SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  5
Télécharger pour lire hors ligne
Ujian Akhir Semester                                            Muhammad Syaiful Rohman
KELOMPOK MARJINAL                                                    10/306973/PSA/02293

INDONESIA NEGARA GAGAL ?


A. PENDAHULUAN

       Kemiskinan, saat ini, adalah lebih dari sekedar isu ekonomi sederhana, namun juga suatu
konstruksi ideologis. Pada era neoliberal dewasa ini, sejatinya adalah era merkantilisme juga.
Liberal Containment telah digantikan oleh kapitalisme laissez-faire yang kemudian dikenal
sebagai free market (Pilger, 1998). Kebijakan-kebijakan dari IMF maupun WB telah banyak
memperoleh kritik pedas dari berbagai pihak dan umumnya kebijakan-kebijakan tersebut tidak
membantu juga tidak akuntabel, bahkan menciptakan ketergantungan negara miskin kepada
negara kaya. Pada saat yang sama, structural adjustment sangat tidak menghormati keberagaman
budaya. Studi lain dikemukakan oleh McMurtry (1998) bahwa SAP berkontribusi terhadap
kematian dan penurunan standar kehidupan warganegara. Sebagai manifestasi penyesuaian yang
diagendakan SAP, maka pemerintah menempuhnya dengan cara mensiasati pengetatan anggaran
belanja negara, ditempuhlah pilihan mereduksi subsidi.

       Salah satu akibat dari sistem ekonomi politik yang dianut oleh pemerintahan sekarang ini
yaitu Indonesia menganut sistem demokrasi elektoral. Ini adalah sebuah sistem yang
mensyaratkan agar mereka yang menduduki jabatan-jabatan publik yang penting dipilih langsung
oleh rakyat. Keberadaan kelompok-kelompok vigilante jelas bertolak belakang dengan politik
demokrasi elektoral. Kelompok ini tidak besar. Mereka tidak memiliki ‘popular mandate’ seperti
yang dimiliki oleh para elit politik, baik di tingkat nasional maupun lokal. Namun mereka
mampu melancarkan tekanan supaya kepentingan mereka bisa dijalankan.

B. KELOMPOK MARJINAL

       Adalah FPI, MMI, FUI, FBR, FORKABI, PP, atau kelompok lain apapun namanya dari
yang mengatasnamakan agama, kesukuan, sampai yang mengatasnamakan kelompok pemuda
yang sering kita dengar gaungnya melalui berbagai media cetak maupun elektronik dan yang
sering terlibat dalam aksi kekerasan di jalanan bisa kita masukkan kedalam definisi vigilante
yang berarti seorang yang menegakkan hukum dengan caranya sendiri. Istilah ini berasal dari




                                                                                    1|Page
Ujian Akhir Semester                                           Muhammad Syaiful Rohman
KELOMPOK MARJINAL                                                   10/306973/PSA/02293

INDONESIA NEGARA GAGAL ?


bahasa Latin "Vigiles Urbani" yang diberikan kepada penjaga malam di Romawi kuno yang
bertugas memadamkan kebakaran dan menjaga keamanan.

       Pelaku kekerasan bisa dipetakan dengan jelas. Beberapa dari mereka adalah kelompok
vigilante radikal yang mengaku berskala nasional. Artinya mereka memiliki jenjang organisasi
dari pusat Jakarta hingga ke daerah-daerah. Namun pada umumnya, sekalipun tampak sebagai
sebuah organisasi berskala nasional, mereka yang dianggap sebagai pemimpin seringkali tidak
bisa mengontrol apa yang diperbuat oleh orang-orang yang mengatasnamakan organisasi tersebut
di tingkat lokal. Rizieq Shihab boleh dianggap sebagai pemimpin Front Pembela Islam (FPI),
namun dalam banyak kesempatan dia mengelak bertanggungjawab atas tindakan FPI di daerah-
daerah atau bahkan di Jakarta sendiri.

       Organisasi seperti FPI, Forum Umat Islam (FUI) atau Majelis Mujahidin Indonesia
(MMI), dikelola lebih sebagai organisasi persamaan kepentingan ketimbang oleh struktur
organisasional yang ketat. Di setiap daerah mereka memiliki orang-orang ‘kuat’ yang disegani,
yang dianggap sebagai pemimpin – baik karena wibawa maupun karena sikap keagamaannya
yang kuat (bukan berarti pintar secara teologis). Orang-orang ini memiliki keleluasaan untuk
bernegosiasi dengan para penguasa di daerah-daerah. Mereka juga memiliki fleksibilitas untuk
bertindak sesuai dengan situasi setempat.

