2. PERTUMBUHAN SERANGGA HAMA
• Pertumbuhan ditandai dengan perubahan
bentuk dan ukuran.
• Ecdysis : proses pergantian kulit
• Stadium : Lama waktu antara terjadinya
pergantian kulit
• Instar : bentuk serangga pada stadium
tertentu
3. Metamorfosis :
• Perubahan bentuk dan ukuran selama
pertumbuhan pasca embrionik
• Ada 4 tipe :
1. Ametabola
2. Paurometabola
3. Hemimetabola
4. Holometabola
4. 1. Ametabola
• Terjadi perubahan sedikit pada bentuk
luar, kecuali ukurannya bertambah besar
• Serangga muda hidup dalam satu habitat
dan makanan yang sama dengan serangga
dewasa.
• Telur Nimfa Imago
• Ex : Protura, Collembola, Thysanura.
5.
6. 2. Paurometabola (matamorfosis bertingkat) :
• Ukuran bertambah besar pada setiap
pergantian kulit
• Munculnya bakal sayap dan alat genetalia
luar.
• Nimfa (serangga muda) hidup dalam
habitat dan makanan yang sama dengan
imagonya.
• Telur Nimfa Imago
• Ex : ordo Orthoptera, Hemiptera, Isoptera,
Homoptera
9. 3. Hemimetabola (metamorfosis tidak
lengkap)
• Habitat nimfa (akuatik ) beda dengan
habitat imago (aerial).
• Terjadi modifikasi pada nimfa seperti
insang trakhea.
• Telur Nimfa Imago
• Ex : capung (Odonata)
11. 4. Holometabola (metamorfosis lengkap):
• Serangga muda disebut larva, bentuknya
beda dengan imago.
• Setelah larva ada tingkat pupa
(kepompong) sebelum menjadi imago.
• Telur Larva Pupa Imago
• Ex : Lepidoptera, Coleoptera, Diptera
15. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN HAMA :
1. Faktor dalam :
a.Kemampuan berkembang biak
b.Perbandingan kelamin
c.Sifat mempertahankan diri
d.Daur hidup
e.Umur Imago/serangga dewasa
2. Faktor luar :
a.Faktor fisis : suhu, kelembaban, hujan, cahaya, angin,
topografi
b.Faktor makanan : kuantitas dan kualitas
c.Faktor hayati : predator, parasit, patogen,kompetitor
(intraspesifik dan interspesifik)
16. FAKTOR DALAM
a. Kemampuan berkembang biak
contoh:
- Penggerek batang padi putih (Scirpophaga
innotata) dapat bertelur rata-rata 150 butir,
maksimal 420 butir
- Kumbang beras (Sitophilus oryzae) betina
dapat menghasilkan telur maksimal 575
butir.
17. Kemampuan berkembang biak dipengaruhi
oleh:
1. Kecepatan berkembang biak, tergantung
lamanya siklus hidup
2. Keperidian (natalitas) dan kesuburan
(fertilitas)
18. b. Perbandingan Kelamin
Jumlah betina lebih banyak drpd jantan
diharapkan akan menghasilkan keturunan
berikutnya lebih banyak dibandingkan dg
yg memiliki perbandingan kelamin
sebaliknya.
Contoh: Scirpophaga innotata (2:1)
Aspidiotus destructor (3: 1)
Perbandingan kelamin dipengaruhi oleh
sifat dalam dan luar antara lain keadaan
musim dan kepadatan populasi
19. c. Sifat mempertahankan diri
Ulat melindungi diri dengan bulu
Walangsangit mengeluarkan bau
Beberapa ulat memiliki mata palsu utk
mengelabui musuh
Kupu mempunyai warna mirip dengan
tempat hinggapnya
24. d. Daur Hidup
• Suatu rangkaian kehidupan yg dimulai sejak
terjadinya pembuahan antara sperma dan
telur, dan berakhir hingga serangga menjadi
dewasa dan siap berkembangbiak
Metamorfosa sempurna: telur – larva – pupa
– imago
contoh: Crocidolomia binotalis (22 – 30 hari)
Metamorfosa sederhana: telur – nimfa-
imago
contoh: Nilaparvata lugens ( 21 -28 hari)
25. e. Umur imago
• Serangga mempunyai umur imago pendek.
