SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  62
1 
BAB 1 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Prestasi kerja akan dapat dicapai apabila rencana-rencana kerja yang 
dibuat, dilaksanakan sesuai dengan tugas yang dibebankan pada setiap 
pegawai yang ada dalam organisasi kerja, oleh karena itu para pegawai 
diharapkan melaksanakan pekerjaannya dan mampu memberikan hasil kerja 
yang baik dengan prestasi kerja yang tinggi oleh karena keberhasilan 
organisasi kerja secara keseluruhan adalah kontribusi dari hasil kerja yang 
dicapai oleh pegawainya. Hal ini tidak lepas dan peran pemimpin dengan 
kepemimpinan yang partisipatif dan transparansif dalam bekerja sama dengan 
staf pegawai untuk mewujudkan tujuan organisasi kerja dengan 
memperhatikan kompensasi, kepuasan kerja staf, dan promosi jabatan yang 
harus dilakukan dari waktu ke waktu. 
Prestasi kerja akan dapat diwujudkan ketika kepemimpinan dalam 
organisasi berlangsung dengan baik. kepemimpinan akan menanamkan 
pengaruh untuk memotivasi pegawai sehingga mereka mau bekerja sesuai 
dengan pencapaian tujuan yang dikehendaki. Pimpinan berusaha agar staf 
pegawai mau dan mampu bekerja dengan baik. Demikian pentingnya peranan 
kepemimpinan dalam usaha mencapai tujuan organisasi, sehingga dapatlah 
dikatakan bahwa sukses atau kegagalan yang dialami suatu organisasi 
sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh
2 
orang-orang yang diserahi tugas memimpin dalam organisasi yang 
bersangkutan. 
Sehubungan dengan peningkatkan prestasi kerja, setiap pegawai 
diharapkan untuk bekerja dengan baik dan hal itu tidak lepas dari pemberian 
kompensasi yang layak. Kompensasi adalah “imbalan-imbalan finansial dan 
jasa-jasa tanpa wujud dan tunjangan-tunjangan yang diterima oleh karyawan 
sebagai bagian dari hubungan kepegawaian“ (Simamora, 1999: 540). 
Sedangkan Panggabean (2004: 84) menyatakan bahwa kompensasi adalah 
semua jenis penghargaan yang berupa uang atau bukan uang yang diberikan 
kepada pegawai secara layak dan adil atas jasa mereka dalam mencapai tujuan 
perusahaan. Walaupun hakekat seseorang bekerja adalah berbeda-beda antara 
satu dengan yang lainnya, namun uang dan barang adalah imbalan yang pantas 
atas jasa yang telah mereka berikan kepada organisasinya, karena uang dan 
barang adalah sarana untuk memenuhi kebutuhan. Kompensasi yang mereka 
terima mencerminkan ukuran dari apa yang telah mereka lakukan atau berikan 
kepada organisasi kerjanya, sehingga hal ini berhubungan dengan nilai karya 
bagi perusahaan. Pemberian kompensasi yang dilaksanakan secara benar akan 
dapat memuaskan dan memotivasi karyawan guna mencapai tujuan organisasi. 
Pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai prestasi kerja juga berkaitan 
dengan kepuasan kerja yang merupakan suatu kondisi yang akan menampakan 
prestasi kerja seseorang. Kepuasan kerja dapat memberikan karakteristik 
tertentu pada prestasi kerja individu yang akhirnya akan nampak pula pada 
peningkatan hasil kerja. Kepuasan kerja yang memadai akan memacu
3 
semangat serta, kreativitas dalam bekerja sehingga dapat menunjukkan 
prestasi kerja yang baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas. 
Jabatan merupakan tanggung jawab yang diemban setiap pegawai untuk 
melaksanakan tugas pekerjaannya. Promosi jabatan dalam suatu organisasi 
kerja dilakukan untuk memotivasi pegawainya untuk meningkatkan hasil 
kerja. Setiap pegawai memiliki kesempatan yang sama untuk dipromosikan 
pada jabatan tertentu, apakah sebagai pimpinan puncak, (Top manager) kepala 
bagian (midle manager) atau kepala unit (unit manager) yang pada dasarnya 
adalah membangun semangat dan kreatifitas pegawai dalam bekerja. 
Permasalahan kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan dapat 
terjadi pada setiap organisasi kerja, jika dikaitkan dengan peningkatan prestasi 
kerja, masing-masing faktor akan memberikan dampak yang berbeda-beda. 
Kompensasi memfokuskan uang sebagai alat untuk berprestasi, kepuasan kerja 
memfokuskan kesesuaian kerja untuk berprestasi dan promosi jabatan 
memfokuskan pendidikan, kemampuan dan pengalaman kerja untuk 
berprestasi. Jika elaborasi dari variabel-variabel tersebut bersifat positif maka 
kemungkinan akan berdampak pada peningkatan prestasi kerja, sebaliknya 
jika hasil elaborasinya negatif maka akan berdampak pada kemunduran yang 
akhirnya memerlukan adanya pengembangan karier. 
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. 
merupakan salah satu instansi yang dibentuk oleh pemerintah untuk 
menunjang penyelenggaraan pemerintahan di bidang tenaga kerja dan 
transmigrasi. Instansi ini memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari 275
4 
orang yang terbagi pada 9 unit kerja dengan jenis tugas dan tanggung jawab 
yang berbeda-beda. 
Kompensasi pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi 
Tenggara terdiri dari gaji, dan honor kerja proyek yang diberikan sesuai 
dengan kegiatan proyek. Kompensasi diberikan sesuai dengan hasil kerja dari 
pegawai, namun ada juga yang mendapat kompensasi tanpa melakukan 
pekerjaan dan hanya karena ada hubungan kerja seperti kepala bagian dan 
kepala seksi yang tidak segan-segan meminta kompensasi sebagai bonus 
untuk dirinya sebagai penanggung jawab bagian atau seksi yang dipimpinnya 
sementara pegawai yang berhak atas kompensasinya terkadang hanya 
mendapat separuh yang selayaknya. Hal ini menunjukkan adanya ketidak 
seimbangan antara yang bekerja dan yang tidak bekerja disamakan dalam 
perolehan kompensasi. Fenomena ini membuat pegawai menjadi tidak 
bersemangat dan tidak loyal terhadap pekerjaannya sendiri dan tidak heran 
jika ada pegawai yang mencari kompensasi pada unit kerja yang lain. 
Kegiatan mutasi dan rotasi pegawai selalu dilakukan untuk 
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan kerja pegawai pada Dinas 
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara, namun hal ini 
menjadi permasalahan bagi sebagai pegawai yang tidak puas dengan kegiatan 
mutasi dan rotasi tersebut karena mereka harus menyesuaikan dengan jenis 
pekerjaan yang akan mereka lakukan. Hal ini akan menjadi ketidakpuasan 
kerja pegawai dan pekerjaan tidak dilakukan dengan baik. Pegawai akan 
bekerja dengan baik jika pekerjaan tersebut sesuai dengan spesifikasi
5 
pendidikan dan kemampuan kerjanya sebaliknya pekerjaan yang tidak dapat 
diselesaikan oleh pegawai disebabkan oleh karena ketidakmampuan kerja dan 
tidak ada kesesuaian antara pendidikan, pengalaman dan keterampilan 
terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan. Kondisi ini membuat setiap 
pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan baik. 
Promosi jabatan yang dilakukan pada Dinas Tenaga Kerja dan 
Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara bertujuan untuk meningkatkan 
karier pegawai dalam kedinasannya, tetapi promosi jabatan kepada pegawai 
yang dekat dengan pimpinan selalu menimbulkan kesenjangan sosial diantara 
rekan sekerja. Promosi jabatan kepada pegawai dengan pangkat golongan IIIc 
menjadi Kepala Seksi melampau pegawai dengan pangkat golongan IIId dan 
IVa ini terjadi karena ada kepentingan pimpinan dan pendekatan kekeluargaan 
yang mengakibatkan putusnya komunikasi (miscommunication) antar 
pegawai. 
Berkaitan dengan kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan pada 
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara, dalam 
meningkatkan prestasi kerja pegawai, maka untuk membangun prestasi kerja 
pegawai diharapkan adanya pemberian kompensasi yang wajar dan sesuai 
dengan hasil kerja yang dilakukan, kemudian memberikan pekerjaan kepada 
pegawai harus sesuai dengan bidang kerja dari pegawai tersebut sehingga 
mereka dapat bekerja dengan baik dan mencapai kepuasan terhadap hasil 
kerjanya. Selain itu kegiatan promosi jabatan diharapkan dapat berjalan sesuai 
dengan paradigma kepangkatan dalam kedinasan serta menghindari adanya
6 
status kekerabatan yang mengarah pada kesenjangan kerja dan jabatan yang 
ditempati bukan pada pegawai yang dipromosikan tetapi pada orang yang 
memiliki kepentingan individual. 
Fenomena tersebut menunjukkan adanya bentuk-bentuk kepentingan 
dalam pemberian kompensasi, pekerjaan dan jabatan yang membuat seorang 
pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara 
berada pada pilihan untuk berprestasi atau tetap menjalankan tugas 
sebagaimana mestinya. 
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka, penulis 
melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul:” Pengaruh Kompensasi, 
Kepuasan Kerja Dan Promosi Jabatan Terhadap Prestasi Kerja. (Studi) Pada 
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara”. 
B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka, 
masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “ 
1. Bagaimana kompensasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja 
pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Povinsi Sulawesi Tenggara ? 
2. Bagaimana kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja 
pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Povinsi Sulawesi Tenggara ? 
3. Bagaimana promosi jabatan berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja 
pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Povinsi Sulawesi 
Tenggara ?
7 
C. Tujuan Penelitian 
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis : 
1. Pengaruh kompensasi terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga 
Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. 
2. Pengaruh kepuasan kerja terhadap prestasi kerja pada Dinas Tenaga Kerja 
Dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara 
3. Pengaruh promosi jabatan terhadap prestasi kerja pada Dinas Tenaga Kerja 
Dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara 
D. Kegunaan Penelitian 
Penelitian diharapkan bermanfaat: 
a. Secara Teoritis 
1. Dapat menjadi sumber referensi dalam mengembangkan pengetahuan 
sumber daya manusian tentang kompensasi, kepuasan kerja, promosi 
jabatan dan prestasi kerja. 
2. Dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan kompensasi, peningkatan 
kepuasan kerja pegawai dan promosi jabatan serta peningkatan prestasi 
kerja dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. 
3. Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lainnya yang relevan 
dengan penelitian ini.
8 
b. Secara Praktis 
1. Bahan masukan bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi 
Sulawesi Tenggara dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai 
melalui pemberian kompensasi dan peningkatan kepuasan kerja serta 
melaksanakan promosi jabatan dengan baik 
2. Bahan masukan bagi Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Tenaga Kerja 
dan Transmigrasi dalam meningkatkan prestasi kerja.
9 
BAB II 
KERANGKA TEORITIK 
A. Manajemen Sumber Daya Manusia 
1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 
Pada dasarnya Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan 
suatu gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber 
daya yang cukup potensial, yang perlu dikembangkan sehingga mampu 
memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi maupun bagi 
pengembangan dirinya. (As’ad, 1997 : 5) 
Hasibuan (2001 : 10) menyatakan bahwa manajemen sumber daya 
manusia adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan 
peranan manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur manajemen sumber daya 
manusia adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan. 
Michael Harris (2000 : 101) mendefinisikan manajemen sumber daya 
manusia: "Human Resource Management (HRM) as programs, policies, and 
practices for managing an organization's workforce. (Manajemen Sumberdaya 
Manusia adalah suatu program, kebijaksanaan dan pelaksanaan untuk mengelola 
suatu kekuatan kerja organisasi)". Selanjutnya Garry Dressler (2004 : 2), 
mengemukakan pengertian manajemen sumber daya manusia adalah proses 
memperoleh, melatih, menilai, dan memberikan kompensasi kepada karyawan, 
memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan, dan keamanan, serta masalah 
keadilan. Senada dengan pendapat Werther and Davis (1998), menyatakan:
10 
"Human Resources Management is a system that consists of many interdependent 
activities. This activities do not occur in isolation virtually everyone affects 
another human resources activity (MSDM adalah sebuah sistem yang terdiri dari 
berbagai kegiatan yang saling memiliki ketergantungan antara satu dengan yang 
lainnya, dimana kegiatan-kegiatan tersebut tidak pernah terpisah, masing-masing 
saling mempengaruhi antar kegiatan sumber daya manusia)". 
Robert L. Malthis dan John H. Jackson (2001 : 4), mengemukakan bahwa 
manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan sistem rancangan formal 
dari suatu organisasi untuk menentukan efektivitas dan efisiensi dilihat dari bakat 
seseorang untuk mewujudkan sasaran suatu organisasi. Milkovich and Boudreau 
(1997): "Human Resources Management is series of integrated decisions that 
form the employment relationship, their quality directly contributes to the ability 
of the organization and the employees to achieve their objectives (manajemen 
sumber daya manusia adalah satu set keputusan terintegrasi yang membentuk 
hubungan pekerjaan, berkontribusi kualitas secara langsung dalam mewujudkan 
kemampuan organisasi dan karyawan untuk mencapai tujuan organisasi )". 
Kerangka dasar dalam implementasi fungsi manajemen Sumber Daya 
Manusia (SDM) dapat dibedakan atas dua fungsi yaitu fungsi manajemen dan 
fungsi operasional sumber daya manusia, Edwin B. Flippo (1984 : 5). Lebih 
jelasnya diuraikan sebagai berikut:
11 
1. Fungsi-fungsi manajemen meliputi: 
a. Perencanaan (planning) 
b. Pengorganisasian (organizing) 
c. pengarahan (directing) dan 
d. Pengendalian (controlling) 
2. Fungsi-fungsi Operasional SDM meliputi: 
a. Pengadaan tenaga kerja (procurement), Fungsi operasional pertama dari 
manajemen personalia adalah berupa usaha untuk memperoleh jenis dan 
jumlah yang tepat dari personalia yang diperlukan untuk menyelesaikan 
sasaran organisasi. Hal-hal yang dilakukan dalam kaitan ini adalah 
penentuan sumber daya manusia yang dibutuhkan dan perekrutannya, 
seleksi dan penempatan. Penentuan sumber daya manusia yang dibutuhkan 
harus berstandar pada tugas-tugas yang tercantum pada rancangan 
pekerjaan yang ditentukan sebelumnya. 
b. Pengembangan (development), Sesudah personalia diperoleh mereka harus 
dikembangkan sampai pada tingkat tertentu. Pengembangan merupakan 
peningkatan keterampilan melalui pelatihan perlu untuk prestasi kerja yang 
tepat. Pengembangan merupakan kegiatan yang amat penting dan terus 
tumbuh karena perubahan-perubahan teknologi, reorganisasi pekerjaan, 
dan tugas manajemen yang semakin rumit. 
c. Kompensasi (compensation), Fungsi ini dirumuskan sebagai balas jasa 
yang memadai dan layak kepada personalia untuk sumbangan kepada 
tujuan organisasi. Beberapa penelitian tentang moral yang dilakukan akhir-
12 
akhir ini cenderung mengurangi pentingnya arti penghasilan dalam bentuk 
upah bagi para karyawan, namun kita tetap berpendapat kompensasi adalah 
salah satu fungsi manajemen personalia. 
d. Integrasi (integration), Setelah karyawan diperoleh dikembangkan, dan 
diberi kompensasi secara layak, maka muncul lagi tantangan yang sangat 
sulit dan mengecewakan bagi manajemen. Kita mendefinisikan sebagai 
“integrasi”. Integrasi merupakan usaha untuk menghasilkan suatu 
rekonsiliasi (kecocokan) yang layak atas kepentingan-kepentingan 
perorangan (individu), masyarakat dan organisasi. Definisi ini berpijak atas 
dasar kepercayaan bahwa dalam masyarakat kita terdapat tumpang tindih 
kepentingan yang cukup berarti. Akibatnya kita harus mempertimbangkan 
perasaan dan sikap personalia dalam menerapkan asas-asas dan kebijakan 
organisasi. 
e. Pemeliharaan (maintenance), Setelah melaksanaan fungsi-fungsi di atas 
dengan baik, maka kita sekarang memiliki angkatan kerja yang mempunyai 
kemauan dan mampu untuk bekerja. Pemeliharaan merupakan usaha untuk 
mengabadikan keadaan ini. 
f. Pemisahan (separation), Fungsi terakhir manajemen personalia adalah 
memutuskan hubungan kerja dan mengembalikan orang-orang tersebut 
kepada masyarakat. Organisasi bertanggungjawab untuk melaksanakan 
proses pemutusan hubungan kerja sesuai dengan persyaratan-persyaratan 
yang ditentukan dan menjamin bahwa warga masyarakat yang 
dikembalikan berada dalam keadaan baik (Edwin Flippo, 1984 : 5).
13 
Selanjutnya Sihotang (2007:10) mengemukakan fungsi-fungsi manajemen 
sumber daya manusi terdiri dari dua jenis fungsi yaitu: 
1. Fungsi-fungsi manajemen meliputi: (a) perencanaan, (b) pengorganisasian, (c) 
pengarahan, (d) pengkoordinasian dan (e) pengawasan. 
2. Fungsi-fungsi operasional terdiri dari: (a) pengadaan, (b) seleksi dan tes 
penyaringan, (c) pelatihan pra tugas, (d) analisis pekerjaan, (e) penempatan, (f) 
pemberian kompesasi, (g) pengembangan, (h) pengintegrasian, (i) 
pemeliharaan, dan (j) pelepasan sumber daya manusia atau (separation), 
Amstrong (2003 : 183), mengemukakan fungsi-fungsi Manajemen sumber 
daya manusia meliputi : (1) Seleksi dan perekrutan (recruitment and selection), 
(2) Pengenalan (orientation), (3) Pelatihan (training), (4) Penilaian (appraisal), 
(5) Fleksibilitas keterampilan (skills flexibility), (6) Keberagaman pekerjaan 
(variation of work), (7) Tanggungjawab pekerjaan (responsibility of work), (8) 
Kerjasama tim (teamwork), (9) Komunikasi (communication), (10) Perbaikan 
kualitas tim (quality improvement team), (11) Penyelarasan (harmonization), (12) 
Pembayaran yang komparatif (payment comparability), dan (13) Sistem 
kompensasi insentif (system of incentive compensation). 
Mc. Harris (2000 : 101), menyatakan bahwa fungsi - fungsi manajemen 
sumber daya manusia meliputi : planning, staffing, evaluating and compensating, 
improving, and maintaining effective relationships (perencanaan, staffing, 
pengevaluasian dan kompensasi, penyempurnaan, dan memelihara hubungan yang 
efektif). Dressler (2004 : 2), menjelaskan fungsi - fungsi manajemen sumber daya 
manusia adalah proses memperoleh, melatih, dan memberikan kompensasi kepada
14 
karyawan, memperhatikan hubungan kerja, kesehatan dan keamanan, dan masalah 
keadilan melalui : 
1. Melakukan analisis pekerjaan (menentukan pekerjaan setiap karyawan) 
2. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan merekrut calon karyawan 
3. Memilih calon karyawan 
4. Mengarahkan dan melatih karyawan-karyawan baru 
5. Mengatur upah dan gaji (memberikan kompensasi kepada karyawan) 
6. Memberikan insentif dan keuntungan 
7. Menilai prestasi 
8. Berkomunikasi (mewawancarai, memberikan konseling, mendisiplinkan) 
9. Melatih dan mengembangkan para manajer 
10. Membangun komitmen karyawan. 
Nawawi (2001 : 256-264), fungsi - fungsi manajemen sumber daya manusia 
terdiri atas : (1) Rekrutmen; (2) Pengaturan staf meliputi : proses seleksi, metode 
skrening dan seleksi, metode interview dalam seleksi pekerja, orientasi dan 
pelatihan; (3) Penilaian prestasi kerja; (4) Pengembangan karir; (5) Kompensasi; 
(6) Kompensasi tidak langsung; (7) Motivasi kerja; (8) Dimensi – dimensi 
internasional manajemen sumber daya manusia. Sementara Melayu SP Hasibuan 
(2001 : 21), mengemukakan bahwa fungsi – fungsi manajemen sumber daya 
manusia meliputi : (1) Perencanaan dan pengorganisasian; (2) Pengarahan dan 
pengendalian; (3) Pengadaan; (4) Pengembangan; (5) Kompensasi; (6) 
Pengintegrasian; (7) Pemeliharaan; (8) Kedisiplinan; dan (9) Pemisahan.
15 
B. Pengertian Kompensasi 
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi kepada 
karyawan yang dapat bersifat finansial maupun non finansial, pada periode yang 
tetap. Sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan kepuasan bagi 
karyawan dan memungkinkan organisasi memperoleh, mempekerjakan dan 
mempertahankan karyawan (Martoyo, 2000:78). 
Kompensasi merupakan sesuatu yang dipertimbangkan sebagai suatu yang 
sebanding. Dalam kepegawaian, hadiah yang bersifat uang merupakan 
kompensasi yang diberikan kepada pegawai sebagai penghargaan dari pelayanan 
mereka (Mangkunegara, 2000:83) 
Kompensasi adalah “imbalan-imbalan finansial dan jasa-jasa tanpa wujud 
dan tunjangan-tunjangan yang diterima oleh karyawan sebagai bagian dari 
hubungan kepegawaian“ (Simamora, 1999: 540). Sedangkan Panggabean (2004: 
84) menyatakan bahwa kompensasi adalah semua jenis penghargaan yang berupa 
uang atau bukan uang yang diberikan kepada pegawai secara layak dan adil atas 
jasa mereka dalam mencapai tujuan perusahaan. 
Sebagaimana yang diterangkan Umar (1998), bahwa salah satu cara 
manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi, dan kepuasan kerja para 
karyawan adalah melalui kompensasi. Kompensasi dapat diartikan sebagai sesuatu 
yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Menurut Mathis 
dan Jackson (2006), kompensasi terdiri atas :
16 
a. Kompensasi langsung, yang terdiri dari gaji pokok (upah dan gaji) dan 
penghasilan tidak tetap (bonus, insentif, opsi saham) 
b. Kompensasi tidak langsung, yang terdiri dari tunjangan (asuransi 
kesehatan/jiwa, cuti berbayar, dana pensiun) 
Sirait (2006:181) mengemukakan bahwa pegawai harus diberi imbalan 
bagi upaya yang telah mereka keluarkan untuk mencapai tujuan organisasi dan 
tujuan mereka sendiri. Kompensasi lebih dari sekedar upah dan gaji. Dalam 
kompensasi bisa juga termasuk di dalamnya insentif/perangsang dan program 
kesejahteraan pegawai (employee benefit and service). Insentif dapat 
meningkatkan produktivitas. 
C. Kepuasan Kerja (Job Satisfaction) 
Kepuasan kerja adalah bagian dari kepuasan hidup. Suasana lingkungan 
kerja mempengaruhi perasaan karyawan terhadap pekerjaannya. Karena pekerjaan 
merupakan bagian hidup dari karyawan, maka kepuasan kerja dapat 
