SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  78
Télécharger pour lire hors ligne
PEDOMAN TEKNIS
PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA
DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR
Di Indonesia, malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak umur dibawah lima tahun dan ibu
melahirkan serta menurunkan produktifitas kerja. Angka kesakitan penyakit ini relatif
masih cukup tinggi terutama dikawasan timur Indonesia. Malaria masih mengancam
status kesehatan masyarakat terutama bagi masyarakat miskin yang hidup di
daerah terpencil sehingga pemerintah menganggap penyakit malaria merupakan
hal yang serius untuk ditangani. Upaya pengendalian penyakit malaria perlu kita
tingkatkan terus antara lain dengan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
para pelaksananya/tenaga mikroskopis terutama di Kabupaten/Kota dan tenaga
lapangan (Puskesmas/Rumah Sakit/Unit Pelayanan Kesehatan).
Buku pedoman Petunjuk Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria ini disusun
oleh Subdit Malaria dengan melibatkan para ahli dari berbagai instansi seperti
Badan Litbangkes, Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan
laboratorium terkait lainnya dengan maksud agar dapat dijadikan panduan untuk
pemeriksaan parasit malaria di berbagai tingkat pelayanan kesehatan di Indonesia
dalam upaya menuju eliminasi malaria.
Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat pada
pelayanan kesehatan masyarakat khususnya program pengendalian malaria di
Indonesia. Saran-saran dan kritik terhadap buku ini sangat diharapkan guna lebih
menyempurnakan edisi selanjutnya.
Direktur Jenderal P2P
dr. H.M. Subuh, MPPM
NIP 196201191989021001
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
I.	PENDAHULUAN..........................................................................................	1
	 A.	 Latar Belakang........................................................................................	1
	 B.	 Pengertian..............................................................................................	1
	 C.	 Tujuan umum, khusus............................................................................	2
	 D.	 Sasaran..................................................................................................	2
	 E.	 Kebijakan................................................................................................	2
II. 	 PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA.........................................................	3
	 A. 	 Siklus hidup parasit malaria....................................................................	3
	 B. 	 Gejala klinis malaria................................................................................	5
	 C. 	Diagnosa malaria....................................................................................	5
	 D. 	Kegiatan :................................................................................................	6
		 - Alat .......................................................................................................	6
		 - Penggunaan Mikroskop untuk pemeriksaan parasit malaria................	7
		 - Bahan	...................................................................................................	9
		 - Cara Kerja............................................................................................	11	
		 1. Pengambilan SD malaria..................................................................	11
		 2. Pembuatan SD malaria.....................................................................	11
	 E. 	 Pemeriksaan rutin untuk SD malaria......................................................	34
	 F. 	 Pelaporan hasil pemeriksaan SD malaria...............................................	35
III. 	 ADMINISTRASI LABORATORIUM MALARIA............................................	37
	 A. 	 Tugas dan Fungsi Laboratorium malaria................................................	37
	 B. 	 Tingkatan-tingkatan Laboratorium malaria.............................................	37
	 C. 	Asal sediaan darah.................................................................................	39
	 D. 	Prioritas Pemeriksaan SD Malaria..........................................................	39
	 E. 	 Kualitas Laboratorium malaria................................................................	39
	 F. 	 Syarat-syarat Laboratorium malaria.......................................................	39
	 G. 	Administrasi/Manajemen Laboratorium malaria.....................................	40
IV. 	 RAPID DIAGNOTIC TEST (RDT)................................................................	41
		 - Deteksi antigen dari parasit malaria.....................................................	41
		 - Cara kerja.............................................................................................	41
		 - Sensitifitas dan spesifisitas...................................................................	42
		 - Kelebihan RDT dibanding pemeriksaan Mikroskopis...........................	42
		 - Kekurangan RDT dibanding pemeriksaan Mikroskopis........................	42
		 - Kebijakan penggunaan RDT di Indonesia............................................	43
V. 	 LAMPIRAN...................................................................................................	51
Tim Penyusun	 ...................................................................................................	57
Daftar Singkatan..................................................................................................	58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.	 Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, balita,
dan ibu hamil.
Angka kesakitan penyakit ini relatif masih cukup tinggi terutama di kawasan
Indonesia bagian timur. Oleh karena itu upaya pengendalian malaria perlu kita
tingkatkan terus antara lain dengan meningkatkan kemampuan, keterampilan
para pelaksananya disemua lini pelayanan kesehatan yang ada fasilitas
laboratoriumnya. Peran tersebut terutama sangat ditentukan oleh tenaga
laboratorium/mikroskopis, karena mikroskopis berada digaris depan pelayanan
kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit).
Hal-hal yang penting diperhatikan adalah SPO (Standar Prosedur Operasional),
tahap-tahapnya dimulai dari persiapan, pembuatan, pewarnaan sampai dengan
pemeriksaan sediaan darah (SD). Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka
akan sangat mempengaruhi hasil akhir dari pemeriksaan SD. Dengan tujuan
agar mampu menegakkan diagnosa malaria secara mikroskopis sebagai tolok
ukur, dan dapat menentukan dengan pasti spesies Plasmodium nya sehingga
pengobatan bisa diberikan dengan cepat dan tepat. Karena penderita dengan
gejala klinis malaria tanpa pemeriksaan/konfirmasi laboratorium, hasilnya
akan bias serta ketepatan diagnosisnya kurang akurat. Dengan adanya buku
pedoman ini diharapkan dapat membantu/menjadi panduan bagi mikroskopis
dalam bekerja dibidangnya.
Buku pedoman ini merupakan perbaikan dari edisi sebelumnya, berdasarkan
masukan-masukan dan pengalaman dalam penggunaan selama ini.
Walaupun demikian, saran-saran masih tetap sangat diharapkan guna lebih
menyempurnakan edisi selanjutnya.
Semoga buku pedoman ini berguna bagi petugas kesehatan, khususnya
petugas laboratorium/mikroskopis disemua unit pelayanan kesehatan termasuk
kegiatan di lapangan dan bermanfaat pula bagi upaya pengendalian malaria
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
B.	Pengertian
Pemeriksaan Parasit Malaria adalah : Pemeriksaan darah penderita yang
diduga malaria, baik secara pemeriksaan mikroskopis maupun pemeriksaan
cepat dengan Rapid Diagnostic Test (RDT). Penderita dinyatakan positif malaria
apabila pada pemeriksaan secara mikroskopis ditemukan Plasmodium sp.
dalam darahnya atau apabila pemeriksaan RDT positif.
2
C.	Tujuan
Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu diagnosis pemeriksaan darah malaria di semua fasilitas
pelayanan kesehatan.
Tujuan Khusus :
-	 Membuat standar baku pemeriksaan darah malaria secara mikroskopis.
-	 Membuat petunjuk teknis penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT).
D.	Sasaran
-	 Petugas labarotorium/mikroskopis malaria.
-	 Laboratorium di tempat pelayanan kesehatan.
E.	Kebijakan
-	 Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada semua penderita diduga malaria
(suspek malaria) disemua tingkat pelayanan kesehatan.
-	 Meningkatkan kualitas petugas laboratorium dan fasilitas pemeriksaan
laboratorium.
-	 Penatalaksanaan kasus malaria berdasarkan diagnosa yang cepat dan
pengobatan yang tepat.
3
BAB II
PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA
A.	 SIKLUS HIDUP PARASIT MALARIA
1.	 Pada Nyamuk
Fase Seksual terjadi pada lambung nyamuk. Segera setelah nyamuk
Anopheles betina menghisap darah penderita malaria, gametosit jantan akan
mengeluarkan 4-8 flagel. Dengan flagel, gametosit jantan bergerak menuju
ke gametosit betina dan membuahinya. Hasil fertilisasi bergerak menembus
dinding lambung dan membentuk kista sepanjang dinding lambung nyamuk.
Bila kista pecah akan keluar sporozoit yang akan masuk ke kelenjar liur
nyamuk dan siap menginfeksi manusia.
Rentang waktu antara masuknya gametosit sampai terbentuknya sporozoit
adalah 1-2 minggu, tergantung spesies dan suhu sekitarnya.
Siklus Sporogoni
NYAMUK
MANUSIA
Nyamuk Anopheles betina
dewasa menghisap darah
manusia dan mengeluarkan
sporozoit infektif
Siklus di dalam sel hati
Setelah periode skizogoni,
parasit masuk ke dalam
aliran darah
Siklus Eritrositer
TROPOZOIT
MATANG
TROPOZOIT
LANJUT
TROPOZOIT MUDA
(BENTUK CINCIN)
SKIZON
MUDA
SKIZON
DEWASA
PELEPASAN
MEROZOIT
GAMETOSIT
4
2.	 Pada Manusia
a.	 Fase Hati
Bila nyamuk Anopheles betina yang infektif menggigit manusia, maka
parasit malaria akan ditularkan ke orang tersebut. Parasit mengikuti
sirkulasi darah dan masuk ke dalam sel hati. Jarak waktu dari mulai
masuknya sporozoit sampai ke sel hati adalah 30 menit. Dalam waktu
7-21 hari parasit akan tumbuh dan berkembang biak, sehingga memenuhi
seluruh sel hati. Selanjutnya sel hati pecah dan parasit masuk ke aliran
darah, menginfeksi sel darah merah. Hal ini berlaku untuk infeksi P.
Falciparum dan P. Malariae. Pada infeksi P. Vivax dan P. Ovale, sejumlah
parasit tetap berada dalam hati dan tidak berkembang biak (dorman).
Parasit yang dorman ini dapat menyebabkan kekambuhan pada pasien
dengan infeksi P. Vivax dan P. Ovale.
b.	 Fase Sel Darah Merah
Fase ini merupakan fase aseksual. Pada saat merozoit dalam sel hati
pecah, maka akan membebaskan tropozoit yang selanjutnya menginfeksi
sel darah merah. Tropozoit akan terus mengalami perkembangan
menjadi skizon. Skizon akan berkembang menjadi merozoit dan pecah
membebaskan tropozoit. Siklus ini akan berlanjut sampai 3 kali. Kemudian
sebagian Merozoit akan berkembang menjadi bentuk gametosit
dan bila terhisap oleh nyamuk Anopheles sp betina siap melakukan
perkembangbiakan seksual di dalam tubuh nyamuk.
5
B.	 GEJALA KLINIS MALARIA
Pada penderita malaria dapat ditemukan satu atau lebih gejala-gejala klinis
sebagai berikut :
a.	 Demam tinggi.
b.	 Sakit kepala.
c.	 Menggigil.
d.	 Nyeri di seluruh tubuh.
Pada beberapa kasus dapat disertai gejala lainnya berupa mual, muntah dan
diare.
Gejala tersebut diatas hampir menyerupai dengan gejala-gejala penyakit lainnya,
sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan diagnosa
yang pasti.
Tidak mudah dalam menentukan diagnosa malaria pada orang yang pernah
terkena serangan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena tubuh penderita sudah
menyesuaikan dengan penyakit sehingga gejala klinisnya tidak selalu dapat
terlihat. Kondisi demikian dapat juga terjadi pada penderita yang sebelumnya
sudah mengobati dirinya sendiri. Keluhan yang dirasakan mungkin hanya berupa
sedikit demam dan sakit kepala ringan.
C.	 DIAGNOSA MALARIA
Banyak orang tidak mengetahui bahwa penyebab malaria adalah adanya parasit
malaria yang masuk ke dalam darah. Ukuran parasit tersebut sangat kecil dan
hanya dapat dilihat dengan menggunakan bantuan mikroskop.
Untuk dapat melihat adanya parasit di dalam darah penderita, perlu dibuat
sediaan darah malaria (SD). Selanjutnya diwarnai dengan pewarnaan giemsa.
SD ditetesi minyak imersi dan diperiksa di bawah mikroskop menggunakan lensa
objektif 100x. Jika ditemukan parasit pada pemeriksaan, penderita dinyatakan
positif malaria.
Bagaimanapun juga perlu diketahui bahwa untuk mendapatkan diagnosa pasti
malaria adalah dengan melakukan pemeriksaan SD dengan menggunakan
mikroskop.
Diperlukan keterampilan yang baik dari petugas dalam memeriksa SD malaria.
Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan dapat membantu memperoleh
keterampilan tersebut.
6
D.	KEGIATAN
1.	 Pemeriksaan Mikroskopik
ALAT
Mikroskop Binokuler
Mikroskop terdiri dari :
	 1.	 Tabung okuler
	 2.	 Prisma
	 3.	 Pemutar lensa objektif
	 4.	 Lensa objektif
	 5.	 Meja sediaan
	 6.	 Kondensor dan diafragma
	 7.	 Cermin
	 8.	 Kaki mikroskop atau landasan
	 9.	 Lensa okuler
	10.	 Pegangan mikroskop
	11.	 Makrometer
	12.	 Mikrometer
Keterangan Gambar :
1 & 2 	 : 	 Merupakan tempat prisma dan lensa okuler
	 3 	: 	 Berfungsi untuk mengatur pembesaran SD yang diinginkan
7
	 4 	 : 	Lensa objektif harus mempunyai pembesaran 10x, 40x dan 100 x.
Lensa tidak boleh dibersihkan dengan alkohol atau aseton. Untuk
pemeriksaan parasit malaria mula-mula digunakan lensa objektif 10x
untuk mencari lapangan pandang. Kemudian untuk pemeriksaan
parasitnya digunakan lensa objektif 100x. Pada pembesaran lensa
100x, digunakan minyak imersi (immersion oil). Setelah itu untuk
memfokuskan lapangan pandang digunakan mikrometer.
	 5 	: 	Berfungsi untuk menggeser SD ke kiri atau kanan, ke depan atau
belakang pada waktu melakukan pemeriksaan.
	 6 	 : 	 Kondensor dan diafragma berfungsi memaksimalkan cahaya yang
jatuh ke lapangan pandang SD yang diperiksa. Bila menggunakan
sumber cahaya listrik bukan dari mikroskop, dapat digunakan filter
biru yang membuat lapangan pandang mikroskop lebih putih (bukan
kuning).
	 7 	: 	 Cermin digunakan untuk memantulkan cahaya dari sumber cahaya
listrik (lampu) atau cahaya matahari ke kondensor. Apabila sumber
cahaya dari lampu, digunakan permukaan cermin yang datar.
Sedangkan untuk sumber cahaya matahari, digunakan cermin
cekung.
	 8 	 : 	Landasan mikroskop harus diletakkan di tempat yang permukaannya
rata dan kuat, misalnya di atas meja. Landasan ini berfungsi untuk
menahan agar mikroskop tidak mudah goyah pada waktu dilakukan
pemeriksaan.
	 9 	 : 	 Untuk pemeriksaan SD malaria lensa okuler dapat digunakan
dengan pembesaran 10x.
	 10 	 : 	Digunakan untuk memegang mikroskop bila akan dipindahkan
ke tempat lain (dengan tangan kanan) dan dianjurkan untuk
mengangkat beserta landasannya (dengan tangan kiri).
	 11 	 : 	 Makrometer digunakan untuk mencari secara cepat lapangan
pandang besar (LPB)
	 12 	 : Mikrometer digunakan untuk mendapatkan gambaran secara lebih
jelas (dengan lensa objektif yang lebih besar).
PENGGUNAAN MIKROSKOP UNTUK PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA
•	 Sumber cahaya
Sumber cahaya yang baik merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal. Sumber cahaya dapat
berasal dari cahaya matahari maupun listrik. Sumber cahaya lain dapat
menggunakan baterai atau generator. Cahaya tidak boleh terlalu terang
8
atau terlalu gelap karena dapat mempengaruhi pemeriksaan SD. Jika
memakai sumber cahaya lampu bohlam, maka perlu menggunakan filter.
Sedangkan bila memakai sumber cahaya lampu neon maka tidak perlu
menggunakan filter.
•	 Pengaturan Cahaya
a)	 Letakkan SD di meja sediaan mikroskop
b)	 Atur cahaya dengan menaikkan kondensor dan membuka diafragma.
c)	 Amati SD melalui okuler dengan menggunakan lensa objektif 10 x.
Putar makrometer untuk memfokuskan lapangan pandang.
Tidak dianjurkan untuk langsung menggunakan lensa objektif 100x
untuk memfokuskan lapangan pandang.
d)	 Bila lapangan pandang sudah ditemukan/fokus, teteskan minyak
imersi pada lapangan pandang tersebut dan lensa objektif diputar
pada ukuran 100x.
e)	 Amati lapangan pandang tersebut, bila belum fokus, mikrometer
diputar sehingga lapangan pandang menjadi jelas. Tidak dianjurkan
menggunakan makrometer untuk memfokuskan lapangan pandang.
•	 Penyimpanan mikroskop
a)	 Perlindungan terhadap debu dan kotoran
-	 Harus ditutup dengan kain bersih/cover mikroskop.
-	 Jika tidak dipakai dalam waktu lama harus dimasukkan dalam
kotak mikroskop dengan posisi lensa objektif 10x.
-	 Setelah mikroskop digunakan, lensa objektif dan okuler masing-
masing dibersihkan dengan kertas pembersih lensa yang berbeda.
-	 Untuk membersihkan minyak imersi bisa menggunakan eter
alkohol dengan perbandingan 7 : 3.
b)	 Perlindungan terhadap jamur
-	 Simpan ditempat yang kering. Penyimpanan dapat dilakukan pada
ruangan AC yang dipasang 24 jam terus menerus (tidak termasuk
AC yang hanya dinyalakan pada jam kerja).
-	 Apabila tidak tersedia fasilitas diatas, maka mikroskop disimpan
dalam kotaknya atau lemari.
-	 Mikroskop disimpan dalam lemari yang dipasang bola lampu
25-50 watt disesuaikan dengan ukuran lemari penyimpanan
dan dihidupkan terus menerus. Apabila disimpan dalam kotak
mikroskop, cukup dengan lampu 5 watt.
-	 Apabila tidak ada fasilitas listrik maka mikroskop disimpan dalam
kotaknya yang diberi 400 gram silica gel.
-	 Jika mikroskop tidak digunakan dalam waktu yang cukup lama,
maka semua lensa obyektif dan okuler harus disimpan terpisah
dalam desicator atau toples kaca yang diberi silica gel. Jika silica gel
sudah berubah warna menjadi merah muda dibandingkan dengan
warna semula (biru), maka dapat didaur ulang (dipanaskan) untuk
digunakan lagi.
-	 Jika lensa terkena jamur, lensa harus diservis langsung pada
pabrik pembuatnya.
9
BAHAN
•	 Slide/Kaca sediaan (Object Glass)
1.	 Slide yang sudah tergores tidak boleh dipakai. Yang terbaik adalah
menggunakan object glass yang baru, dan tidak boleh menggunakan
slide bekas pakai. Semua object glass direndam dalam air sabun selama
30 menit – 1 jam kemudian dibilas dengan air mengalir.
2.	 Membersihkan object glass: Dilap dengan kasa atau kain bersih. Setelah
kaca sediaan dibersihkan, tidak boleh memegang pada bagian permukaan
kaca sediaan, dan langsung dipakai atau disimpan pada slide box.
3.	 Menyimpan object glass: Slide box yang yang dianjurkan adalah terbuat
dari bahan plastik/fiber yang tahan pecah. Slide box sebaiknya tidak
terbuat dari bahan kayu karena dapat berpengaruh pada SD yang
disimpan. Ketebalan object gelas 1,1 – 1,3 mm, ukurannya 25 x 75 x 1 –
1,5 mm.
•	 Lancet steril, digunakan hanya untuk 1x pakai.
•	 Kapas, jika tidak tersedia kapas, dapat digunakan bahan halus.
•	 Alkohol 70 %, lebih baik lagi jika menggunakan swab alkohol siap pakai.
•	 Minyak imersi (immersion oil)
	 Uji Kualitas Minyak Imersi
1. 	Uji kekentalan : dapat dilakukan dengan memasukkan batang pengaduk
kedalam wadah berisi minyak imersi. Angkat batang pengaduk, dan
amati. Jika minyak imersi masih menempel pada batang pengaduk dan
menetes lambat maka kualitas minyak imersi masih baik.
2. Uji kekeruhan : Amati ada tidaknya kekeruhan minyak imersi pada
wadah transparan. Bila terlihat keruh maka kualitas minyak imersi sudah
berkurang.
3. 	Perubahan warna : Amati ada tidaknya perubahan minyak imersi pada
wadah transparan. Bila terjadi perubahan warna (kekuningan) maka
kualitas minyak imersi sudah berkurang.
•	 Larutan buffer (pH 7.2)
Larutan buffer dapat dibuat dengan cara mencampurkan satu tablet buffer
(pH 7,2) dalam 1 liter aquades atau air mineral (air kemasan dalam botol)
yang jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Larutan ini dapat dipakai untuk
mengencerkan larutan giemsa stock.
Uji pH Larutan buffer
1. Dengan kertas lakmus
2. Dengan pH indikator
3. Dengan pH meter, larutan buffer yang digunakan memiliki pH 7,2
•	 Larutan Giemsa
Beberapa hal yang harus diperhatikan :
1.	 Giemsa stok harus disimpan dalam botol kaca berwarna gelap dan hindari
dari sinar matahari langsung.
10
2.	 Sebaiknya giemsa stok disimpan dalam botol berwarna gelap berukuran
100 ml. Hal ini untuk menghindari rusaknya giemsa stok karena oksidasi
dan penguapan akibat seringnya membuka tutup botol.
3.	 Botol giemsa stok yang akan digunakan tidak boleh dikocok atau diaduk
karena endapan/kristal giemsa akan naik ke permukaan larutan dan
dapat menjadi artefak dalam SD yang diwarnai.
4.	 Pengambilan giemsa stok harus menggunakan pipet yang kering, agar
giemsa stok di botol tidak tercemar dengan air.
5.	 Sisa larutan giemsa yang telah dicampur dengan larutan buffer bila tidak
digunakan lagi harus dibuang dan dimasukkan kembali ke dalam botol
giemsa stok.
6.	 Larutan giemsa dibuat segera sebelum digunakan dan tidak boleh
disimpan/digunakan setelah 1 jam.
7.	 Adapun konsentrasi larutan giemsa yang akan digunakan dapat dilihat
lebih lanjut pada halaman 15.
Uji Kualitas Giemsa
Ada dua cara menguji mutu giemsa untuk mengetahui apakah giemsa stok
yang akan digunakan masih baik :
1) Melakukan pewarnaan pada 1-2 SD, kemudian diperiksa di bawah
mikroskop. Kalau hasilnya sesuai dengan kriteria standar pewarnaan yang
baik, berarti giemsa pengencernya masih bagus dan dapat digunakan.
Pengujian seperti ini perlu dilakukan setiap kali akan melakukan
pewarnaan masal.
2) 	Melakukan test menggunakan kertas Whatman no.2 dan metanol (metil
alkohol) :
• 	 Letakkan kertas saring diatas gelas atau petridisk/cawan petri supaya
bagian tengah kertas tidak menyentuh sesuatu.
• 	 Teteskan 1-2 tetes giemsa stok pada kertas saring. Tunggu sampai
meresap dan menyebar.
• 	 Kemudian teteskan 3-4 tetes metanol absolut di tengah bulatan giemsa
perlahan dengan jarak waktu beberapa detik sampai garis tengah
giemsa menjadi 5-7 cm, maka akan terbentuk :
- 	 Lingkaran biru (methilen blue) ditengah
- 	 Lingkaran cincin ungu (methilen azur) diluarnya, serta
- 	 Lingkaran tipis warna merah (eosin) pada bagian tepi.
	 Giemsa sudah rusak dan tidak boleh dipakai lagi, bila warna ungu
atau merah tidak terbentuk.
•	 Metanol
Digunakan untuk Fiksasi sediaan darah tipis.
Uji Kualitas Methanol
Salah satu cara uji kualitas adalah dengan mengukur berat jenis metanol
dengan densitometer (BJ=0,792 – 0,793).
Penyimpanan metanol dilakukan dalam wadah tertutup pada suhu dibawah
titik didih (60o
C).
11
CARA KERJA
1)	 PENGAMBILAN SEDIAAN DARAH MALARIA
o	 Untuk bahan
o	 Untuk bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah dari ujung jari.
o	 Bila menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah
darah yang belum tercampur dengan anti koagulan (darah yang masih
ada dalam spuit). SD harus segera dibuat sebelum darah membeku.
o	 Bila menggunakan darah dengan anti koagulan harus segera dibuat SD
malaria, karena bila sudah lebih dari 1 jam, jumlah parasit berkurang dan
morfologi dapat berubah.
o	 Untuk darah yang dimasukkan ke dalam tabung yang berisi anti koagulan,
tabung tersebut harus diisi sampai batas yang sudah ditentukan.
2)	 PEMBUATAN SEDIAAN DARAH MALARIA
a.	 Jenis Sediaan Darah
Untuk membuat SD malaria dibuat 2 jenis SD, yaitu sediaan darah tebal
dan sediaan darah tipis.
Sediaan darah tebal
Terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis. Parasit
yang ada terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga akan lebih
cepat terlihat di bawah mikroskop.
Sediaan darah tipis
Terdiri dari satu lapisan sel darah merah yang tersebar dan digunakan
untuk membantu identifikasi parasit malaria setelah ditemukan dalam SD
tebal.
b.	 Pembuatan Sediaan Darah
1.	 Pegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan menghadap
ke atas.
2.	 Pilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12 bulan darah
diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi <6 bulan darah diambil dari
tumit).
12
3.	 Bersihkan jari dengan kapas alkohol untuk menghilangkan kotoran
dan minyak yang menempel pada jari tersebut.
4.	 Setelah kering, jari ditekan agar darah banyak terkumpul di ujung jari.
5.	 Tusuk bagian ujung jari (agak di pinggir, dekat kuku) secara cepat
dengan menggunakan lancet.
6.	 Tetes darah pertama yang keluar dibersihkan dengan kapas kering,
untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol.
7.	 Tekan kembali ujung jari sampai darah keluar, ambil object glass
bersih (pegang object glass di bagian tepinya). Posisi object glass
berada di bawah jari tersebut.
8.	 Teteskan 1 tetes kecil darah (+ 2μl) di bagian tengah object glass
untuk SD tipis. Selanjutnya 2-3 tetes kecil darah (+ 6μl) di bagian
ujung untuk SD tebal.
9.	 Bersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas.
10.	Letakkan object glass yang berisi tetesan darah diatas meja atau
permukaan yang rata.
11.	Untuk membuat SD tipis, ambil object glass baru (object glass kedua)
tetapi bukan cover glass. Tempelkan ujungnya pada tetes darah kecil
sampai darah tersebut menyebar sepanjang object glass.
13
12.	Dengan sudut 450
geser object glass tersebut dengan cepat ke arah
yang berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga didapatkan
sediaan hapus (seperti bentuk lidah).
13.	Untuk SD tebal, ujung object glass kedua ditempelkan pada ke tiga
tetes darah tebal. Darah dibuat homogen dengan cara memutar ujung
object glass searah jarum jam, sehingga terbentuk bulatan dengan
diameter 1 cm.
14.	Pemberian label/etiket pada bagian ujung object glass dekat sediaan
darah tebal, bisa menggunakan kertas label atau object glass frosted.
Pada label dituliskan KODE KABUPATEN/KOTA/KODE FASYANKES/
NOMER REGISTER/BULAN/TAHUN
15.	Proses pengeringan SD harus dilakukan secara perlahan-lahan di
tempat yang datar. Tidak dianjurkan menggunakan lampu (termasuk
lampu mikroskop), hair dryer. Hal ini dapat menyebabkan SD menjadi
retak-retak sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin
dapat digunakan untuk mengeringkan SD.
16.	Selama proses pengeringan, SD harus dihindarkan dari gangguan
serangga (semut, lalat, kecoa dll), debu, panas, kelembaban yang
tinggi dan getaran.
17.	Setelah kering, darah tersebut harus segera diwarnai. Pada keadaan
tidak memungkinkan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam SD
harus sudah diwarnai.
14
Kesalahan pada pembuatan sediaan darah
Kesalahan-kesalahan yang sering dijumpai pada pembuatan SD :
1.	 Jumlah darah yang digunakan terlalu banyak, sehingga warna SD
tebal menjadi gelap/terlalu biru. Parasit malaria pada SD tebal sulit
dilihat karena banyaknya sel darah putih. Demikian juga pada SD tipis,
bertumpuknya sel darah merah menyebabkan parasit sulit dilihat.
2.	 Jumlah darah yang digunakan terlalu sedikit, tidak memenuhi syarat
yang diperlukan untuk menyatakan bahwa SD tersebut negatif.
3.	 SD yang berlemak atau kotor dapat menyulitkan pemeriksaan. Selain
itu pada proses pewarnaan, sebagian SD tebal dapat terlepas.
4.	 Ujung object glass kedua yang bergerigi atau terlalu tajam akan
menyebabkan penyebaran SD tipis tidak rata dan ujungnya tidak
berbentuk lidah.
5.	 SD tebal yang terletak di ujung object glass, dapat menyulitkan
pemeriksaan karena posisi meja sediaan sudah maksimal (tidak dapat
digeser).
15
c.	 Pewarnaan Sediaan Darah
1)	 SD tipis yang sudah kering difiksasi dengan methanol. Jangan sampai
terkena SD tebal.
2)	 Letakkan pada rak pewarna dengan posisi darah berada di atas.
3)	 Siapkan 3% larutan Giemsa dengan mencampur 3 bagian giemsa
stock dan 97 bagian larutan buffer.
4)	 TuanglarutanGiemsa3%daritepihinggamenutupiseluruhpermukaan
object glass. Biarkan selama 45-60 menit.
5)	 Tuangkan air bersih secara perlahan-lahan dari tepi object glass
sampai larutan Giemsa yang terbuang menjadi jernih. Angkat dan
keringkan SD. Setelah kering, SD siap diperiksa.
d.	 Pemeriksaan Sediaan Darah
1.	 Komponen Darah Normal
Jika darah vena dalam tabung didiamkan dalam waktu 5-20 menit,
maka darah tersebut akan terbagi menjadi 2 lapisan. Bagian serum
berupa cairan berwarna kuning pucat, kemudian bekuan darah akan
berwarna merah tua atau kehitaman yang mengandung sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit/platelets.
Komponen-komponen ini akan terlihat jelas di bawah mikroskop bila
sudah diwarnai.
a) 	Sediaan Darah Tipis
o	 Sel darah merah (eritrosit)
Merupakan sel darah yang terbanyak dalam SD tipis, berbentuk
bulat dan pada pewarnaan Giemsa yang baik, terlihat berwarna
merah muda keabuan. Sel darah merah tidak mempunyai inti
dan jumlahnya sekitar 5 juta/μl darah.
o	 Sel darah putih (leukosit)
Sel darah putih berjumlah 6.000-8.000/ μl darah. Sel darah
putih terdiri dari inti, sitoplasma dan membran sel. Di dalam
sitoplasma terdapat granule-granule (lihat gambar)
Inti
Sitoplasma (berisi granula)
Membran sel
Sel darah putih
16
Leukosit terbagi dalam dua kelompok besar yaitu:
1)	 leukosit multilobul (PMN = polymorphonuclear)
	Netrofil
Pada orang sehat jumlahnya mencapai 65% dari total
leukosit. Inti berwarna ungu tua. Granule terlihat jelas
dalam sitoplasma. Pada kasus-kasus malaria dapat
dijumpai pigmen malaria yang merupakan sisa-sisa
parasit yang difagositosis oleh netrofil.
	Eosinofil
Pada orang sehat jumlahnya mencapai 1-4% dari total
leukosit. Granule pada sitoplasma berwarna merah dari
zat warna eosin.
	Basofil
Merupakan leukosit yang paling jarang, jumlahnya <1%
dari total leukosit. Granule pada sitoplasma kasar dan
berwarna biru atau keunguan.
2)	 Leukosit non-multilobul
	Monosit
Pada orang sehat, jumlahnya mencapai 2-10 % dari
total leukosit. Merupakan leukosit yang ukurannya
paling besar. Diameternya 12-18 μm. Intinya besar,
berbentuk seperti ginjal atau kacang. Dalam sitoplasma
dapat ditemukan sedikit granule yang berwarna merah
muda atau merah. Seperti halnya netrofil, monosit dapat
memfagositosis parasit malaria.
	Limfosit
Ada dua tipe limfosit; besar dan kecil. Jumlahnya
mencapai 20-45% dari total leukosit. Inti dari limfosit
besar berbentuk bulat dan berwarna ungu tua pada
pewarnaan SD yang baik. Sitoplasmanya lebar,
berwarna biru jernih dan berisi beberapa granule yang
berwarna keunguan.
Limfosit kecil berukuran sedikit lebih besar dari sel darah
merah (eritrosit) normal. Sitoplasmanya kecil dan intinya
berwarna biru tua sampai kehitaman.
o	 Trombosit/Platelets
Ukurannya kecil, bentuk tidak beraturan, berwarna merah dan
tidak berinti. Jumlahnya 150 – 400 ribu/μl darah. Jika pembuatan
SD tidak baik, trombosit yang umumnya berkelompok 5-10
sel tampak menyatu dengan jumlah yang lebih besar. Pada
orang yang belum berpengalaman seringkali dianggap sebagai
parasit malaria.
17
b) 	Sediaan darah tebal
Pada waktu memeriksa SD tebal dengan lensa objektif 100x dan
okuler 10x akan terlihat : Sisa-sisa sel darah merah, sel darah
putih, trombosit. Pada SD tebal gambaran sel darah putih dan
trombosit menyerupai SD tipis, hanya ukurannya lebih kecil.
SD terdiri dari sejumlah besar sel darah merah (eritrosit) yang lisis
dan saling menumpuk. Bila SD tebal diwarnai Giemsa, air yang
berasal dari zat warna Giemsa akan melarutkan isi sel darah
merah tersebut.
Hemoglobin merupakan komponen utama sel darah merah,
sehingga proses ini disebut hemoglobinisasi. Hal ini dapat terlihat
bila kita meletakkan SD tebal dalam bak pewarnaan berisi air.
Dalam waktu 1-2 menit warna merah dari hemoglobin akan lepas
dari SD tebal sehingga menjadi pucat dan jernih. Proses ini terjadi
pada saat akhir pewarnaan, yang terlihat adalah sisa eritrosit,
lekosit dan trombosit.
N = Netrofil ; E = Eosinofil ; M = Monosit ; L = Limfosit ; T = Trombosit
2.	 Morfologi Parasit Malaria
a)	 Pengenalan Parasit Malaria
Parasit malaria terdiri dari :
o	 Inti/kromatin; bentuknya bulat dan berwarna merah.
o	 Sitoplasma; bentuknya seperti cincin sampai bentuk yang tidak
beraturan, umumnya berwarna biru.
b) Stadium Parasit Malaria
Stadium parasit malaria yang dapat dilihat dalam SD sebagai berikut :
o	 Stadium Trofozoit
Merupakan stadium yang paling umum ditemukan, seringkali disebut
sebagai stadium cincin. Meskipun tidak selalu terlihat berbentuk cincin
yang sempurna.
N
T
N
N
L T
E
M L
E
M
LEKOSIT
SD Tipis SD Tebal
18
Trofozoit merupakan stadium pertumbuhan, sehingga dapat ditemukan
dalam berbagai ukuran dari kecil sampai besar. Pigmen merupakan
hasil pertumbuhan/metabolisme parasit, warnanya bervariasi dari
kuning pucat sampai coklat kehitaman atau hitam.
o	 Stadium Skizon
Pada stadium skizon terlihat inti membelah secara aseksual menjadi
2, 4, 8 dan seterusnya secara aseksual tanpa melibatkan sel kelamin
jantan dan betina. Stadium skizon mempunyai beberapa fase mulai
dari parasit dengan inti dua sampai parasit dengan banyak inti yang
masing-masing intinya disertai dengan sitoplasma.
			
