SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  34
Kebijakan Umum
Sistem Manajemen Mutu
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
                BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
                                      MENTERI
                                     PEKERJAAN
                                       UMUM


                 Staf Ahli Menteri               Wakil Menteri




BP KONSTRUKSI      BALITBANG                     SETJEN             ITJEN




      DITJEN           DITJEN                  DITJEN               DITJEN
     TARUANG         PENGEL. SDA             BINA MARGA          CIPTA KARYA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
                       BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

                                   Kepala
                          Badan Pembinaan Konstruksi

                                                                  Sekretaris Badan




 Kapus Bina                Kapus Bina                 Kapus Bina                  Kapus Bina .
Usaha Jakons             Pnyelengg.Konst            Keahl.Tek. Konst            Kmpt.Pelat.Konst


Kabid Bang Usaha            Kabid Pengadaan                                          Kabid Komp.Trampil.
                                 Jakons                Kabid Komp.ahli.Konstr               kons

Kabid Sar Usaha             Kabid Bang.Kualitas
                                                       Kabid Dik.Ahli. Konstr
                                 & Amdal
                                                                                     Kabid Latih.Manaj.
                                                                                       Teknik Konstr.
Kabid Bang Reg Usaha        Kabid Bang. Adm.Kontr
                                                       Kabid Teknik Konstr           Kabid Latih.Trampil
                                                                                            Konst
STRUKTUR ORGANISASI
     PUSAT PEMBINAAN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI

                                                           PUSAT PEMBINAAN
                                                     PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI
Subbag T U:
• Adm Kant/Pegawai
• RT Pusat PPK
• TU Kapus PPK

BID. PENGADAAN             BID. KUALITAS KONSTRUKSI DAN                               BID. ADMINISTRASI
JASA KONSTRUKSI                   ANDAL KONSTRUSI                                    KONTRAK KONSTRUKSI



Subbid Wilayah Barat               Subbid Kualitas Konstruksi                   Subbid Pengaturan
                                                                                 Penyiapan Standar & Pedoman,
 Rekomendasi penyelenggaraan       Pengembangan sistem kualitas
                                                                                  Juklak dan Pengembangan SI
  pengadaan wil. Barat               konstruksi
                                                                                  Kontrak Konstruksi
 Monev penyelenggaraan             Penyiapan Standar & Pedoman
  pengadaan                         Pembinaan Teknis
 Standar dan pedoman                                                           Subbid Pemberdayaan dan
                                   Subbid Andal Konstruksi                       Monitoring
Subbid Wilayah Timur                Pengembangan andal konstruksi               Bintek Administrasi Kontrak
 Rekomendasi                       Penyiapan Standar & Pedoman                 Monev Kontrak Konstruksi
  penyelenggaraan                   Pembinaan Teknis
  pengadaan wil. Timur                                                   BALAI KAJIAN PENYELENGGAAN
 Monev penyelenggaraan                                                          KONSTRUKSI
  pengadaan
 Standar dan pedoman
                                           Seksi Program dan Pelayanan Teknis        Subbag T U:
                                            Penyusunan Program                      • Adm Kant/Pegawai
                                                        
                                            Bantek SMM, SMK3, dan PBJ               • RT/TU BKPK
PP 30 Tahun 2000
Tentang Penyelenggaraan Pembinaan jasa konstruksi

PEMBINAAN


PEMERINTAH PUSAT,
PEMERINTAH DAERAH:
                                   •Pengaturan,
-PEM. PROPINSI
                       melakukan   •Pemberdayaan
-PEM. KABUPATEN
-PEM. KOTA                         •Pengawasan


 PIHAK YANG DIBINA :
 - Penyedia Jasa
 - Pengguna Jasa
 - Masyarakat
LATAR BELAKANG

Mutu Konstruksi merupakan salah satu indikator kinerja
penyelenggaraan pembangunan yang harus dipertanggungjawabkan




                             Perlu upaya peningkatan mutu, cara kerja
                         dan hasil kerja pembangunan Pra Sarana ke PU an
                         sejalan dengan Kebutuhan /Harapan Masyarakat
                                        dan tuntutan Global

                                 Perlu diterapkan SMM

                                                                       6
Definisi Mutu Konstruksi

                           Mutu (SNI):
  Derajat yang dicapai oleh karakteristik produk dalam memenuhi
            persyaratan/kebutuhan/harapan pelanggan.




Di Lingkungan Kementerian PU:

Konstruksi infrastruktur dikatakan bermutu baik apabila memenuhi
kebutuhan/harapan masyarakat yang dijabarkan:
(1) Sesuai persyaratan/spesifikasi/NSPM yang telah ditetapkan
(2) Efektif dan efesien
(3) Tepat Pemanfaatannya
(4) Hadir pada saat dibutuhkan

                                                                  7
Peran Pelaksana Konstruksi

    Pembangunan Prasarana & Sarana
        (bidang ke PU an ) sebagai
   Pendorong Laju Pertumbuhan Ekonomi

Keberadaan Prasarana & Sarana (bidang ke
    PU an) mempunyai peranan penting

 Kegiatan Konstruksi (bidang ke PU an)
          harus bermutu baik
           (Fisik, dan Fungsi)

  Peran pelaksana konstruksi (Bidang ke
        PU an) sangat menentukan


PENYEDIA JASA          PENGGUNA JASA
Kondisi yang ada pada Tahap
            Paska Konstruksi
• Kebanyakan bangunan yang rusak tergolong bangunan
  baru (10 - 20 Tahun)

• Bangunan yang lebih tua        ternyata   lebih   tahan
  terhadap gempa. Mengapa ?