mempengaruhi kepuasan hidup secara umum Handoko (1996:76) menyatakan 
bahwa ketika karyawan dipekerjakan oleh suatu perusahaan, mereka datang ke 
perusahaan dengan sejumlah harapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalu yang 
akan dikombinasikan dengan job expectation tentang bekerja. Jika harapan 
mereka bertemu, maka umumnya karyawan akan berada pada level tinggi dalam 
kepuasan kerja. Kepuasan kerja adalah bagian dari kepuasan hidup. Kepuasan 
kerja mempengaruhi kepuasan hidup.
17 
Luthans (1995) memberikan definisi bahwa “job satisfaction is a pleasurable or 
positive emotional state resulting from the appraisal one. yang artinya kepuasan 
adalah suatu ungkapan emosional yang bersifat positif atau menyenangkan, 
sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. 
Sementara itu Porter (Wexley dan Yukl, 1992:130-137) mengemukakan 
mengenai teori Disrepancy vagwa : Job satisfaction is difference between how 
much of something there should be and how much there is now, yang berarti 
kepuasan kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak segala sesuatu yang 
seharusnya diterima dengan segala sesuatu yang sebenarnya ada saat ini. Ada tiga 
dimensi penting untuk kepuasan kerja, 1) kepuasan kerja merupakan suatu 
tanggapan emosional terhadap situasi kerja. Sebagian besar tanggapan itu tidak 
dapat dilihat, hanya dapat dirasakan. 2) kepuasan kerja seringkali ditentukan oleh 
sejauhmana hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan dan 3) kepuasan 
mencerminkan beberapa sikap yang saling berhubungan. 
Lussier (1996:74) mengatakan bahwa kepuasan kerja seseorang adalah 
mengenai apa yang karyawan inginkan dari pekerjaan mereka, lebih dari sekedar 
keamanan di dalam bekerja dan gaji lebih tinggi. Kepuasan kerja yang tinggi 
adalah sebuah tanda dari perusahaan yang dikelola secara baik. Kepuasan kerja 
yang rendah seringkali menyebabkan terjadinya pemogokan kerja, produktivitas 
kerja menurun, prestasi kerja pegawairendah, kualitas produk yang tidak jujur, 
masalah kedisiplinan, dan beragam variasi masalah organisasi yang lain. 
Peningkatan kepuasan kerja mempengaruhi hubungan kerja dan organisasional 
yang baik dengan menciptakan sebuah solusi yang saling menguntungkan.
18 
Kepuasan kerja secara umum menyangkut sifat seseorang mengenai 
pekerjaannya. Karena menyangkut sikap, pengertian kepuasan kerja mencakup 
beberapa hal seperti kondisi dan kecenderungan perilaku seseorang. Kepuasan-kepuasan 
itu tidak tampak serta nyata, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu hasil 
pekerjaan (Amstrong, 1994:70). 
Amstrong, (1994:70) menyatakan bahwa kepuasan kerja (job satisfaction) 
adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana 
para karyawan memandang pekerjaan mereka. Menurut Herzberg dalam Handoko 
(2001:193) faktor yang mendatangkan kepuasan adalah prestasi, pngakuan, 
pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab dan kemajuan. Menurut Wexley dan Yulk 
dalam Handoko (2001:193) kepuasan adalah perasaan seseorang terhadap 
pekerjaannya. 
Kepuasan berhubungan erat dengan faktor sikap. Seperti yang 
dikemukakan oleh Tiffin dalam As’ad (2003:104) kepuasan kerja berhubungan 
erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerja 
sama antara pimpinan dengan sesama karyawan. Martoyo (2000:142) menjelaskan 
bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan dimana terjadi atau 
tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh 
karyawan yang bersangkutan. 
Kepuasan kerja merupakan persoalan umum pada unit kerja, baik itu 
berhubungan dengan motivasi, kesetiaan ataupun ketenangan bekerja dan disiplin 
kerja. Menurut Blum dalam As’ad (2003:113) faktor-faktor yang memberikan 
kepuasan kerja adalah a) faktor individu, meliputi : umur, kesehatan, watak dan
19 
harapan; b) faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan 
masyarakat, kesempatan berekreasi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan 
berpolitik dan hubungan kemasyarakatan c) faktor utama dalam pekerjaan, 
meliputi upah, pengawasan, ketenteraman kerja, kondisi kerja dan kesempatan 
untuk maju. Selain itu juga penghargaan terhadap kecakapan, hubungan sosial di 
dalam pekerjaan, kecepatan dalam menyelesaikan konflik antar manusia, 
perasaan, diperlakukan adil, baik yang menyangkut pribadi maupun tugas. 
Ghiselli dan Brown dalam As'ad, (2003:112-113) mengemukakan lima 
faktor yang menimbulkan kepuasan yaitu: pertama, kedudukan (posisi), umumnya 
ada anggapan bahwa orang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan 
lebih puas daripada bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Beberapa 
penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, perubahan tingkat 
pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja. Kedua, pangkat (golongan), 
pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan) sehingga 
pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang 
melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan 
dianggap sebagai kenaikan pangkat dan kebanggaan terhadap kedudukan yang 
baru itu akan merubah perilaku dan perasaan. Ketiga, umur dinyatakan bahwa ada 
hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur antara 25 sampai 
34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa 
menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan. Keempat, jaminan 
finansial dan jaminan sosial. Masalah finansial dan jaminan sosial kebanyakan 
berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Kelima, mutu pengawasan, hubungan
20 
antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting dalani arti menaikkan 
produktivitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan 
hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan sehingga karyawan akan 
merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (sense 
of belonging) 
D. Pengertian Promosi Jabatan 
Pekerjaan atau jabatan adalah sekelompok tugas yang harus dijalankan 
agar suatu organisasi dapat mencapai tujuan-tujuannya. Posisi (position) adalah 
kumpulan tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh seorang pekerja, sehingga 
akan ada satu posisi untuk setiap pekerjaan dalam sebuah organisasi. Sebagai 
contoh, sebuah perusahaan kecil bisa saja memiliki 25 jabatan (Job) bagi 75 
pekerjanya, sementara dalam sebuah perusahaan besar ada 2.000 jabatan bagi 
50.000 pekerja (Marwansyah dan Mukaram, 2000 : 23). 
Mondy dan Noe (1990 : 23) mengemukakan bahwa analisis jabatan adalah 
proses pengumpulan informasi tentang jabatan/pekerjaan tertentu dan penentuan 
unsur-unsur pokok yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan tersebut dan 
proses sistematis untuk menentukan keterampilan, tugas-tugas, dan pengetahuan 
yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu dalam suatu 
organisasi atau prosedur yang sistematis untuk mengindentifikasikan tugas-tugas 
yang diperlukan dalam suatu jabatan dan kondisi lingkungan (fisik dan sosial) 
tempat tugas-tugas dijalankan.
21 
Mondy dan Neo (1990 : 24), tujuan analisis jabatan adalah untuk memperoleh 
jabatan atas enam pertanyaan penting berikut ini : 
a. Tugas-tugas fisik dan mental apa yang dijalankan oleh pekerjaan. 
b. Kapan pekerjaan itu harus diselesaikan. 
c. Di mana pekerjaan itu harus dilakukan 
d. Bagaimana pekerja melakukan pekerjaan itu 
e. Untuk apa pekerjaan itu di lakukan ? 
f. Persyaratan apa yang diperlukan untuk menjalangkan pekerjaan itu ? 
Pengumpulan informasi tentang suatu jabatan dapat dilakukan dengan 
menggunakan cara-cara sebagai berikut : 
a) Angket terstruktur, dengan cara ini, kepada para pekerja disajikan daftar 
tugas-tugas, daftar perilaku kerja (misalnya : melakukan negosiasi, 
mengoordinasikan, menggunakan kedua tangan), atau keduanya. Fokus tugas-tugas 
itu terletak dari apa yang dihasilkan. Ini merupakan pendekatan yang 
berorientasikan pada pekerjaan (job oriented approach). Di sisi lain, perilaku 
kerja berfokus pada bagian suatu pekerjaan dilakukan. Ini merupakan worker-orientet 
apprpach. 
b) Pengamatan. Analisis mengamati seorang pekerja atau sekelompok pekerja 
yang sedang melakukan suatu pekerjaan. 
c) Wawancara. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memungkinkan analisis 
untuk benar-benar melakukan pekerjaan tersebut atau bila pengamatan tidak 
praktis untuk dilaksanakan maka analisis perlu mengandalkan deskripsi
22 
pekerjaan itu sendiri tentang apa yang ia kerjakan, mengapa dan bagaimana 
pekerjaan itu dilakukan. 
d) Catatan Karyawan. Mirip dengan metode wawancara, dengan metoda ini 
analisis menyandarkan diri pada informasi yang berasal dari catatan karyawan 
tentang apa, mengapa, dan bagaimana ia melakukan pekerjaan. 
e) “Job Performance”. Dengan pendekatan ini, analisis benar-benar melakukan 
pekerjaan yang sedang dikajinya untuk memperoleh informasi orang pertama 
tentang suatu pekerjaan. 
Pendapat yang mirip sama dengan di atas dikemukakan oleh Filippo 
(1985:24) bahwa ada empat cara yang populer digunakan dalam pengumpulan 
data pada analisis jabatan, yaitu : 
1. Questionare. 
2. writte naratives 
3. Observation 
4. Interviews 
Kajian yang dilakukan oleh Siegel dan Lane (1987) menyebutkan tiga jenis 
prosedur analisis jabatan, yaitu : 
1. Job Orientet Procedures. 
Analisis yang dilakukan menekankan pada hasil spesifik atau hasil akhir 
dalam jabatan tertentu (misalnya : surat telah diarsipkan, dokumen telah ditik, 
dan sebagainya) 
2. Trait Oriented procedures.
23 
Dalam prosedur ini, analisis melakukan pada kemampuan atau karakteristik 
yang mempengaruhi unjuk kerja yang memuaskan. 
3. Worker Oriented procedures 
Prosedur ini menekankan pada apa yang dilakukan (perilaku) oleh pegawai, 
agar diperoleh hasil tertentu 
Menurut Handoko ( 2001: 121), karier sebagai suatu urutan promosi atau 
pemindahan lateral ke jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau 
ke lokasi-lokasi yang lebih baik dalam menyilang hierarki hubungan selama 
kehidupan kerja seseorang. Prospek demikian akan mendorong seseorang untuk 
merencanakan kariernya dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan, 
misalnya dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan tambahan sehingga jabatan 
yang lebih tinggi benar-benar dapat tercapai. 
Secara umum diketahui bahwa yang dimaksud dengan promosi jabatan 
adalah seorang karyawan dipindahkan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain yang 
tergantung tanggung jawabnya lebih besar tingkatannya dalam hierarki jabatan 
lebih tinggi dan penghasilan yang lebih besar pula. Siagian (1997:169-170), setiap 
pegawai mendambakan promosi karena dipandang sebagai penghargaan atas 
penghasilan seseorang menunaikan kewajibannya dalam pekerjaan dan jabatan 
yang dipangkunya sekarang,sekaligus sebagai pengakuan atas kemampuan dan 
potensi yang bersangkutan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi dalam 
organisasi 
Menurut Hasibuan (2002: 108), promosi jabatan adalah perpindahan yang 
memperbesar wewenang dan tanggung jawab karyawan ke jabatan yang lebih
24 
tinggi di dalam organisasi sehingga kewajiban, baik status dan penghasilannya 
semakin besar. Hampir semua karyawan mendambakan untuk mendapatkan 
promosi jabatan tersebut. Karena pada dasarnya semua karyawan menginginkan 
kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, pendapatan yang lebih tinggi dan 
juga status sosial. 
Husnan (2002:111) mengemukakan bahwa kesempatan untuk maju di 
dalam organisasi sering disebut sebagai promosi (naik pangkat). Suatu promosi 
berarti perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan 
tanggung jawab yang tinggi. Biasanya perpindahan ke jabatan yang lebih tinggi 
disertai dengan peningkatan gaji/upah dan hak-hak lainnya. Walaupun demikian 
ada juga promosi yang tidak disertai dengan peningkatan gaji yang disebut 
promosi kering. Promosi dibedakan dengan trasnfer karena transfer hanya 
menyangkut kepindahan jabatan ke jabatan yang sama dalam arti status, tanggung 
jawab dan gaji. 
E. Prestasi Kerja 
Prestasi kerja adalah suatu hal yang mutlak dalam suatu perusahaan atau 
instansi. Setiap perusahaan akan mempunyai interprestasi yang berbeda tentang 
prestasi kerja, dengan kata lain bahwa setiap perusahaan mempunyai batasan 
masing-masing dalam masalah prestasi kerja tersebut, karena prestasi kerja ini 
merupakan tujuan akhir suatu kebijaksanaan perusahaan.(Rao T.A, 1997: 4) 
Penilaian prestasi kerja adalah proses di mana organisasi mengevaluasi 
atau menilai kerja karyawannya. Kegiatan ini dapat memberikan umpan balik
25 
kepada karyawan tentang pelaksanaan pekerjaan mereka. Pelaksanaan penilaian 
ini sering sulit karena menyangkut hal-hal kualitatif, faktor-faktor kualitatif yang 
sulit untuk diukur secara nyata misalnya loyalitas, dedikasi dan tanggung jawab. 
Hal ini merupakan faktor relevan yang berbeda dari suatu perusahaan dengan 
perusahaan lainnya.(Rivai, 2005:114) 
Adapun kegunaan-kegunaan penilaian prestasi kerja antara lain : 
1. Perbaikan prestasi kerja 
Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan 
departemen personalia dapat membetulkan kegiatan mereka untuk 
memperbaiki prestasi. 
2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi 
Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam 
menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan kompensasi lainnya. 
3. Keputusan-keputusan penempatan 
Promosi, mutasi dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja, promosi 
sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu 
seseorang. 
4. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan 
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan agar diadakannya latihan. 
Demikian juga prestasi kerja yang baik mencerminkan adanya potensi yang 
harus di kembangkan.
26 
5. Perencanaan dan pengembangan karier 
Umpan balik prestasi mengarah kepada keputusan-keputusan karier yaitu 
tentang jalur-jalur karier yang harus ditempuh. 
6. Penyimpangan proses staffing 
Prestasi yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan 
prosedur staffing departemen personalia. 
7. Ketidak akuratan informasi 
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam 
informasi analisa atau komponen-komponen lainnya dalam sistem informasi 
manajemen personalia. Menggantungkan pada informasi yang tidak akurat 
menyebabkan keputusan-keputusan personalia yang diambil tidak akurat. 
8. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan. 
Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda adanya kesalahan 
desain pekerjaan. 
9. Kesempatan kerja yang adil 
Penilaian prestasi kerja secara akurat menjamin keputusan -keputusan 
penempatan di dalam perusahaan yang diambil tanpa adanya diskriminasi. 
10. Tantangan-tantangan eksternal 
Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar 
lingkungan kerja, seperti faktor keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau 
masalah-masalah pribadi lainnya. 
Pengertian prestasi kerja disebut juga sebagai prestasi kerja atau dalam bahasa 
Inggris disebut dengan performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih
27 
menggambarkan pada “prestasi” dalam bahasa Inggris yaitu kata “achievement”. 
Tetapi karena kata tersebut berasal dari kata “to achieve” yang berarti 
“mencapai”, maka dalam bahasa Indonesia sering diartikan menjadi “pencapaian” 
atau “apa yang dicapai”. (Ruky:1997: 15) 
Bernardin dan Russel (1993:378) memberikan definisi tentang prestasi kerja 
sebagai berikut : 
“performance is defined as the record of outcome produced on a specified 
jobfunction or activity during a specified time period” 
(Prestasi kerja didefinisikan sebagai catatan dari hasil-hasil yang diperoleh 
melalui fungsi-fungsi pekerjaantertentu atau kegiatan selama tempo waktu 
tertentu). 
Definisi diatas dapat dipahami bahwa prestasi kerja lebih menekankan pada 
hasil atau yang diperoleh dari sebuah pekerjaan sebagai kontribusi pada 
perusahaan. Rahmanto (2001:18) menyebutkan prestasi kerja atau prestasi kerja 
sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau 
divisi, dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang 
telah ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan. 
Penilaian prestasi kerja dalam bahasa inggris disebut sebagai performace 
appraisal. Pada kamus Manajemen SDM dan Perilaku Organisasi (Tunggal, 
1997:48) berarti suatu proses organisasi menilai performa individu. Sedangkan 
Bittel (1996:233) menyebutkan suatu evaluasi formal dan sistematis tentang 
seberapa baik seseorang melakukan tugasnya dan memenuhi perannya yang sesuai 
dalam organisasi. Blanchard dan Spencer (1982:100) menyebutkan penilaian
28 
prestasi kerja merupakan proses organisasi yang mengevaluasi prestasi kerja 
karyawan terhadap pekerjaannya. Esensinya, supervisor dan karyawan secara 
formal melakukan evaluasi terus menerus. Kebanyakan mereka mengacu pada 
prestasi kerja sebelumnya dan mengevaluasi untuk mengetahui apa yang akan 
dilakukan selanjutnya. Ketika prestasi kerja tidak memenuhi syarat, maka manajer 
atau supervisor harus mengambil tindakan, demikian juga apabila prestasi 
kerjanya bagus maka perilakunya perlu dipertahankan. 
Analisis pekerjaan mempunyai aplikasi ketiga yaitu standar-standar prestasi 
kerja. Standar-standar ini memberikan manfaat pertama, standar berfungsi sebagai 
sasaran atau target bagi pelaksanaan kerja karyawan, tantangan pencapaian 
sasaran-sasaran bisa memotivasi para karyawan. Kedua, standar adalah kriteria 
dari keberhasilan kerja yang dinilai atau diukur. Ketiga, tanpa standar, tidak ada 
sistem pengawasan yang dapat mengevaluasi pelaksanaan kerja. (Handoko, 
2001:51). 
F. Hubungan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja 
Bagi organisasi, upah merupakan biaya, upah yang terlalu tinggi akan 
mengurangi daya saing perusahaan, mutu produk yang dihasilkan kurang baik 
karena mungkin saja bahan baku yang digunakan jelek. Sebaliknya jika upah 
terlalu rendah, kita tidak bisa menciptakan pekerjaan yang menarik sehingga harus 
dicari keseimbangan kompensasi dan masalah kompensasi harus benar-benar 
ditangani dengan baik oleh bagian kepegawaian. Dengan demikian tujuan 
perusahaan secara keseluruhan akan tercapai dengan program kompensasi yang 
baik. Adapun tujuan manajemen kompensasi adalah : (Sirait, 2006:183)
29 
1. Untuk memperoleh pegawai yang berprestasi 
2. Mempertahankan pegawai yang sedang bekerja agar jangan akan keluar. 
3. Bisa menjamin suatu keadilan/kesamaan 
4. Suatu kompensasi harus merupakan imbalan dari perilaku yang diinginkan 
5. Bisa mengendalikan biaya 
6. Tidak bertentangan dengan peraturan/hukum yang ditetapkan oleh pemerintah 
7. Untuk dapat menciptakan suatu administrasi yang efisien. 
Kompensasi yang diberikan oleh perusahaan merupakan penghargaan 
terhadap hasil kerja yang dicapai setiap karyawan. Peningkatan hasil kerja dari 
waktu ke waktu menunjukkan adanya prestasi kerja yang harus diberikan 
penghargaan berupa hadiah dalam bentuk uang (Handoko, 2001:53).
30 
BAB III 
METODE PENELITIAN 
A. Desain Penelitian 
Desain penelitian ini adalah eksplanatori dengan menggunakan analisis 
statistik deskriptif dari data yang telah dikategorikan. Penggunaan analisis 
didasari pertimbangan model hipotesis yang dibangun untuk menjawab 
permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Data yang 
digunakan adalah data primer yang dikumpul secara cross section melalui 
kuisioner. 
B. Populasi dan Sampel 
1.Populasi 
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Tenaga Kerja 
dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara yang berjumlah 275 orang. 
2. Penentuan Sampel Penelitian 
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 
teknik pusposive sampling yakni penentuan sampel secara sengaja seperti yang 
dikemukakan oleh Sugiyono (2006) terhadap 275 pegawai pada Dinas Tenaga 
Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. sebesar 20%. Dengan 
demikian jumlah sampel berjumlah 55 orang 
3. Sumber dan Jenis Data 
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data 
sekunder. Data primer meliputi data tanggapan responden terhadap kompensasi,
31 
kepuasan kerja dan promosi jabatan serta prestasi kerja pegawai. Data primer ini 
diperoleh dari penyebaran kuisioner. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan 
kegiatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara dan 
dokumentasi yang ada pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi 
Sulawesi Tenggara. 
4. Metode Pengumpulan Data 
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 
1. Kuisioner, dilakukan dengan menyebar pertanyaan kepada responden. 
Kuisioner diisi dengan jawaban atas pilihan yang disesuaikan dengan pendapat 
dan keterangan yang mendukung pembuktian hipotesis penelitian. 
2. Wawancara dilakukan dengan menghubungi para responden di Dinas Tenaga 
Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. untuk mendapatkan 
informasi yang lebih lengkap dalam menganalisis data dalam penelitian ini. 
3. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan laporan dan dokumentasi 
untuk kebutuhan penelitian 
5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 
Uji validitas 
Instrumen tersebut dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang 
seharusnya diukur atau mengukur apa yang di inginkan dengan tepat (Supranto, 
1997 : 121). Dalam pengujian validitas, instrumen diuji dengan menghitung 
koefisien korelasi antara skor item dan skor totalnya dalam taraf signifikansi 0,05 
dengan menggunakan Korelasi Product Moment Pearson (Santoso, 2002 : 120).
32 
Instrumen bisa dikatakan valid mempunyai nilai r hitung > r tabel dengan tingkat 
signifikansi lebih kecil di bawah 0,05 (Santoso, 2002 : 283). Instrumen yang telah 
memiliki tingkat validitas yang dapat di terima jika nilai koefisien korelasi yang 
terukur adalah varibel ≥ 0,30 atau 30%. 
6. Uji reliabilitas 