o	 Stadium Gametosit
Merupakan stadium seksual yang akan menjadi sel kelamin jantan dan
betina, berkembang lebih lanjut di dalam tubuh nyamuk Anopheles
betina.
Gametosit dapat berbentuk bulat atau seperti pisang tergantung
spesies. Warna dari sitoplasma parasit dapat digunakan untuk
membedakan sel kelamin jantan (mikrogametosit) dan sel kelamin
betina (makrogametosit).
19
Kunci untuk Mengidentifikasi Stadium Parasit Malaria pada SD Tipis
1.	 Apakah dalam sel darah merah ditemukan satu atau lebih titik kromatin
yang berwarna merah dan sitoplasma yang berwarna biru ?
Ya 	 : lanjut ke no. 2
Tidak	 : yang terlihat bukan parasit
2.	 Apakah ukuran dan bentuk sesuai dengan parasit malaria ?
Ya	 : kemungkinan yang dilihat adalah parasit malaria, lanjut
ke no. 3
Tidak	 : yang terlihat bukan parasit
3.	 Apakah ada pigmen malaria di dalam sel tersebut ?
Ya	 : lanjut ke no. 7
Tidak	 : lanjut ke no. 4
4.	 Apakah parasit tersebut mempunyai satu inti dengan sitoplasma yang
berbentuk cincin, dengan vakuola yang jelas terlihat ?
Ya	 : ini adalah stadium trofozoit.
Tidak	 : lanjut ke no. 5
5.	 Apakah parasit mempunyai satu kromatin yang menempel pada sito-
plasma biru yang kompak (bisa disertai dengan vakuola yang kecil) ?
Ya	 : ini adalah stadium trofozoit.
Tidak	 : lanjut ke no. 6
6.	 Apakah parasit dengan satu kromatin berbentuk tidak beraturan dan
terfragmentasi ?
Ya	 : ini adalah stadium trofozoit.
Tidak	 : lanjut ke no. 7
20
7.	 Apakah parasit yang berpigmen mempunyai inti satu ?
Ya	 : lanjut ke no. 8
Tidak	 : lanjut ke no. 9
8.	 Apakah parasit mempunyai satu vakuola atau sitoplasmanya
berfragmentasi ?
Ya	 : Kemungkinan adalah stadium trofozoit lanjut.
Tidak	 : lanjut ke no. 11
9.	 Apakah parasit yang mempunyai dua inti/kromatin yang menempel
pada satu cincin yang bervakuol ?
Ya	 : Ini adalah stadium trofozoit.
Tidak	 : lanjut ke no. 10
10.	Apakah parasit mempunyai inti yang berjumlah antara 2-32, disertai
pigmen ?
Ya	 : Ini adalah stadium skizon
				
