SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  27
Laporan Praktikum                        Hari/tanggal : Kamis/8 April 2009
Analisis Meteorologi                       Asisten   1. Victor Mahan G24050927
                                                     2. Yunus Bahar G24104019




                       ANALISIS FRONT
                                  Disusun oleh :
                                KELOMPOK IV


                   Sutrisni Susilowati   G24060110      (25%)
                   Rahmi Ariani          G24060306      (25%)
                   Fajar Santiabudi      G24062439     (25%)
                   Ria Hamida            G24062989     (25%)




                         MAYOR METEOROLOGI TERAPAN
                 DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
           FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
                           INSTITUT PERTANIAN BOGOR
                                          2009
BAB I
                                PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
       Front di dalam meteorologi merupakan wilayah transisi tempat
bertemunya dua massa udara yang berbeda sifat fisik dan kekuatannya. Ketika
sebuah front melewati suatu area, itu menandakan terjadinya perubahan pada
temperatur, embun, laju angin, arah angin, tekanan atmosfir, dan suatu perubahan
dalam pola curah hujan. Pergerakan front berhubungan dengan kekuatan gradien
tekanan (perbedaan horisontal di dalam tekanan atmosfir) dan efek Coriolis, yaitu
disebabkan oleh perputaran bumi terhadap porosnya. Zona front mungkin menjadi
berubah bentuk oleh fitur geografis seperti pegunungan dan badan air yang besar.
        Angin terjadi karena adanya perbedaan suhu dan tekanan udara di suatu
wilayah. Angin bergerak dari suatu tempat yang memiliki tekanan udara tinggi ke
tempat yang memiliki tekanan udara rendah (Handoko, 1995).          Antara zona
bertekanan udara rendah dengan zona bertekanan udara tinggi terdapat zona
dimana keduanya bertemu, zona ini dinamakan front.
       Front berperan penting dalam cuaca karena dapat mempengaruhi cuaca,
suhu dan tekanan udara atau musim yang berlangsung di suatu wilayah. Ketika
musim dingin, front dingin memiliki daya dorong jauh lebih kuat daripada front
panas, sehingga front panas tak mampu menembus wilayah tersebut. Sedangkan
ketika musim panas, yang terjadi adalah kontradiksi. Front panas mendominasi
dan mampu mendorong front dingin.


1.2 Tujuan
   a. Mahasiswa dapat membedakan dan mengetahui jenis-jenis atau ciri front.
   b. Mahasiswa mengetahui proses pembentukan, perkembangan, penguatan
       dan pelenyapan front.
   c. Mahasiswa dapat menjelaskan, menganalisis serta mengidentifikasi front
       pada peta permukaan (surface chart).
   d. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh front terhadap kondisi cuaca dan
       iklim suatu wilayah.



                                                                               2
BAB II
                              TINJAUAN PUSTAKA


       Front didefinisikan sebagai wilayah transisi tempat bertemunya dua massa
udara yang berbeda sifat fisik dan kekuatannya. (Effendy dan Turyanti, 2006).
Front cuaca adalah nama yang diberikan pada daerah perbatasan tempat
bertemunya dua massa udara. Adanya front mengakibatkan cuaca yang mudah
berubah,    seringkali   menyebabkan       banyak     awan   dan   terjadi   hujan
(http://books.google.co.id). Lokasi kejadian lintang tinggi sekitar 66,5°C lintang
utara atau selatan. Awal pembentukan, perkembangan hingga penguatan front
dikenal denganistilah FRONTOGENESIS, sedangkan fase akhir pelenyapan atau
penghancuran front dikenal sebagai FRONTOLISIS. secara grafis disajukan pada
gambar dibawah ini.




  Gambar 1. Pada kondisi normal (a) dan tingkat pembentukan front (b) .
                          (Effendy dan Turyanti, 2006)
        Suatu wilayah bisa dikatakan terjadi front jika :
   •    Sepanjang garis front terjadi angin yang bergerak dari arah yang
        berlawanan


                                                                                3
•   Sepanjang front terdapat perbedaan suhu yang tajam
   •   Cuaca buruk seperti hujan badai 2 jam pada front dingin, hujan gerimis
       yang lama (2 hari) pada front panas dan adanya kabut pada awal
       pembentukan front.
   •   Pada lokasi dekat front beda suhu udara T dan Td (suhu titik embun) kecil
       bahkan hampir sama.
   •   Garis isobar (garis-garis yang menghubungkan lokasi-lokasi yang
       memiliki tekanan udara yang sama) berbetuk patahan dan patahan terjadi
       pada lokasi siklon (tekanan rendah). (Effendy dan Turyanti, 2006)


Jenis-jenis front ada bermacam-macam diantaranya:
   1. FRONT DINGIN
       Cuaca yang tidak stabil sering terjadi di daerah garis lintang sedang
(separuh jalan antara khatulistiwa dan daerah kutub), tempat massa udara tropis
yang panas bertemu dengan massa udara kutub yang dingin. Pada front ini massa
udara dingin menggilas massa udara panas (http://books.google.co.id). Front
dingin menunjukkan suatu wilayah dimana udara yang dingin, kering dan stabil
mendorong udara yang hangat, lembab, dan tak stabil (Ahrens, 2007). Dengan
gerakan yang lambat, Awan dan presipitasi biasanya menutupi area di belakang
front. Dan ketika udara hangat yang naik tersebut menjadi stabil, awan-awan
seperti nimbostratus terbentuk. Sering kali di ujung front dingin terbentuk kabut,
hujan deras, atau bahkan kilat (Thunderstorm) (Lutgens, 1982).
       Selain nimbostratus awan yang menjadikan ciri dari front dingin adalah
awan cumulus, dan cumulunimbus.          Jika suatu daerah terjadi front panas
(dilewati) maka daerah tersebut akan terjadi hujan badai sangat besar, guntur dan
kilat selama 2-3 jam. Adapun proses kejadian front ini adalah seperti bongkahan
tanah, udara panas terdesak cepat sehingga membentuk cuaca buruk. (Effendy
dan Turyanti, 2006)




                                                                                4
Gambar 2. Front dingin (www.uwsp.edu)


   2. FRONT PANAS
       Front panas adalah kebalikan dari front dingin dimana massa udara panas
mendesak masaa udara dingin . proses terjadinya front panas dicirikan dengan
naiknya udara di pegunungan,        sehingga terbentuk kabut yang sering kali
membuat hujan gerimis yang berkepanjangan. Awan-awan yang mendominasi
diantaranya awan cirrus, cirocumulus, cirostratus, altostratus, nimbostratus dan
cumulu. Indikator selama terjadinya front panas adalah hujan gerimis hingga
sedang yang berlangsung selama 2-3 hari (Effendy dan Turyanti, 2006).




                       Gambar 3. Front Panas (www.uwsp.edu)


       Kecepatan rata-rata dari front panas adalah sekitar 10 knot, atau sekitar
setengah dari kecepatan rata-rata front dingin. Saat ujung front panas melaju, arah
angin akan berbelok, temperatur akan meningkat, dan kondisi cuaca keseluruhan

                                                                                 5
akan berubah. Ketika siang hari, terjadi pencampuran pada kedua front, sehingga
pergerakannya bisa lebih cepat (Ridley, 1979).


