SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  61
BIOEKOLOGI HAMA TANAMAN
PERTUMBUHAN SERANGGA HAMA
PERKEMBANGAN SERANGGA HAMA
INTERAKSI TANAMAN DAN SERANGGA HAMA
PERTUMBUHAN SERANGGA HAMA
• Pertumbuhan ditandai dengan perubahan
bentuk dan ukuran.
• Ecdysis : proses pergantian kulit
• Stadium : Lama waktu antara terjadinya
pergantian kulit
• Instar : bentuk serangga pada stadium
tertentu
 Metamorfosis :
• Perubahan bentuk dan ukuran selama
pertumbuhan pasca embrionik
• Ada 4 tipe :
1. Ametabola
2. Paurometabola
3. Hemimetabola
4. Holometabola
1. Ametabola
• Terjadi perubahan sedikit pada bentuk
luar, kecuali ukurannya bertambah besar
• Serangga muda hidup dalam satu habitat
dan makanan yang sama dengan serangga
dewasa.
• Telur Nimfa Imago
• Ex : Protura, Collembola, Thysanura.
2. Paurometabola (matamorfosis bertingkat) :
• Ukuran bertambah besar pada setiap
pergantian kulit
• Munculnya bakal sayap dan alat genetalia
luar.
• Nimfa (serangga muda) hidup dalam
habitat dan makanan yang sama dengan
imagonya.
• Telur Nimfa Imago
• Ex : ordo Orthoptera, Hemiptera, Isoptera,
Homoptera
Paurometabola (metamorfosis bertingkat)
contoh : ordo Orthoptera
Ordo Hemiptera
3. Hemimetabola (metamorfosis tidak
lengkap)
• Habitat nimfa (akuatik ) beda dengan
habitat imago (aerial).
• Terjadi modifikasi pada nimfa seperti
insang trakhea.
• Telur Nimfa Imago
• Ex : capung (Odonata)
Hemimetabola
4. Holometabola (metamorfosis lengkap):
• Serangga muda disebut larva, bentuknya
beda dengan imago.
• Setelah larva ada tingkat pupa
(kepompong) sebelum menjadi imago.
• Telur Larva Pupa Imago
• Ex : Lepidoptera, Coleoptera, Diptera
Holometabola (metamorfosis
lengkap):
contoh : Ordo Coleoptera
Imago
Telur
Larva I
Larva II
Larva III
Pupa
Ordo Lepidoptera
Ordo Diptera
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN HAMA :
1. Faktor dalam :
a.Kemampuan berkembang biak
b.Perbandingan kelamin
c.Sifat mempertahankan diri
d.Daur hidup
e.Umur Imago/serangga dewasa
2. Faktor luar :
a.Faktor fisis : suhu, kelembaban, hujan, cahaya, angin,
topografi
b.Faktor makanan : kuantitas dan kualitas
c.Faktor hayati : predator, parasit, patogen,kompetitor
(intraspesifik dan interspesifik)
FAKTOR DALAM
a. Kemampuan berkembang biak
contoh:
- Penggerek batang padi putih (Scirpophaga
innotata) dapat bertelur rata-rata 150 butir,
maksimal 420 butir
- Kumbang beras (Sitophilus oryzae) betina
dapat menghasilkan telur maksimal 575
butir.
 Kemampuan berkembang biak dipengaruhi
oleh:
1. Kecepatan berkembang biak, tergantung
lamanya siklus hidup
2. Keperidian (natalitas) dan kesuburan
(fertilitas)
b. Perbandingan Kelamin
 Jumlah betina lebih banyak drpd jantan
diharapkan akan menghasilkan keturunan
berikutnya lebih banyak dibandingkan dg
yg memiliki perbandingan kelamin
sebaliknya.
 Contoh: Scirpophaga innotata (2:1)
Aspidiotus destructor (3: 1)
 Perbandingan kelamin dipengaruhi oleh
sifat dalam dan luar antara lain keadaan
musim dan kepadatan populasi
c. Sifat mempertahankan diri
Ulat melindungi diri dengan bulu
Walangsangit mengeluarkan bau
Beberapa ulat memiliki mata palsu utk
mengelabui musuh
Kupu mempunyai warna mirip dengan
tempat hinggapnya
Walang sangit mengeluarkan bau
Ulat berbulu
Ulat bermata palsu
Kupu menyerupai tempat hinggap
d. Daur Hidup
• Suatu rangkaian kehidupan yg dimulai sejak
terjadinya pembuahan antara sperma dan
telur, dan berakhir hingga serangga menjadi
dewasa dan siap berkembangbiak
 Metamorfosa sempurna: telur – larva – pupa
– imago
contoh: Crocidolomia binotalis (22 – 30 hari)
 Metamorfosa sederhana: telur – nimfa-
imago
contoh: Nilaparvata lugens ( 21 -28 hari)
e. Umur imago
• Serangga mempunyai umur imago pendek.
• Contoh:
 Nilaparvata lugens : 10 hari
 Scirpophaga innotata: 4 – 14 hari
 Sitophilus oryzae : 3 – 5 bulan
FAKTOR LUAR :
Merupakan faktor yang berhubungan dengan
lingkungan tempat hidup serangga.
Terdapat tiga faktor eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan hama, yaitu faktor
abiotik, biotik, dan makanan.
a. Faktor abiotik : suhu, kelembaban, hujan, cahaya,
angin, topografi
b.Faktor biotik: predator, parasit,
patogen,kompetitor (intraspesifik dan
interspesifik)
c. Faktor makanan : kuantitas dan kualitas
a. Faktor Abiotik
1) Suhu/Temperatur
•Serangga memiliki kisaran suhu tertentu untuk
kehidupannya.
•Diluar kisaran suhu tersebut serangga dapat
mengalami kematian.
• Efek ini terlihat pada proses fisiologis
serangga, dimana pada suhu tertentu aktivitas
serangga tinggi dan akan berkurang (menurun)
pada suhu yang lain.
• Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah
15ºC (suhu minimum), 25ºC suhu optimum
dan 45ºC (suhu maksimum).
• Pada suhu yang optimum kemampuan
serangga untuk melahirkan keturunan akan
besar dan kematian (mortalitas) sebelum
batas umur akan sedikit .
2) Kelembaban Udara
• Kelembaban udara mempengaruhi kehidupan
serangga langsung atau tidak langsung.
• Serangga yang hidup di lingkungan yang
kering mempunyai cara tersendiri untuk
mengefisienkan penggunaan air seperti
menyerap kembali air yang terdapat pada
feces yang akan dibuang dan menggunakan
kembali air metabolik tersebut, contohnya
serangga rayap.
• Karena itu kelembaban harus dilihat sebagai
keadaan lingkungan dan kelembaban sebagai
bahan yang dibutuhkan organisme untuk
melangsungkan proses fisiologis dalam tubuh.
• Sebagai unsur lingkungan, kelembaban sangat
menonjol sebagai faktor modifikasi suhu lewat
reduksi evapotranspirasi.
• Selanjutnya tidak ada organisme yang dapat
hidup tanpa air karena sebagian besar
jaringan tubuh dan kesempurnaan seluruh
proses vital dalam tubuh akan membutuhkan
air.
• Serangga akan selalu mengkonsumsi air dari
lingkungannya dan sebaliknya secara terus
menerus akan melepaskan air tubuhnya
melalui proses penguapan dan ekskresi.
• Dalam hal ini kebutuhan air bagi serangga
sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya
terutama kelembaban udara.
