Tiga kalimat:
Laporan ini membahas kinetika reaksi enzim α-amilase dalam menghidrolisis pati menjadi glukosa pada berbagai konsentrasi substrat. Enzim bekerja optimal pada suhu dan pH tertentu, dan kecepatan reaksinya dipengaruhi oleh konsentrasi substrat hingga mencapai kejenuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi substrat, semakin cepat glukosa dihasilkan hingga mencap
1. Laporan Praktikum Hari, tanggal : Rabu, 25 Februari 2015
Teknologi Bioindustri Dosen : Dr.Ir.Prayoga Suryadarma, M.T
TIN 330 Golongan : P1
Asisten :
1. Iis Solihat (F34110045)
2. Ahmad Muhaimin (F34110069)
KINETIKA REAKSI ENZIMATIS (Enzim α-amilase)
Disusun Oleh :
M. Fendi Wiranata (F34120005)
Ita (F34120010)
Hanik Atus Sangadah (F34120019)
Herfina Novita Dewi (F34120020)
Helma Yoga Utami (F34120027)
Rifqi Fakhirin (F34120032)
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
2. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Enzim merupakan senyawa yang berfungsi sebagai biokatalisator yakni
dapat mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi. Enzim bekerja secara spesifik
pada satu senyawa atau satu reaksi kimia tertentu. Seperti halnya enzim α-amilase
hanya dapat digunakan dalam proses perombakan pati menjadi glukosa, dengan
cara menghidrolisis pati secara acak dengan memutus ikatan glikosidik.
Kerja suatu enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain suhu, pH,
dan substrat. Enzim akan bekerja secara optimal sampai mencapai batas suhu dan
pH optimalnya. Hal tersebut karena enzim merupakan protein yang dapat
mengalami perubahan bentuk pada kondisi yang tidak sesuai. Begitu pula dengan
substrat, semakin tinggi konsentrasi substrat, kinerja enzim semakin optimal sampai
mencapai kejenuhan. Enzim yang diujikan dalam praktikum adalah enzim α-
amilase yang memiliki pH optimum 7.00 dan suhu optimumnya 90-95oC, dengan
berbagai konsentrasi substrat yang digunakan. Dengan demikian, dapat diketahui
konsentrsai substrat optimum yang dapat dihidrolisis oleh enzim α-amilase.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi enzimatik enzim
α-amilase terhadap substrat amilum dan menghitung Km dan Vmax enzim.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain water bath (90-95oC),
spektrofotometer, tabung reaksi, gelas ukur, bekker gelas, sudip, neraca, vortex,
stop watch, dan erlenmeyer. Bahan yang digunakan meliputi enzim α-amilase,
substrat (larutan amilum) dengan konsentrasi 0.1%, 0.2 %, 0.3%, 0.4%, dan 0.5%,
buffer fosfat sitrat pH 7.00 50 mM, standar glukosa, larutan DNS, dan aquades.
3. Metode
Pembuatan Kurva Standar
Standar glukosa dibuat dengan menyiapkan larutan glukosa murni dengan
konsentrasi 0.0-0.35 mg/ml dengan selang 0.05. sebanyak 1 ml dari masing-masing
larutan glukosa murni dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 ml
pereaksi DNS. Larutan divortex untuk homogenisasi kemudian dipanaskan dalam
air mendidih selama tepat 5 menit. Blanko dibuat dengan mengganti sampel dengan
aquades dan diperlakukan sama. Setelahbitu, absorbansinya diukur pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang (λ) 550 nm. Kurva standar dibuat
dengan memplotkan data konsentrasi glukosa murni (sumbu X) versus
absorbansinya (usmbu Y).
Pengukuran Kecepatan Reaksi Enzim α-amilase terhadap Substrat Amilum
pada Beberapa Konsentrasi Substrat
Sebanyak 10 ml substrat amilum dengan konsentrasi 0.1%, 0.2%, 0.3%,
0.4%, dan 0.5% dibuat dengan melarutkan amilum sesuai konsentrasi pada buffer
fosfat sitrat pH 7.00. substrat lalu diinkubasi pada suhu 90-95oC. Pada masing-
masing tabung substrat ditambahkan 0.1 ml larutan enzim dan 0.9 ml buffer
kemudian dipanaskan pada suhu 90-95oCselama 5 menit. Campuran enzim substrat
diinkubasi kembali pada suhu 90-95oC dansetiap 5 menit diambil sampel sebanyak
1 ml, lakukan selama 30 menit. Sampel tersebut ditambahkan 3 ml DNS kemudian
di vortex untuk homogenisasi, lalu dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit.
