1. Praktikum Pencemaran Udara
(Debu)
Oleh:
Furqaan Hamsyani
Praktikum 2.
Pencemaran Udara (Debu)
Judul Percobaan : Pencemaran udara yang disebabkan oleh debu
Tujuan :
- Mengetahui pencemaran udara yang disebabkan oleh debu dan faktor-faktor
penyebabnya
- Mengamati perbedaan pencemaran udara oleh debu berdasarkan perbedaan
tinggi dan lokasi pengamatan
- Mengetahui pencemaran debu didalam dan diluar ruangan
- Mengetahui pengertian, kalsifikasi, proses, dampak pencemaran debu terhadap
kesehatan manusia
DASAR TEORI
PENCEMARAN LINGKUNGAN
Pencemaran lingkungan adalah peristiwa masuknya zat ± zat atau komponen lain
yang merugikan ke dalam lingkungan. Pencemaran lingkungan dapat terjadi
akibat aktifitas manusiaatau secara alami. Sesuatu yang menyebabkan puolusi
(pencemaran) disebut polutan. Polutan dapat berupa bahan kimia, debu, makhluk
hidup atau yang dihasilkan makhluk hidup, panas, suara atau radiasi. Berdasarkan
sifat zat pencemar (polutan), pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok yaitu pencemaran kimiawi, fisik dan biologis. Pencemaran kimiawi
adalah pencemaran yang disebabkan zat ± zat kimia. Pencemaran fisika adalah
pencemaran yang disebabkan oleh zat cair, padat, atau gas. Pencemaran biologis
adalah pencemaran yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme
penyebab penyakit. Berdasarkan lingkungan yang terkena pencemaran maka
pencemaran lingkungan dibedakan menjadi tiga yaitu pencemaran air,
pencemaran udara, pencemaran tanah.
PENCEMARAN DEBU
Debu ialah nama umum untuk sejumlah partikel padat kecil dengan diamter
kurang dari 500 mikrometer (lihat juga pasir atau granulat). Di atmosfer Bumi,
debu berasal dari sejumlah sumber: loess yang disebarkan melalui angin, letusan
2. 2
gunung berapi, pencemaran, dll. Debu udara dianggap aerosol dan bisa memiliki
tenaga radiasi lokal yang kuat di atmosfer dan berpengaruh pada iklim. Di
samping itu, jika sejumlah partikel kecil disebarkan ke udara di daerah tertentu
(seperti tepung terigu), dalam keadaan tertentu ini bisa menimbulkan bahaya
ledakan.
Pengaruh terhadap kesehatan
Debu bertanggung jawab menyebabkan penyakit paru seperti pneumokoniosis,
penyakit yang yang terjadi di antara sejumlah pekerja tambang. Keadaan ini
menyebabkan timbulnya pengaturan terhadap keadaan kerja. Untuk mencegah
debu masuk lewat pernafasan, dapat menggunakan masker atau saputangan ketika
berada di tempat berdebu.
Pengendalian debu
Pengendalian debu adalah penekanan partikel padat dengan diameter kurang dari
500 mikrometer. Pelanggaran kendali debu paling sering terjadi di pembangunan
perumahan baru di daerah perkotaan.
PARTIKULAT
Partikulat - dikenal juga sebagai materi partikulat, partikel halus, dan jelaga -
merupakan subdivisi kecil dari material padat tersuspensi dalam gas atau cair.
Asal partikulat dapat merupakan buatan manusia atau alam. Polusi udara dan
polusi air dapat mengambil bentuk partikel padat atau larutan. Garam adalah
contoh dari kontaminan terlarut dalam air, sedangkan pasir umumnya merupakan
partikulat padat. Untuk meningkatkan kualitas air, partikel-partikel padat dapat
dihilangkan dengan filter air atau settling (proses partikulat turun dalam air dan
membentuk sedimen), dan disebut sebagai partikel tak larut. Kontaminan yang
dilarutkan dalam air dapat dikumpulkan dengan penyulingan, memungkinkan air
untuk menguap dan kontaminan kembali mengendap. Beberapa partikulat terjadi
secara alami, seperti yang berasal dari gunung berapi, badai pasir, dan kebakaran
hutan. Kegiatan manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan,
pembangkit listrik dan berbagai industri juga menghasilkan sejumlah besar
partikulat. Pembakaran batubara di negara berkembang adalah metode utama
untuk pemanasan rumah dan memasok energi. Rata-rata di seluruh dunia, aerosol
antropogenik (yang dibuat oleh aktivitas manusia) mencapai sekitar 10 persen dari
total jumlah aerosol di atmosfer kita. Peningkatan kadar partikel halus di udara
terkait dengan bahaya kesehatan seperti penyakit jantung , fungsi paru-paru dan
kanker paru-paru.
