SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  43
Get Homework/Assignment
Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. Muhabid
Alamat lengkap :Rt 02/Rw 07, Sidamulih, Kec.Rawalo, Kab.
Banyumas.
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
N
o
Nama Status L/
P
Umur Pendi
dikan
Pekerjaan Pasien
Klinik
Ket
1
.
Muhabid KK L 27 th SMP Petani Pasien
asma
bronkhial
persisten
sedang
2
.
Daryati Istri P 25 th SMP Pedagang
3
.
Fino
aldiyansyah
Anak L 2 th
4
.
Maharani Anak P 1 th
Sumber : Data Primer, 21 September 2010
Kesimpulan :
Kesimpulan dari demografi keluarga Tn. Muhabid yang berbentuk
keluarga inti (nuclear family) dimana terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya.
Tn Muhabid berjenis kelamin laki-laki, umur 27 tahun menderita penyakit
asma bronkhial persisten sedang.
BAB II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita Asma brokhial persisten sedang, berjenis kelamin laki-laki yang berusia
27 tahun. Kasus serupa masih banyak ditemukan di masyarakat Indonesia.
B. ANAMNESIS
Identitas Penderita
Nama : Tn. Muhabid
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : Rt 02/Rw 07, Sidamulih, Kec.Rawalo, Kab. Banyumas.
Status Pernikahan :Menikah
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 21 September 2010
Keluhan Utama : Sesak nafas
Keluhan Tambahan : Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Rawalo pada tanggal 21 September 2010
pukul 09.00 WIB dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan seperti
orang yang dadanya terjepit dan dirasakan terutama pada saat udara dingin,
malam hari, dan saat beraktifitas yang berat. Pasien mengaku sudah sering
mengeluhkan sesak nafas sebelumnya (sesak kambuh-kambuhan) Sebelum
berobat, sesak nafas dirasakan hampir setiap hari, mengganggu aktifitas dan
tidur. Serangan sesak nafas pada malam hari dirasakan lebih dari 1 kali
dalam seminggu dalam sebulan terakhir. Jika dinilai dengan tafsiran angka
antara 1-10, sesak nafas pasien dirasa pada angka 7. pasien merasa lebih lega
jika meminum obat asma yang diperoleh dari dokter. Selain sesak nafas
pasien juga mengeluh batuk berdahak. Batuk berdahak dikeluhkan pasien
sudah 2 hari, memberat pada malam hari yang terkadang disertai bunyi ngik-
ngik. Baung air besar dan buang air kecil pasien tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat penderita Jantung : disangkal
- Riwayat penyakit tekanan darah tinggi : disangkal
- Riwayat penyakit TBC : disangkal
- Riwayat mondok di rumah sakit : disangkal
- Riwayat sesak : sejak usia 10 tahun
- Riwayat alergi obat/makanan : alergi telor
- Riwayat operasi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
- Riwayat sakit sesak nafas : diakui (ibu pasien)
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat sakit gula : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok : mulai berhenti sejak 3 tahun yang lalu
- Riwayat olah raga : diakui jarang
- Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang-bincang dengan
keluarga jarang, berekreasi jarang (sebulan belum tentu sekali, hanya
kadang-kadang)
Riwayat Psiko Sosio Ekonomi
Penderita adalah seorang kepala keluarga, tinggal bersama istri dan
kedua anaknya. Kebutuhan sehari-hari dicukupi dengan penghasilan
kurang lebih 500 ribu per bulan sebagai petani, dan ditambah dengan
penghasilan istri dari hasil jualan asongan. Hubungan Tn. M dengan
anggota keluarga yang lain baik (saling mendukung), Tn M peduli dengan
kesehatan anggota keluarga. Dalam kehidupan sosial Tn. M berperan aktif
dalam kegiatan kemasyarakatan seperti karang taruna.
Riwayat Gizi.
Penderita makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan nasi
sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti tahu-tempe, kerupuk, dan jarang
dengan daging, kadang makan buah-buahan hasil kebun dan jarang minum
susu. Kesan gizi cukup.
Riwayat Sosial dan Exposure
 Community: Pasien bertempat tinggal diderah pemukiman penduduk
pedesaan. Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga berjauhan satu
sama lain. Rumah pasien jauh dari jalan raya dan jauh pabrik hanya
dikelilingi perkebunan dan persawahan.
 Home: Rumah pasien terbuat dari tembok dengan ukuran 10x6 meter,
dengan lantai sebagian dari semen (ruang tamu dan ruang keluarga)
dan sebagian tanah (dapur). Rumah pasien terdiri atas 4 kamar tidur,
ruang tamu sekaligus sebagai ruang keluarga dan dapur. Penerangan
di dalam rumah cukup, ventilasi kurang.
 Hobby: kebanyakan menghabiskan waktu dalam rumah, tidak ada
hobby khusus yang mengarah kepada penyakit pasien.
 Occupational: Pasien hanya sebagai kepala rumah tangga dengan
pekerjaan sebagai petani sedangkan istri pasien sebagai pedagang
asongan di pasar.
 Personal: Pasien makan 2-3 kali sehari dengan mengkonsumsi nasi
dengan sayur, tempe, tahu dan kadang-kadang dengan buah, jarang
dengan daging.
 Drug: Pasien sudah sekitar 1 tahunan rutin mengkonsumsi obat untuk
mengatasi keluhan sesaknya. Pasien tidak menggunakan obat-obatan
terlarang.
Anamnesis Sistem
a.Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)
b.Kepala : sakit kepala (-), pusing (+), rambut kepala tidak rontok, berwarna
putih, luka pada kepala (-).
c.Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-),
katarak (-)
d.Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
e. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)
f. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)
g.Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
h.Pernafasan : sesak nafas (+), batuk berdahak (+), mengi (+), batuk
darah (-)
i. Kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
j. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-
), nyeri perut (-)
k.Genitourinaria : BAK lancar, 4-6 kali/hari warna dan jumlah normal
l. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
m. Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
n.Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)
Bawah : bengkak (-), sakit (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, status gizi kesan cukup.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
 Tanda Vital
Nadi : 120/100x/menit, reguler, isi cukup
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,5 oC
 Status gizi ( Kurva NCHS ) :
BB : 59 kg
TB : 168 cm
BMI = 20,9 BB/(TB dalam meter)2 = 59 /(168)2= 20,9
→ kesan normoweight
Status Gizi  Gizi kesan cukup
3. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
4. Kepala
Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi
nodula (-).
5. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),
radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-).
7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (-), tremor (-)
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal.
9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
10. Leher
trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-)
11. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas :SIC II 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas :SIC II LSD
batas kanan bawah :SIC IV LSD
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo : Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan = kiri
P : fremitus raba kanan = kiri
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (+/+) seluruh lapang paru, wheezing
(+/+)
Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan = kiri
P : fremitus raba kanan = kiri
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (+/+) seluruh lapang paru, wheezing
(+/+)
12. Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P :timpani seluruh lapang perut
A :peristaltik (+) normal
13. Sistem Collumna Vertebralis
I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P :nyeri tekan (-)
14. Ektremitas: palmar eritema(-/-)
akral dingin oedem
- - - -
- - - -
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan provokasi
Pemeriksaan spirometri
Foto toraks
E. RESUME
Tn. M usia 27 tahun, pekerjaan petani menderita sesak nafas sejak usia 10
tahun, kambuh-kambuhan, yang disertai batuk berdahak. Pasien mengaku
memiliki alergi makanan terhadap telor. Ibu pasien memiliki keluhan sesak
nafas. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sesak, pada pemeriksaan thorak
didapatkan ronkhi basah kasar di seluruh lapang paru dan bunyi wheezzeng
pada auskultasi.
F. DIAGNOSIS HOLISTIK
Tuan M berasal dari keluarga menengah kebawah, sebagai kepala
keluarga menderita asma bronkhial persisten sedang.
1. Aspek Personal
- Pasien mengeluh sesak nafas sejak usia 10 tahun, disertai batuk sejak 2
hari.
- Tn. M alergi terhadap makanan berupa telur
- Harapan berobat adalah untuk sembuh ( Idea)
- Perhatian dari keluarga sangat dibutuhkan guna kesembuhan penyakit
Tn.M, untuk itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antar
anggota keluarga demi kesembuhan pasien (Concern)
- Yang diharapkan Tn.M sebagai pasien dan keluarganya adalah
kesembuhan, mendapatkan obat yang efisien untuk terapi penyakit asma
(Expectacy)
- Tidak menutup kemungkinan Tn.M memendam kekhawatiran tentang
penyakitnya karena belum sembuh-sembuh juga dan sering kambuh-
kambuhan (Anxiety)
2. Aspek klinis
Diagnosa kerja: asma bronkhial persisten sedang dengan differential
diagnosa: kor pulmonum cronik
Gejala klinis yang muncul : sesak nafas, batuk berdahak, alergi terhadap
telur
3. Faktor risiko internal individu
- Pendidikan keluarga Tn.M tergolong rendah karena hanya tamatan SMP
sehingga pengetahuan tentang kesehatan pun kurang.
- Perilaku individu : Kebiasaan Tn.M merokok lama, akan tetapi sejak 3
tahun terakhir sudah berhenti. mengkonsumsi makanan yang asin, makan
makanan yang menimbulkan alergi dan melakukan pekerjaan berat sebagai
penyebab sesak nafas, jarang berolahraga menjadi faktor risiko terjadinya
asma. Ketidak patuhan untuk berobat sebelum obat habis.
4. Faktor risiko eksternal individu
Pasien tinggal di lingkungan penduduk dengan kepadatan penduduk
sedang, jauh dari jalan raya, dan jauh dari pabrik dan TPA. Rumah pasien
terbuat dari tembok dengan lantai campuran, ventilasi dan pencahayaan
rumah pasien kurang. Untuk faktor pelayanan kesehatan : berobat ke
puskesmas menggunakan askin.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2 yaitu masih mampu
melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan) sehingga
Ny.S masih mampu melakukan aktivitas secara mandiri di dalam maupun
di luar rumah.
PENATALAKSANAAN
1. Patient Centered
a. Medika mentosa
Terapi farmakologis :
1. Salbutamol 2 -4 mg @ 3-4x1 sehari
2. GG 10mg @3x1 sehari
3. CTM 12,5 mg @ 3x1 sehari
b. Non Medika mentosa
1. Istirahat cukup
2. Menghindari makanan yang mengandung bahan telur
3. Menghindari obat maupun makanan yang bisa memacu serangan alergi
seperti :
a) Makanan : Meliputi ikan (terutama ikan laut), udang (ebi),
kepiting dan kulit ayam. Sebagai sumber protein pengganti,
dianjurkan untuk mengkonsumsi susu kedelai. Susu kedelai
mengandung protein yang tidak menimbulkan alergi.
b) Obat-obatan tertentu. Biasanya dari golongan pereda nyeri
(aspirin, antalgin) dan antibiotik (amoksisillin, kotrimoksazol).
c) Cuaca. Terutama yang terlalu dingin atau panas. Untuk itu, bila
cuaca dingin, usahakan aktivitas dilakukan di dalam ruangan.
Gunakan masker/penutup hidung untuk mengurangi suhu dingin.
d) Debu dan polusi. Bersihkan rumah dari debu secara rutin,
terutama kamar tidur dan tempat tidur. Batasi pemakaian karpet di
dalam rumah.
e) Stres : Hindari keadaan yang dapat membuat stres secara
emosional, karena urtikaria juga dapat dipicu oleh faktor
psikologis pasien.
4. Mengurangi aktifitas yang berat
5. Olah raga ringan yang rutin ( olah raga maksimal 10 menit dengan
melakukan jalan santai)
c. Dukungan Psikologis
Suport psikologis biasanya perlu diberikan oleh keluarga pasien. Hal ini
berkaitan dengan penyakit asma yang tidak bisa disembuhkan secara total
namun angka serangannya bisa diminimalisir dengan melakukan hidup sehat
di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pasien seharusnya mengerti dan
mampu menghindari alergen-alergen penyebab asma bronkhial.
d. Penentraman Hati
Menentramkan hati sangat diperlukan untuk mendukung pengobatan
pasien. Penyakit asma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan
secara total, namun dapat dihindari angka kejadiannya dengan
menghindari penyebab asma seperti udara dingin, daerah yang lembab,
dan kecapaian. Keluarga harus mendukung dengan sepenuh hati dalam
pengobatan pasien.
d. Penjelasan mengenai penyakit asma bronkhial
Keluarga harus dapat menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit asmanya
tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi dapat dihindari kejadian sesak
nafas dengan menghindari kecapaian, hidup sehat, dan menghindari
alergen-alergen asma.
e. Pengobatan
Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.
f. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perubahan pola hidup sehat, makan makanan yang
bergizi, istirahat yang cukup, dan tidak boleh merokok, ventilasi udara
kamar dan ruangan minimal 10%, pembukaan jendela tiap pagi hari,
membersihkan rumah setiap hari, membersihkan ventiasi, menutup
jendela dan ventilasi saat malam hari (udara dingin), penggunaan alat
masak yang tidak menyebabkan kepulan asap, dan tidak putus asa
menjalani terapi asma.
2. Pengobatan Fokus Family
a. Karena Tn. M memiliki keluhan sesak nafas maka sebaiknya jendela dan
ventilasi selalu dibuka, terutama pada pagi dan siang hari.
b. Menghindari makanan yang bisa memacu serangan alergi seperti ikan,
telur.
c. Karena Tn. M memiliki riwayat alergi, maka sebaiknya anak-anak Tn. M
sejak dini bisa mengetahui hal-hal apa saja yang bisa memicu serangan
alergi maupun penyakit asma.
d. Lantai rumah juga harus sering dibersihkan.
3. Pengobatan focus Community
Menjaga kebersihan lingkungan rumah, membuang sampah di tempat
pembuangan yang sudah disediakan, menghindari pembakaran sampah.
MASTER PROBLEM LIST
Problem
Number
Approx
.
Date of
Onset
Date
Problem
Recorded
Active Problems Inactive/Resol
ved
Problems
Date
Resolved
CATATAN KEMAJUAN
HARI
TANGGAL
Subjective Objective Assessment Plan
21-09-2010
23-09-2010
29-09-2010
Sesak
nafas,
batuk
Sesak nafas
dan batuk
berkurang
Masih
sering
sesak
malam hari,
KU sedang,compos
mentis, gizi kesan
cukup
Tanda vital:
TD :120/80
N : 80x/menit
RR: 24 x/ menit
S : 36,6 oC
KU: sedang, compos
mentis, gizi kesan
cukup
Tanda vital:
TD: 120/80
N :80x/menit
RR: 20 x/ menit
S : 36 oC
KU: sedang, compos
mentis, gizi kesan
cukup
Tanda vital:
TD: 120/80
N :80x/menit
RR: 20 x/ menit
S : 36 oC
Asma