   3. FRONT CAMPURAN
       Merupakan front dingin dan front panas yang bertemu sehingga front
dingin akan lebih cepat mengambil alih lokasi front panas. Sehingga pada daerah
front campuran memiliki ciri-ciri front yang kurang lebih hampir sama seperti
front dingin. (Effendy dan Turyanti, 2006)




                 Gambar 4. Front Campuran (www.wikipedia.org)


   4. FRONT QUASI STASIONER
       Suatu ketika, ada kalanya suatu front tidak cukup kuat untuk mendorong
front lainnya, sehingga udara menjadi tidak bergerak.      Baik itu front panas
maupun front dingin. Kondisi ini dinamakan Front Stasioner (Ahrens, 2007).
Kondisi cuaca di sepanjang Front stasioner ini umumnya cerah atau sedikit
berawan, dengan udara yang jauh lebih dingin di salah satu sisi.        Hal ini
disebabkan karena kedua massa udara relatif kering dan tanpa presipitasi. Tetapi
front tersebut tak berlangsung lama. Jika udara yang lebih hangat mulai bergerak
dan mendorong udara dingin, front tak lagi dalam kondisi stasioner. Kondisinya
akan berubah menjadi front panas. Begitu pula ketika udara yang lebih dingin
mendapat daya dorong yang lebih kuat, maka kondisi akan berubah menjadi front
dingin dan udara hangat tersebut akan tergeser (Lutgens, 1982).


                                                                              6
BAB IV
                          BAHAN DAN METODE


•   BAHAN
1. Peta cuaca permukaan waktu sekarang (MAP I).
2. Peta cuaca permukaan 24 jam dari sekarang (MAP II).
3. Data unsur cuaca dari beberapa stasiun yang terdapat pada peta cuaca
    seperti :
        •   Suhu (T)                   •   Laju dan arah angin

        •   Suhu titik embun (Td)      •   Visibility

        •   Tekanan (P)                •   Cuaca

        •   Keawanan
4. Seperangkat komputer lengkap dengan sofware surfer 8


•   METODE
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Membuat peta isobar, isotherm dan isodrotherm untuk peta MAP I dan
    MAP II dengan menggunakan data dari keterangan simbol peta sinoptik
    pada kedua peta tersebut
3. Membuat garis-garis front dengan mengikuti kelima petunjuk yang ada
    pada peta sinoptik sesuai dengan ciri front pada peta isobar
4. Mewarrnai front sesuai jenis, BIRU untuk front DINGIN, MERAH untuk
    front PANAS serta BIRU dan MERAH untuk front STASIONER, UNGU
    untuk front CAMPURAN. Ciri front dingin runcing seperti segitiga di
    bawah garis isobar, ciri front panas setengah bulatan di atas isobar
5. Memberi warna sekitar stasiun dengan warna HIJAU untuk stasiun yang
    mengalami HUJAN, KUNING untuk stasiun yang mengalami KABUT,
    dan MERAH untuk stasiun yang mengalami HUJAN BADAI
6. Memberi label H pada daerah bertekanan tinggi (gunakan warna BIRU),
    dan L untuk tekanan rendah (gunakan warna MERAH)
7. Membahas serta menyimpulkan



                                                                           7
BAB V
                     HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL


   PARAMETER             STASIUN 422 STASIUN 424 STASIUN 426
   Kondisi awan (langit)        8/8              8/8          CLEAR
   Laju angin                 5 knots         15 knots        10 knots
   Arah angin                    S               SW              N
   Jarak pandang               2 mil            2 mil          >10 mil
   Cuaca                   Rain Shower          Rain              -
   Suhu                        68 °F            63 °F           50 °F
   Suhu titik embun            67 °F            63 °F           39 °F
   Tekanan                    1040mb           995mb          1048mb
       Tabel 1. Hasil analisis peta sekarang (Present Maptime) MAP I


 PARAMETER                  STASIUN 422       STASIUN 424      STASIUN 426
 Kondisi awan (langit)           8/8               8/8             clear
 Laju angin                   8-12 knots       13-17 knots      13-17 knots
 Arah angin                       W               SWW              NNW
 Jarak pandang                 >10 mil           >10 mil          >10 mil
 Cuaca                             -          Thunderstrom           -
                                               with rain
 Suhu                            60 °F          59 °F          35 °F
 Suhu titik embun                58 °F          59 °F          19 °F
 Tekanan                        1034mb         1000mb         1018mb
      Tabel 2. Hasil analisis 24 jam setelah waktu sekarang (MAP II)




B. PEMBAHASAN
       Pada praktikum kali ini kita mencoba menganalis kejadian front yang
terjadi di suatu kawasan dibekali dengan data peta sinoptik dari stasiun-stasiun
yang berada di kawasan tersebut. Data yang ada pada peta sinoptik tersebut yaitu
Suhu (T), Suhu titik embun (Td), Tekanan (P), keawanan, Laju dan arah angin,
Visibility, Cuaca. Dari data ini kita bisa membuat peta isobar, isotherm, dan


                                                                              8
isodotherm yang diperlukan untuk menentukan daerah mana yang sedang
mengalami front. Sebab penentuan front awalnya bisa dilihat dari garis isobar
yang patah karena terdapat pusat tekanan rendah. Juga bisa dilihat dari garis
isotherm, karena jika ada front berarti garis isotherm akan sangat rapat disebabkan
perbedaan suhu yang besar pada daerah yang sempit. Data yang diberikan juga
data dari dua waktu berbeda, ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah yang
terjadi front dingin atau front panas mengingat kedua front tersebut mempunyai
karakteristik yang berbeda dalam lamanya waktu kejadian yang ditimbulkan. Peta
yang diberikan itu adalah waktu sekarang dan peta waktu 24 jam dari sekarang
(MAP 2).
       Berikut yang akan dibahas adalah data dari 3 stasiun yaitu Stasiun 422,
424, dan 426. Berdasarkan data dari MAP 1 stasiun 422 memiliki awan yang
mendung (penutupan awan adalah 8/8) karena sedang terjadi gerimis, dengan laju
kecepatan angin adalah 5 knots atau 9,25 km/jam dari arah selatan. Jarak pandang
2 mil dengan suhu lingkungan sekitar 68 °F dan suhu titik embunnya adalah 67 °F.
Pada stasiun 424 memiliki awan yang mendung juga (penutupan awan adalah
8/8), dengan laju kecepatan angin adalah 15 knots atau 27,75 km/jam dari arah
barat daya dengan jarak pandang 2 mil juga. Pada stasiun tersebut sedang terjadi
hujan dengan suhu lingkungan dan suhu titik embunnya sama yaitu 63 °F. Dari
kedua stasiun yang terletak berdekatan tersebut ada kemungkinan terjadinya front.
Dilihat dari langit yang tertutup penuh dengan awan dan gerimis yang terjadi pada
stasiun 422 lalu hujan yang terjadi di stasiun 424. Bisa juga diduga dari suhu
udara dan suhu titik embunnya yang tidak berbeda jauh bahkan pada stasiun 424
sama. Kecepatan angin juga rendah karena ada dua massa udara atau angin yang
berlawanan arah sedang bertemu. Kecepatan angin dengan rata-rata 10 knot
menandakan bahwa jenis front adalah front panas.
       Dan pada stasiun 426 langit tidak tertutup awan dalam artian keadaan
cuaca saat itu cerah atau clear sky, dengan laju kecepatan angin adalah 10 knots
atau 18,5 km/jam dari arah selatan dan jarak pandang >10 mil. Jarak pandang
pada stasiun ini tinggi karena cuaca sedang cerah. Suhu lingkungan 50°F dan suhu
titik embunnya yaitu 39 °F. Stasiun ini jaraknya sudah agak berjauhan dengan
stasiun 422 dan 424. Dan dari peta keterangan peta sinoptik bisa disimpulkan


