Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan puzzle sebagai media pembelajaran IPA untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungan. Data nilai siswa menunjukkan tingkat kelulusan rendah, sehingga perlu dilakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan media interaktif seperti puzzle untuk menarik minat siswa.
1. PUZZLE PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA
(Penelitian Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Pada Siswa Kelas V MI Sunan Gunung Jati Dan
MI Ma’Arif Sukun I Malang)
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan terutama bagi guru pada tingkat
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) karena pada tingkat inilah yang
pertama dan paling utama dalam membentuk peserta didik. Bagi peserta didik,
tingkat SD/MI merupakan tempat awal terjadinya interaksi antara siswa dengan
guru, interaksi antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan warga sekolah
yang lainnya dan interaksi yang lebih khusus lagi terjadi melalui proses
pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang merupakan proses komunikasi dua
arah, dilakukan olehpihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar terpusat
pada peserta didik.1
Setiap guru (terutama guru SD/MI) harus menggunakan strategi dan media
pembelajaran yang tepat karena peningkatan mutu pendidikan berkaitan erat
dengan proses pembelajaran dalam kelas. Saat pembelajaran dalam kelas
berlangsung, akan ditemui masalah atau persoalan yang menghambat proses
pembelajaran dan berpengaruh langsung terhadap pencapaian prestasi belajar
siswa.
1 Tantri, Tanggu Dan Pudjawan, Pengaruh Model pembelajaran Quantum Teaching
Bermuatan Permainan Puzzle Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Gugus I Kecamatan Nusa
Penida Kabupaten Klungkung Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Penelitian Pendidikan,
(Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan PGSD dan
Teknologi Pendidikan, 2012), hlm. 2.
2. Berkenaan dengan proses pembelajaran dalam kelas, kurikulum 1984
Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah, pada lampiran di dalam bab
pokok-pokok pelaksanaan kurikulum tersurat bahwa proses belajar mengajar
dilaksanakan dengan pendekatan keterampilan proses. Begitu juga Kurikulum
1994 Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Umum menekankan
penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA. Dengan
demikian, jelaslah bahwa aspek proses dituntut dalam pembelajaran IPA dan
sudah sewajarnya pula apabila keterampilan proses menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari guru sains pada jenjang pendidikan manapun.2
Setiap materi pembelajaran yang diajarkan pasti berbeda dan memiliki
tujuan yang berbeda, oleh karenanya akan ditemui masalah pembelajaran yang
berbeda dan membutuhkan penerapan strategi pembelajaran yang berbeda pula.
Begitu juga halnya dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
materi pembelajaran yang berbeda dan sudah tercantum dalam buku pelajaran
menjadi hal pokok bagi guru dalam membuat perencanaan pembelajaran yang
2
tepat.
Berdasarkan survey awal pada hari senin tanggal 15 September 2014 di
Madrasah Ibtidaiyah Sunan Gunung Jati Sukun Kota Malang, peneliti
mendapatkan hal yang menjadi masalah pada proses pembelajaran IPA yang
dilaksanakan di kelas, yakni:
1. Guru masih mengeluh tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan
kurangnya waktu untuk mengajarkan semua materi pembelajaran
2 Nuryani, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UM Press, 2005), hlm. 76.
3. 2. Keterbatasan kemampuan pendidik dalam pemanfaatan media pembelajaran
elektronik seperti laptop dalam mengemas pembelajaran berbasis tampilan
gambar dan suara saat menyampaikan materi pembelajaran
3. Rendahnya daya tangkap siswa terhadap materi pembelajaran membuat guru
pengampu mata pelajaran IPA mengalami kesulitan dalam mengaktifkan
siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan
3
materi pelajaran
4. Siswa masih beranggapan mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang
bersifat teoritis semata. Akibatnya, ketika mengikuti pembelajaran IPA
siswa merasa cukup mencatat dan menghafal materi yang disampaikan oleh
guru, bahkan tugas-tugas yang diberikan dikerjakan hanya sekedar
menyelesaikan tugas semata.3
Masalah-masalah dalam penyelenggaraan pembelajaran IPA
sebagaimana dikemukakan di atas, jelas membawa pengaruh pada kualitas,
proses dan hasil pembelajaran. Kondisi semacam ini tentu tidak sejalan dengan
semangat untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, apabila
pada proses pembelajaranguru masih menerapkan strategi dan pendekatan
pembelajaran konvensional yang memandang siswa sebagai objek,
komunikasi lebih banyak berlangsung searah, dan penilaian hanya menekankan
aspek kognitif, maka pembelajaran yang kurang bermakna ini akan semakin
meluas pada materi pembelajaran berikutnya.
3 Yulia Distri Andini, Guru Kelas V MI Sunan Gunung Jati, Tahun Ajaran 2014/2015,
Wawancara Pribadi Pada Survey Awal , Sukun, Senin, 15 September 2014, Pukul 11.00–13.30
Wib.
4. Dalam usaha meningkatkan kualitas proses dan prestasi pembelajaran
mata pelajaran IPA, guru diharapkan mampu menciptakan variasi dalam
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media dan alat peraga pengajaran
dalam proses pembelajaran. Strategi penggunaan alat peraga tersebut dapat
membuat situasi menjadi nyata bagi murid-murid sehingga membantu
memotivasi murid-murid dan mampu membangkitkan minat murid-murid
4
terhadap persoalan yang dihadapi.
Semua bentuk belajar tidak memiliki konsekwensi otomatis yang
memastikan siswa langsung cerdas, pintar atau bijak dari perenungan informasi
ke dalam benak siswa, begitu juga dengan belajar IPA. Belajar memerlukan
keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri yang diarahkan oleh guru.
Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang
maksimal tanpa adanya kegiatan belajar aktif. Belajar aktif memerlukan sarana
dan media pembelajaran, harus gesit, menyenangkan, dan bersemangat.
Sehingga siswa akan lebih mudah menyerap ilmu pengetahuan dan dapat
bertahan untuk mengikuti proses pembelajaran dengan adanya media yang
digunakan dalam menyampaikan materi.
Dari survey lanjutan yang dilakukan pada hari Selasa 23 September 2014
di Madrasah Ibtidaiyah Sunan Gunung Jati, dilakukan wawancara dengan
kepala sekolah dan guru kelas V sekaligus pengambilan data Daftar Kumpulan
Nilai (DKN) harian semester ganjil mata pelajaran IPA pada materi
Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya. Data nilai dalam DKN
tersebut merupakan nilai yang diperoleh peserta didik ketika pembelajaran
5. yang disampaikan masih menerapkan pembelajaran konvensional. Kemudian
diklasifikasikan dengan nilai tertinggi, terendah dan nilai rata-rata siswa.4
Tabel 1
Daftar Kumpulan Nilai Ulangan IPATahun Ajaran 2010/2011
5
No
Nomor
Nama Nilai
Induk
1 576 Rahma Puspitasari 60
2 606 Gagah Nur Muhammad 60
3 640 Farid Hananto 60
4 557 Muhammad Yusuf 60
5 562 Achmad Muslih 60
6 603 Fajrianto 60
7 604 Fajar Naili 65
8 626 Aziz Miftahul Huda 65
9 627 Agus Setiawan 70
10 629 Atim Guntur Wijaya 60
11 631 Ficky Febriansyah 65
12 632 Igun Kurniawan 65
13 633 Novita Kurnia Sari 60
14 647 Yuliana 70
15 683 Fitri Awaliyah 70
16 684 Muhammad Fajar Mujahid 70
17 639 Wahyu Ramadhan 65
18 702 Mohammad Siswanto 65
19 717 Novan Eka Saputra 65
4 Yulia Distri Andini, Guru Kelas V MI Sunan Gunung Jati, Tahun Ajaran 2014/2015,
Wawancara Pribadi Pada Survey Lanjutan Dan Pengambilan DKN, Sukun, Senin, 23 September
2014, Pukul 11.00–13.30 Wib.
6. 20 639 Dewi A. 70
Jumlah 1285
Tertinggi 70
Terendah 60
Rata-rata 64,30
Data nilai harian siswa di atas memaparkan bahwa siswa dengan nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 5 siswa, berarti tingkat kelulusan
siswa pada materi penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya hanya
sebesar 25 %, dan sebanyak 15 siswa tidak mencapai KKM berati 75 % dari
6
keseluruhan siswa.
Tabel 2
Daftar Kumpulan Nilai Ulangan IPA Tahun Ajaran 2011/2012
No
No
Nama Nilai
Induk
1 608 Muhammad Arif 40
2 611 Rangga Adi Putra 60
3 628 Ardi Rizal Setiawan 60
4 637 Tutik Setyaningsih 55
5 652 Achmad Hanafi 60
6 653 Alfina Maulina Amanda 50
7 654 Ariel Efendi Widian 80
8 655 Andalusia Islami Matsusitha 85
9 656 Anggi 60
10 657 Bagas Aryahadi Saputra 70
11 658 Desi Novitasari 35
12 659 Dinna Siti Chodijah 70
13 663 Elsa Ilmiah 75
14 669 Muhammad Annas Al-Mukarrom 90
15 671 Mirza Rachma Nabila 80
16 672 Muhammad Isyaiyas sadewa 65
17 676 Reza Putra 65
18 677 Rifky Andika Saputra 60
19 680 Rizan Rochmad dewantoro 60
7. 20 682 Agustin Mega utami 70
21 729 Putri Gita Cahyani 65
22 750 Muhammad Barda Sadeli 60
23 638 Vico Savril Setya Yoga 65
Jumlah 1480
Tertinggi 90
Terendah 35
Rata-rata 64.34
Dari paparan data nilai harian siswa di atas diperoleh keterangan bahwa
siswa yang mencapai nilai KKM hanya 8 siswa berarti tingkat kelulusan siswa
hanya 28 % pada materi penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya
dan 15 siswa tidak mencapai KKM berarti yang tidak lulus materi tersebut 72
7
%.