       Yang lebih menakjubkan dari organisasi-organisasi radikal ini adalah betapa besarnya
kekuasaan yang mereka miliki. Bahkan ketika mereka melakukan tindakan-tindakan yang sangat
brutal sekali pun, mereka tidak terkena tindakan hukum yang serius. Dalam kasus kekerasan
yang menimpa Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, beberapa pelaku penyerangan yang brutal itu –
secara jelas tertangkap dalam gambar video – dikenai hukuman yang sangat ringan. Sementara
itu, warga Ahmadiyah sendiri malah dihukum juga karena dituduh sebagai pemicu kekerasan.

       Elit politik Indonesia – baik yang berada di dalam maupun diluar administrasi
pemerintahan SBY – bersikap sangat toleran terhadap kelompok-kelompok ini. Demikian pula
aparat keamanan yang seringkali justru berpihak kepada mereka. Dalam banyak kejadian, aparat


                                                                                   2|Page
Ujian Akhir Semester                                            Muhammad Syaiful Rohman
KELOMPOK MARJINAL                                                    10/306973/PSA/02293

INDONESIA NEGARA GAGAL ?


keamanan biasanya datang setelah kelompok-kelompok ini melakukan aksinya. Alih-alih
mencegah terjadinya kekerasan, aparat biasanya justru menyalahkan pihak yang diserbu,
meminta mereka untuk menghentikan kegiatan, atau bahkan membiarkan pihak penyerbu
melanjutkan tindak kekerasannya.

       Tidak berdayanya para elit politik dan aparat keamanan yang mewakili negara dalam
berhadapan dengan kelompok-kelompok vigilante ini tentu menimbulkan pertanyaan: Mengapa?
Apa keistimewaan kelompok-kelompok Islamis militan ini? Adakah mereka demikian kuat
sehingga semua aparatus negara menjadi lumpuh ketika berhadapan dengan mereka?

       Indonesia tidak pernah mengenal konsep negara pengertian Weberian. Dalam konsep
Max Weber, negara adalah institusi yang memegang monopoli atas penggunaan kekerasan fisik
untuk menciptakan ketertiban.

       Banyak ahli telah menunjukkan bagaimana konsep negara Weberian ini tidak bekerja di
dalam masyarakat Indonesia. Ahli sejarah politik menunjukkan (antara lain Soemarsaid
Moertono yang menulis tentang statecraft di Jawa) bahwa negara di bumi Nusantara ini tidak
dikenal sebagai negara territorial. Para raja pertama-tama menguasai penduduk. Makin banyak
penduduk yang dikuasainya, makin besar kekuasaannya. Kekuasaan ini tercermin dalam konsep
Mandala, dimana kekuasaan ada di pusat, berpendar, dan makin melemah ketika jauh dari pusat.

       Konsep negara dan kekuasaan yang non-territorial ini tentu tidak bisa dipertahankan
terutama ketika konsep negara modern – yang ditulangpunggungi oleh birokrasi dan militer –
diperkenalkan di wilayah Nusantara oleh penguasa Kolonial Belanda. Para pengelola negara
kolonial tahu persis bahwa mereka tidak bisa menguasai wilayah Indonesia secara langsung.

       Negara kolonial memiliki keterbatasan yang amat serius dalam hal personil untuk
mengawasi rakyat dan wilayahnya. Untuk itulah, negara kolonial meneruskan kebijakan-
kebijakan sebelumnya yang dijalankan oleh VOC, yakni berkuasa lewat perantaraan penguasa-
penguasa lokal yang diikat dengan perjanjian-perjanjian jangka pendek.



                                                                                    3|Page
Ujian Akhir Semester                                             Muhammad Syaiful Rohman
KELOMPOK MARJINAL                                                     10/306973/PSA/02293

INDONESIA NEGARA GAGAL ?


          Keterbatasan sumber daya memaksa negara kolonial untuk menggunakan agen-agen
kekerasan yang berada di luar negara. Agen-agen kekerasan itu biasanya berupa orang kuat, jago,
preman, hingga ke organisasi-organisasi paramiliter yang berlabel etnik atau agama. Studi Ann
Laura Stoler tentang perkebunan di Sumatera Utara, misalnya, menunjukkan preman dipakai
secara intensif untuk menghalau penyerobot tanah (squatters), mengintimidasi buruh, dan
menghalang-halanginya untuk berserikat.

