2. Pengantar
• Pembicaraan mengenai kenabian tidak pernah
dapat dilepaskan dari
– Nabi-nabi Perjanjian Lama: mulai Amos
– Nabi PB: Yesus Kristus
– Nabi peralihan: Yohanes Pembaptis
• Pembicaraan mengenai hukum tidak dapat
dipisahkan dari hukum utama Yesus dalam
Sinoptik (Mat 22,34-40; Mrk 12,30-33; Luk 10,27)
– Cinta kepada Allah
– Cinta kepada sesama
3. Pengantar
• Hukum utama menjadi sumber segala hukum
– PL:
• Hukum utama menemukan penjabarannya yang singkat
dalam dekalog (Kel 20,1-17; Ul 5,1-20; Kel 34) yang akan
dijabarkan secara luas dalam ke-613 aturan dalam Taurat
Musa
• Hukum kasih (2) Dekalog (10) Taurat (613)
– PB:
• Hukum utama ini mendapatkan penjelasannya dalam seluruh
Injil yang nantinya menjadi sumber ajaran dan tradisi
Gereja, dari sana mengalir Kitab Hukum Gereja
• Hukum kasih (2) Injil ajaran/tradisi Gereja KHK
(1752)
4. Kenabian: Panggilan & Tugas
• Nabi PL dipanggil Allah untuk sebuah tugas perutusan khas
bagi umat yang sedang mengalami situasi sulit: baik
sosial, ekonomis, politis, maupun religius.
• Dua kondisi utama yang mengharuskan Allah mengutus para
nabiNya
– Kehidupan sosial – ekonomi yang diwarnai oleh ketidakadilan dan
penindasan terhadap kaum lemah
• Situasi: penguasa dan orang kaya justru menindas rakyat kecil
• Rakyat kecil
– Tidak berdaya membela diri dan haknya.
– sikap pasrah dan menyerah kepada keadaan.
• Efek:
– Yang kaya (sedikit) semakin kaya: hidup diatas derita orang lain
– Yang miskin (sebagian besar) menjadi makin miskin
• Reaksi Allah: mengutus nabiNya dengan dua tugas
– Memulihkan keadilan dan kebenaran di tengah umat Israel
– Menyampaikan ancaman/hukuman atas ketidakadilan Israel
• Contoh nabi: Amos (2,6-8), Mika (2,1-5) dan Yesaya (1,21-23)
mengecam eksploitasi para pemimpin dan orang kaya terhadap mereka
yang kecil
5. Kenabian: Panggilan & Tugas
• Dua kondisi utama yang mengharuskan Allah
mengutus para nabiNya
– Kehidupan sosial – ekonomi
– Kehidupan religius: diwarnai ketidaksetiaan bangsa
Israel terhadap Yahwe
• Situasi: Israel hidup dalam kebersamaan dengan bangsa lain
yg menyembah dewa-dewi
• Akibat:
– Mengikuti pola ibadat orang kapir dg menyembah dewa-dewi
– Tidak setia dan meninggalkan Allah Yahwe
• Reaksi Allah: mengutus nabiNya dengan tugas
– Memulihkan kesetiaan/loyalitas Israel kepada perjanjian Sinai
– Menyampaikan ancaman/hukuman atas ketidaksetiaan Israel
• Contoh nabi: Hosea, Yeremia, Yehezkiel mengecam
penyembahan berhala sebagai kemurtadan dan persundalan
6. Pusat Warta Kenabian
• Apa yang diwartakan oleh para bermuara pada apa
yang disampaikan oleh Yesus mengenai hukum yang
paling utama, yakni
– Kasih kepada Allah yang diwujudkan dalam kesetiaan
dalam beribadat kepada Yahwe, satu-satunya Allah mereka;
– Kasih kepada sesama yang direalisasi dalam kepedulian
terhadap sesama, khususnya mereka yang tidak berdaya
dan miskin.
• Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan satu dari yang
lain, karena yang satu mengandaikan yang lain.