Instrumen tersebut di katakan reliabel jika dapat di inginkan untuk 
mengukur variabel berulang kali yang akan menghasilkan data yang sama atau 
hanya sedikit bervariasi (Supranto, 1997 : 112). Uji reliabilitas untuk menguji 
konsistensi instrumen menggunakan koefisien Alpha Cronbach (α). Instrumen 
yang telah memiliki tingkat keandalan atau reliabilitas yang dapat di terima jika 
nilai koefisiennya realibilitas yang terukur adalah varibel ≥ 0,60. 
7. Teknik Analisis Data 
Analisis Statistik Deskriptif 
Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan memberikan deskriptif atau 
gambaran tentang karakteristik responden serta menyusun distribusi frekuensi 
dengan menggunakan data dari kuisioner atau angket penelitian yang telah 
diberikan kepada responden sehingga diperoleh frekuensi, persentasi dan rata-rata 
skor jawaban responden.
33 
8. Analisis Regresi Linear Berganda 
Dalam mencapai tujuan penelitian ini, maka data yang diperoleh 
selanjutnya akan diolah dengan teknik analisis yang sesuai dengan kebutuhan 
penelitian ini yaitu analisis regresi linear berganda : 
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e (Riduwan, 2006) 
Keterangan: 
Y = Prestasi Pegawai 
a = Konstanta 
X1 = Kompensasi 
X2 = Kepuasan Kerja 
X3 = Promosi Jabatan 
b1, - b3, = Koefisien regresi yang menyatakan pengaruh masing-masing 
variabel terhadap Y 
e =Tingkat kesalahan
34 
IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN 
4.1 Analisis Deskriptif Statistik 
Analisis deskriptif statistik digunakan untuk menjelaskan distribusi 
frekuensi jabatan responden atas indikator kompensasi, kepuasan kerja, 
promosi jabatan dan prestasi kerja pegawai. Distribusi frekuensi tersebut 
diperoleh dari hasil skor jawaban responden. Adapun dasar interprestasi skor 
item dalam variabel penelitian adalah digambarkan pada Tabel berikut : 
Tabel 1 Dasar Interpretasi Skor 
No. Nilai Skor Interpretasi 
1. X ≤ 1,5 Berada pada daerah sangat negatif/sangat tidak baik 
2. 1,5 < X ≤ 2,5 Berada pada daerah negatif/ tidak baik 
3. 2,5 < X ≤ 3,5 Berada pada daerah tengah-tengah/cukup baik 
4. 3,5 < X ≤ 4,5 Berada pada daerah positif/ baik 
5. X ≥ 4,5 Berada pada daerah sangat positif/ sangat baik 
Sumber : Arikunto (dimodifikasi) 1998 
Tabel 1 menunjukkan ketentuan skor yang bersumber dari tanggapan 
responden pada kuisioner yang digunakan. Batasan skor tersebut digunakan 
sebagai pengukuran atas rata-rata skor yang diperoleh dari masing-masing 
item pernyataan dalam kuisioner.(Arikunto, 1998). 
Penelitian yang dilakuksan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 
Provinsi Sulawesi Tenggara dengan mengetahui dan menganalisis pengaruh
35 
kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan terhadap prestasi kerja 
pegawai yang masing-masing telah dioperasional secara sistematis 
berdasarkan kuisioner yang disebar kepada setiap responden. Masing-masing 
variabel dikaji melalui indikator-indikator yang diukur dengan menggunakan 
kuisioner. Hasil pengukuran masing-masing variabel dapat dikemukakan 
sebagai berikut : 
4.1.1 Kompensasi (X1) 
Hasil pengukuran mengenai item 1 pada kompensasi dalam kuisioner 
yang bertujuan untuk gaji yang diberikan sesuai dengan tanggung jawab 
pekerjaan yang dilaksanakan oleh pegawai selama sebulan kerja disajikan 
pada tabel berikut : 
Tabel 2. Frekuensi dan Persentase Variabel Kompensasi 
(Butir) Frekuensi Jawaban Responden (f) dan persentase (%) Total 
Variabel Item 
Skor 
Rata-rata 
SS(5) S(4) KS(3) TS(2) STS(1) 
f % F % F % f % F % 
X1 X1.1 30 54.5 16 29.1 6 10.9 2 3.6 1 1.8 237 4.31 
X1.2 28 50.9 18 32.7 6 10.9 2 3.6 1 1.8 235 4.27 
X1.3 30 54.5 14 25.5 8 14.5 3 5.5 1 1.8 237 4.31 
X1.4 29 52.7 16 29.1 7 12.7 2 3.6 1 1.8 235 4.27 
X1.5 21 38.2 22 40.0 7 12.7 3 5.5 2 3.6 222 4.04 
Rata-rata veriabel indikator 1.16 
6 
4.24 
Sumber : Data primer (diolah)
36 
Tabel 2 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel 
kompensasi yang diukur dengan indikator pemberian gaji sesuai dengan 
tanggung jawab (X1.1) sebagian besar (83,6%) pegawai setuju dan sangat 
setuju adanya gaji yang diberikan sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan 
yang dilaksanakan oleh pegawai selama sebulan. 10,9% adalah mereka yang 
kurang setuju selebihnya 5,4% adalah mereka yang tidak setuju dan sangat 
tidak setuju dengan gaji yang diberikan sesuai dengan tanggung jawab. 
Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang respon 
pegawai terhadap pemberian gaji sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan 
sebesar 4,31, dan hal ini dinyatakan baik , artinya secara rata-rata pemberian 
gaji sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan pada Dinas Tenaga Kerja dan 
Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggaran sudah baik, karena itu diharapkan 
peningkatan prestasi kerja pegawai. Implikasinya adalah pemberian gaji yang 
sesuai kepada pegawai, maka akan dapat meningkatkan prestasi kerja 
pegawai. 
Pada item 2 tentang hak pegawai untuk mendapat penghargaan atas hasil 
kerjanya (X1.2) diperoleh bahwa sebagian besar (83,6%) pegawai setuju dan 
sangat setuju terhadap pemberian penghargaan kepada pegawai yang berhak 
atas hasil pekerjaannya. 10,9% adalah mereka yang kurang setuju selebihnya 
5,45% adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap 
pemberian penghargaan kepada pegawai yang berhak atas hasil kerjanya 
karena pekerjaan tersebut dilakukan secara bersama dengan rekan sekerja. 
Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang respon
37 
terhadap pegawai yang berhak mendapat penghargaan atas hasil kerjanya 
sebesar 4,27 dan hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata penghargaan 
yang diberikan kepada pegawai yang berhak mendapat penghargaan atas hasil 
kerjanya sudah baik, implikasinya, pemberian penghargaan yang sesuai atas 
hasil kerja akan meningkatkan prestasi kerja pegawai. 
Pada item 3 mengenai pegawai diberikan kompensasi sesuai dengan hasil 
kerjanya (X1.3) diperoleh bahwa sebagian besar (80,00%) pegawai setuju dan 
sangat setuju adanya pemberian kompensasi sesuai dengan hasil kerjanya. 
14,5% adalah mereka yang kurang setuju selebihnya 7,27% adalah mereka 
yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pemberian kompensasi 
sesuai dengan hasil kerjanya. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai 
skor rata-rata tentang respon karyawan terhadap pemberian kompensasi atas 
hasil kerjanya sebesar 4,27 dan hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata 
dari pemberian kompensasi atas hasil kerjanya pegawai sudah baik, 
implikasinya pegawai akan meningkatkan prestasi kerja mereka dan menjalan 
tugas kerjanya dengan baik. 
Pada item 4 mengenai pegawai diberikan penghargaan sesuai dengan 
kemampuannya dalam bekerja (X1.4) diperoleh bahwa. sebagian besar 
(81,82%) pegawai setuju dan sangat setuju adanya pemberian penghargaan 
sesuai dengan kemampuan. 12,7% adalah mereka yang kurang setuju 
selebihnya 5,45% adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju 
terhadap pemberian penghargaan atas kemampuan kerja pegawai dalam 
bekerja. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang
38 
respon karyawan terhadap pemberian penghargaan atas kemampuan kerja 
dalam bekerja sebesar 4,27, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata 
dari pemberian penghargaan atas kemampuan dalam bekerja sudah baik, 
Implikasinya penghargaan harus diberikan kepada mereka yang memiliki 
kemampuan dalam bekerja dengan baik. 
Pada item 5 mengenai pegawai diberikan tunjangan Lauk Pauk untuk 
meningkatkan semangat kerja (X1.5) diperoleh bahwa bahwa sebagian besar 
(78,18%) pegawai setuju dan sangat setuju terhadap pemberian tunjangan lauk 
pauk untuk meningkatkan semangat kerja. 12,7% adalah mereka yang kurang 
setuju selebihnya 9,09% adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak 
setuju terhadap pemberian tunjangan lauk pauk untuk meningkatkan semangat 
kerja. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang 
respon karyawan terhadap pemberian tunjangan lauk pauk untuk 
meningkatkan semangat kerja sebesar 4,04, hal ini dinyatakan baik, artinya 
secara rata-rata dari pemberian tunjangan lauk pauk untuk meningkatkan 
semangat kerja sudah baik, implikasinya pemberian tunjangan untuk 
meningkatkan semangat kerja. 
4.1.2 Kepuasan Kerja (X2) 
Hasil pengukuran indikator dilakukan dengan menggunakan kuisioner, 
diperoleh bahwa tanggapan responden terhadap variabel kepuasan kerja. 
Adapun tanggapan responden untuk masing-masing item dapat dijelaskan 
sebagai berikut : 
Tabel 3. Frekuensi dan Persentase Variabel Kepuasan Kerja 
Variabel Item Frekuensi Jawaban Responden (f) dan persentase (%) Total Rata-rata
39 
(Butir) SS(5) S(4) KS(3) TS(2) STS(1) Skor 
f % F % F % f % F % 
X2 X1.1 20 36.4 18 32.7 13 23.6 3 5.5 1 1.8 218 3.96 
X1.2 23 41.8 15 27.3 13 23.6 3 5.5 1 1.8 221 4.02 
X1.3 20 36.4 21 38.2 10 18.2 3 5.5 1 1.8 221 4.02 
X1.4 22 40.0 18 32.7 11 20.0 3 5.5 1 1.8 222 4.04 
X1.5 17 30.9 22 40.0 12 21.8 3 5.5 1 1.8 216 3.93 
Rata-rata veriabel indikator 1098 
3.99 
Sumber : Data primer (diolah) 
Tabel 3 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel 
kepuasan kerja yang diukur dengan indikator hubungan kerja dengan sesama 
rekan sekerja dan saling membantu dalam pelaksanaan pekerjaan (X2.1) pada 
item 1 diperoleh bahwa sebagian besar (69,1%) pegawai setuju dan sangat 
setuju terhadap hubungan kerja dengan sesama rekan sekerja dan saling 
membantu dalam pelaksanaan pekerjaan. 23,6% adalah mereka yang kurang 
setuju selebihnya 7,27% adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak 
setuju terhadap hubungan kerja dengan sesama rekan sekerja dan bekerja 
sendiri. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang 
hubungan kerja dengan sesama rekan sekerja sebesar 3,96, hanya ini 
dinyatakan baik, artinya secara rata-rata dari hubungan kerja dengan sesama 
rekan sekerja dan saling membantu dalam pelaksanaan pekerjaan sudah baik. 
Implikasinya adalah bahwa pegawai harus membina kerja sama dan saling 
membantu dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan. 
Item 2 tentang pekerjaan dikerjakan sesuai dengan kemampuan dan tingkat 
umur agar pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif (X2.2). diperoleh bahwa 
sebagian besar 69,1% responden setuju bahkan sangat setuju dengan 
pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan tingkat umur
40 
untuk mencapai hasil yang efektif, ada juga responden yang kurang setuju 
(23,6%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat 
tidak setuju terhadap pelaksanaan pekerjaan berdasarkan kemampuan dan 
tingkat umur, namun demikian rata-rata responden menyatakan setuju dan 
sangat setuju memiliki fenomena bahwa pelaksanaan pekerjaan dapat 
dilaksanakan berdasarkan kemampuan dan tingkat umur. Fenomena tersebut 
dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pelaksanaan pekerjaan 
berdasarkan kemampuan dan tingkat umur sebesar 4,02, hal ini dinyatakan 
baik, artinya secara rata-rata pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan 
kemampuan dan tingkat umur untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan 
pekerjaan sudah baik. 
Pada item 3 mengenai pelaksanaan pekerjaan berdasarkan arahan atasan 
(X2.3), diperoleh bahwa sebagian besar 74,5% responden setuju bahkan sangat 
setuju dengan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan arahan atasan, selain itu 
responden yang kurang setuju (18,2%) sedangkan selebihnya adalah mereka 
yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pelaksanaan pekerjaan 
sesuai dengan arahan atasan. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai 
skor rata-rata tentang pelaksanaan pekerjaan berdasarkan arahan atasan 
sebesar 4,02, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pelaksanaan 
pekerjaan dengan arahan atasan sudah baik, implikasinya adalah pelaksanaan 
pekerjaan dapat ditingkatkan pada setiap unit kerja. 
Pada item 4 mengenai penempatan pegawai sesuai dengan jumlah 
pekerjaan yang akan dikerjakan (X2.4) diperoleh bahwa sebagian besar 72,7%
41 
responden setuju bahkan sangat setuju dengan penempatan pegawai sesuai 
dengan jumlah pekerjaan yang akan dikerjakan, selain itu responden yang 
kurang setuju (20%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju 
dan sangat tidak setuju terhadap penempatan pegawai sesuai dengan jumlah 
pekerjaan yang akan dikerjakan. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai 
skor rata-rata tentang penempatan pegawai sesuai dengan jumlah pekerjaan 
yang akan dikerjakan rata-rata sebesar 4,04, hal ini dinyatakan baik, artinya 
secara rata-rata penempatan pegawai sesuai dengan jumlah pekerjaan dapat 
ditingkatkan untuk mencapai tingkat penyelesaian pekerjaan dengan baik. 
Implikasinya adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan dapat 
mewujudkan prestasi kerja 
Pada item 5 mengenai pemberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuan 
pegawai (X2.5) diperoleh bahwa sebagian besar 70,9% responden setuju 
bahkan sangat setuju dengan pemberian pekerjaan sesuai dengan kemampuan 
pegawai, selain itu responden yang kurang setuju (21,8%) sedangkan 
selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap 
pemberian pekerjaan sesuai dengan kemampuan pegawai. Fenomena tersebut 
dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pemberian pekerjaan sesuai 
dengan kemampuan kerja pegawai rata-rata sebesar 3,93, hal ini dinyatakan 
baik, artinya secara rata-rata pemberian pekerjaan sesuai dengan kemampuan 
kerja pegawai sangat berkaitan dengan tujuan peningkatan prestasi kerja. 
4.1.3 Promosi Jabatan (X3)
42 
Hasil pengukuran indikator dilakukan dengan menggunakan kuisioner, 
diperoleh bahwa tanggapan responden terhadap variabel promosi jabatan. 
Adapun tanggapan responden untuk masing-masing item dapat dijelaskan 
sebagai berikut : 
Tabel 4. Frekuensi dan Persentase Variabel Promosi Jabatan 
Variabel Item 
(Butir) 
Frekuensi Jawaban Responden (f) dan persentase (%) Total 
Skor 
Rata- 
SS(5) S(4) KS(3) TS(2) STS(1) rata 
f % F % F % f % F % 
X3 X1.1 20 36.4 12 21.8 11 20.0 1 1.8 1 1.8 184 3.35 
X1.2 26 47.3 20 36.4 6 10.9 1 1.8 2 3.6 232 4.22 
X1.3 23 41.8 24 43.6 5 9.1 1 1.8 2 3.6 230 4.18 
X1.4 22 40.0 24 43.6 6 10.9 2 3.6 1 1.8 229 4.16 
X1.5 24 43.6 21 38.2 7 12.7 1 1.8 2 3.6 229 4.16 
Rata-rata veriabel indikator 1104 4.01 
Sumber : Data primer (diolah) 
Tabel 4 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel 
promosi jabatan yang diukur dengan indikator penempatan pegawai pada item 
1 tentang pegawai yang ditempatkan pada masing-masing unit memiliki 
kecakapan dalam bekerja (X3.1) diperoleh bahwa sebagian besar 58,2% 
responden setuju bahkan sangat setuju dengan pegawai yang ditempatkan pada 
masing-masing unit memiliki kecakapan dalam bekerja, selain itu responden 
yang kurang setuju (20%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak 
setuju dan sangat tidak setuju terhadap pegawai yang ditempatkan pada 
masing-masing unit memiliki kecakapan dalam bekerja. Fenomena tersebut 
dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pegawai yang ditempatkan 
pada masing-masing unit memiliki kecakapan dalam bekerja rata-rata sebesar 
4,07, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pegawai yang 
ditempatkan pada masing-masing unit memiliki kecakapan dalam bekerja
43 
merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan prestasi kerja dan 
implikasinya terhadap penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu. 
Pada item 2 mengenai pemberian perhatian dan kesempatan untuk 
dipromosikan (X3.2) diperoleh bahwa sebagian besar 83,6% responden setuju 
bahkan sangat setuju dengan pemberian perhatian dan kesempatan untuk 
dipromosikan, selain itu responden yang kurang setuju (10,9%) sedangkan 
selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap 
pemberian perhatian dan kesempatan untuk dipromosikan. Fenomena tersebut 
dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pemberian perhatian dan 
kesempatan untuk dipromosikan rata-rata sebesar 4,18, hal ini dinyatakan baik 
artinya secara rata-rata pemberian perhatian dan kesempatan untuk 
dipromosikan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan prestasi 
kerja dan implikasinya terhadap penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu. 
Pada item 3 mengenai setiap pegawai memiliki kesempatan untuk 
dipromosikan (X3.3) diperoleh bahwa sebagian besar 85,5% responden setuju 
bahkan sangat setuju dengan setiap pegawai memiliki kesempatan untuk 
dipromosikan, selain itu responden yang kurang setuju (9,1%) sedangkan 
selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap 
setiap pegawai memiliki kesempatan untuk dipromosikan harus memiliki dan 
memenuhi syarat tertentu menurut mereka. Fenomena tersebut dipertegas pula 
oleh nilai skor rata-rata tentang setiap pegawai memiliki kesempatan untuk 
dipromosikan rata-rata sebesar 4,16 hal ini dinyatakan baik, artinya secara 
rata-rata setiap pegawai memiliki kesempatan untuk dipromosikan merupakan
44 
salah satu peluang untuk meningkatkan prestasi kerja dan implikasinya 
terhadap penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu 
Pada item 4 mengenai pegawai dipromosikan pada posisi dan jabatan yang 
tepat (X3.4) diperoleh bahwa sebagian besar 83,6% responden setuju bahkan 
sangat setuju dengan pegawai dipromosikan pada posisi dan jabatan yang 
tepat, selain itu responden yang kurang setuju (10,9%) sedangkan selebihnya 
adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pegawai 
dipromosikan pada posisi dan jabatan yang tepat menurut mereka. Fenomena 
tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pegawai dipromosikan 
pada posisi dan jabatan yang tepat rata-rata sebesar 4,16, hal ini dinyatakan 
baik, artinya secara rata-rata pegawai dipromosikan pada posisi dan jabatan 
yang tepat merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan prestasi kerja 
dan implikasinya terhadap penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu. 
Pada item 5 mengenai pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab dalam 
melakukan pekerjaan (X3.5) diperoleh bahwa sebagian besar 81,8% responden 
setuju bahkan sangat setuju dengan pegawai memiliki tugas dan tanggung 
jawab dalam melakukan pekerjaan, selain itu responden yang kurang setuju 
(12,7%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat 
tidak setuju terhadap pegawai pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab 
dalam melakukan pekerjaan. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai 
skor rata-rata tentang pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab dalam 
melakukan pekerjaan rata-rata sebesar 4,16 hal ini dinyatakan baik, artinya 
secara rata-rata pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melakukan
45 
pekerjaan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan prestasi kerja 
dan implikasinya terhadap penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu. 
4.1.4 Prestasi Kerja 
Hasil pengukuran indikator dilakukan dengan menggunakan kuisioner, 
diperoleh bahwa tanggapan responden terhadap variabel prestasi kerja. 
Adapun tanggapan responden untuk masing-masing item dapat dijelaskan 
sebagai berikut : 
Tabel 5. Frekuensi dan Persentase Variabel Pretasi Kerja 
Variabel Item 
(Butir) 
Frekuensi Jawaban Responden (f) dan persentase (%) Total 
Skor 
Rata- 
SS(5) S(4) KS(3) TS(2) STS(1) rata 
f % F % F % f % F % 
Y Y1 29 52.7 15 27.3 9 16.4 1 1.8 1 1.8 235 4.27 
Y2 30 54.5 16 29.1 5 9.1 3 5.5 1 1.8 236 4.29 
Y3 30 54.5 17 30.9 3 5.5 3 5.5 2 3.6 235 4.27 
Y4 29 52.7 16 29.1 5 9.1 3 5.5 2 3.6 232 4.22 
Y5 31 56.4 14 25.5 5 9.1 4 7.3 1 1.8 235 4.27 
Rata-rata veriabel indikator 1173 4.27 
Sumber : Data primer (diolah) 
Tabel 5 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel 
prestasi kerja yang diukur dengan indikator pada item 1 mengenai 
Kemampuan pegawai dalam memanfaatkan waktu kerja dengan baik (Y1) 
diperoleh bahwa sebagian besar 80% responden setuju bahkan sangat setuju 
dengan pegawai mampu memanfaatkan waktu kerja dengan baik, selain itu 
responden yang kurang setuju (16,4%) sedangkan selebihnya adalah mereka 
yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pegawai mampu 
memanfaatkan waktu kerja dengan baik karena waktu kerja juga sering 
dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang menyebabkan pekerjaan menjadi tidak 
efektif . Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang
46 
pegawai mampu memanfaatkan waktu kerja dengan baik rata-rata sebesar 
4,27, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pegawai mampu 
memanfaatkan waktu kerja dengan baik merupakan semangat kerja yang 
implikasinya adalah peningkatan waktu kerja. 
Pada item 2 mengenai pekerjaan dikerjakan dengan baik hingga selesai 
(Y2) diperoleh bahwa sebagian besar 83,6% responden setuju bahkan sangat 
setuju dengan pekerjaan dikerjakan dengan baik hingga selesai, selain itu 
responden yang kurang setuju (9,1%) sedangkan selebihnya adalah mereka 
yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pekerjaan dikerjakan 
dengan baik hingga selesai karena banyaknya pekerjaan dari atasan yang 
mendesak untuk diselesaikan sehingga pekerjaan utama terabaikan . 
Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pekerjaan 
dikerjakan dengan baik hingga selesai rata-rata sebesar 4,29, hal ini 
dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pegawai melakukan pekerjaan dengan 
baik hingga selesai implikasinya adalah peningkatan kualitas kerja pegawai. 
Pada item 3 mengenai pegawai mampu bekerja secara efektif dan 
menyelesaikan pekerjaan dengan tepat (Y3) diperoleh bahwa sebagian besar 
85,5% responden setuju bahkan sangat setuju dengan kemampuan pegawai 
dalam bekerja secara efektif dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat, selain 
