2. PENDAHULUAN
• Penanaman hijauan makanan ternak merupakan salah satu
bagian terpenting dalam budidaya karena menyangkut
efisiensi biaya dan tenaga kerja yang digunakan.
• Sistem penanaman hijauan makanan ternak biasanya
disesuaikan dengan kondisi kemiringan tanah. Tanaman
biasanya ditanam dengan memotong arah garis lereng
sehingga tingkat erosi pada lahan dapat dikurangi dan
menekan penurunan kesuburan tanah dengan cepat.
• Selain itu, penanaman biasanya dilakukan atas dasar
kebiasaan masyarakat setempat agar pekerja lokal tidak
harus mempelajari cara tanam yang baru, sepanjang sesuai
dengan kebutuhan perlakuan hijauan makanan ternak yang
ditanam.
3. • Secara umum penanaman dimulai pada awal
musim hujan (setelah jatuh hujan pertama) untuk
mendapatkan kondisi tanah yang ideal dengan
kelembaban dan ketersediaan air optimum untuk
pertumbuhan tanaman sehingga pada saat
musim kemarau tanaman telah cukup kuat dan
memiliki perakaran yang cukup luas dan dalam
• Bulan-bulan denagn curah hujan 10-15 hari dann
curah hujan 10-15 mm/hari adalah patokan saat
tanam yang baik
4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanaman
1. Bahan tanam dan cara penyediaan bahan
tanam
2. Jarak tanam (seeding rate)
3. Dosis biji
4. Kedalaman tanaman
5. Pola tanam
5. 1. Bahan tanam dan cara penyediaan
bahan tanam
Penggunaan bahan tanam yang baik akan
memberikan efisiensi waktu, tenaga dan biaya serta
memberikan jaminan pertumbuhan yang
dikehendaki sepanjang ntidak muncul faktor-faktor
penghambat
Bahan tanam yang biasa digunakan adalah bahan
vegetatif dan generatif
6. Bahan penanaman yang umum dan biasa
digunakan:
A. Vegetatif
Pembiakan vegetatif merupakan pembiakan
aseksual yang berdasarkan kemampuan tanaman
memulihkan dirinya dengan melakukan
regenerasi jaringan-jaringan dan bagian-bagian
tanaman yang hilang.
Pada sejumlah tanaman, pembiakan vegetatif
merupakan suatu proses yang terjadi secara
alami
7. Pembiakan vegetatif ini telah umum
dilakukan, karena:
1.Tanaman sulit (tidak) menghasilkan biji
2.Turunan dari bijinya tidak sebaik induknya
3.Lebih cepat tumbuh, karena tidak ada masa
dormansi benih
4.bahan-bahan heterosigus dapat dilestarikan
tanpa pengubahan
8. • Bahan tanam vegetatif HMT yang biasa
digunakan:
1. Stek (potongan Batang)
2. Pols (sobekan rumpun)
3. Stolon dan rhizom
9. • Stek (potongan batang)
Diperoleh dari potongan batang yang tidak
terlalu tua atau muda dan dari tanaman yang
sehat
Stek yang akan digunakan paling sedikit
memiliki 2 buku dengan panjang 20-25 cm
10. • Pols (sobekan rumpun)
Diperoleh dari sobekan rumpun yang sehat
dan tidak terlalu tua, terdiri dari 2 individu
tanaman
Sobekan rumpun dibuang sebagian besar
daunnya untuk mengurangi evaporasi
tanaman
11. • Stolon dan rhizom
Stolon diambil dari b again batang yang
berada di atas permukaan tanah sedangkan
rhizom diperoleh dari bagian batang yang
beradad di dalam tanah. Dan diambil apabila
sudah ada anakan yang tumbuh
12. B. Generatif
• Biji merupakan cara yang paling umum untuk
membiakan tanaman dari hasil penyerbukan
pada tanaman
• Biji dapat ditanam dengan cara menyebarkannya
dalam larikan-larikan berjarak 40 cm pada
kedalaman 1-3 cm ataupun ditugal
• Benih yang akan disebar sebaiknya dicampur
dengan tanah kering yang halus agar benih dapat
tersebar merata dan kontak langsung dengan
tanah
14. 2. Jarak Tanam (seeding rate)
Jarak tanam tergantung pada tingkat kesuburan tanah.