– Cinta kepada Allah mendapatkan wujud nyatanya dalam
cinta kepada sesama;
– Cinta kepada sesama mendapatkan rohnya dari cinta
manusia kepada Allah sendiri
7. Yesus membela yg lemah
• Cara mewujudkan kepedulianNya kepada yang
lemah, miskin dan tidak berdaya
– Menjadikan diriNya miskin Lukas 2 dan Filp 2,5-11
– Melalui kotbah atau pengajaranNya
– Berempati dengan berbuat sesuatu:
penyembuhan, pengusiran setan, pergandaan roti,
• Siapa yang miskin
– Umum: mereka yang hanya dapat menyandarkan diri pada
kebaikan orang lain
– Khusus: janda, yatim piatu, anak-anak yang tidak
diperhitungkan dalam masyarakat, para penderita sakit
atau cacat, pemungut cukai dan orang-orang yang dianggap
berdosa.
• Mk 12,41-44 Perhatian Yesus kepada janda si janda di depan
kotak persembahan mengubah pola pikir bangsa Yahudi bahwa
kepada mereka pun Allah memberikan perhatian dan pembenaran.
8. Yesus membela keadilan
• Cara mewujudkan kepedulianNya kepada
keadilan
– Membela mereka yang tidak berdaya berhadapan
dengan ketidakadilan.
• Mat 21,11-12; Mk 11,15-18 Peristiwa pengusiran
para pedagang di bait Allah menjadi bukti konkret
bagaimana Yesus melawan ketidakadilan para pedagang
yang melipatgandakan harga jual dagangannya
– Menentang ketidakadilan dari orang-orang yang
tidak mau membayar pajak
• Mat 22,21 "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib
kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang
wajib kamu berikan kepada Allah"
9. Yesus dan Peribadatan
• Yesus sangat perhatian dan mendukung peribadatan.
– Mat 9,13: “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan
persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang
benar, melainkan orang berdosa.“
• Ibadat macam apa?
– Yesus samasekali tidak mau meremehkan arti penting persembahan
atau ibadat kepada Allah.
– Sangat menjunjung tinggi sebuah ibadat yang benar dan berkenan
kepada Allah ibadat yang disertai belaskasihan dan keadilan kepada
sesama
• Reaksi Yesus:
– Mengkritik para ahli Taurat dan kaum Farisi yang munafik dalam
peribadatannya secara ketat menaati hukum hari Sabat dan aturan
peribadatan lain, namun itu semua tidak dibarengi oleh sikap hati yang
tulus dalam iklas
– Memuji seorang janda miskin sebagai yang dibenarkan di hadapan
Allah (Luk 18,9-14 par.). Dengan segala kerendahan hatinya, dia
mempersembahkan kepada Allah segala yang dimilikinya, bahkan ia
memberikannya dari kekurangannya.
