Teks tersebut membahas tentang dominasi penguasa dalam masyarakat melalui tiga aspek yaitu administrasi, bisnis dan komunikasi. Penguasa dapat memanfaatkan ketiga aspek tersebut untuk mempengaruhi kebijakan negara, pasar, dan pendapat publik sesuai kepentingan mereka. Teks ini juga menjelaskan pentingnya melakukan analisis wacana kritis terhadap media untuk menghindari dominasi oleh kelas atau kelompok tertent
1. Analisis Wacana Kritis
Melindungi Rakyat dari Dominasi Penguasa
Presented by HA. Hakim Jayli, M.Si.
www.ahmadhakimjayli.blogspot.com
hakimjayli@yahoo.com
2. ABC: Segi Tiga Penguasa Dunia
◦ Administration
Menguasai Kebijakan Politik Kenegaraan
Mengarahkan kebijakan negara untuk kepentingannya
◦ Bussiness
Menguasai Sektor Ekonomi Kapital
Mengarahkan Modal dan Pasar untuk keuntungan bisnis
◦ Communication
Menguasai Informasi
Mengarahkan opini public sesuai kepentingan
The content of the media, always reflects the interest of
those who finance them (Dennis Mc Quail, 2000:18)
3. Relasi Penguasa-Rakyat
◦ Relation Three Angle
Political Power
Pemegang Otoritas Politik Pemerintahan
Business Power
Pemegang Otoritas Usaha/Bisnis/Kapital
Social Power
Civil Society: masyarakat berdaya
◦ Potensi Dominasi Penguasa pada Rakyat
Power tends to corrupt…
Abuse of Power (Penyalahgunaan kewenangan)
Mengarahkan Opini dan Wacana sesuai
Kepentingan
4. Pengertian Wacana
◦ Wacana = Discourse
◦ Proses komunikasi, yang menggunakan simbol-simbol, yang
berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa, di
dalam sistem kemasyarakatan yang luas.
◦ Melalui pendekatan wacana pesan-pesan komunikasi,
seperti kata-kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain-lain,
tidak bersifat netral atau steril.
◦ Eksistensinya ditentukan oleh:
◦ orang-orang yang menggunakannya,
◦ konteks peristiwa yang berkenaan dengannya,
◦ situasi masyarakat luas yang melatarbelakangi keberadaannya, dll.
◦ Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi, emosi,
kepentingan-kepentingan, dan lain-lain.
5. Wacana Media
◦ Teks di dalam media adalah hasil proses wacana media (media
discourse)
◦ Dalam prosesnya, nilai-nilai, ideologi dan kepentingan media turut
serta.
◦ Media “tidak netral” sewaktu mengkonstruksi realitas social:
mengikutsertakan perspektif dan cara pandang mereka dalam
menafsirkan realitas sosial.
Proses memilih realitas sosial untuk menentukan aspek-aspek
yang ditonjolkan maupun dihilangkan,
menentukan struktur berita yang sesuai dengan kehendak
mereka,
dari sisi mana peristiwa yang ada disoroti,
bagian mana dari peristiwa yang didahulukan atau dilupakan
bagian mana dari peristiwa yang ditonjolkan atau dihilangkan;
siapakah yang diwawancarai untuk menjadi sumber berita, dan lain-lain.
◦ Berita bukanlah representasi dari peristiwa semata-mata, akan tetapi
di dalamnya memuat juga nilai-nilai lembaga media yang
membuatnya. (Gaye Tuchman, 1978).
6. Analisis Wacana Kritis
◦ Memandang bahwa media harus ditempatkan sebagai ruang
atau forum publik (public forum) yang bebas. (Stuart Hall,
dalam, Stanley J. Baran and Denis K. Davis, [2000])
Dimana setiap unsur masyarakat berkompetisi untuk
mewacanakan simbol-simbol yang merepresentasikan
ideologi.
Kelas dominan (dengan segala kelebihannya), dihadapi
oleh kelas social yang bekerja keras untuk
mengimbanginya.
◦ Media ternyata bukan lembaga yang netral.
◦ Pada dasarnya memimpikan sebuah lingkungan bebas tanpa
pretensi untuk semua pihak yang berkepentingan dengan
media massa.
7. Pemaknaan Realitas oleh Media
◦ Peristiwa
Sesuatu yang sebenarnya terjadi
Menjadi: Realitas Obyektif Sosial
◦ Berita Media
Hasil pemaknaan media atas Peristiwa
Melalui Proses Produksi teks/Berita (News Room)
Dipengaruhi stuktur wacana, ekonomi-politik , mekanisme organisasi media
Masuknya kepentingan media
Melalui agenda setting
Melalui pembingkaian (framing)
Menjadi: Realitas Simbolik Sosial
◦ Persepsi Publik
Interpretasi audiens atas teks dalam media
Melalui proses konsumsi
Opini yang muncul di audiens: opini public
Manjadi: Realitas Subyektif Sosial