Bila tanah kurang subur maka jarak tanam dapat
diperlebar
15. Jarak tanam untuk beberapa jenis HMT
Jenis Tanaman
Cenchrus ciliaris
Chloris gayana
Panicum maximum
Pennisetum purpureum
Pennisetum purputhypoides
Setaria anceps
Urochloa mosambicensis
Brachiria decumbens
Brachiria humidicola
Stylosanthes guyanensis
Gliricidia sepium
Albizia falcataria
Jarak tanam
(cm)
40 x 40
40 x 40
60 x 60
100 x 100
100 x 100
60 x 60
40 x 40
30 x 30
30 x 30
60 x 60
400 x 400
400 x 400
16. 3. Dosis Biji
Dosis biji menggambarkan jumlah biji yang
harus disebar
Tergantung pada tingkat kualitas benih yang
dapat dilihat melalui kemurnian hidup
biji/benih (PLS)
17. • PLS :
Yaitu suatu besaran yang menunjukkan
derajat kemurnian dan daya kecambah dari
suatu stok benih yang dinyatakan dalam
persentase
PLS (%) = derajat kemurnian x daya kecambah
18. Menentukan derajat kemurnian benih:
• dari suatu stok benih diambil sampel sebanyak 100
gram kemudian dipisahkan antara benih murni
dengan benih asing, kotoran (butir-butir tanah,
ranting kering dsb), serta benih murni yang cacat
(benih pecah, keriput dsb)
Menentukan daya kecambah:
• Diambil 100 butir benih murni (dari pengujian derajat
kemurnian) untuk dikecambahkan. Daya kecambah
dihitung berdasarkan banyaknya benih nyang dapat
berkecambah normal
19. 4. Kedalaman tanah
Pada saat penanaman biji biasanya dilakukan
pelubangan tanah dengan tugal dengan ukuran
kedalaman tanah tergantung dari ukuran biji,
karena penanaman biji memerlukan kontak
yang erat dengan butiran tanah untuk
menjamin perkecambahan yang sempurna
20. • Penanaman biji dapat dilakukan dengan
pembuatan larikan dengan kedalaman dan jarak
tertentu untuk mempermudah pembenaman
atau dilakukan dengan penyebaran
menggunakan tanah (carrier) yang sudah
dihaluskan agar diperoleh penaburan yang
merata sekaligus menutup biji.
• Dalam penutupan tanah, makin kecil ukuran biji
maka biji yang ditanam lebih dekat permukaan
tanah, karena pada ukuran kecil persediaan
makanan dalam biji untuk kecambah endosperm
kecil. Penutupan yang terlalu dalam akan dapat
menghambat perkecambahan
21. 5. Pola Tanam
A. Pola tanam murni tanaman makan ternak
- Pola tanam tunggal (monokultur)
- Pola tanam campuran (polikutur)
B. Pola tanam integrasi (Integrated cropping
system)
- Integrasi HMT dan tanaman pangan
- Integrasi HMT dan tanaman perkebunan
- Integrasi HMT dan Tanaman Kehutanan
22. Pola tanam murni HMT
a. Pola tanam tunggal (monokultur)
Penanaman yang dilakukan pada suatu area
hanya terdiri dari 1 jenis hijauan makanan
ternak (HMT), baik berupa rumput atau
legum (kebun rumput)
23. •
•
•
•
•
•
Yang menjadi perhatian pada pola tanam
monokultur adalah:
Sifat tumbuhan dari spesies tanaman
Tingkat kesuburan tanah
Jarak tanam
Peremajaan tanaman
Pengendalian gulma, hama dan penyakit (tanah
kurang subur)
Persaingan antar tanaman
24. b. Pola tanam campuran (polikultur)
Penanaman yang dilakukan pada suatu area dengan
memadukan 2 jenis atau lebih hijauan makanan ternak
