SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  3
Télécharger pour lire hors ligne
Animasi Open Source by HizaRo.com
Dunia animasi 3D dunia berkembang pesat sejak 1995, ketika film 3D pertama PIXAR (Toy Story)
dirilis di Amerika. Walaupun sebelumnya banyak terdapat riset dan film pendek 3D di beberapa
negara, namun kepiawaian PIXAR dan kerja kerasnya selama 20 tahun sanggup menjadi
inspirator banyak studio animasi di dunia. Hingga saat ini PIXAR masih mendominasi bisnis
animasi 3D dunia selain Dreamwork dan studio lainnya. Namun tahukan Anda jika keberhasilan
dari studio tersebut tidak terlepas dari riset dan development selama puluhan tahun. Nah, dibalik
semuanya itu linux dan open source berperan cukup besar.
Dunia animasi 3D dikejutkan dengan munculnya Open Movie pertama didunia, Elephants Dreams
(http://www.elephantsdream.org/, 2005). Film berdurasi pendek ini (durasi) keseluruhannya
diproduksi dengan Free Open Source Softare (FOSS), dengan software utamanya Blender
(http://blender.org). ED dibuat di Belanda dengan kosep kolaborasi. Pencetusnya (Blender
Institute) mengkonsep produsi film ini dengan merekrut Animator pilihan dari berbagai dunia.
Mereka berkumpul di Amsterdam selama 1 tahun dan mengerjakan film hingga selesai dengan
bantuan komunitas Blender di seluruh dunia melalui blog/website. Produser film sekaligus pencipta
software Blender, Ton Rossendaal, adalah ujung tombak dari project Open Movie ini. Berturut-turut
setalah ED, Blender Institute menciptakan Open Game (www.yofrankie.org), Big Bugs Bunny
(www.bigbuckbunny.org), dan terakhir Durian (www.durian.blender.org). Demikianlah akhirnya
genre Animasi Open Source ini dimulai.
Seperti halnya PIXAR dimasa awal, Open Movie dikerjakan sebagai puncak dari riset dan
teknologi dibaliknya. Maksudnya kenapa tema film Toy Story pada saat itu dipilih? Salah satunya
karena PIXAR baru bisa membuat texture plastik dengan renderman (software render) yang
dimilikinya. A Bugs Life (1998) merupakan penemuan dari teknologi baru mereka, Monster Inc.
(2001) menonjolkan efek Fur (bulu dan rambut), The Incredible (2004) mencoba efek rambut dan
animasi manusia, Finding Nemo (2003) Simulasi air, Ratatouille (2007) fokus di makanan, UP
(efek Cloud/awan), dan seterusnya. Nah, Open Movie Blender adalah pembuktian dari kehandalan
software Blender untuk digunakan secara profesional. Setara dengan industri 3D film pada
umumnya. Sedangkan di project Open Games, Blender terbukti mampu membuat game
profesional dengan Game Engine yang tertanam didalamnya.
Menarik, Blender begitu mempesona khalayak dunia pada umumnya, dan Artist (animator, pelaku
CG) pada khusnya. Kekaguman ini terbayar begitu sempurna dengan integrasi ALL in One dalam
satu paket. Maksudnya, Blender tidak saja digunakan untuk membuat animasi, namun bisa
didalamnya terdapat game engine, video editor, compositing, internal render, bahkan menulis
Script. Ini bonus ++ bagi seorang animator profesional, pelajar/mahasiswa, programmer, video
editor, motion graphic designer, dll. Kehadiran setiap rilis barunya seakan mampu menyedot
perhatian berjuta penggunanya serentak. Tentu saja karena Blender Free dan Open Source, maka
'kemerdekaan' untuk mengembangkan, memodifikasi, mendistribusikan, menjadi sebuah software