AEROSOL
Aerosol secara teknis merujuk pada partikel padat yang ada di udara (juga disebut
abu atau partikulat) maupun tetesan cair. Dalam bahasa sehari-hari, aerosol
merujuk pada tabung semprot aerosol maupun isi tabung itu. Istilah aerosol
berasal dari kenyataan bahwa bahan yang "melayang" di udara adalah suspensi
(campuran di mana partikel padat, cair, maupun gabungan keduanya
disuspensikan di cairan). Untuk membedakan suspensi dari larutan yang
3. 3
sesungguhnya, istilah sol yang semula berkembang berarti meliputi dispersi
partikel tipis (sub-mikroscopik) dalam sebuah cairan. Dengan studi dispersi di
udara, istilah aerosol berkembang dan kini mencakupi tetesan padat, partikel
padat, dan gabungan keduanya.
Alat dan Bahan
1. ALAT
NO NAMA ALAT JUMLAH
1 Kaca pembesar 10 buah
2 Kamera digital 5 buah
3 Gunting 10 buah
4 Sarung tangan karet 50 buah
5 Masker 50 buah
2. BAHAN
NO NAMA BAHAN JUMLAH
1 Selotip besar 20 buah
2 Lakband hitam 20 buah
3 Spidol permanen 20 buah
4 Kain Pembersih 10 buah
5 Kertas milimeterblok 20 buah
Prosedur Kerja :
1. Pergilah ke tepi jalan dan carilah tempat yang berdebu (Jalan Arteri Primer,
Jalan Arteri Sekunder, Jalan Kolektor Primer, Jalan Kolektor Sekunder, Jalan
Lokal Primer, Jalan Lokal Sekunder, Jalan Lokal Lingkungan) dan didalam
ruangan,
2. Kemudian dibersihkan daerah yang menjadi lokasi/tempat pengambilan
sampel yang dipilih dan ditandai dengan selotip besar yang terlebih dahulu
ditulis nama kelompok, tanggal dan waktu serta sampel ke-…...
3. Banyaknya sampel yang diambil adalah lima kali ulangan setiap satu titik
pengambilan sampel terdiri dari tiga dimana untuk tiga hari berturut yaitu satu
hari adalah satu sampel dan diulang sebanyak lima kali penjelasan dapat
dilihat pada tabel dibawah.
4. Gunting selotip/lakband masing ± masing sepanjang delapan sentimeter.
Tempelkan di tempat ± tempat yang dipilih yaitu titik pertama 1,5 meter dari
bawah, titik kedua + 1 meter dari titik pertama, dan titik ketiga + 1 meter dari
titik kedua (untuk diluar ruangan dan atau disesuaikan dengan lokasinya) dan
untuk didalam ruangan disesuaikan dengan tinggi ruangan. Misalnya di pagar,
tiang listrik, dinding pinggir jalan atau dinding pagar dan dinding dalam
ruang. Rekatkan selotip di tempat ± tempat tersebut.
5. Cabut kembali selotip ± selotip tersebut secara hati ± hati
6. Isikan pengamatan yang diperoleh ke dalam tabel pengamatan.
7. Gambar kan peta lokasi pengambilan sampel pencemaran udara yang
disebabkan oleh debu.
4. 4
Tabel 1. Pengamatan Dan Lokasi Pengambilan Sampel Diluar Ruangan
(Dijalan Arteri Sekunder)
No
Lokasi
Keterangan PenjelasanPagar Pembatas Politani
disepanjang Jl. Samratulangi
1 Titik pertama dipagar A + - Adanya pepohonan
- Dan adanya rumput
ilalang yang tingginya
hampir 50 centimeter
Titik kedua dipagar A ++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
Titik ketiga dipagar A ++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
2 Titik pertama dipagar B ++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
- Agak dekat dengan
proyek bangunan
Titik kedua dipagar B ++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
- Agak dekat dengan
proyek bangunan
Titik ketiga dipagar B ++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
- Agak dekat dengan
proyek bangunan
3 Titik pertama dipagar C +++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
- Pintu masuk proyek
bangunan
- Kendaraan pengangkut
material
Titik kedua dipagar C +++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
- Pintu masuk proyek
bangunan
- Kendaraan pengangkut
material
Titik ketiga dipagar C +++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
- Pintu masuk proyek
bangunan
- Kendaraan pengangkut
material
5. 5
Tabel 1. Lanjutan……
No
Lokasi
Keterangan PenjelasanPagar Pembatas Politani
disepanjang Jl. Samratulangi
4 Titik pertama dipagar D ++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
- Agak dekat dengan
proyek bangunan
Titik kedua dipagar D ++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
- Agak dekat dengan
proyek bangunan
Titik ketiga dipagar D ++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
- Agak dekat dengan
proyek bangunan
5 Titik pertama dipagar E +++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
- Pintu masuk gedung GI
dan ML
- Lalu lintas kendaraan
roda dua (dominan) dan
roda empat
Titik kedua dipagar E +++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
- Pintu masuk gedung GI
dan ML
- Lalu lintas kendaraan
roda dua (dominan) dan
roda empat
Titik ketiga dipagar E +++ - Tidak terlindungi oleh