                                                                                 9
bahwa pada stasiun ini bukan daerah terjadinya front. Dilihat dari cuaca yang
cerah, jarak pandang yang jauh, suhu udara yang berbeda jauh dari suhu titik
embunnya.
      Sedangkan pada MAP II yang merupakan keadaan cuaca 24 jam
setelahnya. Pada stasiun 422 tetap memiliki penutupan awan adalah 8/8, dengan
laju kecepatan angin bertambah dari 5 knots (9,25 Km/jam) menjadi 8-12 knots
(14,8-22,22 km/jam). Arah angin berubah datang dari arah barat dengan jarak
pandang >10 mil. Suhu lingkungan sekitar 60 °F dan suhu titik embunnya adalah
58 °F. Sedangkan pada stasiun 424 pun memiliki penutupan awan adalah 8/8,
dengan laju kecepatan angin adalah 13-17 knots (24,25-31,45 km/jam) dari arah
barat daya dengan jarak pandang >10 mil. Pada stasiun tersebut sedang terjadi
thunderstom yang dibarengi hujan dengan suhu lingkungan dan suhu titik
embunnya sama yaitu 59 °F. Dan pada stasiun 426 tidak memiliki awan dalam
artian keadaan cuaca saat itu cerah tak berawan, dengan laju kecepatan angin
adalah (13-17 knots (24,25-31,45 km/jam) dari arah barat laut dengan jarak
pandang >10 mil, karena cuaca cerah maka jarak pandangnya tinggi.           Suhu
lingkungan 35°F dan suhu titik bekunya sama yaitu 19°F.
      Dengan membandingkan kedua map yang berbeda waktu selama 24 jam
tersebut, ini membantu kita untuk menentukan jenis front yang sedang terjadi.
Dari map 1 kita hanya bisa menduga bahwa daerah pada stasiun 422 dan 424
terjadi front karena suhu titik embunnya sama dengan suhu udara, lalu terjadi
hujan pada stasiun 424 dan gerimis pada stasiun 422. Dari keterangan ini
kemungkinan yang paling besar adalah front panas karena hujan yang hanya
berupa gerimis saja dan kecepatan angin. Namun jika dibandingkan dengan situasi
yang tejadi pada map 2, pada stasiun 424 terjadi thunderstorm yang sangat
mencirikan front dingin. Jadi jika dilihat dari kejadian yang berlangsung dalam 24
jam ini, daerah ini paling tepat dikatakan mengalami front jenis campuran. Pada
waktu sekarang terjadi front panas yang kemudian 24 jam setelah itu front dingin
mulai mendominasi.




                                                                               10
Gambar 5. Garis front kondisi sekarang




Gambar 6. Kondisi 24 jam setelah




                                         11
KESIMPULAN


       Front yang terjadi di lintang 66,5° dapat dianalisis dari data yang ada di
peta permukaan/peta sinoptik. Data tersebut lalu dibandingkan dengan ciri-ciri
front. Daerah yang dilewati front atau tempat terjadinya front ini dapat di analisis
juga dari garis isobar, isodotherm, dan isotherm. Daerah yang dilalui front
isobarnya akan berbentuk patahan, garis isotherm dan isodotherm akan sangat
rapat karena perbedaan suhu yang besar di daerah yang sempit.
       Front yang terjadi adalah front campuran. Pada map 1 front yang
mendominasi adalah front panas, terlihat dari gerimis dan hujan yang terjadi pada
stasiun 422 dan 424. Setelah 24 jam kemudian yang mendominasi adalah masa
udara dingin karena beberapa stasiun termasuk stasiun 424 mengalami
thunderstorm yang disertai hujan. Daerah yang dilewati front ini adalah stasiun
422 dan 424, sedangkan stasiun 426 yang letaknya agak berjauhan dari stasiun
424 dan 422 tidak mengalami yang kejadian front. Daerah disekitarnya tidak ada
penutupan awan dan hujan dan apapun yang mencirikan terjadinya front.




                                                                                 12
LAMPIRAN


Tabel 3. Hasil analisis peta cuaca permukaan waktu sekarang stasiun
                         407-442 (MAP 1)
        No. Stasiun    Tekanan    Suhu     Suhu titik embun
                        (mb)      (oF)           (oF)
            407        1012.8       70           65
            408        1011.0       70           65
            409        1010.9       69           65
            410        1008.0       67           67
            411        1007.2       68           65
            412        1010.4       71           65
            413        1011.3       70           63
            414        1006.0       50           42
            415        1004.8       66           66
            416        1005.3       65           65
            417        1009.5       72           67
            418        1010.2       70           65
            419        1005.8       50           39
            420        1004.2       48           39
            421         998.0       57           53
            422        1004.0       68           67
            423        1007.6       71           66
            424         999.5       63           63
            425        1003.2       67           67
            426        1004.8       50           39
            427        1002.7       55           43
            428        1004.0       57           50
            429        1008.3       58           55
            430        1007.6       65           65
            431        1010.0       57           56
            432        1009.0       47           36
            433        1008.6       52           35
            434        1010.0       56           51
            435        1011.1       46           32
            436        1012.0       53           37
            437        1014.6       52           38
            438        1005.8       54           36
            439        1013.8       55           50


                                                                      13
440         1011.6       55           54
             441         1012.3       57           53
             442         1014.2       59           56



Tabel 4. Hasil analisis peta cuaca 24 jam dari sekarang stasiun 407-442
                                   (MAP 2)
           No.     Tekanan        Suhu     Suhu titik embun
            St       (mb)         (oF)           (oF)
           407      1001,0         72             58
           408      1002,0         60             59
           409      1001,0         50             45
           410      1003,1         50             50
           411      1005,2         58             57
           412      1007,8         59             57
           413      1011,0         63             50
           414      1006,9         37             20
           415      1006,1         42             40
           416      1007,5         55             55
           417      1009,1         60             58
           418      1013,0         65             50
           419      1008,3         37             19
           420      1009,0         35             19
           421      1008,8         43             40
           422      1013,4         60             58
           423      1016,3         64             50
           424      1010,0         59             59
           425      1014,8         60             57
           426      1011,8         35             19
           427      1011,0         41             20
           428      1013,0         47             45
           429      1015,0         57             57
           430      1018,0         60             55
           431      1019,3         63             60
           432      1012,3         32             14
           433      1014,0         36             18
           434      1014,5         45             42
           435      1013,8         33             14
           436      1016,0         38             18
           437      1017,3         43             25
           438      1013,5         43             25

                                                                          14
439   1018,4   44   38
440   1020,7   61   58
441   1021,5   65   58
442   1023,8   65   60




                         15
Gambar 7. Peta Isobar Map 1


                              16
Gambar 4. Peta Isotherm Map 1

                                17
Gambar 5. Peta Isodrotherm Map 1


                                   18
Gambar 6. Peta Isobar Map 2


                              19
Gambar 7. Peta Isotherm Map 2


                                20
Gambar 8. Peta Isodrotherm Map 2


                                   21
——————————
Gridding Report
——————————

Sun Mar 30 21:33:06 2009
Elasped time for gridding: 0.05 seconds


Data Source

Source Data File Name:    D:BAHAN KULIAH.pptSMT 6Ansmetisobarprak5.bln
X Column:                 A
Y Column:                 B
Z Column:                 C


Data Counts

Active Data:              36

Original Data:            36
Excluded Data:            0
Deleted Duplicates:       0
Retained Duplicates:      0
Artificial Data:          0
Superseded Data:          0


Univariate Statistics

——————————————————————————————————————
——————
           X             Y             Z
——————————————————————————————————————
——————
Minimum:   192.739150015 13.7011925593 998
25%-tile:  666.226131104 528.360996541 1005.3
Median:    1238.52745323 956.557620178 1008.6
75%-tile:  1856.1191677  1277.7055045  1011.1
Maximum:   2811.32751943 1446.51369802 1014.6

Midrange:                 1502.0333347225   730.10744528965   1006.3
Range:                    2618.588369415    1432.8125054607   16.6
Interquartile Range:      1189.893036596    749.344507959     5.8000000000001
Median Abs. Deviation:    572.301322126     370.555058862     2.8000000000001


                                                                                22
Mean:                    1251.9087335678   865.40579394468   1008.0583333333
Trim Mean (10%):         1237.1955217352   873.36452033615   1008.1617647059
Standard Deviation:      703.07018052673   414.96786358731   3.9385823027525
Variance:                494307.67874588   172198.32781022   15.512430555556

Coef. of Variation:         0.0039070976078625
Coef. of Skewness:          -0.49350428846334
——————————————————————————————————————
——————


Inter-Variable Correlation

————————————————————————————
   X       Y        Z
————————————————————————————
X: 1.000   0.387    -0.126
Y:         1.000    -0.288
Z:                  1.000
————————————————————————————


