1. KARYA TULIS ILMIAH GURU ONLINE 2010
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL
JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MELAKSANAKAN
PEKERJAAN FINISHING KAYU PADA PROGRAM KEAHLIAN
TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SMK NEGERI I GENENG
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
OLEH:
Drs. ICHSAN, M.M.Pd.
NIP 19670709 200501 1 005
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN NGAWI
SMK NEGERI 1 GENENG
TAHUN 2010
i
2. HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Bidang Kajian :
1. Judul Penelitian : Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model
Jigsaw Untuk Meningkatkan Kompetensi
Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu Pada
Program Keahlian Teknik Konstruksi Kayu SMK
struksi
Negeri 1 Geneng Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Drs. Ichsan, M.M.Pd
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. Pangkat/Gol dan NIP : Guru Madya TK.1/IIIb. NIP.19670709200501005
.
d. Mata Pelajaran (Kelas)
a : Kompetensi Kejuruan Kelas XII
e. Sekolah : SMK Negeri 1 Geneng, Kebupaten Ngawi
3. Jumlah Anggota P Peneliti : 1 Orang
4. Lama Penelitian : 6 Bulan
Dari : Bulan Juli sampai bulan Desember
5. Biaya Penelitian : Rp 1.000.000,00
Pembimbing Ketua Peneliti Peneliti
Dr. Musa Sukardi, M.Pd. Drs. Ichsan, M.M.Pd.
NIP.196304141987011001
196304141987011001 NIP. 19670709 200501 1 005
Mengetahui, Mengetahui,
Kepala SMKN 1 Geneng
Drs. Isbullah, M.M.Pd.
NIP 19520724 198103 1 009
ii
3. ABSTRAK
ICHSAN. KTI 2010 PPPPTK TK dan PLB Bandung 2010. Penerapan Metode
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk Meningkatkan
Kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu pada Program
Keahlian Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri I Geneng.
Kata kunci: metode pembelajaran kooperatif Jigsaw, kompetensi melaksanakan
pekerjaan finishing kayu
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sejauhmana penerapan
Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam meningkatkan Kompetensi
Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu pada Program Keahlian Teknik
Konstruksi Kayu di SMK Negeri I Geneng. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik pengamatan dan tes, selanjutnya diuji
validitasnya dengan metode triangulasi, sedangkan teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis kritis komparatif, yaitu mendeskripsikan
temuan-temuan data dan membandingkannya dengan indikator-indikator kinerja
yang sudah ditentukan.
Kesimpulan hasil penelitian tindakan ini adalah: Metode pembelajaran
kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan Kompetensi Melaksanakan
Pekerjaan Finishing Kayu dengan indikasi sebagai berikut: (1) Angka ketuntasan
mengalami kenaikan dari 35% pada pratindakan, meningkat menjadi 75% pada
siklus I dan meningkat menjadi 100% pada siklus II. (2) Ketidaktuntasan
mengalami penurunan yakni dari 65% pada pratindakan menurun menjadi 25%
pada siklus I dan menurun menjadi 0% pada siklus II. (3) Nilai tertinggi pada
pratindakan adalah 90, pada siklus I juga 90, dan pada siklus II meningkat
menjadi 95.(4) Nilai terendah mengalami kenaikan dari 35 pada pratindakan,
meningkat menjadi 50 pada siklus I, dan meningkat menjadi 70 pada siklus II. (5)
Nilai rata-rata juga mengalami kenaikan yakni, dari 63 pada pratindakan,
meningkat menjadi 71,25 pada siklus I, dan meningkat menjadi 81 pada siklus II.
Guru perlu meningkatkan keaktifan siswa dalam kompetensi
melaksanakan pekerjaan finishing kayu, agar siswa lebih termotivasi dalam
belajarnya, tidak bosan, tertarik dengan kompetensi melaksanakan pekerjaan
finishing kayu. Untuk itu guru perlu memvariasikan metode pembelajaran, serta
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu guru diharapkan
melakukan penilaian, baik penilaian unjuk kerja maupun penilaian proses.
iii
4. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkah, rahmah
dan bimbingannya dapat terselesaikan penulisan karya tulis ilmiah (KTI) ini untuk
memenuhi sebagian persyaratan kenaikan pangkat guru yang harus memenuhi
angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah.
Kendala dan hambatan sering penulis jumpai dalam kaitannya penyusunan
karya tulis ilmiah ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan dapat teratasi. Dengan selesainya penyusunan KTI ini, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis
dalam menyusun KTI dari awal sampai akhir penulisan. Ucapan terima kasih yang
setulus-tulusnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Dra. Hj. Teriska R.,M.Ed. Selaku Ketua PPPPTK dan PLB Bandung yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian
ini.
2. Rudy Budiman, dkk., Selaku Admin PPPPTK dan PLB Bandung yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini.
3. Dr. Musa Sukardi, M.Pd., Sebagai Pembimbing , yang telah memberikan
kesempatan untuk mengadakan penelitian dan dengan sabar telah
membimbing dari awal sampai dengan penyelesaian KTI ini.
5. Drs. Isbullah, M.M.Pd., Kepala SMK Negeri 1 Geneng yang telah
memberikan izin penelitian kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu hingga selesainya penyusunan tesis ini.
Semoga kebaikan semua pihak mendapatkan balasan yang setimpal dari
Allah SWT. Akhir kata penulis berharap KTI yang sederhana ini dapat
memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan ilmu pengetahuan di bidang
pendidikan.
