SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  14
ASKEP SPONDILITIS TB


Definisi:
       Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa yang
mengenai tulang vertebra (Abdurrahman, et al 1994; 144 )


Etiologi:
       Spondilitis tuberculosis atau tuberculosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder
dari tuberkulosis di tempat lain, 90 – 95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik
( dari tipe human dan dari tipe bovin) dan 5 – 10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik.

Kuman mycobacterium tuberkulosa bersifat tahan asam, dan cepat mati apabila terkena
matahari langsung.


Patofisiologi:
       Infeksi berawal dari bagian epifisial korpus vertebra. Kemudian, terjadi hiperemia dan
eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan pelunakan korpus. Selanjutnya terjadi
kerusakan pada korteks epifisis, diskus internertebra, dan vertebra sekitarnya. Kemudain
eksudat menyebar ke depan, di bawah longitudinal anterior. Eksudap ini dapat menembus
ligamen dan berekspansi ke berbagai arah di sepanjang garis ligamen yang lemah. Pada
daerah vertebra servikalis, eksudat terkumpul di belakang paravertebral dan menyebar ke
lateral di belakang muskulus sternokleidomastoideus. Eksudat dapat mengalami protusi ke
depan dan ke dalam faring yang dikenal sebagai abses faringeal.
       Perubahan struktur vertebra servikalis menyebabkan spasme otot dan kekakuan leher
yang merupakan stimulus keluhan nyeri pada leher. Pembentukan abses faringeal
menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan sehingga terjadi penurunan asupan
nutrisi dan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Kekakuan leher
menyebabkan keluhan mobilitas leher dan risiko tinggi trauma sekunder akibat tidak
optimalnya cara mobilisasi. Tindakan dekompresi dan stabilisasi servikal pada pasca bedah
menimbulkan port de entree luka pasca bedah risiko tinggi infeksi.
Manifestasi klinis:
          Secara klinis gejala spondilitis TB hampir sama dengan penyakit TB yang lain, yaitu
badan lemah dan lesu, nafsu makan dan berat badan yang menurun, suhu tubuh meningkat
terutama pada malam hari, dan sakit pada daerah punggung. Pada anak kecil biasanya diikuti
dengan sering menangis dan rewel.
          Pada awal gejala dapat dijumpai adanya nyeri radikuler di sekitar dada atau perut,
kemudian diikuti dengan paraparesis yang lambat laun kian memberat. Kemudian muncul
adanya spastisitas, klonus, hiper-refleksia dan refleks babinski bilateral. Pada stadium awal
ini belum ditemukan deformitas tulang vertebra, demikian pula belum terdapat nyeri ketok
pada vertebra yang bersangkutan. Nyeri spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal,
dan komplikasi neurologis merupakan tanda terjadinya destruksi yang lebih lanjut. Kelainan
neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus, termasuk akibat penekanan medulla spinalis yang
menyebabkan paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri radix saraf. Tanda yang biasa ditemukan
di antaranya adalah adanya kifosis (gibbus), bengkak pada daerah paravertebra, dan tanda-
tanda defisit neurologis seperti yang sudah disebutkan di atas. (Harsono,2003)


Komplikasi:
          Komplikasi yang paling serius dari spondilitis TB adalah Pott’s paraplegia. Pada
stadium awal spondilitis TB, munculnya Pott’s paraplegia disebabkan oleh tekanan
ekstradural pus maupun sequester atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan jika
Pott’s paraplegia muncul pada stadium lanjut spondilitis TB maka itu disebabkan oleh
terbentuknya fibrosis dari jaringan granulasi atau perlekatan tulang ( ankilosing ) di atas
kanalis spinalis.
          Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra torakal ke
dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan pada vertebra lumbal
maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas abses yang merupakan cold
abcess.


Pemeriksaan penunjang:
  a. Pemeriksaan Laboratorium
       1. Peningkatan laju endapan darah (LED) dan mungkin disertai mikrobakterium
       2. Uji mantoux positif
       3. Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan mikrobakterium
       4. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limpe regional
5. Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkelPemeriksaan Radiologis


  b. Pemeriksaan Radiologis
      1. Foto thoraks untuk melihat adanya tuberculosis paru
      2. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis disertai penyempitan diskus
          intervertebralis yang berada di korpus tersebut
      3. Pemeriksaan mieleografi dilakukan bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum
          tulang
      4. Foto CT Scan dapat memberikan gambaran tulangsecara lebih detail dari lesi,
          skelerosisi, kolap diskus dan gangguan sirkumferensi tulang
      5. Pemeriksaan MRI mengevaluasi infeksi diskus intervetebra dan osteomielitis
          tulang belakang dan adanya menunjukan penekanan saraf.