Absorbansinya lalu diukur pada λ 550 nm. Kadar glukosa yang terbentuk dari hasil
hidrolisis enzim terhadap substrat amilum diukur dengan memplotkan absorbansi
pada kurva standar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
(terlampir)
Pembahasan
Enzim adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan berperan
sebagai katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme. Enzim
memiliki suatu ciri dimana kerjanya dipengaruhi oleh lingkungan (Juryatin 1997).
Enzim yang ada terdiri dari enzim eksogenik dan enzim endogenik. Setiap enzim
memiliki fungsi dan karkteristik masing-masing. Pada laporan ini, akan dibahas
mengenai enzim α-amilase.
4. Enzim α-amilase merupakan suatu enzim yang banyak ditemukan pada
berbagai organisme seperti tumbuh-tumbuhan, hewan maupun manusia. Enzim α-
amilase banyak dihasilkan oleh mikroorganisme karena banyak terlibat dalam
metabolisme karbohidrat. Enzim α-amilase berfungsi untuk mengkatalisis
pemecahan atau hidrolisis senyawa pati menjadi gula sederhana yang larut dalam
air (Sari 2004). Enzim α-amilase dapat diartikan sebagai segolongan enzim yang
merombak pati, glikogen dan polisakarida yang lain. α-amilase memotong rantai
polisakarida yang panjang, menghasilkan campuran glukosa dan maltosa. Enzim α-
amilase merupakan suatu polisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa
yang saling berikatan membentuk rantai lurus (Mongomeri 1993).
Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk
menghasilkan senyawa intermediet melalui suatu reaksi kimia organik yang
membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia
terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi dan membutuhkan
waktu lama. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, artinya setiap jenis enzim
hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini karena
perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Seperti hal nya enzim α-
amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa
(Mongomeri 1993). Cara kerja enzim α-amilase adalah memecah molekul amilum
menjadi sakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa. Amilum
merupakan karbohidrat atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Dalam
proses hidrolisis amilum melalui beberapa tahap yaitu pembentukan amilo-dekstrin
dan amilum, kemudian menjadi eritro-dekstrin yang selanjutnya menjadi akro-
dekstrin dan terakhir manjadi maltosa (glukosa) (Mongomeri 1993)
Enzim α-amilase mempunyai beberapa sifat yaitu pertama, ketika di dalam
larutan pati, kehilangan daya viskositas yang lebih cepat. Kedua, warna iodine akan
lebih cepat hilang. Ketiga, proses produksi maltosa lebih lambat. Keempat, tidak
memproduksi glukosa. Kelima, suhu tinggi dan konsntrasi enzim yang tinggi akan
mempercepat proses kerja dari viskositas dan perubahan warna iodine.
Glukosa adalah suatu aldosa, aldoheksa atau dektrosa yang mempunyai sifat
dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Prinsip pengukuran kecepatan
reaksi enzim α-amilase terhadap substrat amilum yaitu dengan membandingkan
nilai absorbansi dengan lama waktu pemanasan, dengan memplotkan data tersebut
pada grafik melalui tabel. Larutan amilum yang digunakan memiliki konsentrasi
yang berbeda-beda yaitu menggunakan konsentrasi 0.1 %, 0.2%, 0.3%, 0.4%, dan
0.5%. Dari kelima jenis larutan tersebut dibandingkan nilai absorbansi berdasarkan
nilai absorbansi dan lama waktu pemanasan. Kecepatan reaksi enzim dapat dilihat
dengan mencari kemiringan kurva pada grafik, sehingga dapat diketahui perbedaan
kecepatan reaksi enzim yang dipengaruhi oleh konsentrasi larutan dan lama waktu
pemanasan. Kurva standar merupakan kurva yang menggambarkan hubungan
antara laju reaksi, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat. Kurva standar jika
digambarkan akan lebih mirip dengan kurva linier. Metode ini hanya akan linier
jika konsentrasi larutan standar maupun sampel yang digunakan kecil (Rosenberg
2004).
