Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Kebenaran Islam
1. Kisah Mualaf - Pendeta Masuk Islam
Mungkin kisah ini terasa sangat aneh bagi mereka yang belum pernah bertemu
dengan orangnya atau langsung melihat dan mendengar penuturannya. Kisah
yang mungkin hanya terjadi dalam cerita fiktif, namun menjadi kenyataan. Hal
itu tergambar dengan kata-kata yang diucapkan oleh si pemilik kisah yang
sedang duduk di hadapanku mengisahkan tentang dirinya. Untuk mengetahui
kisahnya lebih lanjut dan mengetahui kejadian-kejadian yang menarik secara
komplit, biarkan aku menemanimu untuk bersama-sama menatap ke arah
Johannesburg, kota bintang emas nan kaya di negara Afrika Selatan di mana
aku pernah bertugas sebagai pimpinan cabang kantor Rabithah al-‟Alam al-
Islami di sana.
Pada tahun 1996, di sebuah negara yang sedang mengalami musim dingin, di
siang hari yang mendung, diiringi hembusan angin dingin yang menusuk tulang,
aku menunggu seseorang yang berjanji akan menemuiku. Istriku sudah
mempersiapkan santapan siang untuk menjamu sang tamu yang terhormat.
Orang yang aku tunggu dulunya adalah seorang yang mempunyai hubungan erat
2. dengan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. Ia seorang misionaris
penyebar dan pendakwah agama Nasrani. Ia seorang pendeta, namanya „Sily.‟
Aku dapat bertemu dengannya melalui perantaraan sekretaris kantor Rabithah
yang bernama Abdul Khaliq Matir, di mana ia mengabarkan kepada-ku bahwa
seorang pendeta ingin datang ke kantor Rabithah hendak membicarakan perkara
penting.
Tepat pada waktu yang telah dijanjikan, pendeta tersebut datang bersama
temannya yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah salah seorang anggota
sebuah sasana tinju setelah ia memeluk Islam, selepas bertanding dengan
seorang petinju muslim terkenal, Muhammad Ali. Aku menyambut keda-tangan
mereka di kantorku dengan perasaan yang sangat gembira. Sily seorang yang
berpostur tubuh pendek, berkulit sangat hitam dan mudah tersenyum. Ia duduk
di depanku dan berbicara denganku dengan lemah lembut. Aku katakan,
“Saudara Sily bolehkah kami mendengar kisah keislamanmu?” ia tersenyum
dan berkata, “Ya, tentu saja boleh.”
Pembaca yang mulia, dengar dan perhatikan apa yang telah ia ceritakan
kepadaku, kemudian setelah itu, silahkan beri penilaian.!
Sily berkata, “Dulu aku seorang pendeta yang sangat militan. Aku berkhidmat
untuk gereja dengan segala kesungguhan. Tidak hanya sampai di situ, aku juga
salah seorang aktifis kristenisasi senior di Afrika Selatan. Karena aktifitasku
yang besar maka Vatikan memilihku untuk menjalankan program kristenisasi
yang mereka subsidi. Aku mengambil dana Vatikan yang sampai kepadaku
untuk menjalankan program tersebut. Aku mempergunakan segala cara untuk
mencapai targetku. Aku melakukan berbagai kunjungan rutin ke madrasah-
madrasah, sekolah-sekolah yang terletak di kampung dan di daerah pedalaman.
Aku memberikan dana tersebut dalam bentuk sumbangan, pemberian, sedekah
dan hadiah agar dapat mencapai targetku yaitu memasukkan masyarakat ke
dalam agama Kristen. Gereja melimpahkan dana tersebut kepadaku sehingga
aku menjadi seorang hartawan, mempunyai rumah mewah, mobil dan gaji yang
tinggi. Posisiku melejit di antara pendeta-pendeta lainnya.
Pada suatu hari, aku pergi ke pusat pasar di kotaku untuk membeli beberapa
hadiah. Di tempat itulah bermula sebuah perubahan!
Di pasar itu aku bertemu dengan seseorang yang memakai kopiah. Ia pedagang
berbagai hadiah. Waktu itu aku mengenakan pakaian jubah pendeta berwarna
putih yang merupakan ciri khas kami. Aku mulai menawar harga yang
disebutkan si penjual. Dari sini aku mengetahui bahwa ia seorang muslim. Kami
menyebutkan agama Islam yang ada di Afrika selatan dengan sebutan „agama
orang Arab.‟ Kami tidak menyebutnya dengan sebutan Islam. Aku pun membeli
3. berbagai hadiah yang aku inginkan. Sulit bagi kami menjerat orang-orang yang
lurus dan mereka yang konsiten dengan agamanya, sebagaimana yang telah
berhasil kami tipu dan kami kristenkan dari kalangan orang-orang Islam yang
miskin di Afrika Selatan.