• Contoh:
Nilaparvata lugens : 10 hari
Scirpophaga innotata: 4 – 14 hari
Sitophilus oryzae : 3 – 5 bulan
26. FAKTOR LUAR :
Merupakan faktor yang berhubungan dengan
lingkungan tempat hidup serangga.
Terdapat tiga faktor eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan hama, yaitu faktor
abiotik, biotik, dan makanan.
a. Faktor abiotik : suhu, kelembaban, hujan, cahaya,
angin, topografi
b.Faktor biotik: predator, parasit,
patogen,kompetitor (intraspesifik dan
interspesifik)
c. Faktor makanan : kuantitas dan kualitas
27. a. Faktor Abiotik
1) Suhu/Temperatur
•Serangga memiliki kisaran suhu tertentu untuk
kehidupannya.
•Diluar kisaran suhu tersebut serangga dapat
mengalami kematian.
28. • Efek ini terlihat pada proses fisiologis
serangga, dimana pada suhu tertentu aktivitas
serangga tinggi dan akan berkurang (menurun)
pada suhu yang lain.
• Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah
15ºC (suhu minimum), 25ºC suhu optimum
dan 45ºC (suhu maksimum).
• Pada suhu yang optimum kemampuan
serangga untuk melahirkan keturunan akan
besar dan kematian (mortalitas) sebelum
batas umur akan sedikit .
29. 2) Kelembaban Udara
• Kelembaban udara mempengaruhi kehidupan
serangga langsung atau tidak langsung.
• Serangga yang hidup di lingkungan yang
kering mempunyai cara tersendiri untuk
mengefisienkan penggunaan air seperti
menyerap kembali air yang terdapat pada
feces yang akan dibuang dan menggunakan
kembali air metabolik tersebut, contohnya
serangga rayap.
30. • Karena itu kelembaban harus dilihat sebagai
keadaan lingkungan dan kelembaban sebagai
bahan yang dibutuhkan organisme untuk
melangsungkan proses fisiologis dalam tubuh.
• Sebagai unsur lingkungan, kelembaban sangat
menonjol sebagai faktor modifikasi suhu lewat
reduksi evapotranspirasi.
• Selanjutnya tidak ada organisme yang dapat
hidup tanpa air karena sebagian besar
jaringan tubuh dan kesempurnaan seluruh
proses vital dalam tubuh akan membutuhkan
air.
31. • Serangga akan selalu mengkonsumsi air dari
lingkungannya dan sebaliknya secara terus
menerus akan melepaskan air tubuhnya
melalui proses penguapan dan ekskresi.
• Dalam hal ini kebutuhan air bagi serangga
sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya
terutama kelembaban udara.
• Beberapa penelitian mengenai beberapa
ketahanan serangga terhadap kekeringan
menunjukkan korelasi yang tinggi dengan
keadaan lembab tempat hidupnya.
32. • Secara umum kelembaban udara dapat
mempengaruhi pembiakan, pertumbuhan,
perkembangan dan keaktifan serangga baik
langsung maupun tidak langsung.
• Kemampuan serangga bertahan terhadap
keadaan kelembaban udara sekitarnya sangat
berbeda menurut jenisnya.
• Dalam hal ini kisaran toleransi terhadap
kelembaban udara berubah untuk setiap
spesies maupun stadia perkembangannya,
tetapi kisaran toleransi ini tidak jelas seperti
pada suhu.
33. • Bagi serangga pada umumnya kisaran toleransi
terhadap kelembaban udara yang optimum terletak
didalam titik maksimum 73-100 persen
• Cuaca yang lembab merangsang pertumbuhan
populasi, sedang cuaca yang sangat kering atau
keadaan yang banyak hujan menghambat
pertumbuhan tersebut.
• Kebanyakan air, seperti banjir dan hujan lebat
merupakan bahaya bagi kehidupan beberapa jenis
serangga, termasuk juga berbagai jenis kupu-kupu
yang sedang beterbangan, serta dapat
menghanyutkan larva yang baru menetas.
34. 3). Hujan
• Pengaruh hujan pada kehidupan serangga bisa
bersifat langsung secara mekanik atau secara
tidak langsung terhadap keadaan udara dan
tanah.
• Hujan secara langsung dapat mempengaruhi
populasi serangga hama.