itu responden yang kurang setuju (5,5%) sedangkan selebihnya adalah mereka 
yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap kemampuan pegawai dalam 
bekerja secara efektif dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat . Fenomena 
tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang kemampuan pegawai
47 
dalam bekerja secara efektif dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat rata-rata 
sebesar 4,27, hal ini dinyatakan baik artinya secara rata-rata kemampuan 
pegawai dalam bekerja secara efektif dan menyelesaikan pekerjaan dengan 
tepat implikasinya adalah peningkatan kualitas kerja pegawai. 
Pada item 4 mengenai peningkatan prestasi kerja dilakukan berdasarkan 
unit kerja masing-masing (Y4) diperoleh bahwa sebagian besar 81,8% 
responden setuju bahkan sangat setuju dengan peningkatan prestasi kerja 
dilakukan berdasarkan unit kerja masing-masing, selain itu responden yang 
kurang setuju (9,1%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju 
dan sangat tidak setuju terhadap peningkatan prestasi kerja dilakukan 
berdasarkan unit kerja masing-masing. Fenomena tersebut dipertegas pula 
oleh nilai skor rata-rata tentang peningkatan prestasi kerja dilakukan 
berdasarkan unit kerja masing-masing rata-rata sebesar 4,22, hal ini 
dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pegawai melakukan pekerjaan dengan 
baik hingga selesai implikasinya adalah peningkatan prestasi kerja pegawai. 
Pada item 5 mengenai penilaian prestasi kerja dilakukan secara obyektif 
untuk meningkatkan semangat kerja pegawai (Y5) diperoleh bahwa sebagian 
besar 81,8% responden setuju bahkan sangat setuju dengan penilaian prestasi 
kerja dilakukan secara obyektif untuk meningkatkan semangat kerja pegawai, 
selain itu responden yang kurang setuju (9,1%) sedangkan selebihnya adalah 
mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap penilaian prestasi 
kerja dilakukan secara obyektif untuk meningkatkan semangat kerja pegawai. 
Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang penilaian
48 
prestasi kerja dilakukan secara obyektif untuk meningkatkan semangat kerja 
pegawai rata-rata sebesar 4,27 hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata 
penilaian prestasi kerja dilakukan secara obyektif untuk meningkatkan 
semangat kerja pegawai implikasinya adalah peningkatan kualitas dan 
efektivitas kerja. 
Dengan demikian diperoleh bahwa pegawai-pegawai yang ada pada Dinas 
Tenaga kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan 
aparatur negara yang menghendaki adalah penerapan kompensasi, 
peningkatan kepuasan kerja dan pelaksanaan promosi jabatan yang baik guna 
meningkatkan prestasi kerja pegawai. Keterkaitan variabel ini dipertegas oleh 
Rahmanto (2001:18) bahwa prestasi kerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas 
yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan menggunakan 
kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk 
mencapai tujuan. 
Pencapaian prestasi kerja untuk seorang pegawai bukan saja dinilai dari 
kemampuan menyelesaikan pekerjaan, keterampilan kerja, dan pengalaman 
kerja, tetapi dapat juga dinilai dari kompensasi yang diterima, kepuasan atas 
hasil pekerjaan dan jenjang promosi yang dilaluinya. Elaborasi dari 
kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan dengan tujuan prestasi kerja, 
menggambarkan peran pemerintah pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 
Provinsi Sulawesi Tenggara dalam memberikan perhatian kepada para 
pegawanya untuk dapat bekerja dengan baik sesuai dengan tugas pokok dan
49 
fungsi serta perintah atasan yang pada gilirannya akan mewujudkan 
pemerintahan yang baik. 
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 
Penelitian yang dilakukan pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 
Provinsi Sulawesi Tenggara bertujuan untuk mengetahui pengaruhi dari 
kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan terhadap prestasi kerja 
pegawai. Pengaruh dari masing-masing variabel menggunakan indikator untuk 
dapat diukur tingkat validitas dan reliabilitasnya. 
4.2.1. Pengujian Validitas Instrumen (Construct Validity) 
Dalam penelitiani ni penulis melakukan pengujian terhadap validnya 
pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh responden berdasarkan kuisioner 
yang disebar. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk 
mendapatkan data yang dibutuhan dalam penelitian. Hasil uji validitas 
disajikan pada tabel berikut : 
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Penelitian 
Variabel dan Item Pernyataan Koefisien Korelasi 
(r) 
Sig Ket 
Kompensasi X1.1 0,914 0,000 Valid 
X1.2 0,921 0,000 Valid 
X1.3 0,868 0,000 Valid 
X1.4 0,858 0,000 Valid 
X1.5 0,819 0,000 Valid 
Kepuasan Kerja X2.1 0,929 0,000 Valid 
X2.2 0,956 0,000 Valid 
X2.3 0,910 0,000 Valid 
X2.4 0,930 0,000 Valid 
X2.5 0,879 0,000 Valid 
Promosi Jabatan X3.1 0,901 0,000 Valid 
X3.2 0,929 0,000 Valid 
X3.3 0,936 0,000 Valid 
X3.4 0,922 0,000 Valid
50 
X3.5 0,931 0,000 Valid 
Prestasi Kerja Y.1 0,841 0,000 Valid 
Y.2 0,926 0,000 Valid 
Y.3 0,942 0,000 Valid 
Y.4 0,938 0,000 Valid 
Y.5 0,935 0,000 Valid 
Sumber : Hasil Uji SPSS Versi 15 terlampir 
Berdasarkan data pada tabel 6. dapat dijelaskan hasil uji validitas. 
Menurut Nugroho (2005:67) mengemukakan bahwa uji validitas untuk 
mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu bentuk pernyataan dalam 
mendefinisikan suatu variabel dapat dilihat dari nilai Corrected Item Total 
Correlation > 0,30 dengan nilai  = 0,05. Keterangan pada tabel di atas 
menunjukkan keseluruhan item pertanyaan dalam kuisioner adalah valid dan 
dipertegas dengan nilai korelasi (r) > 0,30. 
Hasil uji validitas yang diinterpretasi berdasarkan nilai ”r” di atas 
menunjukkan hubungan antara item-item pernyataan dalam kuisioner dengan 
variabel kompensasi, kepuasan kerja, promosi jabatan dan prestasi kerja. 
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dioperasional melalui indikator-indikator 
yang dikembangkan menjadi item pernyataan. Hasil pengujian 
validitas menunjukkan tingkat korelasi antara variabel penelitian dengan item 
pernyataan yang erat dan mengindikasikan bahwa pernyataan dalam kuisioner 
ini adalah valid. 
4.2.2. Uji Reliabilitas 
Uji Reliabilitas merupakan ukuran satuan kestabilan dan konsistensi 
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan bentuk-bentuk 
pertanyaan yang merupakan dimensi pernyataan dalam kuisioner merupakan
51 
pernyataan yang reliabel dengan tujuan penelitian dimana nilai  > 0,60. 
Hasil uji reliabilitas disajikan pada tabel berikut : 
Tabel 7. Hasil Uji Reliability 
Variabel Coenbach (α) Ket 
Kompensasi X1 0,822 Reliabel 
Kepuasan Kerja X2 0,829 Reliabel 
Promosi Jabatan X3 0,830 Reliabel 
Prestasi Kerja Y 0,829 Reliabel 
Sumber : Hasil Uji SPSS Versi 15 terlampir 
Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa koefisien Alpha Cronbach (α). 
Instrumen yang telah memiliki tingkat keandalaan atau reliabilitas sebesar α 
lebih besar 0,60 atau 60% realibility yang terukur dan dapat diterima. Dengan 
demikian dapat diperoleh bahwa pernyataan-pernyataan responden dalam 
kuisioner dapat dijadikan data dalam penelitian untuk membuktikan pengaruh 
kompensasi, kepuasan kerja, promosi jabatan dan prestasi kerja pegawai 
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. 
Reliabilitas variabel dari hasil uji menggambarkan tingkat kepercayaan 
terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian (Sarwono, 2006). 
Kompensasi, kepuasan kerja, dan promosi jabatan memiliki tingkat 
kehandalan atau dapat dipercaya mempunyai hubungan dengan prestasi kerja 
pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi 
Tenggara. Hal ini juga tergambar pada hasil uji dimana nilai reliabilitas (α) 
lebih besar dari 0,60 dan hal ini dinyatakan reliabel. 
4.3 Hasil Analisis Penelitian 
4.3.1 Uji Asumsi Klasik
52 
Proses pengujian asumsi klasik statistik dilakukan bersama-sama proses uji 
regresi sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian asumsi 
klasik statistik 
1. Uji Multikolinearitas 
Uji Multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel 
independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lainnya 
dalam suatu model. Kemiripan tersebut menyebabkan terjadinya korelasi yang 
sangat kuat. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor 
(VIF) yang disajikan pada tabel berikut : 
Tabel 8 Hasil Uji Multikolinearitas 
Variabel Tolerance VIF Korelasi (Partial) 
Kompensasi 0,142 7,058 0,535 
Kepuasan kerja 0,149 6,713 0,091 
Promosi Jabatan 0,139 7,312 0,333 
Sumber : Lampiran 
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa hasil uji melalui nilai VIF 
tidak lebih dari 10, dan nilai tolerance lebih dari 0,1, maka dapat dinyatakan 
bahwa model regresi linear berganda terbebas dari asumsi klasik dan dapat 
digunakan dalam penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat yang 
dikemukakan oleh Nugroho (2005:58) bahwa : 
1. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai 
tolerance lebih dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari 
multikolineaer 
2. Jika nilai koefisien korelasi antara masing-masing variabel independen 
kurang dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik 
multikolinear.
53 
2. Uji Autokorelasi 
Berdasarkan hasil uji Durbin Watson, model regresi berganda terbebas 
dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson mendekati angka 2 Untuk lebih 
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. 
Tabel 9. Hasil Uji Autokorelasi 
Model R RSquare Durbin Watson 
0.899 0.808 2,372 
Sumber : Lampiran 
Pada tabel 9 dapat dijelaskan bahwa nilai Durbin Watson 2,372. Menurut 
Trihendradi (2009:213) ketentuan autokorelasi dengan nilai Durbin Watson 
(DW) sebagai berikut : 
a) 1,65 < DW < 2,35 berarti tidak terjadi autokorelasi 
b) 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 berarti tidak dapat disimpulkan 
c) DW ≤ 1,21 atau DW ≥ 2,79 berarti tidak terjadi autokorelasi 
Dengan demikian nilai dw pada hasil analisis SPSS sebesar 2,372 berada 
pada keputusan yang tidak dapat disimpulkan. Hal ini mengindikasi bahwa 
kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan masih harus dilakukan 
koreksi-koreksi dan perbaikan untuk diterapkan dengan baik sehingga dapat 
meningkatkan prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan 
Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara pada masa mendatang. 
3. Uji Normalitas 
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik sebagaimana terlihat di atas, maka dapat 
disimpulkan bahwa model tidak mengandung masalah asumsi klasik, dengan
54 
demikian analisis statistik maupun uji hipotesis dapat dilakukan. Hal ini sejalan 
dengan pendapat dari Nugroho (2005:52) bahwa normalitas jika : 
a. Titik-titik data menyebar di sekitar 0 
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah 
c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar 
kemudian menyempit dan melebar kembali 
d. Penyebaran titik-titik data tidak boleh berpola. 
Pada gambar tersebut di atas, menunjukkan hasil uji normalitas dimana titik-titik 
yang bertebaran disekitar 0, titik yang berkumpul hanya berada pada ordinat 
(0,1) hingga ordinat (1,1). Penyebaran titik-titik tidak membentuk pola apapun. 
Maksudnya normalitas menggambarkan pesebaran titik yang normal 
4. Uji Heteroskedastisitas 
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji perbedaan variance residu 
suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain atau gambaran 
hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual. Model
55 
regresi dalam penelitian ini diuji berdasarkan pesebaran titik berada dalam 
scatterplot dengan nilai pesebaran yang disajikan pada tabel berikut : 
Tabel 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas 
Model Minimum Maximum Mean 
-5,477 4,387 0,000 
Sumber : Lampiran. 
Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai regresi berada pada batasan -5,477 hingga 
4,387. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan dalam 
penelitian ini merupakan model yang baik. 
4.3.2 Pengaruh Kompensasi, Kepuasan Kerja dan Promosi Jabatan 
Terhadap Prestasi Kerja Pegawai. 
Berdasarkan hasil analisis dengan program SPSS 15 diperoleh data 
sebagai berikut : 
Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linear Berganda 
Variabel 
Bebas 
Standardized Koefisien 
regresi 
thitung tsignifikan 
X1 0,522 4,406 0,000 
X2 0,089 1,030 0,308 
X3 0,346 2,941 0,005 
R Square = 0.808 
R = 0.899 N = 55 
Fhitung = 71.321 α = 0,05 
Fsignifikan = 0.000 
Sumber : Hasil olahan data primer (Lampiran 4) 
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda yang disajikan pada 
tabel 11 diperoleh persamaa regresi linear berganda pengaruh pengaruh 
kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan terhadap prestasi kerja 
pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi 
Tenggara adalah :
56 
Y = -0,251 + 0,522X1+0,089X2+0,346X3 
Persamaan tersebut menggambarkan pengaruh masing-masing variabel 
independen terhadap variabel dependen dimana setiap perubahan yang terjadi 
terhadap nilai X1,X2, dan X3, yang disebabkan oleh naik atau turunnya nilai 
koefisien regresi (β) akan memberikan pengaruh terhadap nilai Y. Untuk 
jelasnya dapat diintepretasikan sebagai berikut : 
1. Hasil uji menunjukkan angka konstanta (α) dengan nilai signifikansi 
sebesar 0,165 berarti lebih besar dari nilai α = 0.05, maka dapat 
diintepretasikan bahwa secara statistik nilai konstanta (a) tersebut tidak 
berbeda nyata dengan nol (a = 0). Karena itu nilai konstanta tersebut (α = 
0,662) tidak dapat dimasukkan dalam model regresi. 
2. Nilai X1 = 0,522 menunjukkan bahwa jika kompensasi (X1) ditingkatkan, 
maka prestasi kerja pegawai akan meningkatkan sebesar 52,2 %, dengan 
asumsi bahwa variabel lain konstan. 
3. Nilai X2 = 0,089 menunjukkan bahwa jika kepuasan kerja (X2) dalam 
bekerja ditingkatkan, maka prestasi kerja pegawai akan meningkatkan 
sebesar 8,9% dengan asumsi bahwa variabel lain konstan. 
Kepuasan kerja pada pegawai negeri berpengaruh tidak signifikan, 
makna ini mengilustrasikan bahwa setiap pegawai harga dapat 
melaksanakan pekerjaanya hingga selesai. Tingkat kepuasan kerja pegawai 
adalah pada saat pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, sesuai dengan 
dengan aturan dan perintah (Siagian, 1986). Pernyataan di atas, dapat 
diasumsikan bahwa jika pekerjaan dikerjakana sesuai dengan aturan dan
57 
perintah atasan, maka hasilnya akan memberikan kepuasan kepada 
pegawai tersebut. Berkaitan dengan hasil uji terhadap variabel kepuasan 
kerja, maka pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah 
orang-orang yang bekerja sesuai dengan uraian tugas dan perintah atas dan 
jika hasil kerjanya hasil kerjanya sesuai, maka mereka akan merasa puas. 
Ekspresi pegawai untuk menampakan rasa puas dengan hasil kerja 
yang diterima atasannya cukup bervariabel, ada yang sangat senang, 
sedang dan ada yang biasa saja karena pekerjaan masih tetap dikerjakan 
dan kemungkinan akan menjadi bertambah dengan demikian pengaruh 
kepuasan kerja pegawai adalah tidak signifikan dengan prestasi kerja 
pegawai. Namun demikian pegawai diharapkan dapat bekerja dengan baik 
dan penuh tanggung jawab. 
4. Nilai X3 = 0,346 menunjukkan bahwa jika terjadi pelaksanaan promosi 
jabatan (X3) dalam kantor dengan tepat, maka prestasi kerja pegawai akan 
meningkatkan sebesar 34,6% dengan asumsi bahwa variabel lain konstan. 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi jabatan dilaksanakan untuk 
meningkatkan karier pegawai. Setiap pegawai mempunyai hak untuk di 
promosikan dari suatu jabatan lama ke jabatan baru dengan pendapatan 
yang wajar untuk jabatan tersebut. Variabel promosi jabatan dinyatakan 
berpengaruh karena dalam tradisi pomosi jabatan secara kolusif masih 
tergambar dalam wacana jabatan struktural di pemerintahan seperti pada 
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara yang 
tidak lepas dari adanya pelaksanaan promosi jabatan yang tidak sesuai,
58 
bahkan menimbulkan kesenjangan sosial antara atasan dan bawahan yang 
berdampak pada pelaksanaan dan pencapaian hasil pekerjaan. 
5. Nilai R² ( R-Square ) sebesar 0,808 menunjukkan bahwa 80,8 % variasi 
dari prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 
Provinsi Sulawesi Tenggara dijelaskan oleh variabel kompensasi, 
kepuasan kerja dan promosi jabatan dan sisanya 19,2% dijelaskan oleh 
variabel lain diluar model. 
6. Nilai R (angka koefisien korelasi ) sebesar 0,899 menunjukkan korelasi 
hubungan antara variabel kompensasi (X1), kepuasan kerja (X2), dan 
promosi jabatan (X3) terhadap prestasi kerja pegawai (Y) pada Dinas 
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sangat 
kuat berada di atas 0,5. 
4.3.2 Hasil Pengujian Hipotesis 
Berdasarkan hasil analisis regresi pada lampiran hasil analisis statistik 
SPSS yang diringkas pada tabel 4.15 dapat diinterpretasikan pengaruh 
kompensasi, kepuasan kerja, dan promosi jabatan terhadap prestasi kerja 
pegawai secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut : 
a. Variabel kompensasi (X1) memiliki nilai p-value  = 0,000 < 0,05, 
sedangkan thitung = 4,406 > ttabel = 2.015 artinya kompesasi secara parsial 
berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pegawai Dinas Tenaga 
Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. 
b. Variabel kepuasan kerja (X3) memiliki nilai p-value  = 0,308 > 0,05 
artinya signifikan, sedangkan thitung = 1,030 < ttabel = 2,015 artinya variabel
59 
kepuasan kerja secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap 
prestasi kerja pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi 
Sulawesi Tenggara. 
c. Variabel promosi jabatan (X3) memiliki nilai p-value  = 0,005 < 0,05, 
sedangkan thitung = 2,941 > ttabel = 2,015 artinya varaibel promosi jabatan 
secara parsial berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai Dinas Tenaga 
Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. 
Pemahaman terhadap kalimat ”berpengaruh tidak signifikan” sering 
menimbulkan kontraversi pada sebagian kalangan. Jika hasil suatu penelitian 
diperoleh salah satu variabelnya berpengaruh tidak signifikan adalah 
merupakan bukti bahwa tidak semua variabel memiliki tingkat signifikan 
yang sama sekalipun berpengaruh sehingga hal ini wajar untuk dapat 
dilanjutnya pada penelitian selanjutnya. 
Pengujian simultan (Anova Test) bertujuan untuk mengetahui pengaruh 
bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F 
menunjukkan variabel kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan secara 
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pegawai Dinas 
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil uji F 
menunjukkan nilai p-value 0,00 < 0,005, sedangkan Fhitung = 133,203 > Ftabel 
=2.56, (df1= 5 - 1 dan df2 = 55 - 5), Disini berarti kompensasi, kepuasan kerja 
dan promosi jabatan secara simultan berpengaruh terhadap prestasi kerja 
pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara.
60 
Kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan merupakan variabel 
independen yang secara bersama memiliki pengaruh terhadap prestasi kerja. 
Atau dapat dikatakan bahwa prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja 
dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggaran dipengaruhi oleh kompensasi 
yang layak, kepuasan terhadap hasil kerja dan promosi jabatan yang tepat 
BAB V 
KESIMPULAN DAN SARAN 
5.1 Kesimpulan 
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan 
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa 
1. Hasil analisis diperoleh bahwa kompensasi dan promosi jabatan secara parsial 
mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja artinya setiap peningkatan 
kompensasi dan pelaksanaan promosi jabatan yang baik memiliki arah 
pengaruh yang positif terhadap prestasi kerja pegawai Dinas Tenaga Kerja dan 
Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara 
2. Kepuasan kerja pegawai secara parsial berpengaruh tetapi tidak signifikan 
terhadap prestasi kerja, karena setiap pekerjaan yang ada di dalam unit kerja
61 
harus diselesaikan walaupun pekerjaan tersebut tidak sesuai tetapi semua 
pegawai telah ditetapkan dengan aturan dalam tugas pokok dan fungsi dan 
harus melaksanakan pekerjaan tersebut hingga selesai dengan baik. 
3. Hasil analisis deskripsi menunjukkan bahwa kompensasi dikategorikan tinggi 
atau sebesar 4,23, kepuasan kerja dikategorikan tinggi atau sebesar 3,99, 
promosi jabatan dikategorikan tinggi atau sebesar 4,16 sedangkan prestasi 
kerja dikategorikan tinggi tinggi atau sebesar 4,27 Dengan demikian 
tanggapan responden terhadap kompensasi, kepuasan kerja dan promosi 
jabatan serta prestasi kerja adalah tinggi. 
5.2. Saran 
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka dapat 
disarankan sebagai berikut : 
1. Untuk meningkatkan prestasi kerja dengan pendekatan kompensasi, maka 
diharapkan adanya pemberian kompensasi yang layak selain gaji kepada para 
pegawai sehingga mereka dapat meningkatkan semangat kerja dan 
bertanggung jawab atas pekerjaan yang didelegasikan kepada mereka dengan 
baik. 
2. Untuk meningkatkan kepuasan kerja, maka para pegawai diharapkan agar 
melaksanakan tugas kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah 
ditetapkan sehingga pada gilirannya mereka akan meningkatkan kepuasan 
kerja, diberikan fasilitas, dan lingkungan kerja yang aman. 
3. Untuk melaksanakan promosi jabatan dengan baik, maka diharapkan adanya 
pelaksanaan penempatan, pangkat dan memenuhi syarat kepangkatan,
62 
pengangkatan dan pemindahan pegawai sesuai dengan prosedur yang 
diberlakukan pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi 
Tenggara yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi kerja pada masa 
mendatang.