10. Hukum, tanda cinta dan anugerah Allah
• Pewartaan para nabi berumuara dari hukum cinta
kasih sebagai hukum utama
– PL:
• Perkembangan: Hukum kasih (2) Dekalog (10: 1-3 dan 4-
10) Taurat (613: 248 kewajiban dan 365 larangan )
• Kel 34: kisah Allah menganugerahkan hukumnya sebagai
pegangan dan tuntunan agar mereka berkenan kepada Allah
dan menjadi umat kesayangannya hukum: anugerah yang
sangat istimewa dari Allah sendiri dan pantas disyukuri
– PB:
• Perkembangan: Hukum kasih (2) Injil (4) ajaran (konsili-
konsili) dan tradisi Gereja KHK (1752 kanon)
• KHK ditempatkan dalam konteks yang tepat sebagai
sarana yang dianugerahkan Allah, agar dengannya
terjaminlah relasi kasih antara manusia dengan Allah dan
manusia dengan sesamanya
11. Hukum, tanda cinta dan anugerah Allah
• Pewartaan para nabi berumuara dari hukum cinta kasih
sebagai hukum utama
– PL:
• Perkembangan: Hukum kasih (2) Dekalog (10: 1-3 dan 4-10)
Taurat (613: 248 kewajiban dan 365 larangan )
• Kel 34: kisah Allah menganugerahkan hukumnya sebagai pegangan
dan tuntunan agar mereka berkenan kepada Allah dan menjadi umat
kesayangannya hukum: anugerah yang sangat istimewa dari Allah
sendiri dan pantas disyukuri
– PB:
• Perkembangan: Hukum kasih (2) Injil (4) ajaran (konsili-konsili)
dan tradisi Gereja KHK (1752 kanon)
• KHK ditempatkan dalam konteks yang tepat
– Sebagai sarana yang dianugerahkan Allah, agar dengannya terjaminlah relasi
kasih antara manusia dengan Allah dan manusia dengan sesamanya
– Allah yg telah lebih dulu mencintai mendapatkan tanggapan kasih dari
manusia yang menjadi nyata dalam kasihnya kepada sesama
– Hukum dimaksudkan sebagai rambu-rambu yang mengarahkan manusia
kepada kebaikanya sendiri
12. Tujuan dan Fungsi Hukum
• Reaksi spontan: hukum atau aturan kerap kali dilihat secara
negatif sebagai sesuatu yang
membatasi, merintangi, menghambat dan merampas
kebebasan manusia. Maka pernah muncul sikap anti-
hukum
• Gereja (paguyuban umat beriman) pasti membutuhkan
hukum yang mengatur kehidupan bersama demi
tercapainya tujuan yang dicita-citakan.
– Merupakan keharusan yang melekat erat pada keberadaannya.
– Dengan hukum akan tercipta ketertiban hidup
bersama, sehingga masing-masing mendapatkan jaminan atas
hak dan kewajibannya
– Hukum dalam Gereja tidak pernah bertentangan dengan
hukum cinta kasih dan prinsip keadilan sebaliknya: hukum
mengatur, menjamin, dan membela pelaksanaan hak dan
kewajiban masing-masing individu dan kelompok umat
beriman,
13. Pelanggaran Hukum
• Pelanggaran: dalam kehidupan bersama ini selalu dapat
terjadi pelanggaran atas hukum yang berlaku.
• Sanksi
– Pelanggaran ini pasti akan menimbulkan luka dan
ketidakhamonisan hidup bersama.
– Konsekuensi: pelanggar hukum akan dikenai sanksi yang wajar
dan adil
– Berdasarkan jenisnya, sanksi ini dibedakan menjadi sanksi yang
bersifat menyembuhkan (poena medicinalis) dan sanksi yang
bersifat silih (poena expiatoriae) kanon 1370-1398
– Kedua sanksi ini tidak pernah dimaksudkan demi kehancuran
dan kematian umat beriman, sebaliknya demi keselamatan
umat beriman.
• Kanon 1752: dengan tegas menyatakan bahwa keselamatan jiwa-jiwa
merupakan hukum tertinggi (salus animarum, suprema lex) dalam
Gereja
• Keselamatan jiwa inilah yang akhirnya menjadi arah dan orientasi
diciptakannya hukum dalam Gereja
14. KHK membela Keadilan dan Kebenaran
• Melalui KHK 1983, Gereja menjabarkan hukum
cinta kasih dalam 1752 kanon yang diharapkan
mampu mengarahkan bagaimana umat beriman
mengasihi Allah dan sesama
• KHK 1983
– Dipromulgasikan atau disahkan oleh Paus Yohanes
Paulus II pada tanggal 25 Januari 1983
– Mulai diberlakukan atau memiliki daya ikat sejak
tanggal 27 November 1983
– Puncak/kulminasi dari seluruh usaha pembaruan yang
dicanangkan Paus Yohanes XXIII
– Merupakan revisi atas KHK 1917 dan merupakan
rumusan normatif dari Konsili Vatikan II
15. KHK membela Keadilan dan Kebenaran
• Melalui ke-7 bukunya, KHK 1983 ingin
menampikan hukum kasih
– Buku I: norma umum menampilkan prinsip-prinsip
dasar untuk membaca dan memahami kanon-kanon
– Buku II: umat beriman kristiani menyebutkan hak
dan kewajiban umat beriman pada umumnya dan
pada khususnya, baik sebagai individu maupun
kelompok umat beriman. Dalam buku II ini ditegaskan
bahwa Gereja sebagai sebuah paguyuban atau
communio menjadi tanggungjawab semua umat
beriman baik sebagai klerus, anggota hidup bakti
maupun awam biasa.