Tabel 3
Daftar Kumpulan Nilai Ulangan IPA Tahun Ajaran 2012/2013
No
No
Nama Nilai
Induk
1 542 Bagus Dwi Saputro 43
2 686 Dinda Mukti Aisyah 68
3 665 Farid Alamsyah Maulana 82
4 691 Handa Astika Prahma 73
5 688 Ika Anggarista 62
6 666 Lilis Nur Syamsiah 53
7 673 Maria Melinda 70
8 689 Mita Ratnasari 68
9 690 Mohammad Rendy Setyo Putro 72
10 675 Panca Prasetyo 56
11 692 Pramodya Regina Salsabila 60
12 678 Sebtian Febrianto 52
13 693 Siti Halimah 60
14 694 Triana Auviatu Nur Azizah 70
15 695 Ulfi Fathurrohman 68
16 696 Fiona Afadilla 63
17 791 Wimpi Setya Aditya 75
18 793 Tito Bagaskara Pratama 60
8. Jumlah 1155
Tertinggi 82
Terendah 43
Rata-rata 64.16
Dari data nilai siswa di atas diperoleh keterangan bahwa siswa yang
mencapai KKM hanya 6 siswa berarti yang lulus hanya 35 % dan 12 siswa
tidak mencapai KKM atau berkisar 65 %.
Tabel 4
Daftar Kumpulan Nilai Ulangan IPA Tahun Ajaran 2013/2014
8
No
No
Nama Nilai
Induk
1 706 Ayu Wandira 50
2 789 Deffi Putri Chandrawati 75
3 709 Deva Chandra Eko Prasetyo 65
4 710 Dinda Hendriyana Tantri 75
5 687 Hendra Novan Riyanto 65
6 712 Indah Maulina 40
7 701 Madhan Siwi 40
8 717 Nur Chasanah 70
9 718 Nurul Hikmah 90
10 719 Nessa Amelia 60
11 720 Nazwa Sandra Febrina 100
12 798 Sabilla Rina Cahyani 60
13 722 Siti Khodijah Nisa' Mukaromah 60
14 723 Shinta Fadilla Nur Rochmah 90
15 797 Tubagus Reyhan Fahreza 60
16 726 Widiya Safitri 60
17 721 Rizki 40
Jumlah 1100
Tertinggi 100
Terendah 40
Rata-rata 64,70
Dari data nilai siswa di atas diperoleh keterangan bahwa siswa yang
mencapai KKM hanya 6 siswa berarti yang lulus hanya 30 % dan 11 siswa
tidak mencapai KKM atau berkisar 70 %. Data nilai yang telah dipaparkan di
9. atas menjadi pembuktian bahwa begitu rendahnya prestasi belajar ilmu
pengetahuan alam siswa pada materi penyesuaian makhluk hidup dengan
9
lingkungannya setiap tahunnya.
Berdasarkan masalah pembelajaran dan pemaparan data di atas, perlu
dilakukan suatu penelitian dengan menggunakan media pembelajaran yang
beragam dan sederhana namun tetap mengandung nilai permainan, hal tersebut
dimaksudkan untuk tetap memberikan siswa rasa menyenangkan sambil
belajar. Permainan yang dekat dengan dunia anak berusia SD/MI salah satunya
adalah permainan Puzzle, oleh karenanya penulis menyusun rencana penelitian
menggunakan media “Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan
Lingkungannya” yang dibuat sendiri oleh penulis menggunakan peralatan
sederhana.
Saat penggunaan media tersebut, dalam proses pembelajaran nantinya
akan digunakan media audio visual dan media alat peraga berupa gambar
sebagai alat bantu. Pembuatan dan penggunaan media ini dimaksudkan untuk
membuat suasana pembelajaran lebih aktif, inovatif serta menyenangkan, yang
tak kalah pentingnya pembuatan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup
Dengan Lingkungannya diharapkan mampu merangsang peningkatan
kemampuan profesional guru dalam merancang media pembelajaran sendiri
sehingga dalam melaksanakan pembelajaran yang lebih bermanfaat dan tetap
menyenangkan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan adalah:
10. 1. Bagaimana proses pembuatan Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan
10
Lingkungannya?
2. Bagaimana menjalankan proses pembelajaran yang aktif dan inovatif
dengan menggunakan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan
Lingkungannya sebagai alat bantu pembelajaran?
3. Bagaimana pemanfaatan Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan
Lingkungannya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Memahami bagaimana proses pembuatan media Puzzle Penyesuaian
Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya menggunakan peralatan sederhana
2. Memudahkan guru merancang pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif
sehingga dengan penggunaan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup
Dengan Lingkungannya siswa menjadi aktif dalam proses penggalian dan
penelaahan materi pelajaran
3. Media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya tersebut
menjadi alat bantu pembelajaran bagi guru untuk menyampaikan materi
Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya, sehingga siswa
merasakan bahwa yang mereka pelajari memang ada dan sering mereka
temukan dalam kehidupan sehari-hari
4. Dengan menggunakan media Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan
Lingkungannya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi
11. pembelajaran Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya
diharapkan mampu mencapai atau melebihi KKM.
11
D. Manfaat Penelitian
Mafaat penggunaan Puzzle Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan
Lingkungannya sebagai media pembelajaran dalam proses belajar IPA materi
penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya:
1. Sebagai panduan bagi guru atau peneliti lain mengenai prosedural
pembuatan media pembelajaran sendiri dengan menggunakan peralatan
sederhana. Sehingga, dalam proses pembelajaran guru tidak hanya
menggunakan media pembelajaran yang dapat di beli dengan mudah di toko
distribusi media pendidikan dan peneliti yang akan melakukan penelitian
sejenis mampu membuat media pembelajaran dengan bentuk yang lainnya.
2. Meningkatan prestasi belajar siswa, diarahkan untuk memberikan
pemahaman kepada siswa bahwa materi pembelajaran IPA berkaitan
langsung dengan kehidupan nyata dan berpengaruh langsung dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Bagi kepala sekolah bermanfaat untuk pemantauan pengembangan
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses semua materi pembelajaran
yang dilakukan oleh guru khususnya pelajaran IPA.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPA kelas V yang
mencakup:
12. 1. Standar Kompetensi: Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri
12
dengan lingkungannya
2. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan cara makhluk hidup menyesuaikan diri
dengan lingkungannya
3. Uraian Materi:
a. Penyesuaian hewan dengan lingkungannya
b. Penyesuaian tumbuhan dengan lingkungannya
E. Originalitas Penelitian
Setiap rencana penelitian yang akan dilakukan harus benar-benar berbeda
dengan penelitian yang pernah dilaksanakan oleh peneliti lain, agar karya
ilmiah yang disusun benar-benar orisinil dan tidak merupakan karya tulis yang
disusun berdasarkan plagiasi. Pada tabel di bawah ini dipaparkan beberapa
penelitian terdahulu untuk melihat persamaan dan perbedaan penelitian yang
dilakukan peneliti lain dengan rencana penelitian yang akan dilakukan.
Tabel 5
AnalisisPenelitian Yang Akan Dilakukan Dengan Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti, Bentuk,
Metode Judul Dan Tahun
Penelitian
Tujuan Penelitian Kesimpulan Penelitian
1. Hadi Sutopo (Mhasiswa
Pascasarjana
UNJ),Disertasi,
Reasearch And
Development
(R&D),Pengembangan
Model Pembelajaran
Pembuatan Aplikasi
Multimedia Khususnya
Puzzle Game Pada Mata
Kuliah Multimedia
DiUniversitas Taru-managara
Dan Fakultas
Teknologi Informasi
Mengembangkan
model pembelajaran
pembuatan aplikasi
multimedia
khususnya puzzle
game dalam bentuk
CD-ROM, yang
menjadi bagian dari
mata kuliah
Multimedia.
1. Dengan model
pembelajaran
pembuatan aplikasi
multimedia khusus-nya
puzzle game
mahasiswa dapat
meningkatkan
kemampuan untuk
membuat desain dan
pemrograman dalam
membuat puzzle
game.
2. Keterampilan
pemrograman dan
13. 13
Universitas Persada
Indonesia YAITahun
Akademik 2007/2008,
Tahun 2010.
desain akan
mendorong
kreativitas
mahasiswa untuk
membuat aplikasi
multimedia seperti
visualisasi, company
profile,
pembelajaran,
hiburan dan lainnya.
Agar dapat
menciptakan
aplikasi multimedia
yang baik,
mahasiswa harus
menguasai desain
dan pemrograman
serta mampu
mengembangkan
kreativitasnya.
3. Dosen mata kuliah
lain dapat
mengembangkan
model pembelajaran
dengan komputer
karena memudahkan
mahasiswa untuk
memahami materi
kuliah, sehingga
tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
2. Any Herawati
(Mahasiswa
Pascasarjana Universitas
Negeri Malang), Tesis,
Metode Penulisannya
Menggunakan Mixed
Research, Pembelajaran
Kooperatif TAI Dan
game Puzzle Dalam
Meningkatkan Motivasi
Belajar Dan Pemahaman
Konsep Matematika
Siswa SMA Negeri 3
Malang,Tahun 2012.
