SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  25
TUGAS TERSTRUKTUR
   TEKNIK PENGAWETAN TANAH DAN AIR


   MODEL KONSERVASI TANAH DAN AIR




                  Oleh :
         Helmas Dwi Antoro Tanjung
             NIM A1H009041




KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
   UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
         FAKULTAS PERTANIAN
             PURWOKERTO
                 2012
I.     PENDAHULUAN


                              A.      Latar Belakang



       Erosi yang dipercepat (accelerated erosion) timbul sejak manusia mengenal
budidaya pertanian. Erosi menjadi masalah sejak pengelolaan lahan dilakukan secara
lebih intensif, sehubungan dengan peningkatan kebutuhan sandang, pangan, papan
dan lainnya sejalan dengan pesatnya pertambahan jumlah penduduk. Sejak beberapa
dekade yang lalu erosi diakui secara luas sebagai suatu permasalahan global yang
serius. United Nations Environmental Program dalam Lal (1994) menyatakan bahwa
produktivitas lahan seluas ± 20 juta ha setiap tahun mengalami penurunan ke tingkat
nol atau menjadi tidak ekonomis lagi disebabkan oleh erosi atau degradasi yang
disebabkan oleh erosi.
       Penurunan produktivitas lahan dimana erosi terjadi baru merupakan on-site
effect dari erosi, belum termasuk kerugian yang disebabkan oleh off-site effect dari
erosi seperti sedimentasi sungai, waduk, jaringan irigasi dan berbagai kerusakan
lainnya. Sebagai gambaran di negara maju seperti Amerika kerusakan akibat erosi
jika dihitung secara nominal adalah: untuk kerusakan yang bersifat on-site berkisar
antara US$ 500 juta-US$1,2 milyar dan off-site berkisar antara US$3,4 milyar -
US$13 milyar (Colacicco et al., 1989). Untuk Negara tropis seperti Indonesia,
dimana potensi erosi begitu besar, baik karena faktor alami maupun karena aspek
pengelolaan lahan, kerugian yang diakibatkan oleh erosi tidak akan kalah besarnya
dengan yang terjadi di negara subtropika tersebut
       Dengan besarnya resiko yang bakal terjadi, maka pencegahan erosi
merupakan aspek yang tidak boleh dilupakan dalam pengelolaan lahan, baik untuk
pertanian maupun penggunaan lainnya. Pencegahan erosi yakni tindakan konservasi
tanah sudah harus diperhitungkan sejak perencanaan penggunaan lahan dilakukan.
Untuk selanjutnya evaluasi dari aplikasi suatu teknik konservasi juga perlu dilakukan
agar dapat diyakini apakah sistem pengelolaan lahan yang diterapkan sudah memadai
untuk terwujudnya sistem pengelolaan lahan secara berkelanjutan.
        Sangat disadari oleh berbagai pihak bahwa mencegah erosi sampai batas nol
(tanpa erosi) pada lahan yang dikelola adalah sangat sulit dilakukan. Oleh karena itu,
disepakati bahwa minimal erosi yang terjadi dapat ditekan sampai di bawah ambang
batas yang diperbolehkan. Namun demikian, sering timbul permasalahan baik bagi
pihak perencana, pelaksana, dan evaluator untuk menentukan apakah suatu system
penggunaan lahan dinilai sudah aman dari segi pencegahan bahaya erosi.
         Besarnya erosi dan pengaruh suatu teknik konservasi tanah terhadap erosi dan
aliran permukaan dapat dievaluasi dengan melakukan pengukuran secara langsung di
lapangan atau dengan memprediksinya yaitu dengan menggunakan model.
Pengukuran secara langsung membutuhkan waktu pengamatan yang relatif lama dan
memerlukan biaya yang mahal, baik untuk instalasi alat, pengoperasian, maupun
pemeliharaan alat. Oleh karena itu, penggunaan model dapat menjadi salah satu
alternatif.
                                     B. Tujuan


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam
permodelan dalam konservasi tanah.
II. TINJUAN PUSTAKA




       Haan (1989) mendefinisikan model sebagai “kumpulan hokum-hukum fisik
dan atau pengamatan empirik yang ditulis dalam bentuk persamaan-persamaan
matematik dan dikombinasikan sedemikian rupa untuk menghasilkan sekumpulan
hasil berdasarkan pada sekumpulan kondisi yang sudah diketahui atau diasumsikan
       Hubungan dengan erosi tanah, permodelan merupakan penggambaran secara
matematik proses-proses penghancuran, transport, dan deposisi partikel tanah di atas
permukaan lahan (Nearing et al., 1994). Ada dua macam model penduga erosi yang
sekarang ini banyak dipakai yakni model berbasis empirik (empirically based model)
dan model berbasis proses (process based model). Model berbasis empiric
mengaitkan langsung keluaran dari model (output) dengan input (misalnya
penggunaan lahan, luas, dan lereng) dengan menggunakan model-model statistik.
Model berbasis empirik umumnya membutuhkan lebih sedikit input dan perhitungan
yang lebih sederhana dibanding model berbasis proses (ICRAF, 2001; Schmitz dan
Tameling, 2000). Umumnya model berbasis empirik ini memprediksi rata-rata
tahunan aliran permukaan dan erosi berdasarkan prediksi jangka panjang. Model ini
tidak mempertimbangkan distribusi spasial dari input parameter dan interaksinya
yang akan mempengaruhi output.
       Model berbasis proses atau sering dikenal dengan model fisik merupakan
suatu model yang berhubungan dengan hukum kekekalan massa dan energi.
Persamaan diferensial atau dikenal sebagai persamaan kontinuitas digunakan dan
diaplikasikan untuk erosi tanah pada satu   segmen    tanah   pada    lahan    yang
berlereng. Model fisik ditujukan untuk dapat menjelaskan proses erosi dengan
menggunakan persamaan fisika, namun demikian persamaan empiris kadang-kadang
masih digunakan di dalamnya (ICRAF, 2001). Persamaan yang digunakan pada
model fisik ini tergolong sulit dan mengandung parameter-parameter yang kadang-
kadang sukar untuk diukur. Namun demikian, model fisik mempunyai kemungkinan
untuk memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan model empiris (Schmitz dan
Tameling, 2000), karena model fisik merupakan permodelan proses-proses erosi,
sehingga pengguna dapat memahami lebih baik proses-proses erosi yang terjadi dan
dampak dari terjadinya proses tersebut.
A. USLE (Universal Soil Loss Equation)
           USLE merupakan suatu model parametrik untuk memprediksi erosi dari
    suatu bidang tanah. USLE memungkinkan perencana menduga laju rata-rata
    erosi suatu tanah tertentu pada suat kecuraman lereng dengan pola hujan tertentu
    untuk setiap macam pertanaman dan tindakan pengelolaan (tindakan konservasi
    tanah) yang mungkin dilakukan atau yang sedang dipergunakan (Arsyad, 1989).
           Prediksi erosi dengan metode USLE diperoleh dari hubungan antara
    faktor-faktor penyebab erosi itu sendri yaitu:
                                A=R.K.L.S.C.P
    Dimana:
    A = Banyaknya tanah tererosi dalam t ha-1tahun-1
    R = fakor curah hujan, nyaitu jumlah satuan indeks erosi hujan yang merupakan
        perkalian antara energy curah hujan total (E) denga intensitas hujan
        maksimum 30 menit I30
    K = Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju lisan erosi per unit indeks erosi untuk
        suatu tanah yang diperoleh petak homogen percobaan standar, dengan
        pandajng 72,6 kaki (22 m) terletak pada lereng 9% tanpa tanaman.
    L = Faktor panjang lereng 9%, yaitu nisbah erosi dari tanah dengan panjang
        lereng tertentu dan erosi dari tanah dengan panjang lerang 72,6 kaki di
        bawah keadan identik.
    S = Faktor kecuraman lerang, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah
        dengan kecuraman lerang tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan
        lerang 9% dibaewah keadaan identik.
    C = Faktor vigetasi penutup tanah dan pegolahan tanaman, yaitu nisbah antara
        besarny erosi dari areal dengan vegetasi penutup dan pengolhan tanaman
        terententu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa tanaman.
P = Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari
    tanah yang diberikan perlakuan tindakan konservasi tanah seperti
    pengolahan menurut kountur, penanaman dalam strip atau teras terhadap
    besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lerang dalam keadaan identik.
     Erosivitas (R) hujan adalah daya erosi hujan pada suatu tempat. Nilai
erosivitas hujan dapat dihitung berdasarkan data hujan yang diperoleh dari
penakar hujan otomatik dan dari penakar hujan biasa. Adapun persamaan yang
digunakan dalam untuk menentukan tinggkat erosivitas hujan dalam penelitian
ini adalah (Bols, 1978 dalam Arsyad,1989):
                   R = 6,119(RAIN)1,21(DAY S)-0,47(MAXP)0,53
Dimana:
R         = Indeks rata-rata bulanan.
RAIN      = Curah hujan rata-rata bulanan (cm)
DAYS      = Jumlah harian hujan rata-rata perbulan
MAXP      = Curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan.
     Erodibilitas (K) tanah adalah mudah tidaknya tanah mengalami erosi, yang
di tentukan oleh berbagai sifat _sik dan kimia tanah. Menurut Wischmeier (1971)
dalam Arsyad (1989) persamaan umum kehilangan tanah adalah sebagai berikut :
              100K = 2,1M1,14(10-4)(12 -a) + 3,25(b -2) + 2,5(c-3)
Dimana:
K = erodibilitas
M = ukuran partikel (% debu + % pasir halus)
a = kandungan bahan organic
b = kelas struktur tanah
c = kelas permeabilitas
     Faktor panjang dan kemiringan kereng (LS). Faktor panjang lereng yaitu
nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng tertentu
terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22.13 m) di bawah
keadaan yang identik. Sedangkan faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara
besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah kecuraman lereng tertentu, terhadap
besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik.
Secara umum persamaan untuk menentukan panjang lereng adalah (Laen and
Moldenhauer, 2003):
                                        L = (λ)m
     Dimana L adalah faktor panjang lereng, λ adalah panjang lereng (m) dan m
adalah eksponensial dari panjang lereng yang berkisar antara 0.2-0.6, di
Indonesia yang sering digunakan adalah nilai 0.5, sedangkan persamaan untuk
menentukan faktor kemiringan lereng menggunakan persamaan (Arsyad, 1989):
                        S = (0,0138 + 0,00965 θ + 0,00138 θ2)
     Dimana S adalah faktor kemiringan lereng dan θ adalah kemringan lereng
(%). Persamaan diatas sangat sulit diterapkan pada SIG berbasis pixel karena
variabilitas panjang lereng yang sangat kompleks. Moore and Burch (1986)
dalam Kinnell (2008) telah mengembang suatu persamaan untuk mencari nilai
LS dengan memanfaatkan data DEM pada SIG. Adapun persamaan itu adalah:
                         LS = (X .CZ/22.13)0,4(sin θ/0,0896)1,3
Dimana:
LS        = Faktor Lereng
X         = Akumulasi Aliran
CZ        = Ukuran pixel
θ         = Kemiringan lereng (%)
     Akumulasi aliran merupakan nilai pixel yang dipengaruihi oleh aliran dari
pixel dilereng atas. Pengolahan data DEM untuk mendapatkan nilai LS didalam
penelitian ini menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3 dengan bantuan
extensions Spatial Analyst dan Terrain Analysis.
     Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman (C) yaitu nisbah
antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi dan pengelolaan tanaman
tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik dan tanpa tanaman. Data
sebaran spasial dari factor ini diperoleh dari Adnyana (2006).
     Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (P) yaitu nisbah antara
besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi khusus
seperti pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras
terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang
identik. Data sebaran spasial dari factor ini diperoleh dari Adnyana (2006).