• Apabila hujan besar serangga hama banyak yang
mati, berpengaruh terutama pada pertumbuhan
dan keaktifan serangga.
• Unsur yang penting dalam analisis hujan adalah
curah hujan, jumlah hari dan kelebatan hujan.
35. • Pengaruh mekanik dimaksudkan sebagai
hentakan butir hujan pada serangga atau
pada tempat hidupnya
• Pada kutu daun berada di bagian batang yang
tidak terlindungi hujan.
• Hujan yang sangat lebat dapat mengakibatkan
banyak kutu daun yang jatuh kemudian mati
sehingga menyebabkan berkurangnya
populasi dalam besaran yang cukup berarti.
36. • Sebaran hujan disepanjang tahun di suatu
tempat memiliki pola tertentu
• Sebaran tersebut menunjukkan panjang
pendeknya periode hujan dengan curah hujan
banyak (bulan basah) dan periodik bulan
dengan curah hujan sedikit (bulan kering).
• Keadaan kelembaban udara dan tanah yang
berbeda antara periode bulan basah dan
bulan kering dapat meningkatkan,
menghambat, atau merangsang kehidupan
serangga
37. 4). Angin
• Angin dapat berpengaruh secara langsung terhadap
kelembaban dan proses penguapan badan serangga
dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu
serangga dari tempat yang satu ke tempat lainnya.
• Baik memiliki ukuran sayap besar maupun yang kecil,
dapat membawa beberapa ratus meter di udara
bahkan ribuan kilometer.
• Angin mempengaruhi mobilitas serangga. Serangga
kecil mobilitasnya dipengaruhi oleh angin, artinya
serangga yang demikian dapat terbawa sejauh
mungkin oleh gerakan angin.
38. 5. Cahaya, Warna, dan Bau
• Cahaya adalah faktor ekologi yang besar
pengaruhnya bagi serangga, diantaranya
lamanya hidup, cara bertelur, dan berubahnya
arah terbang.
• Banyak jenis serangga yang memilki reaksi
positif terhadap cahaya dan tertarik oleh
sesuatu warna, misalnya oleh warna kuning
atau hijau.
39. • Beberapa jenis serangga diantaranya
mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap
suatu warna dan bau, misalnya terhadap
warna-warna bunga. Akan tetapi ada juga
yang tidak menyukai bau tertentu .
• Sumber cahaya dan panas yang utama di alam
adalah radiasi surya.
• Radiasi dalam hal ini radiasi langsung yang
bersumber dari surya dan radiasi baur yang
berasal dari atmosfir secara keseluruhan.
40. • Untuk menjelaskan sifat radiasi di bedakan
antara panjang gelombang cahaya dan
intensitas cahaya atau radiasi
• Pengaruh cahaya terhadap perilaku serangga
berbeda antara serangga yang aktif siang hari
dengan yang aktif pada malam hari.
• Pada siang hari keaktifan serangga dirangsang
oleh keadaan intensitas maupun panjang
gelombang cahaya di sekitarnya.
• Sebaliknya ada serangga pada keadaan cahaya
tertentu justru menghambat keaktifannya.
.
41. • Pada umumnya radiasi yang berpengaruh
terhadap serangga adalah radiasi infra
merah, dalam hal ini berpengaruh untuk
memanaskan tubuh serangga.
42. b. Faktor Biotik
• Komponen terpenting dari faktor biotik adalah
1. parasitoid,
2. predator,
3. entomopatogen.
4. kompetitor
1) Parasitoid
• Parasitoid berukuran kecil dan mempunyai
waktu perkembangan lebih pendek dari
inangnya dengan cara menumpang hidup
pada atau di dalam tubuh serangga hama.
43. • Dalam tubuh host/inang tersebut, parasitoid
mengisap cairan tubuh atau memakan
jaringan bagian dalam tubuh inang.
• Parasitoid yang hidup di dalam tubuh inang
disebut endoparasitoid dan yang menempel di
luar tubuh inang disebut ektoparasitoid.
• Parasitoid umumnya mempunyai inang yang
lebih spesifik, sehingga dalam keadaan
tertentu parasitoid lebih efektif
mengendalikan hama.
