maulina 40 7 701 Madhan Siwi 40 8 717 Nur Chasanah 70 9 718 Nurul Hikmah 90 10 719 Nessa Amelia 60 11 720 Nazwa Sandra Febrina 100 12 798 Sabilla Rina Cahyani 60 13 722 Siti Khodijah Nisa' Mukaromah 60 14 723 Shinta Fadilla Nur Rochmah 90 15 797 Tubagus Reyhan Fahreza 60 16 726 Widiya Safitri 60 17 721 Rizki 40 Jumlah 1100 Tertinggi 100 Terendah 40 Rata-rata 64,70 Dari data nilai siswa di atas diperoleh keterangan bahwa siswa yang mencapai KKM hanya 6 siswa berarti yang lulus hanya 30 % dan 11 siswa tidak mencapai KKM atau berkisar 70 %. Data nilai yang telah dipaparkan di
  • 9. atas menjadi pembuktian bahwa begitu rendahnya prestasi belajar ilmu pengetahuan alam siswa pada materi penyesuaian makhluk hidup dengan 9 lingkungannya setiap tahunnya. Berdasarkan masalah pembelajaran dan pemaparan data di atas, perlu dilakukan suatu penelitian dengan menggunakan media pembelajaran yang beragam dan sederhana namun tetap mengandung nilai permainan, hal tersebut dimaksudkan untuk tetap memberikan siswa rasa menyenangkan sambil belajar. Permainan yang dekat dengan dunia anak berusia SD/MI salah satunya adalah permainan Puzzle, oleh karenanya penulis menyusun rencana penelitian menggunakan media “Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya” yang dibuat sendiri oleh penulis menggunakan peralatan sederhana. Saat penggunaan media tersebut, dalam proses pembelajaran nantinya akan digunakan media audio visual dan media alat peraga berupa gambar sebagai alat bantu. Pembuatan dan penggunaan media ini dimaksudkan untuk membuat suasana pembelajaran lebih aktif, inovatif serta menyenangkan, yang tak kalah pentingnya pembuatan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya diharapkan mampu merangsang peningkatan kemampuan profesional guru dalam merancang media pembelajaran sendiri sehingga dalam melaksanakan pembelajaran yang lebih bermanfaat dan tetap menyenangkan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan adalah:
  • 10. 1. Bagaimana proses pembuatan Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan 10 Lingkungannya? 2. Bagaimana menjalankan proses pembelajaran yang aktif dan inovatif dengan menggunakan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya sebagai alat bantu pembelajaran? 3. Bagaimana pemanfaatan Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: 1. Memahami bagaimana proses pembuatan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya menggunakan peralatan sederhana 2. Memudahkan guru merancang pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif sehingga dengan penggunaan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya siswa menjadi aktif dalam proses penggalian dan penelaahan materi pelajaran 3. Media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya tersebut menjadi alat bantu pembelajaran bagi guru untuk menyampaikan materi Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya, sehingga siswa merasakan bahwa yang mereka pelajari memang ada dan sering mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari 4. Dengan menggunakan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi
  • 11. pembelajaran Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya diharapkan mampu mencapai atau melebihi KKM. 11 D. Manfaat Penelitian Mafaat penggunaan Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya sebagai media pembelajaran dalam proses belajar IPA materi penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya: 1. Sebagai panduan bagi guru atau peneliti lain mengenai prosedural pembuatan media pembelajaran sendiri dengan menggunakan peralatan sederhana. Sehingga, dalam proses pembelajaran guru tidak hanya menggunakan media pembelajaran yang dapat di beli dengan mudah di toko distribusi media pendidikan dan peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis mampu membuat media pembelajaran dengan bentuk yang lainnya. 2. Meningkatan prestasi belajar siswa, diarahkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa bahwa materi pembelajaran IPA berkaitan langsung dengan kehidupan nyata dan berpengaruh langsung dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bagi kepala sekolah bermanfaat untuk pemantauan pengembangan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses semua materi pembelajaran yang dilakukan oleh guru khususnya pelajaran IPA. D. Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPA kelas V yang mencakup:
  • 12. 1. Standar Kompetensi: Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri 12 dengan lingkungannya 2. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungannya 3. Uraian Materi: a. Penyesuaian hewan dengan lingkungannya b. Penyesuaian tumbuhan dengan lingkungannya E. Originalitas Penelitian Setiap rencana penelitian yang akan dilakukan harus benar-benar berbeda dengan penelitian yang pernah dilaksanakan oleh peneliti lain, agar karya ilmiah yang disusun benar-benar orisinil dan tidak merupakan karya tulis yang disusun berdasarkan plagiasi. Pada tabel di bawah ini dipaparkan beberapa penelitian terdahulu untuk melihat persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti lain dengan rencana penelitian yang akan dilakukan. Tabel 5 AnalisisPenelitian Yang Akan Dilakukan Dengan Penelitian Sebelumnya No Nama Peneliti, Bentuk, Metode Judul Dan Tahun Penelitian Tujuan Penelitian Kesimpulan Penelitian 1. Hadi Sutopo (Mhasiswa Pascasarjana UNJ),Disertasi, Reasearch And Development (R&D),Pengembangan Model Pembelajaran Pembuatan Aplikasi Multimedia Khususnya Puzzle Game Pada Mata Kuliah Multimedia DiUniversitas Taru-managara Dan Fakultas Teknologi Informasi Mengembangkan model pembelajaran pembuatan aplikasi multimedia khususnya puzzle game dalam bentuk CD-ROM, yang menjadi bagian dari mata kuliah Multimedia. 1. Dengan model pembelajaran pembuatan aplikasi multimedia khusus-nya puzzle game mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan untuk membuat desain dan pemrograman dalam membuat puzzle game. 2. Keterampilan pemrograman dan
  • 13. 13 Universitas Persada Indonesia YAITahun Akademik 2007/2008, Tahun 2010. desain akan mendorong kreativitas mahasiswa untuk membuat aplikasi multimedia seperti visualisasi, company profile, pembelajaran, hiburan dan lainnya. Agar dapat menciptakan aplikasi multimedia yang baik, mahasiswa harus menguasai desain dan pemrograman serta mampu mengembangkan kreativitasnya. 3. Dosen mata kuliah lain dapat mengembangkan model pembelajaran dengan komputer karena memudahkan mahasiswa untuk memahami materi kuliah, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Any Herawati (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang), Tesis, Metode Penulisannya Menggunakan Mixed Research, Pembelajaran Kooperatif TAI Dan game Puzzle Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMA Negeri 3 Malang,Tahun 2012. 1. Meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep mata pelajaran matematika fungsi komposisi dan fungsi invers menggunakan model Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle di SMA negeri 3 1. Pembelajaran kooperatif TAI Dan Game Puzzle yang dirancang pada Bab III dan dilaksanakan pada siswa XI IPA 1 SMA Negeri 3 Malang berhasil meningktakan motivasi belajar dan pemahaman konsep mata pelajaran matematika fungsi komposisi dan