          Hubungan antara negara dengan agen-agen kekerasan non-negara ini saling
menguntungkan. Agen-agen kekerasan ini diberikan keleluasaan untuk beraksi. Mereka tidak
dikenakan sangsi atau hukuman. Sebaliknya, mereka melakukan apa yang tidak sepenuhnya
mampu dilakukan oleh negara, yakni menciptakan ketaatan lewat rasa takut di kalangan massa-
rakyat.

          Yang lebih unik adalah hubungan antara aparatus keamanan negara dengan agen-agen
kekerasan non-negara ini. Aparat-aparat intelijen dan kepolisian pada jaman kolonial banyak
memakai preman, jago, atau orang kuat untuk menjalankan operasi-operasi intel. Praktek seperti
ini berlanjut setelah negara kolonial berubah menjadi negara Indonesia.

          Pada jaman Orde Baru, hubungan antara aparatus keamanan dengan agen-agen kekerasan
non-negara ini semakin intensif, sekalipun negara pada jaman Orde Baru dikuasai oleh militer.
Aparat intelijen dan militer melakukan apa yang disebut sebagai ‘penggalangan’ di kalangan
preman dan organisasi-organisasi kekerasan untuk memuluskan kerja dan agenda politik mereka.

          Pada tahun 1982-83, pemerintah Orde Baru melakukan kampanye anti-preman yang
terkenal dengan sebutan ‘Petrus’ (Penembakan Misterius). Aparat-aparat militer di banyak
daerah di Indonesia, bergerak menahan orang-orang yang mereka anggap sebagai preman (atau
orang yang bertatto), menembak mati, dan meletakkannya di jalanan. Metode ini dikenal sebagai
‘shock therapy’ yang sesungguhnya metode teror psikologis dengan mengirimkan pesan brutal
kepada seluruh massa-rakyat untuk menunjukkan siapa yang sesungguhnya berkuasa.




                                                                                    4|Page
Ujian Akhir Semester                                              Muhammad Syaiful Rohman
KELOMPOK MARJINAL                                                      10/306973/PSA/02293

INDONESIA NEGARA GAGAL ?


       Sekalipun    diklaim   sebagai   kampanye     untuk   mengenyahkan   preman,    ‘Petrus’
sesungguhnya dipakai sebagai sarana untuk menundukkan preman agar sepenuhnya berada
dalam kontrol militer. Studi Loren Ryter (2002) tentang preman menunjukkan bahwa ‘Petrus’
kemudian dipakai sebagai awal kelahiran organisasi-organisasi kepemudaan. Salah satu yang
peling terkenal adalah Pemuda Pancasila.

       Agen-agen kekerasan non-negara ini dalam periode-periode selanjutnya dipakai sebagai
agen untuk mematikan gerakan-gerakan massa-rakyat dari bawah. Gerakan buruh di Indonesia,
misalnya, yang bangkit kembali pada pertengahan tahun 1980-an seiring dengan pesatnya
pertumbuhan ekonomi substitusi impor pada waktu itu juga harus berhadapan dengan agen-agen
kekerasan non-negara ini. Intimidasi, terror, dan bahkan serangan langsung kepada buruh sering
dilakukan oleh preman-preman yang terorganisir.

       Mobilisasi preman pun dipakai dalam politik. Organisasi seperti Pemuda Pancasila dan
saingannya Pemuda Panca Marga, resmi diterima dalam organisasi kepemudaan korporatik
KNPI, yang pada akhirnya dipakai untuk memenangkan Golkar. Di daerah-daerah, organisasi
yang berafiliasi dengan militer lokal – seperti Angkatan Muda Siliwangi di Jawa Barat– juga
diinkorporasi sebagai organisasi ‘resmi’ di bawah patronase militer.

C. PENUTUP

       Secara umum, yang menjadi target dalam kekerasan agama adalah mereka yang paling
rentan (vulnerable) dalam masyarakat. Mereka tidak memiliki dukungan secara politik maupun
ekonomi. Mereka powerless dan tidak memiliki patron di dalam lingkaran kekuasaan di negeri
ini. Dalam kasus-kasus penyerangan terhadap Jemaah Ahmadiyah, kita melihat ketidakadilan
yang sangat telanjang yang dilakukan oleh negara terhadap warganya. Di beberapa tempat di
Indonesia, Jemaah Ahmadiyah diusir dari tempat tinggalnya. Para penguasa lokal bahkan
menciptakan Kamp pengasingan di pulau terpencil. Mirip seperti gettho terhadap orang-orang
Yahudi di Eropa pada jaman dulu. Namun nasib mereka jauh lebih buruk dari orang Yahudi,
karena mereka diasingkan, dirampas hak-haknya, dan dinistakan.