(baca: dewa) yang seakan turun dari langit langsung ke hadapan user. Tidak heran jika orang rela
menjadi evangelist (utusan) secara sukarela untuk mempromosikannya.
Industri Animasi Masa Depan
Ini adalah prediksi penulis mencermati perkembangan Industri 3D dikorelasikan dengan visi di
masa depan. Berangkat dari hobby, profesi, pelaku, akhirnya memimpikan dan berusaha
mewujudkannya di Indonesia (www.serulingproject.blogspot.com). Baik, karena industri 3D masih
didominasi oleh luar negeri (hollywood), maka alangkah baiknya jika kita mulai belajar dari mereka
namun memulai di negara sendiri dengan mengedepankan kekayaan budaya lokal yang sangat
kaya.
Linux dan Film
Era informasi terbuka adalah pemicu majunya industri 3D. Jika dulu kita susah untuk mengetahui
proses sebuah animasi atau trik spesial efek dalam film, maka hal itu tidak berlaku sekarang.
Sejak penemuan Google yang super canggih, kita dimanjakan oleh kemudahan mengakses hal
apa saja yang diinginkan. Konsep blogging, citizen jurnalism, komunitas, open source dan linux
adalah salah satu 'virus' yang memberangus monopoli bisnis dan industri yang awalnya hanya
dimiliki oleh kaum berdasi. Sebagai contoh, dominasi bisnis milik Gates (Microsoft), kini mulai
samar tergantikan Linux dan OS sebangsanya.
Tetapi ternyata jauh sebelum itu Hollywood sudah mengakali biaya produksi film dengan
memasukkan Linux dan mengembangkan berbagi teknologi dibalik film-film besar. Sebut saja
Titanic, Shrek, Final Fantasy, LOTR, dll. Studio yang mengaplikasinya sebagai contoh adalah:
Digital Domain, PIXAR, Disney, Weta Digital, Sony Pictures, dan masih banyak lagi
(http://www.linuxmovies.org/studios.html).
Namun jangn salah anggapan bahwa Free disini adalah Gratis! Free bicara lebih kepada Freedom
atau kemerdekaan. Sebagai perbandingan selain FOSS banyak juga software komersil yang
basicnya dari Linux (http://www.linuxmovies.org/software.html). Salah satu alasan utama
mereka tentunya adalah biaya. Wow, saya bisa jamin banyak orang kita belum tahu informasi ini
apalagi mengaplikasikannya.
Migrasi Massal
Jika kita adalah orang cerdas, maka seyogyanya belajar dari kesalahan orang lain supaya tidak
terjebak dalam sebuah keadaan yang bisa mangancam atau merugikan kita. Saya yakin kita
semua adalah orang cerdas itu. Dengan demikian jelaslah bahwa kita bisa belajar dari cerita
diatas. Segera mencari informasi sebanyak mungkin melalui internet, buku, dan sumber lain. Jelas
sudah pembahasan diatas menjadi alasan kalau kita ingin berkecimpung di Industri ini, minimal
wirausaha kecil dan menengah.
Mari kita berhitung matematis sebentar. Tidak susah karena berhubungan dengan rupiah J
Pertanyaannya: Berapa modal awal mendirikan studio animasi? Jawabannya: Relatif.
Maksudnya secara profesional atau hanya hobby? Legal atau ilegal? Dll. Kenapa begitu rumit?
Tidak. Saya mengajak pembaca berpikir rasional bahwa modal utama sebelum semua berwujud
adalah komitmen untuk jujur dalam berbisnis. Gampangnya, sumber yang kita gali dari modal kita
haruslah sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku. Itu tandanya sebelum memulai kita
diharuskan menentukan pilihan awal. Sebagai contoh adalah kebijakan memilih hardware dan
software pendukung selain otak (brain) sebagai sumber kreatifitas utama.