• Beberapa penelitian mengenai beberapa
ketahanan serangga terhadap kekeringan
menunjukkan korelasi yang tinggi dengan
keadaan lembab tempat hidupnya.
• Secara umum kelembaban udara dapat
mempengaruhi pembiakan, pertumbuhan,
perkembangan dan keaktifan serangga baik
langsung maupun tidak langsung.
• Kemampuan serangga bertahan terhadap
keadaan kelembaban udara sekitarnya sangat
berbeda menurut jenisnya.
• Dalam hal ini kisaran toleransi terhadap
kelembaban udara berubah untuk setiap
spesies maupun stadia perkembangannya,
tetapi kisaran toleransi ini tidak jelas seperti
pada suhu.
• Bagi serangga pada umumnya kisaran toleransi
terhadap kelembaban udara yang optimum terletak
didalam titik maksimum 73-100 persen
• Cuaca yang lembab merangsang pertumbuhan
populasi, sedang cuaca yang sangat kering atau
keadaan yang banyak hujan menghambat
pertumbuhan tersebut.
• Kebanyakan air, seperti banjir dan hujan lebat
merupakan bahaya bagi kehidupan beberapa jenis
serangga, termasuk juga berbagai jenis kupu-kupu
yang sedang beterbangan, serta dapat
menghanyutkan larva yang baru menetas.
3). Hujan
• Pengaruh hujan pada kehidupan serangga bisa
bersifat langsung secara mekanik atau secara
tidak langsung terhadap keadaan udara dan
tanah.
• Hujan secara langsung dapat mempengaruhi
populasi serangga hama.
• Apabila hujan besar serangga hama banyak yang
mati, berpengaruh terutama pada pertumbuhan
dan keaktifan serangga.
• Unsur yang penting dalam analisis hujan adalah
curah hujan, jumlah hari dan kelebatan hujan.
• Pengaruh mekanik dimaksudkan sebagai
hentakan butir hujan pada serangga atau
pada tempat hidupnya
• Pada kutu daun berada di bagian batang yang
tidak terlindungi hujan.
• Hujan yang sangat lebat dapat mengakibatkan
banyak kutu daun yang jatuh kemudian mati
sehingga menyebabkan berkurangnya
populasi dalam besaran yang cukup berarti.
• Sebaran hujan disepanjang tahun di suatu
tempat memiliki pola tertentu
• Sebaran tersebut menunjukkan panjang
pendeknya periode hujan dengan curah hujan
banyak (bulan basah) dan periodik bulan
dengan curah hujan sedikit (bulan kering).
• Keadaan kelembaban udara dan tanah yang
berbeda antara periode bulan basah dan
bulan kering dapat meningkatkan,
menghambat, atau merangsang kehidupan
serangga
4). Angin
• Angin dapat berpengaruh secara langsung terhadap
kelembaban dan proses penguapan badan serangga
dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu
serangga dari tempat yang satu ke tempat lainnya.
• Baik memiliki ukuran sayap besar maupun yang kecil,
dapat membawa beberapa ratus meter di udara
bahkan ribuan kilometer.
• Angin mempengaruhi mobilitas serangga. Serangga
kecil mobilitasnya dipengaruhi oleh angin, artinya
serangga yang demikian dapat terbawa sejauh
mungkin oleh gerakan angin.
5. Cahaya, Warna, dan Bau
• Cahaya adalah faktor ekologi yang besar
pengaruhnya bagi serangga, diantaranya
lamanya hidup, cara bertelur, dan berubahnya
arah terbang.
• Banyak jenis serangga yang memilki reaksi
positif terhadap cahaya dan tertarik oleh
sesuatu warna, misalnya oleh warna kuning
atau hijau.
• Beberapa jenis serangga diantaranya
mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap
suatu warna dan bau, misalnya terhadap
warna-warna bunga. Akan tetapi ada juga
yang tidak menyukai bau tertentu .
• Sumber cahaya dan panas yang utama di alam
adalah radiasi surya.
• Radiasi dalam hal ini radiasi langsung yang
bersumber dari surya dan radiasi baur yang
berasal dari atmosfir secara keseluruhan.
• Untuk menjelaskan sifat radiasi di bedakan
antara panjang gelombang cahaya dan
intensitas cahaya atau radiasi
• Pengaruh cahaya terhadap perilaku serangga
berbeda antara serangga yang aktif siang hari
dengan yang aktif pada malam hari.
• Pada siang hari keaktifan serangga dirangsang
oleh keadaan intensitas maupun panjang
gelombang cahaya di sekitarnya.
• Sebaliknya ada serangga pada keadaan cahaya
tertentu justru menghambat keaktifannya.
.
• Pada umumnya radiasi yang berpengaruh
terhadap serangga adalah radiasi infra
merah, dalam hal ini berpengaruh untuk
memanaskan tubuh serangga.
b. Faktor Biotik
• Komponen terpenting dari faktor biotik adalah
1. parasitoid,
2. predator,
3. entomopatogen.
4. kompetitor
1) Parasitoid
• Parasitoid berukuran kecil dan mempunyai
waktu perkembangan lebih pendek dari
inangnya dengan cara menumpang hidup
pada atau di dalam tubuh serangga hama.
• Dalam tubuh host/inang tersebut, parasitoid
mengisap cairan tubuh atau memakan
jaringan bagian dalam tubuh inang.
• Parasitoid yang hidup di dalam tubuh inang
disebut endoparasitoid dan yang menempel di
luar tubuh inang disebut ektoparasitoid.
• Parasitoid umumnya mempunyai inang yang
lebih spesifik, sehingga dalam keadaan
tertentu parasitoid lebih efektif
mengendalikan hama.
• Kelemahan dari parasitoid itu karena adanya
parasitoid tertentu yang dapat terkena parasit
lagi oleh parasitoid lain.
• Kejadian seperti diatas disebut
hiperparasitisme dan parasitoid lain tersebut
disebut parasit sekunder.
• Bila parasit sekunder ini terkena parasit lagi
disebut parasit tersier.
• Parasit sekunder dan parasit tersier disebut
sebagai hyperparasit.
2) Predator
• Predator yaitu binatang atau serangga yang
memangsa binatang atau serangga lain.
• Predator biasanya berukuran lebih besar dari
parasit dan perkembangannya lebih lama
inangnya.
• Predator tidak spesifik terhadap pemilihan
mangsa.
• Oleh karena itu predator adalah serangga atau
hewan lain yang memakan serangga hama
secara langsung.
• Untuk perkembangan larva menjadi dewasa
dibutuhkan banyak mangsa.
• Predator yang monophagous (mempunyai
satu inang) menggunakan serangga hama
sebagai makanan utamanya
• Predator seperti ini biasanya efektif tetapi
mempunyai kelemahan, yaitu apabila populasi
hama yang rnenjadi hama mangsanya
berkurang, biasanya predator tidak dapat
bertahan hidup lama.
• Pada umumnya predator tidak bersifat
monophagous, contoh: kumbang famili
