Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
2. Pengertian
ilmu hadis ialah ilmu yang berkaitan dengan
periwayatan suatu berita yang dinyatakan sebagai
hadis yang berasal dan Nabi Muhammad Saw.
untuk mengetahui kualitasnya. apakah dapat
dijadikan sebagai hujah dalam berbagai perkara
keislaman atau tidak
3. Ilmu hadis dinamakan spesifik
Islam,
Pengetahuan tentang sanad, yaitu dipelajari dan
diteliti secara mendalam.
Dipelajari biografi sekitar 500.000 orang
periwayat hadis, khususnya mengenai kualitas
pribadi (keadilan) dan kapasitas intelektual (kedhābith-an) mereka. Kitab yang membahas hal itu,
selain jumlahnya banyak, juga jenis penyusunannya
sangat beragam.
Pengetahuan yang khusus mempelajari berbagai
istilah yang berkaitan dengan ilmu hadis, yakni „Ilm
Mushthalah al-Hadlts
4. Tujuan Pembukuan Ilmu
Hadis
dengan mempelajari ilmu hadis secara mendalam
dapat membantu umat Islam dalam mengkaji
ajaran agamanya dengan sempurna dan memenuhi
standar keilmuan. Dengan begitu, maka umat Islam
tidak merasa ragu lagi tentang keabsahan dalam
menjalankan setiap amalan yang dilakukannya
berkaitan dengan ilmu hadis, yakni „Ilm
Mushthalah al-Hadits
6. 1.
‘Ilm Hadīts Riwāyah
“Suatu ilmu untuk mengetahui sabda-sabda Nabi,
perbuatan Nabi, taqrir-taqrir Nabi dan sifat-sifat
Nabi saw”
7. Lanjutan
dalam ilmu ini tidak dibahas tentang adanya
kejanggalan atau kecacatan matan suatu hadis,
demikian juga tentang bersambung atau tidak
sanadnya, serta tentang keadilan dan ke-dhābithan para periwayatnya. Dengan demikian, yang
menjadi fokus pembahasan „Ilm Hadīts Riwāyah ini
ialah pribadi Nabi dari segi sabdanya,
perbuatannya,taqrir-nya, dan sifat-sifatnya.
8. 2.
‘Ilm Hadīts Dirāyah
“suatu ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah
untuk mengetahui hal-ihwal sanad, matan, metode
penerimaan dan penyampaian hadis (al-riwāyah),
serta kredibilitas para periwayat dan sebagainya”
9. Lanjutan
„I1m hadīts dirāyah ialah untuk mengetahui dan
menetapkan tentang maqbūl (dapat diterima)
ataumardūd (tertolaknya) sesuatu hadis. Dengan
begitu, maka ilmu ini merupakan neraca (mizan)
yang harus dipergunakan untuk menghadapi 'ilm
hadīts riwāyah.
10. Cabang-cabang Ilmu Hadis
1.
Ilmu yang Membahas Tentang Sanad dan
Rawi:
2.
Ilmu yang Membahas Tentang Matan:
3.
Ilmu yang Membahas Tentang Sanad dan
Matan:
11. 1.
Ilmu yang Membahas
Tentang Sanad dan Rawi:
„Ilm Rijāl al-Hadīts; yaitu ilmu yang membahas
secara umum tentang hal ihwal kehidupan para
rawi (periwayat) dari golongan sahabat, tabiin dan
atbā 'tabiin.
„Ilm Thabaqāt al-Ruwah; yaitu ilmu yang
membahas tentang keadaan periwayat
berdasarkan pengelompokan (klasiflkasi) keadaan
para periwayat secara tertentu menurut
gerasinya.
12. Lanjutan
'Ilm Tārīkh Rijāl; yaitu ilmu yang membahas
tentang periwayat yang menjadi sanad suatu hadis
mengenai tanggal lahirnya, silsilah/ keturunannya,
guru-guru yang pernah memberikan hadis
kepadanya, jumlah hadis yang diriwayatkan serta
murid-murid yang pernah menerima hadis dari
padanya. Dengan demikian, ilmu ini juga
sesungguhnya termasuk dalam ilmu rijāl al-hadīts.