(umum dilakukan pada padang rumput pengembalaan)
Contoh:
Rumput dan legum
Rumput dan rumput
Legum dan legum
: Brachiria decumbens dan
Stylosanthes spp
: Pennisetum purputhypoides
dan Setaria splendida
: Centrosema pubescens dan
Pueraria spp
25. Yang menjadi perhatian pada pola tanam
polikultur ini adalah:
• Kemampuan untuk hidup bersama
(compatible)
• Pemanenan dan pemupukan yang tepat
(patokan waktu pemotongan disesuaikan
dengan wkatu pemotongan jenis tanaman
yang pertumbuhan kembalinya paling lambat
26. Produksi hijauan dan peformance ternak potong pada
padang pengembalaan dengan pola tanam campuran
Mississipi
Perlakuan
PBB
(kg/ha/tahun
Tempat
Produksi
hijauan
kg/ekor/hari
Keterangan
0.97
517
1.42
P. maximum
306
0.49
P. maximum + Centro
418
0.67
P. maximum + N
Purwakarta
282
C. gayana + T. repens
Queensland
C. gayana + N
589
0.95
Rumput alam
-
0.56
B. decumbens
-
0.4
S. guyanensis
-
1.23
B. decumbens +
-
0.88
S. guayanensis
Sapi
sapi
domba
27. Pola tanam integrasi
A. Integrasi HMT dan tanaman pangan
- Tumpang sari
- Tumpang gilir
- Pola tanam rotasi
- Pola tanam lorong
- Sistem tiga strata
28. 1. Tumpang sari
dalam integrasi ini HMT sebagai tanaman sela
diantara baris tanaman pangan
Syarat HMT yang digunakan:
Tidak mengganggu tanaman utama dan mudah
tumbuh serta disukai ternak
HMT yang dapat digunakan: Centro, Siratro
Contoh integrasi: jagung dan centro
29. 2. Tumpang gilir
Dalam integrasi ini dilakukan penanaman HMT
secara bergilir dengan tanaman pangan
dengan memanfaatkan sela waktu setelah
panen dan sebelum tanam baru.
Biasanya digunakan jenis legum agar dapat
memberikan kontribusi positif (berupa (N)
pada tanah sebelum dilakukan penanaman
tanaman utama/lapangan
30. Contoh:
• Penggunaan stylo sebagai tanaman gilir pada
lahan sawah.
Penyebaran benih stylo pada tanaman padi
sawah diakhir masa pengisian biji sehingga benih
stylo berkecambah dan tumbuh setelah panen
padi.
Pemanfaatannya dilakukan dengan penggunaan
stylo dan jerami padi sebagai pakan nternak
31. 3. Pola tanam rotasi
• Pada pola integrasi ini, HMT ditanam setelah
panen tanaman pangan (mengisi masa bera)
• Sebaiknya digunakan jenis HMT yang tahan
kering
32. 4. Pola tanam lorong
• Merupakan modifikasi dari agro forestry
• Tanaman pangan (tanaman semusim: jagung,
kacang tanah, kacang kedele) ditanam pada
lorong yang dibentuk oleh baris.
• Baris tanaman makanan ternak umumnya
menggunakan legum pohon (lamtoro,
kaliandra, gamal)
33. •
•
•
•
Fungsi HMT pada pola tanam lorong ini adalah
untuk:
Pakan ternak/pupuk hijau
Bahan bakar (ranting)
Mulsa dan pengendalian kesuburan tanah
dll
34. 5. Sistem tiga strata (STS):
Integrasi ini melibatkan 3 komponen HMT
dengan tanaman pangan. Biasanya
diaplikasikan pada lahan kering
35. STS terdiri dari:
Strata 1 (inti)
: tanaman pangan
Strata 2 (selimut)
: rumput/legum semak
yang unggul
Strata 3 (Pagar) : Pohon besar (legum (lamtoro)
dan
bukan
legum yang
disukai
ternak dan tetap
hijau sepanjangb
tahun (dadap, waru, bunut)
36.