Coccinellidae, belalang sembah dan lain
sebagainya.
3) Entomopatogen
• Entomopatogen dapat menimbulkan penyakit,
meliputi cendawan, bakteri, virus, nematoda
atau hewan mikro lainnya yang dapat
mempengaruhi kehidupan serangga hama.
• Entomopatogen sudah mulai dikembangkan
sebagai pestisida alami untuk mengendalikan
serangga hama.
• Sebagai contoh Bacillus thuringiensis sudah
diformulasikan dengan berbagai merek dagang.
• Bakteri ini akan menginfeksi larva sehingga tidak mau makan
dan akhirnya larva mati.
• Demikian pula dengan cendawan sudah dikembangkan untuk
mengendalikan serangga hama, seperti Metarhizium
anisopliae yang digunakan untuk mengendalikan larva
Oryctes rhinoceros.
• Entomopatogen lain seperti virus Nuclear Po1yhidrosis Virus
(NPV) yang mempunyai prospek cukup baik untuk
mengendalikan larva Lepidoptera, seperti ulat grayak.
4). Kompetitor
• Apabila terdapat jenis lain atau individu lain yang
kebutuhannya sama di suatu tempat yang sama maka
terjadi kompetisi.
• Kompetisi intraspesifik: terjadi antara spesies yang
sama.
• Kompetisi interspesifik : terjadi antara dua spesies atau
lebih krn setiap spesies membutuhkan makanan dan
habitat yg sama.
Contoh :
Nezara viridula vs Piezodorus sp.
Etiella sp. (Lepidoptera: Pyralidae) vs Heliothis sp. (Lep:
Noctuidae)
3. Faktor Makanan
• Faktor makanan sangat penting bagi
kehidupan serangga hama.
• Keberadaan faktor makanan akan dipengaruhi
oleh suhu, kelembaban, curah hujan dan
tindakan manusia.
• Pada musim hujan, orang banyak menanam
lahannya dengan berbagai tanaman.
• Apabila semua faktor lain sangat mendukung
perkembangan serangga maka pertambahan
populasi serangga akan sejalan dengan makin
bertambahnya makanan.
• Keadaan sebaliknya akan menurunkan
populasi serangga hama
• Hubungan faktor makanan dengan populasi serangga
itu disebut hubungan bertautan padat atau density
independent.
• Oleh karena itu faktor makanan dapat digunakan
untuk menekan populasi serangga hama, baik dalam
bentuk tidak menanami lahan pertanian dengan
tanaman yang merupakan makanan serangga hama,
bisa juga menanami lahan pertanian dengan
tanaman yang tidak disukai serangga hama tertentu
atau dengan tanaman resistens.
• Misal makin luasnya tanaman kelapa akan
meningkatkan, populasi Artona sp.
• Walaupun demikian Artona lebih menyukai
daun tua dan bukan daun muda yang baru
terbuka ataupun daun yang belum terbuka
kurang disukai.
• Walang sangit hanya menghisap butir padi
dalam keadaan matang susu.
• Jelaslah tersedianya kualitas makanan dalam
jumlah yang memadai akan meningkatkan
populasi hama dengan cepat.
• Hubunganantaraseranggahamadenganfaktor-faktorlingkungan
Faktorfisis
Patogen Makanan
Predator HAMA Parasitoid
Spesieslain
(kompetitor
Interaksi Hama dan Tanaman
• Interaksi antara tanaman dan hama dapat
dilihat dari aspek EKOLOGIS dan EKONOMIS.
• Dari sisi ekologi hubungan antara tanaman dan
hama merupakan interaksi yang saling
mengendalikan antara tanaman yang autotroph
dengan binatang HERBIVORA yang heterotroph
dalam suatu sistem trofi yang berjalan secara
EFISIEN dan berkesinambungan.
• Karena kemampuannya mengubah energi
surya menjadi energi biokimia melalui proses
fotosistesis tanaman menempati aras trofi
pertama sebagai PRODUSEN
• Energi pada tanaman digunakan oleh binatang
yang memakan tanaman (HERBIVORA) yang
menempati aras trofi kedua sebagai
KONSUMEN PERTAMA.
• Binatang karnivora memperoleh energinya
dengan memangsa herbivora sehingga
menempati aras trofi ketiga sebagai
KONSUMEN KEDUA, demikian seterusnya.
 5 tahapan terjadi atau tidak terjadinya
hubungan serangga hama dengan tanaman
inang:
1. Menemukan habitat inang melalui cara-cara
yang umumnya tidak ada kaitannya dengan
inang itu sendiri.
Rangsangan fisik (cahaya, angin, gaya tarik bumi,
suhu, dan kelembaban) membantu
mengarahkan serangga yang sedang terbang
pada tempat yang ada inangnya (habitat
inang).
2. Penemuan inang:
Untuk dapat menemukan inang kebanyakan
serangga hama mengandalkan sinyal visual
(warna, bentuk, dan ukuran) serta kimia
(aroma).
Penemuan jarak jauh umumnya melibatkan
warna, bentuk tanaman, atau bagian
tanaman inang, sedangkan penemuan jarak
dekat umumnya hanya melibatkan faktor
kimia
.
3. Pengenalan inang:
Pengenalan tanaman inang dilakukan melalui
kegiatan uji pecicipan.
Bila dirasakan sesuai maka kegiatan tersebut
akan dilanjutkan, dan jika sebaliknya maka
serangga akan berpaling ke tanaman lain
4. Penerimaan inang:
Jika senyawa kimia yang keluar dari sel tanaman
dirasa sesuai, maka kegiatan makan akan terus
berlanjut, yang kadang-kadang menimbulkan
kerusakan bagi tanaman inang yang sekaligus
menimbulkan kerugian bagi petani/pengusaha
tanaman.
5. Kesesuaian inang:
Ditentukan oleh nilai nutrisi yang tersedia
atau yang terkandung dalam tanaman
atau bagian tanaman inang serta tiadanya
toksin (racun) bagi serangga hama yang
bersangkutan.
 Dua faktor dari tanaman yang menentukan
terjadinya interaksi serangga hama dengan
tanaman inang,
1. Faktor morfologis; faktor ini biasanya
menyediakan rangsangan fisik sehingga serangga
hama tertarik atau tidak tertarik untuk
menghampirinya.
Contoh faktor ini antara lain ukuran, bentuk dan
warna daun, serta ada tidaknya sekresi kelenjar.
Rambut daun dan kekerasan jaringan dapat
membatasi pergerakan dan kegiatan makan
serangga.
2. Faktor fisiologis; faktor ini menyangkut
senyawa kimia hasil metabolisme tanaman.
• Senyawa primer merupakan senyawa yang terlibat
sebagai katalisator reaksi, pembentukan jaringan,
penyediaan sumber energi, semuanya berperan dalam
pertumbuhan dan reproduksi tanaman.
• Senyawa sekunder merupakan senyawa yang
peranannya tidak jelas dalam metabolisme tanaman,
tetapi diduga senyawa tersebut dihasilkan sebagai
mekanisme pertahanan diri terhadap serangan
serangga hama.
• Pemilihan tanaman inang oleh serangga hama
dipengaruhi baik oleh senyawa primer maupun
senyawa sekunder yang berfungsi sebagai tanda.