Kelemahan dan Keunggulan
      Beberapa       Ilmuan   menyatakan   beberapa   kelemahan     darii   USLE,
diantaranya adalah model tersebut dinilai tidak efektif jika di aplikasikan di luar
kisaran kondisi dimana model terdebut dikembangkan. Adaptasi model tersebut
pada lingkungan yang baru memerlukan investasi sumber daya dan waktu untuk
mengembangkan database yang dibutuhkan untuk menjalankannya. Over
estimasi yang terjadi dengan penggunaan USLE dapar mencapai 2000%,
peyebabnya adalah adanya subjektivitas pengunaan data atau karena pengunaan
peta skala kecil.
      Meskipun disadari adanya beberapa kelemahan dari model-model empiris,
khusunya USLE, dampai saat ini telah dan masih diaplikasikan secara luas di
seluruh dunia, karena model tersebut mudah di kelolah, relative sederhana dan
jumlah masukan atau parameter yang dibutuhkan relative sedikit dibandingkan
dengan model-model lainya yang besifat lebih konpleks. USLE juga berguna
untuk menentukan kelayan atau tindakan konservasi tanah dalam perncanaan
lahan dan untuk memprediksi non-point sendiment losses dalam hubungannya
dengan program penegndalian polusi. Pada tingkat lapangan, USLE sangat
berguna untuk merumuskan rekomendasi atau perencanaan yang berkaitan
dengan bidang agronomi, karena dapar digunakan sebagai dasar untuk pemilihan
land use dan tindakan konservasi tanah yang ditujukan untuk menurunkan on-site
effect dari erosi.
      Salah satu factor yang harus disadari oleh penguna model ini berhubungan
dengan skala penggunaan. Taringan dan Sinukaban (2001) menyatakan bahwa
USLE bermanfaat dalam hubungannya dengan on-site effect dari erosi. Tidak
demikian halnya dalam hubungan dengan off-site effect dari erosi , diantaranya
meliputi pengaruh erosi terhadap lngkungan di luar lahan yang tererosi, misalnya
   kualitas air sungai, kerusakan dam yang disebabkan oleh hasil sedimentasi.


B. Model Erosi Rose (GUEST)
        Model Erosi Rose (GUEST) merupakan model berdasarkan pendekatan
   proses erosi yang mempengaruhinya, nyaitu daya pelepasan praktikel tanah oleh
   butiran-butiran huan dan aliran permukaan sebagai agen utama peyebab erosi
   tanah. dalam model ini, erosi terjadi karena adanya tiga proses yang berperan,
   yaitu sendimen, dan pengendapan sendimen. Ketiga proses dalam model tersebut
   diilustrasikan pada gambar 1, sedangankan proses dalam model tersebut
   disederhanakan adalah sebagai berikut:
                                    SL = 2700λS (Cr)(Q)
   Dimana SL adalah total tanah yang hilang (kg.m-3); λ adalah efisensi pengakutan;
   S adalah kemiringan lahan(%); C adalah persentase penutupan lahan; Q adalah
   volume aliran permukaan (m3).




          Gambar 1. hubungan antara fluks sendimen, pengikisan, pengangkutan
                      dan pengendapan sendimen, dalam proses erosi tanah.
   Persamaan diatas diturunkan berdasarkan konsep konservasi maka sendimen
   dalam beberapa bagian elemen dari aliran permukaan yang di kombinasikan
   dengan teori kosentrasi sendimen dan hidrologi, secara matematis persamaan
   tersebut ditulis dalam bentuk,
Dimana qsi = q Ci, yaitu fluk sendimen pada arah aliran air (x), q adalah flux
sendimen (debit spesifik), Ci = kosentrasi sendimen, h = tebal aliran permukaan,
ei = pelepasan oleh butiran-butiran huajn, ri = pengangkutan sendimen dan
di=pengendapan sendimen.

     GUEST mulanya didokumentasikan oleh Misran dan Rose pada tahun 1990
dan telah mengalami beberapa pengembanagan selama Proyek ACIAR. Untuk
daerah tropis, GUEST telah divalidasi pada skala pot (72-1.000m2) dan
menunjukan hasil yang baik.
     GUEST merupakan model persamaan fisik yang perhitungannya didasarkan
pada konsentrasi sendimen yang tersuspendi di dalam aliran permukaan,
dikembnagkan oleh rose dan hairsine (1988). Besar Konsentrasi sendimen pada
keadaan bera menggunakan persamaan sebagai berikut:




Dimana:

Ct         = konsentrasi sendimen dalam aliran permukaan
F          = fraksi tenaga aliran yang digunakan untuk mengerosikan tanah
σ          = berat jenis sendimen
r          = berat jenis air
Φ          = rata-rata kecepatan pengendapan sendimen
S          =kemiringan lahan
V          = kecepatan aliran permukaan


     Kecepatan aliran permukaan pada persamaan 3 mengunakan rumus Manning
yang disajikan dalam persamaan 4, yaitu:
Dimana:
n = koefisien kekasaran manning’s
R = jari-jari hidrolik
S = kemiringan lahan.
   Jika debit aliran permukaan mengikuti persamaan 5, kemudian disubtitusikan
kedalam persamaan 3 maka persamaan kecepataan aliran permukaan dapat
dijabarkan menajdi persamaan 6.




Dimana:
Q = debit aliran permukaan per unit luas
A = luas penampang permukaan.




   Bila persamaan 6 didubtituikan dalam persamaan 3, maka persamaan
konsentrasi sendimen dapat dijabarkan mengikuti persamaan 7, yaitu:




Selanjunya persamaan 7 disederhanakan menjadi persamaan 8, yaitu
Gambar 2. Diagram alir perhitungan Erosi, hasil sedimen, dan aliran permukaan
          dengan pedekatan GUEST.
Kelemahan dan Keunggulan
   Dibandingkan dengan USLE, salah satu keunggulan dari model fisik seperti
GUEST adalah terakomodasinya fungsi linier sendimen. Dalam model GUSET
terdapat tiga parameter yang dapat dipengaruhi oleh specific filterstrips
permukaan lahan yakni Cs dan Ks. Koefisien Manning’s meningkat ketika
kekasaran permukaan meningkat, dan membuat kecepatan aliran menurun,
meyebabkan hasil sendimen menurun. Cs dan Ks merupakan factor penyesuaian
untuk menggunkan persamaan pada kondisi tanah berpenutup, sebagai peganti
dari tanah bera.. Cs ditentukan oleh tipe penggunaan lahan, termasuk penutupan
permukaan tanah oleh mulsa atau serasah. Ks merupakan data empiris dan
merupakan factor tidak berdimentasi, mempunya nilai kisaran antara 5-15.
Schmitz dan Tameling (2000) mengasumsikan nilai Ks sebesar 10 dengan nilai
kesalahan 5 untuk prediski erosi pada lahan usaha tani kopi, sedangkan untuk
lahan sawah sinkaban et al. (2000) menetapkn Ks sebesar 5.
   Faktor erodibilitas tanah yang digunkan dalam model GUEST (β) lebih pasti
dibandingkan dengan K dalam USLE. β,sebagian besaar berhubungan dengan
soil strength. Deposbility ata kemapuan agregat atau pratikel tanah untuk
mengendap, juga dilibatkan dalamperhiungan erosi. K merupakan gabungan dari
berapa parameteryang tergantung dari: karaktaeristik infiltrasi, koefisien
kekasaran manning, kecendrungan untuk membuat alur stabilitas agregat tanah
terhadap cuah huajn, kecendurngan tanah untuk terkonsolidasi atau menajdi kuat
direfleksikan dalam β.




