1. Naskah drama ini menceritakan kisah Cindelaras, putra Raja Raden Putra yang diusir ke hutan oleh sang raja karena fitnah dari selirnya.
2. Cindelaras tumbuh menjadi anak yang cerdas di hutan bersama ibunya dan ditemani ayam ajaib pemberian rajawali.
3. Kekuatan ayam Cindelaras membuktikan asal usulnya sebagai putra mahkota dan akhirnya kebenaran terungkap.
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
Naskah Drama
1. Naskah Drama Cindelaras
Penokohan:
1. Fadli Rahman Taslim :
2. Lisa Ramadanti :
3. Novita Rahmadhiah :
4. Putri Mardhotillah :
5. Salsabilla :
6. Ummu Hanifa Al Wazna :
7. Zakiyah Rahmi :
Adegan 1 : Kemesraan Raja Raden Putra dengan Permaisuri Dewi Limaran
Setting : Di Paviliun Kerajaan Jenggala
Suasana : Mesra dan senang
Dahulu kala di sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Jenggala hiduplah seorang raja yang
bernama Raden Putra. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang
cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang
permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada permaisuri.
Raja : Permaisuri, hari ini kau kelihatan sangat cantik.
Permaisuri : Ah baginda bisa saja. Mungkin ini bawaan bayi yang sedang saya kandung.
Raja : Bagaimana keadaan bayi kita ? Sehatkah?
Permaisuri : Alkhamdulillah yaaaaa,,,,sesuatu banget Baginda. Walaupun kadang-kadang
aku merasa mual, tapi aku dan bayi kita baik-baik saja kanda.
Raja : Syukurlah, jaga kandunganmu baik-baik saja ya sayang !
Permaisuri : InsyaAllah kanda
2. Selir : Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Sudah tahu aku lebih cantik,
lebih smart, lebih okey lah. Aku harus mencari akal
untuk menyingkirkan permaisuri.(Pikirnya dengan raut wajah penuh kebencian)
Adegan 2 : Kejahatan Selir
Setting : Kerajaan Jenggala
Suasana : Menegangkan
Tidak lama, ia kemudian menemui tabib istana.
Selir : Engkau harus membantuku? (Dengan memaksa, selir meminta bantuan Tabib)
Tabib : Apa yang bisa saya bantu Selir? (Sembari menundukkan wajah)
Selir : Aku mempunyai rencana untuk menyingkirkan permaisuri dari
kerajaan ini.(Dengan suara yang lirih dan bernada kebencian)
Tabib : Apakah selir yakin ingin melakukannya? (Raut muka penuh tanya)
Selir : Iya, aku yakin. (Jawab selir dengan penuh keyakinan)
Tabib : Lalu apa yang bisa saya lakukan? (Dengan raut muka penasaran)
Selir : Aku akan berpura-pura sakit parah kemudian aku akan memanggilmu
dan engkau harus mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam
minumanku yaitu permaisuri.
(Sembari berbisik,Selir menyampaikan rencana jahatnya)
Tabib : Baiklah, saya akan membantu Selir. (Tabib menundukkan kepala sebagai tanda
sedia untuk membantu selir)
Tidak lama kemudian, Selir menjalankan rencana jahatnya.
Selir : Raja, badanku terasa tidak enak. Enggan rasanya tubuh ini untuk bangkit dari
tempat tidur. Aduh……
(Selir berbaring dan berpura- pura meringih kesakitan)
3. Raja : Apa yang terjadi padamu Selir? Muka kamu juga terlihat pucat sekali. (Dengan
raut wajah penuh kasihan)
Selir : Aku tidak tahu, tapi rasanya sakit sekali. (Selir masih berbaring dan berpura-
pura meringih kesakitan)
Raja : Pengawal, panggil tabib istana! (Dengan suara lantang, Raja
memerintah pengawal)
Pengawal : Baik raja. (Dengan menundukkan kepala).
Tidak lama, tabib istana datang dan memeriksa keadaan Selir.
Raja : Tabib, apa yang terjadi pada Selir? (Raut muka khawatir mengiringi pertanyaan
raja)
Tabib : Ada seseorang yang telah meracuni minuman Selir. Orang itu
tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri, Dewi Limaran.
(Dengan wajah yakin untuk mempengaruhi Raja)
Raja : Apa….? Tidak kusangka permaisuriku mempunyai perangai yang keji. (Raja
berteriak heran)
Adegan 3 : Raja mengusir Permaisuri
Setting : Kerajaan Jenggala dan Hutan Belantara
Suasana : Sedih dan memilukan
Tidak lama kemudian raja memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.
Raja : Patih, buang permaisuri jahat ini ke hutan! (Dengan raut wajah penuh
kebencian)
Patih : Baik Baginda. (Sembari menundukkan kepala)
Permaisuri : Jangan baginda, hamba tidak tahu apa-apa. Hamba tidak pernah berusaha
meracuni Selir.
(Permaisuri diseret oleh patih, dan memohon kepada Raja dengan suara
memelas)
4. Raja : Dasar permaisuri tidak tahu diri, enyah kau dari kerajaanku.
(Sembari mengacungkan jarinya)
Permaisuri : Tolong percaya pada hamba baginda. Ini semua fitnah. (Sambil menangis
terisak-isak)
Raja : Cukup! Dasar penipu. Kau menggunakan air mata palsu untuk
meluluhkan hatiku. Hehh..... aku tak akan tertipu dengan muslihatmu itu. Pergi dari sini dan
jangan pernah kembali lagi.
Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi,
patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat
selir baginda.
Patih : Permaisuri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda
bahwa tuan putri sudah hamba bunuh.