Penatalaksanaan:
       Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan sesegera
mungkin    untuk    menghentikan    progresivitas   penyakit      serta   mencegah   paraplegia.
Prinsip pengobatan paraplegia Pott adalah:
       1. Pemberian obat antituberkulosis
       2. Dekompresi medulla spinalis
       3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi
       4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft)


Penatalaksanaan pada pasien spondilitis TB terdiri atas:
   1. Terapi konservatif berupa:
               Tirah baring (bed rest)
               Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra /membatasi gerak vertebra
               Memperbaiki keadaan umum penderita
               Pengobatan antituberkulosa


       Standar pengobatan di indonesia berdasarkan program P2TB paru adalah :
           a. Kategori 1
                   Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA (-) / rontgen (+), diberikan dalam
               2 tahap:
 Tahap 1:
                 Rifampisin 450 mg + Etambutol 750 mg + INH 300 mg + Pirazinamid
                 1500 mg
                 Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali).
               Tahap 2:
                 Rifampisin 450 mg + INH 600 mg
                 Diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 4 bulan (54 kali).
          b. Kategori 2
                 Untuk penderita BTA(+) yang sudah pernah minum obat selama sebulan,
              termasuk penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang diberikan dalam
              2 tahap yaitu :


               Tahap I
                 Streptomisin 750 mg + INH 300 mg + Rifampisin 450 mg + Pirazinamid
                 1500mg + Etambutol 750 mg
                 Obat ini diberikan setiap hari. Untuk Streptomisin injeksi hanya 2 bulan
                 pertama (60 kali) dan obat lainnya selama 3 bulan (90 kali).
               Tahap 2
                 INH 600 mg + Rifampisin 450 mg + Etambutol 1250 mg
                 Obat ini diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 5 bulan (66 kali).


       Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita bertambah
baik, laju endap darah menurun dan menetap, gejala-gejala klinis berupa nyeri dan spasme
berkurang serta gambaran radiologik ditemukan adanya union pada vertebra.


   2. Terapi operatif
       Indikasi dilakukannya tindakan operasi adalah:
              Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah
              semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan,
              setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.
              Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka
              dan sekaligus debrideman serta bone graft.
Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun
       pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada
       medulla spinalis.


   Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita
tuberkulosis tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan
penting dalam beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi
tuberkulosa, paraplegia dan kifosis.
   a. Abses Dingin (Cold Abses)
           Cold abses yang kecil tidak memerlukan tindakan operatif oleh karena
       dapat terjadi resorbsi spontan dengan pemberian tuberkulostatik. Pada abses
       yang besar dilakukan drainase bedah. Ada tiga cara menghilangkan lesi
       tuberkulosa, yaitu:
           a. Debrideman fokal
           b. Kosto-transveresektomi
           c. Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan.
                Paraplegia


   b. Paraplegia
       Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:
           a. Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata
           b. Laminektomi
           c. Kosto-transveresektomi
           d. Operasi radikal
           e. Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang


   c. Kifosis
       Operasi pada pasien kifosis dilakukan dengan 2 cara:
             1. Operasi kifosis
                       Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat,.
                  Kifosis mempunyai tendensi untuk bertambah berat terutama pada
                  anak-anak. Tindakan operatif dapat berupa fusi posterior atau melalui
                  operasi radikal.
2. Operasi PSSW
       Operasi PSSW adalah operasi fraktur tulang belakang dan
pengobatan tbc tulang belakang yang disebut total treatment.
       Metode ini mengobati tbc tulang belakang berdasarkan masalah
dan bukan hanya sebagai infeksi tbc yang dapat dilakukan oleh semua
dokter. Tujuannya, penyembuhan TBC tulang belakang dengan tulang
belakang yang stabil, tidak ada rasa nyeri, tanpa deformitas yang
menyolok dan dengan kembalinya fungsi tulang belakang, penderita
dapat kembali ke dalam masyarakat, kembali pada pekerjaan dan
keluarganya.
WOC

          Invasi hematogen ke korpus dekat diskus invertebra daerah servikal

                                                                                           Gangguan Citra
                                                                                              Tubuh
                   Kerusakan dan penjalaran ke vertebra yang berdekatan


                           Perubahan struktur vertebra servikalis

                                                                                              Kurang
 Kompresi diskus dan                      Spasme Otot               Pembentukan abses       Pengetahuan
kompresi radiks saraf di                                                faringeal
       sisinya
                                          kekakuan leher
                                                                     Nyeri tenggorokan
Tindakan dekompresi dan                                                dan gangguan
       stabilisasi                           Nyeri                       menelan

