Publicité

Epilepsi

Lecture à STIKES ST ELISABETH MEDAN
16 Aug 2013
Publicité

Contenu connexe

Publicité

Epilepsi

  1. EPILEPSI Ledy Gresia
  2. Epidemiologi Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy  pada kondisi tanpa serangan, pasien terlihat normal dan semua data lab juga normal, selain itu ada stigma tertentu pada penderita epilepsy  malu/enggan mengakui Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun pertama, menurun sampai umur 50 th, dan meningkat lagi setelahnya terkait dg kemungkinan terjadinya penyakit cerebrovaskular Pada 75% pasien, epilepsy terjadi sebelum umur 18 th Prognosis umumnya baik, 70 – 80% pasien yang mengalami epilepsy akan sembuh, dan kurang lebih separo pasien akan bisa lepas obat
  3. Sistem Saraf Saraf Pusat Saraf tepi -Otak -Nn Cranialis(12 psg) -Medula Spinalis -Nn Spinalis (31 psg) -Saraf Simpatis & Parasimpatis Pusat Pengendali/ Pengambil Konduksi Impuls keputusan/ Memori saraf sensoris sarafmotorik (aferen) (eferen)
  4. SINAPS Sinaps merupakan hubungan antar neuron, atau neuron dengan otot (neuromuscular junction). Struktur dari sinap terbagi atas presinap yaitu bagian akson terminal sebelum sinap, celah sinap yaitu ruang diantar pre dan post sinap dan post sinap pada bagian dendrit. NEUROTRANSMITER BAHAN YANG DISINTESIS OLEH BADAN SEL DAN DISEKRESI OLEH UJUNG AKSON DAPAT BERSIFAT EKSITASI DAN INHIBISI
  5. ZAT TRANSMITER EKSITASI Misal ; ASETILKOLIN, ZAT P NOR ADRENALIN ADRENALIN , GLUTAMAT.  ZAT TRANSMITER INHIBISI Misal ; SEROTONIN, DOPAMIN GABA, GLISIN, , ASPARTAT.
  6. SARAF BERDASARKAN FUNGSI 1. S. SENSORIK = SARAF AFFERENT reseptor sensoris ke sistem saraf pusat. 2. S. MOTORIK = SARAF EFFERENT SSP ke organ sasaran (sel otot atau kelenjar). 3. S. ASOSIASI = INTER NEURON s. sensorik dan s. motorik.
  7. TIGA TINGKAT UTAMA DALAM SISTEM SARAF PUSAT : 1. MEDULLA SPINALIS  MENGENDALIKAN POLA REFLEKS DASAR TUBUH. 2. DAERAH BASAL OTAK  MENGENDALIKAN FUNGSI TUBUH SEPERTI KESEIMBANGAN, GERAKAN KASAR TUBUH, MAKAN, JALAN, BERNAFAS. 3. KORTEKS SEREBRI  BERPIKIR, KEGIATAN MOTORIK HALUS.
  8. Kasus 3 Tn. M (23) tahun ditemukan jatuh dan kejang-kejang seluruh tubuh keluar busa, inkontinensia urine dan fesesnya selama kurang lebih 1-2 menit kemudian pingsan beberapa saat. Dia dibawa ke rumah sakit oleh temannya yang berjalan bersamanya. Dari hasil interview keluarganya kondisi ini sering terjadi berulang dan berlangsung sejak usia anak-anak. Hasil pemeriksaan fisik & penunjang : N = 90x/menit, TD= 120/70mmHg, S=36,4C, P= 22x/menit, EEG abnormal, MRI terdapat focal abnormal.
  9. EPILEPSY Dari kasus diatas, maka dapat diagnosa medis
  10. Definisi Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Tarwoto, 2007)
  11. Etiologi  Epilepsi mungkin disebabkan oleh:  aktivitas saraf abnormal akibat proses patologis yang mempengaruhi otak  gangguan biokimia atau metabolik dan lesi mikroskopik di otak akibat trauma otak pada saat lahir atau cedera lain  pada bayi  penyebab paling sering adalah asfiksi atau hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu lahir, gangguan metabolik, malformasi congenital pada otak, atau infeksi  pada anak-anak dan remaja  mayoritas adalah epilepsy idiopatik, pada umur 5-6 tahun  disebabkan karena febril  pada usia dewasa penyebab lebih bervariasi  idiopatik, karena birth trauma, cedera kepala, tumor otak (usia 30-50 th), penyakit serebro vaskuler (> 50 th)
  12. Patogenesis Kejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak Ketidakseimbangan bisa terjadi karena : Kurangnya transmisi inhibitori  Contoh: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin) Meningkatnya aksi eksitatori  meningkatnya aksi glutamat atau aspartat PATHWAY
  13. Central transmitter substances
  14. Diagnosis Pasien didiagnosis epilepsi jika mengalami serangan kejang secara berulang Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari gejala, diperlukan berbagai alat diagnostik :  EEG  CT-scan  MRI  Lain-lain A CT or CAT scan (computed tomography) is a much more sensitive imaging technique than X-ray, allowing high definition not only of the bony structures, but of the soft tissues.
  15. Klasifikasi epilepsi Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang dibagi menjadi :  kejang umum (generalized seizure)  jika aktivasi terjadi pd kedua hemisfere otak secara bersama-sama  kejang parsial/focal  jika dimulai dari daerah tertentu dari otak
  16. Kejang umum terbagi atas: Tonic-clonic convulsion = grand mal  merupakan bentuk paling banyak terjadi  pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur  bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah  terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala atau tidur
  17. • Abscense attacks = petit mal – jenis yang jarang – umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja – penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala terkulai – kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari • Myoclonic seizure – biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur – pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba – jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal • Atonic seizure – jarang terjadi – pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot  jatuh, tapi bisa segera recovered Petit mal
  18. Kejang parsial terbagi menjadi : • Simple partial seizures – pasien tidak kehilangan kesadaran – terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh • Complex partial seizures – pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran Kejang parsial
  19. TONIC-CLONIC SEIZURES
  20. ABSENCE SEIZURES
  21. ATONIC SEIZURE
  22. MYCLONIC SEIZURES
  23. SIMPLE PARTIAL SEIZURES
  24. COMPLEX PARTIAL SEIZURES
  25. Sasaran Terapi Mengontrol supaya tidak terjadi kejang dan meminimalisasi adverse effect of drug mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik syaraf yang berlebihan  melalui perubahan pada kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter Strategi Terapi
  26. Tatalaksana terapi • Non farmakologi: – Amati faktor pemicu – Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll. • Farmakologi : menggunakan obat-obat antiepilepsi
  27. Obat-obat anti epilepsi Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+: • Inaktivasi kanal Na  menurunkan kemampuan syaraf untuk menghantarkan muatan listrik • Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik: • agonis reseptor GABA  meningkatkan transmisi inhibitori dg mengaktifkan kerja reseptor GABA  contoh: benzodiazepin, barbiturat • menghambat GABA transaminase  konsentrasi GABA meningkat  contoh: Vigabatrin • menghambat GABA transporter  memperlama aksi GABA  contoh: Tiagabin • meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien  mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular pool  contoh: Gabapentin
  28. ASUHAN KEPERAWATAN
  29. THANK YOU