Contenu connexe

Tendances

Template tabel kpi hrd manager
Template   tabel kpi hrd managerTemplate   tabel kpi hrd manager
Template tabel kpi hrd managerAgus Witono
 
Makalah bab 13 kesehatan dan keselamatan kerja (k3) & hubungan tenaga kerja...
Makalah bab 13   kesehatan dan keselamatan kerja (k3) & hubungan tenaga kerja...Makalah bab 13   kesehatan dan keselamatan kerja (k3) & hubungan tenaga kerja...
Makalah bab 13 kesehatan dan keselamatan kerja (k3) & hubungan tenaga kerja...Shelly Intan Permatasari
 
proposal msdm kinerja karyawan
proposal msdm kinerja karyawanproposal msdm kinerja karyawan
proposal msdm kinerja karyawannurul huda
 
CONTOH PROPOSAL KEGIATAN FAMILY GATHERING KANTOR TERBARU 2023.pdf
CONTOH PROPOSAL KEGIATAN FAMILY GATHERING KANTOR TERBARU 2023.pdfCONTOH PROPOSAL KEGIATAN FAMILY GATHERING KANTOR TERBARU 2023.pdf
CONTOH PROPOSAL KEGIATAN FAMILY GATHERING KANTOR TERBARU 2023.pdfWisata Kepulauan Seribu
 
Buku pedoman karyawan, peraturan perusahaan, dan tata tertib kerja
Buku pedoman karyawan, peraturan perusahaan, dan tata tertib kerjaBuku pedoman karyawan, peraturan perusahaan, dan tata tertib kerja
Buku pedoman karyawan, peraturan perusahaan, dan tata tertib kerjaaswel13
 
Fungsi Manajemen SDM
Fungsi Manajemen SDMFungsi Manajemen SDM
Fungsi Manajemen SDMFkip Sda7
 
Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional
Manajemen Sumber Daya Manusia InternasionalManajemen Sumber Daya Manusia Internasional
Manajemen Sumber Daya Manusia InternasionalIhrom Lestari
 
Employee motivation abstract
Employee motivation abstractEmployee motivation abstract
Employee motivation abstractraja kamal Ch
 
Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi: PT. Pikira...
Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi: PT. Pikira...Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi: PT. Pikira...
Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi: PT. Pikira...Hafiz Rahmaputra
 
Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia
  Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia  Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia
Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopediaToni Wijaya
 
Masalah sdm dalam perusahaan
Masalah sdm dalam perusahaanMasalah sdm dalam perusahaan
Masalah sdm dalam perusahaanregirolan
 

Tendances (20)

Template tabel kpi hrd manager
Template   tabel kpi hrd managerTemplate   tabel kpi hrd manager
Template tabel kpi hrd manager
 
Artikel ilmiah msdm
Artikel ilmiah msdmArtikel ilmiah msdm
Artikel ilmiah msdm
 
Teori teori motivasi
Teori teori motivasiTeori teori motivasi
Teori teori motivasi
 
Makalah bab 13 kesehatan dan keselamatan kerja (k3) & hubungan tenaga kerja...
Makalah bab 13   kesehatan dan keselamatan kerja (k3) & hubungan tenaga kerja...Makalah bab 13   kesehatan dan keselamatan kerja (k3) & hubungan tenaga kerja...
Makalah bab 13 kesehatan dan keselamatan kerja (k3) & hubungan tenaga kerja...
 
proposal msdm kinerja karyawan
proposal msdm kinerja karyawanproposal msdm kinerja karyawan
proposal msdm kinerja karyawan
 
presentasi hrd.pptx
presentasi hrd.pptxpresentasi hrd.pptx
presentasi hrd.pptx
 
CONTOH PROPOSAL KEGIATAN FAMILY GATHERING KANTOR TERBARU 2023.pdf
CONTOH PROPOSAL KEGIATAN FAMILY GATHERING KANTOR TERBARU 2023.pdfCONTOH PROPOSAL KEGIATAN FAMILY GATHERING KANTOR TERBARU 2023.pdf
CONTOH PROPOSAL KEGIATAN FAMILY GATHERING KANTOR TERBARU 2023.pdf
 
Buku pedoman karyawan, peraturan perusahaan, dan tata tertib kerja
Buku pedoman karyawan, peraturan perusahaan, dan tata tertib kerjaBuku pedoman karyawan, peraturan perusahaan, dan tata tertib kerja
Buku pedoman karyawan, peraturan perusahaan, dan tata tertib kerja
 
CONTOH JOBDES LENGKAP UNTUK PERUSAHAAN
CONTOH JOBDES LENGKAP UNTUK PERUSAHAANCONTOH JOBDES LENGKAP UNTUK PERUSAHAAN
CONTOH JOBDES LENGKAP UNTUK PERUSAHAAN
 
Fungsi Manajemen SDM
Fungsi Manajemen SDMFungsi Manajemen SDM
Fungsi Manajemen SDM
 
Program Psikogram
Program PsikogramProgram Psikogram
Program Psikogram
 
Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional
Manajemen Sumber Daya Manusia InternasionalManajemen Sumber Daya Manusia Internasional
Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional
 
Hubungan industrial
Hubungan industrialHubungan industrial
Hubungan industrial
 
Employee motivation abstract
Employee motivation abstractEmployee motivation abstract
Employee motivation abstract
 
Contoh jobdesc
Contoh jobdescContoh jobdesc
Contoh jobdesc
 
Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi: PT. Pikira...
Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi: PT. Pikira...Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi: PT. Pikira...
Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi: PT. Pikira...
 
Kuesioner
KuesionerKuesioner
Kuesioner
 
Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia
  Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia  Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia
Rahasia dan kekuatan di balik papi kostick @tokopedia
 
Masalah sdm dalam perusahaan
Masalah sdm dalam perusahaanMasalah sdm dalam perusahaan
Masalah sdm dalam perusahaan
 
Skripsi SDM
Skripsi SDMSkripsi SDM
Skripsi SDM
 

Similaire à Pengaruh kompensasi kepuasan kerja dan promosi jabatan terhadap kinerja

Tugas 1 pak ade
Tugas 1 pak adeTugas 1 pak ade
Tugas 1 pak adeFuziati
 
Makalah mk evaluasi kerja dan kompensasi (2)makalah uts
Makalah mk evaluasi kerja dan kompensasi (2)makalah utsMakalah mk evaluasi kerja dan kompensasi (2)makalah uts
Makalah mk evaluasi kerja dan kompensasi (2)makalah utsMarani Puspita
 
Makalah 2 (sebelum uas) Evaluasi Kinerja & Kompensasi
Makalah 2 (sebelum uas) Evaluasi Kinerja & KompensasiMakalah 2 (sebelum uas) Evaluasi Kinerja & Kompensasi
Makalah 2 (sebelum uas) Evaluasi Kinerja & Kompensasicatherinepatricia1
 
MAKALAH EVAKINKOMP
MAKALAH EVAKINKOMPMAKALAH EVAKINKOMP
MAKALAH EVAKINKOMPLisaaa1096
 
Tugas 1-Makalah uts- alinda jumaesih-evaluasi kinerja dan kompensasi
Tugas 1-Makalah uts- alinda jumaesih-evaluasi kinerja dan kompensasiTugas 1-Makalah uts- alinda jumaesih-evaluasi kinerja dan kompensasi
Tugas 1-Makalah uts- alinda jumaesih-evaluasi kinerja dan kompensasiAlindajumaesihjumaesih
 
Evaluasi kinerja &amp; kompensasi
Evaluasi kinerja &amp; kompensasiEvaluasi kinerja &amp; kompensasi
Evaluasi kinerja &amp; kompensasiifat fatiroh
 
MAKALAH, EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
MAKALAH, EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASIMAKALAH, EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
MAKALAH, EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASIdinijuliani27
 
Makalah 2[1]
Makalah  2[1]Makalah  2[1]
Makalah 2[1]RohaeniDk
 
makalah evaluasi dan kompensasi 1
makalah evaluasi dan kompensasi 1makalah evaluasi dan kompensasi 1
makalah evaluasi dan kompensasi 1yulisarustandi
 
Makalah evaluasi kinerja dan kompensasi
Makalah evaluasi kinerja dan kompensasiMakalah evaluasi kinerja dan kompensasi
Makalah evaluasi kinerja dan kompensasiGaluh Gilang R
 
Makalah uas evaluasi kinerja dan kompeensasi
Makalah uas  evaluasi kinerja dan kompeensasiMakalah uas  evaluasi kinerja dan kompeensasi
Makalah uas evaluasi kinerja dan kompeensasichairunnissanissa
 
Makalah sebelum UAS
Makalah sebelum UASMakalah sebelum UAS
Makalah sebelum UASyuniafriyani
 

Similaire à Pengaruh kompensasi kepuasan kerja dan promosi jabatan terhadap kinerja (20)

Tugas 2
Tugas 2Tugas 2
Tugas 2
 
Tugas 1 pak ade
Tugas 1 pak adeTugas 1 pak ade
Tugas 1 pak ade
 
makalah 2
makalah 2makalah 2
makalah 2
 
PROPOSAL IBU AGUSTINA.docx
PROPOSAL IBU AGUSTINA.docxPROPOSAL IBU AGUSTINA.docx
PROPOSAL IBU AGUSTINA.docx
 
Artikel ilmiah
Artikel ilmiahArtikel ilmiah
Artikel ilmiah
 
Makalah mk evaluasi kerja dan kompensasi (2)makalah uts
Makalah mk evaluasi kerja dan kompensasi (2)makalah utsMakalah mk evaluasi kerja dan kompensasi (2)makalah uts
Makalah mk evaluasi kerja dan kompensasi (2)makalah uts
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Makalah 2 (sebelum uas) Evaluasi Kinerja & Kompensasi
Makalah 2 (sebelum uas) Evaluasi Kinerja & KompensasiMakalah 2 (sebelum uas) Evaluasi Kinerja & Kompensasi
Makalah 2 (sebelum uas) Evaluasi Kinerja & Kompensasi
 
MAKALAH EVAKINKOMP
MAKALAH EVAKINKOMPMAKALAH EVAKINKOMP
MAKALAH EVAKINKOMP
 
Tugas 1-Makalah uts- alinda jumaesih-evaluasi kinerja dan kompensasi
Tugas 1-Makalah uts- alinda jumaesih-evaluasi kinerja dan kompensasiTugas 1-Makalah uts- alinda jumaesih-evaluasi kinerja dan kompensasi
Tugas 1-Makalah uts- alinda jumaesih-evaluasi kinerja dan kompensasi
 
Uts makalah 1
Uts makalah 1Uts makalah 1
Uts makalah 1
 
Evaluasi kinerja &amp; kompensasi
Evaluasi kinerja &amp; kompensasiEvaluasi kinerja &amp; kompensasi
Evaluasi kinerja &amp; kompensasi
 
MAKALAH, EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
MAKALAH, EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASIMAKALAH, EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
MAKALAH, EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
 
Makalah 2[1]
Makalah  2[1]Makalah  2[1]
Makalah 2[1]
 
Makalah 2(2)
Makalah  2(2)Makalah  2(2)
Makalah 2(2)
 
makalah evaluasi dan kompensasi 1
makalah evaluasi dan kompensasi 1makalah evaluasi dan kompensasi 1
makalah evaluasi dan kompensasi 1
 
Makalah evaluasi kinerja dan kompensasi
Makalah evaluasi kinerja dan kompensasiMakalah evaluasi kinerja dan kompensasi
Makalah evaluasi kinerja dan kompensasi
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasi Makalah evaluasi
Makalah evaluasi
 
Makalah uas evaluasi kinerja dan kompeensasi
Makalah uas  evaluasi kinerja dan kompeensasiMakalah uas  evaluasi kinerja dan kompeensasi
Makalah uas evaluasi kinerja dan kompeensasi
 
Makalah sebelum UAS
Makalah sebelum UASMakalah sebelum UAS
Makalah sebelum UAS
 

Dernier

uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxHakamNiazi
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiGustiAdityaR
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptxObyMoris1
 

Dernier (20)

uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
 

Pengaruh kompensasi kepuasan kerja dan promosi jabatan terhadap kinerja

  • 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi kerja akan dapat dicapai apabila rencana-rencana kerja yang dibuat, dilaksanakan sesuai dengan tugas yang dibebankan pada setiap pegawai yang ada dalam organisasi kerja, oleh karena itu para pegawai diharapkan melaksanakan pekerjaannya dan mampu memberikan hasil kerja yang baik dengan prestasi kerja yang tinggi oleh karena keberhasilan organisasi kerja secara keseluruhan adalah kontribusi dari hasil kerja yang dicapai oleh pegawainya. Hal ini tidak lepas dan peran pemimpin dengan kepemimpinan yang partisipatif dan transparansif dalam bekerja sama dengan staf pegawai untuk mewujudkan tujuan organisasi kerja dengan memperhatikan kompensasi, kepuasan kerja staf, dan promosi jabatan yang harus dilakukan dari waktu ke waktu. Prestasi kerja akan dapat diwujudkan ketika kepemimpinan dalam organisasi berlangsung dengan baik. kepemimpinan akan menanamkan pengaruh untuk memotivasi pegawai sehingga mereka mau bekerja sesuai dengan pencapaian tujuan yang dikehendaki. Pimpinan berusaha agar staf pegawai mau dan mampu bekerja dengan baik. Demikian pentingnya peranan kepemimpinan dalam usaha mencapai tujuan organisasi, sehingga dapatlah dikatakan bahwa sukses atau kegagalan yang dialami suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh
  • 2. 2 orang-orang yang diserahi tugas memimpin dalam organisasi yang bersangkutan. Sehubungan dengan peningkatkan prestasi kerja, setiap pegawai diharapkan untuk bekerja dengan baik dan hal itu tidak lepas dari pemberian kompensasi yang layak. Kompensasi adalah “imbalan-imbalan finansial dan jasa-jasa tanpa wujud dan tunjangan-tunjangan yang diterima oleh karyawan sebagai bagian dari hubungan kepegawaian“ (Simamora, 1999: 540). Sedangkan Panggabean (2004: 84) menyatakan bahwa kompensasi adalah semua jenis penghargaan yang berupa uang atau bukan uang yang diberikan kepada pegawai secara layak dan adil atas jasa mereka dalam mencapai tujuan perusahaan. Walaupun hakekat seseorang bekerja adalah berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, namun uang dan barang adalah imbalan yang pantas atas jasa yang telah mereka berikan kepada organisasinya, karena uang dan barang adalah sarana untuk memenuhi kebutuhan. Kompensasi yang mereka terima mencerminkan ukuran dari apa yang telah mereka lakukan atau berikan kepada organisasi kerjanya, sehingga hal ini berhubungan dengan nilai karya bagi perusahaan. Pemberian kompensasi yang dilaksanakan secara benar akan dapat memuaskan dan memotivasi karyawan guna mencapai tujuan organisasi. Pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai prestasi kerja juga berkaitan dengan kepuasan kerja yang merupakan suatu kondisi yang akan menampakan prestasi kerja seseorang. Kepuasan kerja dapat memberikan karakteristik tertentu pada prestasi kerja individu yang akhirnya akan nampak pula pada peningkatan hasil kerja. Kepuasan kerja yang memadai akan memacu
  • 3. 3 semangat serta, kreativitas dalam bekerja sehingga dapat menunjukkan prestasi kerja yang baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas. Jabatan merupakan tanggung jawab yang diemban setiap pegawai untuk melaksanakan tugas pekerjaannya. Promosi jabatan dalam suatu organisasi kerja dilakukan untuk memotivasi pegawainya untuk meningkatkan hasil kerja. Setiap pegawai memiliki kesempatan yang sama untuk dipromosikan pada jabatan tertentu, apakah sebagai pimpinan puncak, (Top manager) kepala bagian (midle manager) atau kepala unit (unit manager) yang pada dasarnya adalah membangun semangat dan kreatifitas pegawai dalam bekerja. Permasalahan kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan dapat terjadi pada setiap organisasi kerja, jika dikaitkan dengan peningkatan prestasi kerja, masing-masing faktor akan memberikan dampak yang berbeda-beda. Kompensasi memfokuskan uang sebagai alat untuk berprestasi, kepuasan kerja memfokuskan kesesuaian kerja untuk berprestasi dan promosi jabatan memfokuskan pendidikan, kemampuan dan pengalaman kerja untuk berprestasi. Jika elaborasi dari variabel-variabel tersebut bersifat positif maka kemungkinan akan berdampak pada peningkatan prestasi kerja, sebaliknya jika hasil elaborasinya negatif maka akan berdampak pada kemunduran yang akhirnya memerlukan adanya pengembangan karier. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. merupakan salah satu instansi yang dibentuk oleh pemerintah untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan di bidang tenaga kerja dan transmigrasi. Instansi ini memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari 275
  • 4. 4 orang yang terbagi pada 9 unit kerja dengan jenis tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Kompensasi pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari gaji, dan honor kerja proyek yang diberikan sesuai dengan kegiatan proyek. Kompensasi diberikan sesuai dengan hasil kerja dari pegawai, namun ada juga yang mendapat kompensasi tanpa melakukan pekerjaan dan hanya karena ada hubungan kerja seperti kepala bagian dan kepala seksi yang tidak segan-segan meminta kompensasi sebagai bonus untuk dirinya sebagai penanggung jawab bagian atau seksi yang dipimpinnya sementara pegawai yang berhak atas kompensasinya terkadang hanya mendapat separuh yang selayaknya. Hal ini menunjukkan adanya ketidak seimbangan antara yang bekerja dan yang tidak bekerja disamakan dalam perolehan kompensasi. Fenomena ini membuat pegawai menjadi tidak bersemangat dan tidak loyal terhadap pekerjaannya sendiri dan tidak heran jika ada pegawai yang mencari kompensasi pada unit kerja yang lain. Kegiatan mutasi dan rotasi pegawai selalu dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara, namun hal ini menjadi permasalahan bagi sebagai pegawai yang tidak puas dengan kegiatan mutasi dan rotasi tersebut karena mereka harus menyesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan mereka lakukan. Hal ini akan menjadi ketidakpuasan kerja pegawai dan pekerjaan tidak dilakukan dengan baik. Pegawai akan bekerja dengan baik jika pekerjaan tersebut sesuai dengan spesifikasi
  • 5. 5 pendidikan dan kemampuan kerjanya sebaliknya pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan oleh pegawai disebabkan oleh karena ketidakmampuan kerja dan tidak ada kesesuaian antara pendidikan, pengalaman dan keterampilan terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan. Kondisi ini membuat setiap pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan baik. Promosi jabatan yang dilakukan pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara bertujuan untuk meningkatkan karier pegawai dalam kedinasannya, tetapi promosi jabatan kepada pegawai yang dekat dengan pimpinan selalu menimbulkan kesenjangan sosial diantara rekan sekerja. Promosi jabatan kepada pegawai dengan pangkat golongan IIIc menjadi Kepala Seksi melampau pegawai dengan pangkat golongan IIId dan IVa ini terjadi karena ada kepentingan pimpinan dan pendekatan kekeluargaan yang mengakibatkan putusnya komunikasi (miscommunication) antar pegawai. Berkaitan dengan kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara, dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai, maka untuk membangun prestasi kerja pegawai diharapkan adanya pemberian kompensasi yang wajar dan sesuai dengan hasil kerja yang dilakukan, kemudian memberikan pekerjaan kepada pegawai harus sesuai dengan bidang kerja dari pegawai tersebut sehingga mereka dapat bekerja dengan baik dan mencapai kepuasan terhadap hasil kerjanya. Selain itu kegiatan promosi jabatan diharapkan dapat berjalan sesuai dengan paradigma kepangkatan dalam kedinasan serta menghindari adanya
  • 6. 6 status kekerabatan yang mengarah pada kesenjangan kerja dan jabatan yang ditempati bukan pada pegawai yang dipromosikan tetapi pada orang yang memiliki kepentingan individual. Fenomena tersebut menunjukkan adanya bentuk-bentuk kepentingan dalam pemberian kompensasi, pekerjaan dan jabatan yang membuat seorang pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara berada pada pilihan untuk berprestasi atau tetap menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka, penulis melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul:” Pengaruh Kompensasi, Kepuasan Kerja Dan Promosi Jabatan Terhadap Prestasi Kerja. (Studi) Pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “ 1. Bagaimana kompensasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Povinsi Sulawesi Tenggara ? 2. Bagaimana kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Povinsi Sulawesi Tenggara ? 3. Bagaimana promosi jabatan berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Povinsi Sulawesi Tenggara ?
  • 7. 7 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis : 1. Pengaruh kompensasi terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. 2. Pengaruh kepuasan kerja terhadap prestasi kerja pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara 3. Pengaruh promosi jabatan terhadap prestasi kerja pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara D. Kegunaan Penelitian Penelitian diharapkan bermanfaat: a. Secara Teoritis 1. Dapat menjadi sumber referensi dalam mengembangkan pengetahuan sumber daya manusian tentang kompensasi, kepuasan kerja, promosi jabatan dan prestasi kerja. 2. Dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan kompensasi, peningkatan kepuasan kerja pegawai dan promosi jabatan serta peningkatan prestasi kerja dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. 3. Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
  • 8. 8 b. Secara Praktis 1. Bahan masukan bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai melalui pemberian kompensasi dan peningkatan kepuasan kerja serta melaksanakan promosi jabatan dengan baik 2. Bahan masukan bagi Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam meningkatkan prestasi kerja.
  • 9. 9 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Manajemen Sumber Daya Manusia 1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Pada dasarnya Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan suatu gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang cukup potensial, yang perlu dikembangkan sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi maupun bagi pengembangan dirinya. (As’ad, 1997 : 5) Hasibuan (2001 : 10) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur manajemen sumber daya manusia adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Michael Harris (2000 : 101) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia: "Human Resource Management (HRM) as programs, policies, and practices for managing an organization's workforce. (Manajemen Sumberdaya Manusia adalah suatu program, kebijaksanaan dan pelaksanaan untuk mengelola suatu kekuatan kerja organisasi)". Selanjutnya Garry Dressler (2004 : 2), mengemukakan pengertian manajemen sumber daya manusia adalah proses memperoleh, melatih, menilai, dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan, dan keamanan, serta masalah keadilan. Senada dengan pendapat Werther and Davis (1998), menyatakan:
  • 10. 10 "Human Resources Management is a system that consists of many interdependent activities. This activities do not occur in isolation virtually everyone affects another human resources activity (MSDM adalah sebuah sistem yang terdiri dari berbagai kegiatan yang saling memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, dimana kegiatan-kegiatan tersebut tidak pernah terpisah, masing-masing saling mempengaruhi antar kegiatan sumber daya manusia)". Robert L. Malthis dan John H. Jackson (2001 : 4), mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan sistem rancangan formal dari suatu organisasi untuk menentukan efektivitas dan efisiensi dilihat dari bakat seseorang untuk mewujudkan sasaran suatu organisasi. Milkovich and Boudreau (1997): "Human Resources Management is series of integrated decisions that form the employment relationship, their quality directly contributes to the ability of the organization and the employees to achieve their objectives (manajemen sumber daya manusia adalah satu set keputusan terintegrasi yang membentuk hubungan pekerjaan, berkontribusi kualitas secara langsung dalam mewujudkan kemampuan organisasi dan karyawan untuk mencapai tujuan organisasi )". Kerangka dasar dalam implementasi fungsi manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dapat dibedakan atas dua fungsi yaitu fungsi manajemen dan fungsi operasional sumber daya manusia, Edwin B. Flippo (1984 : 5). Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
  • 11. 11 1. Fungsi-fungsi manajemen meliputi: a. Perencanaan (planning) b. Pengorganisasian (organizing) c. pengarahan (directing) dan d. Pengendalian (controlling) 2. Fungsi-fungsi Operasional SDM meliputi: a. Pengadaan tenaga kerja (procurement), Fungsi operasional pertama dari manajemen personalia adalah berupa usaha untuk memperoleh jenis dan jumlah yang tepat dari personalia yang diperlukan untuk menyelesaikan sasaran organisasi. Hal-hal yang dilakukan dalam kaitan ini adalah penentuan sumber daya manusia yang dibutuhkan dan perekrutannya, seleksi dan penempatan. Penentuan sumber daya manusia yang dibutuhkan harus berstandar pada tugas-tugas yang tercantum pada rancangan pekerjaan yang ditentukan sebelumnya. b. Pengembangan (development), Sesudah personalia diperoleh mereka harus dikembangkan sampai pada tingkat tertentu. Pengembangan merupakan peningkatan keterampilan melalui pelatihan perlu untuk prestasi kerja yang tepat. Pengembangan merupakan kegiatan yang amat penting dan terus tumbuh karena perubahan-perubahan teknologi, reorganisasi pekerjaan, dan tugas manajemen yang semakin rumit. c. Kompensasi (compensation), Fungsi ini dirumuskan sebagai balas jasa yang memadai dan layak kepada personalia untuk sumbangan kepada tujuan organisasi. Beberapa penelitian tentang moral yang dilakukan akhir-
  • 12. 12 akhir ini cenderung mengurangi pentingnya arti penghasilan dalam bentuk upah bagi para karyawan, namun kita tetap berpendapat kompensasi adalah salah satu fungsi manajemen personalia. d. Integrasi (integration), Setelah karyawan diperoleh dikembangkan, dan diberi kompensasi secara layak, maka muncul lagi tantangan yang sangat sulit dan mengecewakan bagi manajemen. Kita mendefinisikan sebagai “integrasi”. Integrasi merupakan usaha untuk menghasilkan suatu rekonsiliasi (kecocokan) yang layak atas kepentingan-kepentingan perorangan (individu), masyarakat dan organisasi. Definisi ini berpijak atas dasar kepercayaan bahwa dalam masyarakat kita terdapat tumpang tindih kepentingan yang cukup berarti. Akibatnya kita harus mempertimbangkan perasaan dan sikap personalia dalam menerapkan asas-asas dan kebijakan organisasi. e. Pemeliharaan (maintenance), Setelah melaksanaan fungsi-fungsi di atas dengan baik, maka kita sekarang memiliki angkatan kerja yang mempunyai kemauan dan mampu untuk bekerja. Pemeliharaan merupakan usaha untuk mengabadikan keadaan ini. f. Pemisahan (separation), Fungsi terakhir manajemen personalia adalah memutuskan hubungan kerja dan mengembalikan orang-orang tersebut kepada masyarakat. Organisasi bertanggungjawab untuk melaksanakan proses pemutusan hubungan kerja sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan dan menjamin bahwa warga masyarakat yang dikembalikan berada dalam keadaan baik (Edwin Flippo, 1984 : 5).
  • 13. 13 Selanjutnya Sihotang (2007:10) mengemukakan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusi terdiri dari dua jenis fungsi yaitu: 1. Fungsi-fungsi manajemen meliputi: (a) perencanaan, (b) pengorganisasian, (c) pengarahan, (d) pengkoordinasian dan (e) pengawasan. 2. Fungsi-fungsi operasional terdiri dari: (a) pengadaan, (b) seleksi dan tes penyaringan, (c) pelatihan pra tugas, (d) analisis pekerjaan, (e) penempatan, (f) pemberian kompesasi, (g) pengembangan, (h) pengintegrasian, (i) pemeliharaan, dan (j) pelepasan sumber daya manusia atau (separation), Amstrong (2003 : 183), mengemukakan fungsi-fungsi Manajemen sumber daya manusia meliputi : (1) Seleksi dan perekrutan (recruitment and selection), (2) Pengenalan (orientation), (3) Pelatihan (training), (4) Penilaian (appraisal), (5) Fleksibilitas keterampilan (skills flexibility), (6) Keberagaman pekerjaan (variation of work), (7) Tanggungjawab pekerjaan (responsibility of work), (8) Kerjasama tim (teamwork), (9) Komunikasi (communication), (10) Perbaikan kualitas tim (quality improvement team), (11) Penyelarasan (harmonization), (12) Pembayaran yang komparatif (payment comparability), dan (13) Sistem kompensasi insentif (system of incentive compensation). Mc. Harris (2000 : 101), menyatakan bahwa fungsi - fungsi manajemen sumber daya manusia meliputi : planning, staffing, evaluating and compensating, improving, and maintaining effective relationships (perencanaan, staffing, pengevaluasian dan kompensasi, penyempurnaan, dan memelihara hubungan yang efektif). Dressler (2004 : 2), menjelaskan fungsi - fungsi manajemen sumber daya manusia adalah proses memperoleh, melatih, dan memberikan kompensasi kepada
  • 14. 14 karyawan, memperhatikan hubungan kerja, kesehatan dan keamanan, dan masalah keadilan melalui : 1. Melakukan analisis pekerjaan (menentukan pekerjaan setiap karyawan) 2. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan merekrut calon karyawan 3. Memilih calon karyawan 4. Mengarahkan dan melatih karyawan-karyawan baru 5. Mengatur upah dan gaji (memberikan kompensasi kepada karyawan) 6. Memberikan insentif dan keuntungan 7. Menilai prestasi 8. Berkomunikasi (mewawancarai, memberikan konseling, mendisiplinkan) 9. Melatih dan mengembangkan para manajer 10. Membangun komitmen karyawan. Nawawi (2001 : 256-264), fungsi - fungsi manajemen sumber daya manusia terdiri atas : (1) Rekrutmen; (2) Pengaturan staf meliputi : proses seleksi, metode skrening dan seleksi, metode interview dalam seleksi pekerja, orientasi dan pelatihan; (3) Penilaian prestasi kerja; (4) Pengembangan karir; (5) Kompensasi; (6) Kompensasi tidak langsung; (7) Motivasi kerja; (8) Dimensi – dimensi internasional manajemen sumber daya manusia. Sementara Melayu SP Hasibuan (2001 : 21), mengemukakan bahwa fungsi – fungsi manajemen sumber daya manusia meliputi : (1) Perencanaan dan pengorganisasian; (2) Pengarahan dan pengendalian; (3) Pengadaan; (4) Pengembangan; (5) Kompensasi; (6) Pengintegrasian; (7) Pemeliharaan; (8) Kedisiplinan; dan (9) Pemisahan.
  • 15. 15 B. Pengertian Kompensasi Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi kepada karyawan yang dapat bersifat finansial maupun non finansial, pada periode yang tetap. Sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan kepuasan bagi karyawan dan memungkinkan organisasi memperoleh, mempekerjakan dan mempertahankan karyawan (Martoyo, 2000:78). Kompensasi merupakan sesuatu yang dipertimbangkan sebagai suatu yang sebanding. Dalam kepegawaian, hadiah yang bersifat uang merupakan kompensasi yang diberikan kepada pegawai sebagai penghargaan dari pelayanan mereka (Mangkunegara, 2000:83) Kompensasi adalah “imbalan-imbalan finansial dan jasa-jasa tanpa wujud dan tunjangan-tunjangan yang diterima oleh karyawan sebagai bagian dari hubungan kepegawaian“ (Simamora, 1999: 540). Sedangkan Panggabean (2004: 84) menyatakan bahwa kompensasi adalah semua jenis penghargaan yang berupa uang atau bukan uang yang diberikan kepada pegawai secara layak dan adil atas jasa mereka dalam mencapai tujuan perusahaan. Sebagaimana yang diterangkan Umar (1998), bahwa salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi, dan kepuasan kerja para karyawan adalah melalui kompensasi. Kompensasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Menurut Mathis dan Jackson (2006), kompensasi terdiri atas :
  • 16. 16 a. Kompensasi langsung, yang terdiri dari gaji pokok (upah dan gaji) dan penghasilan tidak tetap (bonus, insentif, opsi saham) b. Kompensasi tidak langsung, yang terdiri dari tunjangan (asuransi kesehatan/jiwa, cuti berbayar, dana pensiun) Sirait (2006:181) mengemukakan bahwa pegawai harus diberi imbalan bagi upaya yang telah mereka keluarkan untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan mereka sendiri. Kompensasi lebih dari sekedar upah dan gaji. Dalam kompensasi bisa juga termasuk di dalamnya insentif/perangsang dan program kesejahteraan pegawai (employee benefit and service). Insentif dapat meningkatkan produktivitas. C. Kepuasan Kerja (Job Satisfaction) Kepuasan kerja adalah bagian dari kepuasan hidup. Suasana lingkungan kerja mempengaruhi perasaan karyawan terhadap pekerjaannya. Karena pekerjaan merupakan bagian hidup dari karyawan, maka kepuasan kerja dapat mempengaruhi kepuasan hidup secara umum Handoko (1996:76) menyatakan bahwa ketika karyawan dipekerjakan oleh suatu perusahaan, mereka datang ke perusahaan dengan sejumlah harapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalu yang akan dikombinasikan dengan job expectation tentang bekerja. Jika harapan mereka bertemu, maka umumnya karyawan akan berada pada level tinggi dalam kepuasan kerja. Kepuasan kerja adalah bagian dari kepuasan hidup. Kepuasan kerja mempengaruhi kepuasan hidup.
  • 17. 17 Luthans (1995) memberikan definisi bahwa “job satisfaction is a pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal one. yang artinya kepuasan adalah suatu ungkapan emosional yang bersifat positif atau menyenangkan, sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. Sementara itu Porter (Wexley dan Yukl, 1992:130-137) mengemukakan mengenai teori Disrepancy vagwa : Job satisfaction is difference between how much of something there should be and how much there is now, yang berarti kepuasan kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak segala sesuatu yang seharusnya diterima dengan segala sesuatu yang sebenarnya ada saat ini. Ada tiga dimensi penting untuk kepuasan kerja, 1) kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional terhadap situasi kerja. Sebagian besar tanggapan itu tidak dapat dilihat, hanya dapat dirasakan. 2) kepuasan kerja seringkali ditentukan oleh sejauhmana hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan dan 3) kepuasan mencerminkan beberapa sikap yang saling berhubungan. Lussier (1996:74) mengatakan bahwa kepuasan kerja seseorang adalah mengenai apa yang karyawan inginkan dari pekerjaan mereka, lebih dari sekedar keamanan di dalam bekerja dan gaji lebih tinggi. Kepuasan kerja yang tinggi adalah sebuah tanda dari perusahaan yang dikelola secara baik. Kepuasan kerja yang rendah seringkali menyebabkan terjadinya pemogokan kerja, produktivitas kerja menurun, prestasi kerja pegawairendah, kualitas produk yang tidak jujur, masalah kedisiplinan, dan beragam variasi masalah organisasi yang lain. Peningkatan kepuasan kerja mempengaruhi hubungan kerja dan organisasional yang baik dengan menciptakan sebuah solusi yang saling menguntungkan.
  • 18. 18 Kepuasan kerja secara umum menyangkut sifat seseorang mengenai pekerjaannya. Karena menyangkut sikap, pengertian kepuasan kerja mencakup beberapa hal seperti kondisi dan kecenderungan perilaku seseorang. Kepuasan-kepuasan itu tidak tampak serta nyata, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu hasil pekerjaan (Amstrong, 1994:70). Amstrong, (1994:70) menyatakan bahwa kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Menurut Herzberg dalam Handoko (2001:193) faktor yang mendatangkan kepuasan adalah prestasi, pngakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab dan kemajuan. Menurut Wexley dan Yulk dalam Handoko (2001:193) kepuasan adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Kepuasan berhubungan erat dengan faktor sikap. Seperti yang dikemukakan oleh Tiffin dalam As’ad (2003:104) kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerja sama antara pimpinan dengan sesama karyawan. Martoyo (2000:142) menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan dimana terjadi atau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Kepuasan kerja merupakan persoalan umum pada unit kerja, baik itu berhubungan dengan motivasi, kesetiaan ataupun ketenangan bekerja dan disiplin kerja. Menurut Blum dalam As’ad (2003:113) faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja adalah a) faktor individu, meliputi : umur, kesehatan, watak dan
  • 19. 19 harapan; b) faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan berekreasi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik dan hubungan kemasyarakatan c) faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah, pengawasan, ketenteraman kerja, kondisi kerja dan kesempatan untuk maju. Selain itu juga penghargaan terhadap kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, kecepatan dalam menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan, diperlakukan adil, baik yang menyangkut pribadi maupun tugas. Ghiselli dan Brown dalam As'ad, (2003:112-113) mengemukakan lima faktor yang menimbulkan kepuasan yaitu: pertama, kedudukan (posisi), umumnya ada anggapan bahwa orang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan lebih puas daripada bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, perubahan tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja. Kedua, pangkat (golongan), pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan) sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan pangkat dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah perilaku dan perasaan. Ketiga, umur dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur antara 25 sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan. Keempat, jaminan finansial dan jaminan sosial. Masalah finansial dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Kelima, mutu pengawasan, hubungan
  • 20. 20 antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting dalani arti menaikkan produktivitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (sense of belonging) D. Pengertian Promosi Jabatan Pekerjaan atau jabatan adalah sekelompok tugas yang harus dijalankan agar suatu organisasi dapat mencapai tujuan-tujuannya. Posisi (position) adalah kumpulan tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh seorang pekerja, sehingga akan ada satu posisi untuk setiap pekerjaan dalam sebuah organisasi. Sebagai contoh, sebuah perusahaan kecil bisa saja memiliki 25 jabatan (Job) bagi 75 pekerjanya, sementara dalam sebuah perusahaan besar ada 2.000 jabatan bagi 50.000 pekerja (Marwansyah dan Mukaram, 2000 : 23). Mondy dan Noe (1990 : 23) mengemukakan bahwa analisis jabatan adalah proses pengumpulan informasi tentang jabatan/pekerjaan tertentu dan penentuan unsur-unsur pokok yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan tersebut dan proses sistematis untuk menentukan keterampilan, tugas-tugas, dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu dalam suatu organisasi atau prosedur yang sistematis untuk mengindentifikasikan tugas-tugas yang diperlukan dalam suatu jabatan dan kondisi lingkungan (fisik dan sosial) tempat tugas-tugas dijalankan.