  Port de entree                                                    Ketidak seimbangan
                                                                    nurisi : Kurang dari
                                         Gangguan                        kebutuhan
Resiko tinggi Infeksi
                                        Mobilitas Fisik
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
    Keluhan utama
      Keluhan utama pada klien spondiitis TB terdapat nyeri punggung bagian bawah.
    Riwayat Kesehatan Sekarang
      Pada awal dapat dijumpai nyeri redikuler yang mengelilingi dada dan perut. nyeri
    dirasakan meningkat pada malam hari dan bertambah berat terutama pada saat
    pergerakan tulang belakang.
      Data Subjektif yang mungkin adalah : badan terasa lemah dan lesu, nafsu makan
    berkurang serta sakit pada punggung, pada anak-anak sering disertai dengan menangis
    pada malam hari, berat badan menurun, nyeri spinal yang menetap, nyeri radikuler yang
    mengelilingi dada atau perut.
      Data Ojektif yang mungkin adalah : suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada
    malam hari, paraplegia, paraparesis, kifosis (gibbus), bengkak pada daerah
    paravertebra.
    Riwayat Kesehatan Dahulu
      menurut R. Sjamsu Hidajat, 1997 : 20 tentang terjadinya spondilitis tuberkulosa
    biasanya pada klien di dahului dengan adanya riwayat pernah menderita penyakit
    tuberculosis paru.
    Riwayat Penyakit Keluarga
      Salah satu penyebab timbulnya spondilitis tuberkulosa adalah klien pernah atau masih
    kontak dengan penderita lain yang menderita penyakit TB atau lingkungan keluarga ada
    yang menderita penyakit tersebut
    Psikososial
      Klien akan merasa cemas, sehingga terlihat sedih dengan kurangnya pengetahuan
    mengenai penyakit TB, pengobatan dan perawatannya sehingga membuat emosinya
    tidak stabil dan mempengaruhi sosialisasi penderita.
    Pemeriksaan fisik
    a. Inspeksi : terlihat lemah, pucat dan pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis
    b. Palpasi : Sesuai yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang terdapat
       adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi
    c. Perkusi : Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok
    d. Auskultasi : Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak ditemukan kelainaj
e. Review of System (ROS)
        1. B1 (Breating).
        2. B2 (Blood).
        3. B3 (Brain).
        4. B4 (bladder).
        5. B5 (Bowel).
        6. B6 (Bone).
     Pengkajian diagnostic
        a. Laboratorium
             -   Laju Endap darah meningkat
        b. Pemeriksaan Diagnostik lain
             -   Radiologi : terlihat gambaran distruksi vertebra terutama bagian anterior,
                 sangat jarang menyerang area posterior ; terdapat penyempitan diskus ;
                 gambaran abses para vertebral
             -   Tes Tuberkulin : Reaksi Tuberkulin biasanya positif
Diagnosis keperawatan
   1. Nyeri berhubungan dengan kompresi radiks saraf servikal, spasme otot servikal
   2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan nyeri
   3. Gangguang citra tubuh berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
   4. Ketidak seimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
      asupan nutrisi tidak adekuat sekunder akibat nyeri tenggorokan dan gangguan
      menelan
   5. Risiko Infeksi berhubungan dengan port de entrée luka pasca-bedah

   6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit,
      pengobatan dan perawatan

Intervensi
   1. Nyeri berhubungan dengan kompresi radiks saraf servikal, spasme otot servikal
      Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dan nyeri berkurang 3 x 24 jam
      Kriteria Hasil :
                           -   Klien melaporkan penurunan nyeri
                           -   skala nyeri 0 - 1
                           -   dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau
                               menurunkan nyeri
-   klien menunjukan perilaku yang lebih rileks
   Intervensi :
   1) kaji lokasi, intensitas dan tupe nyeri sebagi observasi penyebaran nyeri
       rasional : nyeri merupakan pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan
       oleh klien sendiri
   2) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologis dan non
       invasive
       Rasional : Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologis
       lainnya telah menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
   3) istirahatkan leher, atur posisi fisiologis dan pasang ban leher
       rasional : posisi fisiologis akan mengurangi kompresi saraf leher
   4) lakukan masase pada otot leher
       rasional : masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan membantu suplai
       darah dan oksigen ke area nyeri leher
   5) Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam ketika nyeri muncul
       rasional : meningkatkan asupan oksigen sehingga menurunkan nyeri sekunder
       akibat iskemia
   6) ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
       rasional : distraksi dapat menurunkan stimulus nyeri
   7) Berikan analgesic sesuai terapi dokter dan kaji keefektivitasannya
       rasional : analgesic mampu mnegurasngi rasa nyeri; bagaimana reaksi terhadap
       nyeri yang diderita klien
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan nyeri
   Tujuan : klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal dan mampu teradaptasi
   dalam waktu 7 x 24 jam
   Kriteria Hasil :
                        -   klien dapat ikut serta dalam program latihan
                        -   klien terlihat mampu melakukan mobilisasi secara bertahap
                        -   mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat
                            optimal
   Intervensi
   1) kaji kemampuan mobilitas dan observasi terhadap peningkatan kerusakan
       Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
   2) bantu klien melakukan ROM, dan perawatan diri sesuai toleransi
Rasional : latihan ROM yang optimal mampu menurunkan atrofi otot,
       memperbaiki sirkulasi perifer dan mencegah kontraktur
   3) pantau keluhan nyeri dan adanya tanda-tanda deficit neurologis
       rasional : peran perawat dalam pemantauan dapat mencegah terjadinya hal yang
       lebih parah seperti henti jantung – paru akibat kompresi batang otak dan korda
   4) kolaborasi dengan dokter untuk pemberian OAT
       Rasional : OAT akan mengobati penyebab dasar spondilitis TB
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
   Tujuan : Klien dapat mengekpresikan perasaanya dan dapat menggunakan koping
   adaptif
   Kriteria Hasil :
                      -   Klien   dapat       mengungkapkan   perasaannya    dan   dapat
                          menggunakan keterampilan koping yang poeotif dalam
                          mengatasi perubahan citra
   Intervensi :
   1) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
       Rasional : meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya
       dengan mengungkapkan perasaan dapat membantu penerimaan diri
   2) bersama-sama klien mencari alternatif koping yang positif
       Rasional : dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri
       klien
   3) kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien kluarga dan teman serta
       berikan aktifitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body image
       Rasional : memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara
       positif dan tidak merasa rendah diri
4. Ketidak seimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
   asupan nutrisi tidak adekuat sekunder akibat nyeri tenggorokan dan gangguan
   menelan
   Tujuan : dalam waktu 7 x 24 jam keseimbangan nutrisi dapat terpenuhi
   Kriteria Hasil :
                      -   klien terlihat mampu melakukan pemenuhan nutrisi per oral
                          secara bertahap
                      -   proporsi berat badan dan tinggi badan ideal
   Intervensi :
1) pantau persentase asupan makanan yang dikonsumsi setiap makan, timbang berat
       badan tiap hari
       Rasional : mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang
       diharapkan
   2) berikan perawatan mulutu tiap 6 jam. pertahankan kesegaran ruangan
       Rasional : perasaan tidak nyaman pada mulut dan bau yang tidak nyaman dari
       lingkungan dapat mempengaruhi selera makan
   3) beri makanan lunak dalam kondisi hangat, sedikit tapi sering
       Rasional : peran perawat dalam memberi dukungan sangat diperlukan pada klien
       yang membutuhkan energy dan protein untuk proses pengembalian fungsi yang
       optimal
   4) dorong klien untuk ikut serta dalam pemenuhan nutrisi tinggi kalori dan tinggi
       protein
       Rasional : peran perawat dalam member dukungan sangat diperlukan pada klien
       yang pada fase inflamasi sangat banyak membutuhkan energy dan protein untuk
       proses pengembalian fungsi yang optimal
   5) kolaborasi dengan ahli diet untuk pemenuhan nutrisi yang ideal
       Rasional : dalam kondisi akut, ahli diet dapat mencari jenis makanan yang dapat
       membantu klien dalam memenuhi kebutuhan akan energy dan perbaikan
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan port de entrée luka pasca-bedah
   Tujuan : tidak terjadi tanda-tanda infeksi
   Kriteria Hasil :
                         -   terbebas dari tanda atau gejala infeksi
                         -   menunjukan hygiene yang adekuat
                         -   menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi
   Intervensi :
   1) pantau tanda/ gejala infeksi
       Rasional : mengidentifikasi dini infeksi
   2) kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
       Rasional : Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi
   3) berikan terapi antibiotik, bila diperlukan
       Rasional : Mencegah Infeksi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit,
      pengobatan dan perawatan
      Tujuan : Klien dan Keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah
      Kriteria Hasil :
                         -   Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace
                             atau korset
                         -   mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
                         -   klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit,
                             rencana pengobatan dan gejala kemajuan penyakit
              Intervensi :
              1) Diskusikan tentang pengobatan
                  Rasional : meminimalisasi kesalahan klien dan keluarga dalam
                  penggunaan obat
              2) Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur
                  Rasional : Meningkatkan kewaspadaan klien maupun keluarga terhadap
                  faktor – faktor resiko yang dapat memperparah kondisi klien
              3) Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter
                  Rasional : mendeteksi kondisi perkembangan klien secara dini

