Epidemiologi
Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy pada
kondisi tanpa serangan, pasien terlihat normal dan
semua data lab juga normal, selain itu ada stigma
tertentu pada penderita epilepsy malu/enggan
mengakui
Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun pertama,
menurun sampai umur 50 th, dan meningkat lagi
setelahnya terkait dg kemungkinan terjadinya penyakit
cerebrovaskular
Pada 75% pasien, epilepsy terjadi sebelum umur 18 th
Prognosis umumnya baik, 70 – 80% pasien yang
mengalami epilepsy akan sembuh, dan kurang lebih
separo pasien akan bisa lepas obat
Sistem Saraf
Saraf Pusat Saraf tepi
-Otak -Nn Cranialis(12 psg)
-Medula Spinalis -Nn Spinalis (31 psg)
-Saraf Simpatis &
Parasimpatis
Pusat Pengendali/ Pengambil Konduksi Impuls
keputusan/ Memori
saraf sensoris sarafmotorik
(aferen) (eferen)
SINAPS
Sinaps merupakan hubungan antar neuron, atau neuron dengan otot
(neuromuscular junction).
Struktur dari sinap terbagi atas presinap yaitu bagian akson terminal
sebelum sinap, celah sinap yaitu ruang diantar pre dan post sinap
dan post sinap pada bagian dendrit.
NEUROTRANSMITER
BAHAN YANG DISINTESIS OLEH BADAN SEL
DAN DISEKRESI OLEH UJUNG AKSON
DAPAT BERSIFAT EKSITASI DAN INHIBISI
ZAT TRANSMITER EKSITASI
Misal ; ASETILKOLIN, ZAT P
NOR ADRENALIN
ADRENALIN , GLUTAMAT.
ZAT TRANSMITER INHIBISI
Misal ; SEROTONIN, DOPAMIN
GABA, GLISIN, , ASPARTAT.
SARAF BERDASARKAN FUNGSI
1. S. SENSORIK = SARAF AFFERENT
reseptor sensoris ke sistem saraf pusat.
2. S. MOTORIK = SARAF EFFERENT
SSP ke organ sasaran (sel otot atau kelenjar).
3. S. ASOSIASI = INTER NEURON
s. sensorik dan s. motorik.
TIGA TINGKAT UTAMA DALAM SISTEM SARAF PUSAT :
1. MEDULLA SPINALIS MENGENDALIKAN
POLA REFLEKS DASAR TUBUH.
2. DAERAH BASAL OTAK MENGENDALIKAN
FUNGSI TUBUH SEPERTI KESEIMBANGAN,
GERAKAN KASAR TUBUH, MAKAN, JALAN,
BERNAFAS.
3. KORTEKS SEREBRI BERPIKIR, KEGIATAN
MOTORIK HALUS.
Kasus 3
Tn. M (23) tahun ditemukan jatuh dan kejang-kejang
seluruh tubuh keluar busa, inkontinensia urine dan
fesesnya selama kurang lebih 1-2 menit kemudian
pingsan beberapa saat. Dia dibawa ke rumah sakit oleh
temannya yang berjalan bersamanya. Dari hasil
interview keluarganya kondisi ini sering terjadi berulang
dan berlangsung sejak usia anak-anak. Hasil
pemeriksaan fisik & penunjang : N = 90x/menit, TD=
120/70mmHg, S=36,4C, P= 22x/menit, EEG abnormal,
MRI terdapat focal abnormal.
Definisi
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan
karekteristik kejang berulang akibat lepasnya
muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat
reversibel (Tarwoto, 2007)
Etiologi
Epilepsi mungkin disebabkan oleh:
aktivitas saraf abnormal akibat proses patologis yang
mempengaruhi otak
gangguan biokimia atau metabolik dan lesi mikroskopik di
otak akibat trauma otak pada saat lahir atau cedera lain
pada bayi penyebab paling sering adalah asfiksi atau
hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu lahir,
gangguan metabolik, malformasi congenital pada otak,
atau infeksi
pada anak-anak dan remaja mayoritas adalah epilepsy
idiopatik, pada umur 5-6 tahun disebabkan karena febril
pada usia dewasa penyebab lebih bervariasi idiopatik,
karena birth trauma, cedera kepala, tumor otak (usia 30-50
th), penyakit serebro vaskuler (> 50 th)
Patogenesis
Kejang disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara
pengaruh inhibisi dan
eksitatori pada otak
Ketidakseimbangan bisa terjadi
karena :
Kurangnya transmisi inhibitori
Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis
GABA (alkohol, benzodiazepin)
Meningkatnya aksi eksitatori
meningkatnya aksi glutamat
atau aspartat
PATHWAY
Diagnosis
Pasien didiagnosis epilepsi jika mengalami
serangan kejang secara berulang
Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari
gejala, diperlukan berbagai alat diagnostik :
EEG
CT-scan
MRI
Lain-lain
A CT or CAT scan (computed tomography)
is a much more sensitive imaging
technique than X-ray, allowing high
definition not only of the bony structures,
but of the soft tissues.