Ngawi, 2010
Penulis
iv
5. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ---------------------------------------------------------------------- i
HALAMAN PENGESAHAN ----------------------------------------------------------- ii
ABSTRAK---------------------------------------------------------------------------------- iii
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------- iv
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------- v
LAMPIRAN-LAMPIRAN --------------------------------------------------------------- viii
BAB I PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang Masalah ------------------------------------------------------- 1
B. Identifikasi Masalah ------------------------------------------------------------ 5
C. Pembatasan Masalah------------------------------------------------------------ 5
D. Rumusan Masalah--------------------------------------------------------------- 6
E. Pemecahan Masalah------------------------------------------------------------- 6
F. Definisi istilah-------------------------------------------------------------------- 7
G. Tujuan Penelitian---------------------------------------------------------------- 8
H. Manfaat Hasil Penelitian ------------------------------------------------------- 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
TINDAKAN------------------------------------------------------------------------- 11
A. Kajian Pustaka------------------------------------------------------------------- 11
1. Metode Kooperatif Model Jigsaw ----------------------------------------- 11
2. Pembelajaran Kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu 22
B. Kerangka Berpikir--------------------------------------------------------------- 23
C. Hipotesis Tindakan-------------------------------------------------------------- 26
v
6. vi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN---------------------------------------------- 27
A. Desain Penelitian---------------------------------------------------------------- 27
B. Subjek Penelitian ---------------------------------------------------------------- 28
C. Waktu dan Tempat Penelitian ------------------------------------------------ 29
D. Prosedur Penelitian------------------------------------------------------------- 29
1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)--------------------------- 29
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)------------------------------------------ 30
3. Pengamatan Tindakan (Observasi)-------------------------------------- 37
4. Refleksi Tindakan (Refleksing) ------------------------------------------ 38
E. Data dan Sumber Data--------------------------------------------------------- 39
F. Teknik Pengumpulan Data---------------------------------------------------- 39
G. Validasi Data-------------------------------------------------------------------- 40
H. Teknik Analisis Data ---------------------------------------------------------- 41
I. Indikator Kinerja --------------------------------------------------------------- 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ---------------------------- 43
A. Hasil Penelitian Siklus I------------------------------------------------------- 43
1. Pratindakan (Temuan Masalah) ----------------------------------------- 43
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ------------------------------------------ 45
3. Observasi Tindakan 1 ----------------------------------------------------- 50
4. Refleksi---------------------------------------------------------------------- 52
B. Hasil Penelitian Siklus II------------------------------------------------------ 53
1. Hasil Refelksi siklus I----------------------------------------------------- 53
2. Pelaksanaan Siklus II------------------------------------------------------ 54
7. vii
3. Observasi Tindakan II----------------------------------------------------- 57
4. Refleksi---------------------------------------------------------------------- 59
C. Pembahasan --------------------------------------------------------------------- 60
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN---------------------------------- 63
A. Simpulan -------------------------------------------------------------------------- 63
B. Implikasi --------------------------------------------------------------------------- 65
C. Saran -------------------------------------------------------------------------------- 65
DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------- 67
LAMPIRAN -LAMPIRAN -------------------------------------------------------------- 68
8. DAFTAR GAMBAR
Keterangan Halaman
Gambar 1: Tahapan pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw-------- 20
Gambar 2: Kerangka Berpikir ---------------------------------------------------- 25
Gambar 3. Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas -------------------------- 27
viii
9. DAFTAR TABEL
Keterangan Halaman
Tabel 3.1: Pedoman Konversi Nilai Absolute Skala -------------------------- 42
Tabel 4.1: Prestasi Siswa Sebelum Ada Tindakan ----------------------------- 43
Tabel 4.2: Rekap Prestasi Siswa Sebelum Ada Tindakan -------------------- 43
Tabel 4.3: Prestasi Belajar Siswa Siklus I--------------------------------------- 50
Tabel 4.4: Rekap Prestasi Belajar Siswa Siklus I ------------------------------ 51
Tabel 4.5: Prestasi Belajar Siswa Siklus II-------------------------------------- 57
Tabel 4.6: Rekap Prestasi Belajar Siswa Siklus II ----------------------------- 58
Tabel 4.7: Rekap Perkembangan Prestasi Belajar ----------------------------- 60
ix
10. DAFTAR GRAFIK
Keterangan Halaman
Grafik 4.1: Rekap Prestasi Siswa Sebelum Ada Tindakan ------------------- 45
Grafik 4.2: Prestasi Belajar Siswa Siklus I-------------------------------------- 51
Grafik 4.3: Perkembangan Prestasi Belajar Siswa ----------------------------- 61
x
11. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kompetensi kejuruan merupakan mata pelajaran yang ada di SMK. Pada
mata pelajaran ini peserta didik mengenal, mempraktikan dan menguasai
berbagai kompetensi sesuai dengan program masing-masing jurusan.
Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik di masing-masing program
diharapkan siswa mampu menghadapi perkembangan teknologi yang
berkembang pesat. Mereka harus siap dan mampu menghadapi tantangan di
dunia kerja yang perubahannya sangat cepat.
Selama ini kegiatan pembelajaran di kelas masih dilaksanakan secara
konvensional, terlebih jika di sekolah belum tersedianya sarana prasarana
pendukung untuk pembelajaran kompetensi kejuruan. Kalaupun di sekolah
sudah memiliki sarana pembelajaran kompetensi kejuruan seperti alat-alat
praktek tetapi kegiatan pembelajaran masih monoton, hal ini terlihat dari
kegiatan pembelajaran yang hanya tergantung pada intruksi atau perintah
guru.
Pembelajaran konvensional yang dilakukan guru di kelas seringkali
merasa kewalahan karena siswa banyak memberikan pertanyaan, terlebih jika
materi pelajaran dirasa cukup sulit untuk dipahami oleh siswa. Hal ini terjadi
karena dalam melaksanakan pembelajaran konvensional guru merupakan
sumber utama ilmu pengetahuan, dan dilakukan dengan metode ceramah.
1
12. 2
Dalam mengajarkan kompetensi kejuruan, sebaiknya diusahakan agar
siswa mudah memahami konsep yang ia pelajari, sehingga siswa lebih
berminat untuk mempelajarinya. Media atau alat peraga serta metode
pengajaran yang tepat dapat membantu siswa dalam memahami konsep mata
pelajaran kompetensi kejuruan, maka seyogyanya guru menyiapkan media
serta metode sesuai dengan materi yang diajarkan. Media dan metode yang
tepat dalam proses pembelajaran akan mempermudah siswa dalam memahami
suatu materi, siswa dapat mempelajarinya karena konkret jadi tidak hanya
dihadapkan pada situasi yang abstrak.
Dalam pembelajaran mata pelajaran kompetensi kejuruan di kelas, guru
seringkali mengasumsikan bahwa semua siswa memiliki kemampuan yang
sama. Dalam paradigma yang baru siswa memang dapat belajar apa saja
namun waktu yang diperlukan untuk mencapai kompetisi tertentu berbeda satu
dengan lainnya. Akibatnya banyak anak yang memiliki nilai tidak seimbang.
Pembelajaran mata pelajaran kompetensi kejuruan merupakan bagian
yang berkaitan dengan upaya membangun interaksi bermakna antara guru
dengan siswa lewat materi ajar dalam rangka penguasan konsep. Peningkatan
kualitas pembelajaran berhubungan dengan upaya membangun komunikasi
timbal balik antara guru dengan siswa yang melibatkan baik aspek kognitif,
afektif maupun psikomotor. Ketiga hal tersebut perlu dikembangkan secara
berkelanjutan dengan berpedoman pada kompetensi dasar siswa dan indikator
keberhasilannya.
13. 3
Kegiatan penilaian pembelajaran merupakan salah satu bentuk upaya
guru dalam rangka memperoleh informasi sebagai balikan tentang
pelaksanaan pembelajaran untuk dimanfaatkan sebagai bahan penilaian sejauh
mana keberhasilan pembelajaran baik dari segi proses maupun produknya. Hal
ini berarti bahwa pada penilaian yang perlu mendapatkan perhatian adalah
proses penyediaan data yang benar dan terandal sehingga dapat diambil
keputusan yang tepat. Oleh karena itu, dalam penilaian pembelajaran
kompetensi kejuruan di SMK yang perlu mendapatkan penekanan adalah
bagaimana guru mampu menyediakan informasi dalam pembelajaran tersebut
dalam rangka mengukur tingkat pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
Secara realitas pembelajaran kompetensi kejuruan di SMK Negeri I
Geneng sering menghadapi masalah, utamanya dalam tingkat penguasaan
materi. Perbedaan sikap dan karakter siswa yang memiliki latar belakang
sosial yang berbeda berdampak pada munculnya perbedaan nilai pada siswa.
Perbedaan nilai yang terjadi pada siswa yang menempuh kompetensi
Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu sangat terlihat dengan jelas. Ada
kelompok anak yang memiliki nilai yang tinggi sementara kelompok yang lain
memiliki nilai yang sangat rendah hal ini diakibatkan dari metode
pembelajaran yang konvensional, hasil belajar siswa menjadi kelompok yang
bernilai tinggi dan kelompok siswa yang bernilai rendah. Hal yang demikian
jika dibiarkan akan membuat masalah tersendiri bagi sekolah.