  • 21. 21 Mondy dan Neo (1990 : 24), tujuan analisis jabatan adalah untuk memperoleh jabatan atas enam pertanyaan penting berikut ini : a. Tugas-tugas fisik dan mental apa yang dijalankan oleh pekerjaan. b. Kapan pekerjaan itu harus diselesaikan. c. Di mana pekerjaan itu harus dilakukan d. Bagaimana pekerja melakukan pekerjaan itu e. Untuk apa pekerjaan itu di lakukan ? f. Persyaratan apa yang diperlukan untuk menjalangkan pekerjaan itu ? Pengumpulan informasi tentang suatu jabatan dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut : a) Angket terstruktur, dengan cara ini, kepada para pekerja disajikan daftar tugas-tugas, daftar perilaku kerja (misalnya : melakukan negosiasi, mengoordinasikan, menggunakan kedua tangan), atau keduanya. Fokus tugas-tugas itu terletak dari apa yang dihasilkan. Ini merupakan pendekatan yang berorientasikan pada pekerjaan (job oriented approach). Di sisi lain, perilaku kerja berfokus pada bagian suatu pekerjaan dilakukan. Ini merupakan worker-orientet apprpach. b) Pengamatan. Analisis mengamati seorang pekerja atau sekelompok pekerja yang sedang melakukan suatu pekerjaan. c) Wawancara. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memungkinkan analisis untuk benar-benar melakukan pekerjaan tersebut atau bila pengamatan tidak praktis untuk dilaksanakan maka analisis perlu mengandalkan deskripsi
  • 22. 22 pekerjaan itu sendiri tentang apa yang ia kerjakan, mengapa dan bagaimana pekerjaan itu dilakukan. d) Catatan Karyawan. Mirip dengan metode wawancara, dengan metoda ini analisis menyandarkan diri pada informasi yang berasal dari catatan karyawan tentang apa, mengapa, dan bagaimana ia melakukan pekerjaan. e) “Job Performance”. Dengan pendekatan ini, analisis benar-benar melakukan pekerjaan yang sedang dikajinya untuk memperoleh informasi orang pertama tentang suatu pekerjaan. Pendapat yang mirip sama dengan di atas dikemukakan oleh Filippo (1985:24) bahwa ada empat cara yang populer digunakan dalam pengumpulan data pada analisis jabatan, yaitu : 1. Questionare. 2. writte naratives 3. Observation 4. Interviews Kajian yang dilakukan oleh Siegel dan Lane (1987) menyebutkan tiga jenis prosedur analisis jabatan, yaitu : 1. Job Orientet Procedures. Analisis yang dilakukan menekankan pada hasil spesifik atau hasil akhir dalam jabatan tertentu (misalnya : surat telah diarsipkan, dokumen telah ditik, dan sebagainya) 2. Trait Oriented procedures.
  • 23. 23 Dalam prosedur ini, analisis melakukan pada kemampuan atau karakteristik yang mempengaruhi unjuk kerja yang memuaskan. 3. Worker Oriented procedures Prosedur ini menekankan pada apa yang dilakukan (perilaku) oleh pegawai, agar diperoleh hasil tertentu Menurut Handoko ( 2001: 121), karier sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan lateral ke jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi-lokasi yang lebih baik dalam menyilang hierarki hubungan selama kehidupan kerja seseorang. Prospek demikian akan mendorong seseorang untuk merencanakan kariernya dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan, misalnya dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan tambahan sehingga jabatan yang lebih tinggi benar-benar dapat tercapai. Secara umum diketahui bahwa yang dimaksud dengan promosi jabatan adalah seorang karyawan dipindahkan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain yang tergantung tanggung jawabnya lebih besar tingkatannya dalam hierarki jabatan lebih tinggi dan penghasilan yang lebih besar pula. Siagian (1997:169-170), setiap pegawai mendambakan promosi karena dipandang sebagai penghargaan atas penghasilan seseorang menunaikan kewajibannya dalam pekerjaan dan jabatan yang dipangkunya sekarang,sekaligus sebagai pengakuan atas kemampuan dan potensi yang bersangkutan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi dalam organisasi Menurut Hasibuan (2002: 108), promosi jabatan adalah perpindahan yang memperbesar wewenang dan tanggung jawab karyawan ke jabatan yang lebih
  • 24. 24 tinggi di dalam organisasi sehingga kewajiban, baik status dan penghasilannya semakin besar. Hampir semua karyawan mendambakan untuk mendapatkan promosi jabatan tersebut. Karena pada dasarnya semua karyawan menginginkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, pendapatan yang lebih tinggi dan juga status sosial. Husnan (2002:111) mengemukakan bahwa kesempatan untuk maju di dalam organisasi sering disebut sebagai promosi (naik pangkat). Suatu promosi berarti perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan tanggung jawab yang tinggi. Biasanya perpindahan ke jabatan yang lebih tinggi disertai dengan peningkatan gaji/upah dan hak-hak lainnya. Walaupun demikian ada juga promosi yang tidak disertai dengan peningkatan gaji yang disebut promosi kering. Promosi dibedakan dengan trasnfer karena transfer hanya menyangkut kepindahan jabatan ke jabatan yang sama dalam arti status, tanggung jawab dan gaji. E. Prestasi Kerja Prestasi kerja adalah suatu hal yang mutlak dalam suatu perusahaan atau instansi. Setiap perusahaan akan mempunyai interprestasi yang berbeda tentang prestasi kerja, dengan kata lain bahwa setiap perusahaan mempunyai batasan masing-masing dalam masalah prestasi kerja tersebut, karena prestasi kerja ini merupakan tujuan akhir suatu kebijaksanaan perusahaan.(Rao T.A, 1997: 4) Penilaian prestasi kerja adalah proses di mana organisasi mengevaluasi atau menilai kerja karyawannya. Kegiatan ini dapat memberikan umpan balik
  • 25. 25 kepada karyawan tentang pelaksanaan pekerjaan mereka. Pelaksanaan penilaian ini sering sulit karena menyangkut hal-hal kualitatif, faktor-faktor kualitatif yang sulit untuk diukur secara nyata misalnya loyalitas, dedikasi dan tanggung jawab. Hal ini merupakan faktor relevan yang berbeda dari suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya.(Rivai, 2005:114) Adapun kegunaan-kegunaan penilaian prestasi kerja antara lain : 1. Perbaikan prestasi kerja Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan departemen personalia dapat membetulkan kegiatan mereka untuk memperbaiki prestasi. 2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan kompensasi lainnya. 3. Keputusan-keputusan penempatan Promosi, mutasi dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja, promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu seseorang. 4. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan agar diadakannya latihan. Demikian juga prestasi kerja yang baik mencerminkan adanya potensi yang harus di kembangkan.
  • 26. 26 5. Perencanaan dan pengembangan karier Umpan balik prestasi mengarah kepada keputusan-keputusan karier yaitu tentang jalur-jalur karier yang harus ditempuh. 6. Penyimpangan proses staffing Prestasi yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia. 7. Ketidak akuratan informasi Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam informasi analisa atau komponen-komponen lainnya dalam sistem informasi manajemen personalia. Menggantungkan pada informasi yang tidak akurat menyebabkan keputusan-keputusan personalia yang diambil tidak akurat. 8. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan. Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda adanya kesalahan desain pekerjaan. 9. Kesempatan kerja yang adil Penilaian prestasi kerja secara akurat menjamin keputusan -keputusan penempatan di dalam perusahaan yang diambil tanpa adanya diskriminasi. 10. Tantangan-tantangan eksternal Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar lingkungan kerja, seperti faktor keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah-masalah pribadi lainnya. Pengertian prestasi kerja disebut juga sebagai prestasi kerja atau dalam bahasa Inggris disebut dengan performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih
  • 27. 27 menggambarkan pada “prestasi” dalam bahasa Inggris yaitu kata “achievement”. Tetapi karena kata tersebut berasal dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”, maka dalam bahasa Indonesia sering diartikan menjadi “pencapaian” atau “apa yang dicapai”. (Ruky:1997: 15) Bernardin dan Russel (1993:378) memberikan definisi tentang prestasi kerja sebagai berikut : “performance is defined as the record of outcome produced on a specified jobfunction or activity during a specified time period” (Prestasi kerja didefinisikan sebagai catatan dari hasil-hasil yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaantertentu atau kegiatan selama tempo waktu tertentu). Definisi diatas dapat dipahami bahwa prestasi kerja lebih menekankan pada hasil atau yang diperoleh dari sebuah pekerjaan sebagai kontribusi pada perusahaan. Rahmanto (2001:18) menyebutkan prestasi kerja atau prestasi kerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Penilaian prestasi kerja dalam bahasa inggris disebut sebagai performace appraisal. Pada kamus Manajemen SDM dan Perilaku Organisasi (Tunggal, 1997:48) berarti suatu proses organisasi menilai performa individu. Sedangkan Bittel (1996:233) menyebutkan suatu evaluasi formal dan sistematis tentang seberapa baik seseorang melakukan tugasnya dan memenuhi perannya yang sesuai dalam organisasi. Blanchard dan Spencer (1982:100) menyebutkan penilaian
  • 28. 28 prestasi kerja merupakan proses organisasi yang mengevaluasi prestasi kerja karyawan terhadap pekerjaannya. Esensinya, supervisor dan karyawan secara formal melakukan evaluasi terus menerus. Kebanyakan mereka mengacu pada prestasi kerja sebelumnya dan mengevaluasi untuk mengetahui apa yang akan dilakukan selanjutnya. Ketika prestasi kerja tidak memenuhi syarat, maka manajer atau supervisor harus mengambil tindakan, demikian juga apabila prestasi kerjanya bagus maka perilakunya perlu dipertahankan. Analisis pekerjaan mempunyai aplikasi ketiga yaitu standar-standar prestasi kerja. Standar-standar ini memberikan manfaat pertama, standar berfungsi sebagai sasaran atau target bagi pelaksanaan kerja karyawan, tantangan pencapaian sasaran-sasaran bisa memotivasi para karyawan. Kedua, standar adalah kriteria dari keberhasilan kerja yang dinilai atau diukur. Ketiga, tanpa standar, tidak ada sistem pengawasan yang dapat mengevaluasi pelaksanaan kerja. (Handoko, 2001:51). F. Hubungan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Bagi organisasi, upah merupakan biaya, upah yang terlalu tinggi akan mengurangi daya saing perusahaan, mutu produk yang dihasilkan kurang baik karena mungkin saja bahan baku yang digunakan jelek. Sebaliknya jika upah terlalu rendah, kita tidak bisa menciptakan pekerjaan yang menarik sehingga harus dicari keseimbangan kompensasi dan masalah kompensasi harus benar-benar ditangani dengan baik oleh bagian kepegawaian. Dengan demikian tujuan perusahaan secara keseluruhan akan tercapai dengan program kompensasi yang baik. Adapun tujuan manajemen kompensasi adalah : (Sirait, 2006:183)
  • 29. 29 1. Untuk memperoleh pegawai yang berprestasi 2. Mempertahankan pegawai yang sedang bekerja agar jangan akan keluar. 3. Bisa menjamin suatu keadilan/kesamaan 4. Suatu kompensasi harus merupakan imbalan dari perilaku yang diinginkan 5. Bisa mengendalikan biaya 6. Tidak bertentangan dengan peraturan/hukum yang ditetapkan oleh pemerintah 7. Untuk dapat menciptakan suatu administrasi yang efisien. Kompensasi yang diberikan oleh perusahaan merupakan penghargaan terhadap hasil kerja yang dicapai setiap karyawan. Peningkatan hasil kerja dari waktu ke waktu menunjukkan adanya prestasi kerja yang harus diberikan penghargaan berupa hadiah dalam bentuk uang (Handoko, 2001:53).
  • 30. 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah eksplanatori dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dari data yang telah dikategorikan. Penggunaan analisis didasari pertimbangan model hipotesis yang dibangun untuk menjawab permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpul secara cross section melalui kuisioner. B. Populasi dan Sampel 1.Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara yang berjumlah 275 orang. 2. Penentuan Sampel Penelitian Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pusposive sampling yakni penentuan sampel secara sengaja seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2006) terhadap 275 pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. sebesar 20%. Dengan demikian jumlah sampel berjumlah 55 orang 3. Sumber dan Jenis Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data tanggapan responden terhadap kompensasi,
  • 31. 31 kepuasan kerja dan promosi jabatan serta prestasi kerja pegawai. Data primer ini diperoleh dari penyebaran kuisioner. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan kegiatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara dan dokumentasi yang ada pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. 4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kuisioner, dilakukan dengan menyebar pertanyaan kepada responden. Kuisioner diisi dengan jawaban atas pilihan yang disesuaikan dengan pendapat dan keterangan yang mendukung pembuktian hipotesis penelitian. 2. Wawancara dilakukan dengan menghubungi para responden di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dalam menganalisis data dalam penelitian ini. 3. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan laporan dan dokumentasi untuk kebutuhan penelitian 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji validitas Instrumen tersebut dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang seharusnya diukur atau mengukur apa yang di inginkan dengan tepat (Supranto, 1997 : 121). Dalam pengujian validitas, instrumen diuji dengan menghitung koefisien korelasi antara skor item dan skor totalnya dalam taraf signifikansi 0,05 dengan menggunakan Korelasi Product Moment Pearson (Santoso, 2002 : 120).
  • 32. 32 Instrumen bisa dikatakan valid mempunyai nilai r hitung > r tabel dengan tingkat signifikansi lebih kecil di bawah 0,05 (Santoso, 2002 : 283). Instrumen yang telah memiliki tingkat validitas yang dapat di terima jika nilai koefisien korelasi yang terukur adalah varibel ≥ 0,30 atau 30%. 6. Uji reliabilitas Instrumen tersebut di katakan reliabel jika dapat di inginkan untuk mengukur variabel berulang kali yang akan menghasilkan data yang sama atau hanya sedikit bervariasi (Supranto, 1997 : 112). Uji reliabilitas untuk menguji konsistensi instrumen menggunakan koefisien Alpha Cronbach (α). Instrumen yang telah memiliki tingkat keandalan atau reliabilitas yang dapat di terima jika nilai koefisiennya realibilitas yang terukur adalah varibel ≥ 0,60. 7. Teknik Analisis Data Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan memberikan deskriptif atau gambaran tentang karakteristik responden serta menyusun distribusi frekuensi dengan menggunakan data dari kuisioner atau angket penelitian yang telah diberikan kepada responden sehingga diperoleh frekuensi, persentasi dan rata-rata skor jawaban responden.
  • 33. 33 8. Analisis Regresi Linear Berganda Dalam mencapai tujuan penelitian ini, maka data yang diperoleh selanjutnya akan diolah dengan teknik analisis yang sesuai dengan kebutuhan penelitian ini yaitu analisis regresi linear berganda : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e (Riduwan, 2006) Keterangan: Y = Prestasi Pegawai a = Konstanta X1 = Kompensasi X2 = Kepuasan Kerja X3 = Promosi Jabatan b1, - b3, = Koefisien regresi yang menyatakan pengaruh masing-masing variabel terhadap Y e =Tingkat kesalahan
  • 34. 34 IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Statistik Analisis deskriptif statistik digunakan untuk menjelaskan distribusi frekuensi jabatan responden atas indikator kompensasi, kepuasan kerja, promosi jabatan dan prestasi kerja pegawai. Distribusi frekuensi tersebut diperoleh dari hasil skor jawaban responden. Adapun dasar interprestasi skor item dalam variabel penelitian adalah digambarkan pada Tabel berikut : Tabel 1 Dasar Interpretasi Skor No. Nilai Skor Interpretasi 1. X ≤ 1,5 Berada pada daerah sangat negatif/sangat tidak baik 2. 1,5 < X ≤ 2,5 Berada pada daerah negatif/ tidak baik 3. 2,5 < X ≤ 3,5 Berada pada daerah tengah-tengah/cukup baik 4. 3,5 < X ≤ 4,5 Berada pada daerah positif/ baik 5. X ≥ 4,5 Berada pada daerah sangat positif/ sangat baik Sumber : Arikunto (dimodifikasi) 1998 Tabel 1 menunjukkan ketentuan skor yang bersumber dari tanggapan responden pada kuisioner yang digunakan. Batasan skor tersebut digunakan sebagai pengukuran atas rata-rata skor yang diperoleh dari masing-masing item pernyataan dalam kuisioner.(Arikunto, 1998). Penelitian yang dilakuksan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara dengan mengetahui dan menganalisis pengaruh
  • 35. 35 kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan terhadap prestasi kerja pegawai yang masing-masing telah dioperasional secara sistematis berdasarkan kuisioner yang disebar kepada setiap responden. Masing-masing variabel dikaji melalui indikator-indikator yang diukur dengan menggunakan kuisioner. Hasil pengukuran masing-masing variabel dapat dikemukakan sebagai berikut : 4.1.1 Kompensasi (X1) Hasil pengukuran mengenai item 1 pada kompensasi dalam kuisioner yang bertujuan untuk gaji yang diberikan sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan yang dilaksanakan oleh pegawai selama sebulan kerja disajikan pada tabel berikut : Tabel 2. Frekuensi dan Persentase Variabel Kompensasi (Butir) Frekuensi Jawaban Responden (f) dan persentase (%) Total Variabel Item Skor Rata-rata SS(5) S(4) KS(3) TS(2) STS(1) f % F % F % f % F % X1 X1.1 30 54.5 16 29.1 6 10.9 2 3.6 1 1.8 237 4.31 X1.2 28 50.9 18 32.7 6 10.9 2 3.6 1 1.8 235 4.27 X1.3 30 54.5 14 25.5 8 14.5 3 5.5 1 1.8 237 4.31 X1.4 29 52.7 16 29.1 7 12.7 2 3.6 1 1.8 235 4.27 X1.5 21 38.2 22 40.0 7 12.7 3 5.5 2 3.6 222 4.04 Rata-rata veriabel indikator 1.16 6 4.24 Sumber : Data primer (diolah)
  • 36. 36 Tabel 2 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel kompensasi yang diukur dengan indikator pemberian gaji sesuai dengan tanggung jawab (X1.1) sebagian besar (83,6%) pegawai setuju dan sangat setuju adanya gaji yang diberikan sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan yang dilaksanakan oleh pegawai selama sebulan. 10,9% adalah mereka yang kurang setuju selebihnya 5,4% adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan gaji yang diberikan sesuai dengan tanggung jawab. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang respon pegawai terhadap pemberian gaji sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan sebesar 4,31, dan hal ini dinyatakan baik , artinya secara rata-rata pemberian gaji sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggaran sudah baik, karena itu diharapkan peningkatan prestasi kerja pegawai. Implikasinya adalah pemberian gaji yang sesuai kepada pegawai, maka akan dapat meningkatkan prestasi kerja pegawai. Pada item 2 tentang hak pegawai untuk mendapat penghargaan atas hasil kerjanya (X1.2) diperoleh bahwa sebagian besar (83,6%) pegawai setuju dan sangat setuju terhadap pemberian penghargaan kepada pegawai yang berhak atas hasil pekerjaannya. 10,9% adalah mereka yang kurang setuju selebihnya 5,45% adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pemberian penghargaan kepada pegawai yang berhak atas hasil kerjanya karena pekerjaan tersebut dilakukan secara bersama dengan rekan sekerja. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang respon
  • 37. 37 terhadap pegawai yang berhak mendapat penghargaan atas hasil kerjanya sebesar 4,27 dan hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata penghargaan yang diberikan kepada pegawai yang berhak mendapat penghargaan atas hasil kerjanya sudah baik, implikasinya, pemberian penghargaan yang sesuai atas hasil kerja akan meningkatkan prestasi kerja pegawai. Pada item 3 mengenai pegawai diberikan kompensasi sesuai dengan hasil kerjanya (X1.3) diperoleh bahwa sebagian besar (80,00%) pegawai setuju dan sangat setuju adanya pemberian kompensasi sesuai dengan hasil kerjanya. 14,5% adalah mereka yang kurang setuju selebihnya 7,27% adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pemberian kompensasi sesuai dengan hasil kerjanya. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang respon karyawan terhadap pemberian kompensasi atas hasil kerjanya sebesar 4,27 dan hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata dari pemberian kompensasi atas hasil kerjanya pegawai sudah baik, implikasinya pegawai akan meningkatkan prestasi kerja mereka dan menjalan tugas kerjanya dengan baik. Pada item 4 mengenai pegawai diberikan penghargaan sesuai dengan kemampuannya dalam bekerja (X1.4) diperoleh bahwa. sebagian besar (81,82%) pegawai setuju dan sangat setuju adanya pemberian penghargaan sesuai dengan kemampuan. 12,7% adalah mereka yang kurang setuju selebihnya 5,45% adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pemberian penghargaan atas kemampuan kerja pegawai dalam bekerja. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang
  • 38. 38 respon karyawan terhadap pemberian penghargaan atas kemampuan kerja dalam bekerja sebesar 4,27, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata dari pemberian penghargaan atas kemampuan dalam bekerja sudah baik, Implikasinya penghargaan harus diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan dalam bekerja dengan baik. Pada item 5 mengenai pegawai diberikan tunjangan Lauk Pauk untuk meningkatkan semangat kerja (X1.5) diperoleh bahwa bahwa sebagian besar (78,18%) pegawai setuju dan sangat setuju terhadap pemberian tunjangan lauk pauk untuk meningkatkan semangat kerja. 12,7% adalah mereka yang kurang setuju selebihnya 9,09% adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pemberian tunjangan lauk pauk untuk meningkatkan semangat kerja. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang respon karyawan terhadap pemberian tunjangan lauk pauk untuk meningkatkan semangat kerja sebesar 4,04, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata dari pemberian tunjangan lauk pauk untuk meningkatkan semangat kerja sudah baik, implikasinya pemberian tunjangan untuk meningkatkan semangat kerja. 4.1.2 Kepuasan Kerja (X2) Hasil pengukuran indikator dilakukan dengan menggunakan kuisioner, diperoleh bahwa tanggapan responden terhadap variabel kepuasan kerja. Adapun tanggapan responden untuk masing-masing item dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 3. Frekuensi dan Persentase Variabel Kepuasan Kerja Variabel Item Frekuensi Jawaban Responden (f) dan persentase (%) Total Rata-rata
  • 39. 39 (Butir) SS(5) S(4) KS(3) TS(2) STS(1) Skor f % F % F % f % F % X2 X1.1 20 36.4 18 32.7 13 23.6 3 5.5 1 1.8 218 3.96 X1.2 23 41.8 15 27.3 13 23.6 3 5.5 1 1.8 221 4.02 X1.3 20 36.4 21 38.2 10 18.2 3 5.5 1 1.8 221 4.02 X1.4 22 40.0 18 32.7 11 20.0 3 5.5 1 1.8 222 4.04 X1.5 17 30.9 22 40.0 12 21.8 3 5.5 1 1.8 216 3.93 Rata-rata veriabel indikator 1098 3.99 Sumber : Data primer (diolah) Tabel 3 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel kepuasan kerja yang diukur dengan indikator hubungan kerja dengan sesama rekan sekerja dan saling membantu dalam pelaksanaan pekerjaan (X2.1) pada item 1 diperoleh bahwa sebagian besar (69,1%) pegawai setuju dan sangat setuju terhadap hubungan kerja dengan sesama rekan sekerja dan saling membantu dalam pelaksanaan pekerjaan. 23,6% adalah mereka yang kurang setuju selebihnya 7,27% adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap hubungan kerja dengan sesama rekan sekerja dan bekerja sendiri. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang hubungan kerja dengan sesama rekan sekerja sebesar 3,96, hanya ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata dari hubungan kerja dengan sesama rekan sekerja dan saling membantu dalam pelaksanaan pekerjaan sudah baik. Implikasinya adalah bahwa pegawai harus membina kerja sama dan saling membantu dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan. Item 2 tentang pekerjaan dikerjakan sesuai dengan kemampuan dan tingkat umur agar pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif (X2.2). diperoleh bahwa sebagian besar 69,1% responden setuju bahkan sangat setuju dengan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan tingkat umur
  • 40. 40 untuk mencapai hasil yang efektif, ada juga responden yang kurang setuju (23,6%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pelaksanaan pekerjaan berdasarkan kemampuan dan tingkat umur, namun demikian rata-rata responden menyatakan setuju dan sangat setuju memiliki fenomena bahwa pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan berdasarkan kemampuan dan tingkat umur. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pelaksanaan pekerjaan berdasarkan kemampuan dan tingkat umur sebesar 4,02, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan kemampuan dan tingkat umur untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pekerjaan sudah baik. Pada item 3 mengenai pelaksanaan pekerjaan berdasarkan arahan atasan (X2.3), diperoleh bahwa sebagian besar 74,5% responden setuju bahkan sangat setuju dengan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan arahan atasan, selain itu responden yang kurang setuju (18,2%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan arahan atasan. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pelaksanaan pekerjaan berdasarkan arahan atasan sebesar 4,02, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pelaksanaan pekerjaan dengan arahan atasan sudah baik, implikasinya adalah pelaksanaan pekerjaan dapat ditingkatkan pada setiap unit kerja. Pada item 4 mengenai penempatan pegawai sesuai dengan jumlah pekerjaan yang akan dikerjakan (X2.4) diperoleh bahwa sebagian besar 72,7%
  • 41. 41 responden setuju bahkan sangat setuju dengan penempatan pegawai sesuai dengan jumlah pekerjaan yang akan dikerjakan, selain itu responden yang kurang setuju (20%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap penempatan pegawai sesuai dengan jumlah pekerjaan yang akan dikerjakan. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang penempatan pegawai sesuai dengan jumlah pekerjaan yang akan dikerjakan rata-rata sebesar 4,04, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata penempatan pegawai sesuai dengan jumlah pekerjaan dapat ditingkatkan untuk mencapai tingkat penyelesaian pekerjaan dengan baik. Implikasinya adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan dapat mewujudkan prestasi kerja Pada item 5 mengenai pemberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuan pegawai (X2.5) diperoleh bahwa sebagian besar 70,9% responden setuju bahkan sangat setuju dengan pemberian pekerjaan sesuai dengan kemampuan pegawai, selain itu responden yang kurang setuju (21,8%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pemberian pekerjaan sesuai dengan kemampuan pegawai. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pemberian pekerjaan sesuai dengan kemampuan kerja pegawai rata-rata sebesar 3,93, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pemberian pekerjaan sesuai dengan kemampuan kerja pegawai sangat berkaitan dengan tujuan peningkatan prestasi kerja. 4.1.3 Promosi Jabatan (X3)