Si penjual muslim itu bertanya kepadaku, “Bukankah anda seorang pendeta?”
Aku jawab, “Benar.” Lantas ia bertanya kepadaku, “Siapa Tuhanmu?” Aku
katakan, “Al-Masih.” Ia kembali berkata, “Aku menantangmu, coba datangkan
satu ayat di dalam Injil yang menyebutkan bahwa al-Masih AS berkata, „Aku
adalah Allah atau aku anak Allah. Maka sembahlah aku‟.” Ucapan muslim
tersebut bagaikan petir yang menyambar kepalaku. Aku tidak dapat menjawab
pertanyaan tersebut. Aku berusaha membuka-buka kembali catatanku dan
mencarinya di dalam kitab-kitab Injil dan kitab Kristen lainnya untuk
menemukan jawaban yang jelas terhadap pertanyaan lelaki tersebut. Namun aku
tidak menemukannya. Tidak ada satu ayat pun yang men-ceritakan bahwa al-
Masih berkata bahwa ia adalah Allah atau anak Allah. Lelaki itu telah
menjatuhkan mentalku dan menyulitkanku. Aku ditimpa sebuah bencana yang
membuat dadaku sempit. Bagaimana mungkin pertanyaan seperti ini tidak
pernah terlintas olehku? Lalu aku tinggalkan lelaki itu sambil menundukkan
wajah. Ketika itu aku sadar bahwa aku telah berjalan jauh tanpa arah. Aku terus
berusaha mencari ayat-ayat seperti ini, walau bagaimanapun rumitnya. Namun
aku tetap tidak mampu, aku telah kalah.
Aku pergi ke Dewan Gereja dan meminta kepada para anggota dewan agar
berkumpul. Mereka menyepakatinya. Pada pertemuan tersebut aku
mengabarkan kepada mereka tentang apa yang telah aku dengar. Tetapi mereka
malah menyerangku dengan ucapan, “Kamu telah ditipu orang Arab. Ia hanya
ingin meyesatkanmu dan memasukkan kamu ke dalam agama orang Arab.” Aku
katakan, “Kalau begitu, coba beri jawabannya!” Mereka membantah pertanyaan
seperti itu namun tak seorang pun yang mampu memberikan jawaban.
Pada hari minggu, aku harus memberikan pidato dan pelajaranku di gereja. Aku
berdiri di depan orang banyak untuk memberikan wejangan. Namun aku tidak
sanggup melakukannya. Sementara para hadirin merasa aneh, karena aku berdiri
di hadapan mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku kembali masuk ke
dalam gereja dan meminta kepada temanku agar ia menggantikan tempatku.
Aku katakan bahwa aku sedang sakit. Padahal jiwaku hancur luluh.
Aku pulang ke rumah dalam keadaan bingung dan cemas. Lalu aku masuk dan
duduk di sebuah ruangan kecil. Sambil menangis aku menengadahkan
pandanganku ke langit seraya berdoa. Namun kepada siapa aku berdoa.
Kemudian aku berdoa kepada Dzat yang aku yakini bahwa Dia adalah Allah
Sang Maha Pencipta, “Ya Tuhanku… Wahai Dzat yang telah men-ciptakanku…
4. sungguh telah tertutup semua pintu di hadapanku kecuali pintuMu… Janganlah
Engkau halangi aku mengetahui kebenaran… manakah yang hak dan di
manakah kebenaran? Ya Tuhanku… jangan Engkau biarkan aku dalam
kebimbangan… tunjukkan kepadaku jalan yang hak dan bimbing aku ke jalan
yang benar…” lantas akupun tertidur.
Di dalam tidur, aku melihat diriku sedang berada di sebuah ruangan yang sangat
luas. Tidak ada seorang pun di dalamnya kecuali diriku. Tiba-tiba di tengah
ruangan tersebut muncul seorang lelaki. Wajah orang itu tidak begitu jelas
karena kilauan cahaya yang terpancar darinya dan dari sekelilingnya. Namun
aku yakin bahwa cahaya tersebut muncul dari orang tersebut. Lelaki itu
memberi isyarat kepadaku dan memanggil, “Wahai Ibrahim!” Aku menoleh
ingin mengetahui siapa Ibrahim, namun aku tidak menjumpai siapa pun di
ruangan itu. Lelaki itu berkata, “Kamu Ibrahim… kamulah yang bernama
Ibrahim. Bukankah engkau yang memohon petunjuk kepada Allah?” Aku
jawab, “Benar.” Ia berkata, “Lihat ke sebelah kananmu!” Maka akupun menoleh
ke kanan dan ternyata di sana ada sekelompok orang yang sedang memanggul
barang-barang mereka dengan mengenakan pakaian putih dan bersorban putih.