Contenu connexe

Tendances

PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
diana novitasari
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
Unhy Doel
 
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Jidun Cool
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
sumitrojait
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Issuchii Liescahyani
 
Pengujian vigor benih
Pengujian vigor benihPengujian vigor benih
Pengujian vigor benih
Unhy Doel
 
7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman
selona
 

Tendances (20)

PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
 
Ordo lepidoptera
Ordo lepidopteraOrdo lepidoptera
Ordo lepidoptera
 
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaLaporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMANLAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
 
Perbanyakan tanaman
Perbanyakan  tanamanPerbanyakan  tanaman
Perbanyakan tanaman
 
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah SeranggaSiklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
pengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayatipengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayati
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
 
Evapotranspirasi power point
Evapotranspirasi power pointEvapotranspirasi power point
Evapotranspirasi power point
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
Tanaman tomat
Tanaman tomatTanaman tomat
Tanaman tomat
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
 
Pengujian vigor benih
Pengujian vigor benihPengujian vigor benih
Pengujian vigor benih
 
7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman
 

En vedette

Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Ir. Zakaria, M.M
 
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanV. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
Hario Sadewo
 
Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)
Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)
Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)
Fadloli Akhmad
 
8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman
Alfie Kesturi
 
Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanian
Herry Mulyadie
 
Bab v diagnosis hama tanaman
Bab v  diagnosis hama tanamanBab v  diagnosis hama tanaman
Bab v diagnosis hama tanaman
Kustam Ktm
 
Studi Penyakit Busuk Hitam Bakteri Xanthomonas campestris (Xcc) pada Tanaman ...
Studi Penyakit Busuk Hitam Bakteri Xanthomonas campestris (Xcc) pada Tanaman ...Studi Penyakit Busuk Hitam Bakteri Xanthomonas campestris (Xcc) pada Tanaman ...
Studi Penyakit Busuk Hitam Bakteri Xanthomonas campestris (Xcc) pada Tanaman ...
Novayanti Simamora
 
Biology and physiology of Pomacea Canaliculata
Biology and physiology of Pomacea CanaliculataBiology and physiology of Pomacea Canaliculata
Biology and physiology of Pomacea Canaliculata
Xavier Chang
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
fahmiganteng
 

En vedette (16)

Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanV. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
 
Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)
Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)
Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)
 
8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman
 
Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanian
 
Bab v diagnosis hama tanaman
Bab v  diagnosis hama tanamanBab v  diagnosis hama tanaman
Bab v diagnosis hama tanaman
 
Biologi Hama Nezara viridula
Biologi Hama Nezara viridulaBiologi Hama Nezara viridula
Biologi Hama Nezara viridula
 
Studi Penyakit Busuk Hitam Bakteri Xanthomonas campestris (Xcc) pada Tanaman ...
Studi Penyakit Busuk Hitam Bakteri Xanthomonas campestris (Xcc) pada Tanaman ...Studi Penyakit Busuk Hitam Bakteri Xanthomonas campestris (Xcc) pada Tanaman ...
Studi Penyakit Busuk Hitam Bakteri Xanthomonas campestris (Xcc) pada Tanaman ...
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanaman
 