11.	Apakah parasit berbentuk bulat atau seperti pisang ?
Bulat	 : lanjut ke no.12
Seperti pisang 	: lanjut ke no.14
12.	Apakah parasit yang berbentuk bulat, mempunyai inti/kromatin yang
terlihat jelas dan sitoplasma yang berwarna biru tua ?
Ya	 : Ini adalah gametosit betina
Tidak	 : Lanjut ke no.13
21
13.	Apakah parasit yang berbentuk bulat, secara keseluruhan berwarna
kemerahan sehingga kromatin tidak terlihat jelas?
Ya	 : Ini adalah gametosit jantan
Tidak	 : Lanjut ke no.14
14.	Apakah parasit berbentuk pisang, mempunyai sitoplasma yang
berwarna biru dan kromatin yang berwarna merah ?
Ya	 : Ini adalah gametosit betina
Tidak	 : Lanjut ke no.15
15.	Apakah parasit berbentuk pisang, secara keseluruhan berwarna
kemerahan sehingga kromatin tidak jelas terlihat ?
Ya	 : Ini adalah gametosit jantan
c)	 Spesies Parasit Malaria
Gambaran spesies parasit pada SD tipis.
Petunjuk yang paling sederhana untuk membedakan keempat spesies
malaria adalah perubahan yang terlihat pada sel darah merah yang
terinfeksi. Ukuran sel darah merah yang terinfeksi dapat terlihat membesar
atau normal. Pada sitoplasma eritrosit yang terinfeksi dapat ditemukan
titik Schuffner atau Maurer.
Disamping itu, petunjuk yang lainnya adalah keteraturan sitoplasma
parasit. Sitoplasma yang teratur dapat berupa cincin, koma, tanda seru
dan sayap burung terbang.
Secara umum, pada infeksi Plasmodium falciparum dapat ditemukan satu
stadium (trofozoit atau gametosit). Pada infeksi spesies lainnya dapat
ditemukan berbagai stadium.
22
23
Sitoplasmatidak
beraturan
Trofozoit
Sitoplasmasedikitterputus-
putus
terlihatlebihteraturatau
kompak
Sitoplasmajelasterputus-
putus
denganukuranyang
bervariasi
Gambaranuniform
Sitoplasmateratur
Stadiumlainyang
seringditemukan:
SkizondanGametosit
Stadiumlainyangsering
ditemukan:
Gametositberbentuk
pisang/bulatdenganbutir-
butirpigmenberwarnagelap,
kadang-kadangdisertai“balon
merah”(skizonbiasanyatidak
terlihatkecualipadainfeksi
berat
PlasmodiummalariaePlasmodiumfalciparumPlasmodiumvivaksPlasmodiumovale
Stadiumlainyangsering
ditemukan:Skizondan
Gametosit
Tampakbayanganmerah
dgntitikJameslebih
kasardibag.tepiSD
Tampakbayanganmerah
dgntitikSchuffnerlebih
halusdibag.tepiSD
Stadiumlainyangsering
ditemukan:Skizondan
Gametosit
PerbedaanSpesiesParasitMalariaberdasarkanGambaranSitoplasmaTrofozoitpadaSDTebal
(pigmendenganwarnakekuningan
ditemukanpadastadiumyanglebihlanjut)
GambaranKompak
24
TROPOZOIT
GAMETOSIT
SKIZON
PLASMODIUM FALCIPARUM
25
TROPOZOIT
GAMETOSIT
SKIZON
PLASMODIUM OVALE
26
TROPOZOIT
GAMETOSIT
SKIZON
PLASMODIUM MALARIE
27
TROPOZOIT
GAMETOSIT
SKIZON
PLASMODIUM VIVAX
28
Trofozoit muda
Skizon
Trofozoit lanjut dan matang
Gametosit
Plasmodium knowlesi
Sumber : Sung Lee, Cox Singh, dan Singh, Morphological features and differential counts of Plasmodium
knowlesi parasites in naturally acquired human infection, Malaria Journal, 2009
29
Gambaran spesies parasit pada SD tebal
Pada SD tebal tidak terlihat sel darah merah (karena lisis). Walaupun
demikian parasit malaria tetap terlihat, meskipun ukurannya lebih kecil
dibandingkan pada SD tipis.
Parasit malaria harus dicari dengan lebih teliti. Setiap berpindah lapang
pandang, mikrometer digunakan untuk memfokuskan objek yang dilihat.
Pada SD tebal, parasit dapat berada pada lapisan yang berbeda.
Sitoplasma trofozoit yang berbentuk cincin halus, dapat terlihat terputus-
putusatautidaksempurna.Denganlisisnyaseldarahmerah,titikSchuffner
sulit dilihat demikian juga dengan titik Maurer. Walaupun demikian, masih
terlihat sisa-sisa sel darah merah yang mengelilingi parasit (zona merah/
bayangan merah). Kunci untuk identifikasi spesies parasit pada SD tipis
dan SD tebal dapat dilihat pada gambar sketsa parasit 1-4.
Artefak pada sediaan darah
Artefak merupakan sejumlah objek (benda-benda) yang gambarannya
menyerupaiparasit.Halinidapatmenimbulkankesalahandalamdiagnosis
parasit malaria. Gambaran yang dapat terlihat antara lain jamur. Untuk
mencegah pertumbuhan jamur pada SD, warnai SD secepat mungkin
(tidak lebih dari 24 jam).
Kontaminan lain dapat berasal dari lingkungan, seperti debu yang
berterbangan dan menempel pada SD pada waktu pengeringan (baik
sebelum maupun sesudah pewarnaan).
Artefak lain dapat berupa kotoran yang berasal dari jari penderita, atau
object glass yang kurang bersih.
Gambar ini memperlihatkan jenis-jenis artefak yang dapat ditemukan
pada SD.
30
Gambaran Awan dan bintik kotoran kromatosit
berasal dari eritrosit yang belum matang
pada anemia berat
Grup Granula Eosinofil
yang terlepas
ELEMEN DARAH
BAKTERI
SPORA
SEL TUMBUHAN
Partikel debu
Hipha dan spora
JAMUR
Kristal
Pewarna Giemsa
Goresan pada slide Bentuk Kristal
pada slide
Perbandingan ukuran
Trombosit dan Limfosit
31
IDENTIFIKASI SPESIES PARASIT MALARIA DALAM SD TEBAL
Spesies
Stadium Parasit
Trofozoit Skizon Gametosit
Plasmodiumfalciparum
BiasanyaterlihatTrofozoitmuda,lanjut
dan/atauGametositmatang
Ukuran : Kecil sampai
sedang.
Jumlah : seringkali
banyak.
Bentuk yang sering
ditemukan : cincin dan
koma.
Inti : kadang-kadang
ditemukan berinti 2
Sitoplasma : teratur,
halus sampai tebal.
Stadium lanjut :
kadang-kadang
ditemukan pada malaria
berat, sitoplasma
kompak yang terlihat
sebagai granula kasar.
Biasanya ditemukan
bersamaan dengan
sejumlah besar stadium
cincin muda.
Ukuran : Kecil, kompak
Jumlah : sedikit,
biasanya pada malaria
berat.
Stadium lanjut : terdiri
dari 12-30 merozoit
berkelompok, pigmen
menggumpal berwarna
gelap.
Stadium muda dengan
ujung lancip jarang
ditemukan.
Stadium lanjut :
berbentuk pisang atau
bulat.
Inti : tunggal, jelas.
Pigmen tersebar,
kasar. Kadang-kadang
ditemukan balon
merah.
Plasmodiumvivax
Terlihatsemuastadium,titikSchuffnerdalam
bayanganmerah
Ukuran : Kecil sampai
besar
Jumlah : sedikit sampai
sedang
Bentuk yang sering
ditemukan : cincin
dengan sitoplasma
terputus-putus sampai
sitoplasma yang
bentuknya tidak teratur.
Inti : tunggal, kadang-
kadang dua.
Sitoplasma : tidak
teratur atau terputus-
putus.
Stadium lanjut :
kompak, padat, pigmen
halus tersebar.
Ukuran : besar
Jumlah : sedikit
sampai sedang
Stadium lanjut : terdiri
dari 12-24 merozoit
(biasanya 16), tersebar
tidak merata, pigmen
tidak menggumpal.
Stadium muda sulit
dibedakan dengan
Trofozoit lanjut.
Stadium lanjut : bulat
dan besar.
Inti : tunggal, jelas.
Pigmen tersebar, halus.
32
Spesies
Stadium Parasit
Trofozoit Skizon Gametosit
Plasmodiumovale
Terlihatsemuastadium,titik
Schuffnerlebihjelasdalambayanganmerah
Ukuran : lebih kecil dari
P.vivax.
Jumlah : biasanya
sedikit.
Bentuk yang sering
ditemukan : bentuk
cincin sampai bentuk
bulat atau kompak.
Inti : tunggal, menonjol
Sitoplasma : agak
teratur, tebal. Pigmen
kasar tersebar.
Ukuran : lebih
menyerupai P.malariae
Jumlah : sedikit.
Stadium lanjut
: terdiri dari 4-12
merozoit (biasanya 8),
yang tersebar tidak
berkelompok, pigmen
berkumpul.
Stadium muda sulit
dibedakan dengan
Trofozoit lanjut.
Stadium lanjut : bulat
mungkin lebih kecil dari
P.vivax.
Inti : tunggal, jelas.
Pigmen tersebar, kasar.
Plasmodiummalariae
Terlihatsemuastadium
Ukuran : Kecil
Jumlah : sedikit
Bentuk yang sering
ditemukan : bentuk
cincin sampai bentuk
bulat atau kompak
sitoplasma teratur, tebal.
Inti : tunggal dan besar
Sitoplasma :
teratur,padat, pigmen
berjumlah banyak,
tersebar berwarna
kuning pada stadium
lanjut.
Ukuran : Kecil, kompak
Jumlah : sedikit
Stadium lanjut
: terdiri dari 6-12
merozoit (biasanya 8),
yang tersebar tidak
berkelompok, pigmen
berkumpul
Stadium muda sulit
dibedakan dengan
Trofozoit lanjut.
Stadium lanjut : bulat,
kompak.
Inti : tunggal, jelas.
Pigmen tersebar, kasar.
33
Morfologi Plasmodium knowlesi
Eritrosit yang terinfeksi
Ukuran	 Tidak membesar
Bentuk	 bulat, umumnya tidak ada perubahan
Titik-titik	 pada trofozoit lanjut dan matang, skizon, dan
gametosit terdapat titik-titik yang mirip dengan titik
maurer, titik-titik kasar dan tidak beraturan
Parasit
Trofozoit muda (bentuk ring)	 Bentuk cincin yang kompak dengan sitoplasma yang
padat, terdiri dari satu atau dua inti, dan jarang dengan
tiga inti, bentuk accole, satu atau lebih parasit dalam
satu eritrosit
Trofozoit lanjut	 Sitoplasma tebal dan padat, sitoplasma sedikit
amuboid dan tidak teratur, bentuk pita, terdapat
pigmen yang bervariasi.
Trofozoit matang	 Sitoplasma kompak dan padat bentuk bulat dengan
pigmen coklat kehitaman, bentuk pita, tidak amuboid.
Skizon	 Memenuhi seluruh eritrosit, jumlah merozoit sampai
dengan 16, merozoit tidak teratur dan tersebar atau
mengumpul, pigmen tersebar atau berkumpul.
Gametosit	 Bulat, kompak, mengisi seluruh bagian eritrosit,
pigmen tersebar atau mengelompok, bentuk
gametosit muda mirip dengan trofozoit matang
Sumber : Sung Lee, Cox Singh, dan Singh, Morphological features and differential counts of Plasmodium
knowlesi parasites in naturally acquired human infection, Malaria Journal, 2009
Dalam menentukan diagnosa pasti Plasmodium knowlesi harus melalui pemeriksaan
PCR (Polymerase Chain Reaction), sehingga apabila ditemukan parasit dengan
morfologiPknowlesidisebutsebagaisuspekPknowlesi.Selanjutnyadiambilkembali
darahnya dengan kertas saring whatman no.3 sebanyak 100 µl (±5 tetes besar)
sebelum pasien diberi OAM (obat anti malaria) kemudian dikirim untuk dilakukan
konfirmasi dengan metode PCR. Pada pengambilan darah menggunakan kertas
saring, diberi label, jangan sampai tersentuh oleh tangan dan lainnya, langsung
dimasukkan ke dalam kantong plastik berperekat.
34
E.	 PEMERIKSAAN RUTIN UNTUK SD MALARIA
1.	 Pemeriksaan SD Tipis
a)	 SD diletakkan pada meja sediaan mikroskop.
b)	 Lihat SD dengan lensa objektif pembesaran 10 kali dan fokuskan lapang
pandang pada bagian yang bertanda ”x” (lihat gambar).
c)	 Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda ”x”.
d)	 Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali
e)	 Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai eritrosit
terlihat jelas. Periksa SD dengan menggerakkan meja sediaan dengan
arah kekiri dan kekanan sesuai arah panah (lihat gambar).
f)	 Pemeriksaan dilakukan sampai 100 lapangan pandang untuk menentukan
negatif. Bila diperlukan dapat dilihat sampai 400 lapang pandang.
2.	 Pemeriksaan SD Tebal
a.	 SD diletakkan pada meja sediaan mikroskop
b.	 Lihat SD dengan lensa objektif 10 kali dan fokuskan lapang pandang
pada bagian tepi SD tebal (tanda ”x” pada gambar)
c.	 Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda ”x”.
d.	 Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali
e.	 Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai eritrosit
terlihat jelas. Periksa SD dengan menggerakkan meja sediaan dengan
arah kekiri dan kekanan sesuai arah panah (lihat gambar).
f.	 Pemeriksaan rutin tebal dinyatakan negatif bila tidak ditemukan parasit
pada 100 lapang pandang. Bila ditemukan parasit, pemeriksaan
dilanjutkan dengan 100 lapangan pandang sebelum diagnosa ditegakkan.
Hal ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya infeksi campur.
3.	 Menghitung Jumlah Parasit
Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung parasit, yaitu
a)	 Jumlah parasit/μl darah dihitung berdasarkan jumlah leukosit pada SD
tebal (standar = 8.000 /μl). Untuk penghitungan parasit diperlukan 2
buah tally counter. Satu tally counter untuk menghitung parasit, dan yang
lainnya untuk menghitung leukosit.
x
x
35
1)	 Bila pada 200 leukosit ditemukan 100 parasit atau lebih, catat hasilnya
per 200 leukosit
2)	 Bila pada 200 leukosit hanya ditemukan 99 parasit atau kurang,
lanjutkan pemeriksaan sampai menjadi 500 leukosit, catat hasilnya
per 500 leukosit.
3)	 Jadi jumlah parasit dalam 1 μl darah :
jumlah parasit x 8.000
				 jumlah leukosit
4)	 Apabila penghitungan parasit dilakukan terhadap 200 leukosit maka
jumlah parasit dikalikan 40. Bila penghitungan parasit dilakukan
terhadap 500 leukosit, jumlah parasit dikalikan 16.
5)	 Secara umum jumlah gametosit dan stadium aseksual dihitung secara
terpisah.
b)	 Secara semi kuantitatif atau sistem plus.
Merupakan metode yang lebih sederhana untuk menghitung parasit
dalam SD tebal. Namun cara ini kurang memuaskan, hanya dilakukan
apabila penghitungan dengan metode a) tidak memungkinkan. Sistem ini
menggunakan kode 1+ sampai 4+ seperti dibawah ini :
1)	 + 	 = 1 sampai 10 parasit dalam 100 lapang pandang SD tebal.
2)	 + + 	 = 11 sampai 100 parasit dalam 100 lapang pandang SD
tebal.
3)	 + + + 	 = 1 sampai 10 parasit dalam 1 lapang pandang SD tebal.
4)	 + + + + = >10 parasit dalam 1 lapang pandang SD tebal.
F.	 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN SD
Informasi yang harus dicatat dari pasien yang diperiksa darahnya adalah :
1.	 Wilayah, Provinsi atau kecamatan dimana pemeriksaan dilakukan
2.	 Alamat lengkap pasien (jalan, RT/RW, dsb)
3.	 Nama, umur dan jenis kelamin pasien
4.	 Kode SD
5.	 Hasil pemeriksaan ;
a)	 Tidak ditemukan parasit malaria
b)	 Ditemukan parasit malaria;
o	 Spesies parasit malaria
o	 Stadium parasit malaria
o	 Jumlah parasit malaria
36
37
BAB III
ADMINISTRASI LABORATORIUM MALARIA
A.	 Tugas Dan Fungsi Laboratorium Malaria
Secara garis besar laboratorium malaria, di lapangan (Puskesmas), Kabupaten,
Provinsi atau di Pusat mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :
1)	 Memeriksa/mendiagnosa sediaan darah dalam jangka waktu yang pendek
agar penderita segera dapat diobati dan sumber penularan dapat dicegah.
2)	 Memeriksa ulang (cross-check) sediaan darah (SD) yang sudah diperiksa
oleh unit laboratorium di bawahnya secara berjenjang.
3)	 Menilai dampak pengobatan.
4)	 Menyiapkan data parasitologis untuk dianalisa.
5)	 Memberitahukan secepatnya hasil pemeriksaan pertama/periksa ulang
kepada pelaksana di lapangan untuk dilakukan tindakan follow-up nya.
B.	 Tingkatan-Tingkatan Laboratorium Malaria
Dalam pelaksanaan program pengendalian penyakit malaria, terdapat 4 kategori/
kelas laboratorium :
1. 	Laboratorium Pelayanan
Laboratorium Pelayanan melakukan penegakan diagnosis melalui
pemeriksaan mikroskopik dan RDT malaria, dan merujuk spesimen untuk
pemeriksaan PCR, apabila dengan pemeriksaan mikroskopik sulit ditentukan
spesiesnya karena morfologi yang tidak sesuai dengan spesies yang sudah
dikenali di Indonesia.
Jenis-jenis laboratorium pelayanan :
a. 	Laboratorium klinik
b. 	Laboratorium di puskesmas
c. 	 Laboratorium di klinik
d. 	Laboratorium di rumah sakit
e. 	Laboratorium di Kantor Kesehatan Pelabuhan
f. 	 Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)
g. 	Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (B/
BTKLPP)
h. 	Laboratorium di Unit Transfusi Darah (UTD)
i. 	 Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota
j. 	 Balai Laboratorium Kesehatan (BLK)/Laboratorium Kesehatan Daerah
Provinsi
k. 	 Malaria center
38
2. 	Laboratorium Rujukan Tingkat Kabupaten/Kota
Laboratorium Rujukan Kabupaten/Kota melakukan uji silang pemeriksaan
mikroskopik malaria dan pembinaan teknis terhadap laboratorium
pemeriksaan mikroskopik malaria di wilayah kerjanya. Ditetapkan oleh
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Apabila laboratorium kesehatan
kabupaten/kota melakukan pemantapan mutu eksternal untuk beberapa
kabupaten/kota maka ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan provinsi.
Yang dapat ditetapkan sebagai laboratorium rujukan tingkat kabupaten/kota
adalah :
a. 	Laboratorium di puskesmas
b. 	Laboratorium di rumah sakit
c. 	 Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)
d. 	Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (B/
BTKLPP)
e. 	Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota
f. 	 Balai Laboratorium Kesehatan (BLK)/Laboratorium Kesehatan Daerah
Provinsi
g. 	Malaria center
3. 	Laboratorium Rujukan Tingkat Provinsi
Laboratorium Rujukan Provinsi melakukan pemeriksaan uji silang bila
terdapat ketidaksesuaian hasil pembacaan (discordance) serta melakukan
pembinaan bimbingan teknis dan pelatihan teknis di wilayah kerjanya.
Menyelenggarakan tes panel untuk kabupaten/kota yang sudah masuk
dalam tahapan eliminasi dan pemeliharaan malaria. Laboratorium rujukan
tingkat provinsi ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan provinsi.
Yang dapat ditetapkan sebagai laboratorium rujukan tingkat provinsi adalah :
a. 	Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)
b. 	Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (B/
BTKLPP)
c. 	 Balai Laboratorium Kesehatan (BLK)/Laboratorium Kesehatan Daerah
Provinsi
d. 	Malaria center
4. 	Laboratorium Rujukan Tingkat Nasional
Laboratorium Rujukan Nasional Malaria melakukan pemeriksaan PCR untuk
daerah yang sudah masuk dalam tahapan eliminasi dan pemeliharaan
malaria serta melakukan pembinaan antara lain supervisi dan tes panel.
Laboratorium rujukan nasional ditetapkan oleh menteri, dan yang dapat
dijadikan leboratorium rujukan nasional malaria adalah :
a. 	Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)
b.	 Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (B/BTKL) Pengendalian
Penyakit (B/BTKLPP)
c. 	 Balai Laboratorium Kesehatan (BLK)/Laboratorium Kesehatan Daerah
Provinsi
d. 	Malaria center
e. 	Laboratorium lembaga penelitian.
39
C.	 Asal Sediaan Darah
SD yang dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan berasal dari
berbagai kegiatan penemuan penderita malaria sebagai berikut :
•	 SD yang berasal dari kegiatan ACD (Active Case Detection).
•	 SD yang berasal dari kegiatan PCD (Passive Case Detection).
•	 SD yang berasal dari kegiatan Contact Survey & Follow-up.
•	 SD yang berasal dari survei malaria, misalnya : malariometric survey, fever
survey, mass-blood survey, resistensi dan lain-lain.
D.	 Prioritas Pemeriksaan
Dalam program pengendalian malaria, semua SD yang dikumpulkan dari
berbagai kegiatan harus diperiksa dan selesai dalam waktu yang telah ditentukan
agar penderita yang terinfeksi dapat diobati secepatnya dan sumber penularan
dapat dicegah.
Mengingat terbatasnya jumlah laboratorium serta mikroskopis yang ada, maka
bila terjadi pengumpulan SD yang berlebihan dibuat urutan prioritas pemeriksaan
sediaan darah sebagai berikut :
a.	 SD yang berasal dari hasil penyelidikan hasil survei di suatu daerah tertentu
misalnya daerah KLB.
b.	 SD hasil tes resistensi atau uji efikasi obat.
c.	 SD dari penderita malaria klinis (yaitu menggigil yang berkala dan sakit
kepala) :
1). Berasal dari PCD.
2). Berasal dari ACD.
d.	 SD yang dikumpulkan dalam rangka evaluasi program.
E.	 Kualitas Laboratorium
Kualitas laboratorium dapat dijamin bila kegiatan rutin yang minimal dijalankan
dengan teratur. Kegiatan rutin tersebut adalah :
•	 Perawatan fasilitas tempat kerja dan peralatannya.
•	 Pelaporan data yang menggunakan sistem pencatatan yang standar.
•	 Pelatihan dan penyegaran para mikroskopis untuk menjamin kualitas standar
pengumpulan, pemrosesan dan pemeriksaan SD.
•	 Supervisi langsung maupun tidak langsung.
F.	 Syarat-Syarat Laboratorium Malaria
Laboratorium malaria merupakan komponen yang penting untuk menghasilkan
data pemeriksaan sediaan darah (SD). Laporan ini sangat berguna untuk
mengevaluasi program pengendalian malaria secara menyeluruh. Persyaratan
suatu laboratorium malaria yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
40
1.	 Ketersediaan ruang tempat pemeriksaan.
2.	 Mikroskop.
Sebaiknya menggunakan mikroskop binokuler. Bagian mikroskop harus
berfungsi dengan baik untuk memperoleh hasil pembacaan yang optimal.
Bila digunakan mikroskop cahaya dianjurkan menggunakan lampu neon 40
watt sebagai sumber cahaya.
3.	 Kualitas SD.
PengadaanbahandanalatyangberkualitasuntukSDmalaria.BilakualitasSD
tidak baik, maka akan sukar menetapkan diagnosa, sehingga kecenderungan
untuk salah menetapkan diagnosa lebih besar. Sebab itu pengadaan alat
dan bahan untuk pembuatan dan pewarnaan SD perlu mendapat perhatian.
4.	 Pemeriksa.
Pemeriksa harus terampil, tekun bekerja, percaya diri, sabar, penyantun,
tidak mudah emosi, sehingga dapat berkonsentrasi pada waktu melakukan
pemeriksaan SD.
G.	 Administrasi / Manajemen Laboratorium Malaria
•	 Pemeriksaan SD dapat dimonitor setiap saat dengan melakukan sistem
pencatatan dan pelaporan secara tertib.
•	 Format yang diperlukan pada pencatatan dan pelaporan di laboratorium :
1. Formulir Registrasi Laboratorium
2. Formulir Uji Silang
3. Formulir Rekap Uji Silang Kabupaten/Kota
4. Formulir Rekap Uji Silang Provinsi
41
BAB IV
RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT)
Test ini berdasarkan deteksi antigen dari parasit malaria yang lisis dalam darah
denganmetodaimunokromatografi.Prinsipujiimunokromatografiadalahcairanakan
bermigrasi pada permukaan membran nitroselulosa. Uji ini berdasarkan pengikatan
antigen di darah perifer oleh antibodi monoklonal yang dikonjugasikan dengan zat
pewarna atau gold particles pada fase mobile. Antibodi monoklonal kedua/ketiga
diaplikasikan pada strip nitroselulosa sebagai fase immobile. Bila darah penderita
mengandung antigen tertentu, maka kompleks antigen antibodi akan bermigrasi
pada fase mobile sepanjang strip nitroselulosa dan akan diikat dengan antibodi
monoklonal pada fase “immobile” sehingga terlihat sebagai garis yang berwarna.
Jenis RDT dapat berupa dipstik ataupun strip. Test ini biasanya memerlukan waktu
sekitar 15 menit (untuk jenis tertentu sampai 30 menit).
Ada 3 jenis antigen yang dipakai sebagai target, yaitu :
•	 HRP-2 (Histidine Rich Protein-2), adalah antigen yang disekresi ke sirkulasi
darah penderita oleh stadium trofozoit dan gametosit muda P.falciparum.
•	 pLDH (pan Lactate Dehydrogenase)
Stadium seksual dan aseksual parasit malaria dari keempat spesies plasmodium
yang menginfeksi manusia menghasilkan enzim pLDH. Isomer enzim ini dapat
membedakan spesies P.falciparum dan P.vivax.
•	 Pan Aldolase
Adalah enzim yang dihasilkan ke empat spesies Plasmodium yang menginfeksi
manusia.
CARA KERJA
-	 Cara kerja dilakukan sesuai dengan petunjuk kit RDT.
-	 Ambil 2-5 µl darah ujung jari dengan tabung mikro kapiler dan teteskan pada
kotak sampel yang terdapat pada dipstik. Tidak dianjurkan meneteskan darah
42
secara langsung ke kotak sampel. Pada beberapa jenis kit RDT dapat juga
digunakan darah dengan antikoagulan/plasma.
-	 Teteskan larutan buffer pada tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan
petunjuk kit RDT. Buffer berisi komponen hemolisis dan antibodi spesifik yang
sudah dilabel dengan Gold koloid.
-	 Jika darah berisi Antigen Malaria, maka kompleks antigen antibodi akan
terbentuk dan terlihat sebagai garis sesuai dengan jenis antibodi yang ada pada
strip tsb. Sedangkan garis kontrol akan terlihat, walaupun darah tersebut tidak
mengandung antigen Malaria. Hal ini menunjukkan bahwa kit/strip tersebut
masih memenuhi syarat (berfungsi dengan baik)
-	 Waktu yang diperlukan untuk membaca hasil RDT berkisar antara 15-30 menit.
-	 Interpretasi hasil sesuai petunjuk pada kit.
SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS
	Sensitifitas 90 % dalam mendeteksi infeksi Plasmodium falciparum jika jumlah
parasit > 100/µℓ darah. Jika jumlah parasit < 100/µℓ darah, maka sensitivitasnya
menurun.
	Sensitivitas Rapid Test terhadap non falciparum (pLDH atau p-Aldolase)
dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan P.falciparum (HRP-2).
	RDT dapat mendeteksi antigen yang diproduksi oleh gametosit (sepert pLDH)
sehinggadapatmemberikanhasilpositifpadapenderitayanghanyamengandung
gametosit.
	Gametosit tidak bersifat patogen, dapat berada dalam darah walaupun penderita
telah mendapat pengobatan, hal ini dapat menyebabkan hasil positif palsu.
Kelebihan RDT dibanding Pemeriksaan Mikroskopik :
	Lebih sederhana dan mudah diinterpretasikan, tidak memerlukan listrik, tidak
memerlukan pelatihan khusus seperti pada pemeriksaan Mikroskopik.
	Variasi dari interpretasinya adalah kecil antara pembaca yang satu dengan yang
lainnya.
	Walaupun dapat disimpan pada temperatur kamar (suhu dibawah 300
C), RDT
dianjurkan disimpan dalam lemari es pada suhu 40
C (usahakan tidak terkena
cahaya matahari langsung).
	Rapid Test dapat mendeteksi P.falciparum pada waktu parasit bersekuestrasi
pada kapiler darah (hal ini tidak terdeteksi dengan pada pemeriksaan secara
mikroskopik biasa). Hal yang sama dapat ditemukan juga pada placenta ibu
hamil dengan infeksi P.falciparum.
Kekurangan RDT dibanding Pemeriksaan Mikroskopis
1.	 Rapid Test yang menggunakan HRP-2 hanya dapat digunakan untuk mendeteksi
P.falciparum.
2.	 Rapid Test dengan HRP-2 dapat memberikan hasil positif sampai 2 minggu
43
setelah pengobatan, walaupun secara mikroskopik tidak ditemukan parasit. Hal
ini dapat membuat rancu kita dalam menilai hasil pengobatan.
3.	 Harga RDT lebih mahal dari pada pemeriksaan mikroskopik.
4.	 Rapid Test bukan pemeriksaan yang bersifat kuantitatif sehingga tidak dapat
digunakan untuk menilai jumlah parasit.
5.	 Kit yang ada tidak dapat membedakan infeksi antara P.vivax, P.ovale, P.malariae.
selain itu tidak dapat membedakan antara Mixed P.falciparum dengan infeksi
tunggal P.falciparum saja.
Jenis RDT yang beredar pada umumnya ada 2 jenis :
•	 Single : hanya mendiagnosis infeksi P.falciparum (contoh : Paracheck Pf)
•	 Combo / Pan specific : dapat mendiagnosis infeksi P.falciparum dan non
P.falciparum (contoh : Parascreen combo)
Kebijakan penggunaan / aplikasi RDT di Indonesia
RDT digunakan khususnya untuk penderita dengan gejala klinis malaria :
	Pada puskesmas terpencil di daerah endemis, yang belum dilengkapi dengan
mikroskop atau sarana laboratorium.
	Di Rumah Sakit, dimana penderita datang di luar jam kerja rutin.
	Pada Puskesmas daerah endemis malaria yang mempunyai fasilitas rawat inap
dan digunakan di luar jam kerja rutin.
	Pada daerah dengan KLB malaria; untuk diagnosis cepat, guna menentukan
kebijakan selanjutnya.
	Pada daerah pengungsian karena bencana alam atau hal lainnya baik di daerah
endemis malaria, atau pengungsi yang berasal dari daerah endemis malaria.
	Perlu diingat bahwa RDT ini tidak dapat menggantikan pemeriksaan SD
secara mikroskopis.
Prosedur Tes RDT (jenis single atau combo) :
URAIAN/ PENJELASAN TES
KOTAK
KONTROL
C
KOTAK T
KOTAK UNTUK
SAMPEL DARAH)
A
KOTAK UNTUK
BUFFER
B
44
Contoh RDT (Paracheck P.f)
beserta Loop untuk mengambil darah
Silicagel
Loop yang telah dikalibrasi untuk mengambil
darah sejumlah 5 ul
PERIKSA SILICA GEL & TULIS IDENTITAS PASIEN
PERIKSA
WARNANYA BIRU
CATAT: KODE, TANGGAL &
WAKTU (JAM & MENIT)
45
a. 	Jari manis/tengah penderita dibersihkan dengan kapas alkohol 70% (atau
dengan disposible alcohol swab)
b.	 Kemudian jari diseka kembali dengan kasa steril untuk membersihkan
kemungkinan adanya sisa alkohol di jari.
BERSIHKAN JARI
DENGAN KAPAS
ALKOHOL
SEKA KEMBALI JARI DARI SISA ALKOHOL
DENGAN KASA KERING (STERIL)
46
c.	 Tusuk Jari manis/jari tengah dengan lanset steril.
					