Pilihan pertama ini akan menentukan pilihan berikutnya. Sebagai contoh jika kita membeli software
berlisensi (propietary) untuk memproduksi 3D film. Sebagai perbandingan 3 software paling
populer didunia 3D, kocek yang kita rogoh dari kantong minimal : $495.00 (Lightwave terbaru),
US$3,495 (Autodesk 3ds Max), US$3,495 (Autodek Maya). Hmm, jangan ngeri dulu karena ini
hanya diperuntukkan 1 komputer, silakan tanya dalam hati jika lebih dari 1 komputer (tambah
ngeri). Pilihan selanjutnya jika harus menambah plugins untuk efek-efek khusus yg harganya juga
ber-digit 6 dibelakangnya. Dengan berat hati saya tambah lagi pilihan software untuk design dan
editing video seperti CorelDraw, Photoshop, Adobe Premiere, Adobe After Effect, dan
sebangsanya. Sisanya silakan buka mesin pencari untuk mengetahui harganya. Namun parahnya,
untuk pengeluaran sebesar itu, kita (user) hanya diberi HAK pakai. Tidak boleh menggandakan,
tidak bisa memodifikasi, apalagi menjualnya. Fiuuh!
Studio di Hollywood sadar lebih cepat akan fenomena itu. Maka mereka pasti mempunyai team
riset untuk mendevelop software yang dibutuhkan. Programmer berperan sangat penting dalam
keberhasilan ini. Kenyataanya software tercipta dari ribuan baris coding dan ribuan jam untuk
memproduksinya. Kolaborasinya dengan Artist Digital akan sungguh dahsyat seperti yang kita
tonton dalam film 3D terbaru. Jangan senang dulu, karena kita hanya sebagai penonton
kedahsyatan hasilnya. Software atau sumbernya tentu TIDAK akan mereka jual di pasaran. Jadi
jangan samakan persepsi kita bahwa software yang mereka (studio terkenal hollywood) pakai
SAMA seperti yang ada dipasaran. Sekali lagi tidak :)
Singkatnya pasti segera jerjawab di benak kita. Migrasi besar setidaknya memberi JAWABAN
utama dari solusi masalah tersebut. Kecuali Anda mempunyai cukup modal untuk berani
mengawalinya. Saya pribadi berpikir, kalaupun ada uang begitu besar ditangan, maka
konsentrasinya pasti akan dialihkan ke pembelian hardware dan kesejahteraan karyawan.
Hasilnya pun tidak begitu jauh berbeda. Kualitas!
Jadi tidak berlebihan jika masa depan sebuah software adalah Free Software. Itu artinya
kebebasan dan kreatifitas tidak lagi terbatas melalui alat yang disebut sofware. Pun kreatifitas
tidak harus melanggar HAKI untuk akhirnya merugikan orang lain (pencipta). Percayakah kita akan
hal ini? Jika ya, maka tidak berlebihan kalau masa depan industri dunia akan didominasi oleh
komunitas. Untuk Indonesia mungkin masih lama, namun perlahan sudah dimulai. Sepatutnya ini
adalah peluang yang harus Anda gali dan kembangkan jika ingin terlibat dan menjadi bagian dari
sejarah.
Bagaimana Memulai?
Ini pertanyaan yang umum ditanyakan. Sederhana saja, dimulai dengan mengakses situ-situs
pengguna Blender dan Linux. DI Indonesia sudah tersedia komunitas Blender
(www.blenderindonesia.org) yang berkembang dengan cukup besar. Selanjutnya, silakan
berkomunitas dan mempelajari lebih banyak tutorial yang tersedia dalam video atau ebook.
Tenang saja, 99% banyak yang menyediakan gratis. Anda bisa mengirim pertanyaan di PM atau
email mereka. Berkawan dengan pengguna senior yang sudah berproses lebih dulu. Terakhir
JUST DO IT!
©2010 hizaro.com Founder Blender Indonesia ORG & aktifis animasi open source - kapten@blenderindonesia.org

