Makalah ini membahas tentang kerukunan antar umat beragama, dengan menjelaskan definisi kerukunan sebagai hidup bersama dalam damai dan kesatuan hati. Kerukunan antar umat beragama penting untuk dijaga di Indonesia yang majemuk agamanya, meskipun menghadapi berbagai kendala seperti konflik keagamaan. Solusi untuk mempertahankan kerukunan antar umat beragama adalah dengan toleransi, dialog, dan kerjasama ant
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Kerukunan antar umat beragam
1. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
Disusun Oleh :
KELOMPOK NUR
1. Bella Herlina
2. Risma Dwi Cahyani
3. Maya Sofiana
4. Yuspa Putri
AKADEMI KEPERAWATAN PANCA BHAKTI
BANDAR LAMPUNG
2016
2. ii
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmatNyalah akhirnya makalah ini telah selesai disusun untuk memenuhi tugas
Pendidikan Agama Islam.
Makalah ini disusun agar mahasiswa atau para pembacanya dapat hidup rukun
antar umat beragama, karena di Indonesia terdapat banyak agama yang berbeda.
Dalam proses pemyusunan makalah ini, penyusun berupaya mengumpulkan
informasi dari berbagai referensi agar dapat merumuskan pokok-pokok bahasan
tentang kerukunan antar hidup Beragama.
Semoga makalah ini dapat membantu memperluas wawasan mahasiswa
ataupun para pembacanya tentang kerukunan antar umat beragama. Tentu saja
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami selaku penyusun
makalah ini mohon maaf atas segala kekurangan yang ada, kami selalu menanti saran
dan kritik dari dosen pembimbing maupun pembaca agar makalah ini menjadi lebih
baik lagi kedepannya.
Bandar Lampung, September 2016
Penyusun
3. iii
iii
DAFTAR ISI
Sampul Depan
Kata Pengantar ........................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................1
1) Tujuan umum .................................................................................2
2) Tujuaan Khusus ..............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................4
A. Definisi Kerukunan .............................................................................4
B. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama ....................................6
C. Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia ..................................7
D. Jenis-jenis Kerukunan Antar Umat Beragama ......................................8
E. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama..........................................8
F. Kendala-kendala Kerukunan Umat Beragama .....................................8
G. Solusi Masalah Kerukunan Antar Umat Beragama ............................11
H. Cara Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama ..............................14
I. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Kerukunan Antar Umat Beragama
.............................................................................................................15
J. Pola Pembinaan Kerukunan Antar Umat Beragama...........................16
K. Kerjasama Antar Umat Beragama.......................................................16
BAB III IMPLIKASI TERHADAP KEPERAWATAN
A. Implikasi Keperawatan dalam menjunjung tinggi tolerasnsi agama . 19
BAB IV PENUTUP ............................................................................................21
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga negaranya
memilih satu dari 5 agama resmi di Indonesia. Namun kerukunan antar umat
beragama di Indonesia dinilai masih banyak menyisakan masalah. Kasus-kasus
yang muncul terkait masalah kerukunan beragama pun belum bisa terhapus
secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, forum-forum islam ekstrimis dan
lainnya menyisakan masalah ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu siap
membara dan memanaskan suasana di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa pemahaman masyarakat tentang kerukunan atar umat beragama perlu
ditinjau ulang. Dikarenakan banyaknya ditemukan ketidak adanya kerukunan
antar agama, yang menjadikan adanya saling permusuhan, saling merasa
ketidak adilan.
Maka dari itulah pentingnya kerukunan umat beragama, agar semua
masyarakat yang mengalami dan tidak mengalami efek negative dari ketidak
rukunan agama bahwa kerukunan agama itu sangatlah penting.
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam. Kata islam berarti damai, selamat,
sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan
kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia pada
khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Agama islam adalah agama yang
Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS.
Agama itu kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para
Nabi dan Rasul-rasul berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri
dari beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman
agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing-
6. 2
masing dan berpotensi konflik. Indonesia merupakan salah satu contoh
masyarakat yang multikultural. Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja
kerena keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama.
Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama islam, Katolik,
protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah
perbedaan agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan
perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan
konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu
sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati,
dan saling tolong menolong.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat
beragama yang sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang
mengikat semua anggota kelompok sosial yang berbeda agama guna
menghindari ”ledakan konflik antarumat beragama yang terjadi tiba-tiba”.
Makalah ini akan membahas tentang pentingnya menciptakan kerukunan antar
umat beragama dilingkungan masyarakat.
B. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Tujuan umum pembuatan makalah ini adalah, agar kita mampu
menggambarkan tentang :
a. Pengertian atau Definisi Kerukunan?
b. Apa pengertian kerukunan umat beragama?
c. Apa pentingnya kerukunan umat beragama?
d. Konflik kerukunan beragama?
e. Cara menjaga kerukunan umat beragama?
7. 3
2) Tujuan Khusus
Tujuan khususnya adalah agar kita mengerti tentang difinisi kerukunan,
mengerti akan teori Kerukunan umat beragama, pentringnya umat beragama
serta konflik kerukunan beragama dan juga implikasi terhadap keperawatan.
8. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kerukunan
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan
“bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran
(Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka
“kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat
manusia
Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup
berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah
untuk mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog,
saling terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih. Kerukunan
antarumat beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat
beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan
kerja sama antarumat beragama.
Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk social yang membutuhkan
hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk social,
manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual.
Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong
(ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan
ras, bangsa, dan agama.
Selain itu islam juga mengajarkan manusia untuk hidup bersaudara karena pada
hakikatnya kita bersaudara. Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah satu
ajaran yang pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan antara orang-orang
9. 5
Islam, melainkan cenderung memiliki arti sebagai persaudaraan yang didasarkan
pada ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami.
Sungguh bahwa Allah telah menempatkan manusia secara keseluruhan sebagai
Bani Adam dalam kedudukan yang mulia, walaqad karramna bani Adam (QS
17:70).
Manusia diciptakan Allah SWT dengan identitas yang berbeda-beda agar
mereka saling mengenal dan saling memberi manfaat antara yang satu dengan
yang lain (QS 49:13).
Tiap-tiap umat diberi aturan dan jalan yang berbeda, padahal andaikata Allah
menghendaki, Dia dapat menjadikan seluruh manusia tersatukan dalam
kesatuan umat. Allah SWT menciptakan perbedaan itu untuk member peluang
berkompetisi secara sehat dalam menggapai kebajikan, fastabiqul khairat (QS
5:48).
Sabda Rasul, seluruh manusia hendaknya menjadi saudara antara yang satu
dengan yang lain, wakunu ibadallahi ikhwana (Hadist Bukhari).
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an dan hadist sekurang-
kurangnya memperkenalkan empat macam ukhuwah, yakni:
1. Ukhuwah ‘ubudiyyah, ialah persaudaraan yang timbul dalam lingkup sesama
makhluk yang tunduk kepada Allah.
2. Ukhuwah insaniyyah atau basyariyyah, yakni persaudaraan karena sama-
sama memiliki kodrat sebagai manusia secara keseluruhan (persaudaraan
antarmanusia, baik itu seiman maupun berbeda keyakinan).
3. Ukhuwah wataniyyah wa an nasab, yakni persaudaraan yang didasari
keterikatan keturunan dan kebangsaan.
4. Ukhuwah diniyyah, yakni persaudaraan karena seiman atau seagama.
5. Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk
perhatian, kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib
sepenanggungan. Nabi menggambarkan hubungan persaudaraan dalam
haditsnya yang artinya ” Seorang mukmin dengan mukmin yang lain seperti
10. 6
satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh terluka, maka seluruh tubuh
akan merasakan demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan yang
berintikan kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di
kalangan muslim dikenal dengan istilah ukhuwwah Islamiyah atau
persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah. Kerja sama antar umat
bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar manusia yang tidak
dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama dalam bidang-bidang
ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan
sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan.
B. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama
Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah
bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk
mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu
tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai Pancasila
seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya reformasi.
Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan
kerukunan antar umat beragama di Indonesia, dari luar maupun dalam negeri kita
sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa
dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk
menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk
mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat
dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang
banyak berperan aktif dalam masyarakat.
Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan
dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman,
kekerasan hingga konflik agama.