   Perbedaan utama antara model empiris USLE deengan model fisik GUEST
disajikan pada tabel 1.
C. MODEL AGNPS (Agricultural Non Point Source Pollution Model)
Model    AGNPS      (agricultural   non   point   source   pollution   model)
dikembangkan oleh USDA-ARS, North Central Soil Consrvation Service,
Morris, Minnesota yang bekerjasama dengan USDA-SCS, MPCA (Minnesota
Pollution Control Agency), LCMR (Legeslative Commission in Minnesota
Resources) dan EPA (Environmental Protection Agency) (Young et al. 1994).
Model ini terus berkembang dan telah diterapkan di beberapa negara untuk
menentukan langkah-langkah kebijakan dan evaluasi dalam kegiatan konservasi,
seperti di Amerika, Canada dan negara-negara di Eropa (Yoon 1996).
Struktur Model AGNPS
   Model AGNPS bekerja pada basis sel geografis (dirichlet tesselation) yang
digunakan untuk menggambarkan kondisi daratan (upland) dan saluran
(channel). Dirichlet tesselation adalah proses pembagian dan pengelompokan
DAS menjadi sel (tiles) yang juga dikenal dengan nama polygon Thiessen
atauVoronoi. Setiap sel berbentuk bujur sangkar seragam yang membagi DAS
secara merata, di mana memungkinkan analisis pada titik dalam suatu DAS.
      Polutan potensial ditelusuri melalui sel-sel dari awal hinggaoutlet secara
bertahap, sehingga aliran pada setiap titik antar sel dapat diperhitungkan. Seluruh
karakteristik DAS dan masukan digambarkan pada tingkatan sel.
      Setiap sel mempunyai resolusi 2,5 akre (1,01 ha) hingga 40 akre (16,19
ha). Ukuran sel yang lebih kecil dari 10 akre direkomendasikan untuk DAS
dengan luas kurang dari 2000 akre (809,36 ha). Untuk DAS yang luasnya lebih
dari 2000 akre, maka ukuran seladapat berukuran 40 akre (Yoon 1996).
      Setiap sel utama dapat dibagi lagi menjadi sel-sel yang lebih kecil untuk
memperoleh resolusi yang lebih rinci dari kondisi topografi yang komplek.
Ketelitian hasil dapat ditingkatkan dengan mengurangi ukuran sel, tetapi hal ini
akan membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak untuk menjalankan
model.
      Nilai-nilai parameter model untuk skala sel ditetapkan berdasarkan kondisi
biofisik aktual pada masing-masing sel. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan satu
nilai parameter yang seragam pada masing-masing sel, perlu ditetapkan nilai
tunggal parameter sel dengan menghitung nilai rata-rata tertimbang dari berbagai
kondisi bergam yang ada (Yoon 1996).
Parameter Masukan Model AGNPS
      Ada dua parameter masukan dalam model AGNPS, yaitu inisial data dan
data per sel (spreadseheet data entry) (Yoon 1996). Parameter masukan inisial
data, meliputi :
1) identifikasi DAS;
2) deskripsi DAS;
3) luas sel (akre);
4) jumlah sel;
5) curah hujan (inci);
6) konsentrasi N dalam curah hujan (ppm);
7) energi intensitas hujan maksimum 30 menit (EI30);
8) durasi hujan (jam);
9) perhitungan debit puncak aliran;
10) perhitungan geomorfik; dan
11) faktor bentuk hidrograf.
      Sedangkan parameter masukan per sel dalam model AGNPS terdiri dari 22
parameter, yaitu :
1) nomor sel;
2) nomor sel penerima;
3) divisi sel;
4) divisi sel penerima;
5) arah aliran;
6) bilangan kurva aliran permukaan;
7) kemiringan lereng (%);
8) faktor bentuk lereng;
9) panjang lereng;
10) koefisien aliran Manning;
11) faktor erosibilitas tanah;
12) faktor pengelolaan tanaman;
   13) faktor pengelolaan tanah;
   14) konstanta kondisi permukaan;
   15) faktor COD;
   16) tekstur tanah;
   17) indikator pemupukan;
   18) indikator pestisida;
   19) indikator point source;
   20) indikator tambahan erosi;
   21) faktor genangan; dan
   22) indikator saluran.


   Parameter Keluaran Model AGNPS
         Young et al. (1989), hasil keluaran (output) dari model AGNPS dapat
   berupa grafik dan tabular dengan informasi yang sangat lengkap, baik keluaran
   DAS (watershed summary) maupun keluaran per sel. Keluaran DAS, meliputi :
   1) volume aliran permukaan;
   2) laju puncak aliran permukaan;
   3) total hasil sedimen;
   4) total N dalam sedimen;
   5) total N terlarut dalam aliran permukaan;
   6) konsentrasi N terlarut dalam aliran permukaan;
   7) total P dalam sedimen;
   8) total p terlarut dalam aliran permukaan;
   9) konsentrasi P terlarut dalam aliran permukaan;
  10) total COD terlarut dan konsentrasi COD terlarut dalam aliran permukaan.
          Sedangkan keluaran per sel dari masing-masing sel yang terdapat dalam
   DAS dapat berupa :
1) Hidrologi, meliputi : a) volume aliran permukaan; b) laju puncak aliran
   permukaan; dan c) bagian aliran permukaan yang dihasilkan di dalam sel.
2) Sedimen, meliputi : a) hasil sedimen; b) konsentrasi sedimen; c) distribusi ukuran
   partikel sedimen; d) erosi yang dipasok dari sel sebelah atasnya; e) jumlah
   deposisi; f) sedimen di dalam sel; g) rasio pengkayaan oleh ukuran partikel; dan
   h) rasio pengangkutan oleh ukuran partikel.
3) Kimiawi, meliputi : a) nitrogen (massa N per satuan luas di dalam sedimen,
   konsentrasi material terlarut, dan massa dari material terlarut); b) fosfor (massa P
   per satuan luas di dalam sedimen, konsentrasi dari material terlarut, dan massa
   dari material terlarut); dan c) COD (konsentrasi COD dan massa COD terlarut per
   satuan luas).
    Kelebihan Model AGNPS
          Kelebihan model ini terletak pada parameter-parameter model yang
    terdistribusi di seluruh areal DAS, sehingga nilai-nilai parameter model benar-
    benar mencerminkan kondisi biofisik DAS pada setiap satuan luas di dalam
    DAS. Selain erosi, model ini mampu menghasilkan keluaran-keluaran seperti :
    volume dan laju puncak aliran permukaan, hasil sedimen, kehilangan N, P dan
    COD (Young et al. 1994).


D. MODEL ANSWERS (Areal Nonpoint Source Watershed Environmental
    Response Simulation)
           Model ANSWERS (areal nonpoint source watershed environmental
    response simulation) merupakan sebuah model hidrologi dengan parameter
    terdistribusi yang mensimulasikan hubungan hujan-limpasan dan memberikan
    dugaan hasil sedimen. Model hidrologi ANSWERS dikembangkan dari US-EPA
    (United States Environment Protection Agency)oleh Purdue Agricultural
    Enviroment Station (Beasley and Huggins 1991).
           Salah satu sifat mendasar dari model ANSWERS adalah termasuk
    kategori model deterministik dengan pendekatan parameter distribusi. Model
    distribusi parameter DAS dipengaruhi oleh variabel keruangan (spatial),
    sedangkan parameter- parameter pengendalinya, antara lain : topografi, tanah,
    penggunaan lahan dan sifat hujan.
Struktur Model ANSWERS
        Model ANSWERS adalah model deterministik yang didasarkan pada
hipotesis bahwa setiap titik di dalam DAS mempunyai hubungan fungsional
antara laju aliran permukaan dan beberapa parameter hidrologi yang
mempengaruhi aliran, seperti intensitas hujan, infiltrasi, topografi, jenis tanah
dan beberapa faktor lainnya. Laju aliran yang terjadi dapat digunakan untuk
memodelkan fenomena pindah massa, seperti erosi dan polusi dalam wilayah
DAS.
        Dalam model ini suatu DAS yang akan dianalisis responnya dibagi
menjadi satuan elemen yang berukuran bujursangkar, sehingga derajat
variabilitas spasial dalam DAS dapat terakomodasi. Konsep distribusi
disefinisikan melalui hubungan matematika untuk semua proses simulasi, model
ini mengasumsikan bahwa suatu DAS merupakan gabungan dari banyak elemen
yang diartikan sebagai suatu areal yang memiliki paramater hidrologi yang sama.
Setiap elemen akan memberikan kontribusi sesuai dengan karakteristik yang
dimiliki. Model ini juga mengikut sertakan semua parameter kontrol secara
spasial. Oleh karena itu model ANSWERS melakukan analisis pada setiap satuan
elemen.