13. Lanjutan
„Ilm al-Jarh wa al-Ta'dīl; yaitu ilmu yang
membahas hal ihwal para periwayat tentang
penilaian ulama ahli kritik hadis, mengenai
kecacatannya dan memuji keadilannya, dengan
menggunakan norma-norma tertentu.
14. 2. Ilmu yang Membahas
Tentang Matan:
„Ilm Gharib al-Hadits; yaitu suatu ilmu
yang membahas tentang lafal-lafal matan hadis
yang sulit dipahami, mungkin karena lafal itu
jarang sekali digunakan, atau karena nilai
sastaranya yang sangat tinggi.
„Ilm Asbāb Wurūd al-Hadīts; yaitu suatu ilmu yang
menerangkan tentang sebab-sebab atau latar
belakang lahirnya suatu hadis.
15. Lanjutan
„Ilm Tawārīkh al-Mutun; yaitu suatu ilmu
yang menerangkan tentang sejarah suatu matan
hadis dari segi waktu dan tempat diucapkan atau
dilakukannya oleh Nabi Muhammad Saw. Ilmu ini
sangat berguna untuk mengetahui
tentang nasikh dan mansūkh-nya suatu hadis,
sehingga dapat diketahui dan diamalkan
yang nasikh dan ditinggalkan yangmansūkh.
16. Lanjutan
„Ilm al-Nāsikh wa al-Mansūkh; yaitu suatu
ilmu yang membahas tentang hadis yang menāsakh-kan dan yang di-mansūkh-kan.
„Ilm Talfīq al-Hadīts; yaitu suatu ilmu yang
membahas tentang cara-cara mengkompromikan
dua hadis yang menurut lahirnya tampak
berlawanan.
17. 3.
Ilmu yang Membahas
Tentang Sanad dan Matan:
„Ilm „Ilal al-Hadīts; yaitu suatu ilmu yang
menjelaskan sebab-sebab yang samar yang dapat
membuat cacat suatu hadis. Kecacatan suatu hadis
bisa terjadi pada matan dan bisa juga terjadi pada
sanadnya.
„Ilm al-Finn al-Mubhamāt; yaitu suatu ilmu yang
menerangkan tentang orang-orang yang tidak
disebutkan secara jelas namanya, baik yang
terjadi dalam matan maupun dalam sanad suatu
hadis.
18. Istilah yang terkati dalam
ilmu hadis
Al-Hadits ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,
pernyataan, taqrir, dan sebagainya.
Atsar ialah sesuatu yang disandarkan kepada para
sahabat Nabi Muhammad SAW.
Taqrir ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang
mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau
menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan
oleh para sahabat di hadapan beliau.
Shahabat ialah orang yang bertemu Rosulullah SAW
dengan pertemuan yang wajar sewaktu beliau masih
hidup, dalam keadaan islam lagi beriman dan mati
dalam keadaan islam.
19. Tabi’in ialah orang yang menjumpai sahabat, baik
perjumpaan itu lama atau sebentar, dan dalam keadaan
beriman dan islam, dan mati dalam keadaan islam.
Rawi, yaitu orang yang menyampaikan atau menuliskan
hadits dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar
dan diterimanya dari seseorang atau gurunya.
Perbuatannya menyampaikan hadits tersebut
dinamakan merawi atau meriwayatkan hadits dan
orangnya disebut perawi hadits.
Matan Hadits adalah pembicaraan atau materi berita
yang berakhir pada sanad yang terakhir. Baik
pembicaraan itu sabda Rosulullah Shallallahu „Alaihi
Wa Sallam, sahabat ataupun tabi‟in. Baik isi
pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi, maupun
perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi
Muhammad Shallallahu „Alaihi Wa Sallam .
20. Sanad atau Thariq adalah jalan yang dapat
menghubungkan matan hadits kepada Nabi
Muhammad Shallallahu „Alaihi Wa Sallam.
Kutubuttis’ah adalah kitab hadits yang
diriwayatkan oleh sembilan perawi, yaitu :
Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi,
An-Nasa‟I, Ibnu Majah, Imam Malik, Ad Darimy
As Sab’ah berarti diriwayatkan oleh tujuh perawi,
yaitu :
Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi,
An-Nasa‟I, Ibnu Majah
As Sittah berarti diriwayatkan oleh enam perawi
yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As
Sab‟ah) selain Ahmad.