  • 14. Malang 2. Memahami prosedural penerapan model Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep mata pelajaran matematika fungsi komposisi dan fungsi invers di SMA negeri 3 Malang 3. Untuk meneliti respon siswa terhadap penerapan model Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep mata pelajaran matematika fungsi komposisi dan fungsi invers di SMA negeri 3 Malang 14 fungsi invers 2. Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep mata pelajaran matematika dalam penelitian tersebut memiliki beberapa tahap. a. Tahapan persiapan pembelajaran b. Tahapan Penyajian materi c. Tahap belajar individu d. Tahap belajar kelompok e. Tahap diskusi kelas f. Tahap tes individual g. Tahap penerapan game puzzle h. Tahap penerapan kelompok i. Guru memberikan tes akhir 3. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle ini adalah sangat positif yang berarti siswa menganggap bahwa model pembelajaran ini menyenangkan, tidak membosankan, meningkatkan pemahaman siswa dan memberi motivasi belajar untuk memperoleh
  • 15. 15 skor tes hasil belajar 3. Angga Tri Aprilia (Mahasiswa Universitas Negeri Malang), Penelitian Tindakan Kelas, Penerapan Media Crossword Puzzle Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV B SDN Penanggung Kecamatan Klojen Kota Malang, Tahun 2012. 1. Mendeskripsi kan penerapan media crossword puzzle dalam pembelajaran IPS materi koperasi, Mendeskripsikan peningkatan Aktivitas belajar siswa pembelajaran IPS materi koperasi, Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS materi koperasi. 1. Penggunaan media crossword puzzle membuat siswa menjadi lebih aktif, senang, bersemangat belajar, serta pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna bagi siswa. 2. Dengan menggunakan media crossword puzzle aktivitas belajar siswa menjadi meningkat 3. Dengan penggunaan media crossword puzzle hasil belajar siswa menjadi meningkat. 4. Pipit Pudji Astutik (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang Prodi Pendidikan Dasar), Tesis, Metode Penelitian Memodifikasi Model 4D (Four D Model), Pengembangan Bahan Ajar Materi KPK dan FPB Berbasis Pendidikan Matematika Realistik (PMR) berbantuan Puzzle, Tahun 2013. Menghasilkan bahan ajar materi KPK dan FPB berbasis Pendidikan Matematika Realistik (PMR) berbantuan Puzzle yang valid, praktis dan efektif untuk siswa kelas IV SDN Tunjung sekar. Bahan ajar yang telah disusun berbasis Pendidikan Matematika Realistik (PMR) berbantuan Puzzle memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karenanya, pengembangan bahan ajar ini hanya pada sampai tahap D3 dari D4. Untuk penyebaran (diseminasi) sebaiknya perlu dilakukan uji validasi terlebih dahulu. Karena, bahan ajar ini berdasarkan hasil analisis masalah pembelajaran dan
  • 16. 16 analisis karakteristik siswa dalam pembelajaran matematika di SDN Tanjungsekar 3 Kota Malang. 5. Gendot Budiyono (Mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan dasar), Tesis, Penelitian Tindakan Kelas Dengan Pendekatan Kualitatif, Penerapan Metode Group Investigation Dipadu Dengan Game Puzzle untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Bondowoso, Tahun 2011. 1. Meningkatka n Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Bondowoso tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunkan Metode Group Investigation dipadu dengan Game Puzzle 2. Meningkatka n Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Bondowoso tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunkan Metode Group Investigationdipad u dengan Game Puzzle 1. Sintaks Group Investigation yang terdiri dari selesksi topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi dan evaluasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa 2. Penerapan metode Group Investigationyang diapdu dengan Game Puzzledapat meningkatkan aktivitas siswa, dari nilai aktivitas siswa siklus I 73,63% menjadi 89,57% pada siklus II. 3. Penerapan metode Group Investigationyang diapdu dengan Game Puzzledapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa meningkat dari 74,07% pada siklus I menjadi 96,26% pada siklus II. Hasil belajar afektif secara klasikal tidak mengalami peningkatan dari siklus I dan II yaitu 96,29% tetapi
  • 17. 17 mengalami peningkatan pada rata-rata kelas dari siklus I 81,29 menjadi 89,26 pada siklus II. Hasil belajar psikomotor meningkat dari 77,785 pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. 6. Dianita Solikha Rahayu, Tesis, Penelitian Tindakan kelas Model Hopkins, Penerapan Media Puzzle Untuk meningkatkan, Keterampilan membaca Al-Quran Siswa Slow Learner Di SDN merjosari III Malang, Tahun 2013. 1. Mendeskripsikan Penerapan Media Puzzle Untuk meningkatkan, Keterampilan membaca Al- Quran Siswa Slow Learner Di SDN merjosari III Malang 2. Mengetahui peningkatkan, Keterampilan membaca Al- Quran Siswa Slow Learner Di SDN merjosari III Malang 1. Penerapan media puzzle dapat meningkatkan, Keterampilan membaca Al-Quran Siswa Slow Learner Di SDN merjosari III Malang 2. Berdasrkan hasil uji coba menyatakan bahwa media puzzle efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca Al-Quran Siswa Slow Learner Di SDN merjosari III Malang Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas, menunjukkan bahwa media pembelajaran berupa puzzle berpengaruh positif terhadap pengembangan kemampuan siswa dalam belajar. oleh karena itu, rencana penelitian dengan menggunakan media puzzle juga akan dilakukan pada siswa Kelas V MI Sunan Gunung Jati dan MI Ma’arif Sukun Malang dengan tujuan utama memperbaiki proses pembelajaran yang kurang baik dan meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pembelajaran Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya.
  • 18. 18 F. Hipotesis Penelitian Dengan memahami usia siswa pada tingkat pendidikan SD/MI khususnya kelas V yang masih memiliki keinginan bermain yang begitu besar serta berdasarkan penelitian terdahulu yang dipaparkan pada tabel 5 di atas, hipotesis penelitian ini adalah dengan penggunaan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya proses pembelajaran mejadi lebih aktif dan menyenangkan serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi rangka manusia di MI Sunan Gunung Jati dan MI Ma’arif Sukun Malang. F. Kajian Pustaka 1. Pengertian Belajar Di bawah ini dipaparkan pengertian belajar menurut para ahli pendidikan: 1. Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar, bahwa belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.5 2. Slameto menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, berupa hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.6 3. Menurut Suryasubrata, seseorang disebut belajar bila: belajar itu membawa perubahan (dalam diri behavior changes, aktual maupun potensial), 5 Syaful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta,2008), hlm. 12 . 6Slameto, Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 2.