Notes de l'éditeur

  1. This is the type of seizure most people associate with epilepsy. A generalized tonic-clonic seizure often begins without warning. It involves a sudden stiffness of the body, followed by muscle contractions or jerking motions. There may also be changes in blood pressure, an increase in saliva, and loss of bladder control. This type of seizure has a high risk of injury due to the potential for falling to the ground and the sometimes violent jerking movements.
  2. Absence seizures often occur in young children and are commonly mistaken for daydreaming. An absence seizure involves a brief disruption of consciousness—lasting from a few seconds to about half a minute. Typically, this seizure starts suddenly: the student stops what he or she is doing and stares blankly. This student’s eyes may roll upwards briefly before this event and then the episode disappears as quickly as it came. There is usually a loss of awareness for a few seconds. For example, you may call the student’s name, and he or she won’t respond. Absence seizures can happen many times a day.
  3. Atonic seizures Sometimes known as a "drop attack," atonic seizures cause a sudden loss of muscle tone. This may result in the dropping of the head or a limb, or lead a student to fall to the ground. There also may be a brief loss of consciousness. Because the student may fall to the ground, there is a risk of injury.
  4. Myoclonic seizures are one of the most common types of seizures, typically affecting children and young adults. A myoclonic seizure involves a sudden contraction of muscles and can appear as a jerk of one or both arms or sometimes the head. Myoclonic seizures may cause just a single jerk or several jerking movements. Generally, the seizure is so brief that although the student loses consciousness, he or she may appear conscious. While myoclonic seizures are common, you may be less likely to see them in the classroom as they often happen while falling asleep or within a short time of waking up.
  5. In this type of seizure, an electrical disturbance starts in one half (or hemisphere) of the brain, so the student may experience symptoms like twitching, numbness, dizziness, or disturbances to their senses. In a simple partial seizure, the student will remain conscious. Be aware that partial seizures can spread to involve both hemispheres of the brain. The resulting seizure would be categorized as "secondarily generalized."
  6. Like a partial seizure, a complex partial seizure starts in one hemisphere of the brain, and can spread to areas that involve consciousness. When there is an altered state of consciousness at the onset of the event, the student may experience a change in awareness and may seem confused. A common symptom is tugging at clothing; the student may seem conscious but it is important to remember that he or she is completely unaware of their actions.
Publicité