• Kemungkinan telah terjadi krisis mutu (quality crises)



20
SEBAB-SEBAB KERUSAKAN
 Kesalahan/Kelalaian Manusia
     • dalam Perencanaan : faktor gempa tak dihitung,
       perhitungan struktur tidak memadai

     • dalam Pelaksanaan : pengurangan mutu (dibawah
       spesifikasi)
     • bahan bermutu rendah

 Bencana alam (natural disaster) murni Gempa telah
  diperhitungkan namun yang terjadi melebihi intensitas
  yang diperkirakan atau bersifat unik (tiga dimensi)
21
Kondisi yang ada Dalam Tahap
               Pelaksanaan Konstruksi
 •   Sering pihak pemilik memerintahkan perubahan-perubahan terhadap
     gambar rencana
 •   Kurang setara hubungan kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa
 •   Kurangnya pemahaman spesifikasi teknis bagi pelaksana dan pengawas
 •   Ketersediaan peralatan laboratorium sebagai laboraturium rujukan di
     daerah sudah tidak memadai
 •   Kurang memadainya ketersediaan alat-alat
 •   Kurang memadainya pemahaman operator konstruksi
 •   Jenis penyelesaian sengketa yang sering digunakan adalah negosiasi
     karena lebih mudah dan tidak mengganggu jalannya pelaksanaan
     pekerjaan dan memuaskan semua pihak
 •   Kontraktor berusaha sebisa mungkin menghindari konflik dengan pihak
     pemilik karena kekawatiran menyebabkan kehilangan pekerjaan
 •   Permasalahan lainnya adalah kondisi lapangan, kontrak, persyaratan
     kontrak dan administrasi kontrak
19
Harapan ke Depan
          Contoh-contoh kondisi saat Ini                         Kedepan




Jembatan Rutuh         Jembatan Berlubang     Abutment Runtuh   KUAT & AWET
                                                                KUAT & AWET
                                              Sebelum dipakai




   Oprit Rutuh                                                    MULUS
                                                                  MULUS
                     Aspal Lantai Berlobang

                                              Jembatan Rutuh
                                              Sebelum dipakai




                                                                  INDAH
                                                                  INDAH
  Lantai berlubang           Berkarat
CONTOH KASUS MUTU PEMELIHARAAN
TIDAK TERCAPAI




  - Korosi Struktur Baja
  - Bantalan ?
                                 13
The development of
Quality Management
                                                          Quality Management
                                                          Mutu di definisikan, direncana
                           Quality Assurance              kan dan diawasi oleh
                           Mutu dibangun selama           perusahaan secara keseluruhan.
                           Proses produksi berjalan
                                                          Komitmen dari management
                           Aktivitas inspection diubah    dan partisipasi semua karyawan
Quality Control
                           kedalam proses produksi,       serta selangkah demi selangkah
Mutu adalah pemisahan
                           prevention dan hal yang        dilakukan improvement.
Produk dari produk jelek
tanpa ada input balik ke   berorientasi proses.
proses produksi.

FINAL INSPECTION



   1950         1960       1970          1980            1990        2000
SISTEM PENCAPAIAN MUTU
PENGENDALIAN MUTU PRODUK (QUALITY CONTROL)
• Orientasi pada produk akhir & bersifat korektif
  (perbaikan)



 Masukan               Proses               Keluaran

 (INPUT)              Produksi              (OUTPUT)




             Diserahkan/dibeli   Diterima              Tolak
                                             Quality
               oleh pengguna                 Control           Dibuang
             produk (customer)
SISTEM PENCAPAIAN MUTU

JAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE)
• Orientasi lebih pada proses atau tahapan pekerjaan
  dalam pemenuhan standar & prosedur
• Bersifat preventif (pencegahan)


                        Pengendalian
                          Kualitas

       Masukan             Proses          Keluaran
        (Input)           Produksi         (Output)
PENCAPAIAN MUTU BERDASARKAN SMM
                        Pengendalian
                          Kualitas

   Masukan                  Proses                  Keluaran
    (Input)                Produksi                 (Output)


              Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai (HPTS)


                          Tindakan
                          Korektif

                          Tindakan
                         Pencegahan

                        Peningkatan &
                          Perbaikan
PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN
PENYELENGGARAAN MANAJEMEN MUTU
 1.   UU NO. 18 TAHUN 1999, TENTANG JASA KONSTRUKSI


 2.   PP NO. 29 TAHUN 2000, TENTANG PENYELENGGARAAN
      KONSTRUKSI


 3.   KEPPRES NO 80 / 2003 – TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
       PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH
       – Pengguna Jasa (Pasal 48)
       – Penyedia Jasa (Lampiran I, Bab II.D.1.b
                                                   2.b.3.g )
 4.   Kepmen No 339 / KPTS / M/ 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
      Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah


 5.   SMM Departemen PU No. 04/PRT/M/2009, tanggal 16 Maret 2009
      (Proses penyempurnaan dari Kepmen 362)
                                                                    18
1.UU. No 18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi



     Tujuan :

     1. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jakon utk
        mewujudkan

         1. Struktur usaha yg kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan
         2. Hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas

     2. Mewujudkan penyelenggaraan jakon yg menjamin

         1. Kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa
            dalam hak dan kewajiban
         2. Dipenuhinya ketentuan yang berlaku
         3. Mewujudkan peran masyarakat dibidang jakon

 8
UU. No 18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi
     PP. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
     PP. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
     PP. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi

        Mengatur:
     •   Jenis Usaha ( Perencanaan, Pengawasan, Pelaksanaan ),
         BentukUsaha ( Perseorangan, Badan Usaha), dan Bidang Usaha
         ( ASMET )
     •   Persyaratan Usaha, Keahlian dan Keterampilan
     •   Tanggung Jawab Profesional
     •   Pengikatan Pekerjaan Konstruksi
              Pemilihan Penyedia Jasa
              Kewajiban Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
              Kontrak Kerja Konstruksi
     •   Kegagalan Bangunan
     •   Pengawasan Masyarakat/Gugatan Masyarakat
     •   Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
     •   Sangsi bagi Penyelenggara Konstruksi
     •   Pembinaan Jasa Konstruksi
14
UU. No 18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi
     (Bab VI tentang Kegagalan Bangunan, pasal 25 dan pasal 26)

     Pasal 25 :
       Pengguna Jasa dan Jasa Penyedia wajib bertanggung jawab atas kegagalan
        bangunan.
       Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa sebagaimana
        dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan
        konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.
       Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh pihak
        ketiga, selaku penilai ahli.