  • 19. perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha sengaja.7 4. Sardimanmenerangkan belajar adalah suatu perubahan, dalam hal ini yang dimaksud dengan perubahan adalah tingkah laku. Jadi setelah belajar, individu- individu akan mengalami perubahan baik yang dapat kita lihat dari bentuk perbuatan maupun dalam bentuk fisikis. Perubahan dalam kecakapan, keterampilan, dan juga pengetahuan.8 5. Oemar Hamalik mengatakan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perkembangan ataupun perubahan dalam diri seseorang yang menyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu adalah pengetahuan, pengert ian, sikap, kebiasaan, sifat sosial, emosional dan pertumbuhan fisik.9 6. Winkel juga menjelaskan bahwa belajar adalah Suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif, konstan, dan berbekas.10 7. MenurutTabarani Rusyandalam bukunya pendekatan dalam proses belajar mengajar mengemukakan pendapat Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. pengertian ini berbeda dengan pengertian lama tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah 7Suryasubrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta:Rajawali Press, 1993), hlm. 246. 8 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1992), hlm. 21. 9 Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar (Bandung: Tarsito, 19 1975), hlm. 28. 10 Winkel, W, Psikologi Pendidikan (Bandung: Gramedia, 2003), hlm. 36.
  • 20. memperoleh pengetahuan,bahwa belajar adalah latihan- latihan pembentuk kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.11 Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap diri seorang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya inte raksi antara seseorang dengan lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan 20 dan sikapnnya. Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam ajaran Islam banyak menunjukkan pentinngnya belajar untuk diri sendiri dan juga untuk orang lain. Allah berfirman tentang cara bagaimana mengarahkan dan mengajari orang lain hendaknya disampaikan dengan cara yang lemah lembut. Firman Allah dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 125:        Artinya: “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baikSesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang 11 Tabrani Rusyan,Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosdakarya , 1989), hlm. 7.
  • 21. siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(Q.S Al-Nahl 125). Dari ayat Al-Quran di atas menganjurkan bahwa dalam menyampaikan materi kepada peserta didik dengan cara yang baik maka hasil yang akan diperoleh juga akan baik.Berdasarkan ayat di atas pula Rasululllah SAW menjelaskan tentang kewajiban setiap muslim untuk menuntut ilmu pengetahuan, 21 seperti diriwayatkan oleh Muslim. عَ نْ اْْبَ يْ هْ رَْْي رَْْةَْ قَْْالَْ قَْْالَْ رَْْس وْ لْ اْلل صَْْْل ىْ اْلل عَْْلَْي هْ وَْْ سَْْلْ مَْ: وَْْمَْ نْ سَْْلْكََْ طَْْ رْي قَْْا يَْْل تْْ مْ سْ فْ يْ هْ عْل مَْْا سَْْ هْلَْ اْلل لْْْهَْ طَْ رْي قَْْا الَْى اْل جَْْن ةَْْ)رواه مْسلم( “Dari Abu Hurairah R.A., ia berkata: Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut jalan menuju ke surga”. (H.R. Muslim).12 Selain mengetahui definisi belajar, perlu juga diketahui apa yang menjadi ciri-ciribelajar,di bawah ini dipaparkan ciri-ciri tersebut secara singkat. (1) Belajar memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor) (2) Mengarahkan individu yang belajar melakukan perubahan interaksi antara dirinya dengan lingkungan, interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis (3) Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen. 12Muhammad Faiz Al-Math, 1100 Hadist Terpilih (Jakarta: Gema Insan Pers, 1995), hlm. 206.
  • 22. Definisi belajar di atas sejalan dengan kesimpulan belajar di bawah ini: 1. Belajar adalah suatu usaha, yang berarti perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, sistematis, dengan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik maupun mental 2. Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri antara lain perubahan tingkah laku diharapkan ke arah positif dan ke depan 3. Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap, dari sikap negatif menjadi positif, dari sikap tidak hormat menjadi hormat, dan sebagainya 4. Belajar bertujuan mengadakan perubahan kebiasaan dari kebiasaan buruk, menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan buruk yang harus dirubah tersebut untuk menjadi bekal hidup seseorang agar dia dapat membedakan mana yang dianggap baik di tengah-tengah masyarakat untuk dihindari dan mana pula yang harus dipelihara 5. Belajar bertujuan mengadakan perubahan pengetahuan berbagai bidang ilmu, misalnya tidak tahu membaca menjadi tahu membaca, tidak dapat menulis jadi dapat menulis, dari tidak tahu berhitung menjadi tahu berhitung, dari tidak tahu berbahasa Arab menjadi bisa berbahasa Arab. 6. Belajar dapat mengadakan perubahan dalam hal keterampilan, misalnya: keterampilan bidang olag raga, bidang kesenian, bidang teknik dan sebagainya.13 Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas, penulis mendefinisikan belajar sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan untuk mengadakan perubahan dalam diri seseorang yang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan. 22 2. Prestasi Belajar Siswa Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat transaksional, artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan siswa. Tujuan akan tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan di dalam proses belajar mengajar tersebut. Oleh sebab itu hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran.Hasil belajar matematika tentu saja harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan 13 Mardianto, Psikologi Pendidikan Landasan Bagi Pengembangan Strategi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009), hlm. 35-36.
  • 23. matematika yang telah dicantumkan dalam garis-garis besar program pengajaran matematika di sekolah dengan tidak melupakan hakikat matematika itu sendiri. Hasil belajar yang mendasari suksesnya pelaksanaan pendidikan adalah merubah pandangan atau persepsi setiap individu yang terlibat langsung dalam pendidikan.Dari berbagai definisi belajar maka perubahan tingkah laku itu bisa saja dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan dalam sikap dan kebiasaan, perubahan pandangan, kegemaran dan lain- lain. Kegiatan dan usaha untuk mencapai tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu “Hasil dan Belajar”. Hasil merupakan akibat dari yang ditimbulkan karena berlangsungnya suatu proses kegiatan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Hamalik mengatakan bahwa : “Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapa diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang 23 sopan menjadi sopan”.14 Selanjutnya Nana Sudjana dalam bukunya penilaian hasil proses belajar mengajar hasil belajar adalah: “kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa 14 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran (Bandung: Bumi Aksara, 2007), h. 30.
  • 24. setelah ia menerima pengalaman belajarnya . 15 Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar , yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan 24 pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar , yakni (a) informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah , yakni ranah kognitif, ranah afektif , ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang te rdiri dari tujuh aspek, yakni pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis ,dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat tinggi . Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek , yakni penerimaan , jawaban atau reaksi , penilaian , organisasi , dan internalisasi . Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan reflex, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan dan ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatife. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran . 15 Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 22.
  • 25. Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dan lain- lainl. 16Untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta didik secara tepat(valid) dan dapat dipercaya (reliable), kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai tentang indikator- indikator perubahan prilaku dan pribadi 25 peserta didik. Dengan demikian teranglah sejauh mana kecermatan evaluasi atas taraf keberhasilan proses belajar mengajar itu akan banyak bergantung pada tingkat ketepatan, kepercayaan, keobjektifan, dan keresponaktifan informasi yang didukung oleh data yang diperoleh. Siswa yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran.Dalam hal ini tujuan pengajaran tidak hanya sekedar pada dimensi kognitif saja, tetapi juga pada aspek afektif, dan psikomotorik.Selanjutnya, adapun karakteristik perubahan hasil belajar menurut Muhibbinsyah ada tiga perubahan,yaitu: “ (1) perubahan itu intensional, (2) perubahan itu positif dan aktif, (3) perubahan itu efektif dan fungsional “.17 3. Faktor faktor yang Mempengaruhi PrestasiBelajar Menurut Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono menerangkan bahwa faktor-faktor yang memepengaruhi prestasi belajar siswa ada dua hal yaitu: 16 Sudjana, hlm. 28. 17Muhibbinsyah. Psikologi Belajar,(Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2003),hlm. 144.