5. Berdasarkan sifat dari kerja enzim yaitu konsentrasi zat, konsentrasi glukosa
yang terbentuk dipengaruhi oleh banyaknya konsentrasi amilum. Semakin tinggi
konsentrasi dari amilum maka reaksi hidrolisis perubahan amilum menjadi gula
sederhana menjadi lebh cepat. Proses hidrolisis amilum menjadi glukosa oleh enzim
α-amilase dapat diukur kecepatan reaksinya dalam satuan mmol/menit. Semakin
lama waktu yang digunakan dalam proses hidrolisis tersebut, maka konsentrasi
glukosa akan semakin tinggi. Dengan metode DNS, maka konsentrasi glukosa akan
semakin tinggi dan akan terlihat sesuai dengan nilai absorbansinya. Semakin lama
waktu untuk hidrolisis, maka konsentrasi dari glukosa akan semakin bertambah.
Semakin bertambah konsentrasi glukosa maka nilai absorbansinya akan semakin
tinggi.
Semakin lama waktu hidrolisis juga semakin banyak pati yang dipecah
menjadi glukosa. Apabila konsentrasi enzim semakin tinggi hingga mencapai
kondisi optimum maka aktivitas enzim dalam proses hidrolisis semakin besar. Hal
ini disebabkan oleh masih adanya kemampuan enzim untuk mengubah pati menjadi
glukosa. Namun, semakin lama waktu, dan bertambahnya konsentrasi enzim hingga
melampaui kondisi optimum, menyebabkan yield glukosa yang dihasilkan menurun
dikarenakan kemampuan enzim untuk mengubah pati menjadi glukosa semakin
menurun (Jamilatun et al 2004).
Grafik kecepatan reaksi enzim α-amilase merupakan grafik yang
menunjukan suatu nilai regresi linear. Jika suatu nilai regresi linear mendekati nilai
satu maka data tersebut semakin valid. Kecepatan reaksi enzim α-amilase
dipengaruhi oleh nilai dari konsentrasi glukosa berdasarkan konsentrasi amilum dan
waktu. Kecepatan reaksi enzimatik umumnya dipengaruhi kadar substrat.
Penambahan kadar substrat sampai jumlah tertentu dengan jumlah enzim yang tetap
akan mempercepat reaksi enzimatik sampai mencapai maksimum. Penambahan
substrat berikutnya tidak akan menambah kecepatan reaksi (Page 1981).
Konsentrasi glukosa akan semakin meningkat secara konstan terhadap
perubahan waktu. Hal tersebut terjadi karena adanya reaksi enzimatis α-amilase
yang merubah substrat menjadi gula sederhana (Wirahadikusumah 1989). Semakin
tinggi konsentrasi glukosa maka akan semakin banyak gelombang spektrofotometri
yang diserap oleh larutan sehingga nilai absorbannyapun semakin tinggi dan
cenderung membentuk garis linear. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin
banyak gula pereduksi yang menunjukkan indikasi aktivitas enzim pereduksi pada
larutan gula tersebut.
Waktu pemanasan berpengaruh terhadap aktivitas dan intensitas enzim,
semakin lama waktu pemanasan, intensitas warnanya akan semakin gelap karena
aktivitas enzim akan semakin turun setelah mencapai waktu optimal. Setelah
mencapai waktu optimal, enzim akan memecah sehingga aktivitasnya berhenti yang
ditandai dengan warna larutan yang semakin gelap. Konsentrasi dan lama
pemanasan sangat berpengaruh terhadap kinetika enzim yang ditunjukkan dengan
nilai absorbansi. semakin tinggi konsentrasi enzim maka kerja waktu yang
dibutuhkan untuk suatu reaksi semakin cepat sampai enzim mengalami kejenuhan.