• Kelemahan dari parasitoid itu karena adanya
parasitoid tertentu yang dapat terkena parasit
lagi oleh parasitoid lain.
44. • Kejadian seperti diatas disebut
hiperparasitisme dan parasitoid lain tersebut
disebut parasit sekunder.
• Bila parasit sekunder ini terkena parasit lagi
disebut parasit tersier.
• Parasit sekunder dan parasit tersier disebut
sebagai hyperparasit.
2) Predator
• Predator yaitu binatang atau serangga yang
memangsa binatang atau serangga lain.
45. • Predator biasanya berukuran lebih besar dari
parasit dan perkembangannya lebih lama
inangnya.
• Predator tidak spesifik terhadap pemilihan
mangsa.
• Oleh karena itu predator adalah serangga atau
hewan lain yang memakan serangga hama
secara langsung.
• Untuk perkembangan larva menjadi dewasa
dibutuhkan banyak mangsa.
46. • Predator yang monophagous (mempunyai
satu inang) menggunakan serangga hama
sebagai makanan utamanya
• Predator seperti ini biasanya efektif tetapi
mempunyai kelemahan, yaitu apabila populasi
hama yang rnenjadi hama mangsanya
berkurang, biasanya predator tidak dapat
bertahan hidup lama.
• Pada umumnya predator tidak bersifat
monophagous, contoh: kumbang famili
Coccinellidae, belalang sembah dan lain
sebagainya.
47. 3) Entomopatogen
• Entomopatogen dapat menimbulkan penyakit,
meliputi cendawan, bakteri, virus, nematoda
atau hewan mikro lainnya yang dapat
mempengaruhi kehidupan serangga hama.
• Entomopatogen sudah mulai dikembangkan
sebagai pestisida alami untuk mengendalikan
serangga hama.
48. • Sebagai contoh Bacillus thuringiensis sudah
diformulasikan dengan berbagai merek dagang.
• Bakteri ini akan menginfeksi larva sehingga tidak mau makan
dan akhirnya larva mati.
• Demikian pula dengan cendawan sudah dikembangkan untuk
mengendalikan serangga hama, seperti Metarhizium
anisopliae yang digunakan untuk mengendalikan larva
Oryctes rhinoceros.
• Entomopatogen lain seperti virus Nuclear Po1yhidrosis Virus
(NPV) yang mempunyai prospek cukup baik untuk
mengendalikan larva Lepidoptera, seperti ulat grayak.
49. 4). Kompetitor
• Apabila terdapat jenis lain atau individu lain yang
kebutuhannya sama di suatu tempat yang sama maka
terjadi kompetisi.
• Kompetisi intraspesifik: terjadi antara spesies yang
sama.
• Kompetisi interspesifik : terjadi antara dua spesies atau
lebih krn setiap spesies membutuhkan makanan dan
habitat yg sama.
Contoh :
Nezara viridula vs Piezodorus sp.
Etiella sp. (Lepidoptera: Pyralidae) vs Heliothis sp. (Lep:
Noctuidae)
50. 3. Faktor Makanan
• Faktor makanan sangat penting bagi
kehidupan serangga hama.
• Keberadaan faktor makanan akan dipengaruhi
oleh suhu, kelembaban, curah hujan dan
tindakan manusia.
• Pada musim hujan, orang banyak menanam
lahannya dengan berbagai tanaman.
• Apabila semua faktor lain sangat mendukung
perkembangan serangga maka pertambahan
populasi serangga akan sejalan dengan makin
bertambahnya makanan.
51. • Keadaan sebaliknya akan menurunkan
populasi serangga hama
• Hubungan faktor makanan dengan populasi serangga
itu disebut hubungan bertautan padat atau density
independent.
• Oleh karena itu faktor makanan dapat digunakan
untuk menekan populasi serangga hama, baik dalam
bentuk tidak menanami lahan pertanian dengan
tanaman yang merupakan makanan serangga hama,
bisa juga menanami lahan pertanian dengan
tanaman yang tidak disukai serangga hama tertentu
atau dengan tanaman resistens.
52. • Misal makin luasnya tanaman kelapa akan
meningkatkan, populasi Artona sp.
• Walaupun demikian Artona lebih menyukai
daun tua dan bukan daun muda yang baru
terbuka ataupun daun yang belum terbuka
kurang disukai.