  • 26. 1. Faktor internal, yaitu faktor jasmaniah, psikologi yang terdiri atas faktor intelektif yang meliputi faktor kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki, faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu, kemudian faktor internal yang terakhir faktor 26 kematangan fisik maupun psikis. 2. Faktor eksternal yaitu faktor sosial terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan kelompok. Faktor budaya, faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungan spiritual atau keamanan.18 Sejalan dengan hal di atas Dimyati dan Mujiono merincikan lagi faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut, yaitu: 1. Faktor Internal 1. Sikap terhadap belajar. Sikap terhadap belajar dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar. Sikap tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. 2. Motivasi belajar.Motivasi belajar pada siswa dapat lemah, lemahnya motivasi dapat melemahkan kegiatan belajar yang selanjutnya akan menurunkan hasil belajar. 3. Konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Untuk meningkatkan konsentrasi diperlukan strategi belajar mengajar yang tepat dan mempertimbangkan waktu belajar serta selingan istirahat. 18Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 130-131.
  • 27. 4. Mengolah bahan belajar. Merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memahami materi pelajaran yang telah dan akan diberikan, sehingga menjadi bermakna bagi siswa. 5. Menyimpan perolehan hasil belajar. Kemampuan siswa menyimpan perolehan hasil belajar dapat berlangsung dalam waktu lama dan pendek. Bagi siswa yangberkemampuan tinggi hasil belajar dapat melekat lama, sedangkan siswa yang berkemampuan sedang hasil belajar lebih mudah 27 lupa. 6. Rasa percaya diri.Timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. 7. Intelegensi dan keberhasilan belajar. Intelegensi merupakan suatu kecakapan global untuk dapat bertindak secara terarah. Kecakapan siswa dalam bertindak dan berpikir mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi belajar. Perolehan hasil belajar yang rendah disebabkan intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar. 8. Kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar sangat mempengaruhi kesuksesan dalam mencapai tujuan.19 b. Faktor Eksternal 1. Guru sebagai pembina siswa belajar. Guru adalah pengajar yang mendidik, bukan sekedar mentransfer pengetahuan tetapi juga membentuk sikap dan tingkah laku dari peserta didik. Oleh karena itu, guru harus menggunakan metode-metode yang bervariasi dalam menyampaikan 19 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:.Rineka Cipta, 1999), hlm. 228.
  • 28. pembelajaran agar peserta didik tidak bosan atau jenuh dalam proses 28 pembelajaran. 2. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang memadai dapat membatu meningkatkan hasil belajar. Karena sarana dan prasarana ini dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. 3. Kebijaksanaan Penilaian.Keputusan tentang hasil belajar merupakan puncak harapan siswa. Siswa secara kejiwaan terpengaruh oleh hasil belajar, oleh karena itu guru harus aktif dan bijaksana dalam penilaian. 4. Lingkungan sosial siswa di sekolah. Lingkungan sosial belajar yang kondusif sangat berpengaruh pada hasil belajar dan menumbuhkan perilaku yang positif.20 Sejalan dengan hal di atas Slameto dan Oemar Hamalik juga menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu: faktor intern dan faktor ekstren. Menurut Slameto “faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu”. 21 Selain itu dan dengan penjelasan yang hampir samaSlameto memaparkan “faktor yang mempengaruhi belajar ada dua jenis, yaitu: faktor intern dan faktor ekstren, faktor intern dibahas menjadi 3 bagian, yaitu: faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Faktor ekstren dikelompokkan menjadi 3 faktor , yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat”. 20 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran( Jakarta:. Rineka Cipta, 1999), h. 228. 21Slameto, h. 54.
  • 29. Seperti yang diungkapkan Hamalik hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, kpresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom “hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain koognitif, afektif dan psokomotor”.22 Hasil belajar juga terpengaruh bagaimana cara menyajikan secara menyenangkan dan tak terlupakan, dalam hal ini ada cara untuk mengakhiri sebuah pelajaran agar siswa mengingat apa yang telah dia pelajari dan memahami cara penerapannya di masa mendatang. Fokusnya ialah pada apa yang sudah kita kerjakan kepada mereka, namun mereka sudah lupa tentangnya, menurut Silberman tehnik-tehniknya dirancang untuk melakukan salah satu atau beberapa 29 dari yang berikut ini: a) Peninjauan: mengingat dan mengihtisarkan apa yang telah dipelajari b) Penilaian diri: mengevaluasi perubahan-perubahan pengetahuan, keterampilan atau sikap c) Perencanaan masa mendatang: menentukan bagaimana siswa akan melanjutkan belajarnya secara pelajaranberakhir d) Ungkapan perasaan terakhir: menyampaikan pikiran, perasaan dan persoalan yang dihadapi siswa pada akhir pelajaran.23 Prestasi yang dicapai siswa sudah pasti berbeda-beda, hal ini disebabkan siswa memkiliki bakat, kemampuan, ciri dan keunikan yang membedakan antara satu siswa dengan siswa yang lainnya. Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang 22Hamalik,h. 117. 23Santika, h. 45.
  • 30. individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun faktor dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali diketahui dan dipahami oleh tenaga pendidik dan peserta didik agar tenaga pendidik mampu mengarahkan dan membantu peserta didik dalam mencapai prestasi yang sebaik-baiknya setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Secara sederhana faktor yang mempengaruhi prestasi siswa dapat dilihat Guru, Metode Kurikulum Proses Pembelajaran Lingkungan, Sarana Dan Prasarana 30 dalam bentuk skema di bawah ini: Siswa Yang Berhasil (Out Put) Siswa Baru Masuk Skema di atas menggambarkan bahwa dalam proses pembelajaran yang dijalani oleh siswa faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, mulai dari peserta didik itu memasuki suatu lembaga pendidikan hingga akhirnya selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 4. Cara Mendapatkan Prestasi Belajar Yang Baik Dalam mendapatkan hasil belajar yang baik tidak lepas dari peran guru dalam mengajarkan materi pelajaran, cara pembelajaran IPA yang efektif dan insfitatif harus diberikan secara cermat dan tepat namun tetap memiliki kegiatan
  • 31. bermain yang menyenangkan dan didukung oleh lingkungan yang penuh ketenangan, kasih sayang serta memberikan keleluasan kepada anak untuk 31 sepenuhnya untuk bereksplorasi. Ada beberapa alternatif yang dapat membantu siswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, antara lain:a). Proses belajar mengajar satu kelas penuh: pengajaran yang dipimpin oleh guru yang mensimulasi seluruh siswa, b). Diskusi kelas: dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama, c). Pengajuan pertanyaan: siswa meminta penjelasan, d). Kegiatan belajar kalaboratif: tugas dikerjakan secara bersama dalam kelompok kecil, e) Pengajaran oleh teman sekelas: pengajaran oleh teman sendiri, f). Kegiatan belajar mandiri: aktifitas kegiatan yang dilakukan perseorangan, g). Kegiatan belajar aktif: kegiatan yang membantu siswa memahami perasaan, nilai-nilai dan sikap mereka.24 Tingkat keberhasilan setiap guru berbeda-beda tergantung persepsi guru tersebut. Akan tetapi ada satu acuan keberhasilan, suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya atau yang sekarang disebut sebagai indikator dapat tercapai.25 Sehubungan dengan hal ini keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Menurut Djamarah dan Aswan tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut: 1). Istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa, 24 Silberman, Active Learning (Bandung: Nusa Media, 2009), h. 13. 25Djamara dan Aswa, h. 107.