1. Meningkatkan
motivasi belajar
dan pemahaman
konsep mata
pelajaran
matematika fungsi
komposisi dan
fungsi invers
menggunakan
model
Pembelajaran
Kooperatif TAI
dan Game Puzzle
di SMA negeri 3
1. Pembelajaran
kooperatif TAI Dan
Game Puzzle yang
dirancang pada Bab
III dan dilaksanakan
pada siswa XI IPA 1
SMA Negeri 3
Malang berhasil
meningktakan
motivasi belajar dan
pemahaman konsep
mata pelajaran
matematika fungsi
komposisi dan
14. Malang
2. Memahami
prosedural
penerapan model
Pembelajaran
Kooperatif TAI
dan Game Puzzle
dalam
meningkatkan
motivasi belajar
dan pemahaman
konsep mata
pelajaran
matematika fungsi
komposisi dan
fungsi invers di
SMA negeri 3
Malang
3. Untuk meneliti
respon siswa
terhadap penerapan
model
Pembelajaran
Kooperatif TAI
dan Game Puzzle
dalam
meningkatkan
motivasi belajar
dan pemahaman
konsep mata
pelajaran
matematika fungsi
komposisi dan
fungsi invers di
SMA negeri 3
Malang
14
fungsi invers
2. Pembelajaran
Kooperatif TAI dan
Game Puzzle yang
dapat meningkatkan
motivasi belajar dan
pemahaman konsep
mata pelajaran
matematika dalam
penelitian tersebut
memiliki beberapa
tahap.
a. Tahapan persiapan
pembelajaran
b. Tahapan Penyajian
materi
c. Tahap belajar
individu
d. Tahap belajar
kelompok
e. Tahap diskusi
kelas
f. Tahap tes
individual
g. Tahap penerapan
game puzzle
h. Tahap penerapan
kelompok
i. Guru memberikan
tes akhir
3. Respon siswa
terhadap
pembelajaran
kooperatif TAI dan
game puzzle ini
adalah sangat positif
yang berarti siswa
menganggap bahwa
model pembelajaran
ini menyenangkan,
tidak membosankan,
meningkatkan
pemahaman siswa
dan memberi
motivasi belajar
untuk memperoleh
15. 15
skor tes hasil belajar
3.
Angga Tri Aprilia
(Mahasiswa Universitas
Negeri Malang),
Penelitian Tindakan
Kelas, Penerapan Media
Crossword Puzzle Untuk
Meningkatkan Aktivitas
Dan Hasil Belajar IPS
Siswa Kelas IV B SDN
Penanggung Kecamatan
Klojen Kota Malang,
Tahun 2012.
1. Mendeskripsi
kan penerapan
media crossword
puzzle dalam
pembelajaran IPS
materi koperasi,
Mendeskripsikan
peningkatan
Aktivitas belajar
siswa
pembelajaran IPS
materi koperasi,
Mendeskripsikan
peningkatan hasil
belajar IPS materi
koperasi.
1. Penggunaan media
crossword puzzle
membuat siswa
menjadi lebih aktif,
senang, bersemangat
belajar, serta
pembelajaran
menjadi
menyenangkan dan
bermakna bagi
siswa.
2. Dengan
menggunakan media
crossword puzzle
aktivitas belajar
siswa menjadi
meningkat
3. Dengan penggunaan
media crossword
puzzle hasil belajar
siswa menjadi
meningkat.
4. Pipit Pudji Astutik
(Mahasiswa Pascasarjana
Universitas Negeri
Malang Prodi Pendidikan
Dasar), Tesis, Metode
Penelitian Memodifikasi
Model 4D (Four D
Model), Pengembangan
Bahan Ajar Materi KPK
dan FPB Berbasis
Pendidikan Matematika
Realistik (PMR)
berbantuan Puzzle,
Tahun 2013.
Menghasilkan bahan
ajar materi KPK dan
FPB berbasis
Pendidikan
Matematika
Realistik (PMR)
berbantuan Puzzle
yang valid, praktis
dan efektif untuk
siswa kelas IV SDN
Tunjung sekar.
Bahan ajar yang
telah disusun
berbasis Pendidikan
Matematika
Realistik (PMR)
berbantuan Puzzle
memiliki kelebihan
dan kelemahan.
Oleh karenanya,
pengembangan
bahan ajar ini hanya
pada sampai tahap
D3 dari D4. Untuk
penyebaran
(diseminasi)
sebaiknya perlu
dilakukan uji
validasi terlebih
dahulu. Karena,
bahan ajar ini
berdasarkan hasil
analisis masalah
pembelajaran dan
16. 16
analisis karakteristik
siswa dalam
pembelajaran
matematika di SDN
Tanjungsekar 3 Kota
Malang.
5. Gendot Budiyono
(Mahasiswa Pascasarjana
Prodi Pendidikan dasar),
Tesis, Penelitian
Tindakan Kelas Dengan
Pendekatan Kualitatif,
Penerapan Metode Group
Investigation Dipadu
Dengan Game Puzzle
untuk Meningkatkan
Aktivitas Dan Hasil
Belajar Biologi Siswa
Kelas VII-B SMP Negeri
1 Bondowoso, Tahun
2011.
1. Meningkatka
n Aktivitas Belajar
Siswa Kelas VII-B
SMP Negeri 1
Bondowoso tahun
pelajaran
2009/2010 dengan
menggunkan
Metode Group
Investigation
dipadu dengan
Game Puzzle
2. Meningkatka
n Hasil Belajar
Biologi Siswa
Kelas VII-B SMP
Negeri 1
Bondowoso tahun
pelajaran
2009/2010 dengan
menggunkan
Metode Group
Investigationdipad
u dengan Game
Puzzle
1. Sintaks Group
Investigation yang
terdiri dari selesksi
topik, perencanaan
kooperatif,
implementasi,
analisis dan sintesis,
presentasi dan
evaluasi dapat
meningkatkan hasil
belajar siswa
2. Penerapan metode
Group
Investigationyang
diapdu dengan
Game Puzzledapat
meningkatkan
aktivitas siswa, dari
nilai aktivitas siswa
siklus I 73,63%
menjadi 89,57%
pada siklus II.
3. Penerapan metode
Group
Investigationyang
diapdu dengan
Game Puzzledapat
meningkatkan hasil
belajar siswa. Hasil
belajar siswa
meningkat dari
74,07% pada siklus I
menjadi 96,26%
pada siklus II. Hasil
belajar afektif secara
klasikal tidak
mengalami
peningkatan dari
siklus I dan II yaitu
96,29% tetapi
17. 17
mengalami
peningkatan pada
rata-rata kelas dari
siklus I 81,29
menjadi 89,26 pada
siklus II. Hasil
belajar psikomotor
meningkat dari
77,785 pada siklus I
menjadi 100% pada
siklus II.
6. Dianita Solikha Rahayu,
Tesis, Penelitian
Tindakan kelas Model
Hopkins, Penerapan
Media Puzzle Untuk
meningkatkan,
Keterampilan membaca
Al-Quran Siswa Slow
Learner Di SDN
merjosari III Malang,
Tahun 2013.
1. Mendeskripsikan
Penerapan Media
Puzzle Untuk
meningkatkan,
Keterampilan
membaca Al-
Quran Siswa
Slow Learner Di
SDN merjosari
III Malang
2. Mengetahui
peningkatkan,
Keterampilan
membaca Al-
Quran Siswa
Slow Learner Di
SDN merjosari
III Malang
1. Penerapan media
puzzle dapat
meningkatkan,
Keterampilan
membaca Al-Quran
Siswa Slow Learner
Di SDN merjosari
III Malang
2. Berdasrkan hasil uji
coba menyatakan
bahwa media
puzzle efektif
digunakan untuk
meningkatkan
keterampilan
membaca Al-Quran
Siswa Slow Learner
Di SDN merjosari
III Malang
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas, menunjukkan bahwa
media pembelajaran berupa puzzle berpengaruh positif terhadap
pengembangan kemampuan siswa dalam belajar. oleh karena itu, rencana
penelitian dengan menggunakan media puzzle juga akan dilakukan pada siswa
Kelas V MI Sunan Gunung Jati dan MI Ma’arif Sukun Malang dengan tujuan
utama memperbaiki proses pembelajaran yang kurang baik dan meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pembelajaran
Penyesuaian Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya.
18. 18
F. Hipotesis Penelitian
Dengan memahami usia siswa pada tingkat pendidikan SD/MI khususnya
kelas V yang masih memiliki keinginan bermain yang begitu besar serta
berdasarkan penelitian terdahulu yang dipaparkan pada tabel 5 di atas, hipotesis
penelitian ini adalah dengan penggunaan media Puzzle Penyesuaian Makhluk
Hidup Dengan Lingkungannya proses pembelajaran mejadi lebih aktif dan
menyenangkan serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA materi rangka manusia di MI Sunan Gunung Jati dan MI Ma’arif
Sukun Malang.
F. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar
Di bawah ini dipaparkan pengertian belajar menurut para ahli pendidikan:
1. Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar, bahwa belajar
adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.5
2. Slameto menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, berupa hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.6
3. Menurut Suryasubrata, seseorang disebut belajar bila: belajar itu membawa
perubahan (dalam diri behavior changes, aktual maupun potensial),
5 Syaful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta,2008), hlm. 12 .
6Slameto, Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), hlm. 2.
19. perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru dan
perubahan itu terjadi karena usaha sengaja.7
4. Sardimanmenerangkan belajar adalah suatu perubahan, dalam hal ini yang
dimaksud dengan perubahan adalah tingkah laku. Jadi setelah belajar,
individu- individu akan mengalami perubahan baik yang dapat kita lihat dari
bentuk perbuatan maupun dalam bentuk fisikis. Perubahan dalam
kecakapan, keterampilan, dan juga pengetahuan.8
5. Oemar Hamalik mengatakan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan
perkembangan ataupun perubahan dalam diri seseorang yang menyatakan
dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Tingkah laku yang baru itu adalah pengetahuan, pengert ian, sikap,
kebiasaan, sifat sosial, emosional dan pertumbuhan fisik.9
6. Winkel juga menjelaskan bahwa belajar adalah Suatu aktivitas mental psikis
yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat relatif, konstan, dan berbekas.10
7. MenurutTabarani Rusyandalam bukunya pendekatan dalam proses belajar
mengajar mengemukakan pendapat Belajar adalah memodifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. pengertian ini berbeda dengan
pengertian lama tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah
7Suryasubrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta:Rajawali Press, 1993), hlm. 246.
8 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1992), hlm. 21.
9 Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar (Bandung: Tarsito,
19
1975), hlm. 28.
10 Winkel, W, Psikologi Pendidikan (Bandung: Gramedia, 2003), hlm. 36.
20. memperoleh pengetahuan,bahwa belajar adalah latihan- latihan pembentuk
kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.11
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap
diri seorang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya inte raksi
antara seseorang dengan lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu
telah belajar adalah adanya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan
20
dan sikapnnya.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar disimpulkan
bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam ajaran Islam banyak menunjukkan pentinngnya belajar untuk diri
sendiri dan juga untuk orang lain. Allah berfirman tentang cara bagaimana
mengarahkan dan mengajari orang lain hendaknya disampaikan dengan cara yang
lemah lembut. Firman Allah dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 125:
Artinya: “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baikSesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
11 Tabrani Rusyan,Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja
Rosdakarya , 1989), hlm. 7.
21. siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.(Q.S Al-Nahl 125).
Dari ayat Al-Quran di atas menganjurkan bahwa dalam menyampaikan
materi kepada peserta didik dengan cara yang baik maka hasil yang akan
diperoleh juga akan baik.Berdasarkan ayat di atas pula Rasululllah SAW
menjelaskan tentang kewajiban setiap muslim untuk menuntut ilmu pengetahuan,
21
seperti diriwayatkan oleh Muslim.
عَ نْ اْْبَ يْ هْ رَْْي رَْْةَْ قَْْالَْ قَْْالَْ رَْْس وْ لْ اْلل صَْْْل ىْ اْلل عَْْلَْي هْ وَْْ سَْْلْ مَْ: وَْْمَْ نْ سَْْلْكََْ طَْْ رْي قَْْا يَْْل تْْ مْ سْ فْ يْ هْ عْل مَْْا سَْْ هْلَْ اْلل لْْْهَْ طَْ رْي قَْْا الَْى اْل جَْْن ةَْْ)رواه مْسلم(
“Dari Abu Hurairah R.A., ia berkata: Bahwasannya Rasulullah SAW
bersabda: Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut jalan menuju ke surga”. (H.R.
Muslim).12
Selain mengetahui definisi belajar, perlu juga diketahui apa yang menjadi
ciri-ciribelajar,di bawah ini dipaparkan ciri-ciri tersebut secara singkat.
(1) Belajar memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.
Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja
tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan
(psikomotor)
(2) Mengarahkan individu yang belajar melakukan perubahan interaksi antara
dirinya dengan lingkungan, interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis
(3) Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.
12Muhammad Faiz Al-Math, 1100 Hadist Terpilih (Jakarta: Gema Insan Pers, 1995), hlm.
206.
22. Definisi belajar di atas sejalan dengan kesimpulan belajar di bawah ini:
1. Belajar adalah suatu usaha, yang berarti perbuatan yang dilakukan secara
sungguh-sungguh, sistematis, dengan mendayagunakan semua potensi yang
dimiliki, baik fisik maupun mental
2. Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri antara lain
perubahan tingkah laku diharapkan ke arah positif dan ke depan
3. Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap, dari sikap negatif
menjadi positif, dari sikap tidak hormat menjadi hormat, dan sebagainya
4. Belajar bertujuan mengadakan perubahan kebiasaan dari kebiasaan buruk,
menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan buruk yang harus dirubah tersebut untuk
menjadi bekal hidup seseorang agar dia dapat membedakan mana yang
dianggap baik di tengah-tengah masyarakat untuk dihindari dan mana pula
yang harus dipelihara
5. Belajar bertujuan mengadakan perubahan pengetahuan berbagai bidang ilmu,
misalnya tidak tahu membaca menjadi tahu membaca, tidak dapat menulis
jadi dapat menulis, dari tidak tahu berhitung menjadi tahu berhitung, dari
tidak tahu berbahasa Arab menjadi bisa berbahasa Arab.
6. Belajar dapat mengadakan perubahan dalam hal keterampilan, misalnya:
keterampilan bidang olag raga, bidang kesenian, bidang teknik dan
sebagainya.13
Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas,
penulis mendefinisikan belajar sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan untuk
mengadakan perubahan dalam diri seseorang yang mencakup perubahan tingkah
laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan.
22
2. Prestasi Belajar Siswa
Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat
transaksional, artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan siswa.
Tujuan akan tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan
di dalam proses belajar mengajar tersebut. Oleh sebab itu hasil belajar harus
dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran.Hasil
belajar matematika tentu saja harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan
13 Mardianto, Psikologi Pendidikan Landasan Bagi Pengembangan Strategi
Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009), hlm. 35-36.
23. matematika yang telah dicantumkan dalam garis-garis besar program pengajaran
matematika di sekolah dengan tidak melupakan hakikat matematika itu sendiri.
Hasil belajar yang mendasari suksesnya pelaksanaan pendidikan adalah
merubah pandangan atau persepsi setiap individu yang terlibat langsung dalam
pendidikan.Dari berbagai definisi belajar maka perubahan tingkah laku itu bisa
saja dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan dalam
sikap dan kebiasaan, perubahan pandangan, kegemaran dan lain- lain. Kegiatan
dan usaha untuk mencapai tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan
perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu “Hasil dan Belajar”. Hasil
merupakan akibat dari yang ditimbulkan karena berlangsungnya suatu proses
kegiatan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya. Hamalik mengatakan bahwa : “Hasil belajar adalah terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapa diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut
diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang
23
sopan menjadi sopan”.14
Selanjutnya Nana Sudjana dalam bukunya penilaian hasil proses belajar
mengajar hasil belajar adalah: “kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa
14 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran (Bandung: Bumi Aksara, 2007), h. 30.
24. setelah ia menerima pengalaman belajarnya . 15 Horward Kingsley membagi tiga
macam hasil belajar , yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
24
pengertian, (c) sikap dan cita-cita.
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar , yakni (a)
informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan
(e) keterampilan motoris. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah , yakni ranah kognitif, ranah
afektif , ranah psikomotoris.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang te rdiri dari
tujuh aspek, yakni pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis
,dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat tinggi .
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek , yakni
penerimaan , jawaban atau reaksi , penilaian , organisasi , dan internalisasi .
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan
reflex, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d)
keharmonisan dan ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan
ekspresif dan interpretatife. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil
belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai
oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran .
15 Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hlm. 22.
25. Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana
dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.Evaluasi adalah pemberian keputusan
tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja,
pemecahan, metode, materil, dan lain- lainl. 16Untuk melihat sejauh mana taraf
keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta didik secara tepat(valid) dan dapat
dipercaya (reliable), kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang
objektif dan memadai tentang indikator- indikator perubahan prilaku dan pribadi
25
peserta didik.
Dengan demikian teranglah sejauh mana kecermatan evaluasi atas taraf
keberhasilan proses belajar mengajar itu akan banyak bergantung pada tingkat
ketepatan, kepercayaan, keobjektifan, dan keresponaktifan informasi yang
didukung oleh data yang diperoleh.
Siswa yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan
pembelajaran.Dalam hal ini tujuan pengajaran tidak hanya sekedar pada dimensi
kognitif saja, tetapi juga pada aspek afektif, dan psikomotorik.Selanjutnya, adapun
karakteristik perubahan hasil belajar menurut Muhibbinsyah ada tiga
perubahan,yaitu: “ (1) perubahan itu intensional, (2) perubahan itu positif dan
aktif, (3) perubahan itu efektif dan fungsional “.17
3. Faktor faktor yang Mempengaruhi PrestasiBelajar
Menurut Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono menerangkan bahwa
faktor-faktor yang memepengaruhi prestasi belajar siswa ada dua hal yaitu:
16 Sudjana, hlm. 28.
17Muhibbinsyah. Psikologi Belajar,(Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2003),hlm. 144.
26. 1. Faktor internal, yaitu faktor jasmaniah, psikologi yang terdiri atas faktor
intelektif yang meliputi faktor kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan
nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki, faktor non intelektif yaitu unsur-unsur
kepribadian tertentu, kemudian faktor internal yang terakhir faktor
26
kematangan fisik maupun psikis.