Bronkhial
persisten
sedang
Asma
Bronkhial
persisten
sedang
Asma
Bronkhial
persisten
sedang
Terapi medikamentosa
berupa)
Salbutamol 2 -4 mg @ 3-4x1
sehari
GG 10mg @3x1 sehari .
CTM 12,5 mg @ 3x1 sehari
Memberikan pengetahuan
tentang penyebab asma
Memberikan pengetahuan
tentang penyebab asma
FLOW CHART
PROBLEMS
Tanggal 21/09 23/09 29/09
Berat Badan 59 59 59
Tekanan Darah 120/80 120/80 120/80
1 21-9-2010 Tn. M periksa ke Puskesmas karena
sesak nafas dan batuk didiagnosis
asma bronkhial persisten sedang.
-
-
-
-
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari penderita (Tn. M 27tahun), istri (Ny.D, 25
tahun), dan kedua anaknya yang masing-masing berumur 2 tahun, dan 1
tahun. Penderita tinggal serumah dengan suami dan kedua anaknya
tersebut. Kedua anaknya semuanya masih balita. Penderita datang ke
Puskesmas ditemani saudaranya.
2. Fungsi Psikologis
Tn. M sangat dekat dengan istri dan kedua anaknya. Tn. M lebih
banyak menghabiskan waktu di luar rumah.
3. Fungsi Sosial
Dengan lingkungan sekitar Tn. M senang bersosialisasi.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan penderita, yang tiap
bulannya berpenghasilan kira-kira Rp.500.000,- dan hasil ini tidak tetap,
karena penderia yang hanya seorang petani dan istri pasien seorang ibu rumah
tangga dengan usaha sampingan pedagang asongan. Biaya pengobatan pasien
gratis di puskesmas.
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota
keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis
keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 =
baik.
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita membaginya dengan
keluarga dan mendapatkan dukungan dari seluruh anggota keluarganya. Pasien
dekat dengan istrinya. Penyakit yang diderita pasien ini sangat mengganggu
aktivitasnya sehari-hari karena sesak nafas menyebabkan pasien tidak bisa
beraktivitas .
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa
singkat. Setiap ada permasalahan kadang didiskusikan bersama dengan anggota
keluarga lainnya komunikasi dengan anggota dan anggota keluarga lainnya berjalan
dengan baik.
GROWTH
Pasien merasa bersyukur masih dapat memenuhi kebutuhan rumah
tangganya dan keluarga mendukung pasien jika ingin sembuh.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan istri dan kedua
anaknya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu
pula sebaliknya.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga
maupun dari saudara-saudara. Kebersamaan cukup.
A.P.G.A.R Tn. M Terhadap Keluarga Hamp
ir
selalu
Kadang
-kadang
Hampir
tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 6
Tn. M merupakan kepala rumah tangga dan seorang penderita disini.
A.P.G.A.R Ny. D Terhadap Keluarga Hamp
ir
selalu
Kadang
-kadang
Hampir
tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 7
Ny. D adalah seorang istri yang bekerja sebagai pedagang asongan.
Penghasilan perbulan tidak tetap.
A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (6+7)/2=6,5
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah
13, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 6,5. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam
keadaan sedang.
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga Tn. M dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Keterangan :
 Social (+) artinya Interaksi sosial antar anggota keluarga juga dengan
saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif
 Economic (+) artinya Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, untuk
kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi
kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai.
SUMBER PATOLOGI KET
Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan
kemasyarakatan kurang aktif.
+
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal
ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang
bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan
bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.
-
Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik,
hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang
rutin menjalankan sholat lima waktu di masjid.
Sebelum sakit penderita rutin mengaji di sore hari di
masjid dekat rumah.
-
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, untuk
kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum
mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas
untuk pemenuhan kebutuhan hidup
+
Education Pendidikan anggota keluarga kurang
memadai.Pendidikan dan pengetahuan penderita
kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki
fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas.
+
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga
menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan
kartu ASKIN untuk berobat.
-
 Education (+) artinya keluara Tn. M masih memiliki pengetahuan yang
kurang, khususnya mengenai asma.
Kesimpulan :
Dalam keluarga Tn. M fungsi patologis yang positif adalah fungsi sosial,
ekonomi, edukasi.
D. GENOGRAM
Alamat lengkap : Rt 02/Rw 07, Sidamulih, Kec.Rawalo, Kab. Banyumas.
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Diagram 1. Genogram Keluarga Tn. M
keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= asma
= tinggal dalam 1 rumah
Ny. DaryatiTn. Muhabid
Tn.
M
Ny. D
F
M
S.
Tn.S Ny.Sa
Ny.M
T
Ma
57
Su Sur
15
.
.
Kesimpulan :
Tn. M merupakan penderita yang memiliki asma. Dari keluarganya ibu
penderita memiliki riwayat sesak nafas. Dari anggota keluarga Tn. M maupun
Ny. D tidak ada yang memiliki riwayat asma.
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga
Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga Ny.S
Sumber : Data Primer,21 september 2010
Keterangan : hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Tn. M baik-baik saja dan
harmonis. Antar keluarga saling dukung mendukung apalagi dengan Tn. M
yang sedang sakit.
Tn. M, 27
tahun
Ny. D, 25
tahun
F, 2 tahun
M, 1
tahun
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
Tn. M adalah seorang kepala rumah tangga yang mempunyai dua orang
anak. Tn. M memiliki penyakit asma. Dalam pola makan Pasien makan 2-3
kali sehari dengan mengkonsumsi nasi dengan sayur, tempe, tahu dan kadang-
kadang dengan buah, jarang dengan daging. Tn. M juga jarang berolahraga.
Penderita kurang mengetahui efek dan akibat dari penyakit yang dideritanya.
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan yang
utama yaitu dari pekerjaan pasien yang sebagai petani dan istrinya sebagai
pedagang asongan.
Rumah yang dihuni keluarga kurang dikatakan sebagai rumah sehat,
karen pencahayaan rumah cukup, ventilasi kurang terbuka, mempunyai kamar
mandi dan WC, pembuangan sampah pada tempat sampah lingkungan
setempat.
Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10x6 m2 yang berjauhan
dengan rumah tetangganya dan menghadap ke selatan. Memiliki pekarangan
rumah dan pagar pembatas. Rumah ini terdiri dari 4 kamar tidur, 1 ruang tamu
sekaligus sebagai ruang keluarga yang digabung dengan ruang makan, dapur
Keluarga Tn. M
Pengetahuan :
Keluarga kurang
mengetahui penyakit
penderita
Lingkungan:
rumah cukup bersih,
pencahayaan dalam
rumah cukup,
ventilasi kurang
Tindakan
Dibawa ke
Puskesmas setelah
pasien mengeluh
sesaknafas
Pelayanan Kesehatan:
Jika sakit berobat ke
puskesmas
Keturunan:
Dari keluarga ibu
penderita memiliki
riwayat sesak nafas
Sikap:
Keluarga cukup
memperhatikan
penyakit penderita
dan kamar mandi. Depan rumah terdapat rumah tetangga. Lantai rumah
sebagian menggunakan ubin dan sebagian tanah (dapur). Atap rumah
memakai genteng, dan bagian dalam sudah menggunakan langit-langit.
Jendela rumah ditutup dengan kaca dan sebagian Pasien mempunyai sumur
pribadi, penggunaan air menggunakan air sumur.
2. Denah Rumah
Rumah pasien berukuran 10X6 meter yang terdiri dari 4 ruangan. Tiap
ruangan ukuran kamarnya ada yang 3X4 m dan ada yang 3x3m. Rumah pasien
menghadap kearah selatan.
Kamar mandi Dapur
WC
Kamar Tidur Ruang tamu, TV dan Ruang makan
Anak
Kamar Tidur
Kamar Tidur
Tn. M & Ny. D
Ruang Tamu
BAB V
teras
B
DAFTAR MASALAH
A. Masalah medis :
1. Tn. M sering sesak nafas
2. Tn. M mempunyai riwayat alergi (alergi terhadap makanan telur)
B. Masalah non medis :
1. Keluarga Tn. M dan keluarga kurang pengetahuan tentang bahaya asma dan
alergi.
2. Tingkat pengetahuan keluarga Tn. M tentang kesehatan kurang.
3. Tn. M adalah salah satu dari keluarganya yang menderita asma
4. Kondisi lingkungan sekitar rumah Tn. M jarang
5. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah kebawah (agak kurang).
C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
Tn. M, 27 tahun
dengan asma
1. Keluarga Tn. M
kurang mengerti akan
bahaya asma dan serta
komplikasinya
2. Dalam satu
rumah hanya
Tn. M yang
menderita asma,
3. Tingkat pengetahuan
keluarga Tn. M tentang
kesehatan kurang
4. Kondisi ekonomi
keluarga kurang
memenuhi
kebutuhan
5. Kondisi
lingkungan dan
rumah yang
kurang sehat
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)
No
.
Daftar Masalah I T R Jumlah
IxTxRP S SB Mn Mo Ma
1. Tingkat pengetahuan
keluarga Tn. M
tentang kesehatan
terutama tentang
asma
4 5 4 3 4 3 4 11.520
2. Keluarga Tn. M kurang
mengerti akan
bahaya asma dan
komplikasinya
4 4 4 4 3 3 3 6.912
3. Dalam satu rumah
hanya Tn. M yang
menderita asma
4 3 3 3 4 3 4 5.184
4. Kondisi ekonomi
keluarga cukup
memenuhi
kebutuhan
3 4 3 4 3 3 3 3.888
5. Kondisi lingkungan
dan rumah yang kurang
sehat
3 4 3 3 3 3 3 2.916
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga
Tn. M adalah sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan keluarga Tn. M tentang kesehatan terutama asma
2. Keluarga kurang pengetahuan tentang bahaya asma dan komplikasinya.
3. Tn. M adalah salah satu dari keluarganya yang menderita asma
4. Kondisi lingkungan sekitar rumah Tn. M jarang, namun rumah Tn. M
cukup sehat.
5. Kondisi ekonomi keluarga adalah agak kurang.
6. Fungsi fisiologis keluarga Tn. M adalah sedang.
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah belum tahunya tentang pengetahuan
keluarga pasien mengenai penyakit asma. Orang tua dan keluarga pasien belum
mengerti tentang gejala, tanda, dan penanganan penyakit asma dan
komplikasinya. Hal ini di karenakan terbatasnya pengetahuan mengenai asma
dan kesadaran akan kesahatannya masih rendah.
RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
Tanggal Kegiatan yang
dilakukan
Anggota
keluarga
yang terlibat
Hasil kegiatan Catatan
untuk
pembinaan
selanjutnya
21-09-
2010
1. Membina hubungan
saling percaya
dengan pasien
(perkenalan
identitas)
2. Kontrak dengan
pasien untuk
pertemuan akan
datang
Pasien Pasien menepati
janji
23-09-
2010
1. Mengkaji
pengetahuan pasien
tentang penyakit
asma
2. Menanyakan
penyebab sesak
nafas (saat serangan
asma)
3. Memberikan
penjelasan tentang :
 Pengertian asma
 Penyebab asma
 Tanda dan
gejala
 Akibat asma
 Cara
pencegahan
serangan asma
4. Menganjurkan
pasien untuk
periksa ke
Puskesmas atau
dokter bila penyakit
Pasien, anak-
anaknya, dan
istri
Pasien dan
keluarga
melakukan
sesuai dengan
yang di anjurkan
berlanjut
29-09-
2010
1. Membuka ventilasi
rumah yang
seharusnya terbuka
2.Menyarankan
kepada anggota
keluarga untuk rajin
membuka jendela
setiap pagi hari.
3. Menyarankan untuk
membersihkan
kamar tidur dari
debu dan kapas-
kapas kasur yang
beterbangan.
4.Menyarankan
pasien untuk
menggunakan
kompor gas saat
memasak
5.Menyarankan pasien
untuk tidak makan
makanan dan obat
yang dapat
menyebabkan alergi
dan sesak nafas
6.Menyarankan pasien
untuk mengurangi
beban pikiran dan
lebih santai dalam
menghadapi suatu
masalah
Pasien, anak-
anak dan istri
Pengetahuan
keluarga pasien
mengenai
penyakit asma
bertambah
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASMA BRONKHIAL
Penyakit asma bronkhial adalah penyakit saluran nafas bagian bawah yang
ditandai oleh hiperaktivitas cabang trakhea dan bronkhus terhadap berbagai
macam rangsangan, sehingga timbul penyempitan jalan nafas yang luas dan
bersifat reversibel, dan membaik secara spontan maupun dengan pengobatan.
Serangan asma dapat dimulai dari yang paling ringan sampai yang mengancam.
Penyempitan yang berlangsung beberapa hari atau minggu, walaupun telah
mendapat terapi yang biasa dipakai, dikenal sebagai “status asmatikus”(Barmawi,
1996). Status asmatikus adalah asma dengan intensitas serangan yang tinggi dan
tidak memberikan reaksi dengan obat-obatan yang konvensional dan merupakan
salah satu kegawatan dalam kasus asma bronkhiale.
Berdasarkan tingkat kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi
tiga tingkatan :
1. Asma Bronkhial : bronkhospasme yang sifatnya reversibel dengan latar
belakang alergi.
2. Status Asmatikus : asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang
konvensional.
3. Asthmatic Emergency : asma yang dapat menyebabkan kematian.
Sampai sekarang belum ada kesepakatan tentang definisi asma bronkial
yang dapat diterima oleh semua ahli. Alasan-alasannya antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Diantara para penderita, penyakit asma baik dalam berat maupun perjalanan
penyakitnya berbeda-beda.
2. Berbagai hal dapat mencetuskan serangan asma.
3. Histopatologi terutama pada keadaan yang ringan tidak banyak diketahui.
4. Sebab penyakit belum diketahui.
Penyakit asma bronkial jarang menimbulkan kematian. Didalam beberapa
penelitian didapatkan bahwa angka mortalitas tidak banyak membantu
menjelaskan patogenesis penyakit ini. Studi insidensi juga hanya memberikan
keterangan tentang frekuensi episode akut yang terjadi dalam kondisi tertentu saja,
oleh karena itu penelitian epidemiologi asma lebih banyak diarahkan pada
penentuan prevalensi.
1. Definisi
Suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun
sebagai hasil pengobatan.
Bila ditelaah lebih lanjut definisi tadi dapat diuraikan menjadi :
1. Ada peningkatan respon trakea dan bronkus. Hal ini berarti bahwa jalan nafas
penderta asma mempunyai respon yang lebih hebat terhadap berbagai
rangsangan dibanding dengan orang normal.
2. Serangan asma jarang sekali hanya dicetuskan oleh satu macam rangsangan,
tetapi oleh berbagai rangsangan.
3. Kelainan tersebar luas pada kedua paru.
4. Derajat serangan asma dapat berubah-ubah, misalnya obstruksi lebih berat
pada malam hari dibanding dengan siang hari.
2. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan
maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :
1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.
2. Batuk produktif, sering pada malam hari.
3. Sesak nafas dada seperti tertekan.