rumput ilalang
- Pintu masuk gedung GI
dan ML
- Lalu lintas kendaraan
roda dua (dominan) dan
roda empat
Keterangan :
+ = sedikit debu
++ = banyak debu
+++ = sangat banyak debu
6. 6
Tabel 2. Pengamatan Dan Lokasi Pengambilan Sampel Didalam Ruangan
No
Lokasi
Keterangan PenjelasanGedung Kuliah Satria
Pinulang Ruang 2.1
1 Titik pertama Dinding A ++ - Dekat dengan lantai
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada saat
mmbersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
Titik kedua Dinding A + - Sering tersapu oleh baju
dan terjangkau tangan
mahasiswa
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada saat
membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
Titik ketiga Dinding A +++ - Jauh dari jangkaun
tangan
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada saat
membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
2 Titik pertama Dinding B ++ - Dekat dengan lantai
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada saat
membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
Titik kedua Dinding B + - Sering tersapu oleh baju
dan terjangkau tangan
mahasiswa
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada saat
membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
Titik ketiga Dinding B +++ - Jauh dari jangkaun
tangan
- Sirkulasi udara kurang
bagus pada saat
membersihkan ruang
7. 7
dengan jendela tertutup
Tabel 2. Lanjutan…
No
Lokasi
Keterangan PenjelasanGedung Kuliah Satria
Pinulang Ruang 2.1
3 Titik pertama Dinding C ++ - Dekat dengan lantai
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada saat
membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
Titik kedua Dinding C + - Sering tersapu oleh baju
dan terjangkau tangan
mahasiswa
- Dekat dengan jendela
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada saat
membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
Titik ketiga Dinding C +++ - Jauh dari jangkaun
tangan
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada saat
membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
- Diatas jendela
4 Titik pertama Dinding D ++ - Dekat dengan lantai
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada saat
membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
Titik kedua Dinding D + - Sering tersapu oleh baju
dan terjangkau tangan
mahasiswa
- Dekat dengan papan tulis
sehingga terjangkau
dengan tangan dosen
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada
membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
8. 8
Tabel 2. Lanjutan…
No
Lokasi
Keterangan PenjelasanGedung Kuliah Satria
Pinulang Ruang 2.1
Titik ketiga Dinding D +++ - Jauh dari jangkaun
tangan
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada saat
membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
- Diatas papan tulis
5 Titik pertama Pintu E ++ - Daun pintu bagian
sebelah dalam
- Dekat dengan lantai
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada
Membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
Titik kedua Pintu E ++ - Daun pintu bagian
sebelah dalam
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada
membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
Titik ketiga Pintu E +++ - Daun pintu bagian
sebelah dalam Jauh dari
jangkaun tangan
- Sirkulasi udara yang
kurang bagus pada saat
membersihkan atau
menyapu ruang dengan
jendela tertutup
Keterangan :
+ = sedikit debu
++ = banyak debu
+++ = sangat banyak debu
9. 9
Pertanyaan :
1. Tempat mana yang paling banyak debunya…….?
2. Titik pengambilan sampel yang mana terdapat banyak debunya, dan makin
tinggi titik pengambilan sampel debu bagaimana jenis debunya…….?
3. Tempat mana yang belum begitu tercemar oleh debu…….?
4. Menurut pendapat kalian, apa yang dimaksud dengan debu, kalsifikasi debu,
debu yang bagaimana yang berdampak pada manusia, bagaimana cara
mengurangi pencemaran udara yang disebabkan oleh debu di daerah yang
kalian amati…….?
Jawaban
1. Tempat paling banyak debunya adalah:
- Untuk diluar ruangan terutama di jalan yang paling banyak debunya
adalah dekat dengan lokasi kegiatan proyek yang dikarenakan aktifitas
manusia yang tinggi sehingga debu disekitarnya tidak dihiraukan serta
aktifitas kendaraan berat yang mengangkut material menghasilkan debu
terutama pada ban dan dekat dengan knalpot kendaraan.
- Untuk didalam ruangan secara keseluruhan banyak terdapat debu
dikarenakan pada saat membersihkan ruangan sirkulasi udara sangat tidak
bagus atau dapat dikatakan ruangan disapu atau dibersihakan dalam
keadaaan jendela atau ventelasi udara tertutup.
