Dokumen tersebut membahas tentang alokasi biaya bersama pada produksi multi produk dan bagaimana alokasi tersebut tidak bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen. Dokumen tersebut menggunakan contoh perusahaan yang memproduksi tiga produk dan menjelaskan perhitungan harga pokok menggunakan dua metode alokasi namun kesimpulannya adalah manajemen harus membandingkan tambahan pendapatan dan biaya untuk menentuk
1. TUGAS MATA KULIAH
AKUNTANSI BIAYA
PRODUK BERSAMA (LANJUTAN)
KELOMPOK 3 :
NAMA KELOMPOK: 1. Dharmawan Widiatmo (1610210570 / 3SM4)
2. Eva Mardiana (1610210636 / 3SM4)
3. Reisa Berliana (1610210678 / 3SM4)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2017 / 2018
3. 1
TITIK PISAH BERAGAM
Proses produksi yang mengilustrasikan metode allokasi biaya bersama pada contoh 5 sampai
dengan 10 diatas hanya terjadi satu kali titik pisah (tidak beragam). Namun banyak operasi
manufaktur memiliki beberapa titik pisah (multiple split – off point) dengan biaya yang dapat
dipisahkan (tambahan biaya pengolahan) untuk setiap tahapan.
Pada kasus ini metode yang digunakan adalah nilai jual hipotetis. Berikut ini ilustrasi allokasi
biaya bersama dengan titik pisah beragam:
Contoh 11
PT. Popos menghasilkan produk A, B, dan C, yang masing – masing dijual dengan harga Rp.
900, Rp. 1.200, dan Rp. 1.100. Departemen 1 memproses 1.000 kg bahan baku dengan total
biaya produksi Rp 250.000. Departemen 1 mentransfer 65% dari bahan baku yang diproses
ke departemen 2 , dengan tambahan biaya Rp. 80.000. Departemen 3 memproses 35% unit
yang tersisa dari departemen 1 dengan tambahan biaya Rp. 11.000. karena terjadi penguapan
di departemen 3, maka hanya 210 kg yang dihasilkan menjadi produk C. 80% dari unit yang
diolah di departemen 2 ditransfer ke departemen 4 agar menjadi produk A dengan tambahan
biaya Rp. 201.500. Departemen 5 memproses 20% sisanya dari departemen 2 sehingga
menjadi produk B dengan tambahan biaya Rp. 12.500
Multiple Split – off Point
Rp 201.500
A
Dep (4) 520 kg
Rp. 80.000
Dep (2) 600 kg
Rp. 12.500
B
Rp. 250.000 Dep (5) 130 kg
Dep (1) 1.000 kg
Rp. 11.000
C (210)
Dep (3) 350 kg
4. 2
Menentukan nilai jual hipotetis sebagai dasar allokasi biaya bersama
Produk A dan B : Nilai jual A (520 x 900 ) Rp. 468.000
Tambahan biaya dep. 4 Rp. 201.500
Rp. 266.500
Nilai jual B (130 x 1.200) Rp. 156.000
Tambahan biaya dep. 5 Rp. 12.500
Rp. 143.500
Total nilai jual Rp. 410.000
Pemrosesan departemen 2 Rp. 80.000
Nilai jual hipotesis produk A dan B Rp. 330.000
Produk C: Nilai jual C (210 x 1.100) Rp. 231.000
Tamabahan biaya dep. 3 Rp. 11.000
Rp. 220.000
Total nilai jual hipotetis Rp. 550.000
Allokasi biaya bersama departemen 1 Rp. 250.000 adalah:
Produk A dan B = (330 : 550) x 250.000 = Rp. 150.000,-
Produk C = (220 : 550) x 250.000 = Rp. 100.000,-
Rp. 250.000,-
Allokasi biaya bersama departemen 2 Rp. 150.000 (dari departemen 1) dan Rp. 80.000
(tamabahan biaya departemen 2) adalah :
Produk A = (266,5 : 410) x 230.000 = Rp. 149.500,-
Produk B = (143,5 : 410) x 230.000 = Rp. 80.500,-
Rp. 230.000,-
5. 3
Perhitungan harga pokok per unit
Produk Jumlah Allokasi Tambahan Total HP/Unit
(kg) Biaya Bersama Biaya Biaya
A 520 Rp. 149.500 Rp. 201.500 Rp. 351.000 Rp. 675
B 130 Rp. 80.500 Rp. 12.500 Rp. 93.000 Rp. 715,38
C 210 Rp. 100.000 Rp. 11.000 Rp. 111.000 Rp. 528,57
BIAYA BERSAMA DAN KEPUTUSAN MANAJEMEN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan tujuan allokasi biaya bersama adalah agar harga
pokok setiap produk bersama dapat ditentukan sehingga dapat diketahui pula kontribusi
masing – masing produk terhadap seluruh laba yang diperoleh perusahaan. Harga pokok
setiap produk bersama yang ditentukan melalui proses allokasi tidak bermanfaat bagi
manajemen dalam pengambilan keputusan bahkan sering kali menyesatkan. Ilustrasi tersebut
menjelaskan tentang hal tersebut :
Contoh 12:
PT. Bunter menghasilkan 3 produk bersama A, B, dan C. Produk – produk tersebut dapat
langsung dijual pada saat titik pisah dan dapat pula diproses lebih lanjut kemudian dijual.
Biaya prosess lanjutan berisfat variable dan dapat diikuti jejaknya pada setiap produk.