d.	 Seka darah yang pertama keluar dengan kapas kering.
e.	 Ambil darah dengan loop/ micro capiler tube yang tersedia. Jumlah darah yang
diambil harus tepat. Pastikan loop terisi penuh oleh darah.
TUSUK JARI
DENGAN LANCET
STERIL.
47
f.	 Teteskandarahtersebutdikotaktempatsampeldarah.Dengancaramenyentuhkan
loop pada kotak untuk darah (posisi loop harus vertikal/tegak lurus)
SANGAT PENTING
JUMLAH DARAH HARUS TEPAT
PASTIKAN
BAHWA
LOOP
TERISI
PENUH
OLEH
DARAH
48
g.	 Kemudian teteskan cairan buffer pada kotak buffer. Jumlah tetesan tergantung
jenis RDT ( umumnya 4 – 6 tetes). Posisi botol buffer tegak lurus.
h.	 Diamkan dan biarkan darah tercampur dan meresap pada kotak T (tes)
DARAH AKAN MENGALIR DENGAN
SENDIRINYA
DIAMKAN DAN BIARKAN DARAH TERCAMPUR DAN
MERESAP PADA KOTAK T
49
i.	 Umumnya hasil dibaca setelah menit 15 (maksimal sampai 30 menit ) Baca hasil
tes ditempat yang terang
j.	 Tulis hasil tes dekat kotak T (Tes/ hasil) dan pada buku laporan tes.
k.	 Tes tanpa garis kontrol berarti tidak valid, tes harus diulang dengan menggunakan
RDT yang baru.
l.	 Bila telah melewati 30 menit, hasil tidak boleh dibaca lagi karena sudah tidak
valid
PERIKSA GARIS
KONTROL
SETELAH 15’
LATAR BELAKANG
PADA KOTAK
JENDELA AKAN
TERLIHAT BERSIH
DAN JELAS
CATAT HASIL
TULIS HASIL TES PADA
KOTAK (T) TES & PADA
BUKU LAPORAN TES
50
Cara membaca hasil tes RDT jenis single (contoh: Paracheck P.f):
•	 Bila terdapat 1 (satu) garis berwarna pada jendela Tes (T) dan 1 (satu) garis
pada jendela kontrol (C) menunjukkan positif P.falciparum
•	 Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela Control (C) menunjukkan
kesalahan pada RDT (tes harus diulangi).
•	 Bila terdapat garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan negatif P.falciparum.
Cara membaca hasil pemeriksaan RDT jenis Combo/Pan (contoh: Parascreen
combo):
	Bila terdapat 2 garis berwarna pada jendela test (T) dan 1 garis pada jendela
kontrol (C) menunjukkan infeksi P.falciparum atau infeksi campur. (HRP-2, pan
LDH, Aldolase)
	Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (HRP-2) dan 1 garis pada jendela
C, menunjukkan adanya infeksi falciparum.
	Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (pan-LDH/Aldolase) dan 1 garis
pada jendela C, menunjukkan adanya infeksi non falciparum.
	Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela C menunjukkan negatif.
	Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela C menunjukkan kesalahan pada
RDT (Test harus diulang/invalid).
Pemantapan Mutu RDT bisa dilihat pada buku Petunjuk Teknis Jejaring dan
Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
Contoh Hasil Tes (combo)
EXAMPLE RESULTS (SPECIFIC TEST FORMATS VARY)
Pure or mixed infection
with P. falciparum
Non-falciparumNegative
51
V. LAMPIRAN
1. Formulir Registrasi Laboratorium
2. Formulir Uji Silang
3. Formulir Rekap Uji Silang Kabupaten/Kota
4. Formulir Rekap Uji Silang Provinsi
52
53
1.FormulirRegisterLaboratorium1.FormulirRegistrasiLaboratorium
54
2. Formulir Uji Silang 2. Formulir Uji Silang
55
3.FormulirRekapUjiSilangKabupaten/Kota3.FormulirRekapUjiSilangKabupaten/Kota
56
4.FormulirRekapUjiSilangProvinsi4.FormulirRekapUjiSilangProvinsi
57
TIM PENYUSUN
Pengarah 	 : 	drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid (Direktur P2PTVZ)
Penanggung Jawab 	: 	dr. Elvieda Sariwati, M.Epid
Koordinator 	 : 	dr. Iriani Samad, MSc (Kasie Pengendalian)
Kontributor 	 : 	1. 	 Dewa Made Angga W
		 2. 	 Dra. Rawina Winita, MS
		 3.	 Prof. Inge Sutanto, M.Phil
		 4. 	 Elizabeth Farah Novita Coutrier, PhD
		 5. 	 Bukhari, S.ST
		 6.	 Budi Prasetyorini, SKM
		 7.	 Sri Murniyati, S.Si
		 8.	 Nurasni, SKM
		 9. 	 Dedy Supriyanto, S.Si
		 10. 	 Alis Sisca Nurmalela, Amd.Ak
		 11. 	 Andreas Bayu Fariska, Amd.Ak
		 12. 	 Dwi Ariyanti, Amd.Ak
58
DAFTAR SINGKATAN :
1.	 SD	 = sediaan darah
2.	 LPB	 = lapangan pandang besar
3. 	 pH	 = tingkat keasaman (asam-basa)
4. 	 PMN	 = polymorphonuclear
5. 	 µl	 = mikroliter
6. 	 RDT	 = Rapid Diagnotic Test
7. 	 PA	 = Pro Analysis
8.	 ACD	 = Active Case Detection
9.	 PCD	 = Passive Case Detection
10.	 KLB	 = Kejadian Luar Biasa
11.	 PCR	 = Polymerase Chain Reaction
DIREKTORAT JENDERAL P2P
DIREKTORAT P2PTVZ
SUBDIT MALARIA
2017
Produksi :

Contenu connexe

Tendances

Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Sofie Krisnadi
 
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
tristyanto
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengue
Joni Iswanto
 
Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologi
tristyanto
 

Tendances (20)

Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliEntamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
 
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
 
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode ImunokromatografiPemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
 
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
 
Ppt malaria
Ppt malariaPpt malaria
Ppt malaria
 
Leukosit
LeukositLeukosit
Leukosit
 
Penyakit Hepatitis dan Jenisnya
Penyakit Hepatitis dan JenisnyaPenyakit Hepatitis dan Jenisnya
Penyakit Hepatitis dan Jenisnya
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
 
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
 
Px gol.darah (4)
Px gol.darah (4)Px gol.darah (4)
Px gol.darah (4)
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
 
Cimex lectularius
Cimex lectulariusCimex lectularius
Cimex lectularius
 
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengue
 
Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologi
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 

Similaire à Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria

PENGUATAN KADER SBM.pptx
PENGUATAN KADER SBM.pptxPENGUATAN KADER SBM.pptx
PENGUATAN KADER SBM.pptx
nova202146
 
20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...
20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...
20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...
Mr-Ton Drg
 
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
Nur Harini Purba
 

Similaire à Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria (20)

Buku saku tatlksana malaria 2014
Buku saku tatlksana malaria 2014Buku saku tatlksana malaria 2014
Buku saku tatlksana malaria 2014
 
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
 
Buku juknis pmdt 2013
Buku juknis pmdt 2013Buku juknis pmdt 2013
Buku juknis pmdt 2013
 
PENGUATAN KADER SBM.pptx
PENGUATAN KADER SBM.pptxPENGUATAN KADER SBM.pptx
PENGUATAN KADER SBM.pptx
 
Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018
Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018
Buku saku tatalaksana kasus malaria 2018
 
20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...
20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...
20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...
 