     Pasal 26 :
       Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan perencana
        atau pengawas konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi
        pihak lain, maka perencana atau pengawas konstruksi wajib bertanggung jawab
        sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi.
       Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pelaksana
        konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka
        pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan
15      dikenakan ganti rugi.
                                                                                      21
2. PP No. 29/2000
     tentang PenyelenggaraanJasa Konstruksi :


• Kegagalan Konstruksi : Hasil pekerjaan tidak sesuai spesifikasi teknis
  sebagian atau seluruhnya (Pasal 31)  Masa Konstruksi


• Kegagalan bangunan : Keadaan bangunan yang tidak berfungsi dari
  segi teknis, manfaat, keselamatan, kesehatan kerja atau keselamatan
  umum (Pasal 34)  Setelah Serah Terima Akhir


• Kedua kejadian tersebut akibat kesalahan Pengguna Jasa atau
  Penyedia Jasa



  23
Peran dan Kompetensi Penilai Ahli

     •  Tim Assesor kegagalan bangunan secara teknis dibentuk sesuai
        dengan PP 29 pasal 36 dimana disebutkan :
       ”Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih
        Penilai Ahli yang professional dan kompeten dalam bidangnya
        serta bersifat independen dan mampu memberikan penilaian
        secara obyektif, yang harus dibentuk dalam jangka waktu paling
        lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai
        terjadinya kegagalan bangunan. Penilai Ahli dipilih, dan disepakati
        bersama oleh penyedia jasa dan pengguna jasa”,
     serta pasal 37 yaitu:
        ”Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (1) harus
        memiliki sertifikat keahlian dan terdaftar pada Lembaga.”




27
•   dan pasal 38 yaitu:

      ”Penilai Ahli, bertugas untuk antara lain : menetapkan sebab-
     sebab terjadinya kegagalan bangunan; menetapkan tidak
     berfungsinya sebagian atau keseluruhan bangunan, menetapkan
     pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan serta
     tingkat dan sifat kesalahan yang dilakukan; Menetapkan besarnya
     kerugian serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar
     oleh pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan:
     Menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian. Selanjutnya,
     penilai ahli berkewajiban untuk melaporkan hasil penilaiannya
     kepada pihak yang menunjuknya dan menyampaikan kepada
     Lembaga dan Instansi yang mengeluarkan izin pembangunan,
     paling lambat 3 (tiga) bulan setelah melaksanakan tugasnya”.




28
3. KEPPRES 80/2003 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN
       PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Bagian Kedua Pengawasan, Pasal 48

Pejabat Pembuat Komitmen segera setelah pengangkatannya :

-   menyusun organisasi, uraian tugas dan fungsi secara jelas, kebijaksanaan
    pelaksanaan, rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus
    dilaksanakan, bentuk hubungan kerja, sasaran yang harus dicapai, tata
    laksana dan prosedur kerja secara tertulis, dan disampaikan kepada
    atasan langsung dan unit pengawasan intern instansi yang bersangkutan.


-   melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan dan hasil kerja pada setiap
    kegiatan/proyek, baik kemajuan maupun hambatan dalam pelaksanaan
    tugasnya dan disampaikan kepada atasan langsung dan unit pengawasan
    intern instansi yang bersangkutan. 


-   wajib menyimpan dan memelihara seluruh dokumen pelaksanaan pengadaan
    barang/jasa termasuk berita acara proses pelelangan/seleksi.
-   Dst...
KEPPRES 80/2003 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

 Lampiran 1, Bab II, D, 1, b

 D. Pelaksanaan Kontrak
    1. Ketentuan Umum

      b. Penggunaan Program Mutu

 1)    Program mutu pengadaan barang/jasa harus disusun oleh penyedia
       barang/jasa dan disepakati Pejabat Pembuat Komitmen pada saat
       rapat persiapan pelaksanaan kontrak dan dapat direvisi sesuai dengan
       kondisi lapangan; 

 2)    Program mutu pengadaan barang/jasa paling tidak berisi:
       a) informasi pengadaan barang/jasa; b) organisasi proyek, Pejabat
       Pembuat Komitmen dan penyedia barang/jasa; c) jadual pelaksanaan;
       d) prosedur pelaksanaan pekerjaan; e) prosedur instruksi kerja; f)
       pelaksana kerja.
KEPPRES 80/2003 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


Lampiran 1, Bab II, D, 2, b,3,g

D. Pelaksanaan Kontrak
   2. Jasa Pemborongan
     b. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak

 3) Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat        persiapan
   pelaksanaan kontrak adalah:
    a) organisasi kerja; b) tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan; c)
   jadual pelaksanaan pekerjaan; d) jadual pengadaan bahan, mobilisasi
   peralatan dan personil; e) penyusunan rencana dan pelaksanaan
   pemeriksaan lapangan; f) pendekatan kepada masyarakat dan
   pemerintah daerah setempat mengenai rencana kerja; g) penyusunan
   program mutu proyek.
4. Kepmen No 339/KPTS/M/2003 tgl. 31 Des. 2003.
   Tentang : Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa
   Konstruksi oleh Instansi Pemerintah


 Ketentuan mengenai Penilaian pada prakualifikasi :
 kepemilikan sertifikasi ISO untuk Badan Usaha Besar dan
 Penilaian atas penyampaian “PROGRAM MUTU” untuk Badan
 Usaha Kecil dan Menengah.
5. Permen PU No. 04/PRT/M/2009, tanggal 16 Maret 2009

  Tentang : Sistem Manajemen Mutu ( SMM ) Dep. PU
  (Pengganti Kepmen 362/KPTS/M2004)
 BAB VII PENYELENGGARAAN KEGIATAN

 7.1. RENCANA MUTU

    Setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Unit Kerja/Unit Pelaksana
    Kegiatan, dan Penyedia Barang/Jasa harus memiliki Rencana Mutu.