Evaluasi
   1. Pasien menyatakan nyeri berkurang dan atau hilang
   2. pasien menunjukan kondisi yang rileks dan dapat beristirahat
   3. pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
   4. pasien mendiskusikan perannya dalam mencegah kekambuhan
   5. pasien mampu mengerti penjelasan yang diberikan tentang proses penyakit dan
      pengobatannya
   6. pasien mampu mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langka untuk
      menghindarinya
   7. pasien dapat menggunakan obat yang diresepkan dengan baik
   8. pasien dapat melakukan pola hidup sehat dengan baik
Daftar pustaka


Muttaqin, A. (2008). Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal: Aplikasi pada Praktik Klinik
Keperawatan. Jakarta: EGC.
http://qittun.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-dengan-spondilitis.html
http://childfever.blogspot.com/2009/03/askep-muskoskletalspondilitis.html
http://qittun.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-dengan-spondilitis.html   Qittun on Sunday,

October 12, 2008

Contenu connexe

Tendances

ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAMas Mawon
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Amee Hidayat
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemikgustians
 
262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik
262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik
262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragikHusen Aminudin
 
Postural drainage
Postural drainagePostural drainage
Postural drainageMelz Mutz
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anRismayanti Hairil
 
Laporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasisLaporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasisMasykur Khair
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Nanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hepNanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hepChristine Aie
 

Tendances (20)

ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Askep faringitis
Askep faringitisAskep faringitis
Askep faringitis
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Askep Glomerulonefritis
Askep GlomerulonefritisAskep Glomerulonefritis
Askep Glomerulonefritis
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik
262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik
262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik
 
Kumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologiKumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologi
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Postural drainage
Postural drainagePostural drainage
Postural drainage
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
 
Laporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasisLaporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasis
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Nanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hepNanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hep
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 

En vedette (17)

Osteoartikular tb
Osteoartikular tbOsteoartikular tb
Osteoartikular tb
 
Spondilitis Tuberkulosis
Spondilitis TuberkulosisSpondilitis Tuberkulosis
Spondilitis Tuberkulosis
 
Makalah vaginitis
Makalah vaginitisMakalah vaginitis
Makalah vaginitis
 
Askep polio mielitis
Askep polio mielitisAskep polio mielitis
Askep polio mielitis
 
Askep sle
Askep sleAskep sle
Askep sle
 
Pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapi
Pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapiPemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapi
Pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapi
 
Tuberkulosis tulang
Tuberkulosis tulangTuberkulosis tulang
Tuberkulosis tulang
 
“Pitfalls” pada tb anak
“Pitfalls” pada tb anak“Pitfalls” pada tb anak
“Pitfalls” pada tb anak
 