37. B. Integrasi HMT dan tanaman perkebunan
Dalam integrasi ini, HMT berfungsi sebagai
tanaman penutup tanah, penaung dan sebagai
sumber pakan ternak pada saat paceklik
38. Syarat HMT yang digunakan:
1. tahan naungan, sesuai kondisi setempat
2. Tidak akan menjadi gulma
3. Tidak mudah terbakar
4. Disukai ternak
5. Dapat menghasilkan nilai tambah
39. Hal yang menjadi perhatian pada integrasi ini:
1. Pengolahan tanah tidak boleh merusak
tanaman perkebunan
2. Tidak menganggu aktivitas di perkebunan
3. Pemberian pupuk HMT
40. Jenis HMT yang dikembangkan di areal perkebunan
Perkebunan
Kelapa
Kelapa
Sawait
Karet
Lada
Jenis HMT yang dapat ditanam
BD, Benggala, P. notatum, A. compressus,
Arachis. Spp, S. gyanensis, Puero
Centro, Puero, Calopo, A.compressus
Centro, Puero, Calopo,
Dadap, Gamal (panjantan), Setaria spp
(sela)
41. C. Integrasi HMT dan tanaman kehutanan
Integrasi yang dilakukan dalam penanamn
tanaman kehutanan dapat berupa:
• Sistem agro sylviculture
• Sistem agro sylvi-pasture
• Sistem sylvi pasture
: pohon + tanaman pangan
: Pohon + tanaman pangan
+ tanaman pakan
: Pohon + tanaman pakan
42. Keuntungan sistem agroforestry adalah:
1. Mengurangi biaya pengendalian gulma
2. Meningkatkan pendapatan petani
3. Mencegah resiko kebakaran
4. Mempertahankan kesuburan tanah
43. • Jenis HMT yang dapat ditanam berintegrasi
dengan tanaman kehutanan harus dapat
beradaptasi terhadap naungan, tidak mudah
terbakar dan disukai ternak
44. Agroforestry
lahan yang digunakan untuk produksi
tanaman pohon (hutan) dan pertanian
pada area yang sama
(Mellink et al., 1991).
pakan ternak, fodder shrubs dan fodder
tree serta ternak diintegrasikan (Nitis,
1999).
silvipastoral
(arid tropic).
45. Hutan Pastura:
• Merupakan teknologi pengolahan lahan untuk
meningkatkan produktivitas padang
pengembalaan alami
Hutan pastura terdiri dari pohon pakan,
peningkatan kesuburan tanah, dan introduksi
rumput dan legum pakan unggul
46. Keunggulan hutan pastura dibandingkan
pastura alami:
Peningkatan kesuburan tanah disebabkan
oleh pemberian pupuk dan adanya peran
tanaman legum yang bersimbiosis dengan
bakteri yang dapat memfiksasi N
47. PEMBIBITAN LEGUM
• Tujuan pembibitan adalah untuk
mendapatkan bibit yang benar-benar bagus
dan tidak banyak yang mati pada awal
pertumbuhannya
48. Langkah kerja pembibitan
1. Benih/biji diskarifikasi, yaitu perlukaan kulit benish untuk
membantu mempermudah perkecambahan. Skarifikasi ini
dapat dilakukan secara mekanik menggunakan pisau atau
amplas, secara fisik menggunakan air hangat atau secara
kimia menggunakan asam
2. Disemai pada bedeng persemaian yang telah diisi pasir (tanah)
dan fungisida. Benish disebarkan dalam larikan-larikan
dengan kedalaman sesuai ukuran benih. Semakin kecil benih
tingkat kedalaman semakin diperkecil
49. 3. Setelah 8-10 hari berkecambah dipindahakan ke dalam
polibag. Polibag dapat diganti dengan anyaman bambu.
Media tumbuh yang digunakan berupa campuran tanah, pasir
dan pupuk kandang (kompos) dengan perbandingan 1:1:1.
Bibit semai diletakkan pada bedeng persemaian yang beratap
agar tidak terkena hujan dan sinar matahari langsung
4. Setelah berumur 2-3 bulan (tinggi kira-kira 60 cm) bibit
semaian dipindahkan ke lahan tanam (kebun). Waktu
penanaman polibag harus dilepaskan, sedangkan yang
menggunakan anyaman bambu dapat langsung ditanam
bersama wadahnya