 Parameter Masukan Model ANSWERS
       Data masukan model ANSWERS dikelompokkan dalam lima bagian (de
 Roo 1993), yaitu :
1) Data curah hujan, yaitu : jumlah dan intensitas hujan pada suatu kejadian
   hujan.
2) Data tanah, yaitu : porositas total (TP), kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi
   konstan (FC) selisih laju infiltrasi maksimum dengan laju infiltrasi konstan
   (A), eksponen infiltrasi (P), kedalaman zona kontrol iniltrasi (DF), kandungan
   air tanah awal (ASM), dan erodibilitas tanah (K).
3) Data penggunaan dan kondisi permukaan lahan, meliputi : volume intersepsi
   potensial (PIT), persentase penutupan lahan (PER), koefisien kekasaran
permukaan (RC), tinggi kekasaran maksimum (HU), nilai koefisien manning
   untuk permukaan lahan (N), faktor tanaman dan pengelolaannya (C).
4) Data karakteristik saluran, yaitu lebar saluran (CW) dan koefisien manning
   (N).
5) Data satuan individu elemen, yaitu : kemiringan lereng, arah lereng, jenis
   tanah, jenis penggunaan lahan, liputan penakar hujan, kemiringan saluran, dan
   elevasi elemen rata-rata.
Mekanisme model ANSWERS
Mekanisme model ANSWERS dapat dijelaskan sebagai berikut (de Roo 1993) :
1) Hujan yang jatuh pada suatu DAS dengan vegetasi tertentu, sebagian akan
     diintersepsi oleh tajuk vegetasi (PER) sampai potensial simpanan intersepsi
     (PIT) tercapai.
2) Apabila laju hujan lebih kecil dari laju intersepsi, maka air hujan tidak akan
     mencapai permukaan tanah. Sebaliknya jika laju hujan lebih besar dari laju
     intersepsi, maka terjadi infiltrasi.
3) Laju infiltrasi awal tersebut dipengaruhi oleh kandungan air tanah awal
     (ASM = anticedent soil moisture), porositas tanah total (TP), kandungan air
     tanah pada kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi pada saat konstan (FC), laju
     infiltrasi maksimum (FC+A), dan kedalaman zona kontrol infiltrasi (DF).
     Laju infiltrasi akan menurun secara eksponensial dengan bertambahnya
     kelembaban tanah.
4) Jika hujan terus berlanjut, maka laju hujan menjadi lebih besar dari laju
     infiltrasi dan intersepsi. Pada kondisi ini air mulai mengumpul dipermukaan
     tanah dalam depresi mikro (retention storage) yang dipengaruhi oleh
     kekasaran permukaan tanah, yaitu RC dan HU.
5) Jika retensi permukaan melebihi kapasitas depresi mikro, maka akan terjadi
     limpasan permukaan, di mana besarnya limpasan permukaan tersebut
     dipengaruhi oleh kekasaran permukaan (N), kelerengan dan arah aliran.
6) Bila hujan terus berlanjut, maka akan tercapai laju infiltrasi konstan (FC).
7) Pada saat hujan reda, proses infiltrasi masih terus berlangsung sampai
    simpanan depresi sudah tidak tersedia lagi.
Parameter Keluaran Model ANSWERS
      Keluaran model berupa hasil prediksi, yaitu : ketebalan aliran permukaan,
debit puncak, waktu puncak, rata-rata kehilangan tanah, laju erosi maksimum
tiap elemen, laju deposisi maksimum tiap elemen dan pengurangan jumlah
sedimen akibat tindakan konservasi tanah.
      Model ANSWERS juga menampilkan grafik yang berisi hyetograf hujan
terpilih, hidrograf aliran permukaan, dan sedimentasi. Dari setiap kajadian hujan
dapat dianalisis debit puncak dan waktu puncak. Debit puncak adalah nilai
puncak (tertinggi) dari suatu hidrograf aliran, dan waktu puncak adalah selang
waktu mulai dari awal terjadinya aliran permukaan sampai terjadinya debit
puncak (Beasley and Huggin 1991).
      Asumsi yang digunakan untuk memprediksi erosi dengan model ini adalah
: 1) erosi tidak terjadi di lapisan bawah permukaan; 2) sedimen dari suatu elemen
ke elemen lain akan meningkatkan lapisan permukaan elemen tempat
pengendapan; dan 3) pada segmen saluran tidak terjadi erosi akibat hempasan
butir hujan (Beasley and Huggin 1991).
      Penghancuran dan pengangkutan partikel tanah disebabkan oleh pukulan
butir hujan (DTR) dan energi limpasan permukaan. Jumlah partikel tanah yang
dapat dipindahkan tergantung dari besarnya sedimen yang dihasilkan dan
kapasitas transpornya (TC). Air limpasan dan sedimen yang dapat mencapai
elemen yang memiliki saluran, akan bergerak menuju outlet DAS, di mana
sedimentasi yang terjadi dalam saluran akan terjadi ketika besarnya kapasitas
transpor telah terlewati (de Roo 1993).
Kelebihan dan Kelemahan Model ANSWERS
      Beasley dan Huggins (1991) menyebutkan bahwa model ANSWERS
dapat digunakan untuk DAS yang luasnya kurang dari 10.0000 ha. Kelebihan dan
model ANSWERS adalah : a) analisis parameter distribusi yang dipergunakan
dapat memberikan hasil simulasi yang akurat terhadap sifat daerah tangkapan; b)
dapat mensimulasi secara bersamaan dari berbagai kondisi dalam DAS; c)
memberikan keluaran berupa limpasan dan sedimen dari suatu DAS yang
dianalisis.
       Beasley dan Huggins (1991), mengemukakan bahwa model ANSWERS
sebagai sebuah model hidrologi mempunyai kelebihan, antara lain :
1) Dapat mendeteksi sumber-sumber erosi di dalam DAS serta memiliki
   kemampuan sebagai alat untuk strategi perencanaan dan evaluasi kegiatan
   RLKT DAS.
2) Dapat mengetahui tanggapan DAS terhadap mekanisme pengangkutan
   sedimen ke jaringan aliran yang ditimbulkan oleh kejadian hujan
3) Sebagai suatu paket program komputer yang ditulis dalam bahasafortran,
   mempunyai kemampuan untuk melakukan simulasi hujan-limpasan dari
   berbagai perubahan kondisi penggunaan lahan dalam DAS.
4) Untuk melakukan inputing data base (topografi, tanah, penggunaan lahan,
   sistem saluran) ke dalam model dapat diintegrasikan dengan data dari remote
   sensing maupun SIG.
5) Adanya variasi pemilihan parameterinput danoutput dari model disesuaikan
   dengan kebutuhan pengguna.
6) Sesuai untuk diterapkan pada lahan pertanian, hutan, maupun perkotaan.
7) Satuan pengukuran dapat berupa metrik ataupun British unit.
8) Dapat diterapkan pada DAS dengan ukuran lebih kecil dari 10.000 ha.
Sedangkan kekurangan nodel ANSWERS antara lain :
1) Semakin kompleks, terutama pada data perlukan dan waktu penghitungan,
   dimana besarnya tergantung dari berbagai faktor, seperti luas DAS dan jumlah
   grid.
2) Model terdistribusi relatif masih bari dibanding lumped parameter, sehingga
   masih perlu pengembangan dan penyesuaian.
3) Karena hanya untuk tiap kejadian hujan (individual event), maka model ini
4) tidak memiliki sub model untuk evapotranspirasi.
5) Erosi dari saluran belum diperhitungkan ke dalam model.
6) Batas grid kemugkinan tidak menggambarkan batas yang sebenarnya
7) Untuk sebuah grid dalam kenyataan dapat lebih besar dari luas sub-sub DAS.
Aplikasi Model ANSWERS
      Hipotesis yang dikembangkan dalam model ini adalah bahwa setiap bagian
dalam DAS terjadi hubungan antara laju aliran dan parameter-parameter
hidrologi, serta tipe tanah, topografi, infiltrasi, penggunaan lahan dan sifat hujan.
Laju aliran yang terjadi dapat digunakan untuk mengkaji hubungan antara
komponen hidrologi yang menjadi dasar dalam pemodelan fenomena transport,
seperti erosi tanah dan pengangkutan serta pergerakan bahan kimia tanah.




                              III.   PENUTUP
A. Kesimpulan


        Dampak penerapan teknik konservasi tanah terhadap besarnya erosi yang
terjadi dapat dievaluasi melalui 2 cara yaitu pengukuran langsung di lapangan dan
diprediksi menggunakan model-model matematis yang dibangun untuk maksud
tersebut. Pengukuran langsung memerlukan waktu yang lama untuk menghasilkan
data yang memadai untuk bisa dibandingkan dan biaya yang tidak sedikit untuk
memelihara dan mengamatinya di lapangan, untuk itu model-model konservasi dapat
menjadi alternatif yang cepat dapat memberikan angka kuantitatif. Penggunaan
model-model konservasi telah banyak digunakan di berbagai negara termasuk
Indonesia, namun demikian pengembangan model-model konservasi dan input
paramaternya yang sesuai untuk kondisi negara tropis seperti Indonesia belum banyak
dilakukan.
                                      B. Saran


        Pengembangan model berbasis proses sudah saatnya untuk dikembangkan di
Indonesia karena model ini dapat menunjukkan kejadian erosi secara keruangan
(spatial) dan waktu. Informasi tersebut sangat penting dalam perencanaan konservasi
tanah   untuk   menentukan    kapan    dan   dimana   tempat   yang   tepat   untuk
mengimplementasikan suatu teknik pencegahan erosi dan aliran permukaan.




                              DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Pembrit. IPB/IPB Pros. Cetakan ketiga.
        Bogor.
Aswandi. 1996. Aplikasi Model ANSWERS Dalam Perencanaan Pengelolaan Daerah
        Aliran Sungai Cikapundung Jawa Barat. Tesis Magister. Program
        Pascasarjana, IPB. Bogor.
Beasley DB and Huggins LF. 1991. ANSWERS. User’s Manual. Agricultural
        Engineering Department, Purdue University, West Laffayete, Indiana.

Brooks KN, Folliot PF, Gregesen HM, and Thames JL. 1987. Hydrology and The
       Management of Watershed. USA.

Chow VT, Maidment DR, and Mays LW. 1988. Applied Hydrology. Singapore :
      McGraw-Hill Book Company.

De Roo. 1993. Modelling Surface Runoff and Soil Erosion in Catchment Using
       Geographical Information System. Utrecht. Utrecht University.

Dent FJ and Anderson EA. 1971. System Analysis in Agricultural Management. John
        Willey & Sons. Sidney.

Ginting AN, dan Ilyas MA. 1997. Pendugaan Erosi pada Sub DAS Siulak di
        Kabupaten Kerinci dengan Menggunakan Model ANSWERS.

Rose, C.W., K.J. Coughland, C.A.A. Ciesiolka, and B. Fentie. 1997. Program
       GUEST (Griffith University Erosion System Template) In A New Soil
       Conservation Methodology and Application to Cropping Systems in

Contenu connexe

Tendances

Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiGoogle
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
 
Evapotranspirasi power point
Evapotranspirasi power pointEvapotranspirasi power point
Evapotranspirasi power pointnuelsitohang
 
Jurnal Tentang Banjir
Jurnal Tentang BanjirJurnal Tentang Banjir
Jurnal Tentang BanjirRosminar
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAlfian Nopara Saifudin
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihTidar University
 
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahanBuku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahanDanur Qahari
 
PARAMETER KELEMBABAN
PARAMETER KELEMBABANPARAMETER KELEMBABAN
PARAMETER KELEMBABANAslam Muh
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indraAlfian Nopara Saifudin
 
Soils and Earth Systems (Kebumian) Key Idea 4
Soils and Earth Systems (Kebumian) Key Idea 4Soils and Earth Systems (Kebumian) Key Idea 4
Soils and Earth Systems (Kebumian) Key Idea 4Roni Marudut Situmorang
 
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)f' yagami
 
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanPeranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanamanita wahyu
 
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahKeterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahFeisal Rachman Soedibja
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahArif nor fauzi
 

Tendances (20)

Liesa
LiesaLiesa
Liesa
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
 
Presentasi gita
Presentasi gitaPresentasi gita
Presentasi gita
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
 
Makalah mutasi gen
Makalah mutasi genMakalah mutasi gen
Makalah mutasi gen
 
Evapotranspirasi power point
Evapotranspirasi power pointEvapotranspirasi power point
Evapotranspirasi power point
 
Jurnal Tentang Banjir
Jurnal Tentang BanjirJurnal Tentang Banjir
Jurnal Tentang Banjir
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
 
Soal soal dasgro kel 1
Soal soal dasgro kel 1Soal soal dasgro kel 1
Soal soal dasgro kel 1
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahanBuku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
 
PARAMETER KELEMBABAN
PARAMETER KELEMBABANPARAMETER KELEMBABAN
PARAMETER KELEMBABAN
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
 
Soils and Earth Systems (Kebumian) Key Idea 4
Soils and Earth Systems (Kebumian) Key Idea 4Soils and Earth Systems (Kebumian) Key Idea 4
Soils and Earth Systems (Kebumian) Key Idea 4
 
Kalibrasi
KalibrasiKalibrasi
Kalibrasi
 
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
 
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanPeranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
 
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahKeterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
 
Gunung berapi
Gunung berapiGunung berapi
Gunung berapi
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
 

En vedette

Teknik pengawetan tanah dan air
Teknik pengawetan tanah dan airTeknik pengawetan tanah dan air
Teknik pengawetan tanah dan airHelmas Tanjung
 
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Helmas Tanjung
 
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Helmas Tanjung
 
Pengolahan Dan Klasifikasi Lahan Oleh Nurul Aulia (A1H009058)
Pengolahan Dan Klasifikasi Lahan Oleh Nurul Aulia (A1H009058)Pengolahan Dan Klasifikasi Lahan Oleh Nurul Aulia (A1H009058)
Pengolahan Dan Klasifikasi Lahan Oleh Nurul Aulia (A1H009058)Helmas Tanjung
 
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...Hanifah Nurhayati
 
Materi Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiMateri Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 

En vedette (9)

Model AGNPS
Model AGNPSModel AGNPS
Model AGNPS
 
Teknik pengawetan tanah dan air
Teknik pengawetan tanah dan airTeknik pengawetan tanah dan air
Teknik pengawetan tanah dan air
 
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
 
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
 
Pengolahan Dan Klasifikasi Lahan Oleh Nurul Aulia (A1H009058)
Pengolahan Dan Klasifikasi Lahan Oleh Nurul Aulia (A1H009058)Pengolahan Dan Klasifikasi Lahan Oleh Nurul Aulia (A1H009058)
Pengolahan Dan Klasifikasi Lahan Oleh Nurul Aulia (A1H009058)
 
Riwayat hidup
Riwayat hidupRiwayat hidup
Riwayat hidup
 
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Alli...
 