16. KHK membela Keadilan dan Kebenaran
• Melalui ke-7 bukunya, KHK 1983 ingin
menampikan hukum kasih
– Buku III: tugas Gereja mengajar dalam buku ini
ditegaskan hak dan kewajiban umat beriman untuk
berpartisipasi dalam tugas kenabian Kristus dengan
ikut mewartakan Injil atau warta keselamatan kepada
semua orang
– Buku IV: tugas Gereja menguduskan menandaskan
hak dan kewajiban umat beriman untuk partisipasi
dalam tugas imamat Kristus dengan ikut
mengusahakan kekudusan diri dan Gereja.
17. KHK membela Keadilan dan Kebenaran
• Melalui ke-7 bukunya, KHK 1983 ingin
menampikan hukum kasih
– Buku V: harta benda Gereja Untuk melaksanakan
misi dan mencapai finalitas yang dipercayakan oleh
Yesus Kristus, Gereja membutuhkan sarana-prasarana
tertentu yang bersifat material-ekonomis. Oleh karena
itu,
• Gereja pun memiliki kemampuan untuk
mencar, memiliki, mengelola dan mengalih-milikkan
hartabenda
• Tujuan: memenuhi kebutuhan-kebutuhan konkret seperti
disebutkan dalam kanon 1254: ibadat ilahi, jaminan yang
layak bagi kehidupan para klerus dan pelayan lainnya, dan
18. KHK membela Keadilan dan Kebenaran
• Melalui ke-7 bukunya, KHK 1983 ingin
menampikan hukum kasih
– Buku VI: mengatur agar pelanggar hukum
mendapatkan sanksi baik secara langsung (latae
sententiae) maupun secara tidak langsung (ferendae
sententiae).
• Melalui sanksi yang bersifat remedial (poena
medicinalis), diharapkan umat beriman yang telah
melakukan pelanggaran akhirnya bertobat dan menikmati
kerahiman Allah dan kembali ke jalan menuju kepada
keselamatan.
• Melalui sanksi yang bersifat silih (poena expiatoriae), umat
beriman yang bersalah dibantu untuk menghayati
pertobatannya dengan membuat berbagai macam bentuk
silih, baik yang bersifat rohani maupun jasmani.
19. KHK membela Keadilan dan Kebenaran
• Melalui ke-7 bukunya, KHK 1983 ingin
menampikan hukum kasih
– Buku VII:
• Dalam kehidupan bersama selalu muncul masalah yang
membutuhkan penyelesaian secara hukum.
• KHK menyediakan seperangkat proses yuridis yang bisa
dipakai untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Proses ini disebut proses kanonik dan menjadi sarana untuk
mengambil keputusan yang tepat berdasarkan prinsip
keadilan dan kebenaran melalui pelaksanaan kuasa yudisial.
• Proses kanonik ini bertujuan untuk melindungi dan menjaga
agar hak dan kewajiban masing-masing individu dan
kelompok umat beriman dilindungi dan dijamin
pelaksanaannya
20. Penutup
Hukum Gereja yang dikenal dengan nama Kitab
Hukum Kanonik memiliki nilai profetis karena
melalui rumusan kanon-kanonnya mencoba
untuk mengarahkan umat beriman agar semakin
mampu mengasihi Allah dan sesama. Kasih
kepada Allah dan kepada sesama inilah yang
akhirnya membawa umat beriman kepada
kesempurnaan sebagai anak-anak