Hama & Penyakit Tanaman Tebu
Hama & Penyakit Tanaman TebuHama & Penyakit Tanaman Tebu
Hama & Penyakit Tanaman Tebu
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Biology and physiology of Pomacea Canaliculata
Biology and physiology of Pomacea CanaliculataBiology and physiology of Pomacea Canaliculata
Biology and physiology of Pomacea Canaliculata
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
 
Presentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakitPresentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakit
 
Pathology ppt
Pathology pptPathology ppt
Pathology ppt
 
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan PertanianPPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
 

Similaire à Iv. bioekologi hama tanaman Daslintan

Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hpt
fahmiganteng
 
Kelangsungan hidup organisme++
Kelangsungan hidup organisme++Kelangsungan hidup organisme++
Kelangsungan hidup organisme++
Nining Mtsnkra
 
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatpresentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
LuthfiNurFitriani
 
Kelompok 12 perkembangan makhluk hidup
Kelompok 12 perkembangan makhluk hidupKelompok 12 perkembangan makhluk hidup
Kelompok 12 perkembangan makhluk hidup
Nanda Reda
 
Bab 4 Kelangsungan Hidup Organisme
Bab 4 Kelangsungan Hidup OrganismeBab 4 Kelangsungan Hidup Organisme
Bab 4 Kelangsungan Hidup Organisme
Nining Mtsnkra
 

Similaire à Iv. bioekologi hama tanaman Daslintan (20)

Keanekaragaman organisme
Keanekaragaman organismeKeanekaragaman organisme
Keanekaragaman organisme
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hpt
 
Ekosistem
EkosistemEkosistem
Ekosistem
 
makalah biologi
makalah biologimakalah biologi
makalah biologi
 
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
 
PPT Perkuliahan Sesi 7.ppt
PPT Perkuliahan Sesi 7.pptPPT Perkuliahan Sesi 7.ppt
PPT Perkuliahan Sesi 7.ppt
 
Kelangsungan Hidup Organisme - P. Tri Nurcahyo, S.Si
Kelangsungan Hidup Organisme - P. Tri Nurcahyo, S.SiKelangsungan Hidup Organisme - P. Tri Nurcahyo, S.Si
Kelangsungan Hidup Organisme - P. Tri Nurcahyo, S.Si
 
Kelangsungan hidup organisme++
Kelangsungan hidup organisme++Kelangsungan hidup organisme++
Kelangsungan hidup organisme++
 
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatpresentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
 
Kelompok 12 perkembangan makhluk hidup
Kelompok 12 perkembangan makhluk hidupKelompok 12 perkembangan makhluk hidup
Kelompok 12 perkembangan makhluk hidup
 
MODUL INTERAKTIF - EKTOPARASIT.pdf
MODUL INTERAKTIF - EKTOPARASIT.pdfMODUL INTERAKTIF - EKTOPARASIT.pdf
MODUL INTERAKTIF - EKTOPARASIT.pdf
 
Ekosistem
EkosistemEkosistem
Ekosistem
 
Komponen ekosistem
Komponen ekosistemKomponen ekosistem
Komponen ekosistem
 
Pertumbuhan dan Perkembangan - P. Tri Nurcahyo, S.Si
Pertumbuhan dan Perkembangan - P. Tri Nurcahyo, S.SiPertumbuhan dan Perkembangan - P. Tri Nurcahyo, S.Si
Pertumbuhan dan Perkembangan - P. Tri Nurcahyo, S.Si
 
Bab 4 Kelangsungan Hidup Organisme
Bab 4 Kelangsungan Hidup OrganismeBab 4 Kelangsungan Hidup Organisme
Bab 4 Kelangsungan Hidup Organisme
 
Pengertian metamorphosis
Pengertian metamorphosisPengertian metamorphosis
Pengertian metamorphosis
 
Makhluk hidup dan Lingkungannya
Makhluk hidup dan LingkungannyaMakhluk hidup dan Lingkungannya
Makhluk hidup dan Lingkungannya
 
Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Protista
Protista Protista
Protista
 

Dernier

Dernier (10)