Untuk mengatasi kesenjangan tersebut maka sebagai seorang guru
kompetensi kejuruan diharapkan bisa mencari alternatif metode pembelajaran
14. 4
yang tepat. Dalam arti mampu mengembangkan kemampuan siswa yang
diasumsikan kelompok tinggi dan sekaligus meningkatkan kemampuan siswa
dalam kategori bernilai rendah. Melihat kesenjangan perolehan nilai tersebut
maka salah satu alternatif yang tepat adalah mengoptimalkan kemampuan
siswa yang memiliki prestasi tinggi namun bisa mengangkat anak-anak yang
memiliki nilai rendah, teknik yang kita gunakan adalah adalah teknik
pembelajaran kooperatif model-jigsaw. Dalam pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara hiterogen dalam
kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi
sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak
ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi
tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, expert dari kelompok
berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain
sampai mereka menjadi expert pada konsep yang ia pelajari. Kemudian
kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai
kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assesmen yang lain
pada semua topik yang diberikan.
Dengan teknik kooperatif tipe jigsaw ini maka siswa yang memiliki
kemampuan lebih dibanding dengan teman yang lain akan dijadikan ahli
(expert) pada suatu aspek tertentu dari materi. Dengan penempatan siswa yang
memiliki kemampuan lebih sebagai expert maka kemampuan mereka akan
tetap berkembang sementara siswa yang memiliki kemampuan kurang akan
terbantu oleh teman expert.
15. 5
Untuk itulah dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti akan
mengambil sebuah judul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model
Jigsaw untuk Meningkatkan Kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Finishing
Kayu pada program keahlian teknik konstruksi kayu SMK Negeri I Geneng
Tahun pelajaran 2010/2011.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran konvensional yang dilakukan guru di kelas seringkali
monoton sehingga anak jenuh dan materi tidak diserap oleh siswa
secara maksimal.
2. Media atau alat peraga serta metode pengajaran yang kurang tepat
mengakibatkan siswa kesulitan dalam memahami konsep mata
pelajaran kompetensi kejuruan.
3. Rendahnya prestasi siswa dalam kompetensi Melaksanakan
Pekerjaan Finishing Kayu pada Program Keahlian Teknik
Konstruksi Kayu kelas XII SMK Negeri 1 Geneng tahun pelajaran
2010/2011.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada siswa kelas
XII Program Keahlian Teknik Konstruksi Kayu mata pelajaran kompetensi
kejuruan, kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu, pada
16. 6
subkompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu di SMK Negeri
1 Geneng tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini akan selesai jika
siswa telah telah mencapai nilai 70 individu dan mencapai ketuntasan 80%
secara klasikal, dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif
model jigsaw.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah di depan maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah
metode pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dalam subkompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing
Kayu pada Program Keahlian Teknik Konstruksi Kayu kelas XII SMK
Negeri 1 Geneng tahun pelajaran 2010/2011?
E. Pemecahan Masalah
Rendahnya kemampuan siswa dalam kemampuan kompetensi
Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu pada Program Keahlian Teknik
Konstruksi Kayu kelas XII SMK Negeri 1 Geneng tahun pelajaran
2010/2011, disebabkan guru masih menerapkan metode pembelajaran yang
konvensional. Peserta didik kurang terlibat langsung dalam pembelajaran.
Akibat yang paling tampak adalah rendahnya prestasi belajar siswa dalam
penguasaan materi pembelajaran.
17. 7
Untuk mengatasi masalah tersebut maka upaya yang dilakukan adalah
menerapkan salah satu metode mengajar yang dapat mengajak siswa untuk
terlibat langsung dalam pembelajaran, metode tersebut adalah pembelajaran
kooperatif model jigsaw. Dengan menerapkan metode ini diharapkan siswa
dapat terlibat langsung sehingga dapat meningkatkan nilai dalam
pembelajaran kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu pada
pada Program Keahlian teknik Konstruksi Kayu kelas XII SMK Negeri 1
Geneng tahun pelajaran 2010/2011.
F. Definisi Istilah
1. Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Metode Pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah metode
pembelajaran yang menekankan pada pembentukan kelompok ahli yang
kemudian kelompok tersebut saling mempresentasikan hasil diskusinya
pada setiap anggota kelompok.
2. Kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu
Kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu adalah
kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan
dalam melaksanakan pekerjaan finishing kayu yang harus dimiliki oleh
siswa.
3. Program Keahlian Teknik Konstruksi Kayu
Program Keahlian Teknik Kontruksi Kayu adalah salah satu
program keahlian di SMK dari jurusan bangunan gedung.
18. 8
4. SMK
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan
pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau
bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui
sama/setara SMP/MTs.
G. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian
tindakan kelas ini, maka tujuan yang hendak dicapai adalah:
1. Menerapkan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw pada
kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu pada Program
Keahlian Teknik Konstruksi Kayu kelas XII SMK Negeri 1 Geneng
tahun pelajaran 2010/2011.
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam kompetensi Melaksanakan
Pekerjaan Finishing Kayu melalui penerapan metode pembelajaran
kooperatif model jigsaw pada Program Keahlian Teknik Konstruksi
Kayu kelas XII SMK Negeri 1 Geneng tahun pelajaran 2010/2011.
H. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat teoretis maupun praktis yang bisa dipetik dari penelitian
tindakan kelas ini antara lain:
19. 9
1. Manfaat Teoretis:
Memperkaya khazanah teori/keilmuan yang terkait dengan kompetensi
Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu melalui penerapan metode
pembelajaran kooperatif model jigsaw.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi siswa
1) Dapat memberikan motivasi kepada siswa agar kompetensi
Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu meningkat atau lebih baik.
2) Dapat merefleksi potensinya diri yang harus dikembangkan lewat
kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu
b. Bagi Guru
1) Dapat mengembangkan kemampuan guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran kompetensi Melaksanakan Pekerjaan
Finishing Kayu yang benar-benar efektif dengan jalan metode
pembelajaran kooperatif model jigsaw sehingga hasilnya akan lebih
baik,
2) Dapat mengembangkan profesinya secara lebih mendalam, yakni
memahami siswa dan profesinya secara menyeluruh baik dari segi
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal ini memiliki konsekuensi
bahwa guru mampu melihat siswa sebagai individu yang memiliki
potensi yang harus dikembangkan.
3) Menambah pengalaman guru untuk melaksanakan PTK.
20. 10
c. Bagi sekolah
1) Dapat memberikan temuan yang akurat tentang kompetensi guru
dalam mengajar dan kompetensi siswa dalam Melaksanakan
Pekerjaan Finishing Kayu, sehingga prestasi siswa dan hasil
pembelajaran Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu dapat
ditingkatkan.
2) Dapat memberikan sumbangan dalam menetapkan alternatif
pengolahan sekolah yang memperhatikan berbagai keragaman.
Pemahaman mengenai keragaman ini berguna dalam
mengembangkan manajemen sekolah yang berbasis mutu.
21. BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Metode Kooperatif Model Jigsaw
a. Pengertian
Kata jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang berarti “gergaji atau
memotong”. Dalam metode pembelajaran teknik jigsaw termasuk dalam
jenis metode pembelajaran kooperatif. Jigsaw dikembangkan pertama kali
oleh Elliot Aronson dan koleganya di Universitas Texas, Roy Killen
(1996:86) menyatakan bahwa:
Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa
dikelompokkan oleh secara hiterogen dalam kemampuan. Siswa
diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya
untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak
ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari
materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, “ahli”
dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang
sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi “ahli” di konsep
yang ia pelajari. Kemudian kembali ke kelompok semula untuk
mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman
sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assesmen yang lain pada
semua topik yang diberikan. langkah-langkah pembelajaran dengan
jigsaw.
Pembelajaran jigsaw dapat dideskripsikan sebagai strategi
pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok
yang disebut “kelompok asal”. Kemudian siswa juga menyusun
“kelompok ahli” yang terdiri dari perwakilan “kelompok asal” untuk
11
22. 12
belajar dan/atau memecahkan masalah yang spesifik. Setelah “kelompok
ahli” selesai melaksanakan tugas maka anggota “kelompok ahli” kembali
ke kelompok asal untuk menerangkan hasil pekerjaan mereka di
“kelompok ahli” tadi.
Metode jigsaw mengkondisikan siswa untuk beraktifitas secara
kooperatif dalam dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.
Aktifitas tersebut meliputi saling berbagi pengetahuan, ide, menyanggah,
memberikan umpan balik dan mengajar rekan sebaya. Seluruh aktifitas
tersebut dapat menciptakan lingkungan belajar di mana siswa secara aktif
melaksanakan tugas sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Secara umum tahap-tahap pembelajaran kooperatif model jigsaw
yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1)
Tahap pendahuluan, (2) Tahap penyajian informasi/materi, (3) Tahap
pembentukan kelompok, (4) Tahap kerja dan belajar kelompok, (5) Tahap
evaluasi, (6) Tahap penghargaan.
Kooperatif model jigsaw diilustrasikan sebagai berikut: Siswa
berkumpul di kelompok asal dan masing-masing mendapatkan tugas yang
berbeda. Setiap siswa dengan bagian tugas yang sama berkumpul dalam
kelompok ahli, untuk membahas materi yang diberikan. Siswa kembali ke
kelompok asal untuk mengajarkan bagian materi sesuai tugasnya masing-
masing kepada seluruh anggota kelompok asal. Diskusi kelas
antarkelompok yang dipimpin oleh guru.
23. 13
Dari pendapat para ahli di depan dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran model jigsaw adalah metode pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada pembentukan kelompok ahli yang kemudian kelompok
tersebut saling mempresentasikan hasil diskusinya pada setiap anggota
kelompok. Jadi, dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw siswa
dituntut menjadi ahli dalam materi tertentu dan mampu mempresentasikan
keahliannya dalam kelompok.
a. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Belajar kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Dalam belajar
kooperatif, siswa dibentuk dalam bentuk kelompok-kelompok secara
hiterogen untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan
guru. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Maksud
kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis
kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih latar belakangnya.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan
khusus agar dapat bekerja sama didalam kelompoknya. Seperti menjadi
pendengar yang baik siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan
atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan selama kerja kelompok,
tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.
Ketepatan seorang guru dalam memilih metode pembelajaran akan
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, karena metode
pembelajaran akan berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.
24. 14
Hal ini sesuai dengan pendapat Djahiri (1992:28) yang menyatakan bahwa,
pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan
potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus
dimiliki seorang guru.
Agar pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dapat bermanfaat
secara maksimal maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar
pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang terdiri dari (1) menejemen
pembelajaran kooperatif, (2) Struktur tugas kelompok, (3) tanggungjawab
pribadi dan kelompok, (4) peran guru dan siswa, (5) proses kelompok
Falsafah yang mendasari cooperative learning (gotong royong)
dalam pembelajaran adalah falsafah homo homoni socius. Falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahkluk sosial. Kerja sama
merupakan kebutuhan penting untuk kelangsungan kehidupan. Tanpa kerja
sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah. Tanpa
kerja sama kehidupan sudah punah (Lie, 2002:28).
Coorporative Learning memiliki dasar pemikiran “getting better
together” yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang
lebih luas dengan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh
dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan sosial
yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan siswa untuk
berinteraksi dan bekerjasama dengan siswa lain dalam suasana gotong
royong yang harmonis dan kondusif. Suasana positif yang timbul dari
25. 15
metode ini, yaitu bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencintai pelajaran dan sekolah. Dalam kegiatan-kegiatan yang
menyenangkan ini, siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan
berpikir (Lie, 2002:90).
Johnson & Johnson (dalam Lie, 2002:30) mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif untuk
mencapai hasil yang maksimal. Lima unsur metode pembelajaran gotong
royong harus diterapkan. Kelima unsur tersebut adalah : a) Saling
ketergantungan positif, b) Tanggung jawab perseorangan, c) Tatap muka,
d) Komunikasi antaranggota, e) Evaluasi proses kelompok.
Dari pendapat tersebut jelas bahwa ada prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan dalam penerapan metode kooperatif. Untuk lebih jelasnya,
prinsip tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1) Manajemen Pembelajaran Kooperatif
Sebaiknya, siswa tidak dibiarkan mencari kelompoknya sendiri, karena
dapat menyebabkan terjadinya keterasingan beberapa siswa. Dalam
proses pembelajaran kooperatif, guru memiliki peran diantaranya
menentukan pembagian kelompok dan memfasilitasi kekompakan
kelompok.
2) Struktur Tugas
Dalam kelompok pembelajaran kooperatif, guru menyusun tugas
melalui pembagian kerja, sarana dan keahlian. Penyusunan tugas ini
akan menciptakan saling ketergantungan yang positif antara anggota
26. 16
kelompok. Siswa akan merasa kontribusinya sangat berarti bagi
kelompok dan pada saat yang bersamaan merasa bergantung pada
kontribusi anggota yang lain.
3) Tanggung Jawab Pribadi dan Kelompok
Jika penilaian hasil kerja siswa tidak didasarkan pada kontribusi
individual, kemungkinan akan ada siswa yang bersikap seperti benalu,
atau siswa lain yang bekerja terlalu keras untuk teman-temannya.
Tanggung jawab pribadi dapat dibentuk melalui beberapa cara,
bergantung pada isi dan metode cooperative yang dipakai. Siswa bisa
didorong untuk bertanggung jawab sendiri dengan dinilai secara
mandiri untuk bagian tugasnya dalam kerja kelompok. Selain itu,
siswa juga perlu bertanggung jawab atas kegiatan kolektif
kelompoknya, misalnya dengan hasil karya bersama, presentasi kelas,
dan laporan kelompok.
4) Peran Guru dan Siswa
Kelompok pembelajaran kooperatif membuat siswa belajar secara aktif
dan mandiri, namun guru tetap berperan penting dalam proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, tidak berarti guru bisa
mengabaikan dan meninggalkan pekerjaannya, sebab guru berperan
sebagai fasilitator dan mendorong siswa untuk saling tergantung
dengan siswa lain. Guru harus tetap memonitor, mengamati proses
pembelajaran, dan turun tangan jika diperlukan.
