1. EVALUASI BELAJAR
* Oleh : Abdul Haris, (Nim : D57211094/PGMI/II/B)
1. PENGERTIAN EVALUASI
Evaluasi artinya pengertian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah program. Evaluasi jika dipadankan dengan kata assessment berarti suatu proses penilaian untuk
menggambarkan prestasi yang dicapai oleh seorang siswa sesuia dengan kriteria yang telah dietapkan. Evaluasi
juga memiliki arti yang sama dengan kata tes, ujian dan ulangan.
2. Tujuan dan fungsi evaluasi
Evaluasi bertujuan sebagai pengungkapan dan pengukuran hasil belajar yang pada dasarnya merupakan
proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif dan kualitatif, lantaran pengguanan simbol angka
untuk menentukan kualitas keseluruhan kinerja akademi siswa dianggap nisbi.
A Tujuan evaluasi
a) Untuk mengetahui yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar
tertentu
b) Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya
c) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar
d) Untuk mengetahui segala upaya siswa dalam mendayahgunakan kapasitas kognitifnya
(kemampuan kecerdesan yang dimilikinya)
e) Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah
digunakan guru dalam proses mengajar-belajar
f) Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 58 (1) Evaluasi belajar peserta didik
dilakukan untuk memantau proses, kemajuan dan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan
B Fungsi evaluasi
a) Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku rapor
b) Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan
c) Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan
program remedical teaching (pengajaran perbaikan)
d) Sumber data BK untuk memasok data siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling
e) Bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang
f) Fungsi psikologi
Bagi siswa, penilaian guru merupakan alat bantu untuk mengatasi
kekurangmampuan atau ketidakmampuannya dalam menilai kemampuan dan
kemajuan dirinya sendiri, sehingga dia memiliki kesadaran yang lugas mengenai
eksistensi diri (self consciousness) dan pengetahuan yang benar mengenai batas
kemampuan akalnya (metacognitive)
2. Bagi orang tua, untuk mengetahui hasil usaha dan tanggung jawab
mengembangkan potensi anak, sehingga dia mengerti langkah-langkah pendidikan
lanjutan bagi anaknya.
Bagi guru, untuk membantu dalam menentukan sikap “efekasi-diri” dan “efekasi-
konstektual”
g) Menurut UU Sisdiknas No. 20/2003 Bab XVI Pasal 57 (1), “ evaluasi pendididkan dilakukan
dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
3. Ragam Evaluasi
a. Pre-test dan Post-test
Kegiatan pretest dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru yang
bertujuan untuk mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan.
Post test adalah kebalikan dari pretest, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada
setiap akhir penyajian materi, yang bertujuan untuk mengetahui saraf penguasaan siswa atas
materi yang telah diajarkan
b. Evaluasi bersyarat
Mirip dengan pretest, yang bertujuan untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama
yang mendasari materi baru yang akan disajikan
c. Evaluasi diagnostik
Dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi
bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa
d. Evaluasi formatif
Dilakuakan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul, yang bertujuan untuk
memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis
kesulitan belajar siswa
e. Evaluasi sumatif
Sama dengan ulangan umum yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi
belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran, biasanya dilakukan pada setiap
akhir semester atau akhir tahun ajaran.
f. UN
Sama dengan evaluasi sumatif yakni sebagai alat penentu kenaikan status siswa.
4. SYARAT DAN RAGAM ALAT EVALUASI
A Syarat Alat Evaluasi
3. Persyaratan pokok penyususnan alat evaluasi yang baik dalam perpektif psikologi belajar
adalah : reabilitas dan validitas. Realiabilitas, yakni tahan uji atau dapat dipercaya, adalah alat
evaluasi dipandang reliable atau tahan uji, apabila memiliki konsistensi atau keajegan hasil.
Validitas, berarti keabsahan atau kebenaran, adalah alat evaluasi dipandang valid apabila dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur.
B Ragam Alat evaluasi
1. Bentuk Objektif
Yakni tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas (seadanya) menururt
edoman yang ditentukan sebelumnya. Ada 5 macam tes dalam alat evaluasi ini ;
a. Tes benar-salah
b. Tes pilihan berganda
c. Tes pencocokan (menjodohkan)
d. Tes isian
e. Tes melengkapi
2. Bentuk Subjektif
Adalah alat pengukur prestasi belajar yang jawabannya tidak ternilai dengan skor atau
angka pasti. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para
siswa. Instrument evaluasi mengambil bentuk essay examination, yakni soal ujian
mengharuskan siswa menjawab setiap pertanyaan dengan cara menguraikan atau dalam
bentuk karangan bebas.