e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 

Iv. bioekologi hama tanaman Daslintan

  • 1. BIOEKOLOGI HAMA TANAMAN PERTUMBUHAN SERANGGA HAMA PERKEMBANGAN SERANGGA HAMA INTERAKSI TANAMAN DAN SERANGGA HAMA
  • 2. PERTUMBUHAN SERANGGA HAMA • Pertumbuhan ditandai dengan perubahan bentuk dan ukuran. • Ecdysis : proses pergantian kulit • Stadium : Lama waktu antara terjadinya pergantian kulit • Instar : bentuk serangga pada stadium tertentu
  • 3.  Metamorfosis : • Perubahan bentuk dan ukuran selama pertumbuhan pasca embrionik • Ada 4 tipe : 1. Ametabola 2. Paurometabola 3. Hemimetabola 4. Holometabola
  • 4. 1. Ametabola • Terjadi perubahan sedikit pada bentuk luar, kecuali ukurannya bertambah besar • Serangga muda hidup dalam satu habitat dan makanan yang sama dengan serangga dewasa. • Telur Nimfa Imago • Ex : Protura, Collembola, Thysanura.
  • 5.
  • 6. 2. Paurometabola (matamorfosis bertingkat) : • Ukuran bertambah besar pada setiap pergantian kulit • Munculnya bakal sayap dan alat genetalia luar. • Nimfa (serangga muda) hidup dalam habitat dan makanan yang sama dengan imagonya. • Telur Nimfa Imago • Ex : ordo Orthoptera, Hemiptera, Isoptera, Homoptera
  • 9. 3. Hemimetabola (metamorfosis tidak lengkap) • Habitat nimfa (akuatik ) beda dengan habitat imago (aerial). • Terjadi modifikasi pada nimfa seperti insang trakhea. • Telur Nimfa Imago • Ex : capung (Odonata)
  • 11. 4. Holometabola (metamorfosis lengkap): • Serangga muda disebut larva, bentuknya beda dengan imago. • Setelah larva ada tingkat pupa (kepompong) sebelum menjadi imago. • Telur Larva Pupa Imago • Ex : Lepidoptera, Coleoptera, Diptera
  • 12. Holometabola (metamorfosis lengkap): contoh : Ordo Coleoptera Imago Telur Larva I Larva II Larva III Pupa
  • 15. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN HAMA : 1. Faktor dalam : a.Kemampuan berkembang biak b.Perbandingan kelamin c.Sifat mempertahankan diri d.Daur hidup e.Umur Imago/serangga dewasa 2. Faktor luar : a.Faktor fisis : suhu, kelembaban, hujan, cahaya, angin, topografi b.Faktor makanan : kuantitas dan kualitas c.Faktor hayati : predator, parasit, patogen,kompetitor (intraspesifik dan interspesifik)
  • 16. FAKTOR DALAM a. Kemampuan berkembang biak contoh: - Penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata) dapat bertelur rata-rata 150 butir, maksimal 420 butir - Kumbang beras (Sitophilus oryzae) betina dapat menghasilkan telur maksimal 575 butir.
  • 17.  Kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh: 1. Kecepatan berkembang biak, tergantung lamanya siklus hidup 2. Keperidian (natalitas) dan kesuburan (fertilitas)
  • 18. b. Perbandingan Kelamin  Jumlah betina lebih banyak drpd jantan diharapkan akan menghasilkan keturunan berikutnya lebih banyak dibandingkan dg yg memiliki perbandingan kelamin sebaliknya.  Contoh: Scirpophaga innotata (2:1) Aspidiotus destructor (3: 1)  Perbandingan kelamin dipengaruhi oleh sifat dalam dan luar antara lain keadaan musim dan kepadatan populasi
  • 19. c. Sifat mempertahankan diri Ulat melindungi diri dengan bulu Walangsangit mengeluarkan bau Beberapa ulat memiliki mata palsu utk mengelabui musuh Kupu mempunyai warna mirip dengan tempat hinggapnya
  • 24. d. Daur Hidup • Suatu rangkaian kehidupan yg dimulai sejak terjadinya pembuahan antara sperma dan telur, dan berakhir hingga serangga menjadi dewasa dan siap berkembangbiak  Metamorfosa sempurna: telur – larva – pupa – imago contoh: Crocidolomia binotalis (22 – 30 hari)  Metamorfosa sederhana: telur – nimfa- imago contoh: Nilaparvata lugens ( 21 -28 hari)
  • 25. e. Umur imago • Serangga mempunyai umur imago pendek. • Contoh:  Nilaparvata lugens : 10 hari  Scirpophaga innotata: 4 – 14 hari  Sitophilus oryzae : 3 – 5 bulan
  • 26. FAKTOR LUAR : Merupakan faktor yang berhubungan dengan lingkungan tempat hidup serangga. Terdapat tiga faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan hama, yaitu faktor abiotik, biotik, dan makanan. a. Faktor abiotik : suhu, kelembaban, hujan, cahaya, angin, topografi b.Faktor biotik: predator, parasit, patogen,kompetitor (intraspesifik dan interspesifik) c. Faktor makanan : kuantitas dan kualitas
  • 27. a. Faktor Abiotik 1) Suhu/Temperatur •Serangga memiliki kisaran suhu tertentu untuk kehidupannya. •Diluar kisaran suhu tersebut serangga dapat mengalami kematian.
  • 28. • Efek ini terlihat pada proses fisiologis serangga, dimana pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi dan akan berkurang (menurun) pada suhu yang lain. • Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah 15ºC (suhu minimum), 25ºC suhu optimum dan 45ºC (suhu maksimum). • Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk melahirkan keturunan akan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit .
  • 29. 2) Kelembaban Udara • Kelembaban udara mempengaruhi kehidupan serangga langsung atau tidak langsung. • Serangga yang hidup di lingkungan yang kering mempunyai cara tersendiri untuk mengefisienkan penggunaan air seperti menyerap kembali air yang terdapat pada feces yang akan dibuang dan menggunakan kembali air metabolik tersebut, contohnya serangga rayap.
  • 30. • Karena itu kelembaban harus dilihat sebagai keadaan lingkungan dan kelembaban sebagai bahan yang dibutuhkan organisme untuk melangsungkan proses fisiologis dalam tubuh. • Sebagai unsur lingkungan, kelembaban sangat menonjol sebagai faktor modifikasi suhu lewat reduksi evapotranspirasi. • Selanjutnya tidak ada organisme yang dapat hidup tanpa air karena sebagian besar jaringan tubuh dan kesempurnaan seluruh proses vital dalam tubuh akan membutuhkan air.
  • 31. • Serangga akan selalu mengkonsumsi air dari lingkungannya dan sebaliknya secara terus menerus akan melepaskan air tubuhnya melalui proses penguapan dan ekskresi. • Dalam hal ini kebutuhan air bagi serangga sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya terutama kelembaban udara. • Beberapa penelitian mengenai beberapa ketahanan serangga terhadap kekeringan menunjukkan korelasi yang tinggi dengan keadaan lembab tempat hidupnya.
