Dokumen tersebut memberikan nasihat-nasihat untuk mengikhlaskan amal perbuatan kepada Allah semata. Beberapa saran yang diberikan adalah dengan banyak berdoa, menyembunyikan amal, tidak terpengaruh pujian atau celaan manusia, serta mengingat hari kiamat dan azab kubur. Tujuannya agar amal dikerjakan semata-mata untuk ridha Allah, bukan untuk mendapat pujian atau balasan dari manusia.
1. "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan
janganlah kamu termasuk orang2 yg musyrik.” (QS Yunus [10] :105)
2. Berdoa
Mohonlah perlindungan kepada-Nya, Zat yang ditangan-Nya-lah
hidayah berada, tampakkanlah hajat dan kefakiranmu kepada-
Nya. mintalah selalu kepada-Nya agar Dia memberikan
keikhlasan kepadamu. Do’a yang sering dipanjatkan oleh Umar
ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu adalah do’a berikut.
“Ya Allah, jadikanlah seluruh amalku sebagai amal yang shalih,
Ikhlas karena mengharap Wajah-Mu, dan janganlah jadikan di
dalam amalku bagian untuk siapapun.”
3. Menyembunyikan Amal
Amal yang tersembunyi -dengan syarat
memang amal tersebut patut disembunyikan-,
lebih layak diterima di sisi-Nya dan hal tersebut
merupakan indikasi kuat bahwa amal tersebut
dikerjakan dengan ikhlas.
Seorang mukhlis yang jujur senang
menyembunyikan berbagai kebaikannya
sebagaimana dia suka apabila keburukannya
tidak terkuak.
4. Melihat Amal Orang Shalih yg Berada di
Atasmu
Janganlah anda memperhatikan amalan orang yang
sezaman denganmu, yaitu orang berada di bawahmu dalam
hal berbuat kebaikan. Perhatikan dan jadikanlah para nabi
dan orang shalih terdahulu sebagai panutan anda
“Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku
tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-
Quran). Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk
seluruh umat.” (Al An’am: 90).
5. Menganggap Remeh Amal
Penyakit yang sering melanda hamba adalah ridha
(puas) dengan dirinya
Setiap orang yang ujub akan amal yang telah
dikerjakannya, maka keikhlasan sangat sedikit
menyertai amalannya, atau bahkan tidak ada sama
sekali keikhlasan dalam amalnya, dan bisa jadi amal
shalih yang telah dikerjakan tidak bernilai
6. Khawatir Amal Tidak Diterima
Anggaplah remeh setiap amal shalih yang telah anda perbuat.
Apabila anda telah mengerjakannya, tanamkanlah rasa takut,
khawatir jika amal tersebut tidak diterima
"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka
berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa)
Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (Al
Mukminun: 60).
Mereka menunaikan sedekah, namun hati mereka takut dan
khawatir, bahwa amalan mereka tidak diterima di sisi-Nya.
mereka takut karena (sadar) mereka tidak menunaikan syarat-syaratnya
secara sempurna.
7. Ikhlas
Setan akan senantiasa menggoda dan merusak amal-amal
kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba.
Seorang hamba akan terus berusaha untuk melawan
iblis dan bala tentaranya hingga ia bertemu dengan
Tuhannya kelak dalam keadaan iman dan mengikhlas
kan seluruh amal perbuatannya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk
mengetahui hal-hal apa sajakah yang dapat membantu
kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal
perbuatan kita kepada Allah semata, dan di antara hal-hal
tersebut adalah
8. Bagaimana Agar Aku Ikhlas ?
Banyak Berdoa
“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari
perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku
mengetahuinya, dan akupun memohon ampun
terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.”
(Hadits Shahih riwayat Ahmad)
“Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang
saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena
ikhlas mengharap wajahmu, dan jangan jadikan
sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.”
9. Bagaimana Agar Aku Ikhlas ?
Menyembunyikan Amal Kebaikan
Hal lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dg
menyembunyikan amal kebaikannya.
“Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada
naungan selain dari naung an-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda
yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya
senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena
Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak
berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan,
namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang
bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan
seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air
matanya.” (HR Bukhari Muslim).