Contenu connexe

Similaire à Animasi open source

Buku simulasi visual
Buku simulasi visual Buku simulasi visual
Buku simulasi visual M Yulianto
 
DAMPAK SOSIAL INFORMATIKA.pptx
DAMPAK SOSIAL INFORMATIKA.pptxDAMPAK SOSIAL INFORMATIKA.pptx
DAMPAK SOSIAL INFORMATIKA.pptxpurnaaguz
 
Michael opensource
Michael opensourceMichael opensource
Michael opensourceMas Suwondo
 
Attack of the Clones by Muhammad Zaki Naufali
Attack of the Clones by Muhammad Zaki NaufaliAttack of the Clones by Muhammad Zaki Naufali
Attack of the Clones by Muhammad Zaki NaufaliMuhammadZakiNaufali
 
Presentasi linux lpba denpasar 2010
Presentasi linux lpba denpasar 2010Presentasi linux lpba denpasar 2010
Presentasi linux lpba denpasar 2010Putu Shinoda
 
Anton memaksimalkan-performa-android
Anton memaksimalkan-performa-androidAnton memaksimalkan-performa-android
Anton memaksimalkan-performa-androidAmirullah Latarissa
 
Sistem Operasi : Open source
Sistem Operasi : Open sourceSistem Operasi : Open source
Sistem Operasi : Open sourcetaha dhandy
 
BAB VI SOFTWARE APLIKASI
BAB VI SOFTWARE APLIKASIBAB VI SOFTWARE APLIKASI
BAB VI SOFTWARE APLIKASIYS YS
 
Startup: Fundamental Training
Startup: Fundamental TrainingStartup: Fundamental Training
Startup: Fundamental TrainingDony Riyanto
 
Artikel hologram
Artikel hologramArtikel hologram
Artikel hologramTri Kuswaya
 
Penerapan Teknologi Augmented Reality Bidang Pendidikan Untuk Menjelaskan Ma...
Penerapan Teknologi Augmented Reality Bidang  Pendidikan Untuk Menjelaskan Ma...Penerapan Teknologi Augmented Reality Bidang  Pendidikan Untuk Menjelaskan Ma...
Penerapan Teknologi Augmented Reality Bidang Pendidikan Untuk Menjelaskan Ma...STMIK JAKARTA
 
Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607
Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607 Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607
Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607 MOHAMAD TRY MURDIANTO
 
Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607
Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607 Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607
Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607 MOHAMAD TRY MURDIANTO
 
Resume teknologi web 2.o
Resume teknologi web 2.oResume teknologi web 2.o
Resume teknologi web 2.oGigih Probo
 
Free Software Foundation,FSF,Opensource
Free Software Foundation,FSF,OpensourceFree Software Foundation,FSF,Opensource
Free Software Foundation,FSF,Opensourceifnu bima
 
Presentasi Pengenalan Konsep Open Source
Presentasi Pengenalan Konsep Open SourcePresentasi Pengenalan Konsep Open Source
Presentasi Pengenalan Konsep Open SourceThe Budiman
 

Similaire à Animasi open source (20)

Buku simulasi visual
Buku simulasi visual Buku simulasi visual
Buku simulasi visual
 
DAMPAK SOSIAL INFORMATIKA.pptx
DAMPAK SOSIAL INFORMATIKA.pptxDAMPAK SOSIAL INFORMATIKA.pptx
DAMPAK SOSIAL INFORMATIKA.pptx
 
Michael opensource
Michael opensourceMichael opensource
Michael opensource
 
Attack of the Clones by Muhammad Zaki Naufali
Attack of the Clones by Muhammad Zaki NaufaliAttack of the Clones by Muhammad Zaki Naufali
Attack of the Clones by Muhammad Zaki Naufali
 
ETPROF 95%.pptx
ETPROF 95%.pptxETPROF 95%.pptx
ETPROF 95%.pptx
 
Modul 11
Modul 11Modul 11
Modul 11
 
Presentasi linux lpba denpasar 2010
Presentasi linux lpba denpasar 2010Presentasi linux lpba denpasar 2010
Presentasi linux lpba denpasar 2010
 
Anton memaksimalkan-performa-android
Anton memaksimalkan-performa-androidAnton memaksimalkan-performa-android
Anton memaksimalkan-performa-android
 
Sistem Operasi : Open source
Sistem Operasi : Open sourceSistem Operasi : Open source
Sistem Operasi : Open source
 
BAB VI SOFTWARE APLIKASI
BAB VI SOFTWARE APLIKASIBAB VI SOFTWARE APLIKASI
BAB VI SOFTWARE APLIKASI
 
Startup: Fundamental Training
Startup: Fundamental TrainingStartup: Fundamental Training
Startup: Fundamental Training
 
Artikel hologram
Artikel hologramArtikel hologram
Artikel hologram
 
Penerapan Teknologi Augmented Reality Bidang Pendidikan Untuk Menjelaskan Ma...
Penerapan Teknologi Augmented Reality Bidang  Pendidikan Untuk Menjelaskan Ma...Penerapan Teknologi Augmented Reality Bidang  Pendidikan Untuk Menjelaskan Ma...
Penerapan Teknologi Augmented Reality Bidang Pendidikan Untuk Menjelaskan Ma...
 
Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607
Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607 Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607
Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607
 
Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607
Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607 Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607
Mohamad Try Murdianto 3IA18 55413607
 
Resume teknologi web 2.o
Resume teknologi web 2.oResume teknologi web 2.o
Resume teknologi web 2.o
 
Makalah asm 1705552015 sosmedpararel
Makalah asm 1705552015 sosmedpararelMakalah asm 1705552015 sosmedpararel
Makalah asm 1705552015 sosmedpararel
 
Tugas 1 kim c usu
Tugas 1 kim c usuTugas 1 kim c usu
Tugas 1 kim c usu
 
Free Software Foundation,FSF,Opensource
Free Software Foundation,FSF,OpensourceFree Software Foundation,FSF,Opensource
Free Software Foundation,FSF,Opensource
 
Presentasi Pengenalan Konsep Open Source
Presentasi Pengenalan Konsep Open SourcePresentasi Pengenalan Konsep Open Source
Presentasi Pengenalan Konsep Open Source
 

Animasi open source

  • 1. Animasi Open Source by HizaRo.com Dunia animasi 3D dunia berkembang pesat sejak 1995, ketika film 3D pertama PIXAR (Toy Story) dirilis di Amerika. Walaupun sebelumnya banyak terdapat riset dan film pendek 3D di beberapa negara, namun kepiawaian PIXAR dan kerja kerasnya selama 20 tahun sanggup menjadi inspirator banyak studio animasi di dunia. Hingga saat ini PIXAR masih mendominasi bisnis animasi 3D dunia selain Dreamwork dan studio lainnya. Namun tahukan Anda jika keberhasilan dari studio tersebut tidak terlepas dari riset dan development selama puluhan tahun. Nah, dibalik semuanya itu linux dan open source berperan cukup besar. Dunia animasi 3D dikejutkan dengan munculnya Open Movie pertama didunia, Elephants Dreams (http://www.elephantsdream.org/, 2005). Film berdurasi pendek ini (durasi) keseluruhannya diproduksi dengan Free Open Source Softare (FOSS), dengan software utamanya Blender (http://blender.org). ED dibuat di Belanda dengan kosep kolaborasi. Pencetusnya (Blender Institute) mengkonsep produsi film ini dengan merekrut Animator pilihan dari berbagai dunia. Mereka berkumpul di Amsterdam selama 1 tahun dan mengerjakan film hingga selesai dengan bantuan komunitas Blender di seluruh dunia melalui blog/website. Produser film sekaligus pencipta software Blender, Ton Rossendaal, adalah ujung tombak dari project Open Movie ini. Berturut-turut setalah ED, Blender Institute menciptakan Open Game (www.yofrankie.org), Big Bugs Bunny (www.bigbuckbunny.org), dan terakhir Durian (www.durian.blender.org). Demikianlah akhirnya genre Animasi Open Source ini dimulai. Seperti halnya PIXAR dimasa awal, Open Movie dikerjakan sebagai puncak dari riset dan teknologi dibaliknya. Maksudnya kenapa tema film Toy Story pada saat itu dipilih? Salah satunya karena PIXAR baru bisa membuat texture plastik dengan renderman (software render) yang dimilikinya. A Bugs Life (1998) merupakan penemuan dari teknologi baru mereka, Monster Inc. (2001) menonjolkan efek Fur (bulu dan rambut), The Incredible (2004) mencoba efek rambut dan animasi manusia, Finding Nemo (2003) Simulasi air, Ratatouille (2007) fokus di makanan, UP (efek Cloud/awan), dan seterusnya. Nah, Open Movie Blender adalah pembuktian dari kehandalan software Blender untuk digunakan secara profesional. Setara dengan industri 3D film pada umumnya. Sedangkan di project Open Games, Blender terbukti mampu membuat game profesional dengan Game Engine yang tertanam didalamnya.