2. Titik pengambilan sampel yang paling banyak debunya:
- Untuk aktifitas dekat dengan proyek biasanya setiap titik pengambilan
sampel banyak terdapat debu dikarenakan tidak terhalangi oleh tumbuh-
tumbuhan dan sirkulasi udara yang tidak bagus karena terhalang oleh
adanya tumpukkan material-material bangunan.
- Yang paling banyak debu adalah dekat dengan lantai dan diatas atau dekat
dengan plapon dikarenakan jauh dari jangkauan aktifitas manusia untuk
dekat dengan plapon dan dekat dengan daerah lantai yang disapu.
3. Tempat yang tidak tercemar oleh debu adalah tempat yang jauh dari aktifitas
kegiatan proyek dan kendaraan bermotor dan sirkulasi udara saat melakukan
kegiatan kebersihan atau menyapu dalam keadaan baik
4. Dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
10. 10
PENCEMARAN UDARA YANG DISEBABKAN OLEH DEBU
Pencemaran Udara
Udara merupakan campuran berbagai macam gas yang terdapat pada
lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak
selalu konstan, karena masih ada zat-zat atau bahan-bahan atau komponen lain
yang masuk sehingga komposisi udara tersebut berubah. Penambahan benda–
benda (partikel) atau gas – gas asing di luar ketentuan komposisi alamiah
maupun penambahan komponen dalam jumlah yang berlebihan, sekalipun
sama dengan komponen udara atmosfer dapat mengakibatkan suatu proses
yang disebut polusi atau pencemaran udara (Ryadi, 1988).
Pencemaran udara dapat bersumber dari beberapa gas seperti sulfur
dioksida, hydrogen sulfida dan karbon monoksida yang selalu bebas di udara
sebagai produk sampingan dari proses – proses alami seperti aktivitas vulkanik,
pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan dan sebagainya. Selain itu,
partikel – partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar di udara
oleh angina, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Pencemaran udara
juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia (Fardiaz, 1992).
Polusi udara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting.
Dampak buruk polusi udara pada kesehatan mulai banyak dibicarakan
setelah timbulnya beberapa kejadian di Belgia tahun 1930, di Pennsylvania
tahun 1948 dan di London pada tahun 1952. Pada kejadian–kejadian tersebut,
timbul stagnansi udara yang mengakibatkan peningkatan jumlah bahan polutan
di udara, khususnya sulfur dioksida dan partikel lainnya dengan peningkatan
angka kematian secara tajam (Aditama, 1992).
Fardiaz, (1992) membedakan jenis polutan udara primer atau polutan
yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya menjadi lima
kelompok, yaitu karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrokarbon, sulfur
dioksida, dan partikel. Toksisitas kelima kelompok polutan tersebut berbeda-
beda, polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-partikel.
Pencemaran udara pada prinsipnya dapat terjadi dimana saja termasuk
areal pertukangan kayu. Pencemaran udara adalah adanya bahan-bahan asing
di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan udara dari keadaan
normal. Penyebab pencemaran udara beragam baik secara alamiah maupun
pencemaran karena ulah manusia. Pencemaran udara pada areal pertukangan
kayu dapat bersumber secara alamiah, seperti debu yang berterbangan akibat
tiupan angin, dan dari aktivitas mesin- mesin yang mengeluarkan angin dan
menyebabkan debu berterbangan, baik dalam maupun luar ruangan. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan di areal pertukangan kayu yang berpotensi terhadap
pencemaran udara adalah melalui proses pemotongan, pengetaman dan
penghalusan atau pengamplasan (Whardana, 2001).
Sifat dan Karakteristik Debu
Debu adalah partikel-partikel zat yang disebabkan oleh pengolahan,
penghancuran, pelembutan, pengepakan dan lain-lain dari bahan-bahan
11. 11
organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam, arang batu, butir-
butir zat padat dan sebagainya (Suma’mur, 1988). Debu umumnya berasal
dari gabungan secara mekanik dan meterial yang berukuran kasar yang
melayang-layang di udara yang bersifat toksik bagi manusia. Menurut
Departemen Kesehatan RI yang dikutip oleh Sitepu (2002), partikel-partikel debu
di udara mempunyai sifat:
1. Sifat Pengendapan, adalah sifat debu yang cendrung selalu mengendap
proporsi partikel yang lebih daripada yang ada di udara.
2. Sifat Permukaan Basah, Permukaan debu akan cendrung selalu basah,
dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam
pengendalian debu di dalam tempat kerja.