Gejalanya bersifat proksimal, yaitu membaik pada siang hari dan
memburuk pada malam hari (Mansjoer, 1999)
Klasifikasi derajat asma
Derajat asma Gejala Gejala malam Fungsi paru
Intermitten
mingguan
- Gejala < 1x/minggu
- Tanpa gejala di luar
serangan
- Serangan singkat
- Fungsi paru
asimtomatik dan
normal luar serangan
 2 kali
seminggu
VEPI atau APE 
80%
Persisten ringan
mingguan
- Gejala > 1x/minggu
tapi < 1x/hari
- Serangan dapat
mengganggu aktivitas
dan tidur
> 2 kali
seminggu VEPI atau APE 
80% normal
Persisten sedang
harian
- Gejala harian
- Menggunakan obat
setiap hari
- Serangan
mengganggu aktivitas
dan tidur
- Serangan 2x/minggu,
bisa berhari-hari
> 2 sekali
seminggu VEPI atau APE >
60% tetapi  80%
normal
Persisten berat
kontinu - Gejala terus-menerus
- Aktivitas fisik terbatas
- Sering serangan
sering
VEPI atau APE <
80% normal
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Spirometri
3. Tes provokasi bronkial
4. Pemeriksaan tes kulit
5. Pemeriksaan kadar IgE total dan spesifik dalam serum
6. Pemeriksaan radiologi
7. Analisis gas darah
8. Pemeriksaan eosinofil dalam darah dan pemeriksaan sputum.
4. Diagnosis
Diagnosis asma berdasarkan :
1. Anamnesis : riwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap asma, riwayat keluarga dan riwayat alergi, serta gejala klinis.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium : darah (terutama eosinofil, IgE total, IgE spesifik),
sputum (eosinofil, spiral curshman, kristal charcot-leyden) (Karnen, 1996)
4. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk menentukan
adanya obstruksi jalan nafas.
5. Komplikasi Asma
1. Pneumothoraks
2. Pneumomediastinum dan emfisema subkutis
3. Atelektasis
4. Aspergilosis bronkopulmonar alergik
5. Gagal nafas
6. Bronkitis
7. Fraktur iga.
6. Penatalaksanaan :
Tujuan terapi asma yaitu :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel.
Obat-obatan anti asma :
1. Bronkodilator
a. Agonis 2
Obat ini mempunyai efek bronkodilatasi. Terbutalin, salbutamol, dan
fenetrol memiliki lama kerja 4-6 jam, sedang agonis 2 long action
bekerja lebih dari 12 jam, seperti salmeterol, formoterol, bambuterol, dan
lain-lain. Bentuk aerosol dan inhalasi memberikan efek bronkodilatasi
yang sama dengan dosis yang jauh lebih kecil yaitu sepersepuluh dosis
oral dan pemberiannya lokal.
b. Metilxantin
Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan dengan
konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan
dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka
panjang.
c. Antikolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsik dari saluran nafas.
2. Anti inflamasi
Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi
dan profilaksis.
a. Kortikosteroid
b. Natrium kromolin (sodium cromoglycate) merupakan antiinflamasi non
steroid.
Terapi awal, yaitu :
1. Oksigen 4-6 liter/menit
2. Agonis 2 (salbutomol 5 mg atau feterenol 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai 1
jam. Pemberian agonis 2 dapat secara subkutan atau iv dengan dosis
salbutamol 0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5%
dan diberikan perlahan.
3. Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
4. Kortikosteroid hidrokarbon 100-200 mg iv jika tidak ada respon segera atau
pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
Respon terhadap terapi awal baik, jika didapatkan keadaan berikut :
1. Respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan.
2. Pemeriksaan fisik normla
3. Arus puncak ekspirasi (APE) > 70%
4. Jika respon tidak ada atau tidak baik terhadap terapi awal maka pasien
sebaiknya dirawat di Rumah Sakit.
Pengobatan Asma jangka panjang berdasarkan berat penyakit (Mansjoer, 1999)
Derajat asma Obat pengontrol Obat pelega
Asma
intermitten
Tidak perlu - Bronkodilator aksi singkat
yaitu inhalasi agonis 2
- Intensitas pengobatan
tergantung berat eksaserbasi
- Inhalasi agonis 2 atau
kromolin dipakai sebelum
aktivitas atau pajanan
alergen.
Asma persisten
ringan
- Inhalasi kortikosteroid 200-
500
g/kromolin/nedokromil/atau
teofilin lepas lambat.
- Bila perlu ditingkatkan sampai
800 g atau ditambahkan
bronkodilator aksi lama
terutama untuk mengontrol
asma malam dapat diberikan
agonis 2 aksi lama inhalasi
atau oral teofilin lepas lambat.
- Inhalasi agonis 2 aksi
singkat bila perlu dan
melebihi 3-4 x sehari
Asma persisten
sedang
- Inhalasi kortikosteroid 800-
2000 g.
- Bronkodilator aksi lama
terutama untuk mengontrol
asma malam, berupa agonis 2
aksi lama inhalasi atau oral
teofilin lepas lambat.
- Inhalasi agonis 2 aksi
singkat bila perlu dan tidak
melebihi 3-4 x sehari
Asma persisten
berat
- Inhalasi kortikosteroid 800-
2000 g atau lebih.
- Bronkodilator aksi lama,
berupa agonis 2 inhalasi atau
oral teofilin lepas lambat.
- Kortikosteroid oral jangka
panjang
-
Penyakit asma merupakan suatu penyakit yang tidak dapat di sembuhkan
secara total, untuk itu perlu pencegahan bagi mereka yang mempunyai riwayat
penyakit asma. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan cara, sebagai berikut:
1. Kasur dan tempat tidur dan bantal kapuk sebaiknya diganti busa kemudian
dimasukkan dalam kantong vinil dengan risleting atau dibungkus kantong
plastik dan direkat dengan selotip seperti membungkus kado.
2. Sprei, selimut, sarung bantal dan guling lebih sering dicuci minimal sekali
seminggu dengan air panas (55-60 derajat C).
3. Lantai dibersihkan dengan lap basah satu kali setiap hari.
2. Tirai gorden dicuci setiap dua minggu.
3. Lemari, rak dan laci dibersihkan dengan lap basah serta paling banyak
hanya boleh 3 buah buku yang diletakkan di dalamnya.
4. Ganti karpet dengan linoleum atau lantai kayu. Kalau tidak, bisa juga
secara teratur dihisap dengan filter high efficiency particulate air (HEPA)
dan kantung debu dua rangkap.
5. Buku, majalah dan mainan jangan ada di kamar tidur. Jika memang harus
ada, maka masing-masing hanya boleh 3 buah. Lebih sedikit barang-
barang tersebut di kamar tidur, itu lebih baik.
6. Boneka dan mainan yang terbuat dari kain sebaiknya dicuci dengan air
panas setiap minggu.
7. Hindari asap dari obat nyamuk bakar dan asap dapur.
8. Gunakan kipas angin di dapur dan kamar mandi untuk mengusir asap
dapur dan bau yang tajam.
9. Binatang peliaraan yang berbulu sebaiknya tidak ada di rumah penderita
asma. Atau paling tidak binatang tersebut tidak berada di kamar tidur dan
ruang utama.
10. Mandikan binatang peliaraan dua kali seminggu.
11. Pakaian paling lama jangan lebih dari 2 minggu di dalam lemari, setelah
itu harus dicuci kembali atau dipindah ke kamar lain. Bila tidak
memungkinkan maka dibungkus kantong plastik dan direkat selotip seperti
membungkus kado.
12. Air conditioner (AC) jangan terlalu dingin dan filternya dibersihkan sekali
seminggu.
13. Gunakan filter udara HEPA terutama di kamar tidur dan ruang utama.
14. Bersihkan lingkungan yang disukai kecoa seperti tempat lembab, sisa
makanan, sampah terbuka dan tempat lainnya.
15. Gunakan pembasmi kecoa.
16. Perbaiki semua kebocoran atau sumber air yang berpotensi menimbulkan
jamur, seperti dinding kamar mandi, bak mandi, keran lain dan tempat
lainnya.
Mari perhatikan kesehatan lingkungan hidup kita, demi terjaganya kualitas
hidup penderita asma. (anonym, 2007).
Selain beberapa hal diatas, ada usaha-usaha pencegahan yang dapat
dilakukan untuk mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain :
1. Menjaga kesehatan
2. Menjaga kebersihan lingkungan
3. Menghindarkan faktor pencetus serangan penyakit asma
4. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma
Setiap penderita harus mencoba untuk melakukan tindakan pencegahan.
Tetapi bila gejala-gejala sedang timbul maka diperlukan obat anti penyakit asma
untuk menghilangkan gejala dan selanjutnya dipertahankan agar penderita bebas
dari gejala penyakit asma.
1. Menjaga kesehatan. Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak
terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan
kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah
untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya.
Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang
bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan
olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila
dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung
atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada
di saluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya
bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan
sukar dikeluarkan. Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita
yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat
yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan
dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.
2. Menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan dimana penderita hidup
sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma.
Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya
tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan
air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat
perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-
barang untuk menghindari debu rumah. Hewan peliharaan, asap rokok,
semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan
penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian
apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan
serangan penyakit asmanya.
3. Menghindari Faktor Pencetus. Alergen yang tersering menimbulkan
penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu
rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu
mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak
diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma.
Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma.
Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang
terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai
atau penuh sesak. Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan,
penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan
umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan
latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah
serangan penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi
asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan
udara kotor lainnya harus dihindari. Perhatikan obat-obatan yang
diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung
(beta-bloker), obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna
(tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan
penyakit asma.
4. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma Pada serangan penyakit
asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang, penderita boleh memakai
obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi bila
ingin agar gejala penyakit asmanya cepat hilang, jelas aerosol lebih baik.
Pada serangan yang lebih berat, bila masih mungkin dapat menambah
dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan dua atau tiga macam obat.
Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup simpatomimetik
(menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau
tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid.
Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat dicoba
obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah serangan
penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan penyakit
asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator dan
steroid sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan.
(sundaru, 2007)
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Diagnosis Holistik :
1. Aspek Personal yaitu Pasien mengeluh sesak nafas. Pasien mengeluh sesak
nafas sejak usia 10 tahun sering kambuh-kambuhan, dan Tn. M alergi
terhadap makanan yalni telur.
2. Aspek klinis adalah asma bronkhial persisten sedang.
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu adalah dari faktor aktivitas
berlebihan, jarang berolahraga menjadi faktor risiko terjadinya asma.
Ketidak patuhan untuk tidak memakan makanan telur kadang tidak
diperhatikan sehingga menyebabkan reaksi alergi.
4. Aspek Faktor Risiko Eksternal Individu adalah dilihat dari faktor
pendidikan keluarga, ekonomi, lingkungan dan pelayanan kesehatan.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial adalah dalam skala 2 yaitu masih
mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan)
sehingga Tn. M masih mampu melakukan aktivitas secara mandiri di
dalam maupun di luar rumah.
B. SARAN
Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus :
1. Menerima penyakitnya dengan lapang dada dan berusaha menyembuhkan
tanpa putus asa.
2. Menjelaskan bahwa penyakit asma tidak dapat di sembuhkan, tetapi dapat
dicegah kejadianya dengan pola hidup sehat dan istirahat cukup.
3. Menjauhkan pasien dari asap rokok, asap, udara kotor, dan udara dingin.
4. Kedekatan antara pasien dengan keluarga sangat dibutuhkan disini guna
kesembuhan pasien.
5. Untuk anak-anak Tn. M sebaiknya sejak sekarang berhati-hati juga dalam
memilih makanan, karena tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu
keluahan yang dialami Tn. M dialami anak-anaknya.
6. Menjauhi faktor risiko yang bisa memicu penyakit pasien seperti aktivitas
berlebihan dan makanan yang asin dan ikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym, available www.google.co.id pencegahan asma. Yayasan asma
Indonesia.di akses 28 Agustus 2009.
2. Baratawidjaja K. Imunologi Dasar. Indonesia: Balai Penerbitan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.46-48
3. Barmawi, H., Status Asmatikus, Standar Pelayanan Medis RSUP. Dr.
Sardjito, Buku I, Komite Medis RSUP. Dr. Sardjito dan FK UGM,
Yogyakarta, 1996, 100-103.
4. Karnen B, Asma Bronkial dalam Soeparman, dkk, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
II, edisi 3, FKUI, Jakarta, 1996, Hal 21-39.
5. Mansjoer, A, dkk, Asma Bronkial dalam Kapital Selekta Kedokteran, Jilid I,
Edisi 3, FKUI, Jakarta, 1999, hal 476-480.
6. Sundaru, heru. 2007. available www. Google.co.id cara pencegahan asma. Di
akses 28 September 2010
7. Sutoyo S. Faktor Resiko. 2007. Available from : http://
blake.prohosting.com/betawi/pencegahan.htm. Diakses Agustus 15, 2009.
8. Sylvia A. Price. Hipertensi.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC,1995 :534
9. Tabrani, Rab, H., Kegawatan Asma Bronkhial, Prinsip Gawat Paru, edisi II,
Jakarta, 1996, 163-165.
10. W.M. Lorraine, Penyakit Pernafasan Obstruktif, dalam A.P Sylvia, dkk,
Patofisiologi, Jilid II, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995, hal 689-691.
207372012 long-case-rawalo-dedi