21. Al Khomsah berarti diriwayatkan oleh lima perawi
yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As
Sab‟ah) selain Bukhari dan Muslim
Al Arba’ah berarti diriwayatkan oleh empat
perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas
(As Sab‟a) selain Ahmad, Bukhari dan Muslim.
Ats Tsalasah berarti diriwayatkan oleh tiga
perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas
(As Sab‟ah) selain Ahmad, Bukhari, Muslim dan
Ibnu Majah.
Asy Syaikhon berarti diriwayatkan oleh dua orang
perawi yaitu : Bukhari dan Muslim
Al Jama’ah berarti diriwayatkan oleh para perawi
yang banyak sekali jumlahnya (lebih dari tujuh
perawi (As Sab‟ah).
22. Istilah-Istilah Hadits Yang Dapat
Dijadikan Sebagai Dalil.
Hadits Shahih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi
yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak
ber illat dan tidak janggal. Illat hadits yang dimaksud
adalah suatu penyakit yang samar-samar yang dapat
menodai keshohihan suatu hadits.
Hadits Maqbul adalah hadits-hadits yang mempunyai sifatsifat yang dapat diterima sebagai Hujjah. Yang termasuk
hadits makbul adalah Hadits Shohih dan Hadits Hasan.
Hadits Marfu’ : Hadits yang diriwayatkan dari nabi saw,
oleh seorang rawi kepada seorang rawi hingga sampai pada
ulama MUDAWWIN (pencatat hadits), seperti Bukhari,
Muslim, Abu Daud dan lain-lain. Disebut marfu‟ karena
hadits yang riwayatnya diangkat sampai kepada Nabi SAW.
23. Hadits Maushul adalah hadits yang sanadnya
sampai/tersambung kepada Nabi saw, dengan tidak
terputus. Sering juga disebut dengan Muttashil.
Hadits Mutawatir: adalah suatu hadits hasil
tangkapan dari panca indra, yang diriwayatkan oleh
sejumlah besar rawi, yang menurut adat kebiasaan
mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta.
Hadits Ahad: adalah hadits yang tidak memenuhi
syarat syarat hadits mutawatir.
Hadits Masyhur: adalah hadits yang diriwayatkan
oleh 3 orang rawi atau lebih, serta belum mencapai
derajat mutawatir.
24. Hadits Aziz: adalah hadits yang diriwayatkan oleh
2 orang rawi, walaupun 2 orang rawi tersebut pada
satu thabaqah (lapisan) saja, kemudian setelah itu
orang-orang meriwayatkannya.
Hadits Gharib: adalah hadits yang dalam sanadnya
terdapat seorang yang menyendiri dalam
meriwayatkan, dimana saja penyendirian dalam
sanad itu terjadi.
Hadits Hasan adalah hadits yang diriwayatkan
oleh Rawi yang adil, tapi tidak begitu kuat
ingatannya (hafalan), bersambung sanadnya, dan
tidak terdapat illat serta kejanggalan pada
matannya. Hadits Hasan termasuk hadits yang
Makbul, biasanya dibuat hujjah buat sesuatu hal
yang tidak terlalu berat atau terlalu penting.
25. Istilah-Istilah Hadits Yang
Memiliki Cacat.
Hadits Dhoif adalah hadits yang kehilangan satu
syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shohih
atau hadits hasan. Hadits Dho‟if banyak macam
ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama
lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat
hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhinya.
Hadits Maudhu’: adalah hadits yang diciptakan oleh
seorang pendusta yang ciptaan itu mereka katakan
bahwa itu adalah sabda Nabi SAW, baik hal itu
disengaja maupun tidak.
Hadits Matruk: adalah hadits yang menyendiri dalam
periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang
dituduh dusta dalam perhaditsan.
26. Hadits Munkar: adalah hadits yang menyendiri dalam
periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak
kesalahannya, banyak kelengahannya atau jelas
kefasiqkannya yang bukan karena dusta. Di dalam satu
jurusan jika ada hadits yang diriwayatkan oleh dua
hadits lemah yang berlawanan, misal yang satu lemah
sanadnya, sedang yang satunya lagi lebih lemah
sanadnya, maka yang lemah sanadnya dinamakan hadits
Ma‟ruf dan yang lebih lemah dinamakan hadits Munkar.