Jabar_Kebijakan Labkesmas.pptx
Jabar_Kebijakan Labkesmas.pptxJabar_Kebijakan Labkesmas.pptx
Jabar_Kebijakan Labkesmas.pptx
 
Bahan Paparan JEE.pptx
Bahan Paparan JEE.pptxBahan Paparan JEE.pptx
Bahan Paparan JEE.pptx
 
Lintas Klaster Labkesmas.pdfLintas Klaster Labkesmas.
Lintas Klaster Labkesmas.pdfLintas Klaster Labkesmas.Lintas Klaster Labkesmas.pdfLintas Klaster Labkesmas.
Lintas Klaster Labkesmas.pdfLintas Klaster Labkesmas.
 
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
 
PEDOMAN_PE_KLB_FINAL.pdf
PEDOMAN_PE_KLB_FINAL.pdfPEDOMAN_PE_KLB_FINAL.pdf
PEDOMAN_PE_KLB_FINAL.pdf
 
Surveilans nusantara sehat 141019
Surveilans nusantara sehat  141019Surveilans nusantara sehat  141019
Surveilans nusantara sehat 141019
 
materi pd3i provinsi.pdf
materi pd3i provinsi.pdfmateri pd3i provinsi.pdf
materi pd3i provinsi.pdf
 
Pedoman_Campak_Rubella_2020.pdf
Pedoman_Campak_Rubella_2020.pdfPedoman_Campak_Rubella_2020.pdf
Pedoman_Campak_Rubella_2020.pdf
 
Pedoman Kesiapsiagaan Novel Corona Virus, Kementerian Kesehatan 2020
Pedoman Kesiapsiagaan Novel Corona Virus,  Kementerian Kesehatan 2020Pedoman Kesiapsiagaan Novel Corona Virus,  Kementerian Kesehatan 2020
Pedoman Kesiapsiagaan Novel Corona Virus, Kementerian Kesehatan 2020
 
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnos...
 
Perjalanan program AMR di rumah sakit .pptx
Perjalanan program AMR di rumah sakit .pptxPerjalanan program AMR di rumah sakit .pptx
Perjalanan program AMR di rumah sakit .pptx
 
Pedoman Kesiapsiagaan Novel Corona Virus, Kementerian Kesehatan 2020
Pedoman Kesiapsiagaan Novel Corona Virus,  Kementerian Kesehatan 2020Pedoman Kesiapsiagaan Novel Corona Virus,  Kementerian Kesehatan 2020
Pedoman Kesiapsiagaan Novel Corona Virus, Kementerian Kesehatan 2020
 
03.KAK Lab.docx
03.KAK Lab.docx03.KAK Lab.docx
03.KAK Lab.docx
 
BUKU Surveilans difteri 0701.pdf
BUKU Surveilans difteri  0701.pdfBUKU Surveilans difteri  0701.pdf
BUKU Surveilans difteri 0701.pdf
 

Plus de hersu12345

Plus de hersu12345 (11)

Permendagri no 21 tahun 2011
Permendagri no 21 tahun 2011Permendagri no 21 tahun 2011
Permendagri no 21 tahun 2011
 
Permendagri No 39 tahun 2012
Permendagri No 39 tahun 2012Permendagri No 39 tahun 2012
Permendagri No 39 tahun 2012
 
Perubahan permendagri 13 tahun 2006
Perubahan permendagri 13 tahun 2006 Perubahan permendagri 13 tahun 2006
Perubahan permendagri 13 tahun 2006
 
Lampiran a.iii .a_kode_rekening_pendapatan_provinsi
Lampiran a.iii .a_kode_rekening_pendapatan_provinsiLampiran a.iii .a_kode_rekening_pendapatan_provinsi
Lampiran a.iii .a_kode_rekening_pendapatan_provinsi
 
Lampiran a.viii .a.1_kode_rekening_belanja_daerah
Lampiran a.viii .a.1_kode_rekening_belanja_daerahLampiran a.viii .a.1_kode_rekening_belanja_daerah
Lampiran a.viii .a.1_kode_rekening_belanja_daerah
 
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017
 
Permendagri no 13 tahun 2006
Permendagri no 13 tahun 2006Permendagri no 13 tahun 2006
Permendagri no 13 tahun 2006
 
Lampiran permendagri no 13 tahun 2006
Lampiran permendagri no 13 tahun 2006Lampiran permendagri no 13 tahun 2006
Lampiran permendagri no 13 tahun 2006
 
Permendagri nomor 38 tahun 2018 tentang PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATA...
Permendagri nomor 38 tahun 2018 tentang PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATA...Permendagri nomor 38 tahun 2018 tentang PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATA...
Permendagri nomor 38 tahun 2018 tentang PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATA...
 
Kepmenkes no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malaria
Kepmenkes  no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi MalariaKepmenkes  no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malaria
Kepmenkes no 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malaria
 
Buku doen 2015
Buku doen 2015 Buku doen 2015
Buku doen 2015
 

Dernier

2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
iman333159
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
AmandaJesica
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
citraislamiah02
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
NezaPurna
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
Di Prihantony
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
MuhammadNorman9
 

Dernier (14)