  • 32. 2). Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar 76% s.d. 99% bahan pengajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa, 3). Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% 32 saja dikuasai oleh siswa, 4). Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative. 5. Pengertian Media Menurut Mujiono dalam proses belajar mengajar ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek
  • 33. pembelajaran. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses belajar, sehingga melemahnya satu atau lebih komponen dapat menghambat tercapainya 33 tujuan belajar yang optimal. Media menurut Gerlach dan Ely adalah manusia, materi atau yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.Di dalam pengertian ini guru, buku, teks dan lingkungan sekolah merupakan media secara lebih khusus, pengertian media dalam belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photogtafis atau elektronis untuk menangkap, memperoses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.26 Menurut Achsin “bahwa perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu”.27 Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan pelajaran yang telah ditetapkan, oleh karena itu guru sebagai subyek pembelajaran harus dapat memilih media dan sumber belajar yang tepat, sehingga bahan pelajaran yang disampaikan dapat diterima sisa dengan baik.Media merupakan suatu alat yang dapat memudahkan seorang guru dalam mengajarkan mata pelajaran. 26 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 3. 27Azhar, h. 5.
  • 34. Media yang dipergunakan atau dimanfaatkan mulai dari yang sederhana sampai yang rumit harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan situasi yang efektif. Media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. 6. Macam-macam Media Pembelajaran Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung pada sudut mana melihatnya.Sell dan Richey “Berdasarakan perkembangan teknologi tersebut media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1).Media hasil teknologi cetak, (2).Media hasil teknologi audio visual, (3).Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, (4).Media hasil gabungan teknologi cetak dan computer”.Lain halnya pendapat Kemp dan Dayton “mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu (1).Media cetakan, (2).Media panjang (3).Overhead transparacis, (4).Rekaman audio tape, (5). Seri slide dan flim strifs, (6). Penyajian multi- image, (7).Rekaman video dan film hidup, dan (8).Komputer”.28 Dari beberapa penjelasan dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa media memiliki ragam jenis dan kegunaannya, saat proses belajar mengajar tidak terlepas dengan penggunaan media sebagai fasilitator, sehingga dapat membantu 34 siswa dalam proses pembelajaran. 7. Penggunaan Media Pembelajaran 28Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 28.
  • 35. Hamalik mengemukakan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”. Menurut Djamarah dan Aswan “ mediasumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar mengajar”. 29Berdasarkan penjelasan ini maka dapat dikemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan media pembelajaran adalah alat dan bahan yang dipergunakan untuk menyalurkan informasi dari pengajar kelompok pembelajar. Dalam hal ini bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajar di sekolah pada khususnya. 8. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Dalam suatuproses belajar mengajar ada dua unsur yang amat penting yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung dan konteks pembelajaran termasuk karekteristik siswa. Levie dan Lentz mengemukakan “empat fungsi media pembela jaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi efektif, (c) fungsi kognitif dan (d) fungsi kompensatoris”. Menurut Arsyad “Salah satu fungsi utama 29Djamarah dan Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 3. 35
  • 36. media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru”. Dalam pemakaian media pembelajaran memiliki manfaat seperti ya ng dikemukakan Hamalik bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa”.30 Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Disamping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data 36 dan memadatkan informasi. 9. PuzzleRangka Manusia Puzzle berasal dari bahasa inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang diaminkan dengan bongkar pasang.31 Dalam Winatiningrum, senda memaparkan bahwa ada beberapa manfaat mediapuzzle bagi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, yaitu: 1. Membantu untuk mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk yang lebih sedrhana, sehingga lebih mudah dihafalkan karena membnetuk satu bangun yang tertentu 30Ibid, h. 15. 31 Misbach muzammil, 2010)h. 34.
  • 37. 2. Membantu untuk mengingat kembali dan merevisikonsep pembelajaran, membuat peta catatan kerja dan belajar yang sangat baik untuk keperluan 37 presentasi 3. Membantu untuk mendiagnosis apa yang telah diketahui oleh siswa dalam bentuk struktur yang mereka bangun seperti menjadi bagan atau gambar yang sesuai 4. Membantu untuk mengetahuiadanya miskonsepsi pada siswa, contohnya ketika ujian berlangsung akan terlihat jawaban siswa yang benar-benar memahamu materi dengan yang tidak 5. Membantu untuk mengetahui kesalahan konsep yang diterima siswa sebagai dasar untuk pembelajaran selanjutnya sehingga akhirnya efektif untuk memperbaiki kesalahan konsep yang diterima siswa 6. Membantu untuk mengecek pemahaman siswa akan konsep yang dipelajari, dimana bagan/gambar yang dibuat oleh siswa sudah benar atau masih salah 7. Membantu untuk merencanakan intruksional pembelajaran, evaluasi dan untuk mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran.32 Berdasarkan pemaparan di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa puzzleadalah sejenis permainan anak-anak yang bertujuan memasangkan potongan gambar yang satu dengan potongan gambar yang lainnya, sehingga membentuk gambar yang sempurna. Dalam penelitian yang akan dilakukan, akan dibuat sejenis game edukasi berbentuk puzzleyang terbuat dari gambar rangka 32 Winatiningrum, Penerapan Metode Bongkar Pasang/Puzzle Untuk Meningkatkan kualitas Proses Dan Hasil Belajar IPS-Sejarah Kelas VII-A SMP Negeri 4 Kediri, PTK tidak Diterbitkan, Dinas Pendidikan Kota Kediri, 2008, h. 21.