11. 7
C. Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia
Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di
Tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk
hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan.
Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat Dinamis,
Humanis dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat
dikalangan bawah sehingga, kerukunan tersebut tidak hanya dapat
dirasakan/dinikmati oleh kalangan-kalangan atas/orang kaya saja.
Karena, Agama tidak bisa dengan dirinya sendiri dan dianggap dapat
memecahkan semua masalah. Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan
manusia. Mungkin faktor yang paling penting dan mendasar karena memberikan
sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui bahwa untuk
mengerti lebih dalam tentang agama perlu segi-segi lainnya, termasuk ilmu
pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah mendapatkan
pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi, keterbukaan satu agama
terhadap agama lain sangat penting. Kalau kita masih mempunyai pandangan
yang fanatik, bahwa hanya agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu
menjadi penghalang yang paling berat dalam usaha memberikan sesuatu
pandangan yang optimis. Namun ketika kontak-kontak antaragama sering kali
terjadi sejak tahun 1950-an, maka muncul paradigma dan arah baru dalam
pemikiran keagamaan. Orang tidak lagi bersikap negatif dan apriori terhadap
agama lain. Bahkan mulai muncul pengakuan positif atas kebenaran agama lain
yang pada gilirannya mendorong terjadinya saling pengertian. Di masa lampau,
kita berusaha menutup diri dari tradisi agama lain dan menganggap agama selain
agama kita sebagai lawan yang sesat serta penuh kecurigaan terhadap berbagai
aktivitas agama lain, maka sekarang kita lebih mengedepankan sikap
keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain.
12. 8
D. Jenis – Jenis Kerukunan Antar Umat Beragama
Beberapa jenis kerukunan umat beragama diantaranya sebagai berikut :
1. Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, yaitu suatu bentuk kerukunan
yang terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan
sesama orang Islam atau kerukunan sesama penganut Kristen. Kerukunan
antar pemeluk agama yang sama juga harus dijaga agar tidak terjadi
perpecahan, walaupun sebenarnya dalam hal ini sangat minim sekali terjadi
konflik.
2. Kerukunan antar umat beragama lain, yaitu suatu bentuk kerukunan yang
terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya,
kerukunan antar umat Islam dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen dan
Budha, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua agama. Kerukunan antar
umat beragama lain ini cukup sulit untuk dijaga. Seringkali terjadi konflik
antar pemeluk agama yang berbeda.
E. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama
Bebrapa manfaat kerukunan umat beragama diantaranya adalah :
1. Terciptanya suasana yang damai dalam bermasyarakat
2. Toleransi antar umat Beragama meningkat
3. Menciptakan rasa aman bagi agama – agama minoritas dalam melaksanakan
ibadahnya masing masing
4. Meminimalisir konflik yang terjadi yang mengatasnamakan Agama
F. Kendala-Kendala Kerukunan Antar Umat Beragama
1. Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar
agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap
toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P.
Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung
13. 9
(indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi
yang sensitif. Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan
mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih
mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda keyakinan/agama
sama-sama menjaga jarak satu sama lain. Masing-masing agama mengakui
kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu sama lain bertindak
dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah
perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat
menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda
agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik.
2. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala
dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan anta umat beragama khususnya di
Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya.
Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah
payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan
dengan demikian kita pun hampir memetik buahnya. Namun tiba-tiba saja
muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi hubungan antaragama dan
bahkan memorak-porandakannya seolah petir menyambar yang dengan
mudahnya merontokkan “bangunan dialog” yang sedang kita selesaikan.
Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak hanya menangis
melihat political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari itu yang mengalir
bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita, yang mudah-
mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara
tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi
dengan alasan politik juga kita seringkali menunggangi agama dan
memanfaatkannya.
14. 10
3. SikapFanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan
berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan
berkembang pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai Islam
radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan
praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama
seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka
masih berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan
dapat menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus
memeluk Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut
perspektif aliran ini, tidak dapat diterima di sisi Allah. Pandangan-
pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-masing sekte
atau aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen-agen
dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu
komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak pemimpin
agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki pandangan yang
berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja,
dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok
Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah
mengajak mereka yang percaya untuk meningkatkan keimanan dan mereka
yang berada “di luar” untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini,
hanya mereka yang bergabung dengan gereja yang akan dianugerahi
salvation atau keselamatan abadi. Dengan saling mengandalkan pandangan-
pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka timbullah sikap
fanatisme yang berlebihan.