                                                                                      5|Page

Contenu connexe

Similaire à NEGARA GAGAL

ppt sejarah pergerakan kel.5.pptx
ppt sejarah pergerakan kel.5.pptxppt sejarah pergerakan kel.5.pptx
ppt sejarah pergerakan kel.5.pptxIlenmaiyani
 
Teori oligarki
Teori oligarki Teori oligarki
Teori oligarki Launa Usni
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 27 oktober 2015-21 desember 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 27 oktober 2015-21 desember 2015(Sindonews.com) Opini hukum-politik 27 oktober 2015-21 desember 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 27 oktober 2015-21 desember 2015ekho109
 
Muji kuswanto 18060464121
Muji kuswanto 18060464121Muji kuswanto 18060464121
Muji kuswanto 18060464121MujiKuswanto
 
Teori oligarki
Teori oligarki Teori oligarki
Teori oligarki Launa Usni
 
Fadh Ahmad - Fundamentalisme islam dan idealisme tentang negara islam
Fadh Ahmad - Fundamentalisme islam dan idealisme tentang negara islamFadh Ahmad - Fundamentalisme islam dan idealisme tentang negara islam
Fadh Ahmad - Fundamentalisme islam dan idealisme tentang negara islamfadh_ahmad
 
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di IndonesiaHAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di IndonesiaPT Lion Air
 
Ancaman terhadap integrasi nasional
Ancaman terhadap integrasi nasionalAncaman terhadap integrasi nasional
Ancaman terhadap integrasi nasionalRaafiPutri
 
Ancaman nonmiliter di bidang politik
Ancaman nonmiliter di bidang politikAncaman nonmiliter di bidang politik
Ancaman nonmiliter di bidang politikzulfikar4568
 
2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan
2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan
2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikansakuramochi
 
PPT SOSIOLOGI KELOMPOK 1 PENDUDUKAN BELANDA.pptx
PPT SOSIOLOGI KELOMPOK 1 PENDUDUKAN BELANDA.pptxPPT SOSIOLOGI KELOMPOK 1 PENDUDUKAN BELANDA.pptx
PPT SOSIOLOGI KELOMPOK 1 PENDUDUKAN BELANDA.pptxAgungFauzie
 

Similaire à NEGARA GAGAL (20)

ppt sejarah pergerakan kel.5.pptx
ppt sejarah pergerakan kel.5.pptxppt sejarah pergerakan kel.5.pptx
ppt sejarah pergerakan kel.5.pptx
 
PPT_KEL.4.pdf
PPT_KEL.4.pdfPPT_KEL.4.pdf
PPT_KEL.4.pdf
 
Teori oligarki
Teori oligarki Teori oligarki
Teori oligarki
 
Sosiologi lembaga politik ekonomi
Sosiologi lembaga politik ekonomiSosiologi lembaga politik ekonomi
Sosiologi lembaga politik ekonomi
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 27 oktober 2015-21 desember 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 27 oktober 2015-21 desember 2015(Sindonews.com) Opini hukum-politik 27 oktober 2015-21 desember 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 27 oktober 2015-21 desember 2015
 
Muji kuswanto 18060464121
Muji kuswanto 18060464121Muji kuswanto 18060464121
Muji kuswanto 18060464121
 
Kekerasan
KekerasanKekerasan
Kekerasan
 
tipologi kejahatan penjahat
tipologi kejahatan  penjahattipologi kejahatan  penjahat
tipologi kejahatan penjahat
 
Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
 
Astina edisi 1
Astina edisi 1Astina edisi 1
Astina edisi 1
 
Teori oligarki
Teori oligarki Teori oligarki
Teori oligarki
 
Fadh Ahmad - Fundamentalisme islam dan idealisme tentang negara islam
Fadh Ahmad - Fundamentalisme islam dan idealisme tentang negara islamFadh Ahmad - Fundamentalisme islam dan idealisme tentang negara islam
Fadh Ahmad - Fundamentalisme islam dan idealisme tentang negara islam
 
Tugas ppkn workshop edit
Tugas ppkn workshop editTugas ppkn workshop edit
Tugas ppkn workshop edit
 
Tugas ppkn workshop edit
Tugas ppkn workshop editTugas ppkn workshop edit
Tugas ppkn workshop edit
 