Semakin tinggi konsentrasi amilum yang digunakan maka konsentrasi gula yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi dengan bertambahnya waktu
6. (Wirahadikusumah 1989). Kecepatan reaksi enzim α-amilase dipengaruhi oleh
konsentrasi tertentu amilum berdasarkan waktu per menit. Pada konsentrasi substrat
yang rendah, kenaikan substrat akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis
hampir secara linier yang berbanding lurus dengan waktu pemanasan sampai
mencapai waktu optimum. Jika konsentrasi substrat tinggi, maka peningkatan
kecepatan reaksi enzimatis akan semakin menurun sejalan dengan peningkatan
jumlah substratnya hingga mengalami penjenuhan.
Nilai absorbansi berbanding lurus dengan warna, semakin pekat warna yang
dihasilkan akan memiliki nilai absorbansi samakin tinggi. Warna yang dihasilkan
bagian dari kinerja enzim α-amilase dalam menghidrolisis amilum, suhu optimum
akan menghasilkan kinerja enzim α-amilase yang baik. Menurut Hafiz Soewoto
(2000), suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak
dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai
suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim
yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi
enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum. Enzim dalam tubuh manusia
mempunyai suhu optimum sekitar 37° C. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif
pada pemanasan sampai ± 60°C, karena terjadi denaturasi. Pada pengujian suhu
yang digunakan diatas suhu 60oC di dalam penangas air, namun hal ini diimbangi
dengan penambahan buffer sehingga enzim α-amilase mampu bekerja pada suhu
diatas suhu optimum. Berdasarkan data tabel nilai absorbansi menunjukan bahwa
semakin lama waktu pemanasan untuk enzim α-amilase bekerja maka sekamin
tinggi nilai absorbansi yang diperoleh. Jika nilai absorbansi semakin tinggi maka
wαarna yang dihasilkan semakin pekat. Hal ini menunjukan bahwa enzim α-
amilase mengalami kinerja yang meningkat seiring dengan meningkatnya suhu
pada selang waktu 5 menit.
Selain dipengaruhi oleh suhu, kinerja enzim α-amilase dipengeruhi pula
oleh konsentrasi amilum. Menurut Mohamad Sadikin (2002), pada suatu reaksi
enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar, sedangkan kondisi lainnya tetap,
maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu batas kecepatan
maksimum (V). Pada titik maksimum enzim α-amilase akan jenuh terhadap
substrat. Dalam suatu reaksi enzimatik, enzim akan mengikat substrat membentuk
kompleks enzim-substrat [ES], kemudian kompleks ini akan terurai menjadi [E]
dan produk [P]. Makin banyak kompleks [ES] terbentuk, makin cepat reaksi
berlangsung sampai batas kejenuhan [ES]. Pada konsentrasi substrat [S] melampaui
batas kejenuhan kecepatan reaksi akan konstan. Dalam keadaan itu seluruh enzim
sudah berada dalam bentuk kompleks E-S. Penambahan jumlah substrat tidak
menambah jumlah kompleks E-S.
Pengamatan menunjukan waktu 30 menit rata-rata menghasilkan nilai
absorbansi terbesar pada setiap konsentrasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari
pengamatan menunjukan produk (glukosa) pada amilum dengan konsentrasi 0,5%
memiliki nilai maksimum dan memiliki nilai absorbansi yang paling besar.
Semakin besar nilai absorbansi berarti warna yang dihasilkan semakin pekat.
Tabel 1 merupakan tabel kurva standar yang menunjukkan konsentrasi
glukosa murni (sumbu X) terhadap nilai absorbansinya (sumbu Y). Hasil
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi glukosa maka nilai
absorbansinya akan semakin besar pula. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi
7. glukosa berbanding lurus dengan nilai absorbansi sehingga keberadaan glukosa
(konsentrasi) dalam suatu larutan ditunjukkan dengan adanya nilai absorbansi.
Dalam praktikum kali ini, glukosa dihasilkan dari hidrolisis amilum sehingga
semakin besar amilum yang terhidrolisis oleh amilase menjadi glukosa maka nilai
absorbansinya akan semakin besar. Harga koefisien relasi (nilai r) yang mendekati
1 (0,995) menunjukkan hubungan antara konsentrasi glukosa murni dengan nilai
absorbansi semakin linier sehingga nilai absorbansi mewakili konsentrasi glukosa
murni. Oleh karena itu, tabel 1 dapat dijadikan sebagai tabel kurva standar.