2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 

Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria

  • 1. PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2017
  • 2.
  • 3.
  • 4. KATA PENGANTAR Di Indonesia, malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak umur dibawah lima tahun dan ibu melahirkan serta menurunkan produktifitas kerja. Angka kesakitan penyakit ini relatif masih cukup tinggi terutama dikawasan timur Indonesia. Malaria masih mengancam status kesehatan masyarakat terutama bagi masyarakat miskin yang hidup di daerah terpencil sehingga pemerintah menganggap penyakit malaria merupakan hal yang serius untuk ditangani. Upaya pengendalian penyakit malaria perlu kita tingkatkan terus antara lain dengan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan para pelaksananya/tenaga mikroskopis terutama di Kabupaten/Kota dan tenaga lapangan (Puskesmas/Rumah Sakit/Unit Pelayanan Kesehatan). Buku pedoman Petunjuk Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria ini disusun oleh Subdit Malaria dengan melibatkan para ahli dari berbagai instansi seperti Badan Litbangkes, Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan laboratorium terkait lainnya dengan maksud agar dapat dijadikan panduan untuk pemeriksaan parasit malaria di berbagai tingkat pelayanan kesehatan di Indonesia dalam upaya menuju eliminasi malaria. Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat pada pelayanan kesehatan masyarakat khususnya program pengendalian malaria di Indonesia. Saran-saran dan kritik terhadap buku ini sangat diharapkan guna lebih menyempurnakan edisi selanjutnya. Direktur Jenderal P2P dr. H.M. Subuh, MPPM NIP 196201191989021001
  • 5.
  • 6.
  • 7.
  • 8. DAFTAR ISI Kata Pengantar I. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1 A. Latar Belakang........................................................................................ 1 B. Pengertian.............................................................................................. 1 C. Tujuan umum, khusus............................................................................ 2 D. Sasaran.................................................................................................. 2 E. Kebijakan................................................................................................ 2 II. PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA......................................................... 3 A. Siklus hidup parasit malaria.................................................................... 3 B. Gejala klinis malaria................................................................................ 5 C. Diagnosa malaria.................................................................................... 5 D. Kegiatan :................................................................................................ 6 - Alat ....................................................................................................... 6 - Penggunaan Mikroskop untuk pemeriksaan parasit malaria................ 7 - Bahan ................................................................................................... 9 - Cara Kerja............................................................................................ 11 1. Pengambilan SD malaria.................................................................. 11 2. Pembuatan SD malaria..................................................................... 11 E. Pemeriksaan rutin untuk SD malaria...................................................... 34 F. Pelaporan hasil pemeriksaan SD malaria............................................... 35 III. ADMINISTRASI LABORATORIUM MALARIA............................................ 37 A. Tugas dan Fungsi Laboratorium malaria................................................ 37 B. Tingkatan-tingkatan Laboratorium malaria............................................. 37 C. Asal sediaan darah................................................................................. 39 D. Prioritas Pemeriksaan SD Malaria.......................................................... 39 E. Kualitas Laboratorium malaria................................................................ 39 F. Syarat-syarat Laboratorium malaria....................................................... 39 G. Administrasi/Manajemen Laboratorium malaria..................................... 40 IV. RAPID DIAGNOTIC TEST (RDT)................................................................ 41 - Deteksi antigen dari parasit malaria..................................................... 41 - Cara kerja............................................................................................. 41 - Sensitifitas dan spesifisitas................................................................... 42 - Kelebihan RDT dibanding pemeriksaan Mikroskopis........................... 42 - Kekurangan RDT dibanding pemeriksaan Mikroskopis........................ 42 - Kebijakan penggunaan RDT di Indonesia............................................ 43 V. LAMPIRAN................................................................................................... 51 Tim Penyusun ................................................................................................... 57 Daftar Singkatan.................................................................................................. 58
  • 9.
  • 10.
  • 11.
  • 12. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, balita, dan ibu hamil. Angka kesakitan penyakit ini relatif masih cukup tinggi terutama di kawasan Indonesia bagian timur. Oleh karena itu upaya pengendalian malaria perlu kita tingkatkan terus antara lain dengan meningkatkan kemampuan, keterampilan para pelaksananya disemua lini pelayanan kesehatan yang ada fasilitas laboratoriumnya. Peran tersebut terutama sangat ditentukan oleh tenaga laboratorium/mikroskopis, karena mikroskopis berada digaris depan pelayanan kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit). Hal-hal yang penting diperhatikan adalah SPO (Standar Prosedur Operasional), tahap-tahapnya dimulai dari persiapan, pembuatan, pewarnaan sampai dengan pemeriksaan sediaan darah (SD). Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka akan sangat mempengaruhi hasil akhir dari pemeriksaan SD. Dengan tujuan agar mampu menegakkan diagnosa malaria secara mikroskopis sebagai tolok ukur, dan dapat menentukan dengan pasti spesies Plasmodium nya sehingga pengobatan bisa diberikan dengan cepat dan tepat. Karena penderita dengan gejala klinis malaria tanpa pemeriksaan/konfirmasi laboratorium, hasilnya akan bias serta ketepatan diagnosisnya kurang akurat. Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan dapat membantu/menjadi panduan bagi mikroskopis dalam bekerja dibidangnya. Buku pedoman ini merupakan perbaikan dari edisi sebelumnya, berdasarkan masukan-masukan dan pengalaman dalam penggunaan selama ini. Walaupun demikian, saran-saran masih tetap sangat diharapkan guna lebih menyempurnakan edisi selanjutnya. Semoga buku pedoman ini berguna bagi petugas kesehatan, khususnya petugas laboratorium/mikroskopis disemua unit pelayanan kesehatan termasuk kegiatan di lapangan dan bermanfaat pula bagi upaya pengendalian malaria dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. B. Pengertian Pemeriksaan Parasit Malaria adalah : Pemeriksaan darah penderita yang diduga malaria, baik secara pemeriksaan mikroskopis maupun pemeriksaan cepat dengan Rapid Diagnostic Test (RDT). Penderita dinyatakan positif malaria apabila pada pemeriksaan secara mikroskopis ditemukan Plasmodium sp. dalam darahnya atau apabila pemeriksaan RDT positif.
  • 13. 2 C. Tujuan Tujuan Umum : Meningkatkan mutu diagnosis pemeriksaan darah malaria di semua fasilitas pelayanan kesehatan. Tujuan Khusus : - Membuat standar baku pemeriksaan darah malaria secara mikroskopis. - Membuat petunjuk teknis penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT). D. Sasaran - Petugas labarotorium/mikroskopis malaria. - Laboratorium di tempat pelayanan kesehatan. E. Kebijakan - Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada semua penderita diduga malaria (suspek malaria) disemua tingkat pelayanan kesehatan. - Meningkatkan kualitas petugas laboratorium dan fasilitas pemeriksaan laboratorium. - Penatalaksanaan kasus malaria berdasarkan diagnosa yang cepat dan pengobatan yang tepat.
  • 14.
  • 15.
  • 16. 3 BAB II PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA A. SIKLUS HIDUP PARASIT MALARIA 1. Pada Nyamuk Fase Seksual terjadi pada lambung nyamuk. Segera setelah nyamuk Anopheles betina menghisap darah penderita malaria, gametosit jantan akan mengeluarkan 4-8 flagel. Dengan flagel, gametosit jantan bergerak menuju ke gametosit betina dan membuahinya. Hasil fertilisasi bergerak menembus dinding lambung dan membentuk kista sepanjang dinding lambung nyamuk. Bila kista pecah akan keluar sporozoit yang akan masuk ke kelenjar liur nyamuk dan siap menginfeksi manusia. Rentang waktu antara masuknya gametosit sampai terbentuknya sporozoit adalah 1-2 minggu, tergantung spesies dan suhu sekitarnya. Siklus Sporogoni NYAMUK MANUSIA Nyamuk Anopheles betina dewasa menghisap darah manusia dan mengeluarkan sporozoit infektif Siklus di dalam sel hati Setelah periode skizogoni, parasit masuk ke dalam aliran darah Siklus Eritrositer TROPOZOIT MATANG TROPOZOIT LANJUT TROPOZOIT MUDA (BENTUK CINCIN) SKIZON MUDA SKIZON DEWASA PELEPASAN MEROZOIT GAMETOSIT
  • 17. 4 2. Pada Manusia a. Fase Hati Bila nyamuk Anopheles betina yang infektif menggigit manusia, maka parasit malaria akan ditularkan ke orang tersebut. Parasit mengikuti sirkulasi darah dan masuk ke dalam sel hati. Jarak waktu dari mulai masuknya sporozoit sampai ke sel hati adalah 30 menit. Dalam waktu 7-21 hari parasit akan tumbuh dan berkembang biak, sehingga memenuhi seluruh sel hati. Selanjutnya sel hati pecah dan parasit masuk ke aliran darah, menginfeksi sel darah merah. Hal ini berlaku untuk infeksi P. Falciparum dan P. Malariae. Pada infeksi P. Vivax dan P. Ovale, sejumlah parasit tetap berada dalam hati dan tidak berkembang biak (dorman). Parasit yang dorman ini dapat menyebabkan kekambuhan pada pasien dengan infeksi P. Vivax dan P. Ovale. b. Fase Sel Darah Merah Fase ini merupakan fase aseksual. Pada saat merozoit dalam sel hati pecah, maka akan membebaskan tropozoit yang selanjutnya menginfeksi sel darah merah. Tropozoit akan terus mengalami perkembangan menjadi skizon. Skizon akan berkembang menjadi merozoit dan pecah membebaskan tropozoit. Siklus ini akan berlanjut sampai 3 kali. Kemudian sebagian Merozoit akan berkembang menjadi bentuk gametosit dan bila terhisap oleh nyamuk Anopheles sp betina siap melakukan perkembangbiakan seksual di dalam tubuh nyamuk.
  • 18. 5 B. GEJALA KLINIS MALARIA Pada penderita malaria dapat ditemukan satu atau lebih gejala-gejala klinis sebagai berikut : a. Demam tinggi. b. Sakit kepala. c. Menggigil. d. Nyeri di seluruh tubuh. Pada beberapa kasus dapat disertai gejala lainnya berupa mual, muntah dan diare. Gejala tersebut diatas hampir menyerupai dengan gejala-gejala penyakit lainnya, sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan diagnosa yang pasti. Tidak mudah dalam menentukan diagnosa malaria pada orang yang pernah terkena serangan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena tubuh penderita sudah menyesuaikan dengan penyakit sehingga gejala klinisnya tidak selalu dapat terlihat. Kondisi demikian dapat juga terjadi pada penderita yang sebelumnya sudah mengobati dirinya sendiri. Keluhan yang dirasakan mungkin hanya berupa sedikit demam dan sakit kepala ringan. C. DIAGNOSA MALARIA Banyak orang tidak mengetahui bahwa penyebab malaria adalah adanya parasit malaria yang masuk ke dalam darah. Ukuran parasit tersebut sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan bantuan mikroskop. Untuk dapat melihat adanya parasit di dalam darah penderita, perlu dibuat sediaan darah malaria (SD). Selanjutnya diwarnai dengan pewarnaan giemsa. SD ditetesi minyak imersi dan diperiksa di bawah mikroskop menggunakan lensa objektif 100x. Jika ditemukan parasit pada pemeriksaan, penderita dinyatakan positif malaria. Bagaimanapun juga perlu diketahui bahwa untuk mendapatkan diagnosa pasti malaria adalah dengan melakukan pemeriksaan SD dengan menggunakan mikroskop. Diperlukan keterampilan yang baik dari petugas dalam memeriksa SD malaria. Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan dapat membantu memperoleh keterampilan tersebut.
  • 19. 6 D. KEGIATAN 1. Pemeriksaan Mikroskopik ALAT Mikroskop Binokuler Mikroskop terdiri dari : 1. Tabung okuler 2. Prisma 3. Pemutar lensa objektif 4. Lensa objektif 5. Meja sediaan 6. Kondensor dan diafragma 7. Cermin 8. Kaki mikroskop atau landasan 9. Lensa okuler 10. Pegangan mikroskop 11. Makrometer 12. Mikrometer Keterangan Gambar : 1 & 2 : Merupakan tempat prisma dan lensa okuler 3 : Berfungsi untuk mengatur pembesaran SD yang diinginkan
  • 20. 7 4 : Lensa objektif harus mempunyai pembesaran 10x, 40x dan 100 x. Lensa tidak boleh dibersihkan dengan alkohol atau aseton. Untuk pemeriksaan parasit malaria mula-mula digunakan lensa objektif 10x untuk mencari lapangan pandang. Kemudian untuk pemeriksaan parasitnya digunakan lensa objektif 100x. Pada pembesaran lensa 100x, digunakan minyak imersi (immersion oil). Setelah itu untuk memfokuskan lapangan pandang digunakan mikrometer. 5 : Berfungsi untuk menggeser SD ke kiri atau kanan, ke depan atau belakang pada waktu melakukan pemeriksaan. 6 : Kondensor dan diafragma berfungsi memaksimalkan cahaya yang jatuh ke lapangan pandang SD yang diperiksa. Bila menggunakan sumber cahaya listrik bukan dari mikroskop, dapat digunakan filter biru yang membuat lapangan pandang mikroskop lebih putih (bukan kuning). 7 : Cermin digunakan untuk memantulkan cahaya dari sumber cahaya listrik (lampu) atau cahaya matahari ke kondensor. Apabila sumber cahaya dari lampu, digunakan permukaan cermin yang datar. Sedangkan untuk sumber cahaya matahari, digunakan cermin cekung. 8 : Landasan mikroskop harus diletakkan di tempat yang permukaannya rata dan kuat, misalnya di atas meja. Landasan ini berfungsi untuk menahan agar mikroskop tidak mudah goyah pada waktu dilakukan pemeriksaan. 9 : Untuk pemeriksaan SD malaria lensa okuler dapat digunakan dengan pembesaran 10x. 10 : Digunakan untuk memegang mikroskop bila akan dipindahkan ke tempat lain (dengan tangan kanan) dan dianjurkan untuk mengangkat beserta landasannya (dengan tangan kiri). 11 : Makrometer digunakan untuk mencari secara cepat lapangan pandang besar (LPB) 12 : Mikrometer digunakan untuk mendapatkan gambaran secara lebih jelas (dengan lensa objektif yang lebih besar). PENGGUNAAN MIKROSKOP UNTUK PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA • Sumber cahaya Sumber cahaya yang baik merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal. Sumber cahaya dapat berasal dari cahaya matahari maupun listrik. Sumber cahaya lain dapat menggunakan baterai atau generator. Cahaya tidak boleh terlalu terang
  • 21. 8 atau terlalu gelap karena dapat mempengaruhi pemeriksaan SD. Jika memakai sumber cahaya lampu bohlam, maka perlu menggunakan filter. Sedangkan bila memakai sumber cahaya lampu neon maka tidak perlu menggunakan filter. • Pengaturan Cahaya a) Letakkan SD di meja sediaan mikroskop b) Atur cahaya dengan menaikkan kondensor dan membuka diafragma. c) Amati SD melalui okuler dengan menggunakan lensa objektif 10 x. Putar makrometer untuk memfokuskan lapangan pandang. Tidak dianjurkan untuk langsung menggunakan lensa objektif 100x untuk memfokuskan lapangan pandang. d) Bila lapangan pandang sudah ditemukan/fokus, teteskan minyak imersi pada lapangan pandang tersebut dan lensa objektif diputar pada ukuran 100x. e) Amati lapangan pandang tersebut, bila belum fokus, mikrometer diputar sehingga lapangan pandang menjadi jelas. Tidak dianjurkan menggunakan makrometer untuk memfokuskan lapangan pandang. • Penyimpanan mikroskop a) Perlindungan terhadap debu dan kotoran - Harus ditutup dengan kain bersih/cover mikroskop. - Jika tidak dipakai dalam waktu lama harus dimasukkan dalam kotak mikroskop dengan posisi lensa objektif 10x. - Setelah mikroskop digunakan, lensa objektif dan okuler masing- masing dibersihkan dengan kertas pembersih lensa yang berbeda. - Untuk membersihkan minyak imersi bisa menggunakan eter alkohol dengan perbandingan 7 : 3. b) Perlindungan terhadap jamur - Simpan ditempat yang kering. Penyimpanan dapat dilakukan pada ruangan AC yang dipasang 24 jam terus menerus (tidak termasuk AC yang hanya dinyalakan pada jam kerja). - Apabila tidak tersedia fasilitas diatas, maka mikroskop disimpan dalam kotaknya atau lemari. - Mikroskop disimpan dalam lemari yang dipasang bola lampu 25-50 watt disesuaikan dengan ukuran lemari penyimpanan dan dihidupkan terus menerus. Apabila disimpan dalam kotak mikroskop, cukup dengan lampu 5 watt. - Apabila tidak ada fasilitas listrik maka mikroskop disimpan dalam kotaknya yang diberi 400 gram silica gel. - Jika mikroskop tidak digunakan dalam waktu yang cukup lama, maka semua lensa obyektif dan okuler harus disimpan terpisah dalam desicator atau toples kaca yang diberi silica gel. Jika silica gel sudah berubah warna menjadi merah muda dibandingkan dengan warna semula (biru), maka dapat didaur ulang (dipanaskan) untuk digunakan lagi. - Jika lensa terkena jamur, lensa harus diservis langsung pada pabrik pembuatnya.
  • 22. 9 BAHAN • Slide/Kaca sediaan (Object Glass) 1. Slide yang sudah tergores tidak boleh dipakai. Yang terbaik adalah menggunakan object glass yang baru, dan tidak boleh menggunakan slide bekas pakai. Semua object glass direndam dalam air sabun selama 30 menit – 1 jam kemudian dibilas dengan air mengalir. 2. Membersihkan object glass: Dilap dengan kasa atau kain bersih. Setelah kaca sediaan dibersihkan, tidak boleh memegang pada bagian permukaan kaca sediaan, dan langsung dipakai atau disimpan pada slide box. 3. Menyimpan object glass: Slide box yang yang dianjurkan adalah terbuat dari bahan plastik/fiber yang tahan pecah. Slide box sebaiknya tidak terbuat dari bahan kayu karena dapat berpengaruh pada SD yang disimpan. Ketebalan object gelas 1,1 – 1,3 mm, ukurannya 25 x 75 x 1 – 1,5 mm. • Lancet steril, digunakan hanya untuk 1x pakai. • Kapas, jika tidak tersedia kapas, dapat digunakan bahan halus. • Alkohol 70 %, lebih baik lagi jika menggunakan swab alkohol siap pakai. • Minyak imersi (immersion oil) Uji Kualitas Minyak Imersi 1. Uji kekentalan : dapat dilakukan dengan memasukkan batang pengaduk kedalam wadah berisi minyak imersi. Angkat batang pengaduk, dan amati. Jika minyak imersi masih menempel pada batang pengaduk dan menetes lambat maka kualitas minyak imersi masih baik. 2. Uji kekeruhan : Amati ada tidaknya kekeruhan minyak imersi pada wadah transparan. Bila terlihat keruh maka kualitas minyak imersi sudah berkurang. 3. Perubahan warna : Amati ada tidaknya perubahan minyak imersi pada wadah transparan. Bila terjadi perubahan warna (kekuningan) maka kualitas minyak imersi sudah berkurang. • Larutan buffer (pH 7.2) Larutan buffer dapat dibuat dengan cara mencampurkan satu tablet buffer (pH 7,2) dalam 1 liter aquades atau air mineral (air kemasan dalam botol) yang jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Larutan ini dapat dipakai untuk mengencerkan larutan giemsa stock. Uji pH Larutan buffer 1. Dengan kertas lakmus 2. Dengan pH indikator 3. Dengan pH meter, larutan buffer yang digunakan memiliki pH 7,2 • Larutan Giemsa Beberapa hal yang harus diperhatikan : 1. Giemsa stok harus disimpan dalam botol kaca berwarna gelap dan hindari dari sinar matahari langsung.
  • 23. 10 2. Sebaiknya giemsa stok disimpan dalam botol berwarna gelap berukuran 100 ml. Hal ini untuk menghindari rusaknya giemsa stok karena oksidasi dan penguapan akibat seringnya membuka tutup botol. 3. Botol giemsa stok yang akan digunakan tidak boleh dikocok atau diaduk karena endapan/kristal giemsa akan naik ke permukaan larutan dan dapat menjadi artefak dalam SD yang diwarnai. 4. Pengambilan giemsa stok harus menggunakan pipet yang kering, agar giemsa stok di botol tidak tercemar dengan air. 5. Sisa larutan giemsa yang telah dicampur dengan larutan buffer bila tidak digunakan lagi harus dibuang dan dimasukkan kembali ke dalam botol giemsa stok. 6. Larutan giemsa dibuat segera sebelum digunakan dan tidak boleh disimpan/digunakan setelah 1 jam. 7. Adapun konsentrasi larutan giemsa yang akan digunakan dapat dilihat lebih lanjut pada halaman 15. Uji Kualitas Giemsa Ada dua cara menguji mutu giemsa untuk mengetahui apakah giemsa stok yang akan digunakan masih baik : 1) Melakukan pewarnaan pada 1-2 SD, kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Kalau hasilnya sesuai dengan kriteria standar pewarnaan yang baik, berarti giemsa pengencernya masih bagus dan dapat digunakan. Pengujian seperti ini perlu dilakukan setiap kali akan melakukan pewarnaan masal. 2) Melakukan test menggunakan kertas Whatman no.2 dan metanol (metil alkohol) : • Letakkan kertas saring diatas gelas atau petridisk/cawan petri supaya bagian tengah kertas tidak menyentuh sesuatu. • Teteskan 1-2 tetes giemsa stok pada kertas saring. Tunggu sampai meresap dan menyebar. • Kemudian teteskan 3-4 tetes metanol absolut di tengah bulatan giemsa perlahan dengan jarak waktu beberapa detik sampai garis tengah giemsa menjadi 5-7 cm, maka akan terbentuk : - Lingkaran biru (methilen blue) ditengah - Lingkaran cincin ungu (methilen azur) diluarnya, serta - Lingkaran tipis warna merah (eosin) pada bagian tepi. Giemsa sudah rusak dan tidak boleh dipakai lagi, bila warna ungu atau merah tidak terbentuk. • Metanol Digunakan untuk Fiksasi sediaan darah tipis. Uji Kualitas Methanol Salah satu cara uji kualitas adalah dengan mengukur berat jenis metanol dengan densitometer (BJ=0,792 – 0,793). Penyimpanan metanol dilakukan dalam wadah tertutup pada suhu dibawah titik didih (60o C).