Fosfatase dan ggt (gamma glutamil transpeptidase)
Fosfatase dan ggt (gamma glutamil transpeptidase)Fosfatase dan ggt (gamma glutamil transpeptidase)
Fosfatase dan ggt (gamma glutamil transpeptidase)
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Osteoporosis
Osteoporosis Osteoporosis
Osteoporosis
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 
spina bifida
spina bifidaspina bifida
spina bifida
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Dermatitis.ppt
Dermatitis.pptDermatitis.ppt
Dermatitis.ppt
 
Build Features, Not Apps
Build Features, Not AppsBuild Features, Not Apps
Build Features, Not Apps
 

Similaire à SPONDILITIS TB

PPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.pptPPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.pptssuser963a65
 
Spondilitis tb
Spondilitis tbSpondilitis tb
Spondilitis tbbenyrw
 
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MGppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MGmalisalukman
 
Arthritis sepsis
Arthritis sepsisArthritis sepsis
Arthritis sepsismutisav
 
PPT_MINGGU 7_MAYA_BEDAH ORTHOPEDI_ SPONDILITIS TB.pptx
PPT_MINGGU 7_MAYA_BEDAH ORTHOPEDI_ SPONDILITIS TB.pptxPPT_MINGGU 7_MAYA_BEDAH ORTHOPEDI_ SPONDILITIS TB.pptx
PPT_MINGGU 7_MAYA_BEDAH ORTHOPEDI_ SPONDILITIS TB.pptxshelladepari
 
Imobilisasi lama
Imobilisasi lamaImobilisasi lama
Imobilisasi lamajudinugroho
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendikhriesna
 
Osteoartikular tb
Osteoartikular tbOsteoartikular tb
Osteoartikular tbAep Aldares
 
Askep tuberkulosis milier
Askep tuberkulosis milierAskep tuberkulosis milier
Askep tuberkulosis milierWahyu Signboys
 
pdfcoffee.com_tuberkulosis-pdpi-5-pdf-free.docx
pdfcoffee.com_tuberkulosis-pdpi-5-pdf-free.docxpdfcoffee.com_tuberkulosis-pdpi-5-pdf-free.docx
pdfcoffee.com_tuberkulosis-pdpi-5-pdf-free.docxAprilikkaearly2
 
Junted kues
Junted kuesJunted kues
Junted kuesNiEr RA
 
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptxKonsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptxTezarAndrean1
 
Askep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbcAskep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbcArdian Putra
 
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptxPPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptxSehan9
 
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk PerawatCara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawatarymita
 

Similaire à SPONDILITIS TB (20)

PPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.pptPPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.ppt
 
Spondilitis tb
Spondilitis tbSpondilitis tb
Spondilitis tb
 
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MGppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
 
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Arthritis sepsis
Arthritis sepsisArthritis sepsis
Arthritis sepsis
 
PPT_MINGGU 7_MAYA_BEDAH ORTHOPEDI_ SPONDILITIS TB.pptx
PPT_MINGGU 7_MAYA_BEDAH ORTHOPEDI_ SPONDILITIS TB.pptxPPT_MINGGU 7_MAYA_BEDAH ORTHOPEDI_ SPONDILITIS TB.pptx
PPT_MINGGU 7_MAYA_BEDAH ORTHOPEDI_ SPONDILITIS TB.pptx
 
Imobilisasi lama
Imobilisasi lamaImobilisasi lama
Imobilisasi lama
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi
 
Tetanus=
Tetanus=Tetanus=
Tetanus=
 
Osteoartikular tb
Osteoartikular tbOsteoartikular tb
Osteoartikular tb
 
Askep tuberkulosis milier
Askep tuberkulosis milierAskep tuberkulosis milier
Askep tuberkulosis milier
 
pdfcoffee.com_tuberkulosis-pdpi-5-pdf-free.docx
pdfcoffee.com_tuberkulosis-pdpi-5-pdf-free.docxpdfcoffee.com_tuberkulosis-pdpi-5-pdf-free.docx
pdfcoffee.com_tuberkulosis-pdpi-5-pdf-free.docx
 
Junted kues
Junted kuesJunted kues
Junted kues
 
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptxKonsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
 
Askep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbcAskep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbc
 
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptxPPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
 
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk PerawatCara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
 

Dernier

Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxDasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxadel876203
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxHakamNiazi
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 

Dernier (20)

Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxDasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 