Inter-Variable Covariance

————————————————————————————————
   X               Y               Z
————————————————————————————————
X: 494307.67874588 112810.30468976 -348.95347912615
Y:                 172198.32781022 -470.90310078452
Z:                                 15.512430555556
————————————————————————————————


Planar Regression: Z = AX+BY+C

Fitted Parameters
——————————————————————————————————————
——————
                  A                 B   C
——————————————————————————————————————
——————
Parameter Value:  -9.6231727324057E-005 -0.0026716122981805
                  1010.4908354352
Standard Error:   0.0010124452299437    0.0017153618702817
                  1.6691552296074


                                                                               23
——————————————————————————————————————
——————

Inter-Parameter Correlations
————————————————————————————
      A                 B     C
————————————————————————————
A: 1.000                0.387 -0.415
B:                      1.000 0.596
C:                            1.000
————————————————————————————

ANOVA Table
——————————————————————————————————————
——————
Source      df  Sum of Squares  Mean Square     F
——————————————————————————————————————
——————
Regression: 2   46.499432779849 23.249716389924 1.4987
Residual:   33  511.94806722552 15.513577794713
Total:      35  558.44750000536
——————————————————————————————————————
——————

Coefficient of Multiple Determination (R^2): 0.083265540233239


Nearest Neighbor Statistics

—————————————————————————————————
           Separation      |Delta Z|
—————————————————————————————————
Minimum:   134.11213253039 0.10000000000002
25%-tile:  157.80502610971 0.79999999999995
Median:    209.05053765271 1.2
75%-tile:  243.61607517998 1.8
Maximum:   376.8376558951  3.6

Midrange:                255.47489421275    1.85
Range:                   242.72552336471    3.5
Interquartile Range:     85.811049070263    1
Median Abs. Deviation:   36.609768556794    0.50000000000011

Mean:                    206.70032073616    1.3944444444444
Trim Mean (10%):         203.83122817871    1.3676470588235
Standard Deviation:      50.510901930173    0.89905643267584

                                                                 24
Variance:                  2551.3512137996   0.8083024691358

Coef. of Variation:        0.24436779657758 0.64474166486714
Coef. of Skewness:         0.83701908315496 0.94248979996354

Root Mean Square: 212.78245652833 1.6591497152993
Mean Square:      45276.373806229 2.7527777777777
—————————————————————————————————

Complete Spatial Randomness

Lambda:                    9.595020408671E-006
Clark and Evans:           1.2805427969971
Skellam:                   98.265237644676


Exclusion Filtering

Exclusion Filter String:   Not In Use


Duplicate Filtering

Duplicate Points to Keep: First
X Duplicate Tolerance:    0.00031
Y Duplicate Tolerance:    0.00017

No duplicate data were found.


Breakline Filtering

Breakline Filtering:       Not In Use


Gridding Rules

Gridding Method:           Kriging
Kriging Type:              Point

Polynomial Drift Order: 0
Kriging std. deviation grid:                 no

Semi-Variogram Model
Component Type:      Linear
Anisotropy Angle:    0

                                                               25
Anisotropy Ratio:           1
Variogram Slope:            1

Search Parameters
No Search (use all data):   true


Output Grid

Grid File Name:             D:BAHAN KULIAH.pptSMT 6Ansmetisobarprak5.grd
Grid Size:                  55 rows x 100 columns
Total Nodes:                5500
Filled Nodes:               5500
Blanked Nodes:              0

Grid Geometry

X Minimum:                  192.73915
X Maximum:                  2811.32752
X Spacing:                  26.450387575758

Y Minimum:                  13.70119255
Y Maximum:                  1446.513699
Y Spacing:                  26.533564934259

Grid Statistics

Z Minimum:                  998.14567301027
Z 25%-tile:                 1006.3295635243
Z Median:                   1009.7495254316
Z 75%-tile:                 1012.0545704665
Z Maximum:                  1015.0834410672

Z Midrange:                 1006.6145570388
Z Range:                    16.937768056973
Z Interquartile Range:      5.7250069422486
Z Median Abs. Deviation:    2.6289378540498

Z Mean:                     1008.9317923709
Z Trim Mean (10%):          1009.1266711526
Z Standard Deviation:       3.7646143057417
Z Variance:                 14.172320870995

Z Coef. of Variation:       0.0037312872229896
Z Coef. of Skewness:        -0.70511791057038


                                                                               26
Z Root Mean Square:   1008.9388157751
Z Mean Square:        1017957.5339777




                                        27

Contenu connexe

Tendances

laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
edhie noegroho
 
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusiaPengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
ariesmoela
 
Laporan 5&6
Laporan 5&6Laporan 5&6
Laporan 5&6
isanuri
 
Geography group 3 weather elements
Geography group 3 weather elementsGeography group 3 weather elements
Geography group 3 weather elements
cendidiar
 
Cuaca dan iklim kelas 7
Cuaca dan iklim kelas 7Cuaca dan iklim kelas 7
Cuaca dan iklim kelas 7
Walter Malau
 
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiunAgroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Riski Lubis
 
Laporan praktikum agroklimatologi
Laporan praktikum agroklimatologi Laporan praktikum agroklimatologi
Laporan praktikum agroklimatologi
Febrina Tentaka
 

Tendances (20)

Laporan kelompok "Pengaruh cuaca terhadap kehidupan makhluk hidup"
Laporan kelompok "Pengaruh cuaca terhadap kehidupan makhluk hidup"Laporan kelompok "Pengaruh cuaca terhadap kehidupan makhluk hidup"
Laporan kelompok "Pengaruh cuaca terhadap kehidupan makhluk hidup"
 
cuaca iklim
cuaca iklimcuaca iklim
cuaca iklim
 
Pemahaman Cuaca dan Iklim Oleh BMKG JATENG
Pemahaman Cuaca dan Iklim Oleh BMKG JATENGPemahaman Cuaca dan Iklim Oleh BMKG JATENG
Pemahaman Cuaca dan Iklim Oleh BMKG JATENG
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
 
Cuaca& Iklim
Cuaca& IklimCuaca& Iklim
Cuaca& Iklim
 
Makalah Gempa
Makalah GempaMakalah Gempa
Makalah Gempa
 
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusiaPengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
 
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan KlimatologiLaporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
 
Laporan 5&6
Laporan 5&6Laporan 5&6
Laporan 5&6
 
Geography group 3 weather elements
Geography group 3 weather elementsGeography group 3 weather elements
Geography group 3 weather elements
 
Laporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkgLaporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkg
 
Cuaca dan iklim kelas 7
Cuaca dan iklim kelas 7Cuaca dan iklim kelas 7
Cuaca dan iklim kelas 7
 
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferliLaporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
 
observasi BMKg
observasi BMKgobservasi BMKg
observasi BMKg
 
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan KlimatologiLaporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
 
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiunAgroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
 
Laporan praktikum agroklimatologi
Laporan praktikum agroklimatologi Laporan praktikum agroklimatologi
Laporan praktikum agroklimatologi
 
Cuaca dan-iklim.
Cuaca dan-iklim.Cuaca dan-iklim.
Cuaca dan-iklim.
 