  • 38. manusia, dirancang sendiri oleh peneliti dengan berbagai macam alat sederhana dan bahan serta pembuatannya melalui beberapa tahap pengerjaan, media puzzletersebut akan dibuat secara manual dan tidak memakai cetakan mesin. Pada lampiran tesis nantinya akan dicantumkan foto proses pembuatan game trsebut. 38 10. Alat Peraga (Torso) Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam khusunya pada tingkat sekolah dasar diperlukan berbagai macam media pendidikan, agar peserta didik lebih mudah memahami segala materi pembelajaran yang disampaikan. Dalam hal kaitannya dengan pembelajaran IPA yang berkaitan dengan materi rang dan alat indera manusia maka juga harus ditunjukkan kepada peserta didik replika organ tulang yang ada dalam tubuh yang dinamakan dengan torso. 11. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Pengertian IPA Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nila ilmiah. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kecakapan hidup (life skills) melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil dimasa yang akan datang. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain berfikir sistematis, logis, kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang dirinya, tentang alam sekitar, yang dipelajari dari fakta- fakta, prinsip-prinsip, dan proses penemuan. Pengetahuan siswa tentang alam tersebut
  • 39. dapat mencetak siswa dalam bersikap ilmiah. Namun materi IPA yang diberikan harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan. Maksudnya, materi IPA yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkatan kelas, sehingga penguasaan pengetahuan tentang IPA dapat bermanfaat 39 baik bagi diri peserta didik. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dari penjelasan tersebut pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung. Dalam pembelajaran IPA siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses. Dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
  • 40. ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi: keterampilan mengamati dengan seluruh indera; keterampilan menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja; mengajukan pertanyaan; menggolongkan data; menafsirkan data; mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan 40 masalah sehari-hari. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, observasi. Pembelajaran IPA sangat penting untuk diberikan di sekolah dasar, karena IPA sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk itu, tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI secara umum adalah agar siswa dapat menghargai alam yang ada di sekitar lingkungan siswa dengan cara melestarikan dan memanfaatkannya, sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Hakikat Pembelajaran IPA di MI Pembelajaran merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan hewan.Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh insting, sedangkan bagi manusia, belajar berarti rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Oleh karena itu, berbagai pandangan yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Dalam hal ini, pendidikan IPA juga memegang peranan yang
  • 41. menentukan bagi perkembangan manusia karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuanyang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses 41 penemuan. G. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Alasan mengapa penelitian ini dilakukan adalah untuk memaparkan dan memperbaiki proses pembelajaran dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung, guna meningkatkan hasil belajar siswa dengan media puzzle rangka manusia dan dibantu dengan media audio visual, salah satu alat bantunya merupakan gambar yang dipantulkan menggunkan infokus serta dirancang dengan aplikasi macromedia Flash 8 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan pokok pembahasan rangka manusia. 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MIN Medan Tembung Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berlokasi di Jl. Pertiwi Ujung No. 96 Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV MIN Medan Tembung sebanyak 1 ruang kelas (Kelas IV C/Hambali) denga jumlah siswa adalah 32 siswa.Objek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. 2. Kehadiran Peneliti
  • 42. Kehadiran peneliti dipaparkan pada tabel di bawah ini, yang dimulai dari kegiatan pembangunan komunikasi dengan segala pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian (terutama pihak sekolah tempat penelitian dilaksanakan), survey singkat, pengidentifikasian masalah, persiapan hal-hal lain yang dibutuhkan pada saat `penelitian hingga pada pelaksanaan tindakan. Pada tabel di bawah ini dipaparkan rincian kehadiran peneliti di lokasi penelitian. Tabel 2 Rincian kegiatan penelitian di MIN Medan Tembung No. Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan 1 Minggu, 20 Januari 2013 Pembangunan komunikasi dengan salah satu tenaga pendidik di lokasi penelitian Ibu Sida yang merupakan guru kelas IV. 42 Komunikasi melalui telepon selular berbincang-bincang tentang rencana penelitian. 2 Selasa, 22 Januari 2013 Survey awal mulai pukul 07.00 wib s/d 12.00 wib. Wawancara awal denga Ibu Wita guru mata pelajaran IPA. 3 Kamis, 13 Juni 2013 Pengajuan pembimbing tesis dan pengajuan surat penelitian di kampus. Diajukan di resepsionis sekolah pascasarjana UIN MALIKI Malang. 4 Jumat, 14 Juni 2013 Pengambilan surat Bertempat di
  • 43. penelitian dan surat pembimbing. 43 resepsionis UIN MALIKI Malang 5 Sabtu, 15 Juni 2013 Berangkat ke medan Pukul 11.00 wib. Naik bus dengan perjalanan 4 hari 3 malam. 6 Selasa, 18 Juni 2013 Masih dalam perjalanan menuju medan. Pukul 20.00 wib sampai di medan. 7 Kamis, 20 Juni 2013 Mengantar surat Research ke lokasi penelitian Ke Ruangan Tata Usaha 8 28 Juni 2013 Studi pustaka di perpustakaan daerah sumatera utara(PUSDA SUMUT) Pukul 08.00 – 15.00 wib. 9 4 Juli 2013 Wawancara dengan kepala sekolah di MIN medan tembung Pukul 09.00-12.00 wib 10 15 Juli 2013 Pengambilan lengkap profil, foto serta video Sekolah MIN Medan Tembung Pukul 09.00 13.00 wib 11 14 Agustus 2013 Memberikan pengantar pembelajaran di kelas Pukul 09.30-10.30 wib
  • 44. dengan media audio visual yang telah disiapkan. 12 24 Agustus 2013 Pre test dan Pembelajaran di kelas Siklus I Menggunakan media yang sudah disiapkan. 44 Pukul 08.00-10.00 wib. Dibantu oleh guru IPA 13 31 Agustus 2013 Pembelajaran Siklus II, Pemberian latihan. Pukul 08.00-10.00 wib 14 31 Agustus 2013 Evaluasi penelitian yang telah dilaksanakan dan perpisahan bersama kepala sekolah dan dewan guru. Dilakukan sebelum pulang ke malang pukul 11.00 wib hingga selesai. Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat keberhasilan dari target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu atau lebih pertemuan. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepada siswa kelas IV C/Hambali yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah diberikan tes, barulah dapat diketahui apakah kemampuan siswa dalam menerima pelajaran cukup baik atau tidak. Dengan
  • 45. berpatokan peda tes awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur yang tersusun oleh Arikunto yang terdiri dari 4 tahapan (Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi).33 BAGAN MODEL PTK PERENCANAAN REFLEKSI SIKLUS I PELAKSANAAN PENGAMATAN PERENCANAAN REFLEKSI SIKLUS II PELAKSANAAN PENGAMATAN ? Bagan 1.Disusun berdasarkan pendapat Suarsimi Arikunto Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus.Adapun 45 tahapannya sebagai berikut: Siklus I a. Tahapan perencanaan Pada tahap perencanan, peneliti bersama guru kelas membahas teknispelaksanaan penelitian tindakan kelas, antara lain: 33 Arikunto, Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 16.