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di IndonesiaHAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
 
Ancaman terhadap integrasi nasional
Ancaman terhadap integrasi nasionalAncaman terhadap integrasi nasional
Ancaman terhadap integrasi nasional
 
valen resum mas
valen resum masvalen resum mas
valen resum mas
 
Ancaman nonmiliter di bidang politik
Ancaman nonmiliter di bidang politikAncaman nonmiliter di bidang politik
Ancaman nonmiliter di bidang politik
 
2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan
2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan
2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan
 
PPT SOSIOLOGI KELOMPOK 1 PENDUDUKAN BELANDA.pptx
PPT SOSIOLOGI KELOMPOK 1 PENDUDUKAN BELANDA.pptxPPT SOSIOLOGI KELOMPOK 1 PENDUDUKAN BELANDA.pptx
PPT SOSIOLOGI KELOMPOK 1 PENDUDUKAN BELANDA.pptx
 

Plus de Independent Researcher and Social Activist

Plus de Independent Researcher and Social Activist (20)

Target sasaran mutu dept pks bmm jan des 2013
Target sasaran mutu dept pks bmm jan des 2013Target sasaran mutu dept pks bmm jan des 2013
Target sasaran mutu dept pks bmm jan des 2013
 
Laporan Penggunaan Anggaran Dept PKS BMM 2013
Laporan Penggunaan Anggaran Dept PKS BMM 2013Laporan Penggunaan Anggaran Dept PKS BMM 2013
Laporan Penggunaan Anggaran Dept PKS BMM 2013
 
Transparansi pelaporan lembaga amil zakat syaiful bmm
Transparansi pelaporan lembaga amil zakat syaiful bmmTransparansi pelaporan lembaga amil zakat syaiful bmm
Transparansi pelaporan lembaga amil zakat syaiful bmm
 
Uu no 40_2004 ttg sistem jaminan sosial nasional
Uu no 40_2004 ttg sistem jaminan sosial nasionalUu no 40_2004 ttg sistem jaminan sosial nasional
Uu no 40_2004 ttg sistem jaminan sosial nasional
 
Curriculum Vitae
Curriculum VitaeCurriculum Vitae
Curriculum Vitae
 
Review film "The Corporation"
Review film "The Corporation"Review film "The Corporation"
Review film "The Corporation"
 
Green Belt of Bintuni Bay
Green Belt of Bintuni BayGreen Belt of Bintuni Bay
Green Belt of Bintuni Bay
 
Konstruksi Tubuh dan Kebudayaan
Konstruksi Tubuh dan KebudayaanKonstruksi Tubuh dan Kebudayaan
Konstruksi Tubuh dan Kebudayaan
 
Struktur pengelolaan kebudayaan di trenggalek
Struktur pengelolaan kebudayaan di trenggalekStruktur pengelolaan kebudayaan di trenggalek
Struktur pengelolaan kebudayaan di trenggalek
 
kethoprak sbg penyalur asprasi
kethoprak sbg penyalur asprasikethoprak sbg penyalur asprasi
kethoprak sbg penyalur asprasi
 
Kula niki gareng, wong cacat
Kula niki gareng, wong cacatKula niki gareng, wong cacat
Kula niki gareng, wong cacat
 
Kula niki gareng, wong cacat
Kula niki gareng, wong cacatKula niki gareng, wong cacat
Kula niki gareng, wong cacat
 
Makalah bencana gunung merapi tembi 2010
Makalah bencana gunung merapi tembi 2010Makalah bencana gunung merapi tembi 2010
Makalah bencana gunung merapi tembi 2010
 
Perundangan masyarakat adat
Perundangan masyarakat adatPerundangan masyarakat adat
Perundangan masyarakat adat
 
Membaca koentjaraningrat melalui kacamata heddy
Membaca koentjaraningrat melalui kacamata heddyMembaca koentjaraningrat melalui kacamata heddy
Membaca koentjaraningrat melalui kacamata heddy
 
Review etnosains & etnometodologi
Review etnosains & etnometodologiReview etnosains & etnometodologi
Review etnosains & etnometodologi
 
Gerak dua dusun untuk menghadapi pasar bebas
Gerak dua dusun untuk menghadapi pasar bebasGerak dua dusun untuk menghadapi pasar bebas
Gerak dua dusun untuk menghadapi pasar bebas
 
Seminar Proposal Tesis
Seminar Proposal Tesis Seminar Proposal Tesis
Seminar Proposal Tesis
 