Contenu connexe

Tendances

Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Sofie Krisnadi
 
Bronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.pBronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.p
angkyrofi
 

Tendances (20)

Presentasi laporan kasus impetigo krustosa
Presentasi laporan kasus impetigo krustosaPresentasi laporan kasus impetigo krustosa
Presentasi laporan kasus impetigo krustosa
 
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
 
Tetanus Neonatorum
Tetanus NeonatorumTetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Bronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.pBronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.p
 
Sepsis
SepsisSepsis
Sepsis
 
Tumor Jinak Ginekologi
Tumor Jinak GinekologiTumor Jinak Ginekologi
Tumor Jinak Ginekologi
 
Nyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawahNyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawah
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga
Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluargaKasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga
Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga
 
Gonorrhea
GonorrheaGonorrhea
Gonorrhea
 
236227596 case-dhf
236227596 case-dhf236227596 case-dhf
236227596 case-dhf
 
SGB
SGBSGB
SGB
 
Polip nasal
Polip nasalPolip nasal
Polip nasal
 
Power Point Thalasemia
Power Point ThalasemiaPower Point Thalasemia
Power Point Thalasemia
 
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadar
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadarEkstubasi dalam & ekstubasi sadar
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadar
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 

En vedette

En vedette (14)

162672331 alla-chaptersh
162672331 alla-chaptersh162672331 alla-chaptersh
162672331 alla-chaptersh
 
106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi
 
206569099 ben-final-case-study-osmak
206569099 ben-final-case-study-osmak206569099 ben-final-case-study-osmak
206569099 ben-final-case-study-osmak
 
159747608 a-training-report-on
159747608 a-training-report-on159747608 a-training-report-on
159747608 a-training-report-on
 
160723746 a-case-study-of-a-patient-with-pih-docx
160723746 a-case-study-of-a-patient-with-pih-docx160723746 a-case-study-of-a-patient-with-pih-docx
160723746 a-case-study-of-a-patient-with-pih-docx
 
163236411 dena-case-study
163236411 dena-case-study163236411 dena-case-study
163236411 dena-case-study
 
162262352 legitime-docx
162262352 legitime-docx162262352 legitime-docx
162262352 legitime-docx
 
163971199 case-report-i
163971199 case-report-i163971199 case-report-i
163971199 case-report-i
 
205073848 transpo-11-20
205073848 transpo-11-20205073848 transpo-11-20
205073848 transpo-11-20
 
109258193 case-ckd
109258193 case-ckd109258193 case-ckd
109258193 case-ckd
 
102901204 case-3
102901204 case-3102901204 case-3
102901204 case-3
 
158953938 ff
158953938 ff158953938 ff
158953938 ff
 
163401639 constitution-cases
163401639 constitution-cases163401639 constitution-cases
163401639 constitution-cases
 
101434287 investment-in-bond
101434287 investment-in-bond101434287 investment-in-bond
101434287 investment-in-bond
 

Similaire à 207372012 long-case-rawalo-dedi

common-cold_compress.pdf
common-cold_compress.pdfcommon-cold_compress.pdf
common-cold_compress.pdf
indirasworks
 

Similaire à 207372012 long-case-rawalo-dedi (20)

common-cold_compress.pdf
common-cold_compress.pdfcommon-cold_compress.pdf
common-cold_compress.pdf
 
220920557 case-anak-ii
220920557 case-anak-ii220920557 case-anak-ii
220920557 case-anak-ii
 
154028779 case-labioskhisis
154028779 case-labioskhisis154028779 case-labioskhisis
154028779 case-labioskhisis
 
Tinea kruris zilla
Tinea kruris zillaTinea kruris zilla
Tinea kruris zilla
 
196496593 case-sn
196496593 case-sn196496593 case-sn
196496593 case-sn
 
127608810 case-tb
127608810 case-tb127608810 case-tb
127608810 case-tb
 
Fome hipertensi
Fome hipertensiFome hipertensi
Fome hipertensi
 
PPT Ujian tahap 1 n3urologi dr Arif-1.pptx
PPT Ujian tahap 1 n3urologi dr Arif-1.pptxPPT Ujian tahap 1 n3urologi dr Arif-1.pptx
PPT Ujian tahap 1 n3urologi dr Arif-1.pptx
 