Klasifikasi epilepsi
Berdasarkan tanda
klinik dan data EEG,
kejang dibagi menjadi :
kejang umum
(generalized seizure)
jika aktivasi terjadi pd
kedua hemisfere otak
secara bersama-sama
kejang parsial/focal
jika dimulai dari daerah
tertentu dari otak
Kejang umum terbagi atas:
Tonic-clonic convulsion = grand mal
merupakan bentuk paling banyak terjadi
pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah,
keluar air liur
bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah
terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala atau tidur
• Abscense attacks = petit mal
– jenis yang jarang
– umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
– penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan
kepala terkulai
– kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
• Myoclonic seizure
– biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
– pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
– jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
• Atonic seizure
– jarang terjadi
– pasien tiba-tiba kehilangan
kekuatan otot jatuh, tapi bisa
segera recovered
Petit mal
Kejang parsial terbagi menjadi :
• Simple partial seizures
– pasien tidak kehilangan kesadaran
– terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh
• Complex partial seizures
– pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan
mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran
Kejang parsial
Sasaran Terapi
Mengontrol supaya tidak terjadi kejang dan
meminimalisasi adverse effect of drug
mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik
syaraf yang berlebihan melalui perubahan pada kanal
ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter
Strategi Terapi
Tatalaksana terapi
• Non farmakologi:
– Amati faktor pemicu
– Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya :
stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan
jadwal tidur, terlambat makan, dll.
• Farmakologi : menggunakan obat-obat
antiepilepsi
Obat-obat anti epilepsi
Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
• Inaktivasi kanal Na menurunkan kemampuan syaraf untuk
menghantarkan muatan listrik
• Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin,
valproat
Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:
• agonis reseptor GABA meningkatkan transmisi inhibitori
dg mengaktifkan kerja reseptor GABA contoh:
benzodiazepin, barbiturat
• menghambat GABA transaminase konsentrasi GABA
meningkat contoh: Vigabatrin
• menghambat GABA transporter memperlama aksi GABA
contoh: Tiagabin
• meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal
pasien mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari
non-vesikular pool contoh: Gabapentin
This is the type of seizure most people associate with epilepsy. A generalized tonic-clonic seizure often begins without warning. It involves a sudden stiffness of the body, followed by muscle contractions or jerking motions. There may also be changes in blood pressure, an increase in saliva, and loss of bladder control. This type of seizure has a high risk of injury due to the potential for falling to the ground and the sometimes violent jerking movements.
Absence seizures often occur in young children and are commonly mistaken for daydreaming. An absence seizure involves a brief disruption of consciousness—lasting from a few seconds to about half a minute. Typically, this seizure starts suddenly: the student stops what he or she is doing and stares blankly. This student’s eyes may roll upwards briefly before this event and then the episode disappears as quickly as it came. There is usually a loss of awareness for a few seconds. For example, you may call the student’s name, and he or she won’t respond. Absence seizures can happen many times a day.
Atonic seizures Sometimes known as a "drop attack," atonic seizures cause a sudden loss of muscle tone. This may result in the dropping of the head or a limb, or lead a student to fall to the ground. There also may be a brief loss of consciousness. Because the student may fall to the ground, there is a risk of injury.
Myoclonic seizures are one of the most common types of seizures, typically affecting children and young adults. A myoclonic seizure involves a sudden contraction of muscles and can appear as a jerk of one or both arms or sometimes the head. Myoclonic seizures may cause just a single jerk or several jerking movements. Generally, the seizure is so brief that although the student loses consciousness, he or she may appear conscious. While myoclonic seizures are common, you may be less likely to see them in the classroom as they often happen while falling asleep or within a short time of waking up.
In this type of seizure, an electrical disturbance starts in one half (or hemisphere) of the brain, so the student may experience symptoms like twitching, numbness, dizziness, or disturbances to their senses. In a simple partial seizure, the student will remain conscious. Be aware that partial seizures can spread to involve both hemispheres of the brain. The resulting seizure would be categorized as "secondarily generalized."
Like a partial seizure, a complex partial seizure starts in one hemisphere of the brain, and can spread to areas that involve consciousness. When there is an altered state of consciousness at the onset of the event, the student may experience a change in awareness and may seem confused. A common symptom is tugging at clothing; the student may seem conscious but it is important to remember that he or she is completely unaware of their actions.