SPONDILITIS TB

  • 1. ASKEP SPONDILITIS TB Definisi: Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa yang mengenai tulang vertebra (Abdurrahman, et al 1994; 144 ) Etiologi: Spondilitis tuberculosis atau tuberculosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat lain, 90 – 95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik ( dari tipe human dan dari tipe bovin) dan 5 – 10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik. Kuman mycobacterium tuberkulosa bersifat tahan asam, dan cepat mati apabila terkena matahari langsung. Patofisiologi: Infeksi berawal dari bagian epifisial korpus vertebra. Kemudian, terjadi hiperemia dan eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan pelunakan korpus. Selanjutnya terjadi kerusakan pada korteks epifisis, diskus internertebra, dan vertebra sekitarnya. Kemudain eksudat menyebar ke depan, di bawah longitudinal anterior. Eksudap ini dapat menembus ligamen dan berekspansi ke berbagai arah di sepanjang garis ligamen yang lemah. Pada daerah vertebra servikalis, eksudat terkumpul di belakang paravertebral dan menyebar ke lateral di belakang muskulus sternokleidomastoideus. Eksudat dapat mengalami protusi ke depan dan ke dalam faring yang dikenal sebagai abses faringeal. Perubahan struktur vertebra servikalis menyebabkan spasme otot dan kekakuan leher yang merupakan stimulus keluhan nyeri pada leher. Pembentukan abses faringeal menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan sehingga terjadi penurunan asupan nutrisi dan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Kekakuan leher menyebabkan keluhan mobilitas leher dan risiko tinggi trauma sekunder akibat tidak optimalnya cara mobilisasi. Tindakan dekompresi dan stabilisasi servikal pada pasca bedah menimbulkan port de entree luka pasca bedah risiko tinggi infeksi.
  • 2. Manifestasi klinis: Secara klinis gejala spondilitis TB hampir sama dengan penyakit TB yang lain, yaitu badan lemah dan lesu, nafsu makan dan berat badan yang menurun, suhu tubuh meningkat terutama pada malam hari, dan sakit pada daerah punggung. Pada anak kecil biasanya diikuti dengan sering menangis dan rewel. Pada awal gejala dapat dijumpai adanya nyeri radikuler di sekitar dada atau perut, kemudian diikuti dengan paraparesis yang lambat laun kian memberat. Kemudian muncul adanya spastisitas, klonus, hiper-refleksia dan refleks babinski bilateral. Pada stadium awal ini belum ditemukan deformitas tulang vertebra, demikian pula belum terdapat nyeri ketok pada vertebra yang bersangkutan. Nyeri spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal, dan komplikasi neurologis merupakan tanda terjadinya destruksi yang lebih lanjut. Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus, termasuk akibat penekanan medulla spinalis yang menyebabkan paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri radix saraf. Tanda yang biasa ditemukan di antaranya adalah adanya kifosis (gibbus), bengkak pada daerah paravertebra, dan tanda- tanda defisit neurologis seperti yang sudah disebutkan di atas. (Harsono,2003) Komplikasi: Komplikasi yang paling serius dari spondilitis TB adalah Pott’s paraplegia. Pada stadium awal spondilitis TB, munculnya Pott’s paraplegia disebabkan oleh tekanan ekstradural pus maupun sequester atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan jika Pott’s paraplegia muncul pada stadium lanjut spondilitis TB maka itu disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari jaringan granulasi atau perlekatan tulang ( ankilosing ) di atas kanalis spinalis. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra torakal ke dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan pada vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas abses yang merupakan cold abcess. Pemeriksaan penunjang: a. Pemeriksaan Laboratorium 1. Peningkatan laju endapan darah (LED) dan mungkin disertai mikrobakterium 2. Uji mantoux positif 3. Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan mikrobakterium 4. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limpe regional
  • 3. 5. Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkelPemeriksaan Radiologis b. Pemeriksaan Radiologis 1. Foto thoraks untuk melihat adanya tuberculosis paru 2. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis disertai penyempitan diskus intervertebralis yang berada di korpus tersebut 3. Pemeriksaan mieleografi dilakukan bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum tulang 4. Foto CT Scan dapat memberikan gambaran tulangsecara lebih detail dari lesi, skelerosisi, kolap diskus dan gangguan sirkumferensi tulang 5. Pemeriksaan MRI mengevaluasi infeksi diskus intervetebra dan osteomielitis tulang belakang dan adanya menunjukan penekanan saraf. Penatalaksanaan: Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan sesegera mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia. Prinsip pengobatan paraplegia Pott adalah: 1. Pemberian obat antituberkulosis 2. Dekompresi medulla spinalis 3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi 4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft) Penatalaksanaan pada pasien spondilitis TB terdiri atas: 1. Terapi konservatif berupa: Tirah baring (bed rest) Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra /membatasi gerak vertebra Memperbaiki keadaan umum penderita Pengobatan antituberkulosa Standar pengobatan di indonesia berdasarkan program P2TB paru adalah : a. Kategori 1 Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA (-) / rontgen (+), diberikan dalam 2 tahap:
  • 4.  Tahap 1: Rifampisin 450 mg + Etambutol 750 mg + INH 300 mg + Pirazinamid 1500 mg Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali).  Tahap 2: Rifampisin 450 mg + INH 600 mg Diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 4 bulan (54 kali). b. Kategori 2 Untuk penderita BTA(+) yang sudah pernah minum obat selama sebulan, termasuk penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang diberikan dalam 2 tahap yaitu :  Tahap I Streptomisin 750 mg + INH 300 mg + Rifampisin 450 mg + Pirazinamid 1500mg + Etambutol 750 mg Obat ini diberikan setiap hari. Untuk Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan obat lainnya selama 3 bulan (90 kali).  Tahap 2 INH 600 mg + Rifampisin 450 mg + Etambutol 1250 mg Obat ini diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 5 bulan (66 kali). Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita bertambah baik, laju endap darah menurun dan menetap, gejala-gejala klinis berupa nyeri dan spasme berkurang serta gambaran radiologik ditemukan adanya union pada vertebra. 2. Terapi operatif Indikasi dilakukannya tindakan operasi adalah: Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka dan sekaligus debrideman serta bone graft.