  • 32. • Secara umum kelembaban udara dapat mempengaruhi pembiakan, pertumbuhan, perkembangan dan keaktifan serangga baik langsung maupun tidak langsung. • Kemampuan serangga bertahan terhadap keadaan kelembaban udara sekitarnya sangat berbeda menurut jenisnya. • Dalam hal ini kisaran toleransi terhadap kelembaban udara berubah untuk setiap spesies maupun stadia perkembangannya, tetapi kisaran toleransi ini tidak jelas seperti pada suhu.
  • 33. • Bagi serangga pada umumnya kisaran toleransi terhadap kelembaban udara yang optimum terletak didalam titik maksimum 73-100 persen • Cuaca yang lembab merangsang pertumbuhan populasi, sedang cuaca yang sangat kering atau keadaan yang banyak hujan menghambat pertumbuhan tersebut. • Kebanyakan air, seperti banjir dan hujan lebat merupakan bahaya bagi kehidupan beberapa jenis serangga, termasuk juga berbagai jenis kupu-kupu yang sedang beterbangan, serta dapat menghanyutkan larva yang baru menetas.
  • 34. 3). Hujan • Pengaruh hujan pada kehidupan serangga bisa bersifat langsung secara mekanik atau secara tidak langsung terhadap keadaan udara dan tanah. • Hujan secara langsung dapat mempengaruhi populasi serangga hama. • Apabila hujan besar serangga hama banyak yang mati, berpengaruh terutama pada pertumbuhan dan keaktifan serangga. • Unsur yang penting dalam analisis hujan adalah curah hujan, jumlah hari dan kelebatan hujan.
  • 35. • Pengaruh mekanik dimaksudkan sebagai hentakan butir hujan pada serangga atau pada tempat hidupnya • Pada kutu daun berada di bagian batang yang tidak terlindungi hujan. • Hujan yang sangat lebat dapat mengakibatkan banyak kutu daun yang jatuh kemudian mati sehingga menyebabkan berkurangnya populasi dalam besaran yang cukup berarti.
  • 36. • Sebaran hujan disepanjang tahun di suatu tempat memiliki pola tertentu • Sebaran tersebut menunjukkan panjang pendeknya periode hujan dengan curah hujan banyak (bulan basah) dan periodik bulan dengan curah hujan sedikit (bulan kering). • Keadaan kelembaban udara dan tanah yang berbeda antara periode bulan basah dan bulan kering dapat meningkatkan, menghambat, atau merangsang kehidupan serangga
  • 37. 4). Angin • Angin dapat berpengaruh secara langsung terhadap kelembaban dan proses penguapan badan serangga dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu serangga dari tempat yang satu ke tempat lainnya. • Baik memiliki ukuran sayap besar maupun yang kecil, dapat membawa beberapa ratus meter di udara bahkan ribuan kilometer. • Angin mempengaruhi mobilitas serangga. Serangga kecil mobilitasnya dipengaruhi oleh angin, artinya serangga yang demikian dapat terbawa sejauh mungkin oleh gerakan angin.
  • 38. 5. Cahaya, Warna, dan Bau • Cahaya adalah faktor ekologi yang besar pengaruhnya bagi serangga, diantaranya lamanya hidup, cara bertelur, dan berubahnya arah terbang. • Banyak jenis serangga yang memilki reaksi positif terhadap cahaya dan tertarik oleh sesuatu warna, misalnya oleh warna kuning atau hijau.
  • 39. • Beberapa jenis serangga diantaranya mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap suatu warna dan bau, misalnya terhadap warna-warna bunga. Akan tetapi ada juga yang tidak menyukai bau tertentu . • Sumber cahaya dan panas yang utama di alam adalah radiasi surya. • Radiasi dalam hal ini radiasi langsung yang bersumber dari surya dan radiasi baur yang berasal dari atmosfir secara keseluruhan.
  • 40. • Untuk menjelaskan sifat radiasi di bedakan antara panjang gelombang cahaya dan intensitas cahaya atau radiasi • Pengaruh cahaya terhadap perilaku serangga berbeda antara serangga yang aktif siang hari dengan yang aktif pada malam hari. • Pada siang hari keaktifan serangga dirangsang oleh keadaan intensitas maupun panjang gelombang cahaya di sekitarnya. • Sebaliknya ada serangga pada keadaan cahaya tertentu justru menghambat keaktifannya. .
  • 41. • Pada umumnya radiasi yang berpengaruh terhadap serangga adalah radiasi infra merah, dalam hal ini berpengaruh untuk memanaskan tubuh serangga.
  • 42. b. Faktor Biotik • Komponen terpenting dari faktor biotik adalah 1. parasitoid, 2. predator, 3. entomopatogen. 4. kompetitor 1) Parasitoid • Parasitoid berukuran kecil dan mempunyai waktu perkembangan lebih pendek dari inangnya dengan cara menumpang hidup pada atau di dalam tubuh serangga hama.
  • 43. • Dalam tubuh host/inang tersebut, parasitoid mengisap cairan tubuh atau memakan jaringan bagian dalam tubuh inang. • Parasitoid yang hidup di dalam tubuh inang disebut endoparasitoid dan yang menempel di luar tubuh inang disebut ektoparasitoid. • Parasitoid umumnya mempunyai inang yang lebih spesifik, sehingga dalam keadaan tertentu parasitoid lebih efektif mengendalikan hama. • Kelemahan dari parasitoid itu karena adanya parasitoid tertentu yang dapat terkena parasit lagi oleh parasitoid lain.
  • 44. • Kejadian seperti diatas disebut hiperparasitisme dan parasitoid lain tersebut disebut parasit sekunder. • Bila parasit sekunder ini terkena parasit lagi disebut parasit tersier. • Parasit sekunder dan parasit tersier disebut sebagai hyperparasit. 2) Predator • Predator yaitu binatang atau serangga yang memangsa binatang atau serangga lain.
  • 45. • Predator biasanya berukuran lebih besar dari parasit dan perkembangannya lebih lama inangnya. • Predator tidak spesifik terhadap pemilihan mangsa. • Oleh karena itu predator adalah serangga atau hewan lain yang memakan serangga hama secara langsung. • Untuk perkembangan larva menjadi dewasa dibutuhkan banyak mangsa.
  • 46. • Predator yang monophagous (mempunyai satu inang) menggunakan serangga hama sebagai makanan utamanya • Predator seperti ini biasanya efektif tetapi mempunyai kelemahan, yaitu apabila populasi hama yang rnenjadi hama mangsanya berkurang, biasanya predator tidak dapat bertahan hidup lama. • Pada umumnya predator tidak bersifat monophagous, contoh: kumbang famili Coccinellidae, belalang sembah dan lain sebagainya.