3. Sifat Penggumpalan, oleh karena permukaan debu yang selalu basah maka
dapat menempel antara debu satu dengan yang lainnya sehingga menjadi
menggumpal Turbuelensi udara membantu meningkatkan pembentukkan
gumpalan.
4. Sifat Listrik Statis, sifat listrik statis yang dimiliki partikel debu dapat
menarik partikel lain yang berlawanan sehingga mempercepat terjadinya
proses penggumpalannya.
5. Sifat Optis, partikel debu yang basah/lembab dapat memancarkan sinar
sehingga dapat terlihat di dalam kamar yang gelap.
Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan
dari proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan
penyemprotan, dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki.
Partikel yang berdiameter antara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah dan
produk-produk pembakaran dari industri lokal. Partikel yang mempunyai
diameter 0,1-1 mikron terutama merupakan produk pembakaran dan aerosol
fotokimia (Fardiaz, 1992).
Polutan partikel masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui
sistem pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan terutama terjadi
pada sistem pernafasan. Faktor lain yang paling berpengaruh terhadap sistem
pernafasan terutama adalah ukuran partikel, karena ukuran partikel yang
menentukan seberapa jauh penetrasi partikel ke dalam pernafasan. Debu-debu
yang berukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan pernafasan bagian atas,
sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah jalan
pernafasan (Yunus, 1997).
Penyakit paru kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh partikel, uap,
gas atau kabut yang berbahaya yang menyebabkan kerusakan paru bila terinhalasi
selama bekerja. Saluran nafas dari lubang hidung sampai alveoli menampung
14.000 liter udara di tempat kerja selama 40 jam keja satu minggu (Aditama,
2006).
American Lung Association membagi penyakit paru akibat kerja mejadi
dua kelompok besar : Pneumoconiosis disebabkan karena debu yang masuk
ke dalam paru serta penyakit hipersensitivitas seperti asma yang disebabkan
karena reaksi yang berlebihan terhadap polutan di udara (Suma’mur, 1996).
12. 12
Jenis debu
Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya
perbedaan daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya di
paru juga akan berbeda pula. Demikian juga tingkat kerusakan yang
ditimbulkannya juga akan berbeda pula. Faridawati (1995) mengelompokkan
partikel debu menjadi dua yaitu debu organik dan anorganik, seperti yang dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Jenis Debu Yang Dapat Menimbulkan Gangguan Kesehatan Pada
Manusia.
No. Jenis Debu Contoh (Jenis Debu)
I Organik
a. Alamiah
1. Fosil
2. Bakteri
3. Jamur
4. Virus
5. Sayuran
6. Binatang
b. Sintesis
1. Plastik
2. Reagen
Batu bara, karbon hitam, arang, granit
TBC, antraks, enzim, bacillus
Histoplasmosis, kriptokokus, thermophilic
Cacar air, Q fever, psikatosis
Padi, gabus, serat nanas, alang-alang
Kotoran burung, ayam
Politetrafluoretilen, toluene diisosianat
Minyak isopropyl, pelarut organik
II Anorganik
a. Silika bebas
1. Crystaline
2. Amorphous
b. Silika
1. Fibosis
2. Lain-lain
c. Metal
1. Inert
2. Bersifat keganasan
Quarz, trymite cristobalite
Diatomaceous earth, silica gel
Asbestosis, sillinamite, talk
Mika, kaolin, debu semen
Besi, barium, titanium, alumunium, seng
Arsen, kobal, nikle, uranium, khrom
Sumber-Sumber Debu
Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite
particulate matter adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara,
partikel ini segera mengendap karena ada daya tarik bumi. Suspended
particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah
mengendap (Yunus, 1997). Sumber- sumber debu dapat berasal dari udara,
tanah, aktivitas mesin maupun akibat aktivitas manusia yang tertiup angin.
Pengukuran Kadar Debu di Udara
Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui apakah
kadar debu pada suatu lingkungan kerja berada konsentrasinya sesuai
dengan kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja. Dengan
13. 13
kata lain, apakah kadar debu tersebut berada di bawah atau di atas nilai ambang
batas (NAB) debu udara. Hal ini penting dilaksanakan mengingat bahwa hasil
pengukuran ini dapat dijadikan pedoman pihak pengusaha maupun instansi
terkait lainnya dalam membuat kebijakan yang tepat untuk menciptakan
lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja, sekaligus menekan angka prevalensi
penyakit akibat kerja.
Pengambilan/pengukuran kadar debu di udara biasanya dilakukan
dengan metode gravimetric, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan
udara dalam volume tertentu melalui saringan serat gelas/kertas saring.