  • 5. Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medulla spinalis. Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita tuberkulosis tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan penting dalam beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia dan kifosis. a. Abses Dingin (Cold Abses) Cold abses yang kecil tidak memerlukan tindakan operatif oleh karena dapat terjadi resorbsi spontan dengan pemberian tuberkulostatik. Pada abses yang besar dilakukan drainase bedah. Ada tiga cara menghilangkan lesi tuberkulosa, yaitu: a. Debrideman fokal b. Kosto-transveresektomi c. Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan. Paraplegia b. Paraplegia Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu: a. Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata b. Laminektomi c. Kosto-transveresektomi d. Operasi radikal e. Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang c. Kifosis Operasi pada pasien kifosis dilakukan dengan 2 cara: 1. Operasi kifosis Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat,. Kifosis mempunyai tendensi untuk bertambah berat terutama pada anak-anak. Tindakan operatif dapat berupa fusi posterior atau melalui operasi radikal.
  • 6. 2. Operasi PSSW Operasi PSSW adalah operasi fraktur tulang belakang dan pengobatan tbc tulang belakang yang disebut total treatment. Metode ini mengobati tbc tulang belakang berdasarkan masalah dan bukan hanya sebagai infeksi tbc yang dapat dilakukan oleh semua dokter. Tujuannya, penyembuhan TBC tulang belakang dengan tulang belakang yang stabil, tidak ada rasa nyeri, tanpa deformitas yang menyolok dan dengan kembalinya fungsi tulang belakang, penderita dapat kembali ke dalam masyarakat, kembali pada pekerjaan dan keluarganya.
  • 7. WOC Invasi hematogen ke korpus dekat diskus invertebra daerah servikal Gangguan Citra Tubuh Kerusakan dan penjalaran ke vertebra yang berdekatan Perubahan struktur vertebra servikalis Kurang Kompresi diskus dan Spasme Otot Pembentukan abses Pengetahuan kompresi radiks saraf di faringeal sisinya kekakuan leher Nyeri tenggorokan Tindakan dekompresi dan dan gangguan stabilisasi Nyeri menelan Port de entree Ketidak seimbangan nurisi : Kurang dari Gangguan kebutuhan Resiko tinggi Infeksi Mobilitas Fisik
  • 8. ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian Keluhan utama Keluhan utama pada klien spondiitis TB terdapat nyeri punggung bagian bawah. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada awal dapat dijumpai nyeri redikuler yang mengelilingi dada dan perut. nyeri dirasakan meningkat pada malam hari dan bertambah berat terutama pada saat pergerakan tulang belakang. Data Subjektif yang mungkin adalah : badan terasa lemah dan lesu, nafsu makan berkurang serta sakit pada punggung, pada anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari, berat badan menurun, nyeri spinal yang menetap, nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut. Data Ojektif yang mungkin adalah : suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam hari, paraplegia, paraparesis, kifosis (gibbus), bengkak pada daerah paravertebra. Riwayat Kesehatan Dahulu menurut R. Sjamsu Hidajat, 1997 : 20 tentang terjadinya spondilitis tuberkulosa biasanya pada klien di dahului dengan adanya riwayat pernah menderita penyakit tuberculosis paru. Riwayat Penyakit Keluarga Salah satu penyebab timbulnya spondilitis tuberkulosa adalah klien pernah atau masih kontak dengan penderita lain yang menderita penyakit TB atau lingkungan keluarga ada yang menderita penyakit tersebut Psikososial Klien akan merasa cemas, sehingga terlihat sedih dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakit TB, pengobatan dan perawatannya sehingga membuat emosinya tidak stabil dan mempengaruhi sosialisasi penderita. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi : terlihat lemah, pucat dan pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis b. Palpasi : Sesuai yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang terdapat adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi c. Perkusi : Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok d. Auskultasi : Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak ditemukan kelainaj
  • 9. e. Review of System (ROS) 1. B1 (Breating). 2. B2 (Blood). 3. B3 (Brain). 4. B4 (bladder). 5. B5 (Bowel). 6. B6 (Bone). Pengkajian diagnostic a. Laboratorium - Laju Endap darah meningkat b. Pemeriksaan Diagnostik lain - Radiologi : terlihat gambaran distruksi vertebra terutama bagian anterior, sangat jarang menyerang area posterior ; terdapat penyempitan diskus ; gambaran abses para vertebral - Tes Tuberkulin : Reaksi Tuberkulin biasanya positif Diagnosis keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan kompresi radiks saraf servikal, spasme otot servikal 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan nyeri 3. Gangguang citra tubuh berhubungan dengan gangguan struktur tubuh 4. Ketidak seimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat sekunder akibat nyeri tenggorokan dan gangguan menelan 5. Risiko Infeksi berhubungan dengan port de entrée luka pasca-bedah 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit, pengobatan dan perawatan Intervensi 1. Nyeri berhubungan dengan kompresi radiks saraf servikal, spasme otot servikal Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dan nyeri berkurang 3 x 24 jam Kriteria Hasil : - Klien melaporkan penurunan nyeri - skala nyeri 0 - 1 - dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