Hadits Mu’allal (Ma‟lul, Mu‟allal): adalah hadits yang
tampaknya baik, namun setelah diadakan suatu
penelitian dan penyelidikan ternyata ada cacatnya. Hal
ini terjadi karena salah sangka dari rawinya dengan
menganggap bahwa sanadnya bersambung, padahal
tidak. Hal ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang
yang ahli hadits.
Hadits Mudraj (saduran): adalah hadits yang disadur
dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan
bahwa saduran itu termasuk hadits.
27. Hadits Maqlub: adalah hadits yang terjadi
mukhalafah (menyalahi hadits lain), disebabkan
mendahului atau mengakhirkan.
Hadits Mudltharrib: adalah hadits yang menyalahi
dengan hadits lain terjadi dengan pergantian pada
satu segi yang saling dapat bertahan, dengan tidak
ada yang dapat ditarjihkan (dikumpulkan).
Hadits Muharraf: adalah hadits yang menyalahi
hadits lain terjadi disebabkan karena perubahan
Syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk
tulisannya.
Hadits Mushahhaf: adalah hadits yang
mukhalafahnya karena perubahan titik kata,
sedang bentuk tulisannya tidak berubah.
28. Hadits Mubham: adalah hadits yang didalam matan
atau sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak
dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan.
Hadits Syadz (kejanggalan): adalah hadits yang
diriwayatkan oleh seorang yang makbul (tsiqah)
menyalahi riwayat yang lebih rajih, lantaran mempunyai
kelebihan kedlabithan atau banyaknya sanad atau lain
sebagainya, dari segi pentarjihan.
Hadits Mukhtalith: adalah hadits yang rawinya buruk
hafalannya, disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa
bahaya, terbakar atau hilang kitab-kitabnya.
Hadits Mu’allaq: adalah hadits yang gugur (inqitha‟)
rawinya seorang atau lebih dari awal sanad.
29. Hadits Mursal: adalah hadits yang gugur dari akhir
sanadnya, seseorang setelah tabi‟in.
Hadits Mudallas: adalah hadits yang diriwayatkan menurut
cara yang diperkirakan, bahwa hadits itu tiada bernoda.
Rawi yang berbuat demikian disebut Mudallis.
Hadits Munqathi’: adalah hadits yang gugur rawinya
sebelum sahabat, disatu tempat, atau gugur dua orang pada
dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut.
Hadits Mu’dlal: adalah hadits yang gugur rawi-rawinya, dua
orang atau lebih berturut turut, baik sahabat bersama
tabi‟in, tabi‟in bersama tabi‟it tabi‟in, maupun dua orang
sebelum sahabat dan tabi‟in.
Hadits Mauquf: adalah hadits yang hanya disandarkan
kepada sahabat saja, baik yang disandarkan itu perkataan
atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung atau
terputus.
Hadits Maqthu’: adalah perkataan atau perbuatan yang
berasal dari seorang tabi‟in serta di mauqufkan padanya,
baik sanadnya bersambung atau tidak.
30. Hadits Qudsi atau Hadits Rabbani
atau Hadits Ilahi
Adalah sesuatu yang dikabarkan oleh Allah kepada
Nabi-Nya dengan melalui ilham atau impian, yang
kemudian nabi menyampaikan makna dari ilham atau
impian tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri.
31. Perbedaan Hadits Qudsi dengan
Hadits Nabawi
Pada hadits qudsi biasanya diberi ciri-ciri dengan
dibubuhi kalimat-kalimat :
Qala ( yaqulu ) Allahu.
Fima yarwihi ‘anillahi Tabaraka wa Ta’ala.
Lafadz-lafadz lain yang semakna dengan apa yang
tersebut diatas.
32. Perbedaan Hadits Qudsi dengan AlQur’an:
Semua lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah mukjizat dan
mutawatir, sedang hadits qudsi tidak demikian.
Ketentuan hukum yang berlaku bagi Al-Qur’an, tidak
berlaku pada hadits qudsi. Seperti larangan
menyentuh, membaca pada orang yang berhadats, dll.
Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur’an memberikan
hak pahala kepada pembacanya.
Meriwayatkan Al-Qur’an tidak boleh dengan
maknanya saja atau mengganti lafadz sinonimnya,
sedang hadits qudsi tidak demikian.