Materi Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiMateri Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
 
Erosi
ErosiErosi
Erosi
 

Similaire à Model Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas

Bab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airBab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airAndrew Hutabarat
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...zulfikar fahmi
 
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdffauzanfahcri1
 
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012NurdinUng
 
Bahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdf
Bahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdfBahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdf
Bahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdfRiaPurnamasari5
 
Teknologi gis dan analisis spasial di zona pesisir manajemen
Teknologi gis dan analisis spasial di zona pesisir manajemenTeknologi gis dan analisis spasial di zona pesisir manajemen
Teknologi gis dan analisis spasial di zona pesisir manajemenfikrul islamy
 
BAB_1_PENGETAHUAN_DASAR_GEOGRAFI.pptx
BAB_1_PENGETAHUAN_DASAR_GEOGRAFI.pptxBAB_1_PENGETAHUAN_DASAR_GEOGRAFI.pptx
BAB_1_PENGETAHUAN_DASAR_GEOGRAFI.pptxMukarobinspdMukarobi
 
Mitigasi bencana geologi dalam pengembangan lapangan panas bumi
Mitigasi bencana geologi dalam pengembangan lapangan panas bumiMitigasi bencana geologi dalam pengembangan lapangan panas bumi
Mitigasi bencana geologi dalam pengembangan lapangan panas bumiHerman Satmoko
 
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianAnalisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianjufrikarim
 
Topik 9 Kuliah-drainase permukaan-dkk
Topik 9 Kuliah-drainase permukaan-dkkTopik 9 Kuliah-drainase permukaan-dkk
Topik 9 Kuliah-drainase permukaan-dkkDedi Kusnadi Kalsim
 

Similaire à Model Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas (20)

01 materi-minggu9
01 materi-minggu901 materi-minggu9
01 materi-minggu9
 
Erosi_dan_sedimentasi.pptx
Erosi_dan_sedimentasi.pptxErosi_dan_sedimentasi.pptx
Erosi_dan_sedimentasi.pptx
 
Presentasi Rosma
Presentasi RosmaPresentasi Rosma
Presentasi Rosma
 
Laporan q
Laporan qLaporan q
Laporan q
 
Bab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airBab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan air
 
Makalah_44 Metode matriks klasifikasi kemampuan lahan
Makalah_44 Metode matriks klasifikasi kemampuan lahanMakalah_44 Metode matriks klasifikasi kemampuan lahan
Makalah_44 Metode matriks klasifikasi kemampuan lahan
 
Kerentanan air
Kerentanan airKerentanan air
Kerentanan air
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
 
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
 
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
 
3617 3607-1-pb
3617 3607-1-pb3617 3607-1-pb
3617 3607-1-pb
 
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdfS3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
 
Bahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdf
Bahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdfBahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdf
Bahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdf
 
Teknologi gis dan analisis spasial di zona pesisir manajemen
Teknologi gis dan analisis spasial di zona pesisir manajemenTeknologi gis dan analisis spasial di zona pesisir manajemen
Teknologi gis dan analisis spasial di zona pesisir manajemen
 
Pondasi cerucuk
Pondasi cerucukPondasi cerucuk
Pondasi cerucuk
 
3. kerusakan alam
3. kerusakan alam3. kerusakan alam
3. kerusakan alam
 
BAB_1_PENGETAHUAN_DASAR_GEOGRAFI.pptx
BAB_1_PENGETAHUAN_DASAR_GEOGRAFI.pptxBAB_1_PENGETAHUAN_DASAR_GEOGRAFI.pptx
BAB_1_PENGETAHUAN_DASAR_GEOGRAFI.pptx
 
Mitigasi bencana geologi dalam pengembangan lapangan panas bumi
Mitigasi bencana geologi dalam pengembangan lapangan panas bumiMitigasi bencana geologi dalam pengembangan lapangan panas bumi
Mitigasi bencana geologi dalam pengembangan lapangan panas bumi
 
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianAnalisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
 
Topik 9 Kuliah-drainase permukaan-dkk
Topik 9 Kuliah-drainase permukaan-dkkTopik 9 Kuliah-drainase permukaan-dkk
Topik 9 Kuliah-drainase permukaan-dkk
 