• Walang sangit hanya menghisap butir padi
dalam keadaan matang susu.
• Jelaslah tersedianya kualitas makanan dalam
jumlah yang memadai akan meningkatkan
populasi hama dengan cepat.
54. Interaksi Hama dan Tanaman
• Interaksi antara tanaman dan hama dapat
dilihat dari aspek EKOLOGIS dan EKONOMIS.
• Dari sisi ekologi hubungan antara tanaman dan
hama merupakan interaksi yang saling
mengendalikan antara tanaman yang autotroph
dengan binatang HERBIVORA yang heterotroph
dalam suatu sistem trofi yang berjalan secara
EFISIEN dan berkesinambungan.
55. • Karena kemampuannya mengubah energi
surya menjadi energi biokimia melalui proses
fotosistesis tanaman menempati aras trofi
pertama sebagai PRODUSEN
• Energi pada tanaman digunakan oleh binatang
yang memakan tanaman (HERBIVORA) yang
menempati aras trofi kedua sebagai
KONSUMEN PERTAMA.
• Binatang karnivora memperoleh energinya
dengan memangsa herbivora sehingga
menempati aras trofi ketiga sebagai
KONSUMEN KEDUA, demikian seterusnya.
56. 5 tahapan terjadi atau tidak terjadinya
hubungan serangga hama dengan tanaman
inang:
1. Menemukan habitat inang melalui cara-cara
yang umumnya tidak ada kaitannya dengan
inang itu sendiri.
Rangsangan fisik (cahaya, angin, gaya tarik bumi,
suhu, dan kelembaban) membantu
mengarahkan serangga yang sedang terbang
pada tempat yang ada inangnya (habitat
inang).
57. 2. Penemuan inang:
Untuk dapat menemukan inang kebanyakan
serangga hama mengandalkan sinyal visual
(warna, bentuk, dan ukuran) serta kimia
(aroma).
Penemuan jarak jauh umumnya melibatkan
warna, bentuk tanaman, atau bagian
tanaman inang, sedangkan penemuan jarak
dekat umumnya hanya melibatkan faktor
kimia
.
58. 3. Pengenalan inang:
Pengenalan tanaman inang dilakukan melalui
kegiatan uji pecicipan.
Bila dirasakan sesuai maka kegiatan tersebut
akan dilanjutkan, dan jika sebaliknya maka
serangga akan berpaling ke tanaman lain
4. Penerimaan inang:
Jika senyawa kimia yang keluar dari sel tanaman
dirasa sesuai, maka kegiatan makan akan terus
berlanjut, yang kadang-kadang menimbulkan
kerusakan bagi tanaman inang yang sekaligus
menimbulkan kerugian bagi petani/pengusaha
tanaman.
59. 5. Kesesuaian inang:
Ditentukan oleh nilai nutrisi yang tersedia
atau yang terkandung dalam tanaman
atau bagian tanaman inang serta tiadanya
toksin (racun) bagi serangga hama yang
bersangkutan.
60. Dua faktor dari tanaman yang menentukan
terjadinya interaksi serangga hama dengan
tanaman inang,
1. Faktor morfologis; faktor ini biasanya
menyediakan rangsangan fisik sehingga serangga
hama tertarik atau tidak tertarik untuk
menghampirinya.
Contoh faktor ini antara lain ukuran, bentuk dan
warna daun, serta ada tidaknya sekresi kelenjar.
Rambut daun dan kekerasan jaringan dapat
membatasi pergerakan dan kegiatan makan
serangga.
61. 2. Faktor fisiologis; faktor ini menyangkut
senyawa kimia hasil metabolisme tanaman.
• Senyawa primer merupakan senyawa yang terlibat
sebagai katalisator reaksi, pembentukan jaringan,
penyediaan sumber energi, semuanya berperan dalam
pertumbuhan dan reproduksi tanaman.
• Senyawa sekunder merupakan senyawa yang
peranannya tidak jelas dalam metabolisme tanaman,
tetapi diduga senyawa tersebut dihasilkan sebagai
mekanisme pertahanan diri terhadap serangan
serangga hama.
• Pemilihan tanaman inang oleh serangga hama
dipengaruhi baik oleh senyawa primer maupun
senyawa sekunder yang berfungsi sebagai tanda.