Alat-alat yang biasa digunakan untuk pengambilan sampel debu total (TSP) di
udara seperti:
1. High volume air sampler, alat ini menghisap udara ambien dengan pompa
berkecepatan 1,1 - 1,7 m³/menit, partikel debu berdiameter 0,1-10 mikron
akan masuk bersama aliran udara melewati saringan dan terkumpul pada
permukaan serat gelas. Alat ini dapat digunakan untuk pengambilan
contoh udara selama 24 jam, dan bila kandungan partikel debu sangat
tinggi maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6 - 8 jam.
2. Low volume air sampler, alat ini dapat menangkap debu dengan ukuran
sesuai yang kita inginkan dengan cara mengatur flow rate 20 liter/menit
dapat menangkap partikel berukuran 10 mikron. Dengan mengetahui berat
kertas saring sebelum dan sesudah pengukuran maka kadar debu dapat
dihitung.
3. Low volume dust sampler, alat ini mempunyai prinsip kerja dan metode
yang sama dengan alat low volume air sampler.
4. Personal Dust Sampler (LVDS), alat ini biasa digunakan untuk menentukan
Respiral Dust (RD) di udara atau debu yang dapat lolos melalui filter bulu
hidung manusia selama bernafas. Untuk flow rate 2 liter/menit dapat
menangkap debu yang berukuran < 10 mikron. Alat ini biasanya dugunakan
pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang pekerja karena
ukurannya yang sangat kecil.
Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk Debu
Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja
yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat
menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu. Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada praktek higiene
perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya
untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan.
Nilai ambang batas kadar debu yang ruangan didasarkan pada
Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1999, dan disesuaikan dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19
November 2002, pada lampiran I tentang Persyaratan dan tata cara
penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja perkantoran. Adapun kandungan
debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran debu rata-rata 8 jam
adalah 0,15mg/m³.
14. 14
Pengaruh Debu Terhadap Kesehatan Manusia
Partikel debu akan berada di udara dalam kurun waktu yang relatif
lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan
juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan
berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi pertikel yang
sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran
dan bentuk yang relatif berbeda-beda (Pujiastuti, 2002).
Ada tiga cara masuknya bahan polutan seperti debu dari udara ke
tubuh manusia, yaitu melalui inhalasi, ingesti, dan penetrasi kulit. Inhalasi
bahan polutan dari udara dapat menyebabkan gangguan di paru dan saluran
nafas. Bahan polutan yang cukup besar tidak jarang masuk ke saluran
cerna. Selain itu juga batuk merupakan suatu mekanisme untuk mengeluarkan
debu-debu tersebut. Bahan polutan dari udara juga dapat masuk ketika makan
atau masuk ke saluran cerna. Bahan polutan dari udara juga dapat menjadi
pintu masuk bahan polutan di udara, khusunya bahan organik dapat melakukan
dan dapat menimbulkan efek sistemik (Aditama, 1992).
Paparan debu di udara selain mengganggu jalan pernafasan dapat
pula memberikan dampak negatif lain apabila ditinjau dari aspek biologisnya.
Menurut Riyadina (1996), efek biologis paparan debu di udara terhadap
kesehatan manusia atau pekerja terdiri dari:
1. Efek fibrogenik, debu fibrogenik sebagai debu respirabel dari kristal silika
(asbestos), debu batubara, debu berrylium, debu talk, dan debu dari
tumbuhan. Konsentrasi massa dari sisa debu yang respirabel sebagai faktor
tunggal yang paling penting pada perkembangan/kemajuan keparahan
pneumokoniosis pada pekerja.
2. Efek iritan, pengaruh iritan dari debu yang berbeda tidak spesifik, sehingga
keadaan ini tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan pengaruh dari
debu. Tetapi secara klinis atau dengan tes fungsional ataupun pemeriksaan
secara morfologi dapat diperlihatkan kasus dimana efek yang timbul berasal
dari debu.
3. Efek alergi, debu dari tumbuhan hewan mempunyai sifat dapat
meningkatkan reaksi alergi. Beberapa reaksi kekebalan biasanya membentuk
respon secara psikologi berupa iritasi. Secara patologi dapat ditentukan
melalui tes alergi sebagai penyakit akibat kerja pada saluran pernafasan
yang umumnya berupa asma bronchial. Debu organik yang menyebabkan
alergi meliputi tepung, pollen (serbuk sari), rambut hewan, bulu unggas,
jamur, cendawan dan serangga.
4. Efek karsinogenik, penyebab yang berperan penting dalam pertumbuhan
kanker pada manusia adalah debu asbestos, arsenik, chromium dan nikel.
Akan tetapi, penyebab tersebut kurang lebih 2000 substansi kimia diketahui
sebagai penyebab timbulnya kanker.