10. Bagaimana Agar Aku Ikhlas ?
Memandang Rendah Amal Kebaikan
Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia
merasa ridha dengan amal kebaikan yang dilakukan, di mana hal ini
dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) yang
menyebabkan rusaknya keikhlasan.
Sa’id bin Jubair berkata, “Ada orang yang masuk surga karena
perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal
kebaikannya”. Ditanyakan kepadanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”.
Beliau menjawab, “seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun
senantiasa takut terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat
tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni
dosanya karena rasa takutnya itu, sedangkan ada seseorang yang dia
beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya
tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka
Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.”
11. Bagaimana Agar Aku Ikhlas ?
Takut Akan Tidak Diterimanya Amal
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka
berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa)
Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al
Mu’minun: 60)
Ummul Mukminin Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah apakah yang
dimaksud dengan ayat, “Dan orang-orang yang memberikan apa
yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka
tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan
mereka” adalah orang yang mencuri, berzina dan meminum khamr
kemudian ia takut terhadap Allah?. Maka Rasulullah pun
menjawab: Tidak wahai putri Abu Bakar Ash Shiddiq, yang
dimaksud dengan ayat itu adalah mereka yang shalat, puasa,
bersedekah namun mereka takut tidak diterima oleh Allah.” (HR.
Tirmidzi dengan sanad shahih )
12. Bagaimana Agar Aku Ikhlas ?
Tidak Terpengaruh Oleh Perkataan Manusia
jadikan pujian atau celaan orang lain sebagai sebab engkau beramal
saleh, karena hal tersebut bukanlah termasuk perbuatan ikhlas. Seorang
mukmin yang ikhlas adalah seorang yang tidak terpengaruh oleh pujian
maupun celaan manusia ketika ia beramal saleh.
Ketika ia mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal sholeh, maka
tidaklah pujian tersebut kecuali hanya akan membuat ia semakin
tawadhu (rendah diri) kepada Allah.
Ia pun menyadari bahwa pujian tersebut merupakan fitnah (ujian)
baginya, sehingga ia pun berdoa kepada Allah untuk menyelamatkannya
dari fitnah tersebut. Ketahuilah wahai saudaraku, tidak ada pujian yang
dapat bermanfaat bagimu maupun celaan yang dapat membahayakanmu
kecuali apabila kesemuanya itu berasal dari Allah. Manakah yang akan
kita pilih wahai saudaraku, dipuji manusia namun Allah mencela kita
ataukah dicela manusia namun Allah memuji kita ?
13. Bagaimana Agar Aku Ikhlas ?
Seorang yang diberi taufik oleh Allah ta’ala tidaklah
terpengaruh oleh pujian manusia apabila mereka
memujinya atas kebaikan yang telah dilakukannya. Apabila
dia mengerjakan ketaatan, maka pujian yang dilontarkan
oleh manusia hanya akan menambah ketawadhu’an dan rasa
takut kepada Allah.
"Meninggalkan perhatian makhluk dan tidak mencari-cari
kedudukan di hati mereka dengan beramal shalih,
mengikhlaskan niat, dan menyembunyikan amal
merupakan faktor yang mampu meninggikan derajat orang
yang mulia."
14. Menyadari Bahwa Manusia Bukanlah
Pemilik Surga dan Neraka
Ibnu Rajab dalam kitabnya Jamiul Ulum wal Hikam
berkata: “Barang siapa yang berpuasa, shalat, berzikir
kepada Allah, dan dia maksudkan dengan amalan-amalan
tersebut untuk mendapatkan dunia, maka
tidak ada kebaikan dalam amalan-amalan tersebut
sama sekali, amalan-amalan tersebut tidak bermanfaat
baginya, bahkan hanya akan menyebabkan ia berdosa”.
Yaitu amalan-amalannya tersebut tidak bermanfaat
baginya, lebih-lebih bagi orang lain.