172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
 
Case and Home Visit
Case and Home VisitCase and Home Visit
Case and Home Visit
 
Fome 433 b
Fome 433 bFome 433 b
Fome 433 b
 
Case eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix yaCase eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix ya
 
Askep hepatitis
Askep hepatitisAskep hepatitis
Askep hepatitis
 
Cardiac sirosis
Cardiac sirosisCardiac sirosis
Cardiac sirosis
 
Kejang demam kompleks
Kejang demam kompleksKejang demam kompleks
Kejang demam kompleks
 
151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie
 
127138896 case-stomatitis-kuuu-docx
127138896 case-stomatitis-kuuu-docx127138896 case-stomatitis-kuuu-docx
127138896 case-stomatitis-kuuu-docx
 
118552056 case-sn-resti
118552056 case-sn-resti118552056 case-sn-resti
118552056 case-sn-resti
 

Plus de homeworkping7

Plus de homeworkping7 (20)

207797480 effective-study-skills-3
207797480 effective-study-skills-3207797480 effective-study-skills-3
207797480 effective-study-skills-3
 
207745685 b-777-oral-study
207745685 b-777-oral-study207745685 b-777-oral-study
207745685 b-777-oral-study
 
207702106 spec-pro-cases
207702106 spec-pro-cases207702106 spec-pro-cases
207702106 spec-pro-cases
 
207619526 urc-case-study
207619526 urc-case-study207619526 urc-case-study
207619526 urc-case-study
 
207528705 family-case-study-1
207528705 family-case-study-1207528705 family-case-study-1
207528705 family-case-study-1
 
207492751 examples-of-unethical-behavior-in-the-workplace
207492751 examples-of-unethical-behavior-in-the-workplace207492751 examples-of-unethical-behavior-in-the-workplace
207492751 examples-of-unethical-behavior-in-the-workplace
 
207402181 ee-ass1
207402181 ee-ass1207402181 ee-ass1
207402181 ee-ass1
 
207287040 a-study-on-impact-of-ites-sectors-in-india
207287040 a-study-on-impact-of-ites-sectors-in-india207287040 a-study-on-impact-of-ites-sectors-in-india
207287040 a-study-on-impact-of-ites-sectors-in-india
 
207285085 classic-knitwear-case-study
207285085 classic-knitwear-case-study207285085 classic-knitwear-case-study
207285085 classic-knitwear-case-study
 
207244508 united-color-of-benaton
207244508 united-color-of-benaton207244508 united-color-of-benaton
207244508 united-color-of-benaton
 
207137236 ee2207-lm
207137236 ee2207-lm207137236 ee2207-lm
207137236 ee2207-lm
 
207135483 oblicon-case-digestsxavier
207135483 oblicon-case-digestsxavier207135483 oblicon-case-digestsxavier
207135483 oblicon-case-digestsxavier
 
207095812 supply-chain-management
207095812 supply-chain-management207095812 supply-chain-management
207095812 supply-chain-management
 
207043126 ikea-case-study-solution
207043126 ikea-case-study-solution207043126 ikea-case-study-solution
207043126 ikea-case-study-solution
 
206915421 avatar-case-study
206915421 avatar-case-study206915421 avatar-case-study
206915421 avatar-case-study
 
206891661 ee2002-lab-manual-fall-2013
206891661 ee2002-lab-manual-fall-2013206891661 ee2002-lab-manual-fall-2013
206891661 ee2002-lab-manual-fall-2013
 
206885611 eskom-ee-simama-ranta-2014
206885611 eskom-ee-simama-ranta-2014206885611 eskom-ee-simama-ranta-2014
206885611 eskom-ee-simama-ranta-2014
 
206883782 lawyers-fiduciary-obligations
206883782 lawyers-fiduciary-obligations206883782 lawyers-fiduciary-obligations
206883782 lawyers-fiduciary-obligations
 
206869083 ortho-study-guide
206869083 ortho-study-guide206869083 ortho-study-guide
206869083 ortho-study-guide
 
206718637 a-study-on-quality-of-work-life-of-employees
206718637 a-study-on-quality-of-work-life-of-employees206718637 a-study-on-quality-of-work-life-of-employees
206718637 a-study-on-quality-of-work-life-of-employees
 

Dernier

PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Dernier (20)

PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 

207372012 long-case-rawalo-dedi

  • 1. Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites BAB I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. Muhabid Alamat lengkap :Rt 02/Rw 07, Sidamulih, Kec.Rawalo, Kab. Banyumas. Bentuk Keluarga : Nuclear Family Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah N o Nama Status L/ P Umur Pendi dikan Pekerjaan Pasien Klinik Ket 1 . Muhabid KK L 27 th SMP Petani Pasien asma bronkhial persisten sedang 2 . Daryati Istri P 25 th SMP Pedagang 3 . Fino aldiyansyah Anak L 2 th
  • 2. 4 . Maharani Anak P 1 th Sumber : Data Primer, 21 September 2010 Kesimpulan : Kesimpulan dari demografi keluarga Tn. Muhabid yang berbentuk keluarga inti (nuclear family) dimana terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya. Tn Muhabid berjenis kelamin laki-laki, umur 27 tahun menderita penyakit asma bronkhial persisten sedang. BAB II STATUS PENDERITA A. PENDAHULUAN Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita Asma brokhial persisten sedang, berjenis kelamin laki-laki yang berusia 27 tahun. Kasus serupa masih banyak ditemukan di masyarakat Indonesia. B. ANAMNESIS Identitas Penderita Nama : Tn. Muhabid Umur : 27 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani Pendidikan : SMP Agama : Islam Alamat : Rt 02/Rw 07, Sidamulih, Kec.Rawalo, Kab. Banyumas.
  • 3. Status Pernikahan :Menikah Suku : Jawa Tanggal periksa : 21 September 2010 Keluhan Utama : Sesak nafas Keluhan Tambahan : Batuk Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Puskesmas Rawalo pada tanggal 21 September 2010 pukul 09.00 WIB dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan seperti orang yang dadanya terjepit dan dirasakan terutama pada saat udara dingin, malam hari, dan saat beraktifitas yang berat. Pasien mengaku sudah sering mengeluhkan sesak nafas sebelumnya (sesak kambuh-kambuhan) Sebelum berobat, sesak nafas dirasakan hampir setiap hari, mengganggu aktifitas dan tidur. Serangan sesak nafas pada malam hari dirasakan lebih dari 1 kali dalam seminggu dalam sebulan terakhir. Jika dinilai dengan tafsiran angka antara 1-10, sesak nafas pasien dirasa pada angka 7. pasien merasa lebih lega jika meminum obat asma yang diperoleh dari dokter. Selain sesak nafas pasien juga mengeluh batuk berdahak. Batuk berdahak dikeluhkan pasien sudah 2 hari, memberat pada malam hari yang terkadang disertai bunyi ngik- ngik. Baung air besar dan buang air kecil pasien tidak ada keluhan. Riwayat Penyakit Dahulu: - Riwayat penderita Jantung : disangkal - Riwayat penyakit tekanan darah tinggi : disangkal - Riwayat penyakit TBC : disangkal - Riwayat mondok di rumah sakit : disangkal - Riwayat sesak : sejak usia 10 tahun - Riwayat alergi obat/makanan : alergi telor - Riwayat operasi : disangkal Riwayat Penyakit Keluarga - Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
  • 4. - Riwayat sakit sesak nafas : diakui (ibu pasien) - Riwayat hipertensi : disangkal - Riwayat sakit gula : disangkal - Riwayat penyakit jantung : disangkal Riwayat Kebiasaan - Riwayat merokok : mulai berhenti sejak 3 tahun yang lalu - Riwayat olah raga : diakui jarang - Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang-bincang dengan keluarga jarang, berekreasi jarang (sebulan belum tentu sekali, hanya kadang-kadang) Riwayat Psiko Sosio Ekonomi Penderita adalah seorang kepala keluarga, tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Kebutuhan sehari-hari dicukupi dengan penghasilan kurang lebih 500 ribu per bulan sebagai petani, dan ditambah dengan penghasilan istri dari hasil jualan asongan. Hubungan Tn. M dengan anggota keluarga yang lain baik (saling mendukung), Tn M peduli dengan kesehatan anggota keluarga. Dalam kehidupan sosial Tn. M berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti karang taruna. Riwayat Gizi. Penderita makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti tahu-tempe, kerupuk, dan jarang dengan daging, kadang makan buah-buahan hasil kebun dan jarang minum susu. Kesan gizi cukup. Riwayat Sosial dan Exposure  Community: Pasien bertempat tinggal diderah pemukiman penduduk pedesaan. Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga berjauhan satu sama lain. Rumah pasien jauh dari jalan raya dan jauh pabrik hanya dikelilingi perkebunan dan persawahan.  Home: Rumah pasien terbuat dari tembok dengan ukuran 10x6 meter, dengan lantai sebagian dari semen (ruang tamu dan ruang keluarga)
  • 5. dan sebagian tanah (dapur). Rumah pasien terdiri atas 4 kamar tidur, ruang tamu sekaligus sebagai ruang keluarga dan dapur. Penerangan di dalam rumah cukup, ventilasi kurang.  Hobby: kebanyakan menghabiskan waktu dalam rumah, tidak ada hobby khusus yang mengarah kepada penyakit pasien.  Occupational: Pasien hanya sebagai kepala rumah tangga dengan pekerjaan sebagai petani sedangkan istri pasien sebagai pedagang asongan di pasar.  Personal: Pasien makan 2-3 kali sehari dengan mengkonsumsi nasi dengan sayur, tempe, tahu dan kadang-kadang dengan buah, jarang dengan daging.  Drug: Pasien sudah sekitar 1 tahunan rutin mengkonsumsi obat untuk mengatasi keluhan sesaknya. Pasien tidak menggunakan obat-obatan terlarang. Anamnesis Sistem a.Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-) b.Kepala : sakit kepala (-), pusing (+), rambut kepala tidak rontok, berwarna putih, luka pada kepala (-). c.Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), katarak (-) d.Hidung : tersumbat (-), mimisan (-) e. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-) f. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-) g.Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-) h.Pernafasan : sesak nafas (+), batuk berdahak (+), mengi (+), batuk darah (-) i. Kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-) j. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (- ), nyeri perut (-) k.Genitourinaria : BAK lancar, 4-6 kali/hari warna dan jumlah normal l. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
  • 6. Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-) m. Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-) n.Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-) Bawah : bengkak (-), sakit (-) C. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum Kesadaran compos mentis, status gizi kesan cukup. 2. Tanda Vital dan Status Gizi  Tanda Vital Nadi : 120/100x/menit, reguler, isi cukup Pernafasan : 24 x/menit Suhu : 36,5 oC  Status gizi ( Kurva NCHS ) : BB : 59 kg TB : 168 cm BMI = 20,9 BB/(TB dalam meter)2 = 59 /(168)2= 20,9 → kesan normoweight Status Gizi  Gizi kesan cukup 3. Kulit Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-) 4. Kepala Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi nodula (-). 5. Mata Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-) 6. Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-).
  • 7. 7. Mulut Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-) 8. Telinga Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal. 9. Tenggorokan Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-) 10. Leher trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-) 11. Thoraks Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-) - Cor :I : ictus cordis tak tampak P : ictus cordis tak kuat angkat P : batas kiri atas :SIC II 1 cm lateral LPSS batas kanan atas :SIC II LSD batas kanan bawah :SIC IV LSD batas jantung kesan tidak melebar A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-) - Pulmo : Statis (depan dan belakang) I : pengembangan dada kanan = kiri P : fremitus raba kanan = kiri P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+) suara tambahan RBK (+/+) seluruh lapang paru, wheezing (+/+) Dinamis (depan dan belakang)
  • 8. I : pergerakan dada kanan = kiri P : fremitus raba kanan = kiri P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+) suara tambahan RBK (+/+) seluruh lapang paru, wheezing (+/+) 12. Abdomen I :dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-) P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba P :timpani seluruh lapang perut A :peristaltik (+) normal 13. Sistem Collumna Vertebralis I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-) P :nyeri tekan (-) 14. Ektremitas: palmar eritema(-/-) akral dingin oedem - - - - - - - - D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan provokasi Pemeriksaan spirometri Foto toraks E. RESUME Tn. M usia 27 tahun, pekerjaan petani menderita sesak nafas sejak usia 10 tahun, kambuh-kambuhan, yang disertai batuk berdahak. Pasien mengaku memiliki alergi makanan terhadap telor. Ibu pasien memiliki keluhan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sesak, pada pemeriksaan thorak didapatkan ronkhi basah kasar di seluruh lapang paru dan bunyi wheezzeng pada auskultasi.
  • 9. F. DIAGNOSIS HOLISTIK Tuan M berasal dari keluarga menengah kebawah, sebagai kepala keluarga menderita asma bronkhial persisten sedang. 1. Aspek Personal - Pasien mengeluh sesak nafas sejak usia 10 tahun, disertai batuk sejak 2 hari. - Tn. M alergi terhadap makanan berupa telur - Harapan berobat adalah untuk sembuh ( Idea) - Perhatian dari keluarga sangat dibutuhkan guna kesembuhan penyakit Tn.M, untuk itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antar anggota keluarga demi kesembuhan pasien (Concern) - Yang diharapkan Tn.M sebagai pasien dan keluarganya adalah kesembuhan, mendapatkan obat yang efisien untuk terapi penyakit asma (Expectacy) - Tidak menutup kemungkinan Tn.M memendam kekhawatiran tentang penyakitnya karena belum sembuh-sembuh juga dan sering kambuh- kambuhan (Anxiety) 2. Aspek klinis Diagnosa kerja: asma bronkhial persisten sedang dengan differential diagnosa: kor pulmonum cronik Gejala klinis yang muncul : sesak nafas, batuk berdahak, alergi terhadap telur 3. Faktor risiko internal individu - Pendidikan keluarga Tn.M tergolong rendah karena hanya tamatan SMP sehingga pengetahuan tentang kesehatan pun kurang. - Perilaku individu : Kebiasaan Tn.M merokok lama, akan tetapi sejak 3 tahun terakhir sudah berhenti. mengkonsumsi makanan yang asin, makan makanan yang menimbulkan alergi dan melakukan pekerjaan berat sebagai penyebab sesak nafas, jarang berolahraga menjadi faktor risiko terjadinya asma. Ketidak patuhan untuk berobat sebelum obat habis. 4. Faktor risiko eksternal individu
  • 10. Pasien tinggal di lingkungan penduduk dengan kepadatan penduduk sedang, jauh dari jalan raya, dan jauh dari pabrik dan TPA. Rumah pasien terbuat dari tembok dengan lantai campuran, ventilasi dan pencahayaan rumah pasien kurang. Untuk faktor pelayanan kesehatan : berobat ke puskesmas menggunakan askin. 5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2 yaitu masih mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan) sehingga Ny.S masih mampu melakukan aktivitas secara mandiri di dalam maupun di luar rumah. PENATALAKSANAAN 1. Patient Centered a. Medika mentosa Terapi farmakologis : 1. Salbutamol 2 -4 mg @ 3-4x1 sehari 2. GG 10mg @3x1 sehari 3. CTM 12,5 mg @ 3x1 sehari b. Non Medika mentosa 1. Istirahat cukup 2. Menghindari makanan yang mengandung bahan telur 3. Menghindari obat maupun makanan yang bisa memacu serangan alergi seperti : a) Makanan : Meliputi ikan (terutama ikan laut), udang (ebi), kepiting dan kulit ayam. Sebagai sumber protein pengganti, dianjurkan untuk mengkonsumsi susu kedelai. Susu kedelai mengandung protein yang tidak menimbulkan alergi.
  • 11. b) Obat-obatan tertentu. Biasanya dari golongan pereda nyeri (aspirin, antalgin) dan antibiotik (amoksisillin, kotrimoksazol). c) Cuaca. Terutama yang terlalu dingin atau panas. Untuk itu, bila cuaca dingin, usahakan aktivitas dilakukan di dalam ruangan. Gunakan masker/penutup hidung untuk mengurangi suhu dingin. d) Debu dan polusi. Bersihkan rumah dari debu secara rutin, terutama kamar tidur dan tempat tidur. Batasi pemakaian karpet di dalam rumah. e) Stres : Hindari keadaan yang dapat membuat stres secara emosional, karena urtikaria juga dapat dipicu oleh faktor psikologis pasien. 4. Mengurangi aktifitas yang berat 5. Olah raga ringan yang rutin ( olah raga maksimal 10 menit dengan melakukan jalan santai) c. Dukungan Psikologis Suport psikologis biasanya perlu diberikan oleh keluarga pasien. Hal ini berkaitan dengan penyakit asma yang tidak bisa disembuhkan secara total namun angka serangannya bisa diminimalisir dengan melakukan hidup sehat di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pasien seharusnya mengerti dan mampu menghindari alergen-alergen penyebab asma bronkhial. d. Penentraman Hati Menentramkan hati sangat diperlukan untuk mendukung pengobatan pasien. Penyakit asma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total, namun dapat dihindari angka kejadiannya dengan menghindari penyebab asma seperti udara dingin, daerah yang lembab, dan kecapaian. Keluarga harus mendukung dengan sepenuh hati dalam pengobatan pasien. d. Penjelasan mengenai penyakit asma bronkhial Keluarga harus dapat menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit asmanya tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi dapat dihindari kejadian sesak
  • 12. nafas dengan menghindari kecapaian, hidup sehat, dan menghindari alergen-alergen asma. e. Pengobatan Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan. f. Pencegahan dan Promosi Kesehatan Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan berupa perubahan pola hidup sehat, makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, dan tidak boleh merokok, ventilasi udara kamar dan ruangan minimal 10%, pembukaan jendela tiap pagi hari, membersihkan rumah setiap hari, membersihkan ventiasi, menutup jendela dan ventilasi saat malam hari (udara dingin), penggunaan alat masak yang tidak menyebabkan kepulan asap, dan tidak putus asa menjalani terapi asma. 2. Pengobatan Fokus Family a. Karena Tn. M memiliki keluhan sesak nafas maka sebaiknya jendela dan ventilasi selalu dibuka, terutama pada pagi dan siang hari. b. Menghindari makanan yang bisa memacu serangan alergi seperti ikan, telur. c. Karena Tn. M memiliki riwayat alergi, maka sebaiknya anak-anak Tn. M sejak dini bisa mengetahui hal-hal apa saja yang bisa memicu serangan alergi maupun penyakit asma. d. Lantai rumah juga harus sering dibersihkan. 3. Pengobatan focus Community Menjaga kebersihan lingkungan rumah, membuang sampah di tempat pembuangan yang sudah disediakan, menghindari pembakaran sampah.