Fieldwork on REDD+
Fieldwork on REDD+Fieldwork on REDD+
Fieldwork on REDD+
 
Outline Tesis 29 Nov
Outline Tesis 29 NovOutline Tesis 29 Nov
Outline Tesis 29 Nov
 

Dernier

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 

Dernier (20)

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 

NEGARA GAGAL

  • 1. Ujian Akhir Semester Muhammad Syaiful Rohman KELOMPOK MARJINAL 10/306973/PSA/02293 INDONESIA NEGARA GAGAL ? A. PENDAHULUAN Kemiskinan, saat ini, adalah lebih dari sekedar isu ekonomi sederhana, namun juga suatu konstruksi ideologis. Pada era neoliberal dewasa ini, sejatinya adalah era merkantilisme juga. Liberal Containment telah digantikan oleh kapitalisme laissez-faire yang kemudian dikenal sebagai free market (Pilger, 1998). Kebijakan-kebijakan dari IMF maupun WB telah banyak memperoleh kritik pedas dari berbagai pihak dan umumnya kebijakan-kebijakan tersebut tidak membantu juga tidak akuntabel, bahkan menciptakan ketergantungan negara miskin kepada negara kaya. Pada saat yang sama, structural adjustment sangat tidak menghormati keberagaman budaya. Studi lain dikemukakan oleh McMurtry (1998) bahwa SAP berkontribusi terhadap kematian dan penurunan standar kehidupan warganegara. Sebagai manifestasi penyesuaian yang diagendakan SAP, maka pemerintah menempuhnya dengan cara mensiasati pengetatan anggaran belanja negara, ditempuhlah pilihan mereduksi subsidi. Salah satu akibat dari sistem ekonomi politik yang dianut oleh pemerintahan sekarang ini yaitu Indonesia menganut sistem demokrasi elektoral. Ini adalah sebuah sistem yang mensyaratkan agar mereka yang menduduki jabatan-jabatan publik yang penting dipilih langsung oleh rakyat. Keberadaan kelompok-kelompok vigilante jelas bertolak belakang dengan politik demokrasi elektoral. Kelompok ini tidak besar. Mereka tidak memiliki ‘popular mandate’ seperti yang dimiliki oleh para elit politik, baik di tingkat nasional maupun lokal. Namun mereka mampu melancarkan tekanan supaya kepentingan mereka bisa dijalankan. B. KELOMPOK MARJINAL Adalah FPI, MMI, FUI, FBR, FORKABI, PP, atau kelompok lain apapun namanya dari yang mengatasnamakan agama, kesukuan, sampai yang mengatasnamakan kelompok pemuda yang sering kita dengar gaungnya melalui berbagai media cetak maupun elektronik dan yang sering terlibat dalam aksi kekerasan di jalanan bisa kita masukkan kedalam definisi vigilante yang berarti seorang yang menegakkan hukum dengan caranya sendiri. Istilah ini berasal dari 1|Page
  • 2. Ujian Akhir Semester Muhammad Syaiful Rohman KELOMPOK MARJINAL 10/306973/PSA/02293 INDONESIA NEGARA GAGAL ? bahasa Latin "Vigiles Urbani" yang diberikan kepada penjaga malam di Romawi kuno yang bertugas memadamkan kebakaran dan menjaga keamanan. Pelaku kekerasan bisa dipetakan dengan jelas. Beberapa dari mereka adalah kelompok vigilante radikal yang mengaku berskala nasional. Artinya mereka memiliki jenjang organisasi dari pusat Jakarta hingga ke daerah-daerah. Namun pada umumnya, sekalipun tampak sebagai sebuah organisasi berskala nasional, mereka yang dianggap sebagai pemimpin seringkali tidak bisa mengontrol apa yang diperbuat oleh orang-orang yang mengatasnamakan organisasi tersebut di tingkat lokal. Rizieq Shihab boleh dianggap sebagai pemimpin Front Pembela Islam (FPI), namun dalam banyak kesempatan dia mengelak bertanggungjawab atas tindakan FPI di daerah- daerah atau bahkan di Jakarta sendiri. Organisasi seperti FPI, Forum Umat Islam (FUI) atau Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), dikelola lebih sebagai organisasi persamaan kepentingan ketimbang oleh struktur organisasional yang ketat. Di setiap daerah mereka memiliki orang-orang ‘kuat’ yang disegani, yang dianggap sebagai pemimpin – baik karena wibawa maupun karena sikap keagamaannya yang kuat (bukan berarti