Acara 1
Acara 1Acara 1
Acara 1
 
Atmospheric influence
Atmospheric influenceAtmospheric influence
Atmospheric influence
 

Similaire à Laporan front kelompok 4

Tugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosper
Tugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosperTugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosper
Tugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosper
dasriyanti
 
PPT agroklimat bab I pendahuluan
PPT agroklimat bab I pendahuluanPPT agroklimat bab I pendahuluan
PPT agroklimat bab I pendahuluan
Juwita Hutajulu
 
Hidrosfer dan Atmosfer (Pelatda Jkt).pptx
Hidrosfer dan Atmosfer (Pelatda Jkt).pptxHidrosfer dan Atmosfer (Pelatda Jkt).pptx
Hidrosfer dan Atmosfer (Pelatda Jkt).pptx
iphank1
 
Iklim dan manusia
Iklim dan manusiaIklim dan manusia
Iklim dan manusia
AyuShaleha
 
Geografi all materi
Geografi all materiGeografi all materi
Geografi all materi
Rio Rivaldi
 

Similaire à Laporan front kelompok 4 (20)

FRONT
FRONTFRONT
FRONT
 
I RUANG LINGKUP KLIMATOLOGI.pdf
I  RUANG LINGKUP KLIMATOLOGI.pdfI  RUANG LINGKUP KLIMATOLOGI.pdf
I RUANG LINGKUP KLIMATOLOGI.pdf
 
Atmosfer
AtmosferAtmosfer
Atmosfer
 
Tugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosper
Tugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosperTugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosper
Tugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosper
 
PPT agroklimat bab I pendahuluan
PPT agroklimat bab I pendahuluanPPT agroklimat bab I pendahuluan
PPT agroklimat bab I pendahuluan
 
Makalah meteo
Makalah meteoMakalah meteo
Makalah meteo
 
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah HidrologiMateri Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Hujan Mata Kuliah Hidrologi
 
1. RUANG LINGKUP AGROKLIMATOLOGI.ppt
1. RUANG LINGKUP AGROKLIMATOLOGI.ppt1. RUANG LINGKUP AGROKLIMATOLOGI.ppt
1. RUANG LINGKUP AGROKLIMATOLOGI.ppt
 
Hidrosfer dan Atmosfer (Pelatda Jkt).pptx
Hidrosfer dan Atmosfer (Pelatda Jkt).pptxHidrosfer dan Atmosfer (Pelatda Jkt).pptx
Hidrosfer dan Atmosfer (Pelatda Jkt).pptx
 
Iklim dan manusia
Iklim dan manusiaIklim dan manusia
Iklim dan manusia
 
DINAMIKA ATMOSFER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN (RIAN APRIANTO, S.Pd) G...
DINAMIKA  ATMOSFER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN (RIAN APRIANTO, S.Pd) G...DINAMIKA  ATMOSFER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN (RIAN APRIANTO, S.Pd) G...
DINAMIKA ATMOSFER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN (RIAN APRIANTO, S.Pd) G...
 
Geografi all materi
Geografi all materiGeografi all materi
Geografi all materi
 
Laporan Metklim Pendidikan Geografi
Laporan Metklim Pendidikan GeografiLaporan Metklim Pendidikan Geografi
Laporan Metklim Pendidikan Geografi
 
ATMOSFER DAN KAITANNYA DALAM KEHIDUPAN
ATMOSFER DAN KAITANNYA DALAM KEHIDUPANATMOSFER DAN KAITANNYA DALAM KEHIDUPAN
ATMOSFER DAN KAITANNYA DALAM KEHIDUPAN
 
Atmosfer.pptx
Atmosfer.pptxAtmosfer.pptx
Atmosfer.pptx
 
BK 2 - Ruang Lingkup Iklim.pptx
BK 2 - Ruang Lingkup Iklim.pptxBK 2 - Ruang Lingkup Iklim.pptx
BK 2 - Ruang Lingkup Iklim.pptx
 
Agroklimatologi
AgroklimatologiAgroklimatologi
Agroklimatologi
 
K7 Atmosfera 1
K7 Atmosfera 1K7 Atmosfera 1
K7 Atmosfera 1
 
POWER POINT CUACA DAN IKLIM.pptx
POWER POINT CUACA DAN IKLIM.pptxPOWER POINT CUACA DAN IKLIM.pptx
POWER POINT CUACA DAN IKLIM.pptx
 
CUACA.ppt
CUACA.pptCUACA.ppt
CUACA.ppt
 

Plus de Hanifah Nurhayati

SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIMSISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
Hanifah Nurhayati
 
PPT PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
PPT PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...PPT PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
PPT PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
Hanifah Nurhayati
 
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
Hanifah Nurhayati
 
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SSTPELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
Hanifah Nurhayati
 
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
Hanifah Nurhayati
 
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIRIDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
Hanifah Nurhayati
 

Plus de Hanifah Nurhayati (20)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
 
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
 
GFM 45
GFM 45GFM 45
GFM 45
 
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIMSISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
 
KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA
KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARAKONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA
KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA
 
PPT PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
PPT PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...PPT PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
PPT PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
 
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
 
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SSTPELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
 
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
 
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIRIDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
 
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
 
Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)
Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)
Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)
 
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...
 
Praktikum 3 cover
Praktikum 3 coverPraktikum 3 cover
Praktikum 3 cover
 
Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)
Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)
Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)
 
Praktikum 2 cover
Praktikum 2 coverPraktikum 2 cover
Praktikum 2 cover
 
Praktikum i cover
Praktikum i coverPraktikum i cover
Praktikum i cover
 
Analisis siklon tropis
Analisis siklon tropisAnalisis siklon tropis
Analisis siklon tropis
 
Praktikum i anhid
Praktikum i anhidPraktikum i anhid
Praktikum i anhid
 
Meteo penerbangan
Meteo penerbanganMeteo penerbangan
Meteo penerbangan
 

Dernier

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 

Dernier (20)

UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 

Laporan front kelompok 4

  • 1. Laporan Praktikum Hari/tanggal : Kamis/8 April 2009 Analisis Meteorologi Asisten 1. Victor Mahan G24050927 2. Yunus Bahar G24104019 ANALISIS FRONT Disusun oleh : KELOMPOK IV Sutrisni Susilowati G24060110 (25%) Rahmi Ariani G24060306 (25%) Fajar Santiabudi G24062439 (25%) Ria Hamida G24062989 (25%) MAYOR METEOROLOGI TERAPAN DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Front di dalam meteorologi merupakan wilayah transisi tempat bertemunya dua massa udara yang berbeda sifat fisik dan kekuatannya. Ketika sebuah front melewati suatu area, itu menandakan terjadinya perubahan pada temperatur, embun, laju angin, arah angin, tekanan atmosfir, dan suatu perubahan dalam pola curah hujan. Pergerakan front berhubungan dengan kekuatan gradien tekanan (perbedaan horisontal di dalam tekanan atmosfir) dan efek Coriolis, yaitu disebabkan oleh perputaran bumi terhadap porosnya. Zona front mungkin menjadi berubah bentuk oleh fitur geografis seperti pegunungan dan badan air yang besar. Angin terjadi karena adanya perbedaan suhu dan tekanan udara di suatu wilayah. Angin bergerak dari suatu tempat yang memiliki tekanan udara tinggi ke tempat yang memiliki tekanan udara rendah (Handoko, 1995). Antara zona bertekanan udara rendah dengan zona bertekanan udara tinggi terdapat zona dimana keduanya bertemu, zona ini dinamakan front. Front berperan penting dalam cuaca karena dapat mempengaruhi cuaca, suhu dan tekanan udara atau musim yang berlangsung di suatu wilayah. Ketika musim dingin, front dingin memiliki daya dorong jauh lebih kuat daripada front panas, sehingga front panas tak mampu menembus wilayah tersebut. Sedangkan ketika musim panas, yang terjadi adalah kontradiksi. Front panas mendominasi dan mampu mendorong front dingin. 1.2 Tujuan a. Mahasiswa dapat membedakan dan mengetahui jenis-jenis atau ciri front. b. Mahasiswa mengetahui proses pembentukan, perkembangan, penguatan dan pelenyapan front. c. Mahasiswa dapat menjelaskan, menganalisis serta mengidentifikasi front pada peta permukaan (surface chart). d. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh front terhadap kondisi cuaca dan iklim suatu wilayah. 2
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Front didefinisikan sebagai wilayah transisi tempat bertemunya dua massa udara yang berbeda sifat fisik dan kekuatannya. (Effendy dan Turyanti, 2006). Front cuaca adalah nama yang diberikan pada daerah perbatasan tempat bertemunya dua massa udara. Adanya front mengakibatkan cuaca yang mudah berubah, seringkali menyebabkan banyak awan dan terjadi hujan (http://books.google.co.id). Lokasi kejadian lintang tinggi sekitar 66,5°C lintang utara atau selatan. Awal pembentukan, perkembangan hingga penguatan front dikenal denganistilah FRONTOGENESIS, sedangkan fase akhir pelenyapan atau penghancuran front dikenal sebagai FRONTOLISIS. secara grafis disajukan pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Pada kondisi normal (a) dan tingkat pembentukan front (b) . (Effendy dan Turyanti, 2006) Suatu wilayah bisa dikatakan terjadi front jika : • Sepanjang garis front terjadi angin yang bergerak dari arah yang berlawanan 3
  • 4. Sepanjang front terdapat perbedaan suhu yang tajam • Cuaca buruk seperti hujan badai 2 jam pada front dingin, hujan gerimis yang lama (2 hari) pada front panas dan adanya kabut pada awal pembentukan front. • Pada lokasi dekat front beda suhu udara T dan Td (suhu titik embun) kecil bahkan hampir sama. • Garis isobar (garis-garis yang menghubungkan lokasi-lokasi yang memiliki tekanan udara yang sama) berbetuk patahan dan patahan terjadi pada lokasi siklon (tekanan rendah). (Effendy dan Turyanti, 2006) Jenis-jenis front ada bermacam-macam diantaranya: 1. FRONT DINGIN Cuaca yang tidak stabil sering terjadi di daerah garis lintang sedang (separuh jalan antara khatulistiwa dan daerah kutub), tempat massa udara tropis yang panas bertemu dengan massa udara kutub yang dingin. Pada front ini massa udara dingin menggilas massa udara panas (http://books.google.co.id). Front dingin menunjukkan suatu wilayah dimana udara yang dingin, kering dan stabil mendorong udara yang hangat, lembab, dan tak stabil (Ahrens, 2007). Dengan gerakan yang lambat, Awan dan presipitasi biasanya menutupi area di belakang front. Dan ketika udara hangat yang naik tersebut menjadi stabil, awan-awan seperti nimbostratus terbentuk. Sering kali di ujung front dingin terbentuk kabut, hujan deras, atau bahkan kilat (Thunderstorm) (Lutgens, 1982). Selain nimbostratus awan yang menjadikan ciri dari front dingin adalah awan cumulus, dan cumulunimbus. Jika suatu daerah terjadi front panas (dilewati) maka daerah tersebut akan terjadi hujan badai sangat besar, guntur dan kilat selama 2-3 jam. Adapun proses kejadian front ini adalah seperti bongkahan tanah, udara panas terdesak cepat sehingga membentuk cuaca buruk. (Effendy dan Turyanti, 2006) 4
  • 5. Gambar 2. Front dingin (www.uwsp.edu) 2. FRONT PANAS Front panas adalah kebalikan dari front dingin dimana massa udara panas mendesak masaa udara dingin . proses terjadinya front panas dicirikan dengan naiknya udara di pegunungan, sehingga terbentuk kabut yang sering kali membuat hujan gerimis yang berkepanjangan. Awan-awan yang mendominasi diantaranya awan cirrus, cirocumulus, cirostratus, altostratus, nimbostratus dan cumulu. Indikator selama terjadinya front panas adalah hujan gerimis hingga sedang yang berlangsung selama 2-3 hari (Effendy dan Turyanti, 2006). Gambar 3. Front Panas (www.uwsp.edu) Kecepatan rata-rata dari front panas adalah sekitar 10 knot, atau sekitar setengah dari kecepatan rata-rata front dingin. Saat ujung front panas melaju, arah angin akan berbelok, temperatur akan meningkat, dan kondisi cuaca keseluruhan 5
  • 6. akan berubah. Ketika siang hari, terjadi pencampuran pada kedua front, sehingga pergerakannya bisa lebih cepat (Ridley, 1979). 3. FRONT CAMPURAN Merupakan front dingin dan front panas yang bertemu sehingga front dingin akan lebih cepat mengambil alih lokasi front panas. Sehingga pada daerah front campuran memiliki ciri-ciri front yang kurang lebih hampir sama seperti front dingin. (Effendy dan Turyanti, 2006) Gambar 4. Front Campuran (www.wikipedia.org) 4. FRONT QUASI STASIONER Suatu ketika, ada kalanya suatu front tidak cukup kuat untuk mendorong front lainnya, sehingga udara menjadi tidak bergerak. Baik itu front panas maupun front dingin. Kondisi ini dinamakan Front Stasioner (Ahrens, 2007). Kondisi cuaca di sepanjang Front stasioner ini umumnya cerah atau sedikit berawan, dengan udara yang jauh lebih dingin di salah satu sisi. Hal ini disebabkan karena kedua massa udara relatif kering dan tanpa presipitasi. Tetapi front tersebut tak berlangsung lama. Jika udara yang lebih hangat mulai bergerak dan mendorong udara dingin, front tak lagi dalam kondisi stasioner. Kondisinya akan berubah menjadi front panas. Begitu pula ketika udara yang lebih dingin mendapat daya dorong yang lebih kuat, maka kondisi akan berubah menjadi front dingin dan udara hangat tersebut akan tergeser (Lutgens, 1982). 6