Permaisuri : Terima kasih Patih. (sembari tersedu-sedu)
Patih : Sama-sama Yang Mulia. Oh ya jika Yang Mulia tak keberatan saya punya
sebuah gubuk tua di tengah hutan ini, Yang Mulia boleh tinggal disana untuk sementara.
Permaisuri : Baik sekali hatimu Patih semoga Yang Maha Kuasa membalas semua
kebaikanmu.
Patih kemudian kembali ke istana dan menemui Raja.
Raja : Patih, apakah engkau telah melaksanakan apa yang aku perintahkan? (Kedua
tangan di pinggang)
Patih : Iya Baginda Raja, saya telah menjalankan tugas dari Baginda
(Berlutut dihadapan raja)
Raja : Bagus…bagus… (Raut wajah puas dari raja)
Adegan 4 : Kelahiran Cindelaras (Pangeran Jenggala) dan Ayam Ajaib
Setting : Hutan belantara
Suasana : Bahagia
5. Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama
Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan cantik.. Suatu hari, ketika
sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur.
Cinde Laras : Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku. Aku
harus pulang sekarang dan memberi tahu ibu tentang ini. Ibu pasti senang. (Dengan raut wajah
bahagia)
Setelah 3 minggu, telur itu menetas tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat.
Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan.
Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun
kelapa, ayahnya Raden Putra… (Dengan suara yang nyaring dan indah)
Cinde Laras : Apa…. Ayam ini berkokok aneh sekali. (Raut wajah heran dan merasa takjub)
Cinde Laras : Ibu, ayamku berkokok aneh sekali. Ia mengatakan bahwa aku adalah putra dari
Raden Putra. Apakah benar yang dikatakan ayamku? (dengan wajah penuh tanya)
Permaisuri : Benar anakku, kau adalah putra dari Raden Putra, Raja Kerajaan Jenggala.
(Sembari memeluk Cindelaras)
Raja : Kalau begitu, ijinkanlah aku pergi ke istana untuk menemui ayah.
(Cindelaras memohon pada ibunya)
Permaisuri : Baiklah anakku, ibu memberi ijin padamu. Hati-hati di jalan.
Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa
orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung
ayam.
Penyabung : Ayamku, hari ini kau sudah kuberi nutrisi lengkap empat sehat lima sempurna.
Jadi kamu jangan malu-maluin aku ya. Kamu harus menang melawan ayam lain ya.
Ayam : Kukuruyuk. Ok Tuanku…siap melaksanakan perintah.
6. Tiba-tiba datanglah Cindelaras dengan ayamnya.
Penyabung : Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku
Cinde Laras : Baiklah. (berjalan menghampiri para penyabung ayam)
Rakyat 1 & 2 : Ayo…ayo…ayo….
Rakyat 1 : Bagaimana kalau kita taruhan?
Rakyat 2 : Ayo… siapa takut! Aku pilih ayam Cindelaras. Pasti dia yang menang, lihatlah
ayamnya yang besar terlihat kuat dan tangguh
Rakyat 1 : Oke… Aku pilih lawannya. Jangan remehkan yang kecil. Biar kecil besar
tenaganya
Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu
singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar
dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh
hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras.
Cinde Laras : Hamba menghadap paduka. (Sembari berlutut memberi hormat)
Raja : Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata.
(Pikir raja dengan perasaan penuh tanda tanya)
Raja : Aku dengar ayammu sangat tangguh, sekarang aku akan mengujinya sendiri.
(Kedua tangan ada di pinggang)
Cinde Laras : Baiklah kalau baginda menghendaki seperti itu, tapi saya mengajukan syarat.
Jika ayamku kalah maka aku bersedia kepalaku dipengga, jika aku menang maka setengah
kekayaan Baginda menjadi milikku.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani.
Penyabung 1&2 : Ayo…Ayo…Ayo….
Rakyat 2 : We…we…we pasti ayam Cindelaras sing menang.
7. Rakyat 1 : Oh tidak bisa…. Ayam Cindelaras sudah capek. Sudah melakukan perjalanan
jauh
Penyabung : Woohhh… what’s up….Santai Brow...Lihat ajalah siapa nanti yang menang.
Dan akhirnya secara singkat ayam cindelaras mengalahkan ayam dari Raja.
Adegan 5 : Kemenangan Cindelaras dan Kebenaran Terungkap.
Setting : Tempat Penyabungan Ayam.
Suasana : Bahagia dan mengharukan
Raja : Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau
sebenarnya, anak muda?
Cinde Laras : Ayo ayamku berkokoklah! (membungkuk seraya berbisik kepada ayam)
Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba atapnya daun
kelapa, ayahnya Raden Putra…
Raja : Benarkah itu? (Kaget dan tidak percaya)
Cinde Laras : Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri
baginda. (Dengan suara yang halus)
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang
sebenarnya telah terjadi pada permaisuri.
Patih : Apa yang dikatakan anak ini benar Baginda Raja. (Berlutut dan
menyampaikan apa yang diketahuinya)
Raja : Aku telah melakukan kesalahan. (Menundukkan kepala dan menyesali apa
yang telah ia lakukan)
Raja : Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku. Aku akan buang
dia ke hutan. (Raut wajah masam dan geram)
Raja : Anakku…maafkan semua kesalahan ayahmu ini.(Sembari memeluk
Cindelaras)
8. Cinde Laras : Iya ayah, tidak apa-apa. Yang lalu biarlah berlalu. (Sembari tersenyum
kepada raja)
Akhirnya Raja Raden Putra, Permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali dan hidup
bahagia bersama rakyat mereka untuk selamanya.