pintar secara teologis). Orang-orang ini memiliki keleluasaan untuk bernegosiasi dengan para penguasa di daerah-daerah. Mereka juga memiliki fleksibilitas untuk bertindak sesuai dengan situasi setempat. Yang lebih menakjubkan dari organisasi-organisasi radikal ini adalah betapa besarnya kekuasaan yang mereka miliki. Bahkan ketika mereka melakukan tindakan-tindakan yang sangat brutal sekali pun, mereka tidak terkena tindakan hukum yang serius. Dalam kasus kekerasan yang menimpa Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, beberapa pelaku penyerangan yang brutal itu – secara jelas tertangkap dalam gambar video – dikenai hukuman yang sangat ringan. Sementara itu, warga Ahmadiyah sendiri malah dihukum juga karena dituduh sebagai pemicu kekerasan. Elit politik Indonesia – baik yang berada di dalam maupun diluar administrasi pemerintahan SBY – bersikap sangat toleran terhadap kelompok-kelompok ini. Demikian pula aparat keamanan yang seringkali justru berpihak kepada mereka. Dalam banyak kejadian, aparat 2|Page
  • 3. Ujian Akhir Semester Muhammad Syaiful Rohman KELOMPOK MARJINAL 10/306973/PSA/02293 INDONESIA NEGARA GAGAL ? keamanan biasanya datang setelah kelompok-kelompok ini melakukan aksinya. Alih-alih mencegah terjadinya kekerasan, aparat biasanya justru menyalahkan pihak yang diserbu, meminta mereka untuk menghentikan kegiatan, atau bahkan membiarkan pihak penyerbu melanjutkan tindak kekerasannya. Tidak berdayanya para elit politik dan aparat keamanan yang mewakili negara dalam berhadapan dengan kelompok-kelompok vigilante ini tentu menimbulkan pertanyaan: Mengapa? Apa keistimewaan kelompok-kelompok Islamis militan ini? Adakah mereka demikian kuat sehingga semua aparatus negara menjadi lumpuh ketika berhadapan dengan mereka? Indonesia tidak pernah mengenal konsep negara pengertian Weberian. Dalam konsep Max Weber, negara adalah institusi yang memegang monopoli atas penggunaan kekerasan fisik untuk menciptakan ketertiban. Banyak ahli telah menunjukkan bagaimana konsep negara Weberian ini tidak bekerja di dalam masyarakat Indonesia. Ahli sejarah politik menunjukkan (antara lain Soemarsaid Moertono yang menulis tentang statecraft di Jawa) bahwa negara di bumi Nusantara ini tidak dikenal sebagai negara territorial. Para raja pertama-tama menguasai penduduk. Makin banyak penduduk yang dikuasainya, makin besar kekuasaannya. Kekuasaan ini tercermin dalam konsep Mandala, dimana kekuasaan ada di pusat, berpendar, dan makin melemah ketika jauh dari pusat. Konsep negara dan kekuasaan yang non-territorial ini tentu tidak bisa dipertahankan terutama ketika konsep negara modern – yang ditulangpunggungi oleh birokrasi dan militer – diperkenalkan di wilayah Nusantara oleh penguasa Kolonial Belanda. Para pengelola negara kolonial tahu persis bahwa mereka tidak bisa menguasai wilayah Indonesia secara langsung. Negara kolonial memiliki keterbatasan yang amat serius dalam hal personil untuk mengawasi rakyat dan wilayahnya. Untuk itulah, negara kolonial meneruskan kebijakan- kebijakan sebelumnya yang dijalankan oleh VOC, yakni berkuasa lewat perantaraan penguasa- penguasa lokal yang diikat dengan perjanjian-perjanjian jangka pendek. 3|Page
  • 4. Ujian Akhir Semester Muhammad Syaiful Rohman KELOMPOK MARJINAL 10/306973/PSA/02293 INDONESIA NEGARA GAGAL ? Keterbatasan sumber daya memaksa negara kolonial untuk menggunakan agen-agen kekerasan yang berada di luar negara. Agen-agen kekerasan itu biasanya berupa orang kuat, jago, preman, hingga ke organisasi-organisasi paramiliter yang berlabel etnik atau agama. Studi Ann Laura Stoler tentang perkebunan di Sumatera Utara, misalnya, menunjukkan preman dipakai secara intensif untuk menghalau penyerobot tanah (squatters), mengintimidasi buruh, dan menghalang-halanginya untuk berserikat. Hubungan