  • 7. BAB IV BAHAN DAN METODE • BAHAN 1. Peta cuaca permukaan waktu sekarang (MAP I). 2. Peta cuaca permukaan 24 jam dari sekarang (MAP II). 3. Data unsur cuaca dari beberapa stasiun yang terdapat pada peta cuaca seperti : • Suhu (T) • Laju dan arah angin • Suhu titik embun (Td) • Visibility • Tekanan (P) • Cuaca • Keawanan 4. Seperangkat komputer lengkap dengan sofware surfer 8 • METODE 1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan 2. Membuat peta isobar, isotherm dan isodrotherm untuk peta MAP I dan MAP II dengan menggunakan data dari keterangan simbol peta sinoptik pada kedua peta tersebut 3. Membuat garis-garis front dengan mengikuti kelima petunjuk yang ada pada peta sinoptik sesuai dengan ciri front pada peta isobar 4. Mewarrnai front sesuai jenis, BIRU untuk front DINGIN, MERAH untuk front PANAS serta BIRU dan MERAH untuk front STASIONER, UNGU untuk front CAMPURAN. Ciri front dingin runcing seperti segitiga di bawah garis isobar, ciri front panas setengah bulatan di atas isobar 5. Memberi warna sekitar stasiun dengan warna HIJAU untuk stasiun yang mengalami HUJAN, KUNING untuk stasiun yang mengalami KABUT, dan MERAH untuk stasiun yang mengalami HUJAN BADAI 6. Memberi label H pada daerah bertekanan tinggi (gunakan warna BIRU), dan L untuk tekanan rendah (gunakan warna MERAH) 7. Membahas serta menyimpulkan 7
  • 8. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PARAMETER STASIUN 422 STASIUN 424 STASIUN 426 Kondisi awan (langit) 8/8 8/8 CLEAR Laju angin 5 knots 15 knots 10 knots Arah angin S SW N Jarak pandang 2 mil 2 mil >10 mil Cuaca Rain Shower Rain - Suhu 68 °F 63 °F 50 °F Suhu titik embun 67 °F 63 °F 39 °F Tekanan 1040mb 995mb 1048mb Tabel 1. Hasil analisis peta sekarang (Present Maptime) MAP I PARAMETER STASIUN 422 STASIUN 424 STASIUN 426 Kondisi awan (langit) 8/8 8/8 clear Laju angin 8-12 knots 13-17 knots 13-17 knots Arah angin W SWW NNW Jarak pandang >10 mil >10 mil >10 mil Cuaca - Thunderstrom - with rain Suhu 60 °F 59 °F 35 °F Suhu titik embun 58 °F 59 °F 19 °F Tekanan 1034mb 1000mb 1018mb Tabel 2. Hasil analisis 24 jam setelah waktu sekarang (MAP II) B. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kita mencoba menganalis kejadian front yang terjadi di suatu kawasan dibekali dengan data peta sinoptik dari stasiun-stasiun yang berada di kawasan tersebut. Data yang ada pada peta sinoptik tersebut yaitu Suhu (T), Suhu titik embun (Td), Tekanan (P), keawanan, Laju dan arah angin, Visibility, Cuaca. Dari data ini kita bisa membuat peta isobar, isotherm, dan 8
  • 9. isodotherm yang diperlukan untuk menentukan daerah mana yang sedang mengalami front. Sebab penentuan front awalnya bisa dilihat dari garis isobar yang patah karena terdapat pusat tekanan rendah. Juga bisa dilihat dari garis isotherm, karena jika ada front berarti garis isotherm akan sangat rapat disebabkan perbedaan suhu yang besar pada daerah yang sempit. Data yang diberikan juga data dari dua waktu berbeda, ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah yang terjadi front dingin atau front panas mengingat kedua front tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda dalam lamanya waktu kejadian yang ditimbulkan. Peta yang diberikan itu adalah waktu sekarang dan peta waktu 24 jam dari sekarang (MAP 2). Berikut yang akan dibahas adalah data dari 3 stasiun yaitu Stasiun 422, 424, dan 426. Berdasarkan data dari MAP 1 stasiun 422 memiliki awan yang mendung (penutupan awan adalah 8/8) karena sedang terjadi gerimis, dengan laju kecepatan angin adalah 5 knots atau 9,25 km/jam dari arah selatan. Jarak pandang 2 mil dengan suhu lingkungan sekitar 68 °F dan suhu titik embunnya adalah 67 °F. Pada stasiun 424 memiliki awan yang mendung juga (penutupan awan adalah 8/8), dengan laju kecepatan angin adalah 15 knots atau 27,75 km/jam dari arah barat daya dengan jarak pandang 2 mil juga. Pada stasiun tersebut sedang terjadi hujan dengan suhu lingkungan dan suhu titik embunnya sama yaitu 63 °F. Dari kedua stasiun yang terletak berdekatan tersebut ada kemungkinan terjadinya front. Dilihat dari langit yang tertutup penuh dengan awan dan gerimis yang terjadi pada stasiun 422 lalu hujan yang terjadi di stasiun 424. Bisa juga diduga dari suhu udara dan suhu titik embunnya yang tidak berbeda jauh bahkan pada stasiun 424 sama. Kecepatan angin juga rendah karena ada dua massa udara atau angin yang berlawanan arah sedang bertemu. Kecepatan angin dengan rata-rata 10 knot menandakan bahwa jenis front adalah front panas. Dan pada stasiun 426 langit tidak tertutup awan dalam artian keadaan cuaca saat itu cerah atau clear sky, dengan laju kecepatan angin adalah 10 knots atau 18,5 km/jam dari arah selatan dan jarak pandang >10 mil. Jarak pandang pada stasiun ini tinggi karena cuaca sedang cerah. Suhu lingkungan 50°F dan suhu titik embunnya yaitu 39 °F. Stasiun ini jaraknya sudah agak berjauhan dengan stasiun 422 dan 424. Dan dari peta keterangan peta sinoptik bisa disimpulkan 9
  • 10. bahwa pada stasiun ini bukan daerah terjadinya front. Dilihat dari cuaca yang cerah, jarak pandang yang jauh, suhu udara yang berbeda jauh dari suhu titik embunnya. Sedangkan pada MAP II yang merupakan keadaan cuaca 24 jam setelahnya. Pada stasiun 422 tetap memiliki penutupan awan adalah 8/8, dengan laju kecepatan angin bertambah dari 5 knots (9,25 Km/jam) menjadi 8-12 knots (14,8-22,22 km/jam). Arah angin berubah datang dari arah barat dengan jarak pandang >10 mil. Suhu lingkungan sekitar 60 °F dan suhu titik embunnya adalah 58 °F. Sedangkan pada stasiun 424 pun memiliki penutupan awan adalah 8/8, dengan laju kecepatan angin adalah 13-17 knots (24,25-31,45 km/jam) dari arah barat daya dengan jarak pandang >10 mil. Pada stasiun tersebut sedang terjadi thunderstom yang dibarengi hujan dengan suhu lingkungan dan suhu titik embunnya sama yaitu 59 °F. Dan pada stasiun 426 tidak memiliki awan dalam artian keadaan cuaca saat itu cerah tak berawan, dengan laju kecepatan angin adalah (13-17 knots (24,25-31,45 km/jam) dari arah barat laut dengan jarak pandang >10 mil, karena cuaca cerah maka jarak pandangnya tinggi. Suhu lingkungan 35°F dan suhu titik bekunya sama yaitu 19°F. Dengan membandingkan kedua map yang berbeda waktu selama 24 jam tersebut, ini membantu kita untuk menentukan jenis front yang sedang terjadi. Dari map 1 kita hanya bisa menduga bahwa daerah pada stasiun 422 dan 424 terjadi front karena suhu titik embunnya sama dengan suhu udara, lalu terjadi hujan pada stasiun 424 dan gerimis pada stasiun 422. Dari keterangan ini kemungkinan yang paling besar adalah front panas karena hujan yang hanya berupa gerimis saja dan kecepatan angin. Namun jika dibandingkan dengan situasi yang tejadi pada map 2, pada stasiun 424 terjadi thunderstorm yang sangat mencirikan front dingin. Jadi jika dilihat dari kejadian yang berlangsung dalam 24 jam ini, daerah ini paling tepat dikatakan mengalami front jenis campuran. Pada waktu sekarang terjadi front panas yang kemudian 24 jam setelah itu front dingin mulai mendominasi. 10
  • 11. Gambar 5. Garis front kondisi sekarang Gambar 6. Kondisi 24 jam setelah 11