  • 47. 3) Entomopatogen • Entomopatogen dapat menimbulkan penyakit, meliputi cendawan, bakteri, virus, nematoda atau hewan mikro lainnya yang dapat mempengaruhi kehidupan serangga hama. • Entomopatogen sudah mulai dikembangkan sebagai pestisida alami untuk mengendalikan serangga hama.
  • 48. • Sebagai contoh Bacillus thuringiensis sudah diformulasikan dengan berbagai merek dagang. • Bakteri ini akan menginfeksi larva sehingga tidak mau makan dan akhirnya larva mati. • Demikian pula dengan cendawan sudah dikembangkan untuk mengendalikan serangga hama, seperti Metarhizium anisopliae yang digunakan untuk mengendalikan larva Oryctes rhinoceros. • Entomopatogen lain seperti virus Nuclear Po1yhidrosis Virus (NPV) yang mempunyai prospek cukup baik untuk mengendalikan larva Lepidoptera, seperti ulat grayak.
  • 49. 4). Kompetitor • Apabila terdapat jenis lain atau individu lain yang kebutuhannya sama di suatu tempat yang sama maka terjadi kompetisi. • Kompetisi intraspesifik: terjadi antara spesies yang sama. • Kompetisi interspesifik : terjadi antara dua spesies atau lebih krn setiap spesies membutuhkan makanan dan habitat yg sama. Contoh : Nezara viridula vs Piezodorus sp. Etiella sp. (Lepidoptera: Pyralidae) vs Heliothis sp. (Lep: Noctuidae)
  • 50. 3. Faktor Makanan • Faktor makanan sangat penting bagi kehidupan serangga hama. • Keberadaan faktor makanan akan dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, curah hujan dan tindakan manusia. • Pada musim hujan, orang banyak menanam lahannya dengan berbagai tanaman. • Apabila semua faktor lain sangat mendukung perkembangan serangga maka pertambahan populasi serangga akan sejalan dengan makin bertambahnya makanan.
  • 51. • Keadaan sebaliknya akan menurunkan populasi serangga hama • Hubungan faktor makanan dengan populasi serangga itu disebut hubungan bertautan padat atau density independent. • Oleh karena itu faktor makanan dapat digunakan untuk menekan populasi serangga hama, baik dalam bentuk tidak menanami lahan pertanian dengan tanaman yang merupakan makanan serangga hama, bisa juga menanami lahan pertanian dengan tanaman yang tidak disukai serangga hama tertentu atau dengan tanaman resistens.
  • 52. • Misal makin luasnya tanaman kelapa akan meningkatkan, populasi Artona sp. • Walaupun demikian Artona lebih menyukai daun tua dan bukan daun muda yang baru terbuka ataupun daun yang belum terbuka kurang disukai. • Walang sangit hanya menghisap butir padi dalam keadaan matang susu. • Jelaslah tersedianya kualitas makanan dalam jumlah yang memadai akan meningkatkan populasi hama dengan cepat.
  • 54. Interaksi Hama dan Tanaman • Interaksi antara tanaman dan hama dapat dilihat dari aspek EKOLOGIS dan EKONOMIS. • Dari sisi ekologi hubungan antara tanaman dan hama merupakan interaksi yang saling mengendalikan antara tanaman yang autotroph dengan binatang HERBIVORA yang heterotroph dalam suatu sistem trofi yang berjalan secara EFISIEN dan berkesinambungan.
  • 55. • Karena kemampuannya mengubah energi surya menjadi energi biokimia melalui proses fotosistesis tanaman menempati aras trofi pertama sebagai PRODUSEN • Energi pada tanaman digunakan oleh binatang yang memakan tanaman (HERBIVORA) yang menempati aras trofi kedua sebagai KONSUMEN PERTAMA. • Binatang karnivora memperoleh energinya dengan memangsa herbivora sehingga menempati aras trofi ketiga sebagai KONSUMEN KEDUA, demikian seterusnya.
  • 56.  5 tahapan terjadi atau tidak terjadinya hubungan serangga hama dengan tanaman inang: 1. Menemukan habitat inang melalui cara-cara yang umumnya tidak ada kaitannya dengan inang itu sendiri. Rangsangan fisik (cahaya, angin, gaya tarik bumi, suhu, dan kelembaban) membantu mengarahkan serangga yang sedang terbang pada tempat yang ada inangnya (habitat inang).
  • 57. 2. Penemuan inang: Untuk dapat menemukan inang kebanyakan serangga hama mengandalkan sinyal visual (warna, bentuk, dan ukuran) serta kimia (aroma). Penemuan jarak jauh umumnya melibatkan warna, bentuk tanaman, atau bagian tanaman inang, sedangkan penemuan jarak dekat umumnya hanya melibatkan faktor kimia .
  • 58. 3. Pengenalan inang: Pengenalan tanaman inang dilakukan melalui kegiatan uji pecicipan. Bila dirasakan sesuai maka kegiatan tersebut akan dilanjutkan, dan jika sebaliknya maka serangga akan berpaling ke tanaman lain 4. Penerimaan inang: Jika senyawa kimia yang keluar dari sel tanaman dirasa sesuai, maka kegiatan makan akan terus berlanjut, yang kadang-kadang menimbulkan kerusakan bagi tanaman inang yang sekaligus menimbulkan kerugian bagi petani/pengusaha tanaman.
  • 59. 5. Kesesuaian inang: Ditentukan oleh nilai nutrisi yang tersedia atau yang terkandung dalam tanaman atau bagian tanaman inang serta tiadanya toksin (racun) bagi serangga hama yang bersangkutan.
  • 60.  Dua faktor dari tanaman yang menentukan terjadinya interaksi serangga hama dengan tanaman inang, 1. Faktor morfologis; faktor ini biasanya menyediakan rangsangan fisik sehingga serangga hama tertarik atau tidak tertarik untuk menghampirinya. Contoh faktor ini antara lain ukuran, bentuk dan warna daun, serta ada tidaknya sekresi kelenjar. Rambut daun dan kekerasan jaringan dapat membatasi pergerakan dan kegiatan makan serangga.
  • 61. 2. Faktor fisiologis; faktor ini menyangkut senyawa kimia hasil metabolisme tanaman. • Senyawa primer merupakan senyawa yang terlibat sebagai katalisator reaksi, pembentukan jaringan, penyediaan sumber energi, semuanya berperan dalam pertumbuhan dan reproduksi tanaman. • Senyawa sekunder merupakan senyawa yang peranannya tidak jelas dalam metabolisme tanaman, tetapi diduga senyawa tersebut dihasilkan sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap serangan serangga hama. • Pemilihan tanaman inang oleh serangga hama dipengaruhi baik oleh senyawa primer maupun senyawa sekunder yang berfungsi sebagai tanda.