Tabel 2 menunjukkan nilai absorbansi yang dihidrolisis oleh amilase pada
konsentrasi amilum yang berbeda berdasarkan pertambahan waktu per 5 menit
mulai dari menit ke-0 sampai menit ke-30. Berdasarkan tabel absorbansi, sebagian
besar nilai absorbansi bertambah dengan bertambahnya waktu walaupun per 5
menitnya terdapat penurunan nilai absorbansi. Begitu pula dengan bertambahnya
konsentrasi terhadap nilai absorbansi. Sebagian besar nilai absorbansi bertambah
seiring dengan bertambahnya konsentrasi amilum. Pada beberapa konsentrasi yang
lebih kecil nilai absorbansi yang dihasilkan lebih besar di awal waktu dibandingkan
dengan konsentrasi yang lebih besar. Namun, di akhir waktu menunjukkan bahwa
sebagian besar nilai absorbansi lebih besar pada konsentrasi yang besar pula.
Konsentrasi amilum yang digunakan pada praktikum kali ini adalah 0,1%;
0,2%; 0,3%; 0,4%; serta 0,5% dengan waktu pengambilan sampel pada menit ke-
0, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit. Grafik perubahan konsentrasi gula yang
dihasilkan pada konsentrasi amilum 0,2%; 0,3%; 0,4% dan 0,5% saat praktikum
tidak terjadi secara konstan dan cenderung fluktuatif. Namun pada konsentrasi
amilum 0,1% perubahan konsentrasi glukosa terhadap waktu berubah tidak terlalu
spesifik dari waktu kewaktu dan hanya terjadi peningkatan tajam pada menit ke-30.
Hasil yang fluktuatif tersebut menunjukan bahwa data yang diperoleh kurang
akurat. Seharusnya semakin tinggi konsentrasi amilum yang digunakan maka
konsentrasi gula yang dihasilkan juga akan semakin tinggi dengan bertambahnya
waktu (Wirahadikusumah 1989). Perubahan konsentrasi gula yang fluktuatif
terhadap waktu pada konsentrasi amilum yang berbeda dapat disebabkan karena
larutan amilum awal yang dibuat dengan konsentrasi 10% tidak melarutkan amilum
dan air secara sempurna, sehingga konsentrasi amilum yang berada pada bagian
bawah larutan lebih tinggi dibandingkan dengan larutan bagian atas. Hal itu
menyebabkan larutan amilum yang terambil berbeda konsentrasinya dan membuat
hasil pengamatan menjadi kurang akurat.
Tabel 3 merupakan besarnya nilai konsentrasi glukosa hasil hirolisis oleh
amilase dengan konsentrasi amilum yang berbeda terhadap perubahan waktu per 5
menit mulai dari menit ke-0 sampai menit ke-30. Pada semua konsentrasi di
keseluruhan selang waktu menunjukkan peningkatan konsentrasi hasil hidrolisis
dari awal hingga akhir waktu. Walaupun demikian terdapat penurunan konsentrasi
glukosa hasil hidrolisis di beberapa selang waktu, namun tidak mempengaruhi
peningkatan nilai konsentrasi glukosa hasil hidrolisis dari awal hingga akhir waktu.
Berbeda dengan tabel nilai absorbansi, nilai konsentrasi glukosa tidak menunjukkan
peningkatan pada saat peningkatan konsentrasi amilum. Namun, pada konsentrasi
yang lain, peningkatan konsentrasi amilum menyebabkan peningkatan nilai
konsentrasi glukosa yang dihidrolisis oleh amilase.
8. PENUTUP
Simpulan
Enzim merupakan biokatalisator yang bekerja secara spesifik terhadap
substrat tertentu. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, antara
lain pH, suhu, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat. Konsentrasi dan lama
inkubasi berpengaruh terhadap kinetika enzim yang ditunjukkan dengan nilai
absorbansi yang terus meningkat seiring dengan semakin tingginya konsentrasi dan
semakin lama nya waktu inkubasi sampai mencapai kejenuhan. Semakin tinggi
konsentrasi enzim, maka kerja waktu yang dibutuhkan semakin cepat sampai enzim
mengalami kejenuhan. Hasil pengamatan menunjukkan nilai absorbansi yang
dihasilkan tidak terus meningkat melainkan fluktuatif sehingga grafik yang
dihasilkan tidak menunjukkan garis linier. Namun, secara umum konsentrasi
substrat yang semakin tinggi mampu meningkatkan kinetika enzim yang terlihat
dari nilai absorbansinya. Semakin lama waktu pemanasan, intensitas warnanya
akan semakin gelap karena aktivitas enzim akan semakin turun setelah mencapai
waktu optimal. Setelah mencapai waktu optimal, enzim akan memecah sehingga
aktivitasnya berhenti yang ditandai dengan warna larutan yang semakin gelap.
