Agama Hindu berkembang di India sejak masuknya bangsa Arya pada 1500 SM. Mereka membawa sistem kepercayaan dan kemasyarakatan berdasarkan Weda sebagai kitab suci. Agama Hindu meyakini konsep ketuhanan monoteistik dan politeistik dalam wujud Trimurti, serta menganut sistem kasta. Tujuan hidup menurut agama Hindu adalah mencapai kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan rohani melalui pemuja
1. BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Lahirnya Agama Hindu
Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan Hindu di India berkaitan dengan
sistem kepercayaan bangsa Arya yang masuk ke India 1500 S.M. Kebudayaan Arya
berkembang di Lembah Sungai Indus India. Bangsa Arya mengembangkan sistem
kepercayaan dan sistem kemasyarakatan yang sesuai dengan tradisi yang dimilikinya.
Sistem kepercayaan tersebut berupa penyembahan terhadap banyak dewa yang dipimpin
oleh golongan Pendeta atau Brahmana. Keyakinan bangsa Arya terhadap kepemimpinan
Kaum Brahmana dalam melakukan upacara ini melahirkan kepercayaan terhadap
Brahmanisme. Selanjutnya golongan ini juga menulis ajaran mereka dalam kitab-kitab
suci yang menjadi standar pelaksanaan upacara-upacara keagamaan. Kitab suci Agama
Hindu disebut Weda (Veda) yang memiliki arti pengetahuan tentang agama. Dalam
bukunya yang berjudul “Sejarah Indonesia” Sanusi Pane menjelaskan mengenai Weda
terdiri dari 4 buah kitab, yaitu :
a. Rigweda
Rigweda merupakan kitab yang berisi tentang ajaran-ajaran Hindu. Rigweda
merupakan kitab yang tertua dan kemungkinan muncul pada waktu bangsa
Arya masih berada di daerah Punjab.
b. Samaweda
Samaweda merupakan kitab yang berisi nyanyian-nyanyian pujaan yang
wajib dilakukan ketika upacara agama.
c. Yajurweda
Yajurweda merupakan kitab yang berisi doa-doa yang dibacakan ketika
diselenggarakan upacara agama. Munculnya kitab ini diperkirakan ketika
bangsa Arya menguasai daerah Gangga Tengah.
d. Atharwaweda
Atharwaweda merupakan kitab yang berisi doa-doa untuk menyembuhkan
penyakit, doa untuk memerangi raksasa. Doa-doa pada kitab ini muncul
ketika bangsa Arya berhasil menguasai daerah Gangga Hilir.
2. Agama Hindu bersifat Politheisme, yaitu kepercayaan terhadap banyak dewa yang
masing-masing dewa memiliki peranan dalam kehidupan masyarakat. Ada tiga dewa utama
dalam Agama Hindu yang disebut Trimurti, terdiri dari Dewa Brahma (Dewa Pencipta), Dewa
Wisnu (Dewa Pelindung) dan Dewa Siwa (Dewa Perusak).
Sistem kemasyarakatan yang dikembangkan oleh bangsa Arya adalah system
kasta. System kasta mengatur hubungan sosial bangsa Arya dengan bangsa-bangsa yang
ditaklukkannya. Sistem ini membedakan masyarakat berdasarkan fungsinya. Golongan
Brahmana (pendeta) menduduki golangan pertama. Golongan Ksatria (bangsawan, prajurit)
menduduki golongan kedua. Golongan Waisya (pedagang, petani) menduduki golongan ketiga.
Sedangkan golongan Sudra (rakyat biasa) menduduki golongan terendah atau golongan keempat.
Penggolangan seperti itu disebut dengan caturwarna Sistem kepercayaan dan kasta menjadi
dasar terbentuknya kepercayaan terhadap Hinduisme.
3. 2. Sistem Ketuhanan Agama Hindu
Konsep ketuhanan terbagi menjadi beberapa bagian seperti berikut :
a. Konsep Monoteisme
Konsep monoteisme dalam Weda terdapat dalam filsafat Adwaita Wedanta (tiada
duanya), yaitu percaya pada Tuhan yang satu. Adwaita Wedanta menggap bahwa
Tuhan adalah pusat segala kehidupan dialam semesta dan dalam Hindu, Tuhan
disebut Brahman.
Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal dan tidak berakhir. Brahman
merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada dimana-mana
diseluruh alam semesta. Brahman hanya satu, namun tanda kebesarannya diwujudkan
dalam banyaknya dewa-dewi. Konsep Ida Sang Hyang Widi Wasa merupakan bentuk
monoteisme asli orang Bali.
Trimurti yang terdiri dari Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa merupakan
perwujudan dari kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dewa Brahma sebagai dewa
pencipta alam semesta, Dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara alam semesta dan
Dewa Siwa sebagai dewa pelebur dunia.
b. Konsep Panteisme
Dalam Upanisad, konsep panteisme terdapat dalam pandangan bahwa Tuhan tidak
memiliki wujud tertentu maupun tempat tertentu, melainkan Tuhan berada dan
menyatu pada setiap ciptaan-Nya dan terdapat dalam setiap benda apapun. Konsep
panteisme disebut dengan istilah Wyapi wyapaka.