  • 2. Menarik, Blender begitu mempesona khalayak dunia pada umumnya, dan Artist (animator, pelaku CG) pada khusnya. Kekaguman ini terbayar begitu sempurna dengan integrasi ALL in One dalam satu paket. Maksudnya, Blender tidak saja digunakan untuk membuat animasi, namun bisa didalamnya terdapat game engine, video editor, compositing, internal render, bahkan menulis Script. Ini bonus ++ bagi seorang animator profesional, pelajar/mahasiswa, programmer, video editor, motion graphic designer, dll. Kehadiran setiap rilis barunya seakan mampu menyedot perhatian berjuta penggunanya serentak. Tentu saja karena Blender Free dan Open Source, maka 'kemerdekaan' untuk mengembangkan, memodifikasi, mendistribusikan, menjadi sebuah software (baca: dewa) yang seakan turun dari langit langsung ke hadapan user. Tidak heran jika orang rela menjadi evangelist (utusan) secara sukarela untuk mempromosikannya. Industri Animasi Masa Depan Ini adalah prediksi penulis mencermati perkembangan Industri 3D dikorelasikan dengan visi di masa depan. Berangkat dari hobby, profesi, pelaku, akhirnya memimpikan dan berusaha mewujudkannya di Indonesia (www.serulingproject.blogspot.com). Baik, karena industri 3D masih didominasi oleh luar negeri (hollywood), maka alangkah baiknya jika kita mulai belajar dari mereka namun memulai di negara sendiri dengan mengedepankan kekayaan budaya lokal yang sangat kaya. Linux dan Film Era informasi terbuka adalah pemicu majunya industri 3D. Jika dulu kita susah untuk mengetahui proses sebuah animasi atau trik spesial efek dalam film, maka hal itu tidak berlaku sekarang. Sejak penemuan Google yang super canggih, kita dimanjakan oleh kemudahan mengakses hal apa saja yang diinginkan. Konsep blogging, citizen jurnalism, komunitas, open source dan linux adalah salah satu 'virus' yang memberangus monopoli bisnis dan industri yang awalnya hanya dimiliki oleh kaum berdasi. Sebagai contoh, dominasi bisnis milik Gates (Microsoft), kini mulai samar tergantikan Linux dan OS sebangsanya. Tetapi ternyata jauh sebelum itu Hollywood sudah mengakali biaya produksi film dengan memasukkan Linux dan mengembangkan berbagi teknologi dibalik film-film besar. Sebut saja Titanic, Shrek, Final Fantasy, LOTR, dll. Studio yang mengaplikasinya sebagai contoh adalah: Digital Domain, PIXAR, Disney, Weta Digital, Sony Pictures, dan masih banyak lagi (http://www.linuxmovies.org/studios.html). Namun jangn salah anggapan bahwa Free disini adalah Gratis! Free bicara lebih kepada Freedom atau kemerdekaan. Sebagai perbandingan selain FOSS banyak juga software komersil yang basicnya dari Linux (http://www.linuxmovies.org/software.html). Salah satu alasan utama mereka tentunya adalah biaya. Wow, saya bisa jamin banyak orang kita belum tahu informasi ini apalagi mengaplikasikannya. Migrasi Massal Jika kita adalah orang cerdas, maka seyogyanya belajar dari kesalahan orang lain supaya tidak terjebak dalam sebuah keadaan yang bisa mangancam atau merugikan kita. Saya yakin kita semua adalah orang cerdas itu. Dengan demikian jelaslah bahwa kita bisa belajar dari cerita diatas. Segera mencari informasi sebanyak mungkin melalui internet, buku, dan sumber lain. Jelas sudah pembahasan diatas menjadi alasan kalau kita ingin berkecimpung di Industri ini, minimal wirausaha kecil dan menengah. Mari kita berhitung matematis sebentar. Tidak susah karena berhubungan dengan rupiah J Pertanyaannya: Berapa modal awal mendirikan studio animasi? Jawabannya: Relatif. Maksudnya secara profesional atau hanya hobby? Legal atau ilegal? Dll. Kenapa begitu rumit? Tidak. Saya mengajak pembaca berpikir rasional bahwa modal utama sebelum semua berwujud