27. 17
5) Proses Kelompok
Untuk memantapkan keberhasilan yang berkelanjutan, guru perlu
menanam usaha untuk proses kelompok. Artinya anggota kelompok
perlu diberi kesempatan untuk merefleksikan tindakan baik yang
positif dan negatif, serta membuat tindakan-tindakan yang harus
dilanjutkan dan diubah. Tujuan proses kelompok adalah meningkatkan
keberhasilan masing-masing anggota dalam memberikan kontribusi
mereka terhadap pencapaian tujuan kelompok.
Sedangkan konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin
(2001:20) adalah sebagai berikut.
a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok
mencapai kriteria yang ditentukan.
b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya
kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota
kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk
membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok
telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa
telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar
mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah sama-sama
tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi
semua anggota kelompok sangat bernilai.
Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada cara siswa belajar secara
bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama
lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa
dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah
terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku.
28. 18
b. Penerapan Model Jigsaw
Dari beberapa teori yang ada maka peneliti dapat menuliskan
langkah-langkah pembelajaran dengan metode kooperatif model jigsaw,
diantaranya sebagai berikut:
1) Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan.
Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw
dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri,
kritis, kooperatif dalam model belajaran ini. Peserta didik diminta
belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran
keseluran dari konsep. (Bisa juga pemahaman konsep ini menjadi
tugas yang sebelumya harus sudah dibaca di rumah).
2) Pengelompokan
Misalkan dalam kelas ada 20 Siswa, yang kita tahu kemampuannya
dan sudah dirangking (siswa tidak perlu tahu), kita bagi dalam bagi
25% (Rangking 1- 5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10)
kelompok baik, 25% selanjutnya (rangking 11-15) kelompok sedang,
25% (rangking 15-20) rendah.
Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 5 group (A – E) yang isi
tiap-tiap groupnya hiterogen dalam kemampuannya, berilah indek 1
untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indek 2 untuk kelompok,
baik indek 3 untuk kelompok sedang dan indek 4 untuk kelompok
29. 19
rendah. Misalkan (A1 berarti group A dari kelompok sangat baik, ....
A4 group A dari kelompok rendah). Tiap group akan berisi
Group A {A1, A2, A3, A4}
Group B {B1, B2, B3, B4}
Group C {C1, C2, C3, C4}
Group D {D1, D2, D3, D4}
Group E {E1, E2, E3, E4}
3) Pembentukan dan pembinaan kelompok expert
Selanjutnya group itu dipecah menjadi kelompok yang akan
mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi expert,
berdasarkan indeknya.
Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1, E1}
Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2 ,E2}
Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3 ,E3}
Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4 ,E4}
Tiap kelompok ini di beri konsep (transformasi) sesuai dengan
kemampuannya. Kelompok 1 yang terdiri dari siswa yang sangat baik
kemapuannya diberi materi yang lebih komplek dan seterusnya.
Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan
sebaik-baiknya sebelum ia kembali kedalam group sebagai tim ahli
“expert”, tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini. Untuk
lebih jelasnya di bawah ini akan dipaparkan bentuk diagaram diskusi
Kelompok Expert.
30. 20
Siswa berkumpul di kelompok asal
dan masing-masing mendapatkan
tugas yang berbeda
Setiap siswa dengan bagian tugas
yang sama berkumpul dalam
kelompok ahli, untuk membahas
materi yang diberikan
Siswa kembali ke kelompok asal
untuk menyampaikan bagian
materi sesuai tugasnya masing-
masing kepada seluruh anggota
kelompok asal
Diskusi kelas antarkelompok yang
dipimpin oleh guru kelas
Melaksanakan tes individu TES
Pemberian penghargaan Individu dan Kel.Terbaik
Gambar 1 : Tahapan pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw
4) Diskusi (Pemaparan) kelompok ahli dalam group
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini, masing masing
kembali dalam group semula. Pada fase ini ke-lima group (1-5)
memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu (1-4). Selanjutnya
pendidik mempersilahkan anggota group untuk mempresentasikan
31. 21
keahliannya kepada groupnya masing-masing, satu persatu. Proses ini
diharapakan akan terjadi shearing pengetahuan di antara mereka.
Aturan dalam fase ini adalah:
- Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap
anggota tim mempelajari materi yang diberikan.
- Memperolah pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama,
jadi belajar sampai setiap anggota menguasai konsep.
- Tanyakan pada anggota group sebelum tanya pada pendidik
- Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak menggangu group
lain.
- Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh
kepuasan.
5) Test (Penilaian).
Pada fase ini guru memberikan test tulis untuk dikerjakan oleh siswa
yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada test ini siswa
tidak diperkenankan untuk bekerjasama. Jika mungkin tempat
duduknya agak dijauhkan.
6) Pengakuan Kelompok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor
peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh
siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-
rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin
maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa
32. 22
memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis
mereka melampaui skor dasar mereka.
Selanjutnya berikan penghargaan kepada group yang memiliki
penambahan nilai paling tinggi. Berikan juga penghargaan individu
yang paling tinggi penambahan nilainya, juga pada tim yang paling
kooperatif dan dinamis selama berdiskusi. Jika mungkin tambahkan
jenis-jenis penghargaan yang bisa merata pada semua group.
2. Pembelajaran Kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu
a. Pengertian
Menurut Purwadarminta dalam kamus umum Bahasa Indonesia,
kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu hal. Kompetensi yang ada dalam Bahasa Inggris
adalah competency atau competence merupakan kata benda, menurut
William D. Powell dalam aplikasi Linguist Version 1.0 (1997) diartikan:
1) kecakapan, kemampuan, kompetensi 2) wewenang. Kata sifat dari
competence adalah competent yang berarti cakap, mampu, dan tangkas
Secara sederhana kompetensi diartikan seperangkat kemampuan yang
meliputi pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan yang harus dimiliki
dan dimiliki seseorang dalam rangka melaksanakan tugas pokok, fungsi
dan tanggung jawab pekerjaan dan jabatan yang disandangnya.
(http://dahlanforum.wordpress.com/2008/04/17/pengertian-kompetensi/)
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi
Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu adalah kemampuan yang
33. 23
meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan dalam melaksanakan
pekerjaan finishing kayu yang harus dimiliki oleh siswa pada program
keahlian teknik perkayuan.
b. Ruang Lingkup
Standar Kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu
merupakan seperangkat kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Finishing
Kayu yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil
belajarnya dalam mata pelajaran kompetensi kejuruan. Standar ini dirinci
dalam komponen kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar,
untuk setiap aspeknya.
Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut
didasarkan menurut urutanan-urutan pembelajaran yang hendak dicapai.
Ruang lingkup materi pada standar kompetensi Melaksanakan Pekerjaan
Finishing Kayu dibagi dalam subkompetensi-subkompetensi yaitu: 1)
Menjelaskan Prosedur Dan Teknik Finishing Pekerjaan Kayu, 2)
Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu, 3) Melaksanakan Pekerjaan
Pengecatan, 4) Melaksanakan Pekerjaan Politur, 5) Melaksanakan
Pekerjaan Melamin, dan 6) Melaksanakan Pekerjaan Vernis.