Ikutilah mereka agar engkau mengetahui kebenaran!” Lanjut lelaki itu.
Kemudian aku terbangun dari tidurku. Aku merasakan sebuah kegembiraan
menyelimutiku. Namun aku belum juga memperoleh ketenangan ketika muncul
pertanyaan, di mana gerangan kelompok yang aku lihat di dalam mimipiku itu
berada.
Aku bertekad untuk melanjutkannya dengan berkelana mencari sebuah
kebenaran, sebagaimana ciri-ciri yang telah diisyaratkan dalam mimpiku. Aku
yakin ini semua merupakan petunjuk dari Allah SWT. Kemudian aku minta cuti
kerja dan mulai melakukan perjalanan panjang yang memaksaku untuk
berkeliling di beberapa kota mencari dan bertanya di mana orang-orang yang
memakai pakaian dan sorban putih berada. Telah panjang perjalanan dan
pencarianku. Setiap aku menjumpai kaum muslimin, mereka hanya memakai
celana panjang dan kopiah. Hingga akhirnya aku sampai di kota Johannesburg.
Di sana aku mendatangi kantor penerima tamu milik Lembaga Muslim Afrika.
Di rumah itu aku bertanya kepada pegawai penerima tamu tentang jamaah
tersebut. Namun ia mengira bahwa aku seorang peminta-minta dan memberikan
sejumlah uang. Aku katakan, “Bukan ini yang aku minta. Bukankah kalian
mempunyai tempat ibadah yang dekat dari sini? Tolong tunjukkan masjid yang
terdekat.” Lalu aku mengikuti arahannya dan aku terkejut ketika melihat
seorang lelaki berpakaian dan bersorban putih sedang berdiri di depan pintu.
Aku sangat girang, karena ciri-cirinya sama seperti yang aku lihat dalam mimpi.
5. Dengan hati yang berbunga-bunga, aku mendekati orang tersebut. Sebelum aku
mengatakan sepatah kata, ia terlebih dahulu berkata, “Selamat datang ya
Ibrahim!” Aku terperanjat mendengarnya. Ia mengetahui namaku sebelum aku
memperkenalkannya. Lantas ia melanjutkan ucapan-nya, “Aku melihatmu di
dalam mimpi bahwa engkau sedang mencari-cari kami. Engkau hendak mencari
kebenaran? Kebenaran ada pada agama yang diridhai Allah untuk hamba-Nya
yaitu Islam.” Aku katakan, “Benar. Aku sedang mencari kebenaran yang telah
ditunjukkan oleh lelaki bercahaya dalam mimpiku, agar aku mengikuti
sekelompok orang yang berpakaian seperti busana yang engkau kenakan.
Tahukah kamu siapa lelaki yang aku lihat dalam mimpiku itu?” Ia menjawab,
“Dia adalah Nabi kami Muhammad, Nabi agama Islam yang benar, Rasulullah
SAW.” Sulit bagiku untuk mempercayai apa yang terjadi pada diriku. Namun
langsung saja aku peluk dia dan aku katakan kepadanya, “Benarkah lelaki itu
Rasul dan Nabi kalian yang datang menunjukiku agama yang benar?” Ia
berkata, “Benar.”
Ia lalu menyambut kedatanganku dan memberikan ucapan selamat karena Allah
telah memberiku hidayah kebenaran. Kemudian datang waktu shalat zhuhur. Ia
mempersilahkanku duduk di tempat paling belakang dalam masjid dan ia pergi
untuk melaksanakan shalat bersama jamaah yang lain. Aku memperhatikan
kaum muslimin banyak memakai pakaian seperti yang dipakainya. Aku melihat
mereka rukuk dan sujud kepada Allah. Aku berkata dalam hati, “Demi Allah,
inilah agama yang benar. Aku telah membaca dalam berbagai kitab bahwa para
nabi dan rasul meletakkan dahinya di atas tanah sujud kepada Allah.” Setelah
mereka shalat, jiwaku mulai merasa tenang dengan fenomena yang aku lihat.
Aku berucap dalam hati, “Demi Allah sesungguhnya Allah SWT telah
menunjukkan kepadaku agama yang benar.” Seorang muslim memanggilku
agar aku mengumumkan keislamanku. Lalu aku mengucapkan dua kalimat
syahadat dan aku menangis sejadi-jadinya karena gembira telah mendapat
hidayah dari Allah SWT.