 Dokumen Rencana Mutu dibedakan sebagai berikut:
 1. Rencana Mutu Unit Kerja (RMU), merupakan dokumen rencana penetapan
    kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program tahunan berjalan
    yang disusun oleh Unit Kerja Eselon I sampai dengan Eselon II dalam
    rangka menjamin mutu.
 2. Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP), merupakan dokumen SMM Pelaksanaan
    yang disusun oleh Kepala Satker, SNVT, SKS, dan PPK dalam rangka
    menjamin mutu.
 3. Rencana Mutu Kontrak (RMK), merupakan dokumen SMM yang disusun
    oleh Penyedia Barang/Jasa untuk setiap kontrak pekerjaan dalam rangka
    menjamin mutu.
• APAKAH SUDAH DITERAPKAN DITEMPAT ANDA?
Tujuan Penyelenggaraan SMM
1. Memberikan penjaminan pencapaian mutu
2. Selalu berorientasi memenuhi harapan pengguna
   konstruksi
3. Mengeliminir terjadinya pengulangan/perbaikan
   (efisiensi dari segi waktu dan biaya)
4. Tertib dokumentasi (untuk menelusuri kembali) -
             As Built Drawings
5. Menciptakan suasana kerja yang kondusif
   (melibatkan semua personil, adanya mekanisme kerja
   yang jelas)                          31
Strategi Pencapaian Mutu
 Dimulai dari PIMPINAN pada setiap level dengan menetapkan
  KEBIJAKAN MUTU dan melaksanakannya secara konsisten.
 Peningkatan mutu harus diperlakukan sebagai suatu PROSES yang
  berkelanjutan.
 Usaha pencapaian mutu harus didasarkan dengan merubah pola
  pikir:
                             Dari
                    Mencari siapa yang salah
                           Menjadi:
                     Menghindari kesalahan

                            Karena:
                   Perbaikan mutu memerlukan
           lebih banyak Waktu, Dana, SDM, dan Moral
                                                               32
TUGAS KITA ADALAH:
A   BERUSAHA AGAR:

    * TIDAK TERJADI KEGAGALAN BANGUNAN DAN
    * MEMPEROLEH MUTU KONSTRUKSI YG BAIK PADA SETIAP
      KEGIATAN YANG DITANGANIN MULAI DARI PERENCANAAN,
      PENGAWASAN, PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN.

B   LEBIH MENGUTAMAKAN TANGGUNG JAWAB MORAL

C   BERPEGANG KEPADA SISTEM MANAJEMEN MUTU:

    1. MEMBUAT RMP DAN RMK UNTUK SETIAP KEGIATAN:

     a. Tahap Perencanaan
     b. Tahap Pelaksanaan dan Pengawasannya
     c. Tahap Rehabilitasi dan Pemeliharaan

    2. MENGONTROL PELAKSANAANNYA DAN MEMPERBAIKI
       KEKURANGAN YANG ADA                               33
Kebijakan smm

Contenu connexe

Tendances

Kak pengawasan dermaga rpm 15
Kak pengawasan dermaga rpm 15Kak pengawasan dermaga rpm 15
Kak pengawasan dermaga rpm 15Ahmadnoorperady
 
Bab 4-tanggapan-terhadap-kak
Bab 4-tanggapan-terhadap-kakBab 4-tanggapan-terhadap-kak
Bab 4-tanggapan-terhadap-kakDALVY DALVY
 
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWASCONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWASadedudi
 
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcmBintek
 
Manajemen konstruksi
Manajemen konstruksiManajemen konstruksi
Manajemen konstruksiRifky Alvian
 
Spesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowaliSpesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowaliSetiyo Pambudi
 
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota PariamanMetoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota PariamanIMRA MORALDY
 
Spesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowaliSpesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowaliSetiyo Pambudi
 
E. pendekatan, metodologi dan program kerja1
E. pendekatan, metodologi dan program kerja1E. pendekatan, metodologi dan program kerja1
E. pendekatan, metodologi dan program kerja1yudiarimbawa
 
27 55-1-sm (1)
27 55-1-sm (1)27 55-1-sm (1)
27 55-1-sm (1)darwanloei
 
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileMetoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileIMRA MORALDY
 

Tendances (20)

Kak pengawasan dermaga rpm 15
Kak pengawasan dermaga rpm 15Kak pengawasan dermaga rpm 15
Kak pengawasan dermaga rpm 15
 
Bab 4-tanggapan-terhadap-kak
Bab 4-tanggapan-terhadap-kakBab 4-tanggapan-terhadap-kak
Bab 4-tanggapan-terhadap-kak
 
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWASCONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
 
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
 
Kegiatan Pelaksanaan Proyek
 Kegiatan Pelaksanaan Proyek Kegiatan Pelaksanaan Proyek
Kegiatan Pelaksanaan Proyek
 
Manajemen konstruksi
Manajemen konstruksiManajemen konstruksi
Manajemen konstruksi
 
Spesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowaliSpesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowali
 
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota PariamanMetoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
 
Spesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowaliSpesifikasi teknis tpa morowali
Spesifikasi teknis tpa morowali
 
E. pendekatan, metodologi dan program kerja1
E. pendekatan, metodologi dan program kerja1E. pendekatan, metodologi dan program kerja1
E. pendekatan, metodologi dan program kerja1
 
metoda jbtn plat besi
metoda  jbtn plat besimetoda  jbtn plat besi
metoda jbtn plat besi
 
Metode Pelaksanaan
Metode PelaksanaanMetode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan
 
27 55-1-sm (1)
27 55-1-sm (1)27 55-1-sm (1)
27 55-1-sm (1)
 
Spesifikasi teknis
Spesifikasi teknisSpesifikasi teknis
Spesifikasi teknis
 
Bab x spesifikasi teknis 2013
Bab x spesifikasi teknis 2013Bab x spesifikasi teknis 2013
Bab x spesifikasi teknis 2013
 
1 spesifikasi teknis (st)
1 spesifikasi teknis (st)1 spesifikasi teknis (st)
1 spesifikasi teknis (st)
 
Rigid Pavement
Rigid PavementRigid Pavement
Rigid Pavement
 
Evaluasi proyek
Evaluasi proyekEvaluasi proyek
Evaluasi proyek
 
RKS
RKSRKS
RKS
 
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileMetoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
 