Berikut data produksi dan biaya yang terjadi, sedangkan biaya bersama sebesar Rp. 121.500,-
Produks Unit Nilai jual pada Tambahan Nilai Jual
Titik Pisah Biaya Bersama Setelah Diolah
A 2.000 Rp. 45.000 Rp. 20.000 Rp. 60.000
B 1.500 Rp. 75.000 Rp. 20.000 Rp. 98.000
C 1.500 Rp. 30.000 Rp. 18.000 Rp. 62.000
Rp.150.000 Rp. 58.000 Rp. 220.000
Agar dapat menaikkan laba total maksimal, manajemen dihadapkan kepada persoalan, jenis
produk mana yang perlu diproses lebih lanjut?
Pilihan 1 : Produk A saja Pilihan 4 : Produk A dan B
Pilihan 2 : Produk B saja Pilihan 5 : Produk A dan C
Pilihan 3 : Produk C saja Pilihan 6 : Produk B dan C
6. 4
Jika menggunakan metode nilai jual hipotetis relatip maka allokasi biaya bersama dan
laporan laba rugi:
Produk Nilai Jual Tambahan B Nilai Jual Allokasi Total
Stlh. Diolah Pengolahan Hipotetis B. Bersama B. Produksi
A Rp. 60.000 Rp. 20.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 50.000
B Rp. 98.000 Rp. 20.000 Rp. 78.000 Rp. 58.000 Rp. 78.500
C Rp. 62.000 Rp. 18.000 Rp. 44.000 Rp. 33.000 Rp. 51.000
Rp. 220.000 Rp. 58.000 Rp. 162.000 Rp. 121.500 Rp. 179.500
Produk A Produk B Produk C Total
Penjualan (Rp) Rp. 60.000 Rp. 98.000 Rp. 62.000 Rp. 220.000
Penjualan (Rp) Rp. 50.000 Rp. 78.500 Rp. 51.000 Rp. 179.500
Laba (Rugi) Rp. 10.000 Rp. 19.500 Rp. 11.000 Rp. 40.500
Jika menggunakan metode biaya per unit rata – rata, maka allokasi biaya bersama dan
laporan laba rugi
Produk Unit Biaya Per Allokasi Tambahan B Total
Unit Rata – rata B. Bersama Pengolahan B. Produksi
A 2000 Rp. 2,43 Rp. 48.600 Rp. 20.000 Rp. 68.600
B 1500 Rp. 2,43 Rp. 36.450 Rp. 20.000 Rp. 56.450
C 1500 Rp. 2,43 Rp. 36.450 Rp. 18.000 Rp. 54.450
5000 Rp. 121.500 Rp. 58.000 Rp. 179.500
Keterangan : Rp 121.500 : 5.000 = Rp. 2,43
Produk A Produk B Produk C Total
Penjualan (Rp) Rp. 60.000 Rp. 98.000 Rp. 62.500 Rp. 220.000
Penjualan (Rp) Rp. 68.600 Rp. 56.450 Rp. 54.450 Rp. 179.500
Laba (Rugi) (Rp. 8.600) Rp. 42.500 Rp. 7.550 Rp. 40.500
Dari perhitungan laba rugi diatas berdasarkan kedua metode allokasi biaya bersama, menurut
metode biaya per unit rata – rata produk B dan C yang perlu diolah lebih lanjut, sedangkan
produk A tidak perlu karena merupakan kerugian Rp. 8.600,-
7. 5
Sedangkan menurut metode nilai jual hipotetis justru produk A, B, dan C yang perlu diolah
lebih lanjut karena ketiga produk tersebut menghasilkan laba
Hasil analisis diatas membuktikan bahwa metode allokasi tidak bermanfaat bagi manajemen
dalam memecahkan persoalan diatas bahkan menyesatkan karena sebenarnya total laba yang
diperoleh menurut kedua metode sama besar yaitu Rp. 40.500,-
Untuk memecahkan persoalan diatas manajemen harus membandingkan tambahan nilai jual
(pendapatan) dengan tambahan biaya jika produk tertentu diolah lebih lanjut. Berdasarkan
data diatas dapat dilakukan perhitungan :
Produk A Produk B Produk C
Tambahan pendapatan :
Nilai jual setelah diolah Rp. 60.000 Rp. 98.000 Rp. 62.600
Nilai jual saat titik pisah Rp. 45.000 Rp. 75.000 Rp. 30.000
Laba (Rugi) Rp. 15.000 Rp. 23.000 Rp. 32.000
Tambahan biaya pengolahan Rp. 20.000 Rp. 20.000 Rp.18.000
Tamabahan Laba (Rugi) (Rp. 5.000) Rp. 3.000 Rp.14.000
Dari perhitungan diatas ternyata produk B dan C yang sebaiknya diolah karena produk
tersebut akan menaikkan laba sebesar Rp. 17.000. Hal ini dapat dibuktikan dengan
perhitungan laba rugi
Tidak diolah B & C diolah A B & C diolah
Penjualan Rp. 150.000 Rp. 205.000 Rp. 220.000
HP Penjualan :
Biaya Bersama Rp. 121.500 Rp. 121.500 Rp. 121.500
Tambahan Biaya Rp. - Rp. 38.000 Rp. 58.000
Rp. 121.500 Rp. 159.500 Rp. 179.500
Laba Rp. 28.500 Rp. 45.500 Rp. 40.500
Rp. 17.000
Rp. 12.000
8. 6
KESIMPULAN
Dari teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa Biaya Produk Bersama juga bisa diartikan
sebagai biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat
berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama muncul dari
produksi secara simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama. Ketika dua atau
tiga produk di produksi dari sumber daya yang sama maka akan terbentuk biaya gabungan.
Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik pisah adalah saat dihasilkannya
dua atau lebih produk bersama, dimana pada saat itu produk bersama bisa langsung dijual
atau diproses lebih lanjut.