B. Kerangka Berpikir
Kemampuan siswa dalam kompetensi Merencanakan Kebutuhan
Finishing Kayu sangat rendah/kurang. Hal itu terlihat dari sikap siswa dalam
34. 24
mengikuti pelajaran. Kekurangberhasilan tersebut disebabkan oleh metode
yang dipergunakan oleh guru yang kurang tepat. Yaitu guru hanya
memberikan teori bagaimana Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu yang
baik tanpa diterapkan contoh langsung. Hal ini menyebabkan siswa hanya
mereka-reka sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw,
guru tidak membelenggu pengalaman anak, artinya guru tetap memberi
kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan secara maksimal sesuai
dengan kemampuan anak. Dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif
model jigsaw diharapkan siswa dapat tertarik mengikuti pembelajaran,
keaktifan dalam pembelajaran Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu
meningkat, serta kompetensi merencanakannya lebih baik. Adapun tindakan
dalam penelitian ini akan dilaksanakan 2 siklus atau sampai indikator yang
dituju tercapai.
35. 25
Lebih jelasnya alur kerangka berpikir dapat dilihat dari gambar berikut ini:
SEBELUM TINDAKAN
1. Guru mengajar secara konvensional
2. Peran siswa hanya sebagai objek
3. Guru kurang maksimal dalam memberi contoh
4. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran
5. Hasil kompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu siswa
PERENCANAAN PELAKSANAAN
SIKLUS I
Penerapan Kooperatif Model Jigsaw
REFLEKSI PENGAMATAN
PERENCANAAN PELAKSANAAN
SIKLUS II
Penerapan Kooperatif Model Jigsaw
REFLEKSI
PENGAMATAN
SETELAH TINDAKAN
1. KBM berlangsung hidup
2. Siswa tertarik mengikuti pembelajaran
3. Keaktifan dalam pembelajaran meningkat
4. Kompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu
meningkat/lebih baik
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Gambar 2: Kerangka Berpikir
36. 26
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Penerapan metode
pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam subkompetensi merencanakan kebutuhan finishing kayu pada
Program Keahlian Teknik Konstruksi Kayu kelas XII SMK Negeri 1 Geneng
tahun pelajaran 2010/2011.
37. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research yang
disingkat CAR atau penelitian Tindakan Kelas (PTK). CAR atau PTK
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan supardi, 2006: 3). Sedangkan
menurut Rochiati Wiriaatmadja (2005: 66) penelitian tindakan kelas adalah
bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek
pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Penelitian
Tindakan Kelas ini diterapkan di kelas karena menawarkan cara dan prosedur
baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesional guru dalam proses
belajar mengajar di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan
proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa.
Siklus action research dalam penelitian tindakan kelas ini dapat
divisualisasikan sebagai berikut :
planning planning
reflecting acting reflecting acting
observing observing
Gambar 3. Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas
27
38. 28
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah merancang perangkat
pembelajaran yang berupa rencana pembelajaran yang didasarkan pada
penerapan metode kooperatif tipe jigsaw. Tahap kedua, merupakan tahap
implementasi yakni memberitahukan kepada siswa yang menjadi subjek
penelitian tentang kegiatan yang akan dilaksanakan yakni metode
pembelajaran kooperatif model jigsaw. Melalui model kegiatan yang simultan
dengan mengembangkan siklus pertama pada penelitian tindakan kelas. Hasil
implementasi ini diobservasi dan direkam menggunakan instrumen
pangumpul data yang berupa pengalaman kinerjanya. Data yang dikumpulkan
berupa data kualitatif dan kuantitatif, untuk seterusnya diadakan refleksi. Hasil
refleksi digunakan untuk perbaikan pada perencanaan siklus kedua. Dengan
mendasarkan pada kegagalan siklus sebelumnya ditetapkanlah upaya
perbaikan. Langkah semacam ini dilakukan pada siklus ke 2 dan seterusnya,
hingga tercapainya tujuan penelitian.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa Program Keahlian Teknik Konstruksi
Kayu kelas XII SMK Negeri 1 Geneng yang sedang mempelajari
subkompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu. Adapun jumlah
subjek penelitian ini adalah 22 siswa.
39. 29
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Juni sampai dengan Desember 2010.
Secara rinci kegiatan ini disusun dalam jadwal kegiatan di bawah ini:
N Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
o Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Penyusuna
1 n Proposal x x x x x x x x
Pelaks.
2 Penelitian x x x x x x x x x x x x
Penys
Hasil
3 Penelitian x x x x x x x x
4 Evaluasi x x x
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Geneng,
Kabupaten Ngawi.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur kerja penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus
atau sampai indikator yang diharapkan tercapai. Kegiatan dari masing-masing
siklus terdiri dari empat tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan penelitian. Hal-hal yang dipersiapkan antara
lain menyiapkan perangkat pembelajaran dan alat ukur untuk mengetahui
atau mengevaluasi tindakan penelitian ini tanpa mengesampingkan
kendala-kendala dalam pelaksanaan tindakan.
40. 30
Kegiatan yang dilakukan:
a. Menyusun rencana pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang
berlaku sesuai dengan silabus mata pelajaran kompetensi kejuruan
yang mengacu pada metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
b. Menyusun format pengamatan, aktivitas siswa dalam kegiatan,
ketrampilan kooperatif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Menyusun alat evaluasi.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap pelaksanaan tindakan ini adalah pelaksanaan yang
merupakan penerapan isi rancangan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas.
Semua rencana yang telah disiapkan di lapangan harus sesuai dengan
rumusan yang telah ditetapkan dalam rancangan, keterkaitan antara
pelaksanaan dengan perencanaan harus sinkron, harus berlaku wajar dan
tidak dibuat-buat.
Kegiatan Inti Siklus I
a. Pendahuluan
Fase 1
Guru membacakan tujuan pembelajaran tentang subkompetensi
Merencanakan kebutuhan finishing kayu.
Siswa menyimak tujuan pembelajaran tentang subkompetensi
Merencanakan kebutuhan finishing kayu.
Guru memberitahu siswa bahwa setelah pembelajaran selesai akan
ada penghargaan bagi individu maupun kelompok yang berprestasi.
41. 31
Siswa memperhatikan pemberitahuan guru.
Guru menampilkan beberapa gambar contoh menghitung luas
permukaan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk finishing kayu.
Siswa memperhatikan bebarapa gambar contoh menghitung luas
permukaan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk finishing kayu,
yang ditampilkan oleh guru.
b. Inti
Fase 2
Guru menjelaskan pada siswa untuk mengingat kembali materi
pelajaran sebelumnya tentang alat dan bahan pekerjaan finishing
kayu serta mengingat kembali pelajaran matematika tentang cara
menghitung luas permukaan sebuah bidang.
Siswa mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya tentang alat
dan bahan pekerjaan finishing kayu serta mengingat kembali
pelajaran matematika tentang cara menghitung luas permukaan
sebuah bidang.
Guru menyuruh siswa untuk mengaitkan pengetahuan awal tentang
cara menghitung luas permukaan bidang dengan luas permukaan
bidang sebuah meja yang akan difinishing.
Siswa mengaitkan pengetahuan awal tentang cara menghitung luas
permukaan bidang dengan luas permukaan bidang sebuah meja
yang akan difinishing, bahwa untuk menghitung luas bidang
42. 32
sebuah meja yang akan difinishing tidak jauh beda dengan
menghitung luas permukaan bidang.