Similaire à Kebijakan smm

20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf
20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf
20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdfyomannonoviktor1
 
PCM KONSULTAN IPLT MGT Rev Final .pptx
PCM KONSULTAN IPLT MGT Rev Final .pptxPCM KONSULTAN IPLT MGT Rev Final .pptx
PCM KONSULTAN IPLT MGT Rev Final .pptxBryanFernando26
 
BAHAN_INTAKINDO_M1.pptx
BAHAN_INTAKINDO_M1.pptxBAHAN_INTAKINDO_M1.pptx
BAHAN_INTAKINDO_M1.pptxdarmadi ir,mm
 
Studi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekStudi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekDirman Hasan
 
Studi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekStudi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekDirman Hasan
 
KAK Gedung Sekwan 2022.pdf
KAK Gedung  Sekwan 2022.pdfKAK Gedung  Sekwan 2022.pdf
KAK Gedung Sekwan 2022.pdfBUATDONLOTAJA
 
Tor Pengawasan Jalan
Tor Pengawasan JalanTor Pengawasan Jalan
Tor Pengawasan Jalanssuser85bf14
 
Probolinggo-Sosialisasi Penerapan SMKK.pdf
Probolinggo-Sosialisasi Penerapan SMKK.pdfProbolinggo-Sosialisasi Penerapan SMKK.pdf
Probolinggo-Sosialisasi Penerapan SMKK.pdfabdulmuthalib46
 
Modul-4-Penjaminan-Mutu-dan-Pengendalian-Mutu_20220228.pdf
Modul-4-Penjaminan-Mutu-dan-Pengendalian-Mutu_20220228.pdfModul-4-Penjaminan-Mutu-dan-Pengendalian-Mutu_20220228.pdf
Modul-4-Penjaminan-Mutu-dan-Pengendalian-Mutu_20220228.pdfFitriHariyanti4
 
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...Joy Irman
 
USULAN TEKNIS PENARANGAN jALAN uM UM.docx
USULAN TEKNIS PENARANGAN jALAN uM UM.docxUSULAN TEKNIS PENARANGAN jALAN uM UM.docx
USULAN TEKNIS PENARANGAN jALAN uM UM.docxBoetjahChihuahuaa
 
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxsiswoST
 
Bahan Tayang Permen 22-2018 11SEPT LENGKAP.pdf
Bahan Tayang Permen 22-2018 11SEPT LENGKAP.pdfBahan Tayang Permen 22-2018 11SEPT LENGKAP.pdf
Bahan Tayang Permen 22-2018 11SEPT LENGKAP.pdffisika putra
 
3 Kebijakan Keselamatan Konstruksi.pptx
3 Kebijakan Keselamatan Konstruksi.pptx3 Kebijakan Keselamatan Konstruksi.pptx
3 Kebijakan Keselamatan Konstruksi.pptxLaLuWierWirahman1
 

Similaire à Kebijakan smm (20)

20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf
20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf
20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf
 
PCM KONSULTAN IPLT MGT Rev Final .pptx
PCM KONSULTAN IPLT MGT Rev Final .pptxPCM KONSULTAN IPLT MGT Rev Final .pptx
PCM KONSULTAN IPLT MGT Rev Final .pptx
 
Paparan Sos_Mutu SMKK.pdf
Paparan Sos_Mutu SMKK.pdfPaparan Sos_Mutu SMKK.pdf
Paparan Sos_Mutu SMKK.pdf
 
BAHAN_INTAKINDO_M1.pptx
BAHAN_INTAKINDO_M1.pptxBAHAN_INTAKINDO_M1.pptx
BAHAN_INTAKINDO_M1.pptx
 
Studi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekStudi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyek
 
Studi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekStudi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyek
 
Pengembangan jakon ntb
Pengembangan jakon ntbPengembangan jakon ntb
Pengembangan jakon ntb
 
Bpbmitb jkr
Bpbmitb jkrBpbmitb jkr
Bpbmitb jkr
 
KAK Gedung Sekwan 2022.pdf
KAK Gedung  Sekwan 2022.pdfKAK Gedung  Sekwan 2022.pdf
KAK Gedung Sekwan 2022.pdf
 
Kkr bpb mtib melaka
Kkr bpb mtib melakaKkr bpb mtib melaka
Kkr bpb mtib melaka
 
Tor Pengawasan Jalan
Tor Pengawasan JalanTor Pengawasan Jalan
Tor Pengawasan Jalan
 
Probolinggo-Sosialisasi Penerapan SMKK.pdf
Probolinggo-Sosialisasi Penerapan SMKK.pdfProbolinggo-Sosialisasi Penerapan SMKK.pdf
Probolinggo-Sosialisasi Penerapan SMKK.pdf
 
Sekitar lpjk
Sekitar lpjkSekitar lpjk
Sekitar lpjk
 
Modul-4-Penjaminan-Mutu-dan-Pengendalian-Mutu_20220228.pdf
Modul-4-Penjaminan-Mutu-dan-Pengendalian-Mutu_20220228.pdfModul-4-Penjaminan-Mutu-dan-Pengendalian-Mutu_20220228.pdf
Modul-4-Penjaminan-Mutu-dan-Pengendalian-Mutu_20220228.pdf
 
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
 
ustek pju.docx
ustek pju.docxustek pju.docx
ustek pju.docx
 
USULAN TEKNIS PENARANGAN jALAN uM UM.docx
USULAN TEKNIS PENARANGAN jALAN uM UM.docxUSULAN TEKNIS PENARANGAN jALAN uM UM.docx
USULAN TEKNIS PENARANGAN jALAN uM UM.docx
 
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
 
Bahan Tayang Permen 22-2018 11SEPT LENGKAP.pdf
Bahan Tayang Permen 22-2018 11SEPT LENGKAP.pdfBahan Tayang Permen 22-2018 11SEPT LENGKAP.pdf
Bahan Tayang Permen 22-2018 11SEPT LENGKAP.pdf
 