2. Faktor eksternal yaitu faktor sosial terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan kelompok. Faktor budaya, faktor lingkungan fisik
dan faktor lingkungan spiritual atau keamanan.18
Sejalan dengan hal di atas Dimyati dan Mujiono merincikan lagi faktor-faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Faktor Internal
1. Sikap terhadap belajar. Sikap terhadap belajar dapat menerima, menolak,
atau mengabaikan kesempatan belajar. Sikap tersebut dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar.
2. Motivasi belajar.Motivasi belajar pada siswa dapat lemah, lemahnya
motivasi dapat melemahkan kegiatan belajar yang selanjutnya akan
menurunkan hasil belajar.
3. Konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan
memusatkan perhatian pada pelajaran. Untuk meningkatkan konsentrasi
diperlukan strategi belajar mengajar yang tepat dan mempertimbangkan
waktu belajar serta selingan istirahat.
18Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
hlm. 130-131.
27. 4. Mengolah bahan belajar. Merupakan kemampuan siswa untuk menerima
isi dan cara memahami materi pelajaran yang telah dan akan diberikan,
sehingga menjadi bermakna bagi siswa.
5. Menyimpan perolehan hasil belajar. Kemampuan siswa menyimpan
perolehan hasil belajar dapat berlangsung dalam waktu lama dan pendek.
Bagi siswa yangberkemampuan tinggi hasil belajar dapat melekat lama,
sedangkan siswa yang berkemampuan sedang hasil belajar lebih mudah
27
lupa.
6. Rasa percaya diri.Timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan
berhasil.
7. Intelegensi dan keberhasilan belajar. Intelegensi merupakan suatu
kecakapan global untuk dapat bertindak secara terarah. Kecakapan siswa
dalam bertindak dan berpikir mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi belajar. Perolehan hasil belajar yang rendah
disebabkan intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar.
8. Kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar sangat mempengaruhi kesuksesan
dalam mencapai tujuan.19
b. Faktor Eksternal
1. Guru sebagai pembina siswa belajar. Guru adalah pengajar yang
mendidik, bukan sekedar mentransfer pengetahuan tetapi juga membentuk
sikap dan tingkah laku dari peserta didik. Oleh karena itu, guru harus
menggunakan metode-metode yang bervariasi dalam menyampaikan
19 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:.Rineka Cipta, 1999), hlm.
228.
28. pembelajaran agar peserta didik tidak bosan atau jenuh dalam proses
28
pembelajaran.
2. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang memadai dapat
membatu meningkatkan hasil belajar. Karena sarana dan prasarana ini dapat
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan
oleh seorang guru.
3. Kebijaksanaan Penilaian.Keputusan tentang hasil belajar merupakan
puncak harapan siswa. Siswa secara kejiwaan terpengaruh oleh hasil belajar,
oleh karena itu guru harus aktif dan bijaksana dalam penilaian.
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah. Lingkungan sosial belajar yang
kondusif sangat berpengaruh pada hasil belajar dan menumbuhkan perilaku
yang positif.20
Sejalan dengan hal di atas Slameto dan Oemar Hamalik juga menjelaskan
faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi dapat
digolongkan menjadi 2 golongan yaitu: faktor intern dan faktor ekstren. Menurut
Slameto “faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu”. 21 Selain itu dan
dengan penjelasan yang hampir samaSlameto memaparkan “faktor yang
mempengaruhi belajar ada dua jenis, yaitu: faktor intern dan faktor ekstren, faktor
intern dibahas menjadi 3 bagian, yaitu: faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor
kelelahan. Faktor ekstren dikelompokkan menjadi 3 faktor , yaitu: faktor keluarga,
faktor sekolah dan faktor masyarakat”.
20 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran( Jakarta:. Rineka Cipta, 1999), h.
228.
21Slameto, h. 54.
29. Seperti yang diungkapkan Hamalik hasil belajar akan tampak pada setiap
perubahan pada aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan,
kpresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom “hasil belajar dalam rangka studi dicapai
melalui tiga kategori ranah antara lain koognitif, afektif dan psokomotor”.22
Hasil belajar juga terpengaruh bagaimana cara menyajikan secara
menyenangkan dan tak terlupakan, dalam hal ini ada cara untuk mengakhiri
sebuah pelajaran agar siswa mengingat apa yang telah dia pelajari dan memahami
cara penerapannya di masa mendatang. Fokusnya ialah pada apa yang sudah kita
kerjakan kepada mereka, namun mereka sudah lupa tentangnya, menurut
Silberman tehnik-tehniknya dirancang untuk melakukan salah satu atau beberapa
29
dari yang berikut ini:
a) Peninjauan: mengingat dan mengihtisarkan apa yang telah dipelajari
b) Penilaian diri: mengevaluasi perubahan-perubahan pengetahuan,
keterampilan atau sikap
c) Perencanaan masa mendatang: menentukan bagaimana siswa akan
melanjutkan belajarnya secara pelajaranberakhir
d) Ungkapan perasaan terakhir: menyampaikan pikiran, perasaan dan persoalan
yang dihadapi siswa pada akhir pelajaran.23
Prestasi yang dicapai siswa sudah pasti berbeda-beda, hal ini disebabkan
siswa memkiliki bakat, kemampuan, ciri dan keunikan yang membedakan antara
satu siswa dengan siswa yang lainnya. Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang
22Hamalik,h. 117.
23Santika, h. 45.
30. individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya
baik dari dalam diri (faktor internal) maupun faktor dari luar diri (faktor eksternal)
individu. Pengenalan terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
penting sekali diketahui dan dipahami oleh tenaga pendidik dan peserta didik agar
tenaga pendidik mampu mengarahkan dan membantu peserta didik dalam
mencapai prestasi yang sebaik-baiknya setelah proses pembelajaran dilaksanakan.
Secara sederhana faktor yang mempengaruhi prestasi siswa dapat dilihat
Guru, Metode
Kurikulum
Proses
Pembelajaran
Lingkungan, Sarana
Dan Prasarana
30
dalam bentuk skema di bawah ini:
Siswa Yang Berhasil
(Out Put)
Siswa
Baru Masuk
Skema di atas menggambarkan bahwa dalam proses pembelajaran yang
dijalani oleh siswa faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, mulai dari
peserta didik itu memasuki suatu lembaga pendidikan hingga akhirnya selesai
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
4. Cara Mendapatkan Prestasi Belajar Yang Baik
Dalam mendapatkan hasil belajar yang baik tidak lepas dari peran guru
dalam mengajarkan materi pelajaran, cara pembelajaran IPA yang efektif dan
insfitatif harus diberikan secara cermat dan tepat namun tetap memiliki kegiatan
31. bermain yang menyenangkan dan didukung oleh lingkungan yang penuh
ketenangan, kasih sayang serta memberikan keleluasan kepada anak untuk
31
sepenuhnya untuk bereksplorasi.
Ada beberapa alternatif yang dapat membantu siswa mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan, antara lain:a). Proses belajar mengajar satu kelas
penuh: pengajaran yang dipimpin oleh guru yang mensimulasi seluruh siswa, b).
Diskusi kelas: dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama, c). Pengajuan
pertanyaan: siswa meminta penjelasan, d). Kegiatan belajar kalaboratif: tugas
dikerjakan secara bersama dalam kelompok kecil, e) Pengajaran oleh teman
sekelas: pengajaran oleh teman sendiri, f). Kegiatan belajar mandiri: aktifitas
kegiatan yang dilakukan perseorangan, g). Kegiatan belajar aktif: kegiatan yang
membantu siswa memahami perasaan, nilai-nilai dan sikap mereka.24
Tingkat keberhasilan setiap guru berbeda-beda tergantung persepsi guru
tersebut. Akan tetapi ada satu acuan keberhasilan, suatu proses belajar mengajar
tentang suatu bahan pengajaran dinyatan berhasil apabila tujuan instruksional
khusus (TIK)-nya atau yang sekarang disebut sebagai indikator dapat tercapai.25
Sehubungan dengan hal ini keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas
beberapa tingkatan atau taraf. Menurut Djamarah dan Aswan tingkatan
keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1). Istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pengajaran yang diajarkan itu
dapat dikuasai oleh siswa,
24 Silberman, Active Learning (Bandung: Nusa Media, 2009), h. 13.
25Djamara dan Aswa, h. 107.
32. 2). Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar 76% s.d. 99% bahan pengajaran
yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa,
3). Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75%
32
saja dikuasai oleh siswa,
4). Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai
oleh siswa.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:
Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak.Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks,
ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative.
5. Pengertian Media
Menurut Mujiono dalam proses belajar mengajar ada empat komponen
penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar,
suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek
33. pembelajaran. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses belajar,
sehingga melemahnya satu atau lebih komponen dapat menghambat tercapainya
33
tujuan belajar yang optimal.
Media menurut Gerlach dan Ely adalah manusia, materi atau yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap.Di dalam pengertian ini guru, buku, teks dan lingkungan
sekolah merupakan media secara lebih khusus, pengertian media dalam belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photogtafis atau elektronis
untuk menangkap, memperoses dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal.26
Menurut Achsin “bahwa perluasan konsep tentang media, dimana
teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas tetapi tersimpul pula
sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan
ilmu”.27
Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dan
sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dipilih atas dasar tujuan dan
bahan pelajaran yang telah ditetapkan, oleh karena itu guru sebagai subyek
pembelajaran harus dapat memilih media dan sumber belajar yang tepat, sehingga
bahan pelajaran yang disampaikan dapat diterima sisa dengan baik.Media
merupakan suatu alat yang dapat memudahkan seorang guru dalam mengajarkan
mata pelajaran.