  • 12. KESIMPULAN Front yang terjadi di lintang 66,5° dapat dianalisis dari data yang ada di peta permukaan/peta sinoptik. Data tersebut lalu dibandingkan dengan ciri-ciri front. Daerah yang dilewati front atau tempat terjadinya front ini dapat di analisis juga dari garis isobar, isodotherm, dan isotherm. Daerah yang dilalui front isobarnya akan berbentuk patahan, garis isotherm dan isodotherm akan sangat rapat karena perbedaan suhu yang besar di daerah yang sempit. Front yang terjadi adalah front campuran. Pada map 1 front yang mendominasi adalah front panas, terlihat dari gerimis dan hujan yang terjadi pada stasiun 422 dan 424. Setelah 24 jam kemudian yang mendominasi adalah masa udara dingin karena beberapa stasiun termasuk stasiun 424 mengalami thunderstorm yang disertai hujan. Daerah yang dilewati front ini adalah stasiun 422 dan 424, sedangkan stasiun 426 yang letaknya agak berjauhan dari stasiun 424 dan 422 tidak mengalami yang kejadian front. Daerah disekitarnya tidak ada penutupan awan dan hujan dan apapun yang mencirikan terjadinya front. 12
  • 13. LAMPIRAN Tabel 3. Hasil analisis peta cuaca permukaan waktu sekarang stasiun 407-442 (MAP 1) No. Stasiun Tekanan Suhu Suhu titik embun (mb) (oF) (oF) 407 1012.8 70 65 408 1011.0 70 65 409 1010.9 69 65 410 1008.0 67 67 411 1007.2 68 65 412 1010.4 71 65 413 1011.3 70 63 414 1006.0 50 42 415 1004.8 66 66 416 1005.3 65 65 417 1009.5 72 67 418 1010.2 70 65 419 1005.8 50 39 420 1004.2 48 39 421 998.0 57 53 422 1004.0 68 67 423 1007.6 71 66 424 999.5 63 63 425 1003.2 67 67 426 1004.8 50 39 427 1002.7 55 43 428 1004.0 57 50 429 1008.3 58 55 430 1007.6 65 65 431 1010.0 57 56 432 1009.0 47 36 433 1008.6 52 35 434 1010.0 56 51 435 1011.1 46 32 436 1012.0 53 37 437 1014.6 52 38 438 1005.8 54 36 439 1013.8 55 50 13
  • 14. 440 1011.6 55 54 441 1012.3 57 53 442 1014.2 59 56 Tabel 4. Hasil analisis peta cuaca 24 jam dari sekarang stasiun 407-442 (MAP 2) No. Tekanan Suhu Suhu titik embun St (mb) (oF) (oF) 407 1001,0 72 58 408 1002,0 60 59 409 1001,0 50 45 410 1003,1 50 50 411 1005,2 58 57 412 1007,8 59 57 413 1011,0 63 50 414 1006,9 37 20 415 1006,1 42 40 416 1007,5 55 55 417 1009,1 60 58 418 1013,0 65 50 419 1008,3 37 19 420 1009,0 35 19 421 1008,8 43 40 422 1013,4 60 58 423 1016,3 64 50 424 1010,0 59 59 425 1014,8 60 57 426 1011,8 35 19 427 1011,0 41 20 428 1013,0 47 45 429 1015,0 57 57 430 1018,0 60 55 431 1019,3 63 60 432 1012,3 32 14 433 1014,0 36 18 434 1014,5 45 42 435 1013,8 33 14 436 1016,0 38 18 437 1017,3 43 25 438 1013,5 43 25 14
  • 15. 439 1018,4 44 38 440 1020,7 61 58 441 1021,5 65 58 442 1023,8 65 60 15
  • 16. Gambar 7. Peta Isobar Map 1 16
  • 17. Gambar 4. Peta Isotherm Map 1 17
  • 18. Gambar 5. Peta Isodrotherm Map 1 18
  • 19. Gambar 6. Peta Isobar Map 2 19
  • 20. Gambar 7. Peta Isotherm Map 2 20
  • 21. Gambar 8. Peta Isodrotherm Map 2 21
  • 22. —————————— Gridding Report —————————— Sun Mar 30 21:33:06 2009 Elasped time for gridding: 0.05 seconds Data Source Source Data File Name: D:BAHAN KULIAH.pptSMT 6Ansmetisobarprak5.bln X Column: A Y Column: B Z Column: C Data Counts Active Data: 36 Original Data: 36 Excluded Data: 0 Deleted Duplicates: 0 Retained Duplicates: 0 Artificial Data: 0 Superseded Data: 0 Univariate Statistics —————————————————————————————————————— —————— X Y Z —————————————————————————————————————— —————— Minimum: 192.739150015 13.7011925593 998 25%-tile: 666.226131104 528.360996541 1005.3 Median: 1238.52745323 956.557620178 1008.6 75%-tile: 1856.1191677 1277.7055045 1011.1 Maximum: 2811.32751943 1446.51369802 1014.6 Midrange: 1502.0333347225 730.10744528965 1006.3 Range: 2618.588369415 1432.8125054607 16.6 Interquartile Range: 1189.893036596 749.344507959 5.8000000000001 Median Abs. Deviation: 572.301322126 370.555058862 2.8000000000001 22
  • 23. Mean: 1251.9087335678 865.40579394468 1008.0583333333 Trim Mean (10%): 1237.1955217352 873.36452033615 1008.1617647059 Standard Deviation: 703.07018052673 414.96786358731 3.9385823027525 Variance: 494307.67874588 172198.32781022 15.512430555556 Coef. of Variation: 0.0039070976078625 Coef. of Skewness: -0.49350428846334 —————————————————————————————————————— —————— Inter-Variable Correlation ———————————————————————————— X Y Z ———————————————————————————— X: 1.000 0.387 -0.126 Y: 1.000 -0.288 Z: 1.000 ———————————————————————————— Inter-Variable Covariance ———————————————————————————————— X Y Z ———————————————————————————————— X: 494307.67874588 112810.30468976 -348.95347912615 Y: 172198.32781022 -470.90310078452 Z: 15.512430555556 ———————————————————————————————— Planar Regression: Z = AX+BY+C Fitted Parameters —————————————————————————————————————— —————— A B C —————————————————————————————————————— —————— Parameter Value: -9.6231727324057E-005 -0.0026716122981805 1010.4908354352 Standard Error: 0.0010124452299437 0.0017153618702817 1.6691552296074 23
  • 24. —————————————————————————————————————— —————— Inter-Parameter Correlations ———————————————————————————— A B C ———————————————————————————— A: 1.000 0.387 -0.415 B: 1.000 0.596 C: 1.000 ———————————————————————————— ANOVA Table —————————————————————————————————————— —————— Source df Sum of Squares Mean Square F —————————————————————————————————————— —————— Regression: 2 46.499432779849 23.249716389924 1.4987 Residual: 33 511.94806722552 15.513577794713 Total: 35 558.44750000536 —————————————————————————————————————— —————— Coefficient of Multiple Determination (R^2): 0.083265540233239 Nearest Neighbor Statistics ————————————————————————————————— Separation |Delta Z| ————————————————————————————————— Minimum: 134.11213253039 0.10000000000002 25%-tile: 157.80502610971 0.79999999999995 Median: 209.05053765271 1.2 75%-tile: 243.61607517998 1.8 Maximum: 376.8376558951 3.6 Midrange: 255.47489421275 1.85 Range: 242.72552336471 3.5 Interquartile Range: 85.811049070263 1 Median Abs. Deviation: 36.609768556794 0.50000000000011 Mean: 206.70032073616 1.3944444444444 Trim Mean (10%): 203.83122817871 1.3676470588235 Standard Deviation: 50.510901930173 0.89905643267584 24
  • 25. Variance: 2551.3512137996 0.8083024691358 Coef. of Variation: 0.24436779657758 0.64474166486714 Coef. of Skewness: 0.83701908315496 0.94248979996354 Root Mean Square: 212.78245652833 1.6591497152993 Mean Square: 45276.373806229 2.7527777777777 ————————————————————————————————— Complete Spatial Randomness Lambda: 9.595020408671E-006 Clark and Evans: 1.2805427969971 Skellam: 98.265237644676 Exclusion Filtering Exclusion Filter String: Not In Use Duplicate Filtering Duplicate Points to Keep: First X Duplicate Tolerance: 0.00031 Y Duplicate Tolerance: 0.00017 No duplicate data were found. Breakline Filtering Breakline Filtering: Not In Use Gridding Rules Gridding Method: Kriging Kriging Type: Point Polynomial Drift Order: 0 Kriging std. deviation grid: no Semi-Variogram Model Component Type: Linear Anisotropy Angle: 0 25
  • 26. Anisotropy Ratio: 1 Variogram Slope: 1 Search Parameters No Search (use all data): true Output Grid Grid File Name: D:BAHAN KULIAH.pptSMT 6Ansmetisobarprak5.grd Grid Size: 55 rows x 100 columns Total Nodes: 5500 Filled Nodes: 5500 Blanked Nodes: 0 Grid Geometry X Minimum: 192.73915 X Maximum: 2811.32752 X Spacing: 26.450387575758 Y Minimum: 13.70119255 Y Maximum: 1446.513699 Y Spacing: 26.533564934259 Grid Statistics Z Minimum: 998.14567301027 Z 25%-tile: 1006.3295635243 Z Median: 1009.7495254316 Z 75%-tile: 1012.0545704665 Z Maximum: 1015.0834410672 Z Midrange: 1006.6145570388 Z Range: 16.937768056973 Z Interquartile Range: 5.7250069422486 Z Median Abs. Deviation: 2.6289378540498 Z Mean: 1008.9317923709 Z Trim Mean (10%): 1009.1266711526 Z Standard Deviation: 3.7646143057417 Z Variance: 14.172320870995 Z Coef. of Variation: 0.0037312872229896 Z Coef. of Skewness: -0.70511791057038 26
  • 27. Z Root Mean Square: 1008.9388157751 Z Mean Square: 1017957.5339777 27