3 Kebijakan Keselamatan Konstruksi.pptx
3 Kebijakan Keselamatan Konstruksi.pptx3 Kebijakan Keselamatan Konstruksi.pptx
3 Kebijakan Keselamatan Konstruksi.pptx
 

Kebijakan smm

  • 2. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI MENTERI PEKERJAAN UMUM Staf Ahli Menteri Wakil Menteri BP KONSTRUKSI BALITBANG SETJEN ITJEN DITJEN DITJEN DITJEN DITJEN TARUANG PENGEL. SDA BINA MARGA CIPTA KARYA
  • 3. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Sekretaris Badan Kapus Bina Kapus Bina Kapus Bina Kapus Bina . Usaha Jakons Pnyelengg.Konst Keahl.Tek. Konst Kmpt.Pelat.Konst Kabid Bang Usaha Kabid Pengadaan Kabid Komp.Trampil. Jakons Kabid Komp.ahli.Konstr kons Kabid Sar Usaha Kabid Bang.Kualitas Kabid Dik.Ahli. Konstr & Amdal Kabid Latih.Manaj. Teknik Konstr. Kabid Bang Reg Usaha Kabid Bang. Adm.Kontr Kabid Teknik Konstr Kabid Latih.Trampil Konst
  • 4. STRUKTUR ORGANISASI PUSAT PEMBINAAN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI Subbag T U: • Adm Kant/Pegawai • RT Pusat PPK • TU Kapus PPK BID. PENGADAAN BID. KUALITAS KONSTRUKSI DAN BID. ADMINISTRASI JASA KONSTRUKSI ANDAL KONSTRUSI KONTRAK KONSTRUKSI Subbid Wilayah Barat Subbid Kualitas Konstruksi Subbid Pengaturan  Penyiapan Standar & Pedoman,  Rekomendasi penyelenggaraan  Pengembangan sistem kualitas Juklak dan Pengembangan SI pengadaan wil. Barat konstruksi Kontrak Konstruksi  Monev penyelenggaraan  Penyiapan Standar & Pedoman pengadaan  Pembinaan Teknis  Standar dan pedoman Subbid Pemberdayaan dan Subbid Andal Konstruksi Monitoring Subbid Wilayah Timur  Pengembangan andal konstruksi  Bintek Administrasi Kontrak  Rekomendasi  Penyiapan Standar & Pedoman  Monev Kontrak Konstruksi penyelenggaraan  Pembinaan Teknis pengadaan wil. Timur BALAI KAJIAN PENYELENGGAAN  Monev penyelenggaraan KONSTRUKSI pengadaan  Standar dan pedoman Seksi Program dan Pelayanan Teknis Subbag T U:  Penyusunan Program • Adm Kant/Pegawai   Bantek SMM, SMK3, dan PBJ • RT/TU BKPK
  • 5. PP 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan jasa konstruksi PEMBINAAN PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH: •Pengaturan, -PEM. PROPINSI melakukan •Pemberdayaan -PEM. KABUPATEN -PEM. KOTA •Pengawasan PIHAK YANG DIBINA : - Penyedia Jasa - Pengguna Jasa - Masyarakat
  • 6. LATAR BELAKANG Mutu Konstruksi merupakan salah satu indikator kinerja penyelenggaraan pembangunan yang harus dipertanggungjawabkan Perlu upaya peningkatan mutu, cara kerja dan hasil kerja pembangunan Pra Sarana ke PU an sejalan dengan Kebutuhan /Harapan Masyarakat dan tuntutan Global Perlu diterapkan SMM 6
  • 7. Definisi Mutu Konstruksi Mutu (SNI): Derajat yang dicapai oleh karakteristik produk dalam memenuhi persyaratan/kebutuhan/harapan pelanggan. Di Lingkungan Kementerian PU: Konstruksi infrastruktur dikatakan bermutu baik apabila memenuhi kebutuhan/harapan masyarakat yang dijabarkan: (1) Sesuai persyaratan/spesifikasi/NSPM yang telah ditetapkan (2) Efektif dan efesien (3) Tepat Pemanfaatannya (4) Hadir pada saat dibutuhkan 7
  • 8. Peran Pelaksana Konstruksi Pembangunan Prasarana & Sarana (bidang ke PU an ) sebagai Pendorong Laju Pertumbuhan Ekonomi Keberadaan Prasarana & Sarana (bidang ke PU an) mempunyai peranan penting Kegiatan Konstruksi (bidang ke PU an) harus bermutu baik (Fisik, dan Fungsi) Peran pelaksana konstruksi (Bidang ke PU an) sangat menentukan PENYEDIA JASA PENGGUNA JASA
  • 9. Kondisi yang ada pada Tahap Paska Konstruksi • Kebanyakan bangunan yang rusak tergolong bangunan baru (10 - 20 Tahun) • Bangunan yang lebih tua ternyata lebih tahan terhadap gempa. Mengapa ? • Kemungkinan telah terjadi krisis mutu (quality crises) 20
  • 10. SEBAB-SEBAB KERUSAKAN  Kesalahan/Kelalaian Manusia • dalam Perencanaan : faktor gempa tak dihitung, perhitungan struktur tidak memadai • dalam Pelaksanaan : pengurangan mutu (dibawah spesifikasi) • bahan bermutu rendah  Bencana alam (natural disaster) murni Gempa telah diperhitungkan namun yang terjadi melebihi intensitas yang diperkirakan atau bersifat unik (tiga dimensi) 21
  • 11. Kondisi yang ada Dalam Tahap Pelaksanaan Konstruksi • Sering pihak pemilik memerintahkan perubahan-perubahan terhadap gambar rencana • Kurang setara hubungan kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa • Kurangnya pemahaman spesifikasi teknis bagi pelaksana dan pengawas • Ketersediaan peralatan laboratorium sebagai laboraturium rujukan di daerah sudah tidak memadai • Kurang memadainya ketersediaan alat-alat • Kurang memadainya pemahaman operator konstruksi • Jenis penyelesaian sengketa yang sering digunakan adalah negosiasi karena lebih mudah dan tidak mengganggu jalannya pelaksanaan pekerjaan dan memuaskan semua pihak • Kontraktor berusaha sebisa mungkin menghindari konflik dengan pihak pemilik karena kekawatiran menyebabkan kehilangan pekerjaan • Permasalahan lainnya adalah kondisi lapangan, kontrak, persyaratan kontrak dan administrasi kontrak 19
  • 12. Harapan ke Depan Contoh-contoh kondisi saat Ini Kedepan Jembatan Rutuh Jembatan Berlubang Abutment Runtuh KUAT & AWET KUAT & AWET Sebelum dipakai Oprit Rutuh MULUS MULUS Aspal Lantai Berlobang Jembatan Rutuh Sebelum dipakai INDAH INDAH Lantai berlubang Berkarat
  • 13. CONTOH KASUS MUTU PEMELIHARAAN TIDAK TERCAPAI - Korosi Struktur Baja - Bantalan ? 13