26 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 3.
27Azhar, h. 5.
34. Media yang dipergunakan atau dimanfaatkan mulai dari yang sederhana
sampai yang rumit harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan situasi yang efektif. Media pembelajaran memiliki manfaat yang besar
dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran
yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar
mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
6. Macam-macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi
tergantung pada sudut mana melihatnya.Sell dan Richey “Berdasarakan
perkembangan teknologi tersebut media pembelajaran dapat dikelompokkan ke
dalam empat kelompok, yaitu (1).Media hasil teknologi cetak, (2).Media hasil
teknologi audio visual, (3).Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer,
(4).Media hasil gabungan teknologi cetak dan computer”.Lain halnya pendapat
Kemp dan Dayton “mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu
(1).Media cetakan, (2).Media panjang (3).Overhead transparacis, (4).Rekaman
audio tape, (5). Seri slide dan flim strifs, (6). Penyajian multi- image, (7).Rekaman
video dan film hidup, dan (8).Komputer”.28
Dari beberapa penjelasan dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
media memiliki ragam jenis dan kegunaannya, saat proses belajar mengajar tidak
terlepas dengan penggunaan media sebagai fasilitator, sehingga dapat membantu
34
siswa dalam proses pembelajaran.
7. Penggunaan Media Pembelajaran
28Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 28.
35. Hamalik mengemukakan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa”. Menurut Djamarah dan Aswan “
mediasumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar
mengajar”. 29Berdasarkan penjelasan ini maka dapat dikemukakan bahwa yang
dimaksudkan dengan media pembelajaran adalah alat dan bahan yang
dipergunakan untuk menyalurkan informasi dari pengajar kelompok pembelajar.
Dalam hal ini bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan
tujuan pembelajar di sekolah pada khususnya.
8. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Dalam suatuproses belajar mengajar ada dua unsur yang amat penting
yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media
pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas
dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung dan
konteks pembelajaran termasuk karekteristik siswa.
Levie dan Lentz mengemukakan “empat fungsi media pembela jaran,
khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi efektif, (c) fungsi
kognitif dan (d) fungsi kompensatoris”. Menurut Arsyad “Salah satu fungsi utama
29Djamarah dan Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 3.
35
36. media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi
iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru”.
Dalam pemakaian media pembelajaran memiliki manfaat seperti ya ng
dikemukakan Hamalik bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa”.30
Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat
membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran pada saat itu. Disamping membangkitkan motivasi dan minat siswa,
media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman,
menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data
36
dan memadatkan informasi.
9. PuzzleRangka Manusia
Puzzle berasal dari bahasa inggris yang berarti teka-teki atau bongkar
pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang diaminkan dengan
bongkar pasang.31 Dalam Winatiningrum, senda memaparkan bahwa ada beberapa
manfaat mediapuzzle bagi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran,
yaitu:
1. Membantu untuk mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk yang
lebih sedrhana, sehingga lebih mudah dihafalkan karena membnetuk satu
bangun yang tertentu
30Ibid, h. 15.
31 Misbach muzammil, 2010)h. 34.
37. 2. Membantu untuk mengingat kembali dan merevisikonsep pembelajaran,
membuat peta catatan kerja dan belajar yang sangat baik untuk keperluan
37
presentasi
3. Membantu untuk mendiagnosis apa yang telah diketahui oleh siswa dalam
bentuk struktur yang mereka bangun seperti menjadi bagan atau gambar
yang sesuai
4. Membantu untuk mengetahuiadanya miskonsepsi pada siswa, contohnya
ketika ujian berlangsung akan terlihat jawaban siswa yang benar-benar
memahamu materi dengan yang tidak
5. Membantu untuk mengetahui kesalahan konsep yang diterima siswa sebagai
dasar untuk pembelajaran selanjutnya sehingga akhirnya efektif untuk
memperbaiki kesalahan konsep yang diterima siswa
6. Membantu untuk mengecek pemahaman siswa akan konsep yang dipelajari,
dimana bagan/gambar yang dibuat oleh siswa sudah benar atau masih salah
7. Membantu untuk merencanakan intruksional pembelajaran, evaluasi dan
untuk mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran.32
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa
puzzleadalah sejenis permainan anak-anak yang bertujuan memasangkan
potongan gambar yang satu dengan potongan gambar yang lainnya, sehingga
membentuk gambar yang sempurna. Dalam penelitian yang akan dilakukan, akan
dibuat sejenis game edukasi berbentuk puzzleyang terbuat dari gambar rangka
32 Winatiningrum, Penerapan Metode Bongkar Pasang/Puzzle Untuk Meningkatkan
kualitas Proses Dan Hasil Belajar IPS-Sejarah Kelas VII-A SMP Negeri 4 Kediri, PTK tidak
Diterbitkan, Dinas Pendidikan Kota Kediri, 2008, h. 21.
38. manusia, dirancang sendiri oleh peneliti dengan berbagai macam alat sederhana
dan bahan serta pembuatannya melalui beberapa tahap pengerjaan, media
puzzletersebut akan dibuat secara manual dan tidak memakai cetakan mesin. Pada
lampiran tesis nantinya akan dicantumkan foto proses pembuatan game trsebut.
38
10. Alat Peraga (Torso)
Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam khusunya pada tingkat
sekolah dasar diperlukan berbagai macam media pendidikan, agar peserta didik
lebih mudah memahami segala materi pembelajaran yang disampaikan. Dalam hal
kaitannya dengan pembelajaran IPA yang berkaitan dengan materi rang dan alat
indera manusia maka juga harus ditunjukkan kepada peserta didik replika organ
tulang yang ada dalam tubuh yang dinamakan dengan torso.
11. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Pengertian IPA
Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh
meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nila ilmiah. Pengembangan aspek-aspek
tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kecakapan
hidup (life skills) melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan
hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil dimasa yang akan datang. Kemampuan ini
membutuhkan pemikiran, antara lain berfikir sistematis, logis, kritis yang dapat
dikembangkan melalui pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan penguasaan siswa terhadap
pengetahuan tentang dirinya, tentang alam sekitar, yang dipelajari dari fakta- fakta,
prinsip-prinsip, dan proses penemuan. Pengetahuan siswa tentang alam tersebut
39. dapat mencetak siswa dalam bersikap ilmiah. Namun materi IPA yang diberikan
harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan.
Maksudnya, materi IPA yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan
tingkatan kelas, sehingga penguasaan pengetahuan tentang IPA dapat bermanfaat
39
baik bagi diri peserta didik.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI
dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Dari penjelasan tersebut pendidikan IPA menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung. Dalam pembelajaran IPA siswa difasilitasi
untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses. Dalam pembelajaran
tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses
(keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
40. ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi:
keterampilan mengamati dengan seluruh indera; keterampilan menggunakan alat
dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja;
mengajukan pertanyaan; menggolongkan data; menafsirkan data;
mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta menggali dan memilah
informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan
40
masalah sehari-hari.
IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan
cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
observasi. Pembelajaran IPA sangat penting untuk diberikan di sekolah dasar,
karena IPA sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk itu, tujuan
mata pelajaran IPA di SD/MI secara umum adalah agar siswa dapat menghargai
alam yang ada di sekitar lingkungan siswa dengan cara melestarikan dan
memanfaatkannya, sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Hakikat Pembelajaran IPA di MI
Pembelajaran merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia yang
sekaligus membedakan manusia dengan hewan.Hewan juga belajar tetapi lebih
ditentukan oleh insting, sedangkan bagi manusia, belajar berarti rangkaian
kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Oleh
karena itu, berbagai pandangan yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan
proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dan berlangsung
sepanjang hayat. Dalam hal ini, pendidikan IPA juga memegang peranan yang
41. menentukan bagi perkembangan manusia karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuanyang berupa fakta- fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
41
penemuan.
G. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Alasan mengapa penelitian ini
dilakukan adalah untuk memaparkan dan memperbaiki proses pembelajaran
dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung, guna meningkatkan hasil belajar
siswa dengan media puzzle rangka manusia dan dibantu dengan media audio
visual, salah satu alat bantunya merupakan gambar yang dipantulkan menggunkan
infokus serta dirancang dengan aplikasi macromedia Flash 8 pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan pokok pembahasan rangka manusia.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MIN Medan Tembung Tahun Pelajaran
2013/2014 yang berlokasi di Jl. Pertiwi Ujung No. 96 Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa Kelas IV MIN Medan Tembung sebanyak 1 ruang kelas (Kelas IV
C/Hambali) denga jumlah siswa adalah 32 siswa.Objek penelitian dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPA.
2. Kehadiran Peneliti
42. Kehadiran peneliti dipaparkan pada tabel di bawah ini, yang dimulai dari
kegiatan pembangunan komunikasi dengan segala pihak yang berkaitan dengan
pelaksanaan penelitian (terutama pihak sekolah tempat penelitian dilaksanakan),
survey singkat, pengidentifikasian masalah, persiapan hal-hal lain yang
dibutuhkan pada saat `penelitian hingga pada pelaksanaan tindakan. Pada tabel di
bawah ini dipaparkan rincian kehadiran peneliti di lokasi penelitian.