  • 24. 11 CARA KERJA 1) PENGAMBILAN SEDIAAN DARAH MALARIA o Untuk bahan o Untuk bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah dari ujung jari. o Bila menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah darah yang belum tercampur dengan anti koagulan (darah yang masih ada dalam spuit). SD harus segera dibuat sebelum darah membeku. o Bila menggunakan darah dengan anti koagulan harus segera dibuat SD malaria, karena bila sudah lebih dari 1 jam, jumlah parasit berkurang dan morfologi dapat berubah. o Untuk darah yang dimasukkan ke dalam tabung yang berisi anti koagulan, tabung tersebut harus diisi sampai batas yang sudah ditentukan. 2) PEMBUATAN SEDIAAN DARAH MALARIA a. Jenis Sediaan Darah Untuk membuat SD malaria dibuat 2 jenis SD, yaitu sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis. Sediaan darah tebal Terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis. Parasit yang ada terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga akan lebih cepat terlihat di bawah mikroskop. Sediaan darah tipis Terdiri dari satu lapisan sel darah merah yang tersebar dan digunakan untuk membantu identifikasi parasit malaria setelah ditemukan dalam SD tebal. b. Pembuatan Sediaan Darah 1. Pegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas. 2. Pilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12 bulan darah diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi <6 bulan darah diambil dari tumit).
  • 25. 12 3. Bersihkan jari dengan kapas alkohol untuk menghilangkan kotoran dan minyak yang menempel pada jari tersebut. 4. Setelah kering, jari ditekan agar darah banyak terkumpul di ujung jari. 5. Tusuk bagian ujung jari (agak di pinggir, dekat kuku) secara cepat dengan menggunakan lancet. 6. Tetes darah pertama yang keluar dibersihkan dengan kapas kering, untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol. 7. Tekan kembali ujung jari sampai darah keluar, ambil object glass bersih (pegang object glass di bagian tepinya). Posisi object glass berada di bawah jari tersebut. 8. Teteskan 1 tetes kecil darah (+ 2μl) di bagian tengah object glass untuk SD tipis. Selanjutnya 2-3 tetes kecil darah (+ 6μl) di bagian ujung untuk SD tebal. 9. Bersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas. 10. Letakkan object glass yang berisi tetesan darah diatas meja atau permukaan yang rata. 11. Untuk membuat SD tipis, ambil object glass baru (object glass kedua) tetapi bukan cover glass. Tempelkan ujungnya pada tetes darah kecil sampai darah tersebut menyebar sepanjang object glass.
  • 26. 13 12. Dengan sudut 450 geser object glass tersebut dengan cepat ke arah yang berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga didapatkan sediaan hapus (seperti bentuk lidah). 13. Untuk SD tebal, ujung object glass kedua ditempelkan pada ke tiga tetes darah tebal. Darah dibuat homogen dengan cara memutar ujung object glass searah jarum jam, sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm. 14. Pemberian label/etiket pada bagian ujung object glass dekat sediaan darah tebal, bisa menggunakan kertas label atau object glass frosted. Pada label dituliskan KODE KABUPATEN/KOTA/KODE FASYANKES/ NOMER REGISTER/BULAN/TAHUN 15. Proses pengeringan SD harus dilakukan secara perlahan-lahan di tempat yang datar. Tidak dianjurkan menggunakan lampu (termasuk lampu mikroskop), hair dryer. Hal ini dapat menyebabkan SD menjadi retak-retak sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin dapat digunakan untuk mengeringkan SD. 16. Selama proses pengeringan, SD harus dihindarkan dari gangguan serangga (semut, lalat, kecoa dll), debu, panas, kelembaban yang tinggi dan getaran. 17. Setelah kering, darah tersebut harus segera diwarnai. Pada keadaan tidak memungkinkan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam SD harus sudah diwarnai.
  • 27. 14 Kesalahan pada pembuatan sediaan darah Kesalahan-kesalahan yang sering dijumpai pada pembuatan SD : 1. Jumlah darah yang digunakan terlalu banyak, sehingga warna SD tebal menjadi gelap/terlalu biru. Parasit malaria pada SD tebal sulit dilihat karena banyaknya sel darah putih. Demikian juga pada SD tipis, bertumpuknya sel darah merah menyebabkan parasit sulit dilihat. 2. Jumlah darah yang digunakan terlalu sedikit, tidak memenuhi syarat yang diperlukan untuk menyatakan bahwa SD tersebut negatif. 3. SD yang berlemak atau kotor dapat menyulitkan pemeriksaan. Selain itu pada proses pewarnaan, sebagian SD tebal dapat terlepas. 4. Ujung object glass kedua yang bergerigi atau terlalu tajam akan menyebabkan penyebaran SD tipis tidak rata dan ujungnya tidak berbentuk lidah. 5. SD tebal yang terletak di ujung object glass, dapat menyulitkan pemeriksaan karena posisi meja sediaan sudah maksimal (tidak dapat digeser).
  • 28. 15 c. Pewarnaan Sediaan Darah 1) SD tipis yang sudah kering difiksasi dengan methanol. Jangan sampai terkena SD tebal. 2) Letakkan pada rak pewarna dengan posisi darah berada di atas. 3) Siapkan 3% larutan Giemsa dengan mencampur 3 bagian giemsa stock dan 97 bagian larutan buffer. 4) TuanglarutanGiemsa3%daritepihinggamenutupiseluruhpermukaan object glass. Biarkan selama 45-60 menit. 5) Tuangkan air bersih secara perlahan-lahan dari tepi object glass sampai larutan Giemsa yang terbuang menjadi jernih. Angkat dan keringkan SD. Setelah kering, SD siap diperiksa. d. Pemeriksaan Sediaan Darah 1. Komponen Darah Normal Jika darah vena dalam tabung didiamkan dalam waktu 5-20 menit, maka darah tersebut akan terbagi menjadi 2 lapisan. Bagian serum berupa cairan berwarna kuning pucat, kemudian bekuan darah akan berwarna merah tua atau kehitaman yang mengandung sel darah merah, sel darah putih dan trombosit/platelets. Komponen-komponen ini akan terlihat jelas di bawah mikroskop bila sudah diwarnai. a) Sediaan Darah Tipis o Sel darah merah (eritrosit) Merupakan sel darah yang terbanyak dalam SD tipis, berbentuk bulat dan pada pewarnaan Giemsa yang baik, terlihat berwarna merah muda keabuan. Sel darah merah tidak mempunyai inti dan jumlahnya sekitar 5 juta/μl darah. o Sel darah putih (leukosit) Sel darah putih berjumlah 6.000-8.000/ μl darah. Sel darah putih terdiri dari inti, sitoplasma dan membran sel. Di dalam sitoplasma terdapat granule-granule (lihat gambar) Inti Sitoplasma (berisi granula) Membran sel Sel darah putih
  • 29. 16 Leukosit terbagi dalam dua kelompok besar yaitu: 1) leukosit multilobul (PMN = polymorphonuclear)  Netrofil Pada orang sehat jumlahnya mencapai 65% dari total leukosit. Inti berwarna ungu tua. Granule terlihat jelas dalam sitoplasma. Pada kasus-kasus malaria dapat dijumpai pigmen malaria yang merupakan sisa-sisa parasit yang difagositosis oleh netrofil.  Eosinofil Pada orang sehat jumlahnya mencapai 1-4% dari total leukosit. Granule pada sitoplasma berwarna merah dari zat warna eosin.  Basofil Merupakan leukosit yang paling jarang, jumlahnya <1% dari total leukosit. Granule pada sitoplasma kasar dan berwarna biru atau keunguan. 2) Leukosit non-multilobul  Monosit Pada orang sehat, jumlahnya mencapai 2-10 % dari total leukosit. Merupakan leukosit yang ukurannya paling besar. Diameternya 12-18 μm. Intinya besar, berbentuk seperti ginjal atau kacang. Dalam sitoplasma dapat ditemukan sedikit granule yang berwarna merah muda atau merah. Seperti halnya netrofil, monosit dapat memfagositosis parasit malaria.  Limfosit Ada dua tipe limfosit; besar dan kecil. Jumlahnya mencapai 20-45% dari total leukosit. Inti dari limfosit besar berbentuk bulat dan berwarna ungu tua pada pewarnaan SD yang baik. Sitoplasmanya lebar, berwarna biru jernih dan berisi beberapa granule yang berwarna keunguan. Limfosit kecil berukuran sedikit lebih besar dari sel darah merah (eritrosit) normal. Sitoplasmanya kecil dan intinya berwarna biru tua sampai kehitaman. o Trombosit/Platelets Ukurannya kecil, bentuk tidak beraturan, berwarna merah dan tidak berinti. Jumlahnya 150 – 400 ribu/μl darah. Jika pembuatan SD tidak baik, trombosit yang umumnya berkelompok 5-10 sel tampak menyatu dengan jumlah yang lebih besar. Pada orang yang belum berpengalaman seringkali dianggap sebagai parasit malaria.
  • 30. 17 b) Sediaan darah tebal Pada waktu memeriksa SD tebal dengan lensa objektif 100x dan okuler 10x akan terlihat : Sisa-sisa sel darah merah, sel darah putih, trombosit. Pada SD tebal gambaran sel darah putih dan trombosit menyerupai SD tipis, hanya ukurannya lebih kecil. SD terdiri dari sejumlah besar sel darah merah (eritrosit) yang lisis dan saling menumpuk. Bila SD tebal diwarnai Giemsa, air yang berasal dari zat warna Giemsa akan melarutkan isi sel darah merah tersebut. Hemoglobin merupakan komponen utama sel darah merah, sehingga proses ini disebut hemoglobinisasi. Hal ini dapat terlihat bila kita meletakkan SD tebal dalam bak pewarnaan berisi air. Dalam waktu 1-2 menit warna merah dari hemoglobin akan lepas dari SD tebal sehingga menjadi pucat dan jernih. Proses ini terjadi pada saat akhir pewarnaan, yang terlihat adalah sisa eritrosit, lekosit dan trombosit. N = Netrofil ; E = Eosinofil ; M = Monosit ; L = Limfosit ; T = Trombosit 2. Morfologi Parasit Malaria a) Pengenalan Parasit Malaria Parasit malaria terdiri dari : o Inti/kromatin; bentuknya bulat dan berwarna merah. o Sitoplasma; bentuknya seperti cincin sampai bentuk yang tidak beraturan, umumnya berwarna biru. b) Stadium Parasit Malaria Stadium parasit malaria yang dapat dilihat dalam SD sebagai berikut : o Stadium Trofozoit Merupakan stadium yang paling umum ditemukan, seringkali disebut sebagai stadium cincin. Meskipun tidak selalu terlihat berbentuk cincin yang sempurna. N T N N L T E M L E M LEKOSIT SD Tipis SD Tebal
  • 31. 18 Trofozoit merupakan stadium pertumbuhan, sehingga dapat ditemukan dalam berbagai ukuran dari kecil sampai besar. Pigmen merupakan hasil pertumbuhan/metabolisme parasit, warnanya bervariasi dari kuning pucat sampai coklat kehitaman atau hitam. o Stadium Skizon Pada stadium skizon terlihat inti membelah secara aseksual menjadi 2, 4, 8 dan seterusnya secara aseksual tanpa melibatkan sel kelamin jantan dan betina. Stadium skizon mempunyai beberapa fase mulai dari parasit dengan inti dua sampai parasit dengan banyak inti yang masing-masing intinya disertai dengan sitoplasma. o Stadium Gametosit Merupakan stadium seksual yang akan menjadi sel kelamin jantan dan betina, berkembang lebih lanjut di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina. Gametosit dapat berbentuk bulat atau seperti pisang tergantung spesies. Warna dari sitoplasma parasit dapat digunakan untuk membedakan sel kelamin jantan (mikrogametosit) dan sel kelamin betina (makrogametosit).
  • 32. 19 Kunci untuk Mengidentifikasi Stadium Parasit Malaria pada SD Tipis 1. Apakah dalam sel darah merah ditemukan satu atau lebih titik kromatin yang berwarna merah dan sitoplasma yang berwarna biru ? Ya : lanjut ke no. 2 Tidak : yang terlihat bukan parasit 2. Apakah ukuran dan bentuk sesuai dengan parasit malaria ? Ya : kemungkinan yang dilihat adalah parasit malaria, lanjut ke no. 3 Tidak : yang terlihat bukan parasit 3. Apakah ada pigmen malaria di dalam sel tersebut ? Ya : lanjut ke no. 7 Tidak : lanjut ke no. 4 4. Apakah parasit tersebut mempunyai satu inti dengan sitoplasma yang berbentuk cincin, dengan vakuola yang jelas terlihat ? Ya : ini adalah stadium trofozoit. Tidak : lanjut ke no. 5 5. Apakah parasit mempunyai satu kromatin yang menempel pada sito- plasma biru yang kompak (bisa disertai dengan vakuola yang kecil) ? Ya : ini adalah stadium trofozoit. Tidak : lanjut ke no. 6 6. Apakah parasit dengan satu kromatin berbentuk tidak beraturan dan terfragmentasi ? Ya : ini adalah stadium trofozoit. Tidak : lanjut ke no. 7
  • 33. 20 7. Apakah parasit yang berpigmen mempunyai inti satu ? Ya : lanjut ke no. 8 Tidak : lanjut ke no. 9 8. Apakah parasit mempunyai satu vakuola atau sitoplasmanya berfragmentasi ? Ya : Kemungkinan adalah stadium trofozoit lanjut. Tidak : lanjut ke no. 11 9. Apakah parasit yang mempunyai dua inti/kromatin yang menempel pada satu cincin yang bervakuol ? Ya : Ini adalah stadium trofozoit. Tidak : lanjut ke no. 10 10. Apakah parasit mempunyai inti yang berjumlah antara 2-32, disertai pigmen ? Ya : Ini adalah stadium skizon 11. Apakah parasit berbentuk bulat atau seperti pisang ? Bulat : lanjut ke no.12 Seperti pisang : lanjut ke no.14 12. Apakah parasit yang berbentuk bulat, mempunyai inti/kromatin yang terlihat jelas dan sitoplasma yang berwarna biru tua ? Ya : Ini adalah gametosit betina Tidak : Lanjut ke no.13
  • 34. 21 13. Apakah parasit yang berbentuk bulat, secara keseluruhan berwarna kemerahan sehingga kromatin tidak terlihat jelas? Ya : Ini adalah gametosit jantan Tidak : Lanjut ke no.14 14. Apakah parasit berbentuk pisang, mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dan kromatin yang berwarna merah ? Ya : Ini adalah gametosit betina Tidak : Lanjut ke no.15 15. Apakah parasit berbentuk pisang, secara keseluruhan berwarna kemerahan sehingga kromatin tidak jelas terlihat ? Ya : Ini adalah gametosit jantan c) Spesies Parasit Malaria Gambaran spesies parasit pada SD tipis. Petunjuk yang paling sederhana untuk membedakan keempat spesies malaria adalah perubahan yang terlihat pada sel darah merah yang terinfeksi. Ukuran sel darah merah yang terinfeksi dapat terlihat membesar atau normal. Pada sitoplasma eritrosit yang terinfeksi dapat ditemukan titik Schuffner atau Maurer. Disamping itu, petunjuk yang lainnya adalah keteraturan sitoplasma parasit. Sitoplasma yang teratur dapat berupa cincin, koma, tanda seru dan sayap burung terbang. Secara umum, pada infeksi Plasmodium falciparum dapat ditemukan satu stadium (trofozoit atau gametosit). Pada infeksi spesies lainnya dapat ditemukan berbagai stadium.
  • 35. 22
  • 36. 23 Sitoplasmatidak beraturan Trofozoit Sitoplasmasedikitterputus- putus terlihatlebihteraturatau kompak Sitoplasmajelasterputus- putus denganukuranyang bervariasi Gambaranuniform Sitoplasmateratur Stadiumlainyang seringditemukan: SkizondanGametosit Stadiumlainyangsering ditemukan: Gametositberbentuk pisang/bulatdenganbutir- butirpigmenberwarnagelap, kadang-kadangdisertai“balon merah”(skizonbiasanyatidak terlihatkecualipadainfeksi berat PlasmodiummalariaePlasmodiumfalciparumPlasmodiumvivaksPlasmodiumovale Stadiumlainyangsering ditemukan:Skizondan Gametosit Tampakbayanganmerah dgntitikJameslebih kasardibag.tepiSD Tampakbayanganmerah dgntitikSchuffnerlebih halusdibag.tepiSD Stadiumlainyangsering ditemukan:Skizondan Gametosit PerbedaanSpesiesParasitMalariaberdasarkanGambaranSitoplasmaTrofozoitpadaSDTebal (pigmendenganwarnakekuningan ditemukanpadastadiumyanglebihlanjut) GambaranKompak
  • 41. 28 Trofozoit muda Skizon Trofozoit lanjut dan matang Gametosit Plasmodium knowlesi Sumber : Sung Lee, Cox Singh, dan Singh, Morphological features and differential counts of Plasmodium knowlesi parasites in naturally acquired human infection, Malaria Journal, 2009
  • 42. 29 Gambaran spesies parasit pada SD tebal Pada SD tebal tidak terlihat sel darah merah (karena lisis). Walaupun demikian parasit malaria tetap terlihat, meskipun ukurannya lebih kecil dibandingkan pada SD tipis. Parasit malaria harus dicari dengan lebih teliti. Setiap berpindah lapang pandang, mikrometer digunakan untuk memfokuskan objek yang dilihat. Pada SD tebal, parasit dapat berada pada lapisan yang berbeda. Sitoplasma trofozoit yang berbentuk cincin halus, dapat terlihat terputus- putusatautidaksempurna.Denganlisisnyaseldarahmerah,titikSchuffner sulit dilihat demikian juga dengan titik Maurer. Walaupun demikian, masih terlihat sisa-sisa sel darah merah yang mengelilingi parasit (zona merah/ bayangan merah). Kunci untuk identifikasi spesies parasit pada SD tipis dan SD tebal dapat dilihat pada gambar sketsa parasit 1-4. Artefak pada sediaan darah Artefak merupakan sejumlah objek (benda-benda) yang gambarannya menyerupaiparasit.Halinidapatmenimbulkankesalahandalamdiagnosis parasit malaria. Gambaran yang dapat terlihat antara lain jamur. Untuk mencegah pertumbuhan jamur pada SD, warnai SD secepat mungkin (tidak lebih dari 24 jam). Kontaminan lain dapat berasal dari lingkungan, seperti debu yang berterbangan dan menempel pada SD pada waktu pengeringan (baik sebelum maupun sesudah pewarnaan). Artefak lain dapat berupa kotoran yang berasal dari jari penderita, atau object glass yang kurang bersih. Gambar ini memperlihatkan jenis-jenis artefak yang dapat ditemukan pada SD.
  • 43. 30 Gambaran Awan dan bintik kotoran kromatosit berasal dari eritrosit yang belum matang pada anemia berat Grup Granula Eosinofil yang terlepas ELEMEN DARAH BAKTERI SPORA SEL TUMBUHAN Partikel debu Hipha dan spora JAMUR Kristal Pewarna Giemsa Goresan pada slide Bentuk Kristal pada slide Perbandingan ukuran Trombosit dan Limfosit
  • 44. 31 IDENTIFIKASI SPESIES PARASIT MALARIA DALAM SD TEBAL Spesies Stadium Parasit Trofozoit Skizon Gametosit Plasmodiumfalciparum BiasanyaterlihatTrofozoitmuda,lanjut dan/atauGametositmatang Ukuran : Kecil sampai sedang. Jumlah : seringkali banyak. Bentuk yang sering ditemukan : cincin dan koma. Inti : kadang-kadang ditemukan berinti 2 Sitoplasma : teratur, halus sampai tebal. Stadium lanjut : kadang-kadang ditemukan pada malaria berat, sitoplasma kompak yang terlihat sebagai granula kasar. Biasanya ditemukan bersamaan dengan sejumlah besar stadium cincin muda. Ukuran : Kecil, kompak Jumlah : sedikit, biasanya pada malaria berat. Stadium lanjut : terdiri dari 12-30 merozoit berkelompok, pigmen menggumpal berwarna gelap. Stadium muda dengan ujung lancip jarang ditemukan. Stadium lanjut : berbentuk pisang atau bulat. Inti : tunggal, jelas. Pigmen tersebar, kasar. Kadang-kadang ditemukan balon merah. Plasmodiumvivax Terlihatsemuastadium,titikSchuffnerdalam bayanganmerah Ukuran : Kecil sampai besar Jumlah : sedikit sampai sedang Bentuk yang sering ditemukan : cincin dengan sitoplasma terputus-putus sampai sitoplasma yang bentuknya tidak teratur. Inti : tunggal, kadang- kadang dua. Sitoplasma : tidak teratur atau terputus- putus. Stadium lanjut : kompak, padat, pigmen halus tersebar. Ukuran : besar Jumlah : sedikit sampai sedang Stadium lanjut : terdiri dari 12-24 merozoit (biasanya 16), tersebar tidak merata, pigmen tidak menggumpal. Stadium muda sulit dibedakan dengan Trofozoit lanjut. Stadium lanjut : bulat dan besar. Inti : tunggal, jelas. Pigmen tersebar, halus.
  • 45. 32 Spesies Stadium Parasit Trofozoit Skizon Gametosit Plasmodiumovale Terlihatsemuastadium,titik Schuffnerlebihjelasdalambayanganmerah Ukuran : lebih kecil dari P.vivax. Jumlah : biasanya sedikit. Bentuk yang sering ditemukan : bentuk cincin sampai bentuk bulat atau kompak. Inti : tunggal, menonjol Sitoplasma : agak teratur, tebal. Pigmen kasar tersebar. Ukuran : lebih menyerupai P.malariae Jumlah : sedikit. Stadium lanjut : terdiri dari 4-12 merozoit (biasanya 8), yang tersebar tidak berkelompok, pigmen berkumpul. Stadium muda sulit dibedakan dengan Trofozoit lanjut. Stadium lanjut : bulat mungkin lebih kecil dari P.vivax. Inti : tunggal, jelas. Pigmen tersebar, kasar. Plasmodiummalariae Terlihatsemuastadium Ukuran : Kecil Jumlah : sedikit Bentuk yang sering ditemukan : bentuk cincin sampai bentuk bulat atau kompak sitoplasma teratur, tebal. Inti : tunggal dan besar Sitoplasma : teratur,padat, pigmen berjumlah banyak, tersebar berwarna kuning pada stadium lanjut. Ukuran : Kecil, kompak Jumlah : sedikit Stadium lanjut : terdiri dari 6-12 merozoit (biasanya 8), yang tersebar tidak berkelompok, pigmen berkumpul Stadium muda sulit dibedakan dengan Trofozoit lanjut. Stadium lanjut : bulat, kompak. Inti : tunggal, jelas. Pigmen tersebar, kasar.
  • 46. 33 Morfologi Plasmodium knowlesi Eritrosit yang terinfeksi Ukuran Tidak membesar Bentuk bulat, umumnya tidak ada perubahan Titik-titik pada trofozoit lanjut dan matang, skizon, dan gametosit terdapat titik-titik yang mirip dengan titik maurer, titik-titik kasar dan tidak beraturan Parasit Trofozoit muda (bentuk ring) Bentuk cincin yang kompak dengan sitoplasma yang padat, terdiri dari satu atau dua inti, dan jarang dengan tiga inti, bentuk accole, satu atau lebih parasit dalam satu eritrosit Trofozoit lanjut Sitoplasma tebal dan padat, sitoplasma sedikit amuboid dan tidak teratur, bentuk pita, terdapat pigmen yang bervariasi. Trofozoit matang Sitoplasma kompak dan padat bentuk bulat dengan pigmen coklat kehitaman, bentuk pita, tidak amuboid. Skizon Memenuhi seluruh eritrosit, jumlah merozoit sampai dengan 16, merozoit tidak teratur dan tersebar atau mengumpul, pigmen tersebar atau berkumpul. Gametosit Bulat, kompak, mengisi seluruh bagian eritrosit, pigmen tersebar atau mengelompok, bentuk gametosit muda mirip dengan trofozoit matang Sumber : Sung Lee, Cox Singh, dan Singh, Morphological features and differential counts of Plasmodium knowlesi parasites in naturally acquired human infection, Malaria Journal, 2009 Dalam menentukan diagnosa pasti Plasmodium knowlesi harus melalui pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction), sehingga apabila ditemukan parasit dengan morfologiPknowlesidisebutsebagaisuspekPknowlesi.Selanjutnyadiambilkembali darahnya dengan kertas saring whatman no.3 sebanyak 100 µl (±5 tetes besar) sebelum pasien diberi OAM (obat anti malaria) kemudian dikirim untuk dilakukan konfirmasi dengan metode PCR. Pada pengambilan darah menggunakan kertas saring, diberi label, jangan sampai tersentuh oleh tangan dan lainnya, langsung dimasukkan ke dalam kantong plastik berperekat.