15. 11
G. Solusi Masalah Kerukunan Antar Umat Beragama
1. Dialog Antar Pemeluk Agama
Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik
secara tipikal hampir keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan
pertarungan. Karena itulah dalam perkembangan ilmu sejarah dalam
beberapa dasawarsa terakhir, sejarah yang berpusat pada politik yang
kemudian disebut sebagai “sejarah konvensional” dikembangkan dengan
mencakup bidang-bidang kehidupan sosial-budaya lainnya, sehingga
memunculkan apa yang disebut sebagai “sejarah baru” (new history).
Sejarah model mutakhir ini lazim disebut sebagai “sejarah sosial” (social
history) sebagai bandingan dari “sejarah politik” (political history).
Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia
akan sangat relevan, karena ia akan dapat mengungkapkan sisi-sisi lain
hubungan para penganut kedua agama ini di luar bidang politik, yang sangat
boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian, yang pada
gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful co-
existence) di antara para pemeluk agama yang berbeda.
Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga agama-
agama lain) akan terus meningkat di masa-masa datang. Sejalan dengan
peningkatan globalisasi, revolusi teknologi komunikasi dan transportasi, kita
akan menyaksikan gelombang perjumpaan agama-agama dalam skala
intensitas yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan begitu, hampir
tidak ada lagi suatu komunitas umat beragama yang bisa hidup eksklusif,
terpisah dari lingkungan komunitas umat-umat beragama lainnya. Satu
contoh kasus dapat diambil: seperti dengan meyakinkan dibuktikan Eck
(2002), Amerika Serikat, yang mungkin oleh sebagian orang dipandang
sebagai sebuah “negara Kristen,” telah berubah menjadi negara yang secara
keagamaan paling beragam. Saya kira, Indonesia, dalam batas tertentu, juga
mengalami kecenderungan yang sama. Dalam pandangan saya, sebagian
16. 12
besar perjumpaan di antara agama-agama itu, khususnya agama yang
mengalami konflik, bersifat damai. Dalam waktu-waktu tertentu―ketika
terjadi perubahan-perubahan politik dan sosial yang cepat, yang
memunculkan krisis― pertikaian dan konflik sangat boleh jadi meningkat
intensitasnya. Tetapi hal ini seyogyanya tidak mengaburkan perspektif kita,
bahwa kedamaian lebih sering menjadi feature utama. Kedamaian dalam
perjumpaan itu, hemat saya, banyak bersumber dari pertukaran (exchanges)
dalam lapangan sosio-kultural atau bidang-bidang yang secara longgar dapat
disebut sebagai “non-agama.” Bahkan terjadi juga pertukaran yang semakin
intensif menyangkut gagasan-gagasan keagamaan melalui dialog-dialog
antaragama dan kemanusiaan baik pada tingkat domestik di Indonesia
maupun pada tingkat internasional; ini jelas memperkuat perjumpaan secara
damai tersebut. Melalui berbagai pertukaran semacam ini terjadi penguatan
saling pengertian dan, pada gilirannya, kehidupan berdampingan secara
damai.
2. Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju sikap
terbuka, saling pengertian dan saling menghargai antaragama, saya kira kita
tidak perlu bersikap pesimis. Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya
mengembangkan optimisme dalam menghadapi dan menyongsong masa
depan dialog.
Paling tidak ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap optimis.
1) Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agama-agama,
termasuk juga dialog antaragama, semakin merebak dan berkembang
di berbagai universitas, baik di dalam maupun di luar negeri. Selain di
berbagai perguruan tinggi agama, IAIN dan Seminari misalnya, di
universitas umum seperti Universitas Gajah Mada, juga telah didirikan
Pusat Studi Agama-agama dan Lintas Budaya. Meskipun baru seumur
jagung, hal itu bisa menjadi pertanda dan sekaligus harapan bagi
17. 13
pengembangan paham keagamaan yang lebih toleran dan pada
akhirnya lebih manusiawi. Juga bermunculan lembaga-lembaga kajian
agama, seperti Interfidei dan FKBA di Yogyakarta, yang memberikan
sumbangan dalam menumbuhkembangkan paham pluralisme agama
dan kerukunan antarpenganutnya.
2) Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan
perlunya perspektif baru dalam melihat hubungan antar-agama.
Mereka seringkali mengadakan pertemuan, baik secara reguler maupun
insidentil untuk menjalin hubungan yang lebih erat dan memecahkan
berbagai problem keagamaan yang tengah dihadapi bangsa kita dewasa
ini. Kesadaran semacam ini seharusnya tidak hanya dimiliki oleh para
pemimpin agama, tetapi juga oleh para penganut agama sampai ke
akar rumput sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara pemimpin
agama dan umat atau jemaatnya. Kita seringkali prihatin melihat
orang-orang awam yang pemahaman keagamaannya bahkan
bertentangan dengan ajaran agamanya sendiri. Inilah kesalahan kita
bersama. Kita lebih mementingkan bangunan-bangunan fisik
peribadatan dan menambah kuantitas pengikut, tetapi kurang
menekankan kedalaman (intensity) keberagamaan serta kualitas
mereka dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.
3) Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam
menanggapi isu-isu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi
mudah disulut dan diadu-domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi
maupun kelompok demi target dan tujuan politik tertentu. Meskipun
berkali-kali masjid dan gereja diledakkan, tetapi semakin teruji bahwa
masyarakat kita sudah bisa membedakan mana wilayah agama dan
mana wilayah politik. Ini merupakan ujian bagi agama autentik
(authentic religion) dan penganutnya. Adalah tugas kita bersama, yakni
pemerintah, para pemimpin agama, dan masyarakat untuk
18. 14
mengingatkan para aktor politik di negeri kita untuk tidak memakai
agama sebagai instrumen politik dan tidak lagi menebar teror untuk
mengadu domba antarpenganut agama.
Jika tiga hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada
generasi selanjutnya, maka setidaknya kita para pemeluk agama masih
mempunyai harapan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan pada
gilirannya bisa hidup berdampingan lebih sebagai kawan dan mitra daripada
sebagai lawan.
H. Cara Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama
1. Menjunjung tinggi toleransi antar umat Beragama di Indonesia. Baik yang
merupakan pemeluk Agama yang sama, maupun dengan yang berbeda
Agama. Rasa toleransi bisa berbentuk dalam macam-macam hal. Misalnya
seperti, pembangunan tempat ibadah oleh pemerintah, tidak saling mengejek
dan mengganggu umat lain dalam interaksi sehari – harinya, atau memberi
waktu pada umat lain untuk beribadah bila memang sudah waktunya mereka
melakukan ibadah. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan
sikap toleransi. Hal ini sangat penting demi menjaga tali kerukunan umat
beragama di Indonesia, karena jika rasa toleransi antar umat beragama di
Indonesia sudah tinggi, maka konflik – konflik yang mengatasnamakan
Agama di Indonesia dengan sendirinya akan berkurang ataupun hilang sama
sekali.
2. Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat
status orang tersebut. Jangan melakukan perlakuan diskriminasi terhadap
suatu agama, terutama saat mereka membutuhkan bantuan. Misalnya, di
suatu daerah di Indonesia mengalami bencana alam. Mayoritas penduduknya
adalah pemeluk agama Kristen. Bagi Anda yang memeluk agama lain,
jangan lantas malas dan enggan untuk membantu saudara sebangsa yang
sedang kesusahan hanya karena perbedaan agama. Justru dengan membantu
19. 15
mereka yang kesusahan, kita akan mempererat tali persaudaraan sebangsa
dan setanah air kita, sehingga secara tidak langsung akan memperkokoh
persatuan Indonesia.
3. Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka
anut. Misalnya dengan selalu berbicara halus dan sopan kepada siapapun.
Biasakan pula untuk menomor satukan sopan santun dalam beraktivitas
sehari harinya, terlebih lagi menghormati orang lain tanpa memandang
perbedaan yang ada. Hal ini tentu akan mempererat kerukunan umat
beragama di Indonesia.
4. Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan
kepala dingin dan damai, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Para
pemuka agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan
peranannya dalam pencapaian solusi yang baik dan tidak merugikan pihak –
pihak manapun, atau mungkin malah menguntungkan semua pihak. Hal ini
diperlukan karena di Indonesia ini masyarakatnya sangat beraneka ragam.
I. Faktor-Faktor Penyebabkan Timbulnya MasalahKerukunan Antar Umat
Beragama
1. Sikap prasangka stereotype etnik dan dijiwai oleh suasana persaingan yang
tajam
2. Penyiaran agama yang ditujukan kepada kelompok yang sudah menganut
agama
3. Penyendirian rumah beribadah, pendirian rumah ibadah kelompok minoritas
ditengah kelompok mayoritas juga dapat mengganggu hubungan antar umat
beragama, keyakinan yang bersifat mutlak ini menimbulkan penolakan yang
bersifat mutlak pula terhadap kebenaran agama lain yang diyakini oleh
pemiliknya sebagai kebenaran mutlak.
20. 16
J. Pola Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama
1. Manusia Indonesia satu bangsa, hidup dalam satu negara, satu ideologi
Pancasila. Ini sebagai titik tolak pembangunan.
2. Berbeda suku, adat dan agama saling memperkokoh persatuan.
3. Kerukunan menjamin stabilitas sosial sebagai syarat mutlak pembangunan.
4. Kerukunan dapat dikerahkan dan dimanfaatkan untuk kelancaran
pembangunan.
5. Ketidak rukunan menimbulkan bentrok dan perang agama, mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
6. Pelita III: kehidupan keagamaan dan kepercayaan makin dikembangkan
sehingga terbina hidup rukun di antara sesama umat beragama untuk
memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa dalam membangun
masyarakat.
7. Kebebasan beragama merupakan beban dan tanggungjawab untuk
memelihara ketentraman masyarakat.
K. Kerja sama antar umat beragama
Memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat tidak
selalu hanya dapat diharapkan dalam kalangan masyarakat muslim. Islam dapat
diaplikasikan dalam masyarakat manapun, sebab secara esensial ia merupakan
nilai yang bersifat universal. Kendatipun dapat dipahami bahwa Isalam yang
hakiki hanya dirujukkan kepada konsep al-quran dan As-sunnah, tetapi dampak
sosial yanag lahirdari pelaksanaan ajaran isalam secara konsekwen ddapat
dirasakan oleh manusia secara keseluruhan.
Demikian pula pada tataran yang lebih luas, yaitu kehidupan antar bangsa,nilai-
nilai ajaran Islam menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan guna menyatukan
umat manusia dalam suatu kesatuan kkebenaran dan keadilan.
21. 17
Dominasi salah satu etnis atau negara merupakan pengingkaran terhadap makna
Islam, sebab ia hanya setia pada nilai kebenaran dan keadilan yang bersifat
universal.
Universalisme Islam dapat dibuktikan anatara lain dari segi, dan sosiologo. Dari
segi agama, ajaran Islam menunjukkan universalisme dengan doktrin
monoteisme dan prinsip kesatuan alamnya. Selain itu tiap manusia, tanpa
perbedaan diminta untuk bersama-sama menerima satu dogma yang sederhana
dan dengan itu ia termasuk ke dalam suatu masyarakat yang homogin hanya
denga tindakan yang sangat mudah ,yakni membaca syahadat. Jika ia tidak ingin
masuk Islam, tidak ada paksaan dan dalam bidang sosial ia tetap diterima dan
menikmati segala macam hak kecuali yang merugikan umat Islam.
Ditinjau dari segi sosiologi, universalisme Islam ditampakkan bahwa wahyu
ditujukan kepada semua manusia agar mereka menganut agama islam, dan dalam
tingkat yang lain ditujukan kepada umat Islam secara khususu untuk menunjukan
peraturan-peraturan yang harus mereka ikuti. Karena itu maka pembentukan
masyarakat yang terpisah merupakan suatu akibat wajar dari ajaran Al-Qur’an
tanpa mengurangi universalisme Islam.