  • 46. 1. Menentukan kelas yang akan diteliti serta menentukan materi yang akan diajarkan sesuai silabus dan kurikulum, yaitu materi rangka manusia. 2. Membuat rencana pembelajaran (RPP) sesuai dengan metode yang 46 digunakan 3. Menyiapkan alat–alat yang akan dipakai sesuai dengan materi yang dipelajarai 4. Menyiapkan beberapa pertanyaan untuk membangkitkan keaktifan siswa dalam mengungkapkan pendapat 5. Membuat soal–soal tugas yang akan diberikan pada masing–masing siswa berdasarkan kompetensi dasar yang dipelajari 6. Membuat lembar observai tentang keaktifan 7. Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar siswa selama tindakan penelitian diterapkan. b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini tindakan yang diambil adalah: peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Puzzle Rangka Manusia yang sesuai dengan skenario yang telah disusun pada tahap perencanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain : 1. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IV C/Hambali MIN Medan Tembung 2. Memberikan pengarahan kepada siswa bahwa pembelajaran yang dilak ukan mempergunakan mediaPuzzle Rangka Manusia dan media pendukung lainnya
  • 47. 3. Menggunakan Puzzle Rangka Manusia sesuai dengan relevansinya pada materi yang sedang diajarkan, sehingga siswa dapat mengerti dan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru dapat menjawab dan menerangkan kembali jika siswa 47 mengalami kesulitan 4. Guru mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran 5. Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media Puzzle tersebut 6. Guru menanyakan tanggapan siswa mengenai proses belajar mengajar dengan menggunakan media Puzzle 7. Setelah proses belajar mengajar siswa diberikan tugas post test I. c. Tahapan Observasi Observasi yang dilakasanakan meliputi implementasi dalam monitoring pada proses pembelajaran di kelas secara langsung. Observasi terhadap pelaksanaan tindakan secara khusus dan proses pembelajarn secara umum dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dibantu seorang guru kelas menyangkut keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan guna mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan prestasi belajar yang dikehendaki.Adapun rincian observasi yang dilakukan di dalam kelas bisa di lihat seprti tabel di bawah ini.
  • 48. Tabel 3. Daftar obserbasi kondisi siswa saat kegiatan belajar mengajar pada siklus I No Nama Siswa Aspek yang di nilai 48 Penilaian Ket. Orang Persentase 1 ……. Tidak memperhatikan penjelasan guru 2 ……. Mengobrol dan bercanda dengan teman sewaktu guru menjelaskan 3 ……. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat 4 ……. Kreativitas siswa membuat catatan, ringkasan sewaktu guru menjelaskan 5 ……. Interaksi dengan guru sewaktu selama kegiatan
  • 49. pembelajaran 49 6 Dst Mengerjakan tugas lain d. Tahap Repleksi Kegiatan refleksi dilakukan dengan untuk mempertimbangkan pedoman mengajar yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya kelemahan dan kekurangan untuk kemudian diperbaiki dalam siklus kedua. 1. Refleksi dilaksanakan setelah diperoleh pembelajaran ber langsung dan diperoleh hasil tes 2. Refleksi dilaksanakan dengan cara menganalisis hasil tes dan observasi kelas. 3. Penelitian dibantu oleh guru pada saat proses refleksi. Siklus II Apabila dalam melakukan siklus pertama peneliti belum menunjukkan hasil yang memuaskan, pada tingkat ini kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapat belum teraplikasi dalam pembelajaran, maka dalam hal ini dilaksanakan siklus II dengan tahap-tahap sebagai berikut: e. Tahap Perencanaan Dalam tahapan perencanaan pada siklus II sama dengan tahapan perencanaan pada siklus I. Tahapan siklus II disusun berdasarkan data dari hasil refleksi dan analisis dari siklus I. f. Pelaksanaan Tindakan
  • 50. Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan kegiatan: 1. Melakukan apersepsi tentang materi yang telah dipelajar pada pertemuan 50 atau siklus sebelumnya 2. Menjelaskan kembali kepada siswa tentang teknisi pembelajaran yang akan dilakukan 3. Melanjutkan kembali materi sesuai dengan yang sudah ditentukan 4. Menggunakan kembali media puzzledalam proses pembelajaran 5. Guru mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran. 6. Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang dilakukan 7. Guru menanyakan tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran 8. Setelah proses belajar mengajar siswa diberikan tugas post test II g. Tahapan Observasi Observasi yang dilaksanakan meliputi implementasi dalam monitoring pada proses pembelajaran di kelas secara berlangsung. Kegiatan yang diamati meliputi aktifitas guru dan anak didik dalam pembelajaran. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan tindakan dengan rencana yang telah disusun dan guna mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki. Adapun rincian observasi yang dilakukan di dalam kelas bisa di lihat seprti tabel di bawah ini. Tabel 4. Daftar obserbasi kondisi siswa saat kegiatan belajar mengajar pada siklus II No Nama Siswa Aspek yang di nilai Penilaian Ket.
  • 51. 51 Orang Persentase 1 ……. Tidak memperhatikan penjelasan guru 2 ……. Mengobrol dan bercanda dengan teman sewaktu guru menjelaskan 3 ……. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat 4 ……. Kreativitas siswa membuat catatan, ringkasan sewaktu guru menjelaskan 5 ……. Interaksi dengan guru sewaktu selama kegiatan pembelajaran 6 Dst Mengerjakan tugas lain h. Tahap Refleksi Kegiatan refleksi ini dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan selama siklus II tahap ini mengamati secara rinci segala sesuatu yang terjadi dalam
  • 52. pembelajaran pada siklus II, sehingga peneliti dapat menemukan hasil 52 pembelajaran yang ingin dicapai. 3. Data Dan Sumber Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan penulis adalah : 1. Test Dalam hal pengumpulan data. Tes merupakan pertanyaan, latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki siswa. Pengumpulan data dengan menggunakan tes yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur penilaian. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhas ilan dari tindakan yang telah dilakukan, tingkat keberhasilan ditentukan dengan melihat criteria yang telah ditetapkan yaitu:<65 = siswa tidak tuntas belajar dan >65 = siswa tuntas belajar.Kriteria ketuntasan minimal (KKM) telah ditentukan Madrasah/Sekolah. Tahap test dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu test awal (pre test) dilaksanakan sebelum menggunakan mediaPuzzle Rangka Manusia, test I (post test I) dilakukan pada siklus I dan test II (post test II) dilakukan pada siklus II. 2. Observasi Observasi dimaksud untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan telah dilakukan, kemudian dapat diperoleh hasilperubahan yang sesuai
  • 53. dengan yang dikendaki.Kegiatan yang diamati meliputi aktifitas guru dan aktifitas 53 siswa dalam pembelajaran. 3. Wawancara Wawancara dilakukan saat tatap muka dengan kepala sekolah, guru kelas dan siswa, untuk mengetahui kesulitan siswa selama proses belajar mengajar. 4. Analisis Data Tehnik analisis data yang akan dilakukan berupa: 1. Reduksi Data Proses reduksi data yang dilakukan dengan cara menyeleksi, menyederhanakan dan mentransformasikan data yang telah disajikan dalam traskip catatan lapangan. Kegiatan reduksi data ini bertujuan untuk memilih dan mengelompokan jawaban siswa dari jenis kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan soal-soal pada materi rangka manusia. 2. Paparan Data Data kesulitan siswa dalam menjawab soal yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk paparan data kesulitan dalam menjawab soal-soal pada materi rangka manusia.Demikian juga dengan data tindakan yang telah dilakukan disajikan dalam bentuk paparan tindakan. 3. Verifikasi Kegiatan verifikasi dilakukan terhadap paparan data. Verifikasi terhadap kesalahan-kesalahan jawaban siswa tindakan untuk mengatasi kesulitan siswa untuk menyelesaikan soal dan menarik kesimpulan dari data penelitian 4. Menarik Kesimpulan
  • 54. Cara penarikan kesimpulan adalah dengan memakai analisa data persentase dan kuantitas data.Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini.Hal ini dilihat dari seberapa persentasi keberhasilan yang dicapai dilihat dari seberapa persentasi keberhasilan yang dicapai dilihat dari aktivitas belajar. Dengan rumus :jumlah siswa yang mengalami perubahan × 100 %Jumlah siswa keseluruhan Analisis data dengan peningkatan persentase dilakukan dengan langkah-langkah 54 sebagai berikut: a) Melakukan pengecekan data yang sudah masuk b) Tahap pengumpulan data. Dalam hal ini reduksi data yang dilakukan adalah menyeleksi hal-hal yang pokok,merangkum dan memfokuskan pada pembedaan hasil atas jawaban siswa pada lembar jawaban. Kegiatan reduksi ini bertujuan untuk melihat kesalahan jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pembelajaran pada materi kebebasan berorganisasi melalui media audio visual. c) Tahap penafsiran hasil. Tahap ini dilakukan dari hasil data yang telah dikumpulkan. Penafsiran data merupakan tahap memperediksi hasil sementara dari hasil data yang diperoleh. Dengan kata lain tahap ini berbentuk dugaan sementara hasil data yang ada. d) Tahap tindak lanjut yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus pembelajaran serta pengambilan kesimpulan.