  • 14. The development of Quality Management Quality Management Mutu di definisikan, direncana Quality Assurance kan dan diawasi oleh Mutu dibangun selama perusahaan secara keseluruhan. Proses produksi berjalan Komitmen dari management Aktivitas inspection diubah dan partisipasi semua karyawan Quality Control kedalam proses produksi, serta selangkah demi selangkah Mutu adalah pemisahan prevention dan hal yang dilakukan improvement. Produk dari produk jelek tanpa ada input balik ke berorientasi proses. proses produksi. FINAL INSPECTION 1950 1960 1970 1980 1990 2000
  • 15. SISTEM PENCAPAIAN MUTU PENGENDALIAN MUTU PRODUK (QUALITY CONTROL) • Orientasi pada produk akhir & bersifat korektif (perbaikan) Masukan Proses Keluaran (INPUT) Produksi (OUTPUT) Diserahkan/dibeli Diterima Tolak Quality oleh pengguna Control Dibuang produk (customer)
  • 16. SISTEM PENCAPAIAN MUTU JAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE) • Orientasi lebih pada proses atau tahapan pekerjaan dalam pemenuhan standar & prosedur • Bersifat preventif (pencegahan) Pengendalian Kualitas Masukan Proses Keluaran (Input) Produksi (Output)
  • 17. PENCAPAIAN MUTU BERDASARKAN SMM Pengendalian Kualitas Masukan Proses Keluaran (Input) Produksi (Output) Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai (HPTS) Tindakan Korektif Tindakan Pencegahan Peningkatan & Perbaikan
  • 18. PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN PENYELENGGARAAN MANAJEMEN MUTU 1. UU NO. 18 TAHUN 1999, TENTANG JASA KONSTRUKSI 2. PP NO. 29 TAHUN 2000, TENTANG PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI 3. KEPPRES NO 80 / 2003 – TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH – Pengguna Jasa (Pasal 48) – Penyedia Jasa (Lampiran I, Bab II.D.1.b 2.b.3.g ) 4. Kepmen No 339 / KPTS / M/ 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah 5. SMM Departemen PU No. 04/PRT/M/2009, tanggal 16 Maret 2009 (Proses penyempurnaan dari Kepmen 362) 18
  • 19. 1.UU. No 18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi Tujuan : 1. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jakon utk mewujudkan 1. Struktur usaha yg kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan 2. Hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas 2. Mewujudkan penyelenggaraan jakon yg menjamin 1. Kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban 2. Dipenuhinya ketentuan yang berlaku 3. Mewujudkan peran masyarakat dibidang jakon 8
  • 20. UU. No 18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi PP. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi PP. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi PP. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi  Mengatur: • Jenis Usaha ( Perencanaan, Pengawasan, Pelaksanaan ), BentukUsaha ( Perseorangan, Badan Usaha), dan Bidang Usaha ( ASMET ) • Persyaratan Usaha, Keahlian dan Keterampilan • Tanggung Jawab Profesional • Pengikatan Pekerjaan Konstruksi  Pemilihan Penyedia Jasa  Kewajiban Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa  Kontrak Kerja Konstruksi • Kegagalan Bangunan • Pengawasan Masyarakat/Gugatan Masyarakat • Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi • Sangsi bagi Penyelenggara Konstruksi • Pembinaan Jasa Konstruksi 14
  • 21. UU. No 18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi (Bab VI tentang Kegagalan Bangunan, pasal 25 dan pasal 26) Pasal 25 :  Pengguna Jasa dan Jasa Penyedia wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan.  Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.  Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh pihak ketiga, selaku penilai ahli. Pasal 26 :  Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan perencana atau pengawas konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka perencana atau pengawas konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi.  Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pelaksana konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan 15 dikenakan ganti rugi. 21
  • 22. 2. PP No. 29/2000 tentang PenyelenggaraanJasa Konstruksi : • Kegagalan Konstruksi : Hasil pekerjaan tidak sesuai spesifikasi teknis sebagian atau seluruhnya (Pasal 31)  Masa Konstruksi • Kegagalan bangunan : Keadaan bangunan yang tidak berfungsi dari segi teknis, manfaat, keselamatan, kesehatan kerja atau keselamatan umum (Pasal 34)  Setelah Serah Terima Akhir • Kedua kejadian tersebut akibat kesalahan Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa 23
  • 23. Peran dan Kompetensi Penilai Ahli • Tim Assesor kegagalan bangunan secara teknis dibentuk sesuai dengan PP 29 pasal 36 dimana disebutkan : ”Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih Penilai Ahli yang professional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara obyektif, yang harus dibentuk dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan. Penilai Ahli dipilih, dan disepakati bersama oleh penyedia jasa dan pengguna jasa”, serta pasal 37 yaitu: ”Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (1) harus memiliki sertifikat keahlian dan terdaftar pada Lembaga.” 27
  • 24. dan pasal 38 yaitu: ”Penilai Ahli, bertugas untuk antara lain : menetapkan sebab- sebab terjadinya kegagalan bangunan; menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan bangunan, menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan serta tingkat dan sifat kesalahan yang dilakukan; Menetapkan besarnya kerugian serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan: Menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian. Selanjutnya, penilai ahli berkewajiban untuk melaporkan hasil penilaiannya kepada pihak yang menunjuknya dan menyampaikan kepada Lembaga dan Instansi yang mengeluarkan izin pembangunan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah melaksanakan tugasnya”. 28