Guru menjelaskan dan menunjukan cara menghitung bahan dan
upah pekerjaan finishing yang berpedoman pada analisa BOW.
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
Fase 3
Guru membagi siswa dalam 5 kelompok.
Siswa berkumpul dengan kelompok asal masing-masing sesuai
pembagian yang ditentukan oleh guru
Fase 4
Membaca, menelaah, menginterpetasi
Guru membagi materi/ modul
Siswa menerima materi/modul dari guru
Guru mengajak masing-masing siswa untuk memperhatikan materi
tentang topik finishing sesuai dengan pembagiannya.
Siswa memperhatikan materi tentang topik finishing, yaitu
Topik Ahli 1 : menghitung luas bidang pekerjaan.
Topik Ahli 2 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
cat.
Topik Ahli 3 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
politur.
Topik Ahli 4 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
melamin.
43. 33
Topik Ahli 5 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
vernis.
Siswa mulai membaca dan menelaah topik masing-masing.
Guru pada saat yang sama mengingatkan siswa bahwa kalau ada
hal yang ingin ditanyakan, terlebih dahulu ditanyakan kepada
teman kelompok sebelum ditanyakan kepada guru.
Diskusi kelompok ahli
Guru menyuruh siswa untuk bergabung dengan kelompok ahli
masing-masing.
Siswa bergabung dengan kelompok ahli masing-masing.
Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi dalam kelompok ahli
sesuai keahlian masing-masing.
Siswa berdiskusi dalam kelompok ahli sesuai keahlian masing-
masing.
Diskusi kelompok asal
Guru menyuruh siswa untuk berkumpul kembali dengan kelompok
asalnya masing-masing.
Siswa kembali berkumpul dengan kelompok asalnya masing-
masing.
Guru menyuruh siswa untuk secara bergiliran menjelaskan
tugasnya kepada teman kelompok asal.
Siswa secara bergiliran menjelaskan tugasnya kepada teman
kelompok asal.
44. 34
Diskusi kelas dipimpin oleh guru
Guru memimpin diskusi kelas.
Siswa mengikuti diskusi kelas
Guru memberikan kesempatan setiap kelompok untuk memberikan
pendapat.
Siswa dalam setiap kelompoknya ikut memberikan pendapat.
c. Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang dibahas.
Guru memberikan tugas akhir.
Siswa menerima tugas
Kegiatan Inti Siklus II
a. Pendahuluan
Fase 1
Guru mengingatkan kembali tujuan pembelajaran tentang sub-
Kompetensi Merencanakan Kebutuhan finishing kayu.
Siswa mengingat kembali tujuan pembelajaran tentang Sub-
Kompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing kayu.
Guru memberitahu siswa bahwa dalam pembelajaran yang
terdahulu masih ada siswa yang nilainya kurang.
Siswa memperhatikan pemberitahuan guru.
b. Inti
Fase 2
45. 35
Guru tidak banyak memberikan penjelasan dan langsung membagi
siswa dalam 5 kelompok secara hiterogen dalam kemampuan.
Siswa berkumpul dengan kelompok asal masing-masing sesuai
pembagian yang ditentukan oleh guru
Fase 3
Membaca, menelaah, menginterpetasi
Guru membagi materi/ modul
Siswa menerima materi/modul dari guru
Guru mengajak masing-masing siswa untuk memperhatikan materi
tentang topik finishing sesuai dengan pembagiannya.
Siswa memperhatikan materi tentang topik finishing, yaitu
Topik Ahli 1 : menghitung luas bidang pekerjaan.
Topik Ahli 2 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
cat.
Topik Ahli 3 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
politur.
Topik Ahli 4 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
melamin.
Topik Ahli 5 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
vernis.
Siswa mulai membaca dan menelaah topik masing-masing.
46. 36
Guru pada saat yang sama mengingatkan siswa bahwa kalau ada
hal yang ingin ditanyakan, terlebih dahulu ditanyakan kepada
teman kelompok sebelum ditanyakan kepada guru.
Diskusi kelompok ahli
Guru menyuruh siswa untuk bergabung dengan kelompok ahli
masing-masing.
Siswa bergabung dengan kelompok ahli masing-masing.
Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi dalam kelompok ahli
sesuai keahlian masing-masing.
Siswa berdiskusi dalam kelompok ahli sesuai keahlian masing-
masing.
Diskusi kelompok asal
Guru menyuruh siswa untuk berkumpul kembali dengan kelompok
asalnya masing-masing.
Siswa kembali berkumpul dengan kelompok asalnya masing-
masing.
Guru menyuruh siswa untuk secara bergiliran menjelaskan
tugasnya kepada teman kelompok asal.
Siswa secara bergiliran menjelaskan tugasnya kepada teman
kelompok asal.
Diskusi kelas dipimpin oleh guru
Guru memimpin diskusi kelas.
47. 37
Siswa mengikuti diskusi kelas
Guru memberikan kesempatan setiap kelompok untuk memberikan
pendapat.
Siswa dalam setiap kelompoknya ikut memberikan pendapat.
c. Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang dibahas.
Guru melakukan ulangan harian dengan membagi siswa dalam dua
kelompok yakni kelompok dengan nomor absen ganjil untuk
mengerjakan di dalam kelas sementara siswa dengan nomor absen
genap untuk keluar terlebih dahulu
Siswa secara bergantian mengikuti ulangan harian
3. Pengamatan Tindakan (Observasi)
Dalam pelaksanaan pemberian tindakan kelas seorang guru atau
peneliti mengamati dan pencatatan dengan berpedoman pada instrumen
yang telah disiapkan.
Sumber pengumpulan data penelitian ada 2 macam, yaitu: tes dan
nontes. Tes meliputi tes hasil belajar, sedangkan non tes meliputi pedoman
lembar angket untuk siswa. Kedua jenis instrumen tersebut digunakan
untuk penelitian. Instrumen tes adalah instrumen yang digunakan oleh
peneliti untuk menjaring data yang bersifat kuantitatif yang diarahkan pada
hasil belajar siswa. Instrumen nontes adalah instrumen yang digunakan
oleh peneliti untuk menjaring data yang bersifat kualitatif, misalnya
48. 38
permasalahan yang timbul pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung, keoptimalan siswa dalam mengerjakan lembar kerja siswa,
aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, keterampilan kooperatif
siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Data yang terkumpul pada setiap siklus bersifat kualitatif dan
kuantitatif yaitu : 1) dokumen hasil belajar siswa dalam mengerjakan soal-
soal ulangan harian, 2) hasil observasi peneliti pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung, 3) hasil wawancara siswa setelah kegiatan belajar
mengajar.
4. Refleksi Tindakan (Refleksing)
Refleksi tindakan merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Dengan kegiatan refleksi ini akan
diketahui kelebihan dan kelemahan dari pelaksanaan penelitian tindakan
tersebut. Data hasil dari pengamatan tindakan dicari akar
permasalahannya, dianalisis dan dikaji secara matang sehingga dapat
diketahui apa yang harus ditingkatkan atau yang harus diperbaiki serta
dipertahankan. Kegiatan ini sebagai acuan untuk merencanakan kegiatan-
kegiatan pada siklus berikutnya. Penelitian ini akan dihentikan jika
ketuntasan belajar siswa telah mencapai 70 secara individu dan 80%
secara klasikal.