Kemudian aku tinggal bersamanya untuk mempelajari Islam dan aku pergi
bersama mereka untuk melakukan safari dakwah dalam waktu beberapa lama.
Mereka mengunjungi semua tempat, mengajak manusia kepada agama Islam.
Aku sangat gembira ikut bersama mereka. Aku dapat belajar shalat, puasa,
tahajjud, doa, kejujuran dan amanah dari mereka. Aku juga belajar dari mereka
bahwa seorang muslim diperintahkan untuk menyampaikan agama Allah dan
bagaimana menjadi seorang muslim yang mengajak kepada jalan Allah serta
berdakwah dengan hikmah, sabar, tenang, rela berkorban dan berwajah
ceria.Setelah beberapa bulan kemudian, aku kembali ke kotaku. Ternyata
keluarga dan teman-temanku sedang mencari-cariku. Namun ketika melihat aku
kembali memakai pakaian Islami, mereka mengingkarinya dan Dewan Gereja
meminta kepadaku agar diadakan sidang darurat. Pada pertemuan itu mereka
6. mencelaku karena aku telah meninggalkan agama keluarga dan nenek moyang
kami. Mereka berkata kepadaku, “Sungguh kamu telah tersesat dan tertipu
dengan agama orang Arab.” Aku katakan, “Tidak ada seorang pun yang telah
menipu dan menyesatkanku. Sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW
datang kepadaku dalam mimpi untuk menunjukkan kebenaran dan agama yang
benar yaitu agama Islam. Bukan agama orang Arab sebagaimana yang kalian
katakan. Aku mengajak kalian kepada jalan yang benar dan memeluk Islam.”
Mereka semua terdiam.
Kemudian mereka mencoba cara lain, yaitu membujukku dengan memberikan
harta, kekuasaan dan pangkat. Mereka berkata, “Sesungguhnya Vatikan me-
mintamu untuk tinggal bersama mereka selama enam bulan untuk menyerahkan
uang panjar pembelian rumah dan mobil baru untukmu serta memberimu
kenaikan gaji dan pangkat tertinggi di gereja.”
Semua tawaran tersebut aku tolak dan aku katakan kepada mereka, “Apakah
kalian akan menyesatkanku setelah Allah memberiku hidayah? Demi Allah aku
takkan pernah melakukannya walaupun kalian memenggal leherku.” Kemudian
aku menasehati mereka dan kembali mengajak mereka ke agama Islam. Maka
masuk Islamlah dua orang dari kalangan pendeta.
Alhamdulillah, Setelah melihat tekadku tersebut, mereka menarik semua derajat
dan pangkatku. Aku merasa senang dengan itu semua, bahkan tadinya aku ingin
agar penarikan itu segera dilakukan. Kemudian aku mengembalikan semua
harta dan tugasku kepada mereka dan akupun pergi meninggalkan mereka,” Sily
mengakhiri kisahnya.
Kisah masuk Islam Ibrahim Sily yang ia ceritakan sendiri kepadaku di kantorku,
disaksikan oleh Abdul Khaliq sekretaris kantor Rabithah Afrika dan dua orang
lainnya. Pendeta sily sekarang dipanggil dengan Da‟i Ibrahim Sily berasal dari
kabilah Kuza Afrika Selatan. Aku mengundang pendeta Ibrahim -maaf- Da‟i
Ibrahim Sily makan siang di rumahku dan aku laksanakan apa yang diwajibkan
dalam agamaku yaitu memuliakannya, kemudian ia pun pamit. Setelah
pertemuan itu aku pergi ke Makkah al-Mukarramah untuk melaksanakan suatu
tugas. Waktu itu kami sudah mendekati persiapan seminar Ilmu Syar‟i I yang
akan diadakan di kota Cape Town. Lalu aku kembali ke Afrika Selatan tepatnya
ke kota Cape Town.
Ketika aku berada di kantor yang telah disiapkan untuk kami di Ma’had Arqam,
Dai Ibrahim Sily mendatangiku. Aku langsung mengenalnya dan aku ucapkan
salam untuknya dan bertanya, “Apa yang kamu lakukan disini wahai
Ibrahim.?” Ia menjawab, “Aku sedang mengunjungi tempat-tempat di Afrika
Selatan untuk berdakwah kepada Allah. Aku ingin mengeluarkan masyarakat
7. negeriku dari api neraka, mengeluarkan mereka dari jalan yang gelap ke jalan
yang terang dengan memasukkan mereka ke dalam agama Islam.”
Sumber : imanyakin.wordpress.com