Sumber-sumber hukum Islam meliputi Al-Quran, As-Sunah, Ijma, dan Qiyas. Al-Quran merupakan sumber utama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan As-Sunah melengkapi dan menjelaskan Al-Quran. Ijma adalah kesepakatan ulama, sedangkan Qiyas merupakan metode analogi untuk menetapkan hukum baru berdasarkan kesamaan illat.
4. Al-Qur’an Menurut Bahasa
Menurut bahasa “Al-
Qur’an” berarti “bacaan”,
yaitu bentuk mashdar
dari kata qara’a
5. Al-Qur’an Menurut Istilah
adalah wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk
dijadikan pedoman hidup,
sumber hukum, dan
petunjuk bagi umatnya
guna mencapai
kebahagiaan dunia dan
akhirat
6. Al-Qur’an Sebagai Petunjuk
Al-Qur’an sebagai petunjuk dijelaskan pada Q.S Al-
Baqarah: 2, dan Q.S An-Nahl: 24, yang mengisyaratkan
bahwa :
• Apa yang diwahyukan Allah dalam maknanya kemudian
dipahami dalam bahasa Rasulullah, tidaklah dinamai Al-
Qur’an
• Alih Bahasa Al-Qur’an ke dalam bahasa selain Arab
dengan maksud memudahkan pemahaman atau maksud
lainnya tidaklah disebut Al-Qur’an
• Wahyu Allah yang diturunkan kepada selain Muhammad
SAW bukanlah Al-Qur’an
7. Pokok-Pokok Isi Al-Qur’an
Pokok-pokok isi Al-Qur’an terdiri dari:
Tauhid, yaitu kepercayaan terhadap keesaan Allah SWT dan
semua kepercayaan yang berhubungan dengan-Nya
Ibadah, yaitu perbuatan atau amaliyah sebagai dari kepercayaan
ajaran tauhid
Akhlak, yaitu tentang perbuatan-perbuatan yang terpuji dan
tercela
Janji dan ancaman
Kisah-kisah umat terdahulu
8. Pokok-pokok isi Al-Qur’an terdiri dari:
Tauhid, yaitu kepercayaan terhadap keesaan Allah SWT dan
semua kepercayaan yang berhubungan dengan-Nya
Ibadah, yaitu perbuatan atau amaliyah sebagai dari kepercayaan
ajaran tauhid
Akhlak, yaitu tentang perbuatan-perbuatan yang terpuji dan
tercela
Janji dan ancaman
Kisah-kisah umat terdahulu
9. Kedudukan Al- Qur’an sebagai sumber
hukum tertinggi
“Sungguh kami telah menurunkan kitab (Al-Qur’an)
kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar
engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah di
ajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi
penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang yang berkhianat” Q.S An-Nisa: 105 , selain itu
dijelaskan pula dalam Q.S Al-An’am: 155
10. Tidak memberatkan atau tidak
menyulitkan (‘adamul haraj), ha ini
dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah: 286 dan
Q.S Al-Baqarah: 185
Menyedikitkan beban (qillatut taklif)
Berangsur-angsur dalam menetapkan
hukum (attadrij fit tasyri’)
Pedoman Al-Qur’an Dalam Menetapkan
Hukum
14. Dalil Al Hadits
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian,
yang kalian tidak akan tersesat selagi berpegang
teguh kepada keduanya (yaitu) Kitab Allah dan
sunah Rasul-Nya”.
15. • Kesepakatan Ulama (Ijma’)
“mempercayai dan menerima serta
menagamalkan segala ketentuan yang
terkandung dalam as-sunah”.
16. SESUAI DENGAN PETUNJUK AKAL
“As-sunah sebagai sumber hukum islam, secara
akal pun dapat dinyatakan bahwa konsekuensi
mempercayai Muhammad sebagai Rasulullah”.
18. “Sebagai penjelas dan merinci ayat-ayat Al-
Qur’an yang masih global dan memebrikan
batasan terhadap ayat Al-Qur’an yang belum
ada batasan pelaksanaannya”.
22. Pengertian
• Menurut bahasa : sepakat
• Menurut istilah : kesamaan pendapat para
mujtahid umat Nabi Muhammad SAW setelah
beliau wafat, pada masa tertentu, tentang
masalah tertentu.
• Ijma’ tidak sah jika salah seorang ulama dari
mereka yang hidup pada masa itu menyalahinya.
Ijma’ juga harus berdasarkan kepada Al-Quran
dan As-Sunah, tidak boleh kepada yang lainnya.
23. Kesepakatan ulama dapat terjadi dengan 3 cara, yaitu:
1. Dengan ucapan (qauli),
Berdasarkan pendapat yang dikeluarkan para
mujtahid yang diakui sah dalam suatu masalah
2. Dengan perbuatan (fi’li),
Berupa kesepakatan dalam mengamalkan sesuatu
3. Dengan diam (sukut),
Apabila tidak ada di antara para mujtahid yang
membantah pendapat mujtahid lainnya dalam suatu
masalah
24. Macam –Macam
• Dilihat dari sikap dalam mengemukakan pendapat :
1. Ijma’ sharih : semua mujtahid menyatakan
persetujuannya atas hokum yang mereka putuskan,
lisan maupun tulisan
2. Ijma’ sukuti : sebagian mujtahid yang memutuskan
hokum itu tidak senuanya tidak menyatakan
persetujuannya bai lisan maupun tulisan, melainkan
mereka hanya diam
• Jumhur ulama berpendapat yag bisa dijadikan landasan
adalah ijma’ sharih.