  • 13. MASTER PROBLEM LIST Problem Number Approx . Date of Onset Date Problem Recorded Active Problems Inactive/Resol ved Problems Date Resolved
  • 14. CATATAN KEMAJUAN HARI TANGGAL Subjective Objective Assessment Plan 21-09-2010 23-09-2010 29-09-2010 Sesak nafas, batuk Sesak nafas dan batuk berkurang Masih sering sesak malam hari, KU sedang,compos mentis, gizi kesan cukup Tanda vital: TD :120/80 N : 80x/menit RR: 24 x/ menit S : 36,6 oC KU: sedang, compos mentis, gizi kesan cukup Tanda vital: TD: 120/80 N :80x/menit RR: 20 x/ menit S : 36 oC KU: sedang, compos mentis, gizi kesan cukup Tanda vital: TD: 120/80 N :80x/menit RR: 20 x/ menit S : 36 oC Asma Bronkhial persisten sedang Asma Bronkhial persisten sedang Asma Bronkhial persisten sedang Terapi medikamentosa berupa) Salbutamol 2 -4 mg @ 3-4x1 sehari GG 10mg @3x1 sehari . CTM 12,5 mg @ 3x1 sehari Memberikan pengetahuan tentang penyebab asma Memberikan pengetahuan tentang penyebab asma FLOW CHART PROBLEMS Tanggal 21/09 23/09 29/09 Berat Badan 59 59 59 Tekanan Darah 120/80 120/80 120/80 1 21-9-2010 Tn. M periksa ke Puskesmas karena sesak nafas dan batuk didiagnosis asma bronkhial persisten sedang. - - - -
  • 15. BAB III IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA A. FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis Keluarga terdiri dari penderita (Tn. M 27tahun), istri (Ny.D, 25 tahun), dan kedua anaknya yang masing-masing berumur 2 tahun, dan 1 tahun. Penderita tinggal serumah dengan suami dan kedua anaknya tersebut. Kedua anaknya semuanya masih balita. Penderita datang ke Puskesmas ditemani saudaranya. 2. Fungsi Psikologis Tn. M sangat dekat dengan istri dan kedua anaknya. Tn. M lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. 3. Fungsi Sosial Dengan lingkungan sekitar Tn. M senang bersosialisasi. 4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan penderita, yang tiap bulannya berpenghasilan kira-kira Rp.500.000,- dan hasil ini tidak tetap, karena penderia yang hanya seorang petani dan istri pasien seorang ibu rumah tangga dengan usaha sampingan pedagang asongan. Biaya pengobatan pasien gratis di puskesmas. B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE) Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis
  • 16. keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik. ADAPTATION Dalam menghadapi masalah selama ini penderita membaginya dengan keluarga dan mendapatkan dukungan dari seluruh anggota keluarganya. Pasien dekat dengan istrinya. Penyakit yang diderita pasien ini sangat mengganggu aktivitasnya sehari-hari karena sesak nafas menyebabkan pasien tidak bisa beraktivitas . PARTNERSHIP Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa singkat. Setiap ada permasalahan kadang didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya komunikasi dengan anggota dan anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik. GROWTH Pasien merasa bersyukur masih dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya dan keluarga mendukung pasien jika ingin sembuh. AFFECTION Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan istri dan kedua anaknya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya. RESOLVE Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga maupun dari saudara-saudara. Kebersamaan cukup. A.P.G.A.R Tn. M Terhadap Keluarga Hamp ir selalu Kadang -kadang Hampir tidak pernah A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah  P Saya puas dengan cara keluarga saya 
  • 17. membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru  A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll  R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama  Total poin = 6 Tn. M merupakan kepala rumah tangga dan seorang penderita disini. A.P.G.A.R Ny. D Terhadap Keluarga Hamp ir selalu Kadang -kadang Hampir tidak pernah A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah  P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya  G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru  A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll  R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama  Total poin = 7 Ny. D adalah seorang istri yang bekerja sebagai pedagang asongan. Penghasilan perbulan tidak tetap. A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (6+7)/2=6,5 Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang
  • 18. Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 13, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 6,5. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan sedang.
  • 19. C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M) Fungsi patologis dari keluarga Tn. M dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai berikut : Keterangan :  Social (+) artinya Interaksi sosial antar anggota keluarga juga dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif  Economic (+) artinya Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai. SUMBER PATOLOGI KET Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif. + Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan. - Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin menjalankan sholat lima waktu di masjid. Sebelum sakit penderita rutin mengaji di sore hari di masjid dekat rumah. - Economic Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup + Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai.Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas. + Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan kartu ASKIN untuk berobat. -
  • 20.  Education (+) artinya keluara Tn. M masih memiliki pengetahuan yang kurang, khususnya mengenai asma. Kesimpulan : Dalam keluarga Tn. M fungsi patologis yang positif adalah fungsi sosial, ekonomi, edukasi. D. GENOGRAM Alamat lengkap : Rt 02/Rw 07, Sidamulih, Kec.Rawalo, Kab. Banyumas. Bentuk Keluarga : Nuclear Family Diagram 1. Genogram Keluarga Tn. M keterangan : = laki-laki = perempuan = asma = tinggal dalam 1 rumah Ny. DaryatiTn. Muhabid Tn. M Ny. D F M S. Tn.S Ny.Sa Ny.M T Ma 57 Su Sur 15 . .
  • 21. Kesimpulan : Tn. M merupakan penderita yang memiliki asma. Dari keluarganya ibu penderita memiliki riwayat sesak nafas. Dari anggota keluarga Tn. M maupun Ny. D tidak ada yang memiliki riwayat asma. E. Informasi Pola Interaksi Keluarga Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga Ny.S Sumber : Data Primer,21 september 2010 Keterangan : hubungan baik Kesimpulan : Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Tn. M baik-baik saja dan harmonis. Antar keluarga saling dukung mendukung apalagi dengan Tn. M yang sedang sakit. Tn. M, 27 tahun Ny. D, 25 tahun F, 2 tahun M, 1 tahun
  • 22. BAB IV IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga 1. Faktor Perilaku Keluarga Tn. M adalah seorang kepala rumah tangga yang mempunyai dua orang anak. Tn. M memiliki penyakit asma. Dalam pola makan Pasien makan 2-3 kali sehari dengan mengkonsumsi nasi dengan sayur, tempe, tahu dan kadang- kadang dengan buah, jarang dengan daging. Tn. M juga jarang berolahraga. Penderita kurang mengetahui efek dan akibat dari penyakit yang dideritanya. 2. Faktor Non Perilaku Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan yang utama yaitu dari pekerjaan pasien yang sebagai petani dan istrinya sebagai pedagang asongan. Rumah yang dihuni keluarga kurang dikatakan sebagai rumah sehat, karen pencahayaan rumah cukup, ventilasi kurang terbuka, mempunyai kamar mandi dan WC, pembuangan sampah pada tempat sampah lingkungan setempat. Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku
  • 23. : Faktor Perilaku : Faktor Non Perilaku B. Identifikasi Lingkungan Rumah 1. Gambaran Lingkungan Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10x6 m2 yang berjauhan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke selatan. Memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Rumah ini terdiri dari 4 kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus sebagai ruang keluarga yang digabung dengan ruang makan, dapur Keluarga Tn. M Pengetahuan : Keluarga kurang mengetahui penyakit penderita Lingkungan: rumah cukup bersih, pencahayaan dalam rumah cukup, ventilasi kurang Tindakan Dibawa ke Puskesmas setelah pasien mengeluh sesaknafas Pelayanan Kesehatan: Jika sakit berobat ke puskesmas Keturunan: Dari keluarga ibu penderita memiliki riwayat sesak nafas Sikap: Keluarga cukup memperhatikan penyakit penderita
  • 24. dan kamar mandi. Depan rumah terdapat rumah tetangga. Lantai rumah sebagian menggunakan ubin dan sebagian tanah (dapur). Atap rumah memakai genteng, dan bagian dalam sudah menggunakan langit-langit. Jendela rumah ditutup dengan kaca dan sebagian Pasien mempunyai sumur pribadi, penggunaan air menggunakan air sumur. 2. Denah Rumah Rumah pasien berukuran 10X6 meter yang terdiri dari 4 ruangan. Tiap ruangan ukuran kamarnya ada yang 3X4 m dan ada yang 3x3m. Rumah pasien menghadap kearah selatan. Kamar mandi Dapur WC Kamar Tidur Ruang tamu, TV dan Ruang makan Anak Kamar Tidur Kamar Tidur Tn. M & Ny. D Ruang Tamu BAB V teras B
  • 25. DAFTAR MASALAH A. Masalah medis : 1. Tn. M sering sesak nafas 2. Tn. M mempunyai riwayat alergi (alergi terhadap makanan telur) B. Masalah non medis : 1. Keluarga Tn. M dan keluarga kurang pengetahuan tentang bahaya asma dan alergi. 2. Tingkat pengetahuan keluarga Tn. M tentang kesehatan kurang. 3. Tn. M adalah salah satu dari keluarganya yang menderita asma 4. Kondisi lingkungan sekitar rumah Tn. M jarang 5. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah kebawah (agak kurang). C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN (Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien) Tn. M, 27 tahun dengan asma 1. Keluarga Tn. M kurang mengerti akan bahaya asma dan serta komplikasinya 2. Dalam satu rumah hanya Tn. M yang menderita asma, 3. Tingkat pengetahuan keluarga Tn. M tentang kesehatan kurang 4. Kondisi ekonomi keluarga kurang memenuhi kebutuhan 5. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang sehat
  • 26. D. MATRIKULASI MASALAH Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996) No . Daftar Masalah I T R Jumlah IxTxRP S SB Mn Mo Ma 1. Tingkat pengetahuan keluarga Tn. M tentang kesehatan terutama tentang asma 4 5 4 3 4 3 4 11.520 2. Keluarga Tn. M kurang mengerti akan bahaya asma dan komplikasinya 4 4 4 4 3 3 3 6.912 3. Dalam satu rumah hanya Tn. M yang menderita asma 4 3 3 3 4 3 4 5.184 4. Kondisi ekonomi keluarga cukup memenuhi kebutuhan 3 4 3 4 3 3 3 3.888 5. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang sehat 3 4 3 3 3 3 3 2.916 Keterangan : I : Importancy (pentingnya masalah) P : Prevalence (besarnya masalah) S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah) SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah) T : Technology (teknologi yang tersedia) R : Resources (sumber daya yang tersedia) Mn : Man (tenaga yang tersedia) Mo : Money (sarana yang tersedia) Ma : Material (pentingnya masalah)
  • 27. Kriteria penilaian : 1 : tidak penting 2 : agak penting 3 : cukup penting 4 : penting 5 : sangat penting E. PRIORITAS MASALAH Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn. M adalah sebagai berikut : 1. Tingkat pengetahuan keluarga Tn. M tentang kesehatan terutama asma 2. Keluarga kurang pengetahuan tentang bahaya asma dan komplikasinya. 3. Tn. M adalah salah satu dari keluarganya yang menderita asma 4. Kondisi lingkungan sekitar rumah Tn. M jarang, namun rumah Tn. M cukup sehat. 5. Kondisi ekonomi keluarga adalah agak kurang. 6. Fungsi fisiologis keluarga Tn. M adalah sedang. Kesimpulan : Prioritas masalah yang diambil adalah belum tahunya tentang pengetahuan keluarga pasien mengenai penyakit asma. Orang tua dan keluarga pasien belum mengerti tentang gejala, tanda, dan penanganan penyakit asma dan komplikasinya. Hal ini di karenakan terbatasnya pengetahuan mengenai asma dan kesadaran akan kesahatannya masih rendah.
  • 28. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA Tanggal Kegiatan yang dilakukan Anggota keluarga yang terlibat Hasil kegiatan Catatan untuk pembinaan selanjutnya 21-09- 2010 1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien (perkenalan identitas) 2. Kontrak dengan pasien untuk pertemuan akan datang Pasien Pasien menepati janji 23-09- 2010 1. Mengkaji pengetahuan pasien tentang penyakit asma 2. Menanyakan penyebab sesak nafas (saat serangan asma) 3. Memberikan penjelasan tentang :  Pengertian asma  Penyebab asma  Tanda dan gejala  Akibat asma  Cara pencegahan serangan asma 4. Menganjurkan pasien untuk periksa ke Puskesmas atau dokter bila penyakit Pasien, anak- anaknya, dan istri Pasien dan keluarga melakukan sesuai dengan yang di anjurkan
  • 29. berlanjut 29-09- 2010 1. Membuka ventilasi rumah yang seharusnya terbuka 2.Menyarankan kepada anggota keluarga untuk rajin membuka jendela setiap pagi hari. 3. Menyarankan untuk membersihkan kamar tidur dari debu dan kapas- kapas kasur yang beterbangan. 4.Menyarankan pasien untuk menggunakan kompor gas saat memasak 5.Menyarankan pasien untuk tidak makan makanan dan obat yang dapat menyebabkan alergi dan sesak nafas 6.Menyarankan pasien untuk mengurangi beban pikiran dan lebih santai dalam menghadapi suatu masalah Pasien, anak- anak dan istri Pengetahuan keluarga pasien mengenai penyakit asma bertambah