  • 55. e) Meniympulkan apakah tindakan pembelajaran ini terjadi peningkatan kemampuan membaca pada siswa. Dalam kegiatan ini ditarik beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus selanjutnya dan perlu tidaknya siklus dilanjutkan atas permasalahan yang diduga. Berdasarkan ketuntasan belajar, siswa yang memperoleh nilai dari 65 s/d 100 dikatakan berhasil atau tuntas belajar jika ketuntasan belajar di kelas sudah mencapai 80% maka ketuntasan belajar secara klasikal tercapai. 55 5. Kriteria Keberhasilan Tingkat keberhasilan ditentukan dengan melihat dari kreteria yang telah ditatapkan, yaitu kriteria menentukan tingkat persentase jumlah siswa dari tiap indikator dibagi lima bagian yaitu : Tabel 3. Tingkat Keberhasilan Siswa Tingkat keberhasilan Arti 80% ≥ 100% 60% ≥ 79% 40% ≥ 59% 20% ≥ 39% 0% ≥ 20% Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang 5. Pengecekan Keabsahan Data Untuk memperkuat keshahihan data dan temuan hasil penelitian, maka penulis mengacu pada penggunaan standar yang disarankan oleh Lincoln dan Guba, terdiri dari: (1) Keterpercayaan atau credibility, (2) dapat ditransfer atau
  • 56. transferability, (3) dapat dipegang kebenarannya atau dependability, dan (4) dapat dikonfirmasikan atau confirmability. Masing-masing dari proses penjaminan keabsahan data yang dikembangkan oleh Lincoln dan Guba akan diuraikan 56 sebagai berikut: 1. Keterpercayaan (Credibility) Aktivitas untuk membuat lebih terpercaya (credibly) temuan-temuan dan interpretasi dalam penelitian ini diperoleh dengan cara: a. Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan tidak tergesa-gesa, sehingga pengumpulan data, informasi tentang situasi belajar dan fokus penelitian akan diperoleh secara sempurna. b. Ketekunan pengamanan (persistent observation) terhadap media pembelajaran, untuk memperoleh informasi yang sahih. c. Melakukan triangulasi yaitu informasi yang diperoleh dari beberapa sumber diperiksa silang antara data wawancara dengan data pengamatan dan sumber informasi yang diperoleh dari seseorang informan akan dicross-chek dengan informasi dari informasi lain. d. Mendiskusikan dengan teman sejawat yang tidak berperan serta dalam penelitian, sehingga penelitian akan mendapat masukan dari orang lain. e. Analisis kasus negative (inegative caseanalysis) yaitu menganalisis dan mencari kasus atau keadaan yang menyanggah temuan penelitian, sehingga tidak ada bukti lagi yang menolak temuan hasil penelitian.
  • 57. f. Pengujian ketetapan referensi terhadap data temuan dan intervretasi. Pada laporan penelitian, peneliti akan membedakan antara data yang dikumpulkan dari lapangan dan interpretasi peneliti terhadap data tersebut. Pernyataan-pernyatan interfretasi dapat ditandai dengan tanda baca “buka dan tutup kurung ()” atau akan dinyatakan dengan ungkapan “menurut peneliti…..”.hal ini adalah untuk membantu menjamin tingkat 57 keterpercayaan hasil penelitian. 2. Dapat Ditransfer (Transferability) Kelayakan transfer hasil penelitian ini sangat relative dan bergantung pada konteks dan stuasi lain yang mempunyai kriteria sejenis. Kemungkinan transfer pada situasi lain juga ditentukan oleh latar penelitian yang lebih kurang serupa dengan setting penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan semaksimal mungkin mendeskrifsikan latar penelitian secara detail dan kaya agar dapat menjadi acuan bagi karakteristik latar penelitian lain yang sejenis untuk membantu menjamin tingkat transferability. 3. Dapat Diandalkan (Dependability) Dapat diandalkan (dependability) berarti juga dapat dipercaya. Untuk menjamin hal ini peneliti akan berusaha semaksimal mungkin untuk konsisten dalam keseluruhan proses penelitian. Segala aktifitas peneliti akan dicatat dalam bentuk memo untuk membantu proses analisis data. Di samping itu, sebagaimana yang telah disebutkan di atas, peneliti juga akan menggunakan kamera sebagai alat bantu mengumpulkan data sekaligus berfungsi sebagai alat pembuktian untuk menjamin tingkat keterandalan ini. Alat perekam dalam proses wawancara juga
  • 58. akan membantu dalam menjamin keterandalan untuk menghindari bias interfretasi 58 peneliti. 4. Dapat Dikonfirmasikan (Confirmability) Aktivitas cross-checking dan triangulasi dalam analisis data akan membantu menjamin tingkat confirmabilityi. Data yang diperoleh dari seseorang informan akan dikonfirmasikan kembali kepada informan tersebut dan juga informan lain sampai mendapatkan pengakuan yang seragam. Di samping itu, data yang diperoleh dengan wawancara akan diuji silang atau dikonfirmasi dengan data yang diperoleh melalui observasi.