Model Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas

  • 1. TUGAS TERSTRUKTUR TEKNIK PENGAWETAN TANAH DAN AIR MODEL KONSERVASI TANAH DAN AIR Oleh : Helmas Dwi Antoro Tanjung NIM A1H009041 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2012
  • 2. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi yang dipercepat (accelerated erosion) timbul sejak manusia mengenal budidaya pertanian. Erosi menjadi masalah sejak pengelolaan lahan dilakukan secara lebih intensif, sehubungan dengan peningkatan kebutuhan sandang, pangan, papan dan lainnya sejalan dengan pesatnya pertambahan jumlah penduduk. Sejak beberapa dekade yang lalu erosi diakui secara luas sebagai suatu permasalahan global yang serius. United Nations Environmental Program dalam Lal (1994) menyatakan bahwa produktivitas lahan seluas ± 20 juta ha setiap tahun mengalami penurunan ke tingkat nol atau menjadi tidak ekonomis lagi disebabkan oleh erosi atau degradasi yang disebabkan oleh erosi. Penurunan produktivitas lahan dimana erosi terjadi baru merupakan on-site effect dari erosi, belum termasuk kerugian yang disebabkan oleh off-site effect dari erosi seperti sedimentasi sungai, waduk, jaringan irigasi dan berbagai kerusakan lainnya. Sebagai gambaran di negara maju seperti Amerika kerusakan akibat erosi jika dihitung secara nominal adalah: untuk kerusakan yang bersifat on-site berkisar antara US$ 500 juta-US$1,2 milyar dan off-site berkisar antara US$3,4 milyar - US$13 milyar (Colacicco et al., 1989). Untuk Negara tropis seperti Indonesia, dimana potensi erosi begitu besar, baik karena faktor alami maupun karena aspek pengelolaan lahan, kerugian yang diakibatkan oleh erosi tidak akan kalah besarnya dengan yang terjadi di negara subtropika tersebut Dengan besarnya resiko yang bakal terjadi, maka pencegahan erosi merupakan aspek yang tidak boleh dilupakan dalam pengelolaan lahan, baik untuk pertanian maupun penggunaan lainnya. Pencegahan erosi yakni tindakan konservasi tanah sudah harus diperhitungkan sejak perencanaan penggunaan lahan dilakukan. Untuk selanjutnya evaluasi dari aplikasi suatu teknik konservasi juga perlu dilakukan
  • 3. agar dapat diyakini apakah sistem pengelolaan lahan yang diterapkan sudah memadai untuk terwujudnya sistem pengelolaan lahan secara berkelanjutan. Sangat disadari oleh berbagai pihak bahwa mencegah erosi sampai batas nol (tanpa erosi) pada lahan yang dikelola adalah sangat sulit dilakukan. Oleh karena itu, disepakati bahwa minimal erosi yang terjadi dapat ditekan sampai di bawah ambang batas yang diperbolehkan. Namun demikian, sering timbul permasalahan baik bagi pihak perencana, pelaksana, dan evaluator untuk menentukan apakah suatu system penggunaan lahan dinilai sudah aman dari segi pencegahan bahaya erosi. Besarnya erosi dan pengaruh suatu teknik konservasi tanah terhadap erosi dan aliran permukaan dapat dievaluasi dengan melakukan pengukuran secara langsung di lapangan atau dengan memprediksinya yaitu dengan menggunakan model. Pengukuran secara langsung membutuhkan waktu pengamatan yang relatif lama dan memerlukan biaya yang mahal, baik untuk instalasi alat, pengoperasian, maupun pemeliharaan alat. Oleh karena itu, penggunaan model dapat menjadi salah satu alternatif. B. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam permodelan dalam konservasi tanah.
  • 4. II. TINJUAN PUSTAKA Haan (1989) mendefinisikan model sebagai “kumpulan hokum-hukum fisik dan atau pengamatan empirik yang ditulis dalam bentuk persamaan-persamaan matematik dan dikombinasikan sedemikian rupa untuk menghasilkan sekumpulan hasil berdasarkan pada sekumpulan kondisi yang sudah diketahui atau diasumsikan Hubungan dengan erosi tanah, permodelan merupakan penggambaran secara matematik proses-proses penghancuran, transport, dan deposisi partikel tanah di atas permukaan lahan (Nearing et al., 1994). Ada dua macam model penduga erosi yang sekarang ini banyak dipakai yakni model berbasis empirik (empirically based model) dan model berbasis proses (process based model). Model berbasis empiric mengaitkan langsung keluaran dari model (output) dengan input (misalnya penggunaan lahan, luas, dan lereng) dengan menggunakan model-model statistik. Model berbasis empirik umumnya membutuhkan lebih sedikit input dan perhitungan yang lebih sederhana dibanding model berbasis proses (ICRAF, 2001; Schmitz dan Tameling, 2000). Umumnya model berbasis empirik ini memprediksi rata-rata tahunan aliran permukaan dan erosi berdasarkan prediksi jangka panjang. Model ini tidak mempertimbangkan distribusi spasial dari input parameter dan interaksinya yang akan mempengaruhi output. Model berbasis proses atau sering dikenal dengan model fisik merupakan suatu model yang berhubungan dengan hukum kekekalan massa dan energi. Persamaan diferensial atau dikenal sebagai persamaan kontinuitas digunakan dan diaplikasikan untuk erosi tanah pada satu segmen tanah pada lahan yang berlereng. Model fisik ditujukan untuk dapat menjelaskan proses erosi dengan menggunakan persamaan fisika, namun demikian persamaan empiris kadang-kadang masih digunakan di dalamnya (ICRAF, 2001). Persamaan yang digunakan pada model fisik ini tergolong sulit dan mengandung parameter-parameter yang kadang- kadang sukar untuk diukur. Namun demikian, model fisik mempunyai kemungkinan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan model empiris (Schmitz dan
  • 5. Tameling, 2000), karena model fisik merupakan permodelan proses-proses erosi, sehingga pengguna dapat memahami lebih baik proses-proses erosi yang terjadi dan dampak dari terjadinya proses tersebut. A. USLE (Universal Soil Loss Equation) USLE merupakan suatu model parametrik untuk memprediksi erosi dari suatu bidang tanah. USLE memungkinkan perencana menduga laju rata-rata erosi suatu tanah tertentu pada suat kecuraman lereng dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam pertanaman dan tindakan pengelolaan (tindakan konservasi tanah) yang mungkin dilakukan atau yang sedang dipergunakan (Arsyad, 1989). Prediksi erosi dengan metode USLE diperoleh dari hubungan antara faktor-faktor penyebab erosi itu sendri yaitu: A=R.K.L.S.C.P Dimana: A = Banyaknya tanah tererosi dalam t ha-1tahun-1 R = fakor curah hujan, nyaitu jumlah satuan indeks erosi hujan yang merupakan perkalian antara energy curah hujan total (E) denga intensitas hujan maksimum 30 menit I30 K = Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju lisan erosi per unit indeks erosi untuk suatu tanah yang diperoleh petak homogen percobaan standar, dengan pandajng 72,6 kaki (22 m) terletak pada lereng 9% tanpa tanaman. L = Faktor panjang lereng 9%, yaitu nisbah erosi dari tanah dengan panjang lereng tertentu dan erosi dari tanah dengan panjang lerang 72,6 kaki di bawah keadan identik. S = Faktor kecuraman lerang, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan kecuraman lerang tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lerang 9% dibaewah keadaan identik. C = Faktor vigetasi penutup tanah dan pegolahan tanaman, yaitu nisbah antara besarny erosi dari areal dengan vegetasi penutup dan pengolhan tanaman terententu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa tanaman.
  • 6. P = Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberikan perlakuan tindakan konservasi tanah seperti pengolahan menurut kountur, penanaman dalam strip atau teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lerang dalam keadaan identik. Erosivitas (R) hujan adalah daya erosi hujan pada suatu tempat. Nilai erosivitas hujan dapat dihitung berdasarkan data hujan yang diperoleh dari penakar hujan otomatik dan dari penakar hujan biasa. Adapun persamaan yang digunakan dalam untuk menentukan tinggkat erosivitas hujan dalam penelitian ini adalah (Bols, 1978 dalam Arsyad,1989): R = 6,119(RAIN)1,21(DAY S)-0,47(MAXP)0,53 Dimana: R = Indeks rata-rata bulanan. RAIN = Curah hujan rata-rata bulanan (cm) DAYS = Jumlah harian hujan rata-rata perbulan MAXP = Curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan. Erodibilitas (K) tanah adalah mudah tidaknya tanah mengalami erosi, yang di tentukan oleh berbagai sifat _sik dan kimia tanah. Menurut Wischmeier (1971) dalam Arsyad (1989) persamaan umum kehilangan tanah adalah sebagai berikut : 100K = 2,1M1,14(10-4)(12 -a) + 3,25(b -2) + 2,5(c-3) Dimana: K = erodibilitas M = ukuran partikel (% debu + % pasir halus) a = kandungan bahan organic b = kelas struktur tanah c = kelas permeabilitas Faktor panjang dan kemiringan kereng (LS). Faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22.13 m) di bawah keadaan yang identik. Sedangkan faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah kecuraman lereng tertentu, terhadap
  • 7. besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik. Secara umum persamaan untuk menentukan panjang lereng adalah (Laen and Moldenhauer, 2003): L = (λ)m Dimana L adalah faktor panjang lereng, λ adalah panjang lereng (m) dan m adalah eksponensial dari panjang lereng yang berkisar antara 0.2-0.6, di Indonesia yang sering digunakan adalah nilai 0.5, sedangkan persamaan untuk menentukan faktor kemiringan lereng menggunakan persamaan (Arsyad, 1989): S = (0,0138 + 0,00965 θ + 0,00138 θ2) Dimana S adalah faktor kemiringan lereng dan θ adalah kemringan lereng (%). Persamaan diatas sangat sulit diterapkan pada SIG berbasis pixel karena variabilitas panjang lereng yang sangat kompleks. Moore and Burch (1986) dalam Kinnell (2008) telah mengembang suatu persamaan untuk mencari nilai LS dengan memanfaatkan data DEM pada SIG. Adapun persamaan itu adalah: LS = (X .CZ/22.13)0,4(sin θ/0,0896)1,3 Dimana: LS = Faktor Lereng X = Akumulasi Aliran CZ = Ukuran pixel θ = Kemiringan lereng (%) Akumulasi aliran merupakan nilai pixel yang dipengaruihi oleh aliran dari pixel dilereng atas. Pengolahan data DEM untuk mendapatkan nilai LS didalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3 dengan bantuan extensions Spatial Analyst dan Terrain Analysis. Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman (C) yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik dan tanpa tanaman. Data sebaran spasial dari factor ini diperoleh dari Adnyana (2006). Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (P) yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi khusus