  • 47. 34 E. PEMERIKSAAN RUTIN UNTUK SD MALARIA 1. Pemeriksaan SD Tipis a) SD diletakkan pada meja sediaan mikroskop. b) Lihat SD dengan lensa objektif pembesaran 10 kali dan fokuskan lapang pandang pada bagian yang bertanda ”x” (lihat gambar). c) Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda ”x”. d) Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali e) Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai eritrosit terlihat jelas. Periksa SD dengan menggerakkan meja sediaan dengan arah kekiri dan kekanan sesuai arah panah (lihat gambar). f) Pemeriksaan dilakukan sampai 100 lapangan pandang untuk menentukan negatif. Bila diperlukan dapat dilihat sampai 400 lapang pandang. 2. Pemeriksaan SD Tebal a. SD diletakkan pada meja sediaan mikroskop b. Lihat SD dengan lensa objektif 10 kali dan fokuskan lapang pandang pada bagian tepi SD tebal (tanda ”x” pada gambar) c. Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda ”x”. d. Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali e. Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai eritrosit terlihat jelas. Periksa SD dengan menggerakkan meja sediaan dengan arah kekiri dan kekanan sesuai arah panah (lihat gambar). f. Pemeriksaan rutin tebal dinyatakan negatif bila tidak ditemukan parasit pada 100 lapang pandang. Bila ditemukan parasit, pemeriksaan dilanjutkan dengan 100 lapangan pandang sebelum diagnosa ditegakkan. Hal ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya infeksi campur. 3. Menghitung Jumlah Parasit Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung parasit, yaitu a) Jumlah parasit/μl darah dihitung berdasarkan jumlah leukosit pada SD tebal (standar = 8.000 /μl). Untuk penghitungan parasit diperlukan 2 buah tally counter. Satu tally counter untuk menghitung parasit, dan yang lainnya untuk menghitung leukosit. x x
  • 48. 35 1) Bila pada 200 leukosit ditemukan 100 parasit atau lebih, catat hasilnya per 200 leukosit 2) Bila pada 200 leukosit hanya ditemukan 99 parasit atau kurang, lanjutkan pemeriksaan sampai menjadi 500 leukosit, catat hasilnya per 500 leukosit. 3) Jadi jumlah parasit dalam 1 μl darah : jumlah parasit x 8.000 jumlah leukosit 4) Apabila penghitungan parasit dilakukan terhadap 200 leukosit maka jumlah parasit dikalikan 40. Bila penghitungan parasit dilakukan terhadap 500 leukosit, jumlah parasit dikalikan 16. 5) Secara umum jumlah gametosit dan stadium aseksual dihitung secara terpisah. b) Secara semi kuantitatif atau sistem plus. Merupakan metode yang lebih sederhana untuk menghitung parasit dalam SD tebal. Namun cara ini kurang memuaskan, hanya dilakukan apabila penghitungan dengan metode a) tidak memungkinkan. Sistem ini menggunakan kode 1+ sampai 4+ seperti dibawah ini : 1) + = 1 sampai 10 parasit dalam 100 lapang pandang SD tebal. 2) + + = 11 sampai 100 parasit dalam 100 lapang pandang SD tebal. 3) + + + = 1 sampai 10 parasit dalam 1 lapang pandang SD tebal. 4) + + + + = >10 parasit dalam 1 lapang pandang SD tebal. F. PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN SD Informasi yang harus dicatat dari pasien yang diperiksa darahnya adalah : 1. Wilayah, Provinsi atau kecamatan dimana pemeriksaan dilakukan 2. Alamat lengkap pasien (jalan, RT/RW, dsb) 3. Nama, umur dan jenis kelamin pasien 4. Kode SD 5. Hasil pemeriksaan ; a) Tidak ditemukan parasit malaria b) Ditemukan parasit malaria; o Spesies parasit malaria o Stadium parasit malaria o Jumlah parasit malaria
  • 49. 36
  • 50.
  • 51.
  • 52. 37 BAB III ADMINISTRASI LABORATORIUM MALARIA A. Tugas Dan Fungsi Laboratorium Malaria Secara garis besar laboratorium malaria, di lapangan (Puskesmas), Kabupaten, Provinsi atau di Pusat mempunyai tugas-tugas sebagai berikut : 1) Memeriksa/mendiagnosa sediaan darah dalam jangka waktu yang pendek agar penderita segera dapat diobati dan sumber penularan dapat dicegah. 2) Memeriksa ulang (cross-check) sediaan darah (SD) yang sudah diperiksa oleh unit laboratorium di bawahnya secara berjenjang. 3) Menilai dampak pengobatan. 4) Menyiapkan data parasitologis untuk dianalisa. 5) Memberitahukan secepatnya hasil pemeriksaan pertama/periksa ulang kepada pelaksana di lapangan untuk dilakukan tindakan follow-up nya. B. Tingkatan-Tingkatan Laboratorium Malaria Dalam pelaksanaan program pengendalian penyakit malaria, terdapat 4 kategori/ kelas laboratorium : 1. Laboratorium Pelayanan Laboratorium Pelayanan melakukan penegakan diagnosis melalui pemeriksaan mikroskopik dan RDT malaria, dan merujuk spesimen untuk pemeriksaan PCR, apabila dengan pemeriksaan mikroskopik sulit ditentukan spesiesnya karena morfologi yang tidak sesuai dengan spesies yang sudah dikenali di Indonesia. Jenis-jenis laboratorium pelayanan : a. Laboratorium klinik b. Laboratorium di puskesmas c. Laboratorium di klinik d. Laboratorium di rumah sakit e. Laboratorium di Kantor Kesehatan Pelabuhan f. Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) g. Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (B/ BTKLPP) h. Laboratorium di Unit Transfusi Darah (UTD) i. Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota j. Balai Laboratorium Kesehatan (BLK)/Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi k. Malaria center
  • 53. 38 2. Laboratorium Rujukan Tingkat Kabupaten/Kota Laboratorium Rujukan Kabupaten/Kota melakukan uji silang pemeriksaan mikroskopik malaria dan pembinaan teknis terhadap laboratorium pemeriksaan mikroskopik malaria di wilayah kerjanya. Ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Apabila laboratorium kesehatan kabupaten/kota melakukan pemantapan mutu eksternal untuk beberapa kabupaten/kota maka ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan provinsi. Yang dapat ditetapkan sebagai laboratorium rujukan tingkat kabupaten/kota adalah : a. Laboratorium di puskesmas b. Laboratorium di rumah sakit c. Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) d. Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (B/ BTKLPP) e. Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota f. Balai Laboratorium Kesehatan (BLK)/Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi g. Malaria center 3. Laboratorium Rujukan Tingkat Provinsi Laboratorium Rujukan Provinsi melakukan pemeriksaan uji silang bila terdapat ketidaksesuaian hasil pembacaan (discordance) serta melakukan pembinaan bimbingan teknis dan pelatihan teknis di wilayah kerjanya. Menyelenggarakan tes panel untuk kabupaten/kota yang sudah masuk dalam tahapan eliminasi dan pemeliharaan malaria. Laboratorium rujukan tingkat provinsi ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan provinsi. Yang dapat ditetapkan sebagai laboratorium rujukan tingkat provinsi adalah : a. Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) b. Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (B/ BTKLPP) c. Balai Laboratorium Kesehatan (BLK)/Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi d. Malaria center 4. Laboratorium Rujukan Tingkat Nasional Laboratorium Rujukan Nasional Malaria melakukan pemeriksaan PCR untuk daerah yang sudah masuk dalam tahapan eliminasi dan pemeliharaan malaria serta melakukan pembinaan antara lain supervisi dan tes panel. Laboratorium rujukan nasional ditetapkan oleh menteri, dan yang dapat dijadikan leboratorium rujukan nasional malaria adalah : a. Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) b. Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (B/BTKL) Pengendalian Penyakit (B/BTKLPP) c. Balai Laboratorium Kesehatan (BLK)/Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi d. Malaria center e. Laboratorium lembaga penelitian.
  • 54. 39 C. Asal Sediaan Darah SD yang dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan berasal dari berbagai kegiatan penemuan penderita malaria sebagai berikut : • SD yang berasal dari kegiatan ACD (Active Case Detection). • SD yang berasal dari kegiatan PCD (Passive Case Detection). • SD yang berasal dari kegiatan Contact Survey & Follow-up. • SD yang berasal dari survei malaria, misalnya : malariometric survey, fever survey, mass-blood survey, resistensi dan lain-lain. D. Prioritas Pemeriksaan Dalam program pengendalian malaria, semua SD yang dikumpulkan dari berbagai kegiatan harus diperiksa dan selesai dalam waktu yang telah ditentukan agar penderita yang terinfeksi dapat diobati secepatnya dan sumber penularan dapat dicegah. Mengingat terbatasnya jumlah laboratorium serta mikroskopis yang ada, maka bila terjadi pengumpulan SD yang berlebihan dibuat urutan prioritas pemeriksaan sediaan darah sebagai berikut : a. SD yang berasal dari hasil penyelidikan hasil survei di suatu daerah tertentu misalnya daerah KLB. b. SD hasil tes resistensi atau uji efikasi obat. c. SD dari penderita malaria klinis (yaitu menggigil yang berkala dan sakit kepala) : 1). Berasal dari PCD. 2). Berasal dari ACD. d. SD yang dikumpulkan dalam rangka evaluasi program. E. Kualitas Laboratorium Kualitas laboratorium dapat dijamin bila kegiatan rutin yang minimal dijalankan dengan teratur. Kegiatan rutin tersebut adalah : • Perawatan fasilitas tempat kerja dan peralatannya. • Pelaporan data yang menggunakan sistem pencatatan yang standar. • Pelatihan dan penyegaran para mikroskopis untuk menjamin kualitas standar pengumpulan, pemrosesan dan pemeriksaan SD. • Supervisi langsung maupun tidak langsung. F. Syarat-Syarat Laboratorium Malaria Laboratorium malaria merupakan komponen yang penting untuk menghasilkan data pemeriksaan sediaan darah (SD). Laporan ini sangat berguna untuk mengevaluasi program pengendalian malaria secara menyeluruh. Persyaratan suatu laboratorium malaria yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
  • 55. 40 1. Ketersediaan ruang tempat pemeriksaan. 2. Mikroskop. Sebaiknya menggunakan mikroskop binokuler. Bagian mikroskop harus berfungsi dengan baik untuk memperoleh hasil pembacaan yang optimal. Bila digunakan mikroskop cahaya dianjurkan menggunakan lampu neon 40 watt sebagai sumber cahaya. 3. Kualitas SD. PengadaanbahandanalatyangberkualitasuntukSDmalaria.BilakualitasSD tidak baik, maka akan sukar menetapkan diagnosa, sehingga kecenderungan untuk salah menetapkan diagnosa lebih besar. Sebab itu pengadaan alat dan bahan untuk pembuatan dan pewarnaan SD perlu mendapat perhatian. 4. Pemeriksa. Pemeriksa harus terampil, tekun bekerja, percaya diri, sabar, penyantun, tidak mudah emosi, sehingga dapat berkonsentrasi pada waktu melakukan pemeriksaan SD. G. Administrasi / Manajemen Laboratorium Malaria • Pemeriksaan SD dapat dimonitor setiap saat dengan melakukan sistem pencatatan dan pelaporan secara tertib. • Format yang diperlukan pada pencatatan dan pelaporan di laboratorium : 1. Formulir Registrasi Laboratorium 2. Formulir Uji Silang 3. Formulir Rekap Uji Silang Kabupaten/Kota 4. Formulir Rekap Uji Silang Provinsi
  • 56.
  • 57.
  • 58. 41 BAB IV RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT) Test ini berdasarkan deteksi antigen dari parasit malaria yang lisis dalam darah denganmetodaimunokromatografi.Prinsipujiimunokromatografiadalahcairanakan bermigrasi pada permukaan membran nitroselulosa. Uji ini berdasarkan pengikatan antigen di darah perifer oleh antibodi monoklonal yang dikonjugasikan dengan zat pewarna atau gold particles pada fase mobile. Antibodi monoklonal kedua/ketiga diaplikasikan pada strip nitroselulosa sebagai fase immobile. Bila darah penderita mengandung antigen tertentu, maka kompleks antigen antibodi akan bermigrasi pada fase mobile sepanjang strip nitroselulosa dan akan diikat dengan antibodi monoklonal pada fase “immobile” sehingga terlihat sebagai garis yang berwarna. Jenis RDT dapat berupa dipstik ataupun strip. Test ini biasanya memerlukan waktu sekitar 15 menit (untuk jenis tertentu sampai 30 menit). Ada 3 jenis antigen yang dipakai sebagai target, yaitu : • HRP-2 (Histidine Rich Protein-2), adalah antigen yang disekresi ke sirkulasi darah penderita oleh stadium trofozoit dan gametosit muda P.falciparum. • pLDH (pan Lactate Dehydrogenase) Stadium seksual dan aseksual parasit malaria dari keempat spesies plasmodium yang menginfeksi manusia menghasilkan enzim pLDH. Isomer enzim ini dapat membedakan spesies P.falciparum dan P.vivax. • Pan Aldolase Adalah enzim yang dihasilkan ke empat spesies Plasmodium yang menginfeksi manusia. CARA KERJA - Cara kerja dilakukan sesuai dengan petunjuk kit RDT. - Ambil 2-5 µl darah ujung jari dengan tabung mikro kapiler dan teteskan pada kotak sampel yang terdapat pada dipstik. Tidak dianjurkan meneteskan darah
  • 59. 42 secara langsung ke kotak sampel. Pada beberapa jenis kit RDT dapat juga digunakan darah dengan antikoagulan/plasma. - Teteskan larutan buffer pada tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan petunjuk kit RDT. Buffer berisi komponen hemolisis dan antibodi spesifik yang sudah dilabel dengan Gold koloid. - Jika darah berisi Antigen Malaria, maka kompleks antigen antibodi akan terbentuk dan terlihat sebagai garis sesuai dengan jenis antibodi yang ada pada strip tsb. Sedangkan garis kontrol akan terlihat, walaupun darah tersebut tidak mengandung antigen Malaria. Hal ini menunjukkan bahwa kit/strip tersebut masih memenuhi syarat (berfungsi dengan baik) - Waktu yang diperlukan untuk membaca hasil RDT berkisar antara 15-30 menit. - Interpretasi hasil sesuai petunjuk pada kit. SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS  Sensitifitas 90 % dalam mendeteksi infeksi Plasmodium falciparum jika jumlah parasit > 100/µℓ darah. Jika jumlah parasit < 100/µℓ darah, maka sensitivitasnya menurun.  Sensitivitas Rapid Test terhadap non falciparum (pLDH atau p-Aldolase) dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan P.falciparum (HRP-2).  RDT dapat mendeteksi antigen yang diproduksi oleh gametosit (sepert pLDH) sehinggadapatmemberikanhasilpositifpadapenderitayanghanyamengandung gametosit.  Gametosit tidak bersifat patogen, dapat berada dalam darah walaupun penderita telah mendapat pengobatan, hal ini dapat menyebabkan hasil positif palsu. Kelebihan RDT dibanding Pemeriksaan Mikroskopik :  Lebih sederhana dan mudah diinterpretasikan, tidak memerlukan listrik, tidak memerlukan pelatihan khusus seperti pada pemeriksaan Mikroskopik.  Variasi dari interpretasinya adalah kecil antara pembaca yang satu dengan yang lainnya.  Walaupun dapat disimpan pada temperatur kamar (suhu dibawah 300 C), RDT dianjurkan disimpan dalam lemari es pada suhu 40 C (usahakan tidak terkena cahaya matahari langsung).  Rapid Test dapat mendeteksi P.falciparum pada waktu parasit bersekuestrasi pada kapiler darah (hal ini tidak terdeteksi dengan pada pemeriksaan secara mikroskopik biasa). Hal yang sama dapat ditemukan juga pada placenta ibu hamil dengan infeksi P.falciparum. Kekurangan RDT dibanding Pemeriksaan Mikroskopis 1. Rapid Test yang menggunakan HRP-2 hanya dapat digunakan untuk mendeteksi P.falciparum. 2. Rapid Test dengan HRP-2 dapat memberikan hasil positif sampai 2 minggu
  • 60. 43 setelah pengobatan, walaupun secara mikroskopik tidak ditemukan parasit. Hal ini dapat membuat rancu kita dalam menilai hasil pengobatan. 3. Harga RDT lebih mahal dari pada pemeriksaan mikroskopik. 4. Rapid Test bukan pemeriksaan yang bersifat kuantitatif sehingga tidak dapat digunakan untuk menilai jumlah parasit. 5. Kit yang ada tidak dapat membedakan infeksi antara P.vivax, P.ovale, P.malariae. selain itu tidak dapat membedakan antara Mixed P.falciparum dengan infeksi tunggal P.falciparum saja. Jenis RDT yang beredar pada umumnya ada 2 jenis : • Single : hanya mendiagnosis infeksi P.falciparum (contoh : Paracheck Pf) • Combo / Pan specific : dapat mendiagnosis infeksi P.falciparum dan non P.falciparum (contoh : Parascreen combo) Kebijakan penggunaan / aplikasi RDT di Indonesia RDT digunakan khususnya untuk penderita dengan gejala klinis malaria :  Pada puskesmas terpencil di daerah endemis, yang belum dilengkapi dengan mikroskop atau sarana laboratorium.  Di Rumah Sakit, dimana penderita datang di luar jam kerja rutin.  Pada Puskesmas daerah endemis malaria yang mempunyai fasilitas rawat inap dan digunakan di luar jam kerja rutin.  Pada daerah dengan KLB malaria; untuk diagnosis cepat, guna menentukan kebijakan selanjutnya.  Pada daerah pengungsian karena bencana alam atau hal lainnya baik di daerah endemis malaria, atau pengungsi yang berasal dari daerah endemis malaria.  Perlu diingat bahwa RDT ini tidak dapat menggantikan pemeriksaan SD secara mikroskopis. Prosedur Tes RDT (jenis single atau combo) : URAIAN/ PENJELASAN TES KOTAK KONTROL C KOTAK T KOTAK UNTUK SAMPEL DARAH) A KOTAK UNTUK BUFFER B
  • 61. 44 Contoh RDT (Paracheck P.f) beserta Loop untuk mengambil darah Silicagel Loop yang telah dikalibrasi untuk mengambil darah sejumlah 5 ul PERIKSA SILICA GEL & TULIS IDENTITAS PASIEN PERIKSA WARNANYA BIRU CATAT: KODE, TANGGAL & WAKTU (JAM & MENIT)
  • 62. 45 a. Jari manis/tengah penderita dibersihkan dengan kapas alkohol 70% (atau dengan disposible alcohol swab) b. Kemudian jari diseka kembali dengan kasa steril untuk membersihkan kemungkinan adanya sisa alkohol di jari. BERSIHKAN JARI DENGAN KAPAS ALKOHOL SEKA KEMBALI JARI DARI SISA ALKOHOL DENGAN KASA KERING (STERIL)
  • 63. 46 c. Tusuk Jari manis/jari tengah dengan lanset steril. d. Seka darah yang pertama keluar dengan kapas kering. e. Ambil darah dengan loop/ micro capiler tube yang tersedia. Jumlah darah yang diambil harus tepat. Pastikan loop terisi penuh oleh darah. TUSUK JARI DENGAN LANCET STERIL.
  • 64. 47 f. Teteskandarahtersebutdikotaktempatsampeldarah.Dengancaramenyentuhkan loop pada kotak untuk darah (posisi loop harus vertikal/tegak lurus) SANGAT PENTING JUMLAH DARAH HARUS TEPAT PASTIKAN BAHWA LOOP TERISI PENUH OLEH DARAH
  • 65. 48 g. Kemudian teteskan cairan buffer pada kotak buffer. Jumlah tetesan tergantung jenis RDT ( umumnya 4 – 6 tetes). Posisi botol buffer tegak lurus. h. Diamkan dan biarkan darah tercampur dan meresap pada kotak T (tes) DARAH AKAN MENGALIR DENGAN SENDIRINYA DIAMKAN DAN BIARKAN DARAH TERCAMPUR DAN MERESAP PADA KOTAK T
  • 66. 49 i. Umumnya hasil dibaca setelah menit 15 (maksimal sampai 30 menit ) Baca hasil tes ditempat yang terang j. Tulis hasil tes dekat kotak T (Tes/ hasil) dan pada buku laporan tes. k. Tes tanpa garis kontrol berarti tidak valid, tes harus diulang dengan menggunakan RDT yang baru. l. Bila telah melewati 30 menit, hasil tidak boleh dibaca lagi karena sudah tidak valid PERIKSA GARIS KONTROL SETELAH 15’ LATAR BELAKANG PADA KOTAK JENDELA AKAN TERLIHAT BERSIH DAN JELAS CATAT HASIL TULIS HASIL TES PADA KOTAK (T) TES & PADA BUKU LAPORAN TES
  • 67. 50 Cara membaca hasil tes RDT jenis single (contoh: Paracheck P.f): • Bila terdapat 1 (satu) garis berwarna pada jendela Tes (T) dan 1 (satu) garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan positif P.falciparum • Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela Control (C) menunjukkan kesalahan pada RDT (tes harus diulangi). • Bila terdapat garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan negatif P.falciparum. Cara membaca hasil pemeriksaan RDT jenis Combo/Pan (contoh: Parascreen combo):  Bila terdapat 2 garis berwarna pada jendela test (T) dan 1 garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan infeksi P.falciparum atau infeksi campur. (HRP-2, pan LDH, Aldolase)  Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (HRP-2) dan 1 garis pada jendela C, menunjukkan adanya infeksi falciparum.  Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (pan-LDH/Aldolase) dan 1 garis pada jendela C, menunjukkan adanya infeksi non falciparum.  Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela C menunjukkan negatif.  Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela C menunjukkan kesalahan pada RDT (Test harus diulang/invalid). Pemantapan Mutu RDT bisa dilihat pada buku Petunjuk Teknis Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria Contoh Hasil Tes (combo) EXAMPLE RESULTS (SPECIFIC TEST FORMATS VARY) Pure or mixed infection with P. falciparum Non-falciparumNegative
  • 68.
  • 69.
  • 70. 51 V. LAMPIRAN 1. Formulir Registrasi Laboratorium 2. Formulir Uji Silang 3. Formulir Rekap Uji Silang Kabupaten/Kota 4. Formulir Rekap Uji Silang Provinsi
  • 71. 52
  • 73. 54 2. Formulir Uji Silang 2. Formulir Uji Silang
  • 76. 57 TIM PENYUSUN Pengarah : drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid (Direktur P2PTVZ) Penanggung Jawab : dr. Elvieda Sariwati, M.Epid Koordinator : dr. Iriani Samad, MSc (Kasie Pengendalian) Kontributor : 1. Dewa Made Angga W 2. Dra. Rawina Winita, MS 3. Prof. Inge Sutanto, M.Phil 4. Elizabeth Farah Novita Coutrier, PhD 5. Bukhari, S.ST 6. Budi Prasetyorini, SKM 7. Sri Murniyati, S.Si 8. Nurasni, SKM 9. Dedy Supriyanto, S.Si 10. Alis Sisca Nurmalela, Amd.Ak 11. Andreas Bayu Fariska, Amd.Ak 12. Dwi Ariyanti, Amd.Ak
  • 77. 58 DAFTAR SINGKATAN : 1. SD = sediaan darah 2. LPB = lapangan pandang besar 3. pH = tingkat keasaman (asam-basa) 4. PMN = polymorphonuclear 5. µl = mikroliter 6. RDT = Rapid Diagnotic Test 7. PA = Pro Analysis 8. ACD = Active Case Detection 9. PCD = Passive Case Detection 10. KLB = Kejadian Luar Biasa 11. PCR = Polymerase Chain Reaction
  • 78. DIREKTORAT JENDERAL P2P DIREKTORAT P2PTVZ SUBDIT MALARIA 2017 Produksi :