15. Menyadari Bahwa Manusia Bukanlah
Pemilik Surga dan Neraka
Apabila hamba mengetahui manusia yang menjadi faktor
pendorong untuk melakukan riya akan berdiri
bersamanya di padang Mahsyar dalam keadaan takut dan
telanjang,dia akan mengetahui bahwasanya memalingkan
niat ketika beramal kepada mereka tidaklah akan mampu
meringankan kesulitan yang dialaminya di padang
Mahsyar
Apabila anda telah mengetahui hal itu, niscaya anda akan
mengetahui bahwamengikhlaskan amal adalah benar
adanya, tidak sepatutnya amalan ditujukan kecuali kepada
Zat yang memiliki surga dan neraka.
“Barangsiapa yang berbuat riya, maka Allah akan
menyingkap niat busuknya itu di hadapan manusia” (HR.
Muslim).
16. Ingat azab kubur
Jiwa akan merasa tenang dengan mengingat perjalanan yang akan
dilaluinya di akhirat. Apabila hamba meyakini bahwa dirinya akan
dimasukkan ke dalam liang lahat sendiri, tanpa seorang pun
menemani, dan tidak ada yang bermanfaat bagi dirinya selain
amal shalih, dan dia yakin bahwa seluruh manusia, tidak akan
mampu menghilangkan sedikit pun, azab kubur yang diderita,
maka dengan demikian hamba akan menyakini bahwa tidak ada
yang mampu menyelematkannya melainkan mengkihlaskan amal
kepada Sang Pencipta semata
"Persiapan yang benar untuk bertemu dengan Allah merupakan
salah satu faktor yang paling bermanfaat dan paling ampuh bgi
hamba untuk merealisasikan keistiqamahan diri. Karena setiap
orang yang mengadakan persiapan untuk bertemu dengan-Nya,
hatinya akan terputus dari dunia dan segala isinya."
17. Bagaimana Agar Aku Ikhlas ?
Ingin Dicintai, Namun Dibenci
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan
menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.”
(QS. Maryam: 96)
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia akan
menanamkan dalam hati-hati hamba-hamba-Nya
yang saleh kecintaan terhadap orang-orang yang
melakukan amal-amal saleh (yaitu amalan-amalan
yang dilakukan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan
tuntunan Nabi-Nya ). (Tafsir Ibnu Katsir).
18. Jadikan Amal kita Ikhlas
Dalam sebuah hadits dinyatakan “Sesungguhnya apabila Allah
mencintai seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata:
wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah
ia. Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru
kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah mencintai fulan,
maka cintailah ia.
Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian
ditanamkanlah kecintaan padanya di bumi. Dan sesungguhnya
apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril
dan berkata : wahai Jibril, sesungguhnya Aku membenci fulan,
maka bencilah ia. Maka Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril
menyeru kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah membenci
fulan, maka benciilah ia. Maka penduduk langit pun
membencnya. Kemudian ditanamkanlah kebencian padanya di
bumi.” (HR. Bukhari Muslim)
19. Jadikan Amal kita Ikhlas
Hasan Al Bashri berkata: “Ada seorang laki-laki yang berkata : ‘Demi
Allah aku akan beribadah agar aku disebut-sebut karenanya’. Maka
tidaklah ia dilihat kecuali ia sedang shalat, dia adalah orang yang
paling pertama masuk mesjid dan yang paling terakhir keluar darinya.
Ia pun melakukan hal tersebut sampai tujuh bulan lamanya. Namun,
tidaklah ia melewati sekelompok orang kecuali mereka berkata:
‘lihatlah orang yang riya ini’. Dia pun menyadari hal ini dan berkata:
tidaklah aku disebut-sebut kecuali hanya dengan kejelekan, ’sungguh
aku akan melakukan amalan hanya karena Allah’. Dia pun tidak
menambah amalan kecuali amalan yang dulu ia kerjakan. Setelah itu,
apabila ia melewati sekelompok orang mereka berkata: ’semoga Allah
merahmatinya sekarang’.
Kemudian Hasan al bashri pun membaca ayat: “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha
Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.”
(Tafsir Ibnu Katsir)
20. “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh
amalanku hanya karena ikhlas mengharap wajahmu, dan jangan jadikan
sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.”