5. Efek sistemik toksik, banyak substansi yang berbahaya menyebabkan efek
sistemik toksik sebagai hasil dari debu yang masuk melalui sistem
saluran pernafasan. Paparan debu untuk beberapa tahun pada kadar yang
rendah tetapi di atas batas limit paparan, menunjukkan efek sistemik toksik
15. 15
yang jelas.
6. Efek pada kulit, partikel-partikel debu yang berasal dari material yang
berbentuk pita dan tebal seperti fiberglass, dan material tahan api sering
sebagai penyebab dermatitis.
Beberapa faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan akibat
paparan debu bagi pekerja di ruang kerja. Menurut Yunus (1997) dan
Suma’mur (1996), dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
timbulnya gangguan atau penyakit akibat pekerja yang bekerja di ruangan akibat
paparan debu adalah :
1 Faktor Fisik, meliputi : Jenis bahan, Ukuran Partikel, Bentuk Partikel,
Daya penetrasi, Konsentrasi, Daya larut, Luas permukaan
(Higroskopisitas), Lama waktu paparan dan Turbulensi udara.
2 Faktor Kimia, meliputi : Tingkat keasaman dan kebasahan
(Alkalinitas), Kecendrungan untuk bereaksi dengan bahan dalam paru-
paru, dan jenis persenyawaan.
3 Faktor Individual Pekerja, meliputi : Umur, Jenis Kelamin, Anatomi dan
fisiologi, Daya tahan tubuh (Immunologis), Genetik, dan Emosi (Psikologis),
Keadaan gizi, Kepekaan tubuh, Motivasi kerja dan pengaruh lingkungan
(Habituasi).
Tergantung dari lamanya paparan dan kepekaan individual terhadap
debu, berbagai gangguan atau penyakit dapat timbul pada pekerja. Debu yang
masuk ke dalam saluran pernafasan menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme
pertahanan non spesifik berupa bersin dan batuk. Pneumokoniosis biasanya
timbul setelah pekerja terpapar selama bertahun-tahun. Penyakit akibat paparan
debu yang lain seperti asma kerja, bronchitis industri. Umumnya penyakit paru
akibat debu mempunyai gejala dan tanda yang mirip dengan penyakit paru
lainnya yang tidak disebabkan oleh debu di tempat kerja. Untuk menegakkan
diagnosis perlu dilakukan anamnesis yang teliti meliputi riwayat pekerjaan
dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan, karena penyakit
biasanya baru timbul setelah paparan yang cukup lama. Pengetahuan yang cukup
tentang dampak debu terhadap paru diperlukan untuk dapat mengenali kelainan
yang terjadi serta cara melakukan pencegahan (Yunus, 1997).
Pengendalian Paparan Debu di Ruangan Kerja
Menurut Siswanto, sebagaimana yang dikutip oleh Simatupang (2005)
bahwa pengendalian yang paling efektif adalah pengendalian secara tehnik dan
merupakan alternatif pertama yang dianjurkan. Pengendalian secara tehnik ini
dapat dilakukan dengan mendesain mesin-mesin pemotong kayu dengan
alat penghisap debu. Kemudian alat penghisap debu tersebut dihubungkan
pipa dan keseluruhan alat ini bekerja secara otomatis. Riyadina (1996),
membagi upaya pencegahan terhadap paparan debu dari lingkungan kerja
menjadi 2 macam yaitu melalui pengukuran secara tehnis dan pemeriksaan
secara medis dengan penjelasan sebagai berikut ini:
1. Pengukuran secara teknis, kondisi lingkungan kerja perlu dikontrol dengan
16. 16
melakukan pengukuran kadar debu udara untuk jangka waktu tertentu dan
dilakukan secara kontinu, khususnya di tempat yang potensial menghasilkan
debu. Monitor terhadap konsentrasi debu udara sangat penting untuk
mengetahui kadarnya apakah berada di bawah atau di atas nilai ambang
batas debu udara. Selanjutnya usaha agar konsentrasi/kadar debu tidak
melampaui batas, maka dengan pemasangan alat penyedot dan pengatur
udara akan sangat membantu untuk kontrol debu udara pada suatu
ruangan. Untuk proteksi bagi pekerja dengan kondisi lingkungan yang
potensial menghasilkan debu yang banyak, diharuskan memakai alat
pelindung diri terutama alat pelindung pernafasan berupa masker.
Masker yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan ukurannya
sehingga pemakaian masker tidak mengganggu aktivitas dan kenyamanan
pemakainya.