Banyak ahli menganggap evaluasi subjektif itu sukar sekali dipercaya reliabilitas dan
validatasnya, karena subjektivitas guru penilainnya lebih menonjol. Keunggulan tes esai
yakni :
a. Tes esai tidak hanya mampu mengungkapkan hasil jawaban siswa, tetapi juga cara yang
ditempuh untuk memperoleh jawaban itu
b. Tes esai dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif, kritis, bebas, mandiri tanpa
melupakan tanggung jawab
5. INDIKATOR PRESTEASI BELAJAR
RANAH/JENIS PRESTASI INDIKATOR CARA EVALUASI
A. Ranah Cipta (Kognitif)
1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 1. Tes Lisan
2. Dapat membandingkan 2. Tes tertulis
3. Dapat menghubungkan 3. Observasi
2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan 1. Tes lisan
2. Dapat menunjukkan 2. Tes tertulis
kembali 3. Observasi
3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan 1. Tes lisan
4. 2. Dapat mendifisinikan 2. Tes tertulis
dengan lisan sendiri
4. Penerapan 1. Dapat memberikan contoh 1. Tes tertulis
2. Dapat menggunakan 2. Pemberian tugas
secara tepat 3. Observasi
1. Dapat menguraikan 1. Tes tertulis
5. Analisis 2. Dapat mengklasifikasikan 2. Pemberian tugas
1. Dapat menghubungkan 1. Tes tertulis
6. sintesis 2. Dapat menyimpulkan 2. Pembagian tugas
3. Dapat menggeneralisasikan
B. Ranah Rasa (Afektif) 1. Tes tertulis
1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap 2. Tes skala sikap
menerima 3. Observasi
2. Menunjukkan sikap
menolak
1. Tes sakala sikap
2. Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi 2. Pemberian tugas
2. Kesediaan memanfaatkan 3. Observasi
1. Tes skala penilaian/sikap
3. Apresiasi 1. Menganggap penting dan 2. Pemberian tugas
bermanfaat 3. Observasi
2. Menganggap indah dan
harmonis
3. Mengagumi
1. Tes skala sikap
4. Internalisasi 1. Mengakui dan meyakini 2. Pemberian tugas
2. Mengingkari ekspresif & proyektif
3. Observasi
1. Pemberian tugas
5. Karakterisasi 1. Melembagkan atau ekspresif & proyektif
meniadakan 2. Observasi
2. Menjelmakan dalam
pribadi dan prilaku sehari-
hari
C. Rana Karsa (Psikomotor) 1. Observasi
1. Keterampilan bergerak dan 1. Mengkoordinasikan gerak 2. Tes tindakan
bertindak mata, tangan, kaki dan
anggota tubuh lainnya
1. Tes lisan
2. Kecakapan ekspresi verbal 1. Mengucapkan 2. Observasi
dan nonverbal 2. Membuat mimik dan 3. Tes tndakan
gerakan jasmani
6. BATAS MINIMAL PRESTASI BELAJAR
5. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa dan karsa siswa.
Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan
hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti
proses mengajar-belajar. Diantara norma-norma pengukuran tersebut adalah :
1. Norma skala angka dari 0 sampai 10
2. Norma skala angka dari 0 sampai 100
Jadi, pada prinsipnya jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari searuh tugas atau dapat
menjwab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi target
minimal keberhasilan belajar
7. EVALUASI PRESTASI KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR
A. Evaluasi Prestasi Kognitif
Mengukur keberhasilan siswa yang berdemensi kognitif dapat dilakukan denan berbagai cara,
baik dengan tes tertulis mauun tes lisan dan perbuatan. Evaluasi ini dapat berdampak negatif yakni
sikap dan perbuatan yang subjektif dan kurang adil. Sehingga soal yang diajukan tingkat kesukarannya
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dampak masalah subjektivitas ini dapat diminimalisir
dengan cara semua jenis tes tertulisnbaik yang berbebntk subjektif maupun yang objektif (kecuali tes
B-S) dipakai sebaik-baiknya oleh para guru
B. Evaluasi Prestasi Afaktif
Dalam merencanakan penyusun instrument tes prestasi siswa yang berdimensi afaktif jenis-
jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi seharusnya mendapat perhatian khusus. Alasannya, karea
kedua jenis pestai ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perubahan siswa.
Salah satu bentuk tes ranah rasa adalah “ skala Liken” yang tujuannya untuk mengidentifikasi
kecenderungan sikap orang
C. Evaluasi Prestasi Psikomotor
Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhaslan belajar yang berdimensi raba
psikomotor adalah observasi. Meliputi tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomona lain
dengan pengamatan langsung. Observasi harus dibedaka dari eksperimen, karena eksperimen pada
umumnya dipandang sebagai salah satu cara observasi.