Enzim yang digunakan dalam praktikum adalah enzim α-amilase yang
bekerja secara spesifik terhadap pati yakni menghidrolisis atau merombak pati
menjadi glukosa. Kurva standar dibuat untuk melihat hubungan konsentrasi glukosa
dengan nilai absorbansinya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kurva standar
yang dibuat sudah valid dan dapat dijadikan acuan. Hal tersebut dibuktikan dengan
harga koefisien relasi (nilai r) yang mendekati 1 (0,995) dan menunjukkan bahwa
hubungan antara konsentrasi glukosa murni dengan nilai absorbansi semakin linier
sehingga nilai absorbansi mewakili konsentrasi glukosa murni.
Saran
Sebaiknya instruksi mengenai praktikum selanjutnya diperjelas lagi sehingga
kesalahpahaman dalam melakukan pekerjaan dapat diminimalisir. Akan lebih baik
apabila semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam keadaan siap pakai dan
dalam kondisi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Jamilatun, S., Sumiyati, Y. dan Handayani, R. N., (2004), “Pengambilan Glukosa
dari Tepung Biji Nangka dengan cara Hidrolisis Enzimatik Kecmbah
Jagung”, Prosiding Seminar Nasional Rekayasa kimia dan Proses, pp. 1-5.
Juryatin. 1997. Peran Enzim Amilase pada Tubuh Manusia.
http://www.docstoc.com (1 Maret 2015).
9. Mongomeri, Rex. 1993. Biokimia Jilid I. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Page D. 1981. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta (ID) : Erlangga.
Rosenberg IM.2004.Protein Analysis and Purification: Benchtop techniques.
Boston US : Massachusetts General Hospital.
Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta (ID): Widya Medika.
Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta (ID):
Widya Medika.
Sari, L.D.A. 2004. http://eprints.undip.ac.id. Hubungan Aktivitas Enzim Amilase
dengan Perkecambahan pada Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L) Marill)
yang Berbeda. FMIPA UNDIP (1 Maret 2015).
Wirahadikusumah M. 1989. Biokimia : Protein, Enzim, dan Asam nukleat.
Bandung (ID) : ITB.
10. LAMPIRAN
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Kurva Standar
konsentrasi
konsentrasi glukosa
murni (x) vs
absorbansi (y)
0 0
0,05 0,189
0,1 0,237
0,15 0,352
0,2 0,456
0,25 0,581
0,3 0,691
0,35 0,846
a = 0.02 y= a+bx
b = 2.278 y= 0.02 + 2.278x
r = 0.995
r2 = 0.991
Grafik Kurva Standar
y = 2.2781x + 0.0203
R² = 0.9908
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0 0.1 0.2 0.3 0.4
ABSORBANSI
KONSENTRASI
kurva standar
kurva standar
Linear (kurva
standar)
11. Tabel 2. Absorbansi bebrapa konsentrasi amilum yang dishidrolisis amilase
Waktu (Menit)
Absorbansi ƛ 550 nm
Amilum
0,1%
Amilum
0,2%
Amilum
0,3%
Amilum
0,4%
Amilum
0,5%
0 0,19 0,66 0,44 0,025 0,24
5 0,2 0,142 0,181 0,277 0,218
10 0,19 0,218 0,132 0,45 0,415
15 0,2 0,172 0,57 0,26 0,311
20 0,15 0,72 0,22 -0,007 0,104
25 0,24 0,23 0,18 0,043 0,32
30 0,61 0 0,716 0,758 0,1739
Grafik Hubungan Absorbansi terhadap Waktu
y = 0.0093x + 0.115
R² = 0.3977
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0 10 20 30 40
Absorbansi
Waktu
Absorbansipada amilum 0,1%
absorbansi pada
amilum 0,1%