  • 30. BAB VII TINJAUAN PUSTAKA A. ASMA BRONKHIAL Penyakit asma bronkhial adalah penyakit saluran nafas bagian bawah yang ditandai oleh hiperaktivitas cabang trakhea dan bronkhus terhadap berbagai macam rangsangan, sehingga timbul penyempitan jalan nafas yang luas dan bersifat reversibel, dan membaik secara spontan maupun dengan pengobatan. Serangan asma dapat dimulai dari yang paling ringan sampai yang mengancam. Penyempitan yang berlangsung beberapa hari atau minggu, walaupun telah mendapat terapi yang biasa dipakai, dikenal sebagai “status asmatikus”(Barmawi, 1996). Status asmatikus adalah asma dengan intensitas serangan yang tinggi dan tidak memberikan reaksi dengan obat-obatan yang konvensional dan merupakan salah satu kegawatan dalam kasus asma bronkhiale. Berdasarkan tingkat kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi tiga tingkatan : 1. Asma Bronkhial : bronkhospasme yang sifatnya reversibel dengan latar belakang alergi. 2. Status Asmatikus : asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional. 3. Asthmatic Emergency : asma yang dapat menyebabkan kematian. Sampai sekarang belum ada kesepakatan tentang definisi asma bronkial yang dapat diterima oleh semua ahli. Alasan-alasannya antara lain adalah sebagai berikut : 1. Diantara para penderita, penyakit asma baik dalam berat maupun perjalanan penyakitnya berbeda-beda. 2. Berbagai hal dapat mencetuskan serangan asma. 3. Histopatologi terutama pada keadaan yang ringan tidak banyak diketahui. 4. Sebab penyakit belum diketahui. Penyakit asma bronkial jarang menimbulkan kematian. Didalam beberapa penelitian didapatkan bahwa angka mortalitas tidak banyak membantu
  • 31. menjelaskan patogenesis penyakit ini. Studi insidensi juga hanya memberikan keterangan tentang frekuensi episode akut yang terjadi dalam kondisi tertentu saja, oleh karena itu penelitian epidemiologi asma lebih banyak diarahkan pada penentuan prevalensi. 1. Definisi Suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan. Bila ditelaah lebih lanjut definisi tadi dapat diuraikan menjadi : 1. Ada peningkatan respon trakea dan bronkus. Hal ini berarti bahwa jalan nafas penderta asma mempunyai respon yang lebih hebat terhadap berbagai rangsangan dibanding dengan orang normal. 2. Serangan asma jarang sekali hanya dicetuskan oleh satu macam rangsangan, tetapi oleh berbagai rangsangan. 3. Kelainan tersebar luas pada kedua paru. 4. Derajat serangan asma dapat berubah-ubah, misalnya obstruksi lebih berat pada malam hari dibanding dengan siang hari. 2. Manifestasi Klinis Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain : 1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop. 2. Batuk produktif, sering pada malam hari. 3. Sesak nafas dada seperti tertekan. Gejalanya bersifat proksimal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari (Mansjoer, 1999) Klasifikasi derajat asma Derajat asma Gejala Gejala malam Fungsi paru
  • 32. Intermitten mingguan - Gejala < 1x/minggu - Tanpa gejala di luar serangan - Serangan singkat - Fungsi paru asimtomatik dan normal luar serangan  2 kali seminggu VEPI atau APE  80% Persisten ringan mingguan - Gejala > 1x/minggu tapi < 1x/hari - Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur > 2 kali seminggu VEPI atau APE  80% normal Persisten sedang harian - Gejala harian - Menggunakan obat setiap hari - Serangan mengganggu aktivitas dan tidur - Serangan 2x/minggu, bisa berhari-hari > 2 sekali seminggu VEPI atau APE > 60% tetapi  80% normal Persisten berat kontinu - Gejala terus-menerus - Aktivitas fisik terbatas - Sering serangan sering VEPI atau APE < 80% normal 3. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium 2. Spirometri 3. Tes provokasi bronkial 4. Pemeriksaan tes kulit 5. Pemeriksaan kadar IgE total dan spesifik dalam serum 6. Pemeriksaan radiologi 7. Analisis gas darah 8. Pemeriksaan eosinofil dalam darah dan pemeriksaan sputum. 4. Diagnosis Diagnosis asma berdasarkan :
  • 33. 1. Anamnesis : riwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap asma, riwayat keluarga dan riwayat alergi, serta gejala klinis. 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan laboratorium : darah (terutama eosinofil, IgE total, IgE spesifik), sputum (eosinofil, spiral curshman, kristal charcot-leyden) (Karnen, 1996) 4. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk menentukan adanya obstruksi jalan nafas. 5. Komplikasi Asma 1. Pneumothoraks 2. Pneumomediastinum dan emfisema subkutis 3. Atelektasis 4. Aspergilosis bronkopulmonar alergik 5. Gagal nafas 6. Bronkitis 7. Fraktur iga. 6. Penatalaksanaan : Tujuan terapi asma yaitu : 1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma 2. Mencegah kekambuhan 3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya 4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise 5. Menghindari efek samping obat asma 6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel. Obat-obatan anti asma : 1. Bronkodilator a. Agonis 2
  • 34. Obat ini mempunyai efek bronkodilatasi. Terbutalin, salbutamol, dan fenetrol memiliki lama kerja 4-6 jam, sedang agonis 2 long action bekerja lebih dari 12 jam, seperti salmeterol, formoterol, bambuterol, dan lain-lain. Bentuk aerosol dan inhalasi memberikan efek bronkodilatasi yang sama dengan dosis yang jauh lebih kecil yaitu sepersepuluh dosis oral dan pemberiannya lokal. b. Metilxantin Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan dengan konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjang. c. Antikolinergik Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsik dari saluran nafas. 2. Anti inflamasi Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi dan profilaksis. a. Kortikosteroid b. Natrium kromolin (sodium cromoglycate) merupakan antiinflamasi non steroid. Terapi awal, yaitu : 1. Oksigen 4-6 liter/menit 2. Agonis 2 (salbutomol 5 mg atau feterenol 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian agonis 2 dapat secara subkutan atau iv dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5% dan diberikan perlahan. 3. Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis. 4. Kortikosteroid hidrokarbon 100-200 mg iv jika tidak ada respon segera atau pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat. Respon terhadap terapi awal baik, jika didapatkan keadaan berikut : 1. Respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan. 2. Pemeriksaan fisik normla
  • 35. 3. Arus puncak ekspirasi (APE) > 70% 4. Jika respon tidak ada atau tidak baik terhadap terapi awal maka pasien sebaiknya dirawat di Rumah Sakit. Pengobatan Asma jangka panjang berdasarkan berat penyakit (Mansjoer, 1999) Derajat asma Obat pengontrol Obat pelega Asma intermitten Tidak perlu - Bronkodilator aksi singkat yaitu inhalasi agonis 2 - Intensitas pengobatan tergantung berat eksaserbasi - Inhalasi agonis 2 atau kromolin dipakai sebelum aktivitas atau pajanan alergen. Asma persisten ringan - Inhalasi kortikosteroid 200- 500 g/kromolin/nedokromil/atau teofilin lepas lambat. - Bila perlu ditingkatkan sampai 800 g atau ditambahkan bronkodilator aksi lama terutama untuk mengontrol asma malam dapat diberikan agonis 2 aksi lama inhalasi atau oral teofilin lepas lambat. - Inhalasi agonis 2 aksi singkat bila perlu dan melebihi 3-4 x sehari Asma persisten sedang - Inhalasi kortikosteroid 800- 2000 g. - Bronkodilator aksi lama terutama untuk mengontrol asma malam, berupa agonis 2 aksi lama inhalasi atau oral teofilin lepas lambat. - Inhalasi agonis 2 aksi singkat bila perlu dan tidak melebihi 3-4 x sehari Asma persisten berat - Inhalasi kortikosteroid 800- 2000 g atau lebih. - Bronkodilator aksi lama, berupa agonis 2 inhalasi atau oral teofilin lepas lambat. - Kortikosteroid oral jangka panjang - Penyakit asma merupakan suatu penyakit yang tidak dapat di sembuhkan secara total, untuk itu perlu pencegahan bagi mereka yang mempunyai riwayat penyakit asma. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan cara, sebagai berikut:
  • 36. 1. Kasur dan tempat tidur dan bantal kapuk sebaiknya diganti busa kemudian dimasukkan dalam kantong vinil dengan risleting atau dibungkus kantong plastik dan direkat dengan selotip seperti membungkus kado. 2. Sprei, selimut, sarung bantal dan guling lebih sering dicuci minimal sekali seminggu dengan air panas (55-60 derajat C). 3. Lantai dibersihkan dengan lap basah satu kali setiap hari. 2. Tirai gorden dicuci setiap dua minggu. 3. Lemari, rak dan laci dibersihkan dengan lap basah serta paling banyak hanya boleh 3 buah buku yang diletakkan di dalamnya. 4. Ganti karpet dengan linoleum atau lantai kayu. Kalau tidak, bisa juga secara teratur dihisap dengan filter high efficiency particulate air (HEPA) dan kantung debu dua rangkap. 5. Buku, majalah dan mainan jangan ada di kamar tidur. Jika memang harus ada, maka masing-masing hanya boleh 3 buah. Lebih sedikit barang- barang tersebut di kamar tidur, itu lebih baik. 6. Boneka dan mainan yang terbuat dari kain sebaiknya dicuci dengan air panas setiap minggu. 7. Hindari asap dari obat nyamuk bakar dan asap dapur. 8. Gunakan kipas angin di dapur dan kamar mandi untuk mengusir asap dapur dan bau yang tajam. 9. Binatang peliaraan yang berbulu sebaiknya tidak ada di rumah penderita asma. Atau paling tidak binatang tersebut tidak berada di kamar tidur dan ruang utama. 10. Mandikan binatang peliaraan dua kali seminggu. 11. Pakaian paling lama jangan lebih dari 2 minggu di dalam lemari, setelah itu harus dicuci kembali atau dipindah ke kamar lain. Bila tidak memungkinkan maka dibungkus kantong plastik dan direkat selotip seperti membungkus kado. 12. Air conditioner (AC) jangan terlalu dingin dan filternya dibersihkan sekali seminggu. 13. Gunakan filter udara HEPA terutama di kamar tidur dan ruang utama.
  • 37. 14. Bersihkan lingkungan yang disukai kecoa seperti tempat lembab, sisa makanan, sampah terbuka dan tempat lainnya. 15. Gunakan pembasmi kecoa. 16. Perbaiki semua kebocoran atau sumber air yang berpotensi menimbulkan jamur, seperti dinding kamar mandi, bak mandi, keran lain dan tempat lainnya. Mari perhatikan kesehatan lingkungan hidup kita, demi terjaganya kualitas hidup penderita asma. (anonym, 2007). Selain beberapa hal diatas, ada usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain : 1. Menjaga kesehatan 2. Menjaga kebersihan lingkungan 3. Menghindarkan faktor pencetus serangan penyakit asma 4. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma Setiap penderita harus mencoba untuk melakukan tindakan pencegahan. Tetapi bila gejala-gejala sedang timbul maka diperlukan obat anti penyakit asma untuk menghilangkan gejala dan selanjutnya dipertahankan agar penderita bebas dari gejala penyakit asma. 1. Menjaga kesehatan. Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan. Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat
  • 38. yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam. 2. Menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang- barang untuk menghindari debu rumah. Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya. 3. Menghindari Faktor Pencetus. Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma. Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak. Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus dihindari. Perhatikan obat-obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna
  • 39. (tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma. 4. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang, penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi bila ingin agar gejala penyakit asmanya cepat hilang, jelas aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih berat, bila masih mungkin dapat menambah dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid. Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah serangan penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan penyakit asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator dan steroid sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan. (sundaru, 2007) BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Diagnosis Holistik :
  • 40. 1. Aspek Personal yaitu Pasien mengeluh sesak nafas. Pasien mengeluh sesak nafas sejak usia 10 tahun sering kambuh-kambuhan, dan Tn. M alergi terhadap makanan yalni telur. 2. Aspek klinis adalah asma bronkhial persisten sedang. 3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu adalah dari faktor aktivitas berlebihan, jarang berolahraga menjadi faktor risiko terjadinya asma. Ketidak patuhan untuk tidak memakan makanan telur kadang tidak diperhatikan sehingga menyebabkan reaksi alergi. 4. Aspek Faktor Risiko Eksternal Individu adalah dilihat dari faktor pendidikan keluarga, ekonomi, lingkungan dan pelayanan kesehatan. 5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial adalah dalam skala 2 yaitu masih mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan) sehingga Tn. M masih mampu melakukan aktivitas secara mandiri di dalam maupun di luar rumah. B. SARAN Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus : 1. Menerima penyakitnya dengan lapang dada dan berusaha menyembuhkan tanpa putus asa. 2. Menjelaskan bahwa penyakit asma tidak dapat di sembuhkan, tetapi dapat dicegah kejadianya dengan pola hidup sehat dan istirahat cukup. 3. Menjauhkan pasien dari asap rokok, asap, udara kotor, dan udara dingin. 4. Kedekatan antara pasien dengan keluarga sangat dibutuhkan disini guna kesembuhan pasien. 5. Untuk anak-anak Tn. M sebaiknya sejak sekarang berhati-hati juga dalam memilih makanan, karena tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu keluahan yang dialami Tn. M dialami anak-anaknya. 6. Menjauhi faktor risiko yang bisa memicu penyakit pasien seperti aktivitas berlebihan dan makanan yang asin dan ikan.
  • 41. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonym, available www.google.co.id pencegahan asma. Yayasan asma Indonesia.di akses 28 Agustus 2009.
  • 42. 2. Baratawidjaja K. Imunologi Dasar. Indonesia: Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.46-48 3. Barmawi, H., Status Asmatikus, Standar Pelayanan Medis RSUP. Dr. Sardjito, Buku I, Komite Medis RSUP. Dr. Sardjito dan FK UGM, Yogyakarta, 1996, 100-103. 4. Karnen B, Asma Bronkial dalam Soeparman, dkk, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, edisi 3, FKUI, Jakarta, 1996, Hal 21-39. 5. Mansjoer, A, dkk, Asma Bronkial dalam Kapital Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi 3, FKUI, Jakarta, 1999, hal 476-480. 6. Sundaru, heru. 2007. available www. Google.co.id cara pencegahan asma. Di akses 28 September 2010 7. Sutoyo S. Faktor Resiko. 2007. Available from : http:// blake.prohosting.com/betawi/pencegahan.htm. Diakses Agustus 15, 2009. 8. Sylvia A. Price. Hipertensi.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC,1995 :534 9. Tabrani, Rab, H., Kegawatan Asma Bronkhial, Prinsip Gawat Paru, edisi II, Jakarta, 1996, 163-165. 10. W.M. Lorraine, Penyakit Pernafasan Obstruktif, dalam A.P Sylvia, dkk, Patofisiologi, Jilid II, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995, hal 689-691.