antara negara dengan agen-agen kekerasan non-negara ini saling menguntungkan. Agen-agen kekerasan ini diberikan keleluasaan untuk beraksi. Mereka tidak dikenakan sangsi atau hukuman. Sebaliknya, mereka melakukan apa yang tidak sepenuhnya mampu dilakukan oleh negara, yakni menciptakan ketaatan lewat rasa takut di kalangan massa- rakyat. Yang lebih unik adalah hubungan antara aparatus keamanan negara dengan agen-agen kekerasan non-negara ini. Aparat-aparat intelijen dan kepolisian pada jaman kolonial banyak memakai preman, jago, atau orang kuat untuk menjalankan operasi-operasi intel. Praktek seperti ini berlanjut setelah negara kolonial berubah menjadi negara Indonesia. Pada jaman Orde Baru, hubungan antara aparatus keamanan dengan agen-agen kekerasan non-negara ini semakin intensif, sekalipun negara pada jaman Orde Baru dikuasai oleh militer. Aparat intelijen dan militer melakukan apa yang disebut sebagai ‘penggalangan’ di kalangan preman dan organisasi-organisasi kekerasan untuk memuluskan kerja dan agenda politik mereka. Pada tahun 1982-83, pemerintah Orde Baru melakukan kampanye anti-preman yang terkenal dengan sebutan ‘Petrus’ (Penembakan Misterius). Aparat-aparat militer di banyak daerah di Indonesia, bergerak menahan orang-orang yang mereka anggap sebagai preman (atau orang yang bertatto), menembak mati, dan meletakkannya di jalanan. Metode ini dikenal sebagai ‘shock therapy’ yang sesungguhnya metode teror psikologis dengan mengirimkan pesan brutal kepada seluruh massa-rakyat untuk menunjukkan siapa yang sesungguhnya berkuasa. 4|Page
  • 5. Ujian Akhir Semester Muhammad Syaiful Rohman KELOMPOK MARJINAL 10/306973/PSA/02293 INDONESIA NEGARA GAGAL ? Sekalipun diklaim sebagai kampanye untuk mengenyahkan preman, ‘Petrus’ sesungguhnya dipakai sebagai sarana untuk menundukkan preman agar sepenuhnya berada dalam kontrol militer. Studi Loren Ryter (2002) tentang preman menunjukkan bahwa ‘Petrus’ kemudian dipakai sebagai awal kelahiran organisasi-organisasi kepemudaan. Salah satu yang peling terkenal adalah Pemuda Pancasila. Agen-agen kekerasan non-negara ini dalam periode-periode selanjutnya dipakai sebagai agen untuk mematikan gerakan-gerakan massa-rakyat dari bawah. Gerakan buruh di Indonesia, misalnya, yang bangkit kembali pada pertengahan tahun 1980-an seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi substitusi impor pada waktu itu juga harus berhadapan dengan agen-agen kekerasan non-negara ini. Intimidasi, terror, dan bahkan serangan langsung kepada buruh sering dilakukan oleh preman-preman yang terorganisir. Mobilisasi preman pun dipakai dalam politik. Organisasi seperti Pemuda Pancasila dan saingannya Pemuda Panca Marga, resmi diterima dalam organisasi kepemudaan korporatik KNPI, yang pada akhirnya dipakai untuk memenangkan Golkar. Di daerah-daerah, organisasi yang berafiliasi dengan militer lokal – seperti Angkatan Muda Siliwangi di Jawa Barat– juga diinkorporasi sebagai organisasi ‘resmi’ di bawah patronase militer. C. PENUTUP Secara umum, yang menjadi target dalam kekerasan agama adalah mereka yang paling rentan (vulnerable) dalam masyarakat. Mereka tidak memiliki dukungan secara politik maupun ekonomi. Mereka powerless dan tidak memiliki patron di dalam lingkaran kekuasaan di negeri ini. Dalam kasus-kasus penyerangan terhadap Jemaah Ahmadiyah, kita melihat ketidakadilan yang sangat telanjang yang dilakukan oleh negara terhadap warganya. Di beberapa tempat di Indonesia, Jemaah Ahmadiyah diusir dari tempat tinggalnya. Para penguasa lokal bahkan menciptakan Kamp pengasingan di pulau terpencil. Mirip seperti gettho terhadap orang-orang Yahudi di Eropa pada jaman dulu. Namun nasib mereka jauh lebih buruk dari orang Yahudi, karena mereka diasingkan, dirampas hak-haknya, dan dinistakan. 5|Page