  • 3. adalah komitmen untuk jujur dalam berbisnis. Gampangnya, sumber yang kita gali dari modal kita haruslah sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku. Itu tandanya sebelum memulai kita diharuskan menentukan pilihan awal. Sebagai contoh adalah kebijakan memilih hardware dan software pendukung selain otak (brain) sebagai sumber kreatifitas utama. Pilihan pertama ini akan menentukan pilihan berikutnya. Sebagai contoh jika kita membeli software berlisensi (propietary) untuk memproduksi 3D film. Sebagai perbandingan 3 software paling populer didunia 3D, kocek yang kita rogoh dari kantong minimal : $495.00 (Lightwave terbaru), US$3,495 (Autodesk 3ds Max), US$3,495 (Autodek Maya). Hmm, jangan ngeri dulu karena ini hanya diperuntukkan 1 komputer, silakan tanya dalam hati jika lebih dari 1 komputer (tambah ngeri). Pilihan selanjutnya jika harus menambah plugins untuk efek-efek khusus yg harganya juga ber-digit 6 dibelakangnya. Dengan berat hati saya tambah lagi pilihan software untuk design dan editing video seperti CorelDraw, Photoshop, Adobe Premiere, Adobe After Effect, dan sebangsanya. Sisanya silakan buka mesin pencari untuk mengetahui harganya. Namun parahnya, untuk pengeluaran sebesar itu, kita (user) hanya diberi HAK pakai. Tidak boleh menggandakan, tidak bisa memodifikasi, apalagi menjualnya. Fiuuh! Studio di Hollywood sadar lebih cepat akan fenomena itu. Maka mereka pasti mempunyai team riset untuk mendevelop software yang dibutuhkan. Programmer berperan sangat penting dalam keberhasilan ini. Kenyataanya software tercipta dari ribuan baris coding dan ribuan jam untuk memproduksinya. Kolaborasinya dengan Artist Digital akan sungguh dahsyat seperti yang kita tonton dalam film 3D terbaru. Jangan senang dulu, karena kita hanya sebagai penonton kedahsyatan hasilnya. Software atau sumbernya tentu TIDAK akan mereka jual di pasaran. Jadi jangan samakan persepsi kita bahwa software yang mereka (studio terkenal hollywood) pakai SAMA seperti yang ada dipasaran. Sekali lagi tidak :) Singkatnya pasti segera jerjawab di benak kita. Migrasi besar setidaknya memberi JAWABAN utama dari solusi masalah tersebut. Kecuali Anda mempunyai cukup modal untuk berani mengawalinya. Saya pribadi berpikir, kalaupun ada uang begitu besar ditangan, maka konsentrasinya pasti akan dialihkan ke pembelian hardware dan kesejahteraan karyawan. Hasilnya pun tidak begitu jauh berbeda. Kualitas! Jadi tidak berlebihan jika masa depan sebuah software adalah Free Software. Itu artinya kebebasan dan kreatifitas tidak lagi terbatas melalui alat yang disebut sofware. Pun kreatifitas tidak harus melanggar HAKI untuk akhirnya merugikan orang lain (pencipta). Percayakah kita akan hal ini? Jika ya, maka tidak berlebihan kalau masa depan industri dunia akan didominasi oleh komunitas. Untuk Indonesia mungkin masih lama, namun perlahan sudah dimulai. Sepatutnya ini adalah peluang yang harus Anda gali dan kembangkan jika ingin terlibat dan menjadi bagian dari sejarah. Bagaimana Memulai? Ini pertanyaan yang umum ditanyakan. Sederhana saja, dimulai dengan mengakses situ-situs pengguna Blender dan Linux. DI Indonesia sudah tersedia komunitas Blender (www.blenderindonesia.org) yang berkembang dengan cukup besar. Selanjutnya, silakan berkomunitas dan mempelajari lebih banyak tutorial yang tersedia dalam video atau ebook. Tenang saja, 99% banyak yang menyediakan gratis. Anda bisa mengirim pertanyaan di PM atau email mereka. Berkawan dengan pengguna senior yang sudah berproses lebih dulu. Terakhir JUST DO IT! ©2010 hizaro.com Founder Blender Indonesia ORG & aktifis animasi open source - kapten@blenderindonesia.org