Tabel 2
Rincian kegiatan penelitian di MIN Medan Tembung
No. Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan
1 Minggu, 20 Januari 2013 Pembangunan
komunikasi dengan salah
satu tenaga pendidik di
lokasi penelitian Ibu
Sida yang merupakan
guru kelas IV.
42
Komunikasi melalui
telepon selular
berbincang-bincang
tentang rencana
penelitian.
2 Selasa, 22 Januari 2013 Survey awal mulai pukul
07.00 wib s/d 12.00 wib.
Wawancara awal
denga Ibu Wita guru
mata pelajaran IPA.
3 Kamis, 13 Juni 2013 Pengajuan pembimbing
tesis dan pengajuan surat
penelitian di kampus.
Diajukan di
resepsionis sekolah
pascasarjana UIN
MALIKI Malang.
4 Jumat, 14 Juni 2013 Pengambilan surat Bertempat di
43. penelitian dan surat
pembimbing.
43
resepsionis UIN
MALIKI Malang
5 Sabtu, 15 Juni 2013 Berangkat ke medan
Pukul 11.00 wib.
Naik bus dengan
perjalanan 4 hari 3
malam.
6 Selasa, 18 Juni 2013 Masih dalam perjalanan
menuju medan.
Pukul 20.00 wib
sampai di medan.
7 Kamis, 20 Juni 2013 Mengantar surat
Research ke lokasi
penelitian
Ke Ruangan Tata
Usaha
8 28 Juni 2013 Studi pustaka di
perpustakaan daerah
sumatera utara(PUSDA
SUMUT)
Pukul 08.00 – 15.00
wib.
9 4 Juli 2013 Wawancara dengan
kepala sekolah di MIN
medan tembung
Pukul 09.00-12.00
wib
10 15 Juli 2013 Pengambilan lengkap
profil, foto serta video
Sekolah MIN Medan
Tembung
Pukul 09.00 13.00
wib
11 14 Agustus 2013 Memberikan pengantar
pembelajaran di kelas
Pukul 09.30-10.30
wib
44. dengan media audio
visual yang telah
disiapkan.
12 24 Agustus 2013 Pre test dan
Pembelajaran di kelas
Siklus I Menggunakan
media yang sudah
disiapkan.
44
Pukul 08.00-10.00
wib. Dibantu oleh
guru IPA
13 31 Agustus 2013 Pembelajaran Siklus II,
Pemberian latihan.
Pukul 08.00-10.00
wib
14 31 Agustus 2013 Evaluasi penelitian yang
telah dilaksanakan dan
perpisahan bersama
kepala sekolah dan
dewan guru.
Dilakukan sebelum
pulang ke malang
pukul 11.00 wib
hingga selesai.
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk
siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat
keberhasilan dari target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari
satu atau lebih pertemuan.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan tes
awal kepada siswa kelas IV C/Hambali yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Setelah diberikan tes, barulah dapat diketahui apakah
kemampuan siswa dalam menerima pelajaran cukup baik atau tidak. Dengan
45. berpatokan peda tes awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan
prosedur yang tersusun oleh Arikunto yang terdiri dari 4 tahapan (Perencanaan,
Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi).33
BAGAN MODEL PTK
PERENCANAAN
REFLEKSI SIKLUS I
PELAKSANAAN
PENGAMATAN
PERENCANAAN
REFLEKSI SIKLUS II
PELAKSANAAN
PENGAMATAN
?
Bagan 1.Disusun berdasarkan pendapat Suarsimi Arikunto
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus.Adapun
45
tahapannya sebagai berikut:
Siklus I
a. Tahapan perencanaan
Pada tahap perencanan, peneliti bersama guru kelas membahas
teknispelaksanaan penelitian tindakan kelas, antara lain:
33 Arikunto, Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 16.
46. 1. Menentukan kelas yang akan diteliti serta menentukan materi yang akan
diajarkan sesuai silabus dan kurikulum, yaitu materi rangka manusia.
2. Membuat rencana pembelajaran (RPP) sesuai dengan metode yang
46
digunakan
3. Menyiapkan alat–alat yang akan dipakai sesuai dengan materi yang
dipelajarai
4. Menyiapkan beberapa pertanyaan untuk membangkitkan keaktifan siswa
dalam mengungkapkan pendapat
5. Membuat soal–soal tugas yang akan diberikan pada masing–masing siswa
berdasarkan kompetensi dasar yang dipelajari
6. Membuat lembar observai tentang keaktifan
7. Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar siswa selama tindakan
penelitian diterapkan.
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini tindakan yang diambil adalah: peneliti melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan Puzzle Rangka Manusia yang sesuai dengan
skenario yang telah disusun pada tahap perencanaan. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini antara lain :
1. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IV C/Hambali MIN Medan
Tembung
2. Memberikan pengarahan kepada siswa bahwa pembelajaran yang dilak ukan
mempergunakan mediaPuzzle Rangka Manusia dan media pendukung
lainnya
47. 3. Menggunakan Puzzle Rangka Manusia sesuai dengan relevansinya pada
materi yang sedang diajarkan, sehingga siswa dapat mengerti dan mampu
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Pada saat pembelajaran
berlangsung, guru dapat menjawab dan menerangkan kembali jika siswa
47
mengalami kesulitan
4. Guru mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran
5. Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang
dilakukan dengan menggunakan media Puzzle tersebut
6. Guru menanyakan tanggapan siswa mengenai proses belajar mengajar
dengan menggunakan media Puzzle
7. Setelah proses belajar mengajar siswa diberikan tugas post test I.
c. Tahapan Observasi
Observasi yang dilakasanakan meliputi implementasi dalam monitoring
pada proses pembelajaran di kelas secara langsung. Observasi terhadap
pelaksanaan tindakan secara khusus dan proses pembelajarn secara umum dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilaksanakan
selama proses pembelajaran berlangsung dibantu seorang guru kelas menyangkut
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Observasi ini bertujuan untuk
mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan guna
mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan
prestasi belajar yang dikehendaki.Adapun rincian observasi yang dilakukan di
dalam kelas bisa di lihat seprti tabel di bawah ini.
48. Tabel 3. Daftar obserbasi kondisi siswa saat kegiatan belajar mengajar pada
siklus I
No Nama Siswa Aspek yang di nilai
48
Penilaian
Ket.
Orang Persentase
1 …….
Tidak memperhatikan
penjelasan guru
2 …….
Mengobrol dan
bercanda dengan
teman sewaktu
guru menjelaskan
3 …….
Keberanian siswa
dalam bertanya
dan
mengemukakan
pendapat
4 …….
Kreativitas siswa
membuat catatan,
ringkasan
sewaktu guru
menjelaskan
5 …….
Interaksi dengan guru
sewaktu selama
kegiatan
49. pembelajaran
49
6 Dst
Mengerjakan tugas
lain
d. Tahap Repleksi
Kegiatan refleksi dilakukan dengan untuk mempertimbangkan pedoman
mengajar yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang
diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya kelemahan dan kekurangan
untuk kemudian diperbaiki dalam siklus kedua.
1. Refleksi dilaksanakan setelah diperoleh pembelajaran ber langsung dan
diperoleh hasil tes
2. Refleksi dilaksanakan dengan cara menganalisis hasil tes dan observasi
kelas.
3. Penelitian dibantu oleh guru pada saat proses refleksi.
Siklus II
Apabila dalam melakukan siklus pertama peneliti belum menunjukkan
hasil yang memuaskan, pada tingkat ini kemampuan siswa dalam mengungkapkan
pendapat belum teraplikasi dalam pembelajaran, maka dalam hal ini dilaksanakan
siklus II dengan tahap-tahap sebagai berikut:
e. Tahap Perencanaan
Dalam tahapan perencanaan pada siklus II sama dengan tahapan
perencanaan pada siklus I. Tahapan siklus II disusun berdasarkan data dari hasil
refleksi dan analisis dari siklus I.
f. Pelaksanaan Tindakan
50. Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan kegiatan:
1. Melakukan apersepsi tentang materi yang telah dipelajar pada pertemuan
50
atau siklus sebelumnya
2. Menjelaskan kembali kepada siswa tentang teknisi pembelajaran yang akan
dilakukan
3. Melanjutkan kembali materi sesuai dengan yang sudah ditentukan
4. Menggunakan kembali media puzzledalam proses pembelajaran
5. Guru mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran.
6. Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang
dilakukan
7. Guru menanyakan tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran
8. Setelah proses belajar mengajar siswa diberikan tugas post test II
g. Tahapan Observasi
Observasi yang dilaksanakan meliputi implementasi dalam monitoring
pada proses pembelajaran di kelas secara berlangsung. Kegiatan yang diamati
meliputi aktifitas guru dan anak didik dalam pembelajaran. Observasi ini
bertujuan untuk mengetahui kesulitan tindakan dengan rencana yang telah
disusun dan guna mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat
menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki. Adapun rincian
observasi yang dilakukan di dalam kelas bisa di lihat seprti tabel di bawah ini.
Tabel 4. Daftar obserbasi kondisi siswa saat kegiatan belajar mengajar pada
siklus II
No Nama Siswa Aspek yang di nilai Penilaian Ket.
51. 51
Orang Persentase
1 …….
Tidak memperhatikan
penjelasan guru
2 …….
Mengobrol dan
bercanda dengan teman
sewaktu guru
menjelaskan
3 …….
Keberanian siswa
dalam bertanya dan
mengemukakan
pendapat
4 …….