Unpisad menyebutkan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud
tertentu, tidak berada di surha atau dunia tertinggi melainkan ada pada setiap ciptaan-
Nya.
c. Konsep Totemisme
Konsep totemisme terdapat dalam pengkultusan sapi. Sapi dianggap sebagai binatang
suci orang Hindu. Terdapat larangan membunuh sapi karena sapi adalah ibu seluruh
dunia (Darmayasa, 2008:22).
Sapi dikatakan ibu seluruh dunia karena sapi mampu menghidupi dunia ini, segala
yang ada dalam sapi dapat digunakan. Sapi juga merupakan kendaraan Dewa Siwa
yang bernama Nandini.
4. 3. Pandangan Agama Hindu Mengenai Keselamatan
“Adalah kewajiban bagi setiap orang untuk mendedikasikan (membaktikan) hidupnya,
intelejensi (kepandaiannya), kekayaannya, kata-katanya dan pekerjaannya bagi
kesejahteraan makhluk lain” (Bhagawata Purana: 10.22.35)
Tujuan hidup manusia menurut Weda adalah kebahagiaan yang didalamnya
terkandung makna kesejahteraan, ketertiban, keselamatan dan kebebasan. Secara
khusus tujuan hidup ini dirumuskan sebagai Catur Purusaartha yaitu dharma,
artha, kama dan moksha.
Untuk mencapai tujuan tersebut Weda menekankan pada upaya-upaya ritual
(karmakanda). Upanisad lebih menekankan pada pencapaian kebebasan individu
(jivanmukti) melalui jnana yoga, khususnya pengetahuan tentang Brahman dan atman.
Bagawad Gita menjadikan ketertiban dan kesejahteraan masyarakat (lokasamgraha) yang
dicapai melalui karmayoga sebagai ajaran sentralnya. (Narayan Champawat)..
Lokasamgraha mengisyaratkan, adanya kesadaran sosial dari masing-masing pemeluk
Hindu, bahwa pencapaian masyarakat yang sejahtera, masyarakat yang bebas dari
kemiskinan material maupun spiritual, memerlukan adanya kesetiakawanan, solidaritas,
saling tolong menolong, (bahasa Bali "salunglung sabayantaka"), atau saling
berhubungan dari seluruh pemeluk Hindu. Kesadaran, solidaritas sosial dan
kesalingterhubungan ini melintasi klan, soroh, marga, dadia, padarman, suku bangsa.
Dengan kata lain, setiap pemeluk Hindu, dimanapun dia berada, apapun klan, marga atau
suku bangsanya adalah saudara bagi pemeluk Hindu lainnya. Penderitaan seorang
pemeluk Hindu, adalah juga penderitaan bagi pemeluk Hindu lainnya. Kebahagiaan bagi
seorang pemeluk Hindu adalah juga kebahagiaan bagi pemeluk Hindu lainnya.
Solidaritas keumatan ini, dalam masyarakat Hindu di Bali disebut "suka duka".
5. 4. Latar Belakang Historis Serta Pesan Teologis Dari Hari Raya Agama Hindu
Latar belakang lahirnya hari raya agama Hindu yang pertama karena kondisi India pada
masa sebelum Masehi selalu ada perperangan yang sangat panjang antar suku yang
memperebutkan kekuasaan sehingga raja yang menguasai India selalu berganti dari suku
Pahlawa, Yuehchi, Yuwana Malawa, dan Saka. Seorang pendeta penyebar agama Hindu
yang berna Aji Saka beliau mendarat di pantai Rembang (jawa tengah) dan
mengembangkan Agama Hindu di Jawa ketika Majapahit berkuasa pada abad ke 13 M.
Masuknya Agama Hindu ke Bali kemudian disusul oleh penaklukan Bali oleh Majapahit
pada abad ke-14 dengan sendirinya membakukan sistem Tahun Saka di Bali hingga
sekarang. Perpaduan budaya (akulturasi) Hindu India dengan kearifan lokal budaya
Hindu Indonesia (Bali) dalam perayaan Tahun Baru Caka inilah yang menjadi
pelaksanaan Hari Raya Nyepi unik seperti saat ini.
Adapun hari raya Agama Hindu yang lain sebagai berikut:
1. Hari Raya Saraswati
Saraswati adalah hari raya untuk memuja sang Hyang Widhi dalam menciptakan ilmu
pengatuhaan dan ilmu kesucian. Hari raya diperingati setiap enam bulan sekali bertepatan
dengan hari Sabtu Umanis, Uku Watungunung. . Dewi Saraswati dilambangkan sebagai
seorang perempuan yang cantik dengan membawa alat musik, genitri, pustaka suci, serta
duduk di atas angsa.
2. Hari Raya Pagerwesi
Pagerwesi adalah hari raya agama Hindu dalam pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
dengan beryoga. Hari raya Pagerwesi sama dengan hari raya Sarawati diperingati enam
bulan sekali. pada hari Rabu Kliwon, Uku Shinta.
3. Hari Raya Galungan
Galungan bisa juga disebut dengan Pawedalan Jagat yaitu pemujaan terhadap terciptanya
alam semesta beserta isinya oleh Tuhan Yang Maha Esa.
4. Hari Raya Kuningan
Kuningan diperingati oleh agama Hindu setelah sepuluh hari hari raya Galungan.