Linear (absorbansi
pada amilum 0,1%)
12. y = -0.0045x + 0.4059
R² = 0.0407
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 10 20 30 40
absorbansi
waktu
Absorbansipada amilum 0,2%
Absorbansi pada
amilum 0,2%
Linear (Absorbansi
pada amilum 0,2%)
y = 0.0065x + 0.2505
R² = 0.0955
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 10 20 30 40
absorbansi
waktu
absorbansipada amilum 0,3%
Absorbansi pada
amilum0,3%
Linear (Absorbansi
pada amilum0,3%)
13. y = 0.0091x + 0.1215
R² = 0.1266
-0.1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 10 20 30 40
absorbansi
waktu
Absorbansipada amilum 0,4%
Absorbansi pada
amilum 0,4%
Linear (Absorbansi
pada amilum 0,4%)
y = -0.0022x + 0.2873
R² = 0.05210
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0 10 20 30 40
absorbansi
waktu
Absorbansipada amilum 0,5%
Absorbansi pada
amilum 0,5%
Linear (Absorbansi
pada amilum 0,5%)
15. y = -0.002x + 0.1692
R² = 0.0407
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0 10 20 30 40
Konsentrasiglukosa
Waktu
Konsentrasiglukosa pada amilum0,2%
Konsentrasi glukosa
pada amilum 0,2%
Linear (Konsentrasi
glukosa pada amilum
0,2%)
y = 0.0029x + 0.1011
R² = 0.0955
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0 10 20 30 40
konsentrasiglukosa
waktu
Konsentrasiglukosa pada amilum 0,3%
Konstrasi glukosa pada
amilum 0,3%
Linear (Konstrasi
glukosa pada amilum
0,3%)
16. Tabel 3. Slope
S V 1/S 1/V
0,1 0,0041 10 243,902439
0,2 -0,002 5 -500
0,3 2,90E-03 3,333333333 344,8275862
0,4 0,004 2,5 250
0,5 -0,001 2 -1000
y = 0.004x + 0.0444
R² = 0.1266-0.05
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0 10 20 30 40
konsentrasiglukosa
waktu
Konsentrasiglukosa pada amilum 0,4%
Konsentrasi glukosa
pada amilum0,4%
Linear (Konsentrasi
glukosa pada
amilum0,4%)
y = -0.001x + 0.1172
R² = 0.0521
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
0.18
0.2
0 10 20 30 40
konsentrasiglukosa
waktu
Konsentrasiglukosa pada amilum 0,5%
konsentrasi glukosa
pada amilum 0,5%
Linear (konsentrasi
glukosa pada amilum
0,5%)
17. Grafik hubungan 1/V dengan 1/S
hasil nilai satuan
Vmax
-
0,002332035 ppm/menit
Km 22,59229029
y = 64.94x - 428.81
R² = 0.1265
-1200
-1000
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
0 5 10 15
1/V
1/S
Hubungan 1/V terhadap 1/S
Hubungan 1/V
terhadap 1/S
Linear (Hubungan 1/V
terhadap 1/S)
18. 2. Logbook Kinerja Kelompok 1 (satu)
Nama/NIM Kegiatan Tanda Tangan
M. Fendi Wiranata
F34120005
Membuat stock larutan enzim α-
amilase dengan buffer fosfat sitrat ph
7.00, laporan konten 5.
Ita
F34120010
Menginkubasi amilum,
membereskan alat, laporan konten 3.
Hanik Atus
Sangadah
F34120019
Menginkubasi amilum, mengukur
absorbansi (spektrofotometer),
laporan konten 1, membuat rekapan
data.
Herfina Novita Dewi
F34120020
Pengingat waktu inkubasi dan
menginkubasi amilum, membereskan
alat, laporan konten 2.
Helma Yoga Utami
F34120027
Menyiapkan larutan DNS, pengingat
waktu pemanasan, mengukur
absorbansi (spektrofotometer),
laporan konten 4 dan finishing.
Rifqi Fakhirin
F34120032
Membuat stock larutan amilum,
melakukan pemanasan, laporan
konten 6 (bahas data)