Melihat Universalisme Islam di atas tampak bahwa esensi ajaran Islam terletak
pada penghargaan kepada kemanusiaan secara univarsal yang berpihak kepada
kebenaran, kebaikan,dan keadilan dengan mengedepankan
kedamaian.;menghindari pertentangan dan perselisian, baik ke dalam intern umat
Islam maupun ke luar. Dengan demikian tampak bahwa nilai-nilai ajaran Islam
menjadi dasar bagi hubungan antar umat manusia secara universal dengan tidak
mengenal suku,bangsa dan agama.
Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat
Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah. Kedua persoalan
tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh dicamputi pihak lain,
tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerja samayang baik.
22. 18
Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar
manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama
ydalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan
dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan
23. 19
BAB III
IMPLIKASI KERUKUNAN BERAGAMA
TERHADAP KEPERAWATAN
A. Implikasi Keperawatan dalam menjunjung tinggi tolerasnsi agama.
Sebagai seorang perawat tentu harus menjungjung tinggi kebebasan beragama
bagi klien. Pengamalan pancasila sila pertama tentu wajib dilakukan oleh
seorang perawat. Hal itu dikarenakan Negara Kesatuan Republik Indonesia
mengakui adanya lima kepercayaan atau agama. Maka sudah tentu sebagai
seorang perawat harus bisa menghargai dan menghormati pasien atau klien
yang berbeda kepercayaan.
Selain itu, seorang perawat yang baik juga harus bisa menagamlkan nilai-
nilai keagamaan dalam menjalankan profesi keperawatannya seperti dalam tata
kelakuan yang sesui norma agama. Implentasi dari sila pertama antara lain :
1. Ikut mendoakan kesembuhan pasien meskipun berbeda keyakinan.
2. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berdoa atau sholat sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan.
3. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
masing-masing jika antara perawat maupun dokter berbeda keyakinan
dengan pasien.
4. Perawat membantu pasien yang ingin menghormati dan melaksanakan
ibadahnya saat pasien dalam keadaan keterbatasan.
5. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu bersikap sadar,
murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan
kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan.
6. Perawat yang jujur dan tekun dalam tugas.
24. 20
7. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
8. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
B. Kerukunan antar umat beragama di dalam lingkup keperawatan
Kerukunan antar umat beragama di dalam lingkup keperawatan dapat terwujud
dengan adamya sikap saling toleransi diantara sesama yang tercermin dalam
piagam madinah, Sebagai umat Islam kita memilki kewajiban untuk menjaga tali
silahturahmi dengan siapa saja tidak mengenal perbedaan baik itu dari segi suku,
bangsa, maupun agama , agar tercipat persatuan dan kesatuan yang pada akhirnya
mampu mendorong terciptanya suatu bentuk kehidupan yang damai dan sejahtera.
25. 21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa kerukunan umat
bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi,
saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan
pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan
bernegara. berbagai macam bahasan mengenai kerukunan antar umat beragama, yaitu
: Kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai kerukunan umat beragama di
Indonesia ada beberapa sebab, antara lain; rendahnya sikap toleransi, kepentingan
politik dan sikap fanatisme. Adapun solusi untuk menghadapinya, adalah dengan
melakukan dialog antar pemeluk agama dan menanamkan sikap optimis terhadap
tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat beragama.
B. Saran
Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita cari atau yang kita bicarakan, tapi
persamaanlah yang seharusnya kita cari karena dari persamaanlah hidup ini akan
saling menghargai, menghormati dan selaras. Lewat persamaan kita bisa jalin
persaudaraan dan mempererat tali silahturahi, denga begitu aka tercpta kerukunan
dengan sendirinya.
26. 22
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuddin.dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta;
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Daud Ali, Mohammad, 1998. Pendidikan Agama Islam, Jakarata: Rajawalu pers.
Sairin, Weinata. 2002. Kerukunan umat beragama pilar utama kerukunan berbangsa:
butir-butir pemikiran
http://dinaeni.wordpress.com/2012/01/08/kerukunan-antar-umat-beragama/
http://dezhi-myblogger.blogspot.com/2011/05/pengertian-kerukunan-umat-
beragama.html
http://www.scribd.com/
http://www.jappy.8m.net/blank_14.html