2. Pemeriksaan secara medis, pemeriksaan secara medis dilakukan dengan
pemeriksaan status kesehatan pekerja yang terpapar secara teratur dan
biasanya dilakukan oleh dokter perusahaan. Upaya ini merupakan
suatu langkah untuk mengetahui dan memonitor kondisi kesehatan
pekerja serta sebagai suatu deteksi awal terhadap masalah kesehatan yang
mungkin ditemui. Pemeriksaan kesehatan yang lengkap akan memberikan
bukti yang akurat dari pekerja yang terpapar sehingga dapat membantu
dokter dalam menentukan diagnosa penyakit yang timbul akibat kerja.
Umumnya pencegahan paparan debu ataupun kadar debu di ruangan kerja
dapat dilakukan dengan cara ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara ke
ruangan kerja melalui jendela dan pintu, ventilasi lokal dengan cara
menghisap debu dari tempat sumber debu yang dihasilkan dengan
menggunakan pompa hisap. Selain itu, Pencegahan juga dapat dilakukan
dengan menghindari masuknya debu organik yang ada di udara ke dalam
paru pekerja dengan jalan penggunaan alat pelindung diri (masker) pada
pekerja yang bekerja di tempat tersebut. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Sembiring (1999) dalam Khumidal, (2009) bahwa penggunaan
masker dengan ukuran 3-5 µ dapat menurunkan kadar debu yang masuk ke
paru-paru pekerja hingga 87,6%. Alat pelindung pernafasan yang digunakan
dapat dilihat pada gambar berikut.
18. 18
GAMBAR-GAMBAR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEBU
Gambar 1. Debu Yang Dihirup Oleh Manusia
Gambar 2a.Debu Vulkanik Yang Menutupi Tanaman Pertanian
19. 19
Gambar 2b.Debu Vulkanik Yang Menutupi Tanaman Pertanian
Gambar 2c. Debu Vulkanik Yang Menutupi Tanaman Pertanian
20. 20
Gambar 3. Debu Pada Pertambangan Batubara
Gambar 3a.Debu Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor Yang Berdampak Pada
Pejalan Kaki
21. 21
Gambar 3b.Debu Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor Pada Jalan Tanah
Gambar 3c. Debu Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor Pada Jalan Tanah
22. 22
Gambar 3d.Debu Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor Pada Jalan Tanah
Gambar 3d.Debu Vulkanik Yang Berkibat Pada Aktivitas Kendaraan Bermotor
23. 23
REFERENSI
Aditama, Tjandra Yoga, 1992. Polusi Udara dan Kesehatan, Arcan, Jakarta.
Allport, G, W. 1945. The Nature of Prejudice. Oxford: Addision-Wesly
Arya Wardana, Wisnu. 2001. Dampak pencemaran lingkungan.Yogyakarta.
Penerbit Andi.
Budiono, Sugeng, 2003. Higiene Perusahaan Dalam Bunga Rampai Hiperkes dan
K3 2nd
Fardiaz. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta
Faridawati R., Yunus F., Aditama T.Y., Mangunnegoro H., Mamdy 2., 1997.
Prevalensi Penyakit Bronkitis Kronih Empise mo & Asma Kerja pada
pekerja di PT. Krakatau Steel, J Respirologi Indonesia
Khumidal. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan
Fungsi Paru Pada Pekerja Mebel PT. Kota Jati Furnindo Desa Suwawal
Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Tesis UNDIP-Semarang.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Diakses tanggal 6 januari 2011. http://digilib-
ampl.net/file/pdf/Kepmenkes_No_1405_Tahun_2002.pdf
Mary Hardin and Ralph Kahn. "Aerosols and Climate Change".
http://earthobservatory.nasa.gov/Features/Aerosols/.American Association
for Aerosol Researc
Natoatmodjo S, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta.
Natoatmodjo S, 2007. Promosi Kesehatan. Rineka Cipta
Puji Astuti, Wiwiek, Debu Sebagai Bahan Pencemar Yang Membahayakan
Kesehatan Kerja, Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2002.
Riyadina, Woro, 1996. Efek Biologis Dari Paparan Debu, Media penelitian dan
pengembangan Kesehatan Vol.VI No. 1, Jakarta.
Ryadi, S. 1982. Pencemaran Udara. Surabaya : Usaha Nasional
Simatupang, Roy Pita Juliana, 2005. Pengukuran Kadar Debu Kayu dan
Hubungannya Dengan Kesehatan Pekerja PT. Tropical Wood Indotama
Tanjung Morawa, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat – Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Sitepu, Ernawati. 2002. Analisis Kuantitatif Debu Pada Beberapa Kilang Padi Di
Desa Paya Bakung Kabupaten Deli Serdang. Skripsi FKM USU Medan
Suma”mur, 1998. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Toko Gunung
Agung, Jakarta
Yunus, Faisal, 1997. Dampak Debu Industri Pada Paru Pekerja dan
Pengendaliaannya, Cermin Dunia Kedokteran No. 115, Jakarta.