  • 10. - klien menunjukan perilaku yang lebih rileks Intervensi : 1) kaji lokasi, intensitas dan tupe nyeri sebagi observasi penyebaran nyeri rasional : nyeri merupakan pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri 2) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologis dan non invasive Rasional : Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologis lainnya telah menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri. 3) istirahatkan leher, atur posisi fisiologis dan pasang ban leher rasional : posisi fisiologis akan mengurangi kompresi saraf leher 4) lakukan masase pada otot leher rasional : masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri leher 5) Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam ketika nyeri muncul rasional : meningkatkan asupan oksigen sehingga menurunkan nyeri sekunder akibat iskemia 6) ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri rasional : distraksi dapat menurunkan stimulus nyeri 7) Berikan analgesic sesuai terapi dokter dan kaji keefektivitasannya rasional : analgesic mampu mnegurasngi rasa nyeri; bagaimana reaksi terhadap nyeri yang diderita klien 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan nyeri Tujuan : klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal dan mampu teradaptasi dalam waktu 7 x 24 jam Kriteria Hasil : - klien dapat ikut serta dalam program latihan - klien terlihat mampu melakukan mobilisasi secara bertahap - mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal Intervensi 1) kaji kemampuan mobilitas dan observasi terhadap peningkatan kerusakan Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas 2) bantu klien melakukan ROM, dan perawatan diri sesuai toleransi
  • 11. Rasional : latihan ROM yang optimal mampu menurunkan atrofi otot, memperbaiki sirkulasi perifer dan mencegah kontraktur 3) pantau keluhan nyeri dan adanya tanda-tanda deficit neurologis rasional : peran perawat dalam pemantauan dapat mencegah terjadinya hal yang lebih parah seperti henti jantung – paru akibat kompresi batang otak dan korda 4) kolaborasi dengan dokter untuk pemberian OAT Rasional : OAT akan mengobati penyebab dasar spondilitis TB 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan struktur tubuh Tujuan : Klien dapat mengekpresikan perasaanya dan dapat menggunakan koping adaptif Kriteria Hasil : - Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan dapat menggunakan keterampilan koping yang poeotif dalam mengatasi perubahan citra Intervensi : 1) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Rasional : meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan perasaan dapat membantu penerimaan diri 2) bersama-sama klien mencari alternatif koping yang positif Rasional : dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien 3) kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien kluarga dan teman serta berikan aktifitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body image Rasional : memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif dan tidak merasa rendah diri 4. Ketidak seimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat sekunder akibat nyeri tenggorokan dan gangguan menelan Tujuan : dalam waktu 7 x 24 jam keseimbangan nutrisi dapat terpenuhi Kriteria Hasil : - klien terlihat mampu melakukan pemenuhan nutrisi per oral secara bertahap - proporsi berat badan dan tinggi badan ideal Intervensi :
  • 12. 1) pantau persentase asupan makanan yang dikonsumsi setiap makan, timbang berat badan tiap hari Rasional : mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan 2) berikan perawatan mulutu tiap 6 jam. pertahankan kesegaran ruangan Rasional : perasaan tidak nyaman pada mulut dan bau yang tidak nyaman dari lingkungan dapat mempengaruhi selera makan 3) beri makanan lunak dalam kondisi hangat, sedikit tapi sering Rasional : peran perawat dalam memberi dukungan sangat diperlukan pada klien yang membutuhkan energy dan protein untuk proses pengembalian fungsi yang optimal 4) dorong klien untuk ikut serta dalam pemenuhan nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein Rasional : peran perawat dalam member dukungan sangat diperlukan pada klien yang pada fase inflamasi sangat banyak membutuhkan energy dan protein untuk proses pengembalian fungsi yang optimal 5) kolaborasi dengan ahli diet untuk pemenuhan nutrisi yang ideal Rasional : dalam kondisi akut, ahli diet dapat mencari jenis makanan yang dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan akan energy dan perbaikan 5. Risiko Infeksi berhubungan dengan port de entrée luka pasca-bedah Tujuan : tidak terjadi tanda-tanda infeksi Kriteria Hasil : - terbebas dari tanda atau gejala infeksi - menunjukan hygiene yang adekuat - menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi Intervensi : 1) pantau tanda/ gejala infeksi Rasional : mengidentifikasi dini infeksi 2) kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi Rasional : Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi 3) berikan terapi antibiotik, bila diperlukan Rasional : Mencegah Infeksi
  • 13. 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit, pengobatan dan perawatan Tujuan : Klien dan Keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah Kriteria Hasil : - Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset - mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan - klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan dan gejala kemajuan penyakit Intervensi : 1) Diskusikan tentang pengobatan Rasional : meminimalisasi kesalahan klien dan keluarga dalam penggunaan obat 2) Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur Rasional : Meningkatkan kewaspadaan klien maupun keluarga terhadap faktor – faktor resiko yang dapat memperparah kondisi klien 3) Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter Rasional : mendeteksi kondisi perkembangan klien secara dini Evaluasi 1. Pasien menyatakan nyeri berkurang dan atau hilang 2. pasien menunjukan kondisi yang rileks dan dapat beristirahat 3. pasien berpartisipasi dalam program pengobatan 4. pasien mendiskusikan perannya dalam mencegah kekambuhan 5. pasien mampu mengerti penjelasan yang diberikan tentang proses penyakit dan pengobatannya 6. pasien mampu mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langka untuk menghindarinya 7. pasien dapat menggunakan obat yang diresepkan dengan baik 8. pasien dapat melakukan pola hidup sehat dengan baik
  • 14. Daftar pustaka Muttaqin, A. (2008). Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal: Aplikasi pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: EGC. http://qittun.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-dengan-spondilitis.html http://childfever.blogspot.com/2009/03/askep-muskoskletalspondilitis.html http://qittun.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-dengan-spondilitis.html Qittun on Sunday, October 12, 2008