25. • Dilihat dari tatanan ilmu yang lebih lluas lagi, dibagi menjadi :
1. Ijma’ Ummah : kesapakatan seluruh mujtahid
2. Ijma’ Shahaby : kesepakatan senua ulama sahabat
3. Ijma’ Ahli Madinah: kesepakatan ulama – ulama Madinah
4. Ijma’ Ahli Kufah : kesepakatan ulama – ulama Kufah
5. Ijma’ Khalifah yang Empat : kesepakatan empat Khulafa ur-
Rasyidin
6. Ijma’ Syaikhani : kesepakatan pendapat antara Abu Bakar
dan Umar bin Khattab
7. Ijma’ Ahlul Bait : kesepakatan dari keluarga Rasul
26. Kedudukan Ijma’ sebagai Sumber
Hukum
• Kebanyakan ulama menetapkan bahwa ijma’ dapat
dijadikan hujjah dan sumber hokum Islam yang nilai
kehujjahannya bersifat zhanny
• Golongan Syi’ah HARUS dijalankan
• Hanafiyah ijma’ qath’iy maupun ijma’ zhanny
• Syafi’iyyah ijma’ qath’iy
Menempati tingkat ketiga sebagai hokum syar’I setelah Al-
Quran dan As-Sunah
27. Sebab – Sebab Dilakukan Ijma’
• Adanya persoalan yang harus dicarikan status
hukumnya
• Nash Al-Quran maupun Sunah sudah tidak
turun lagi, telah berhenti
• Jumlah mujtahid pada masa itu tidak terlalu
banyak
• Belum timbul perpecahan antara mujtahid
28. Contoh – Contoh
• Ulama meyepakati untuk dikumpulkan dan
dibukukannya Al-Quran
• Penetapan tanggal 1 Ramadhan atau 1
Syawwal
29. Dasar As-Sunah sebagai sumber hukum
Islam
• Dalil Al-Quran
Q.S. Ali Imran : 179
Q.S. An-Nisa : 136
• Kesepakatan ulama (Ijma’)
Mempercayai dan menerima serta mengamalkan segala
ketentuan yang terkandung dalam As-Sunah
• Sesuai dengan petunjuk akal
31. Pengertian
• Bahasa : mengukur; memperbandingkan;
mempersamakan sesuatu dengan yang lainnya
dikarenakan ada persamaan.
• Istilah : Menetapkan hukum sesuatu yang
belum ada ketentuan hukumnya dalam nash
dengan mempersamakan sesuatu yang telah
ada hukumnya dalam nash.
33. Qiyas Aulawi
• Sesuatu yang hukumnya telah ada, namun
sifatnya lebih tinggi dari sifat hukum yang
telah ada.
Keharaman memukul orang tua.
(memaki saja sudah haram)
34. Qiyas Musawi
• Illat/sifat qiyas suatu hukum sama.
Kesamaan antara keharaman hukum
membakar harta anak dengan memakan
hartanya.
35. Qiyas Dilalah
• Menetapkan hukum karena ada persamaan
dilalat al-hukm (penunjukkan hukumnya).
Kesamaan kewajiban zakat untuk harta anak-
anak dan orang dewasa. Karena keduanya
sama-sama bisa tumbuh.
36. Qiyas Syibh
• Terjadinya keraguan dalam mengiyaskan, ke
asal mana illat ditujukan; kemudian harus
ditentukan salah satunya dalam rangka
penutupan hukum padanya.
Kasus hamba yang dibunuh. Manusia anak
cucu Nabi Adam AS/ barang yang bisa
diperjual belikan?
37. Kedudukan Qiyas dalam hukum islam
• Q.S Al-Hasyr/ 59:2
“Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi
pelajaran, wahai orang-orang yang
mempunyai pandangan!”
38. Sebab-sebab dilakukan Qiyas
• Karena adanya persoalan-persoalan yang
harus dicarikan status hukumnya tidak ada
dalam nash alquran dan As-Sunah, hukum dan
mujtahid belum melakukan ijma.
• Karena nash, baik Al-Quran maupun As-Sunah
telah berakhir dan tidak turun lagi.
• Karena adanya persamaan illat antara
peristiwa yang belum ada hukumnya dan yang
hukmnya telah ditentukan dalam nash.
39. Pertanyaan?
• Selvia Ernas Al Quran lebih diutamakan
daripada As Sunah apa gimana?
• Nd.St Tamara Contoh-contoh As-Sunah yg
belum ada nash nya?
• Putri Septia Ketentuan mujtahid dan apakah
ijma masih dijalankan sampai sekarang?
• Niswana Wafi Kalo beda-beda hari apakah
masih dibenarkan ijma tersebut?
• Emi Setyowati Melanjutkan pertanyaan wafi.
Bukannya kita harus mengikuti pemerintah?