  • 42. 42 Hasil pengukuran indikator dilakukan dengan menggunakan kuisioner, diperoleh bahwa tanggapan responden terhadap variabel promosi jabatan. Adapun tanggapan responden untuk masing-masing item dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4. Frekuensi dan Persentase Variabel Promosi Jabatan Variabel Item (Butir) Frekuensi Jawaban Responden (f) dan persentase (%) Total Skor Rata- SS(5) S(4) KS(3) TS(2) STS(1) rata f % F % F % f % F % X3 X1.1 20 36.4 12 21.8 11 20.0 1 1.8 1 1.8 184 3.35 X1.2 26 47.3 20 36.4 6 10.9 1 1.8 2 3.6 232 4.22 X1.3 23 41.8 24 43.6 5 9.1 1 1.8 2 3.6 230 4.18 X1.4 22 40.0 24 43.6 6 10.9 2 3.6 1 1.8 229 4.16 X1.5 24 43.6 21 38.2 7 12.7 1 1.8 2 3.6 229 4.16 Rata-rata veriabel indikator 1104 4.01 Sumber : Data primer (diolah) Tabel 4 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel promosi jabatan yang diukur dengan indikator penempatan pegawai pada item 1 tentang pegawai yang ditempatkan pada masing-masing unit memiliki kecakapan dalam bekerja (X3.1) diperoleh bahwa sebagian besar 58,2% responden setuju bahkan sangat setuju dengan pegawai yang ditempatkan pada masing-masing unit memiliki kecakapan dalam bekerja, selain itu responden yang kurang setuju (20%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pegawai yang ditempatkan pada masing-masing unit memiliki kecakapan dalam bekerja. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pegawai yang ditempatkan pada masing-masing unit memiliki kecakapan dalam bekerja rata-rata sebesar 4,07, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pegawai yang ditempatkan pada masing-masing unit memiliki kecakapan dalam bekerja
  • 43. 43 merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan prestasi kerja dan implikasinya terhadap penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu. Pada item 2 mengenai pemberian perhatian dan kesempatan untuk dipromosikan (X3.2) diperoleh bahwa sebagian besar 83,6% responden setuju bahkan sangat setuju dengan pemberian perhatian dan kesempatan untuk dipromosikan, selain itu responden yang kurang setuju (10,9%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pemberian perhatian dan kesempatan untuk dipromosikan. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pemberian perhatian dan kesempatan untuk dipromosikan rata-rata sebesar 4,18, hal ini dinyatakan baik artinya secara rata-rata pemberian perhatian dan kesempatan untuk dipromosikan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan prestasi kerja dan implikasinya terhadap penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu. Pada item 3 mengenai setiap pegawai memiliki kesempatan untuk dipromosikan (X3.3) diperoleh bahwa sebagian besar 85,5% responden setuju bahkan sangat setuju dengan setiap pegawai memiliki kesempatan untuk dipromosikan, selain itu responden yang kurang setuju (9,1%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap setiap pegawai memiliki kesempatan untuk dipromosikan harus memiliki dan memenuhi syarat tertentu menurut mereka. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang setiap pegawai memiliki kesempatan untuk dipromosikan rata-rata sebesar 4,16 hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata setiap pegawai memiliki kesempatan untuk dipromosikan merupakan
  • 44. 44 salah satu peluang untuk meningkatkan prestasi kerja dan implikasinya terhadap penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu Pada item 4 mengenai pegawai dipromosikan pada posisi dan jabatan yang tepat (X3.4) diperoleh bahwa sebagian besar 83,6% responden setuju bahkan sangat setuju dengan pegawai dipromosikan pada posisi dan jabatan yang tepat, selain itu responden yang kurang setuju (10,9%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pegawai dipromosikan pada posisi dan jabatan yang tepat menurut mereka. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pegawai dipromosikan pada posisi dan jabatan yang tepat rata-rata sebesar 4,16, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pegawai dipromosikan pada posisi dan jabatan yang tepat merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan prestasi kerja dan implikasinya terhadap penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu. Pada item 5 mengenai pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan (X3.5) diperoleh bahwa sebagian besar 81,8% responden setuju bahkan sangat setuju dengan pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan, selain itu responden yang kurang setuju (12,7%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pegawai pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan rata-rata sebesar 4,16 hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melakukan
  • 45. 45 pekerjaan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan prestasi kerja dan implikasinya terhadap penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu. 4.1.4 Prestasi Kerja Hasil pengukuran indikator dilakukan dengan menggunakan kuisioner, diperoleh bahwa tanggapan responden terhadap variabel prestasi kerja. Adapun tanggapan responden untuk masing-masing item dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 5. Frekuensi dan Persentase Variabel Pretasi Kerja Variabel Item (Butir) Frekuensi Jawaban Responden (f) dan persentase (%) Total Skor Rata- SS(5) S(4) KS(3) TS(2) STS(1) rata f % F % F % f % F % Y Y1 29 52.7 15 27.3 9 16.4 1 1.8 1 1.8 235 4.27 Y2 30 54.5 16 29.1 5 9.1 3 5.5 1 1.8 236 4.29 Y3 30 54.5 17 30.9 3 5.5 3 5.5 2 3.6 235 4.27 Y4 29 52.7 16 29.1 5 9.1 3 5.5 2 3.6 232 4.22 Y5 31 56.4 14 25.5 5 9.1 4 7.3 1 1.8 235 4.27 Rata-rata veriabel indikator 1173 4.27 Sumber : Data primer (diolah) Tabel 5 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel prestasi kerja yang diukur dengan indikator pada item 1 mengenai Kemampuan pegawai dalam memanfaatkan waktu kerja dengan baik (Y1) diperoleh bahwa sebagian besar 80% responden setuju bahkan sangat setuju dengan pegawai mampu memanfaatkan waktu kerja dengan baik, selain itu responden yang kurang setuju (16,4%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pegawai mampu memanfaatkan waktu kerja dengan baik karena waktu kerja juga sering dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang menyebabkan pekerjaan menjadi tidak efektif . Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang
  • 46. 46 pegawai mampu memanfaatkan waktu kerja dengan baik rata-rata sebesar 4,27, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pegawai mampu memanfaatkan waktu kerja dengan baik merupakan semangat kerja yang implikasinya adalah peningkatan waktu kerja. Pada item 2 mengenai pekerjaan dikerjakan dengan baik hingga selesai (Y2) diperoleh bahwa sebagian besar 83,6% responden setuju bahkan sangat setuju dengan pekerjaan dikerjakan dengan baik hingga selesai, selain itu responden yang kurang setuju (9,1%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pekerjaan dikerjakan dengan baik hingga selesai karena banyaknya pekerjaan dari atasan yang mendesak untuk diselesaikan sehingga pekerjaan utama terabaikan . Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang pekerjaan dikerjakan dengan baik hingga selesai rata-rata sebesar 4,29, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pegawai melakukan pekerjaan dengan baik hingga selesai implikasinya adalah peningkatan kualitas kerja pegawai. Pada item 3 mengenai pegawai mampu bekerja secara efektif dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat (Y3) diperoleh bahwa sebagian besar 85,5% responden setuju bahkan sangat setuju dengan kemampuan pegawai dalam bekerja secara efektif dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat, selain itu responden yang kurang setuju (5,5%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap kemampuan pegawai dalam bekerja secara efektif dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat . Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang kemampuan pegawai
  • 47. 47 dalam bekerja secara efektif dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat rata-rata sebesar 4,27, hal ini dinyatakan baik artinya secara rata-rata kemampuan pegawai dalam bekerja secara efektif dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat implikasinya adalah peningkatan kualitas kerja pegawai. Pada item 4 mengenai peningkatan prestasi kerja dilakukan berdasarkan unit kerja masing-masing (Y4) diperoleh bahwa sebagian besar 81,8% responden setuju bahkan sangat setuju dengan peningkatan prestasi kerja dilakukan berdasarkan unit kerja masing-masing, selain itu responden yang kurang setuju (9,1%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap peningkatan prestasi kerja dilakukan berdasarkan unit kerja masing-masing. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang peningkatan prestasi kerja dilakukan berdasarkan unit kerja masing-masing rata-rata sebesar 4,22, hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata pegawai melakukan pekerjaan dengan baik hingga selesai implikasinya adalah peningkatan prestasi kerja pegawai. Pada item 5 mengenai penilaian prestasi kerja dilakukan secara obyektif untuk meningkatkan semangat kerja pegawai (Y5) diperoleh bahwa sebagian besar 81,8% responden setuju bahkan sangat setuju dengan penilaian prestasi kerja dilakukan secara obyektif untuk meningkatkan semangat kerja pegawai, selain itu responden yang kurang setuju (9,1%) sedangkan selebihnya adalah mereka yang tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap penilaian prestasi kerja dilakukan secara obyektif untuk meningkatkan semangat kerja pegawai. Fenomena tersebut dipertegas pula oleh nilai skor rata-rata tentang penilaian
  • 48. 48 prestasi kerja dilakukan secara obyektif untuk meningkatkan semangat kerja pegawai rata-rata sebesar 4,27 hal ini dinyatakan baik, artinya secara rata-rata penilaian prestasi kerja dilakukan secara obyektif untuk meningkatkan semangat kerja pegawai implikasinya adalah peningkatan kualitas dan efektivitas kerja. Dengan demikian diperoleh bahwa pegawai-pegawai yang ada pada Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan aparatur negara yang menghendaki adalah penerapan kompensasi, peningkatan kepuasan kerja dan pelaksanaan promosi jabatan yang baik guna meningkatkan prestasi kerja pegawai. Keterkaitan variabel ini dipertegas oleh Rahmanto (2001:18) bahwa prestasi kerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan. Pencapaian prestasi kerja untuk seorang pegawai bukan saja dinilai dari kemampuan menyelesaikan pekerjaan, keterampilan kerja, dan pengalaman kerja, tetapi dapat juga dinilai dari kompensasi yang diterima, kepuasan atas hasil pekerjaan dan jenjang promosi yang dilaluinya. Elaborasi dari kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan dengan tujuan prestasi kerja, menggambarkan peran pemerintah pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara dalam memberikan perhatian kepada para pegawanya untuk dapat bekerja dengan baik sesuai dengan tugas pokok dan
  • 49. 49 fungsi serta perintah atasan yang pada gilirannya akan mewujudkan pemerintahan yang baik. 4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian yang dilakukan pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara bertujuan untuk mengetahui pengaruhi dari kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan terhadap prestasi kerja pegawai. Pengaruh dari masing-masing variabel menggunakan indikator untuk dapat diukur tingkat validitas dan reliabilitasnya. 4.2.1. Pengujian Validitas Instrumen (Construct Validity) Dalam penelitiani ni penulis melakukan pengujian terhadap validnya pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh responden berdasarkan kuisioner yang disebar. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhan dalam penelitian. Hasil uji validitas disajikan pada tabel berikut : Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Penelitian Variabel dan Item Pernyataan Koefisien Korelasi (r) Sig Ket Kompensasi X1.1 0,914 0,000 Valid X1.2 0,921 0,000 Valid X1.3 0,868 0,000 Valid X1.4 0,858 0,000 Valid X1.5 0,819 0,000 Valid Kepuasan Kerja X2.1 0,929 0,000 Valid X2.2 0,956 0,000 Valid X2.3 0,910 0,000 Valid X2.4 0,930 0,000 Valid X2.5 0,879 0,000 Valid Promosi Jabatan X3.1 0,901 0,000 Valid X3.2 0,929 0,000 Valid X3.3 0,936 0,000 Valid X3.4 0,922 0,000 Valid
  • 50. 50 X3.5 0,931 0,000 Valid Prestasi Kerja Y.1 0,841 0,000 Valid Y.2 0,926 0,000 Valid Y.3 0,942 0,000 Valid Y.4 0,938 0,000 Valid Y.5 0,935 0,000 Valid Sumber : Hasil Uji SPSS Versi 15 terlampir Berdasarkan data pada tabel 6. dapat dijelaskan hasil uji validitas. Menurut Nugroho (2005:67) mengemukakan bahwa uji validitas untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu bentuk pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel dapat dilihat dari nilai Corrected Item Total Correlation > 0,30 dengan nilai  = 0,05. Keterangan pada tabel di atas menunjukkan keseluruhan item pertanyaan dalam kuisioner adalah valid dan dipertegas dengan nilai korelasi (r) > 0,30. Hasil uji validitas yang diinterpretasi berdasarkan nilai ”r” di atas menunjukkan hubungan antara item-item pernyataan dalam kuisioner dengan variabel kompensasi, kepuasan kerja, promosi jabatan dan prestasi kerja. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dioperasional melalui indikator-indikator yang dikembangkan menjadi item pernyataan. Hasil pengujian validitas menunjukkan tingkat korelasi antara variabel penelitian dengan item pernyataan yang erat dan mengindikasikan bahwa pernyataan dalam kuisioner ini adalah valid. 4.2.2. Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas merupakan ukuran satuan kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan bentuk-bentuk pertanyaan yang merupakan dimensi pernyataan dalam kuisioner merupakan
  • 51. 51 pernyataan yang reliabel dengan tujuan penelitian dimana nilai  > 0,60. Hasil uji reliabilitas disajikan pada tabel berikut : Tabel 7. Hasil Uji Reliability Variabel Coenbach (α) Ket Kompensasi X1 0,822 Reliabel Kepuasan Kerja X2 0,829 Reliabel Promosi Jabatan X3 0,830 Reliabel Prestasi Kerja Y 0,829 Reliabel Sumber : Hasil Uji SPSS Versi 15 terlampir Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa koefisien Alpha Cronbach (α). Instrumen yang telah memiliki tingkat keandalaan atau reliabilitas sebesar α lebih besar 0,60 atau 60% realibility yang terukur dan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh bahwa pernyataan-pernyataan responden dalam kuisioner dapat dijadikan data dalam penelitian untuk membuktikan pengaruh kompensasi, kepuasan kerja, promosi jabatan dan prestasi kerja pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. Reliabilitas variabel dari hasil uji menggambarkan tingkat kepercayaan terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian (Sarwono, 2006). Kompensasi, kepuasan kerja, dan promosi jabatan memiliki tingkat kehandalan atau dapat dipercaya mempunyai hubungan dengan prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini juga tergambar pada hasil uji dimana nilai reliabilitas (α) lebih besar dari 0,60 dan hal ini dinyatakan reliabel. 4.3 Hasil Analisis Penelitian 4.3.1 Uji Asumsi Klasik
  • 52. 52 Proses pengujian asumsi klasik statistik dilakukan bersama-sama proses uji regresi sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian asumsi klasik statistik 1. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lainnya dalam suatu model. Kemiripan tersebut menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang disajikan pada tabel berikut : Tabel 8 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF Korelasi (Partial) Kompensasi 0,142 7,058 0,535 Kepuasan kerja 0,149 6,713 0,091 Promosi Jabatan 0,139 7,312 0,333 Sumber : Lampiran Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa hasil uji melalui nilai VIF tidak lebih dari 10, dan nilai tolerance lebih dari 0,1, maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linear berganda terbebas dari asumsi klasik dan dapat digunakan dalam penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nugroho (2005:58) bahwa : 1. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolineaer 2. Jika nilai koefisien korelasi antara masing-masing variabel independen kurang dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinear.
  • 53. 53 2. Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil uji Durbin Watson, model regresi berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson mendekati angka 2 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Hasil Uji Autokorelasi Model R RSquare Durbin Watson 0.899 0.808 2,372 Sumber : Lampiran Pada tabel 9 dapat dijelaskan bahwa nilai Durbin Watson 2,372. Menurut Trihendradi (2009:213) ketentuan autokorelasi dengan nilai Durbin Watson (DW) sebagai berikut : a) 1,65 < DW < 2,35 berarti tidak terjadi autokorelasi b) 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 berarti tidak dapat disimpulkan c) DW ≤ 1,21 atau DW ≥ 2,79 berarti tidak terjadi autokorelasi Dengan demikian nilai dw pada hasil analisis SPSS sebesar 2,372 berada pada keputusan yang tidak dapat disimpulkan. Hal ini mengindikasi bahwa kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan masih harus dilakukan koreksi-koreksi dan perbaikan untuk diterapkan dengan baik sehingga dapat meningkatkan prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara pada masa mendatang. 3. Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji asumsi klasik sebagaimana terlihat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model tidak mengandung masalah asumsi klasik, dengan
  • 54. 54 demikian analisis statistik maupun uji hipotesis dapat dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Nugroho (2005:52) bahwa normalitas jika : a. Titik-titik data menyebar di sekitar 0 b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali d. Penyebaran titik-titik data tidak boleh berpola. Pada gambar tersebut di atas, menunjukkan hasil uji normalitas dimana titik-titik yang bertebaran disekitar 0, titik yang berkumpul hanya berada pada ordinat (0,1) hingga ordinat (1,1). Penyebaran titik-titik tidak membentuk pola apapun. Maksudnya normalitas menggambarkan pesebaran titik yang normal 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji perbedaan variance residu suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual. Model
  • 55. 55 regresi dalam penelitian ini diuji berdasarkan pesebaran titik berada dalam scatterplot dengan nilai pesebaran yang disajikan pada tabel berikut : Tabel 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Minimum Maximum Mean -5,477 4,387 0,000 Sumber : Lampiran. Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai regresi berada pada batasan -5,477 hingga 4,387. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan model yang baik. 4.3.2 Pengaruh Kompensasi, Kepuasan Kerja dan Promosi Jabatan Terhadap Prestasi Kerja Pegawai. Berdasarkan hasil analisis dengan program SPSS 15 diperoleh data sebagai berikut : Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Bebas Standardized Koefisien regresi thitung tsignifikan X1 0,522 4,406 0,000 X2 0,089 1,030 0,308 X3 0,346 2,941 0,005 R Square = 0.808 R = 0.899 N = 55 Fhitung = 71.321 α = 0,05 Fsignifikan = 0.000 Sumber : Hasil olahan data primer (Lampiran 4) Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda yang disajikan pada tabel 11 diperoleh persamaa regresi linear berganda pengaruh pengaruh kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara adalah :
  • 56. 56 Y = -0,251 + 0,522X1+0,089X2+0,346X3 Persamaan tersebut menggambarkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dimana setiap perubahan yang terjadi terhadap nilai X1,X2, dan X3, yang disebabkan oleh naik atau turunnya nilai koefisien regresi (β) akan memberikan pengaruh terhadap nilai Y. Untuk jelasnya dapat diintepretasikan sebagai berikut : 1. Hasil uji menunjukkan angka konstanta (α) dengan nilai signifikansi sebesar 0,165 berarti lebih besar dari nilai α = 0.05, maka dapat diintepretasikan bahwa secara statistik nilai konstanta (a) tersebut tidak berbeda nyata dengan nol (a = 0). Karena itu nilai konstanta tersebut (α = 0,662) tidak dapat dimasukkan dalam model regresi. 2. Nilai X1 = 0,522 menunjukkan bahwa jika kompensasi (X1) ditingkatkan, maka prestasi kerja pegawai akan meningkatkan sebesar 52,2 %, dengan asumsi bahwa variabel lain konstan. 3. Nilai X2 = 0,089 menunjukkan bahwa jika kepuasan kerja (X2) dalam bekerja ditingkatkan, maka prestasi kerja pegawai akan meningkatkan sebesar 8,9% dengan asumsi bahwa variabel lain konstan. Kepuasan kerja pada pegawai negeri berpengaruh tidak signifikan, makna ini mengilustrasikan bahwa setiap pegawai harga dapat melaksanakan pekerjaanya hingga selesai. Tingkat kepuasan kerja pegawai adalah pada saat pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, sesuai dengan dengan aturan dan perintah (Siagian, 1986). Pernyataan di atas, dapat diasumsikan bahwa jika pekerjaan dikerjakana sesuai dengan aturan dan
  • 57. 57 perintah atasan, maka hasilnya akan memberikan kepuasan kepada pegawai tersebut. Berkaitan dengan hasil uji terhadap variabel kepuasan kerja, maka pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah orang-orang yang bekerja sesuai dengan uraian tugas dan perintah atas dan jika hasil kerjanya hasil kerjanya sesuai, maka mereka akan merasa puas. Ekspresi pegawai untuk menampakan rasa puas dengan hasil kerja yang diterima atasannya cukup bervariabel, ada yang sangat senang, sedang dan ada yang biasa saja karena pekerjaan masih tetap dikerjakan dan kemungkinan akan menjadi bertambah dengan demikian pengaruh kepuasan kerja pegawai adalah tidak signifikan dengan prestasi kerja pegawai. Namun demikian pegawai diharapkan dapat bekerja dengan baik dan penuh tanggung jawab. 4. Nilai X3 = 0,346 menunjukkan bahwa jika terjadi pelaksanaan promosi jabatan (X3) dalam kantor dengan tepat, maka prestasi kerja pegawai akan meningkatkan sebesar 34,6% dengan asumsi bahwa variabel lain konstan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi jabatan dilaksanakan untuk meningkatkan karier pegawai. Setiap pegawai mempunyai hak untuk di promosikan dari suatu jabatan lama ke jabatan baru dengan pendapatan yang wajar untuk jabatan tersebut. Variabel promosi jabatan dinyatakan berpengaruh karena dalam tradisi pomosi jabatan secara kolusif masih tergambar dalam wacana jabatan struktural di pemerintahan seperti pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara yang tidak lepas dari adanya pelaksanaan promosi jabatan yang tidak sesuai,
  • 58. 58 bahkan menimbulkan kesenjangan sosial antara atasan dan bawahan yang berdampak pada pelaksanaan dan pencapaian hasil pekerjaan. 5. Nilai R² ( R-Square ) sebesar 0,808 menunjukkan bahwa 80,8 % variasi dari prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara dijelaskan oleh variabel kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan dan sisanya 19,2% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. 6. Nilai R (angka koefisien korelasi ) sebesar 0,899 menunjukkan korelasi hubungan antara variabel kompensasi (X1), kepuasan kerja (X2), dan promosi jabatan (X3) terhadap prestasi kerja pegawai (Y) pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sangat kuat berada di atas 0,5. 4.3.2 Hasil Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil analisis regresi pada lampiran hasil analisis statistik SPSS yang diringkas pada tabel 4.15 dapat diinterpretasikan pengaruh kompensasi, kepuasan kerja, dan promosi jabatan terhadap prestasi kerja pegawai secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Variabel kompensasi (X1) memiliki nilai p-value  = 0,000 < 0,05, sedangkan thitung = 4,406 > ttabel = 2.015 artinya kompesasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. b. Variabel kepuasan kerja (X3) memiliki nilai p-value  = 0,308 > 0,05 artinya signifikan, sedangkan thitung = 1,030 < ttabel = 2,015 artinya variabel
  • 59. 59 kepuasan kerja secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi kerja pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. c. Variabel promosi jabatan (X3) memiliki nilai p-value  = 0,005 < 0,05, sedangkan thitung = 2,941 > ttabel = 2,015 artinya varaibel promosi jabatan secara parsial berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. Pemahaman terhadap kalimat ”berpengaruh tidak signifikan” sering menimbulkan kontraversi pada sebagian kalangan. Jika hasil suatu penelitian diperoleh salah satu variabelnya berpengaruh tidak signifikan adalah merupakan bukti bahwa tidak semua variabel memiliki tingkat signifikan yang sama sekalipun berpengaruh sehingga hal ini wajar untuk dapat dilanjutnya pada penelitian selanjutnya. Pengujian simultan (Anova Test) bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F menunjukkan variabel kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil uji F menunjukkan nilai p-value 0,00 < 0,005, sedangkan Fhitung = 133,203 > Ftabel =2.56, (df1= 5 - 1 dan df2 = 55 - 5), Disini berarti kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan secara simultan berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara.
  • 60. 60 Kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan merupakan variabel independen yang secara bersama memiliki pengaruh terhadap prestasi kerja. Atau dapat dikatakan bahwa prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggaran dipengaruhi oleh kompensasi yang layak, kepuasan terhadap hasil kerja dan promosi jabatan yang tepat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa 1. Hasil analisis diperoleh bahwa kompensasi dan promosi jabatan secara parsial mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja artinya setiap peningkatan kompensasi dan pelaksanaan promosi jabatan yang baik memiliki arah pengaruh yang positif terhadap prestasi kerja pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara 2. Kepuasan kerja pegawai secara parsial berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap prestasi kerja, karena setiap pekerjaan yang ada di dalam unit kerja
  • 61. 61 harus diselesaikan walaupun pekerjaan tersebut tidak sesuai tetapi semua pegawai telah ditetapkan dengan aturan dalam tugas pokok dan fungsi dan harus melaksanakan pekerjaan tersebut hingga selesai dengan baik. 3. Hasil analisis deskripsi menunjukkan bahwa kompensasi dikategorikan tinggi atau sebesar 4,23, kepuasan kerja dikategorikan tinggi atau sebesar 3,99, promosi jabatan dikategorikan tinggi atau sebesar 4,16 sedangkan prestasi kerja dikategorikan tinggi tinggi atau sebesar 4,27 Dengan demikian tanggapan responden terhadap kompensasi, kepuasan kerja dan promosi jabatan serta prestasi kerja adalah tinggi. 5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka dapat disarankan sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan prestasi kerja dengan pendekatan kompensasi, maka diharapkan adanya pemberian kompensasi yang layak selain gaji kepada para pegawai sehingga mereka dapat meningkatkan semangat kerja dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang didelegasikan kepada mereka dengan baik. 2. Untuk meningkatkan kepuasan kerja, maka para pegawai diharapkan agar melaksanakan tugas kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan sehingga pada gilirannya mereka akan meningkatkan kepuasan kerja, diberikan fasilitas, dan lingkungan kerja yang aman. 3. Untuk melaksanakan promosi jabatan dengan baik, maka diharapkan adanya pelaksanaan penempatan, pangkat dan memenuhi syarat kepangkatan,
  • 62. 62 pengangkatan dan pemindahan pegawai sesuai dengan prosedur yang diberlakukan pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi kerja pada masa mendatang.