  • 25. 3. KEPPRES 80/2003 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Bagian Kedua Pengawasan, Pasal 48 Pejabat Pembuat Komitmen segera setelah pengangkatannya : - menyusun organisasi, uraian tugas dan fungsi secara jelas, kebijaksanaan pelaksanaan, rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja, sasaran yang harus dicapai, tata laksana dan prosedur kerja secara tertulis, dan disampaikan kepada atasan langsung dan unit pengawasan intern instansi yang bersangkutan. - melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan dan hasil kerja pada setiap kegiatan/proyek, baik kemajuan maupun hambatan dalam pelaksanaan tugasnya dan disampaikan kepada atasan langsung dan unit pengawasan intern instansi yang bersangkutan.  - wajib menyimpan dan memelihara seluruh dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa termasuk berita acara proses pelelangan/seleksi. - Dst...
  • 26. KEPPRES 80/2003 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Lampiran 1, Bab II, D, 1, b D. Pelaksanaan Kontrak 1. Ketentuan Umum b. Penggunaan Program Mutu 1) Program mutu pengadaan barang/jasa harus disusun oleh penyedia barang/jasa dan disepakati Pejabat Pembuat Komitmen pada saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak dan dapat direvisi sesuai dengan kondisi lapangan;  2) Program mutu pengadaan barang/jasa paling tidak berisi:  a) informasi pengadaan barang/jasa; b) organisasi proyek, Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia barang/jasa; c) jadual pelaksanaan; d) prosedur pelaksanaan pekerjaan; e) prosedur instruksi kerja; f) pelaksana kerja.
  • 27. KEPPRES 80/2003 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Lampiran 1, Bab II, D, 2, b,3,g D. Pelaksanaan Kontrak 2. Jasa Pemborongan b. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak 3) Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak adalah: a) organisasi kerja; b) tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan; c) jadual pelaksanaan pekerjaan; d) jadual pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil; e) penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan; f) pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai rencana kerja; g) penyusunan program mutu proyek.
  • 28. 4. Kepmen No 339/KPTS/M/2003 tgl. 31 Des. 2003. Tentang : Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah Ketentuan mengenai Penilaian pada prakualifikasi : kepemilikan sertifikasi ISO untuk Badan Usaha Besar dan Penilaian atas penyampaian “PROGRAM MUTU” untuk Badan Usaha Kecil dan Menengah.
  • 29. 5. Permen PU No. 04/PRT/M/2009, tanggal 16 Maret 2009 Tentang : Sistem Manajemen Mutu ( SMM ) Dep. PU (Pengganti Kepmen 362/KPTS/M2004) BAB VII PENYELENGGARAAN KEGIATAN 7.1. RENCANA MUTU Setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Unit Kerja/Unit Pelaksana Kegiatan, dan Penyedia Barang/Jasa harus memiliki Rencana Mutu. Dokumen Rencana Mutu dibedakan sebagai berikut: 1. Rencana Mutu Unit Kerja (RMU), merupakan dokumen rencana penetapan kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program tahunan berjalan yang disusun oleh Unit Kerja Eselon I sampai dengan Eselon II dalam rangka menjamin mutu. 2. Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP), merupakan dokumen SMM Pelaksanaan yang disusun oleh Kepala Satker, SNVT, SKS, dan PPK dalam rangka menjamin mutu. 3. Rencana Mutu Kontrak (RMK), merupakan dokumen SMM yang disusun oleh Penyedia Barang/Jasa untuk setiap kontrak pekerjaan dalam rangka menjamin mutu.
  • 30. • APAKAH SUDAH DITERAPKAN DITEMPAT ANDA?
  • 31. Tujuan Penyelenggaraan SMM 1. Memberikan penjaminan pencapaian mutu 2. Selalu berorientasi memenuhi harapan pengguna konstruksi 3. Mengeliminir terjadinya pengulangan/perbaikan (efisiensi dari segi waktu dan biaya) 4. Tertib dokumentasi (untuk menelusuri kembali) - As Built Drawings 5. Menciptakan suasana kerja yang kondusif (melibatkan semua personil, adanya mekanisme kerja yang jelas) 31
  • 32. Strategi Pencapaian Mutu  Dimulai dari PIMPINAN pada setiap level dengan menetapkan KEBIJAKAN MUTU dan melaksanakannya secara konsisten.  Peningkatan mutu harus diperlakukan sebagai suatu PROSES yang berkelanjutan.  Usaha pencapaian mutu harus didasarkan dengan merubah pola pikir: Dari Mencari siapa yang salah Menjadi: Menghindari kesalahan Karena: Perbaikan mutu memerlukan lebih banyak Waktu, Dana, SDM, dan Moral 32
  • 33. TUGAS KITA ADALAH: A BERUSAHA AGAR: * TIDAK TERJADI KEGAGALAN BANGUNAN DAN * MEMPEROLEH MUTU KONSTRUKSI YG BAIK PADA SETIAP KEGIATAN YANG DITANGANIN MULAI DARI PERENCANAAN, PENGAWASAN, PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN. B LEBIH MENGUTAMAKAN TANGGUNG JAWAB MORAL C BERPEGANG KEPADA SISTEM MANAJEMEN MUTU: 1. MEMBUAT RMP DAN RMK UNTUK SETIAP KEGIATAN: a. Tahap Perencanaan b. Tahap Pelaksanaan dan Pengawasannya c. Tahap Rehabilitasi dan Pemeliharaan 2. MENGONTROL PELAKSANAANNYA DAN MEMPERBAIKI KEKURANGAN YANG ADA 33

Notes de l'éditeur

  1. MO
  2. MO Apa yang dimaksud dengan mutu produk??? Tidak sebatas fisik saja.
  3. MO
  4. 1 14/11/12
  5. MO