  • 8. seperti pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik. Data sebaran spasial dari factor ini diperoleh dari Adnyana (2006). Kelemahan dan Keunggulan Beberapa Ilmuan menyatakan beberapa kelemahan darii USLE, diantaranya adalah model tersebut dinilai tidak efektif jika di aplikasikan di luar kisaran kondisi dimana model terdebut dikembangkan. Adaptasi model tersebut pada lingkungan yang baru memerlukan investasi sumber daya dan waktu untuk mengembangkan database yang dibutuhkan untuk menjalankannya. Over estimasi yang terjadi dengan penggunaan USLE dapar mencapai 2000%, peyebabnya adalah adanya subjektivitas pengunaan data atau karena pengunaan peta skala kecil. Meskipun disadari adanya beberapa kelemahan dari model-model empiris, khusunya USLE, dampai saat ini telah dan masih diaplikasikan secara luas di seluruh dunia, karena model tersebut mudah di kelolah, relative sederhana dan jumlah masukan atau parameter yang dibutuhkan relative sedikit dibandingkan dengan model-model lainya yang besifat lebih konpleks. USLE juga berguna untuk menentukan kelayan atau tindakan konservasi tanah dalam perncanaan lahan dan untuk memprediksi non-point sendiment losses dalam hubungannya dengan program penegndalian polusi. Pada tingkat lapangan, USLE sangat berguna untuk merumuskan rekomendasi atau perencanaan yang berkaitan dengan bidang agronomi, karena dapar digunakan sebagai dasar untuk pemilihan land use dan tindakan konservasi tanah yang ditujukan untuk menurunkan on-site effect dari erosi. Salah satu factor yang harus disadari oleh penguna model ini berhubungan dengan skala penggunaan. Taringan dan Sinukaban (2001) menyatakan bahwa USLE bermanfaat dalam hubungannya dengan on-site effect dari erosi. Tidak demikian halnya dalam hubungan dengan off-site effect dari erosi , diantaranya
  • 9. meliputi pengaruh erosi terhadap lngkungan di luar lahan yang tererosi, misalnya kualitas air sungai, kerusakan dam yang disebabkan oleh hasil sedimentasi. B. Model Erosi Rose (GUEST) Model Erosi Rose (GUEST) merupakan model berdasarkan pendekatan proses erosi yang mempengaruhinya, nyaitu daya pelepasan praktikel tanah oleh butiran-butiran huan dan aliran permukaan sebagai agen utama peyebab erosi tanah. dalam model ini, erosi terjadi karena adanya tiga proses yang berperan, yaitu sendimen, dan pengendapan sendimen. Ketiga proses dalam model tersebut diilustrasikan pada gambar 1, sedangankan proses dalam model tersebut disederhanakan adalah sebagai berikut: SL = 2700λS (Cr)(Q) Dimana SL adalah total tanah yang hilang (kg.m-3); λ adalah efisensi pengakutan; S adalah kemiringan lahan(%); C adalah persentase penutupan lahan; Q adalah volume aliran permukaan (m3). Gambar 1. hubungan antara fluks sendimen, pengikisan, pengangkutan dan pengendapan sendimen, dalam proses erosi tanah. Persamaan diatas diturunkan berdasarkan konsep konservasi maka sendimen dalam beberapa bagian elemen dari aliran permukaan yang di kombinasikan dengan teori kosentrasi sendimen dan hidrologi, secara matematis persamaan tersebut ditulis dalam bentuk,
  • 10. Dimana qsi = q Ci, yaitu fluk sendimen pada arah aliran air (x), q adalah flux sendimen (debit spesifik), Ci = kosentrasi sendimen, h = tebal aliran permukaan, ei = pelepasan oleh butiran-butiran huajn, ri = pengangkutan sendimen dan di=pengendapan sendimen. GUEST mulanya didokumentasikan oleh Misran dan Rose pada tahun 1990 dan telah mengalami beberapa pengembanagan selama Proyek ACIAR. Untuk daerah tropis, GUEST telah divalidasi pada skala pot (72-1.000m2) dan menunjukan hasil yang baik. GUEST merupakan model persamaan fisik yang perhitungannya didasarkan pada konsentrasi sendimen yang tersuspendi di dalam aliran permukaan, dikembnagkan oleh rose dan hairsine (1988). Besar Konsentrasi sendimen pada keadaan bera menggunakan persamaan sebagai berikut: Dimana: Ct = konsentrasi sendimen dalam aliran permukaan F = fraksi tenaga aliran yang digunakan untuk mengerosikan tanah σ = berat jenis sendimen r = berat jenis air Φ = rata-rata kecepatan pengendapan sendimen S =kemiringan lahan V = kecepatan aliran permukaan Kecepatan aliran permukaan pada persamaan 3 mengunakan rumus Manning yang disajikan dalam persamaan 4, yaitu:
  • 11. Dimana: n = koefisien kekasaran manning’s R = jari-jari hidrolik S = kemiringan lahan. Jika debit aliran permukaan mengikuti persamaan 5, kemudian disubtitusikan kedalam persamaan 3 maka persamaan kecepataan aliran permukaan dapat dijabarkan menajdi persamaan 6. Dimana: Q = debit aliran permukaan per unit luas A = luas penampang permukaan. Bila persamaan 6 didubtituikan dalam persamaan 3, maka persamaan konsentrasi sendimen dapat dijabarkan mengikuti persamaan 7, yaitu: Selanjunya persamaan 7 disederhanakan menjadi persamaan 8, yaitu
  • 12. Gambar 2. Diagram alir perhitungan Erosi, hasil sedimen, dan aliran permukaan dengan pedekatan GUEST.
  • 13. Kelemahan dan Keunggulan Dibandingkan dengan USLE, salah satu keunggulan dari model fisik seperti GUEST adalah terakomodasinya fungsi linier sendimen. Dalam model GUSET terdapat tiga parameter yang dapat dipengaruhi oleh specific filterstrips permukaan lahan yakni Cs dan Ks. Koefisien Manning’s meningkat ketika kekasaran permukaan meningkat, dan membuat kecepatan aliran menurun, meyebabkan hasil sendimen menurun. Cs dan Ks merupakan factor penyesuaian untuk menggunkan persamaan pada kondisi tanah berpenutup, sebagai peganti dari tanah bera.. Cs ditentukan oleh tipe penggunaan lahan, termasuk penutupan permukaan tanah oleh mulsa atau serasah. Ks merupakan data empiris dan merupakan factor tidak berdimentasi, mempunya nilai kisaran antara 5-15. Schmitz dan Tameling (2000) mengasumsikan nilai Ks sebesar 10 dengan nilai kesalahan 5 untuk prediski erosi pada lahan usaha tani kopi, sedangkan untuk lahan sawah sinkaban et al. (2000) menetapkn Ks sebesar 5. Faktor erodibilitas tanah yang digunkan dalam model GUEST (β) lebih pasti dibandingkan dengan K dalam USLE. β,sebagian besaar berhubungan dengan soil strength. Deposbility ata kemapuan agregat atau pratikel tanah untuk mengendap, juga dilibatkan dalamperhiungan erosi. K merupakan gabungan dari berapa parameteryang tergantung dari: karaktaeristik infiltrasi, koefisien kekasaran manning, kecendrungan untuk membuat alur stabilitas agregat tanah terhadap cuah huajn, kecendurngan tanah untuk terkonsolidasi atau menajdi kuat direfleksikan dalam β. Perbedaan utama antara model empiris USLE deengan model fisik GUEST disajikan pada tabel 1.
  • 14. C. MODEL AGNPS (Agricultural Non Point Source Pollution Model)
  • 15. Model AGNPS (agricultural non point source pollution model) dikembangkan oleh USDA-ARS, North Central Soil Consrvation Service, Morris, Minnesota yang bekerjasama dengan USDA-SCS, MPCA (Minnesota Pollution Control Agency), LCMR (Legeslative Commission in Minnesota Resources) dan EPA (Environmental Protection Agency) (Young et al. 1994). Model ini terus berkembang dan telah diterapkan di beberapa negara untuk menentukan langkah-langkah kebijakan dan evaluasi dalam kegiatan konservasi, seperti di Amerika, Canada dan negara-negara di Eropa (Yoon 1996). Struktur Model AGNPS Model AGNPS bekerja pada basis sel geografis (dirichlet tesselation) yang digunakan untuk menggambarkan kondisi daratan (upland) dan saluran (channel). Dirichlet tesselation adalah proses pembagian dan pengelompokan DAS menjadi sel (tiles) yang juga dikenal dengan nama polygon Thiessen atauVoronoi. Setiap sel berbentuk bujur sangkar seragam yang membagi DAS secara merata, di mana memungkinkan analisis pada titik dalam suatu DAS. Polutan potensial ditelusuri melalui sel-sel dari awal hinggaoutlet secara bertahap, sehingga aliran pada setiap titik antar sel dapat diperhitungkan. Seluruh karakteristik DAS dan masukan digambarkan pada tingkatan sel. Setiap sel mempunyai resolusi 2,5 akre (1,01 ha) hingga 40 akre (16,19 ha). Ukuran sel yang lebih kecil dari 10 akre direkomendasikan untuk DAS dengan luas kurang dari 2000 akre (809,36 ha). Untuk DAS yang luasnya lebih dari 2000 akre, maka ukuran seladapat berukuran 40 akre (Yoon 1996). Setiap sel utama dapat dibagi lagi menjadi sel-sel yang lebih kecil untuk memperoleh resolusi yang lebih rinci dari kondisi topografi yang komplek. Ketelitian hasil dapat ditingkatkan dengan mengurangi ukuran sel, tetapi hal ini akan membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak untuk menjalankan model. Nilai-nilai parameter model untuk skala sel ditetapkan berdasarkan kondisi biofisik aktual pada masing-masing sel. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan satu nilai parameter yang seragam pada masing-masing sel, perlu ditetapkan nilai
  • 16. tunggal parameter sel dengan menghitung nilai rata-rata tertimbang dari berbagai kondisi bergam yang ada (Yoon 1996). Parameter Masukan Model AGNPS Ada dua parameter masukan dalam model AGNPS, yaitu inisial data dan data per sel (spreadseheet data entry) (Yoon 1996). Parameter masukan inisial data, meliputi : 1) identifikasi DAS; 2) deskripsi DAS; 3) luas sel (akre); 4) jumlah sel; 5) curah hujan (inci); 6) konsentrasi N dalam curah hujan (ppm); 7) energi intensitas hujan maksimum 30 menit (EI30); 8) durasi hujan (jam); 9) perhitungan debit puncak aliran; 10) perhitungan geomorfik; dan 11) faktor bentuk hidrograf. Sedangkan parameter masukan per sel dalam model AGNPS terdiri dari 22 parameter, yaitu : 1) nomor sel; 2) nomor sel penerima; 3) divisi sel; 4) divisi sel penerima; 5) arah aliran; 6) bilangan kurva aliran permukaan; 7) kemiringan lereng (%); 8) faktor bentuk lereng; 9) panjang lereng; 10) koefisien aliran Manning; 11) faktor erosibilitas tanah;
  • 17. 12) faktor pengelolaan tanaman; 13) faktor pengelolaan tanah; 14) konstanta kondisi permukaan; 15) faktor COD; 16) tekstur tanah; 17) indikator pemupukan; 18) indikator pestisida; 19) indikator point source; 20) indikator tambahan erosi; 21) faktor genangan; dan 22) indikator saluran. Parameter Keluaran Model AGNPS Young et al. (1989), hasil keluaran (output) dari model AGNPS dapat berupa grafik dan tabular dengan informasi yang sangat lengkap, baik keluaran DAS (watershed summary) maupun keluaran per sel. Keluaran DAS, meliputi : 1) volume aliran permukaan; 2) laju puncak aliran permukaan; 3) total hasil sedimen; 4) total N dalam sedimen; 5) total N terlarut dalam aliran permukaan; 6) konsentrasi N terlarut dalam aliran permukaan; 7) total P dalam sedimen; 8) total p terlarut dalam aliran permukaan; 9) konsentrasi P terlarut dalam aliran permukaan; 10) total COD terlarut dan konsentrasi COD terlarut dalam aliran permukaan. Sedangkan keluaran per sel dari masing-masing sel yang terdapat dalam DAS dapat berupa : 1) Hidrologi, meliputi : a) volume aliran permukaan; b) laju puncak aliran permukaan; dan c) bagian aliran permukaan yang dihasilkan di dalam sel.
  • 18. 2) Sedimen, meliputi : a) hasil sedimen; b) konsentrasi sedimen; c) distribusi ukuran partikel sedimen; d) erosi yang dipasok dari sel sebelah atasnya; e) jumlah deposisi; f) sedimen di dalam sel; g) rasio pengkayaan oleh ukuran partikel; dan h) rasio pengangkutan oleh ukuran partikel. 3) Kimiawi, meliputi : a) nitrogen (massa N per satuan luas di dalam sedimen, konsentrasi material terlarut, dan massa dari material terlarut); b) fosfor (massa P per satuan luas di dalam sedimen, konsentrasi dari material terlarut, dan massa dari material terlarut); dan c) COD (konsentrasi COD dan massa COD terlarut per satuan luas). Kelebihan Model AGNPS Kelebihan model ini terletak pada parameter-parameter model yang terdistribusi di seluruh areal DAS, sehingga nilai-nilai parameter model benar- benar mencerminkan kondisi biofisik DAS pada setiap satuan luas di dalam DAS. Selain erosi, model ini mampu menghasilkan keluaran-keluaran seperti : volume dan laju puncak aliran permukaan, hasil sedimen, kehilangan N, P dan COD (Young et al. 1994). D. MODEL ANSWERS (Areal Nonpoint Source Watershed Environmental Response Simulation) Model ANSWERS (areal nonpoint source watershed environmental response simulation) merupakan sebuah model hidrologi dengan parameter terdistribusi yang mensimulasikan hubungan hujan-limpasan dan memberikan dugaan hasil sedimen. Model hidrologi ANSWERS dikembangkan dari US-EPA (United States Environment Protection Agency)oleh Purdue Agricultural Enviroment Station (Beasley and Huggins 1991). Salah satu sifat mendasar dari model ANSWERS adalah termasuk kategori model deterministik dengan pendekatan parameter distribusi. Model distribusi parameter DAS dipengaruhi oleh variabel keruangan (spatial), sedangkan parameter- parameter pengendalinya, antara lain : topografi, tanah, penggunaan lahan dan sifat hujan.