Kreativitas siswa
membuat catatan,
ringkasan sewaktu guru
menjelaskan
5 …….
Interaksi dengan guru
sewaktu selama
kegiatan pembelajaran
6 Dst Mengerjakan tugas lain
h. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi ini dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan selama
siklus II tahap ini mengamati secara rinci segala sesuatu yang terjadi dalam
52. pembelajaran pada siklus II, sehingga peneliti dapat menemukan hasil
52
pembelajaran yang ingin dicapai.
3. Data Dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :
1. Test
Dalam hal pengumpulan data. Tes merupakan pertanyaan, latihan yang
digunakan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki siswa. Pengumpulan data
dengan menggunakan tes yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap,
bakat dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau
hasil belajar dengan berbagai prosedur penilaian.
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhas ilan
dari tindakan yang telah dilakukan, tingkat keberhasilan ditentukan dengan
melihat criteria yang telah ditetapkan yaitu:<65 = siswa tidak tuntas belajar dan
>65 = siswa tuntas belajar.Kriteria ketuntasan minimal (KKM) telah ditentukan
Madrasah/Sekolah.
Tahap test dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu test awal (pre test)
dilaksanakan sebelum menggunakan mediaPuzzle Rangka Manusia, test I (post
test I) dilakukan pada siklus I dan test II (post test II) dilakukan pada siklus II.
2. Observasi
Observasi dimaksud untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan
rencana yang telah disusun dan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan
tindakan telah dilakukan, kemudian dapat diperoleh hasilperubahan yang sesuai
53. dengan yang dikendaki.Kegiatan yang diamati meliputi aktifitas guru dan aktifitas
53
siswa dalam pembelajaran.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan saat tatap muka dengan kepala sekolah, guru kelas
dan siswa, untuk mengetahui kesulitan siswa selama proses belajar mengajar.
4. Analisis Data
Tehnik analisis data yang akan dilakukan berupa:
1. Reduksi Data
Proses reduksi data yang dilakukan dengan cara menyeleksi,
menyederhanakan dan mentransformasikan data yang telah disajikan dalam
traskip catatan lapangan. Kegiatan reduksi data ini bertujuan untuk memilih dan
mengelompokan jawaban siswa dari jenis kesalahan yang dilakukan dalam
menyelesaikan soal-soal pada materi rangka manusia.
2. Paparan Data
Data kesulitan siswa dalam menjawab soal yang telah direduksi kemudian
disajikan dalam bentuk paparan data kesulitan dalam menjawab soal-soal pada
materi rangka manusia.Demikian juga dengan data tindakan yang telah dilakukan
disajikan dalam bentuk paparan tindakan.
3. Verifikasi
Kegiatan verifikasi dilakukan terhadap paparan data. Verifikasi terhadap
kesalahan-kesalahan jawaban siswa tindakan untuk mengatasi kesulitan siswa
untuk menyelesaikan soal dan menarik kesimpulan dari data penelitian
4. Menarik Kesimpulan
54. Cara penarikan kesimpulan adalah dengan memakai analisa data
persentase dan kuantitas data.Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui
berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini.Hal ini dilihat
dari seberapa persentasi keberhasilan yang dicapai dilihat dari seberapa persentasi
keberhasilan yang dicapai dilihat dari aktivitas belajar.
Dengan rumus :jumlah siswa yang mengalami perubahan × 100
%Jumlah siswa keseluruhan
Analisis data dengan peningkatan persentase dilakukan dengan langkah-langkah
54
sebagai berikut:
a) Melakukan pengecekan data yang sudah masuk
b) Tahap pengumpulan data. Dalam hal ini reduksi data yang dilakukan adalah
menyeleksi hal-hal yang pokok,merangkum dan memfokuskan pada
pembedaan hasil atas jawaban siswa pada lembar jawaban. Kegiatan reduksi
ini bertujuan untuk melihat kesalahan jawaban siswa dalam menyelesaikan
soal-soal pada pembelajaran pada materi kebebasan berorganisasi melalui
media audio visual.
c) Tahap penafsiran hasil. Tahap ini dilakukan dari hasil data yang telah
dikumpulkan. Penafsiran data merupakan tahap memperediksi hasil
sementara dari hasil data yang diperoleh. Dengan kata lain tahap ini
berbentuk dugaan sementara hasil data yang ada.
d) Tahap tindak lanjut yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk
siklus pembelajaran serta pengambilan kesimpulan.
55. e) Meniympulkan apakah tindakan pembelajaran ini terjadi peningkatan
kemampuan membaca pada siswa. Dalam kegiatan ini ditarik beberapa
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan
yang diambil merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus selanjutnya dan
perlu tidaknya siklus dilanjutkan atas permasalahan yang diduga.
Berdasarkan ketuntasan belajar, siswa yang memperoleh nilai dari 65 s/d
100 dikatakan berhasil atau tuntas belajar jika ketuntasan belajar di kelas sudah
mencapai 80% maka ketuntasan belajar secara klasikal tercapai.
55
5. Kriteria Keberhasilan
Tingkat keberhasilan ditentukan dengan melihat dari kreteria yang telah
ditatapkan, yaitu kriteria menentukan tingkat persentase jumlah siswa dari tiap
indikator dibagi lima bagian yaitu :
Tabel 3. Tingkat Keberhasilan Siswa
Tingkat keberhasilan Arti
80% ≥ 100%
60% ≥ 79%
40% ≥ 59%
20% ≥ 39%
0% ≥ 20%
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
5. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperkuat keshahihan data dan temuan hasil penelitian, maka
penulis mengacu pada penggunaan standar yang disarankan oleh Lincoln dan
Guba, terdiri dari: (1) Keterpercayaan atau credibility, (2) dapat ditransfer atau
56. transferability, (3) dapat dipegang kebenarannya atau dependability, dan (4) dapat
dikonfirmasikan atau confirmability. Masing-masing dari proses penjaminan
keabsahan data yang dikembangkan oleh Lincoln dan Guba akan diuraikan
56
sebagai berikut:
1. Keterpercayaan (Credibility)
Aktivitas untuk membuat lebih terpercaya (credibly) temuan-temuan dan
interpretasi dalam penelitian ini diperoleh dengan cara:
a. Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan
tidak tergesa-gesa, sehingga pengumpulan data, informasi tentang situasi
belajar dan fokus penelitian akan diperoleh secara sempurna.
b. Ketekunan pengamanan (persistent observation) terhadap media
pembelajaran, untuk memperoleh informasi yang sahih.
c. Melakukan triangulasi yaitu informasi yang diperoleh dari beberapa
sumber diperiksa silang antara data wawancara dengan data pengamatan dan
sumber informasi yang diperoleh dari seseorang informan akan dicross-chek
dengan informasi dari informasi lain.
d. Mendiskusikan dengan teman sejawat yang tidak berperan serta dalam
penelitian, sehingga penelitian akan mendapat masukan dari orang lain.
e. Analisis kasus negative (inegative caseanalysis) yaitu menganalisis dan
mencari kasus atau keadaan yang menyanggah temuan penelitian, sehingga
tidak ada bukti lagi yang menolak temuan hasil penelitian.
57. f. Pengujian ketetapan referensi terhadap data temuan dan intervretasi. Pada
laporan penelitian, peneliti akan membedakan antara data yang
dikumpulkan dari lapangan dan interpretasi peneliti terhadap data tersebut.
Pernyataan-pernyatan interfretasi dapat ditandai dengan tanda baca “buka
dan tutup kurung ()” atau akan dinyatakan dengan ungkapan “menurut
peneliti…..”.hal ini adalah untuk membantu menjamin tingkat
57
keterpercayaan hasil penelitian.
2. Dapat Ditransfer (Transferability)
Kelayakan transfer hasil penelitian ini sangat relative dan bergantung
pada konteks dan stuasi lain yang mempunyai kriteria sejenis. Kemungkinan
transfer pada situasi lain juga ditentukan oleh latar penelitian yang lebih kurang
serupa dengan setting penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti
akan semaksimal mungkin mendeskrifsikan latar penelitian secara detail dan kaya
agar dapat menjadi acuan bagi karakteristik latar penelitian lain yang sejenis untuk
membantu menjamin tingkat transferability.
3. Dapat Diandalkan (Dependability)
Dapat diandalkan (dependability) berarti juga dapat dipercaya. Untuk
menjamin hal ini peneliti akan berusaha semaksimal mungkin untuk konsisten
dalam keseluruhan proses penelitian. Segala aktifitas peneliti akan dicatat dalam
bentuk memo untuk membantu proses analisis data. Di samping itu, sebagaimana
yang telah disebutkan di atas, peneliti juga akan menggunakan kamera sebagai
alat bantu mengumpulkan data sekaligus berfungsi sebagai alat pembuktian untuk
menjamin tingkat keterandalan ini. Alat perekam dalam proses wawancara juga
58. akan membantu dalam menjamin keterandalan untuk menghindari bias interfretasi
58
peneliti.
4. Dapat Dikonfirmasikan (Confirmability)
Aktivitas cross-checking dan triangulasi dalam analisis data akan
membantu menjamin tingkat confirmabilityi. Data yang diperoleh dari seseorang
informan akan dikonfirmasikan kembali kepada informan tersebut dan juga
informan lain sampai mendapatkan pengakuan yang seragam. Di samping itu, data
yang diperoleh dengan wawancara akan diuji silang atau dikonfirmasi dengan data
yang diperoleh melalui observasi.