  • 19. Struktur Model ANSWERS Model ANSWERS adalah model deterministik yang didasarkan pada hipotesis bahwa setiap titik di dalam DAS mempunyai hubungan fungsional antara laju aliran permukaan dan beberapa parameter hidrologi yang mempengaruhi aliran, seperti intensitas hujan, infiltrasi, topografi, jenis tanah dan beberapa faktor lainnya. Laju aliran yang terjadi dapat digunakan untuk memodelkan fenomena pindah massa, seperti erosi dan polusi dalam wilayah DAS. Dalam model ini suatu DAS yang akan dianalisis responnya dibagi menjadi satuan elemen yang berukuran bujursangkar, sehingga derajat variabilitas spasial dalam DAS dapat terakomodasi. Konsep distribusi disefinisikan melalui hubungan matematika untuk semua proses simulasi, model ini mengasumsikan bahwa suatu DAS merupakan gabungan dari banyak elemen yang diartikan sebagai suatu areal yang memiliki paramater hidrologi yang sama. Setiap elemen akan memberikan kontribusi sesuai dengan karakteristik yang dimiliki. Model ini juga mengikut sertakan semua parameter kontrol secara spasial. Oleh karena itu model ANSWERS melakukan analisis pada setiap satuan elemen. Parameter Masukan Model ANSWERS Data masukan model ANSWERS dikelompokkan dalam lima bagian (de Roo 1993), yaitu : 1) Data curah hujan, yaitu : jumlah dan intensitas hujan pada suatu kejadian hujan. 2) Data tanah, yaitu : porositas total (TP), kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi konstan (FC) selisih laju infiltrasi maksimum dengan laju infiltrasi konstan (A), eksponen infiltrasi (P), kedalaman zona kontrol iniltrasi (DF), kandungan air tanah awal (ASM), dan erodibilitas tanah (K). 3) Data penggunaan dan kondisi permukaan lahan, meliputi : volume intersepsi potensial (PIT), persentase penutupan lahan (PER), koefisien kekasaran
  • 20. permukaan (RC), tinggi kekasaran maksimum (HU), nilai koefisien manning untuk permukaan lahan (N), faktor tanaman dan pengelolaannya (C). 4) Data karakteristik saluran, yaitu lebar saluran (CW) dan koefisien manning (N). 5) Data satuan individu elemen, yaitu : kemiringan lereng, arah lereng, jenis tanah, jenis penggunaan lahan, liputan penakar hujan, kemiringan saluran, dan elevasi elemen rata-rata. Mekanisme model ANSWERS Mekanisme model ANSWERS dapat dijelaskan sebagai berikut (de Roo 1993) : 1) Hujan yang jatuh pada suatu DAS dengan vegetasi tertentu, sebagian akan diintersepsi oleh tajuk vegetasi (PER) sampai potensial simpanan intersepsi (PIT) tercapai. 2) Apabila laju hujan lebih kecil dari laju intersepsi, maka air hujan tidak akan mencapai permukaan tanah. Sebaliknya jika laju hujan lebih besar dari laju intersepsi, maka terjadi infiltrasi. 3) Laju infiltrasi awal tersebut dipengaruhi oleh kandungan air tanah awal (ASM = anticedent soil moisture), porositas tanah total (TP), kandungan air tanah pada kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi pada saat konstan (FC), laju infiltrasi maksimum (FC+A), dan kedalaman zona kontrol infiltrasi (DF). Laju infiltrasi akan menurun secara eksponensial dengan bertambahnya kelembaban tanah. 4) Jika hujan terus berlanjut, maka laju hujan menjadi lebih besar dari laju infiltrasi dan intersepsi. Pada kondisi ini air mulai mengumpul dipermukaan tanah dalam depresi mikro (retention storage) yang dipengaruhi oleh kekasaran permukaan tanah, yaitu RC dan HU. 5) Jika retensi permukaan melebihi kapasitas depresi mikro, maka akan terjadi limpasan permukaan, di mana besarnya limpasan permukaan tersebut dipengaruhi oleh kekasaran permukaan (N), kelerengan dan arah aliran. 6) Bila hujan terus berlanjut, maka akan tercapai laju infiltrasi konstan (FC).
  • 21. 7) Pada saat hujan reda, proses infiltrasi masih terus berlangsung sampai simpanan depresi sudah tidak tersedia lagi. Parameter Keluaran Model ANSWERS Keluaran model berupa hasil prediksi, yaitu : ketebalan aliran permukaan, debit puncak, waktu puncak, rata-rata kehilangan tanah, laju erosi maksimum tiap elemen, laju deposisi maksimum tiap elemen dan pengurangan jumlah sedimen akibat tindakan konservasi tanah. Model ANSWERS juga menampilkan grafik yang berisi hyetograf hujan terpilih, hidrograf aliran permukaan, dan sedimentasi. Dari setiap kajadian hujan dapat dianalisis debit puncak dan waktu puncak. Debit puncak adalah nilai puncak (tertinggi) dari suatu hidrograf aliran, dan waktu puncak adalah selang waktu mulai dari awal terjadinya aliran permukaan sampai terjadinya debit puncak (Beasley and Huggin 1991). Asumsi yang digunakan untuk memprediksi erosi dengan model ini adalah : 1) erosi tidak terjadi di lapisan bawah permukaan; 2) sedimen dari suatu elemen ke elemen lain akan meningkatkan lapisan permukaan elemen tempat pengendapan; dan 3) pada segmen saluran tidak terjadi erosi akibat hempasan butir hujan (Beasley and Huggin 1991). Penghancuran dan pengangkutan partikel tanah disebabkan oleh pukulan butir hujan (DTR) dan energi limpasan permukaan. Jumlah partikel tanah yang dapat dipindahkan tergantung dari besarnya sedimen yang dihasilkan dan kapasitas transpornya (TC). Air limpasan dan sedimen yang dapat mencapai elemen yang memiliki saluran, akan bergerak menuju outlet DAS, di mana sedimentasi yang terjadi dalam saluran akan terjadi ketika besarnya kapasitas transpor telah terlewati (de Roo 1993). Kelebihan dan Kelemahan Model ANSWERS Beasley dan Huggins (1991) menyebutkan bahwa model ANSWERS dapat digunakan untuk DAS yang luasnya kurang dari 10.0000 ha. Kelebihan dan model ANSWERS adalah : a) analisis parameter distribusi yang dipergunakan dapat memberikan hasil simulasi yang akurat terhadap sifat daerah tangkapan; b)
  • 22. dapat mensimulasi secara bersamaan dari berbagai kondisi dalam DAS; c) memberikan keluaran berupa limpasan dan sedimen dari suatu DAS yang dianalisis. Beasley dan Huggins (1991), mengemukakan bahwa model ANSWERS sebagai sebuah model hidrologi mempunyai kelebihan, antara lain : 1) Dapat mendeteksi sumber-sumber erosi di dalam DAS serta memiliki kemampuan sebagai alat untuk strategi perencanaan dan evaluasi kegiatan RLKT DAS. 2) Dapat mengetahui tanggapan DAS terhadap mekanisme pengangkutan sedimen ke jaringan aliran yang ditimbulkan oleh kejadian hujan 3) Sebagai suatu paket program komputer yang ditulis dalam bahasafortran, mempunyai kemampuan untuk melakukan simulasi hujan-limpasan dari berbagai perubahan kondisi penggunaan lahan dalam DAS. 4) Untuk melakukan inputing data base (topografi, tanah, penggunaan lahan, sistem saluran) ke dalam model dapat diintegrasikan dengan data dari remote sensing maupun SIG. 5) Adanya variasi pemilihan parameterinput danoutput dari model disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. 6) Sesuai untuk diterapkan pada lahan pertanian, hutan, maupun perkotaan. 7) Satuan pengukuran dapat berupa metrik ataupun British unit. 8) Dapat diterapkan pada DAS dengan ukuran lebih kecil dari 10.000 ha. Sedangkan kekurangan nodel ANSWERS antara lain : 1) Semakin kompleks, terutama pada data perlukan dan waktu penghitungan, dimana besarnya tergantung dari berbagai faktor, seperti luas DAS dan jumlah grid. 2) Model terdistribusi relatif masih bari dibanding lumped parameter, sehingga masih perlu pengembangan dan penyesuaian. 3) Karena hanya untuk tiap kejadian hujan (individual event), maka model ini 4) tidak memiliki sub model untuk evapotranspirasi. 5) Erosi dari saluran belum diperhitungkan ke dalam model.
  • 23. 6) Batas grid kemugkinan tidak menggambarkan batas yang sebenarnya 7) Untuk sebuah grid dalam kenyataan dapat lebih besar dari luas sub-sub DAS. Aplikasi Model ANSWERS Hipotesis yang dikembangkan dalam model ini adalah bahwa setiap bagian dalam DAS terjadi hubungan antara laju aliran dan parameter-parameter hidrologi, serta tipe tanah, topografi, infiltrasi, penggunaan lahan dan sifat hujan. Laju aliran yang terjadi dapat digunakan untuk mengkaji hubungan antara komponen hidrologi yang menjadi dasar dalam pemodelan fenomena transport, seperti erosi tanah dan pengangkutan serta pergerakan bahan kimia tanah. III. PENUTUP
  • 24. A. Kesimpulan Dampak penerapan teknik konservasi tanah terhadap besarnya erosi yang terjadi dapat dievaluasi melalui 2 cara yaitu pengukuran langsung di lapangan dan diprediksi menggunakan model-model matematis yang dibangun untuk maksud tersebut. Pengukuran langsung memerlukan waktu yang lama untuk menghasilkan data yang memadai untuk bisa dibandingkan dan biaya yang tidak sedikit untuk memelihara dan mengamatinya di lapangan, untuk itu model-model konservasi dapat menjadi alternatif yang cepat dapat memberikan angka kuantitatif. Penggunaan model-model konservasi telah banyak digunakan di berbagai negara termasuk Indonesia, namun demikian pengembangan model-model konservasi dan input paramaternya yang sesuai untuk kondisi negara tropis seperti Indonesia belum banyak dilakukan. B. Saran Pengembangan model berbasis proses sudah saatnya untuk dikembangkan di Indonesia karena model ini dapat menunjukkan kejadian erosi secara keruangan (spatial) dan waktu. Informasi tersebut sangat penting dalam perencanaan konservasi tanah untuk menentukan kapan dan dimana tempat yang tepat untuk mengimplementasikan suatu teknik pencegahan erosi dan aliran permukaan. DAFTAR PUSTAKA
  • 25. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Pembrit. IPB/IPB Pros. Cetakan ketiga. Bogor. Aswandi. 1996. Aplikasi Model ANSWERS Dalam Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Cikapundung Jawa Barat. Tesis Magister. Program Pascasarjana, IPB. Bogor. Beasley DB and Huggins LF. 1991. ANSWERS. User’s Manual. Agricultural Engineering Department, Purdue University, West Laffayete, Indiana. Brooks KN, Folliot PF, Gregesen HM, and Thames JL. 1987. Hydrology and The Management of Watershed. USA. Chow VT, Maidment DR, and Mays LW. 1988. Applied Hydrology. Singapore : McGraw-Hill Book Company. De Roo. 1993. Modelling Surface Runoff and Soil Erosion in Catchment Using Geographical Information System. Utrecht. Utrecht University. Dent FJ and Anderson EA. 1971. System Analysis in Agricultural Management. John Willey & Sons. Sidney. Ginting AN, dan Ilyas MA. 1997. Pendugaan Erosi pada Sub DAS Siulak di Kabupaten Kerinci dengan Menggunakan Model ANSWERS. Rose, C.W., K.J. Coughland, C.A.A. Ciesiolka, and B. Fentie. 1997. Program GUEST (Griffith University Erosion System Template) In A New Soil Conservation Methodology and Application to Cropping Systems in