49. 39
E. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah peristiwa dan
informasi tentang kemampuan siswa dalam subkompetensi Merencanakan
Kebutuhan Finishing Kayu yang berupa penilaian tes unjuk kerja /
performance dan hasil pengamatan proses pembelajaran yang berkaitan
dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran setelah diterapkan
metode pembelajaran kooperatif model jigsaw.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Peristiwa atau kegiatan, yaitu proses pembelajaran subkompetensi
Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu dalam kegiatan pembelajaran
dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw.
b. Dokumen dan arsip, yaitu informasi tertulis yang berupa kurikulum,
silabus pembelajaran, rencana pembelajaran yang dibuat oleh peneliti.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua
cara, yaitu : 1) pengamatan dan 2) tes.
1. Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian ini dilaksanakan terhadap kegiatan
pembelajaran subkompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu,
sebelum diberi tindakan dan selama diberi tindakan dalam bentuk siklus-siklus.
Peneliti mengamati siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Pengamatan ini dilakukan dengan cara membuat catatan-catatan terhadap
50. 40
proses, hasil, dan kondisi penerapan metode pembelajaran kooperatif model
jigsaw.
2. Tes
Kemampuan Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu siswa diukur
melalui tes unjuk kerja/ perfomance. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui
perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan yaitu kemampuan siswa
dalam subkompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu. Tes pada
awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasikan kekurangan atau
kelemahan siswa dalam subkompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing
Kayu dan tes di setiap akhir siklus bertujuan untuk mengetahui peningkatan
prestasi hasil kemampuan siswa dalam subkompetensi Merencanakan
Kebutuhan Finishing Kayu.
G. Validasi Data
Sebelum informasi dijadikan data penelitian, informasi tersebut perlu
diuji validitasnya sehingga data yang diperoleh benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dipergunakan sebagai dasar yang kuat untuk
mengambil kesimpulan. Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah triangulasi.
Triangulasi adalah teknik uji validitas data dengan memanfaatkan
sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau pembanding terhadap
data. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data dan
triangulasi metode pengumpulan data.
51. 41
Triangulasi berfungsi untuk membandingkan dan mengecek kembali
derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda. Misalnya data tentang kesulitan guru dalam pembelajaran
subkompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu di kelas dan faktor-
faktor penyebabnya. Peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: memberikan
tes unjuk kerja dan selanjutnya menganalisis kekurangan siswa pada saat
merencanakan kebutuhan finishing kayu.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kritis
komparatif, dengan mendeskripsikan temuan-temuan data dan
membandingkannya dengan indikator-indikator kinerja yang sudah ditentukan.
Teknik analisis kritis yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup kegiatan
mengungkap kelemahan dan kelebihan siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar berdasarkan kriteria. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam
penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus
yang ada. Berkaitan dengan kemampuan subkompetensi Merencanakan
Kebutuhan Finishing Kayu, analisis mencakup hasil pengamatan yang
dilakukan saat prasurve. Hal ini untuk mengetahui kondisi awal dalam
subkompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu. Data yang telah
dikumpulkan harus dianalisis. Hasil analisis kuantitatif, selanjutnya
dikonsultasikan pada pedoman konversi. Pedoman konversi yang digunakan
adalah nilai absolut skala lima. Pedoman konversinya adalah sebagai berikut.
52. 42
Tabel 3.1: Pedoman Konvensi Nilai Absolute Skala
No Interval Kriteria
1 00.00 % - 39.99 % Sangat kurang
2 40.00 % - 59.99 % Prestasi Kurang
3 60.00 % - 79,99 % Cukup berprestasi
4 80.00 % - 89.99 % Prestasi tinggi
5 90.00% - 100% Prestasi tinggi sekali
I. Indikator Kinerja
PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ini dikatakan berhasil apabila
sekurang-kurangnya mencapai indikator sebagai berikut: meningkatnya prestasi
siswa dalam subkompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu dengan
penerapan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw, telah mencapai nilai 70
individu dan mencapai ketuntasan 80% secara klasikal pada Program Keahlian
Teknik Konstruksi Kayu kelas XII SMK Negeri 1 Geneng tahun pelajaran
2010/2011 .
53. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Siklus I
1. Pratindakan (Temuan Masalah)
Untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas, sebagaimana di
uraikan pada latar belakang masalah di atas, selain adanya tingkat
kemampuan yang berbeda dan setelah dilakukan test awal maka dapat
diketahui bahwa kemampuan siswa di dalam memahami materi
Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu masih banyak yang memiliki
kemampuan di bawah SKM. Hasil selengkapnya mengenai kemampuan
siswa sebagaimana dalam tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Prestasi Siswa Sebelum Ada Tindakan
Ketuntasan
No Subjek Nilai
Tuntas Tidak Tuntas
1 X
65
2 X
85
3 X
40
4 X
60
5 X
35
6 X
70
7 X
90
8 X
45
9 X
60
43
54. 44
10 X
45
11 X
70
12 X
60
13 X
65
14 X
60
15 X
80
16 X
60
17 X
85
18 X
80
19 X
65
20 X
40
JML 1260 7 13
MEAN 63
Tabel 4.2 Rekap Prestasi Siswa Sebelum Ada Tindakan
Nilai
No. Aspek
Pratindakan
1 Ketuntasan 7 siswa atau 35%
2 Ketidaktuntasan 13 siswa atau 65%
3 Nilai tertinggi 90
4 Nilai Terendah 35
5 Nilai Rata-Rata 63
55. 45
Grafik 4.1 Rekap Prestasi Siswa Sebelum Ada Tindakan
90
80
70
60
50
Tuntas
40
Tidak Tuntas
30
Tertinggi
20
terendah
10
0
Ketuntasan Pratindakan Nilai Pratindakan
Dari tabel 4.2 di atas tampak bahwa berdasarkan pratindakan dari 20
2 pratindakan,
siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 7 anak atau 35% sedangkan yang
belum tuntas sebanyak 13 atau 65%. Nil terendah 35 nilai tertinggi 90
Nilai
sedang rata-rata secara klasikal 63 Dan dari hasil pratindakan inilah maka
rata 63.
penelitian siklus I ini dilaksanakan
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tindakan yang diterapkan pada siklus I ini, peneliti menerapkan
pembelajaran dengan metode kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas XII
SMK Negeri 1 Geneng pada materi sub petensi Merencanakan
sub-kopetensi
Kebutuhan Finishing Kayu .
Adapun langkah yang ditempuh dalam menyusun kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut:
56. 46
d. Pendahuluan
Fase 1
Guru membacakan tujuan pembelajaran tentang subkompetensi
Merencanakan kebutuhan finishing kayu.
Siswa menyimak tujuan pembelajaran tentang subkompetensi
Merencanakan kebutuhan finishing kayu.
Guru memberitahu siswa bahwa setelah pembelajaran selesai akan
ada penghargaan bagi individu maupun kelompok yang berprestasi.
Siswa memperhatikan pemberitahuan guru.
Guru menampilkan beberapa gambar contoh menghitung luas
permukaan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk finishing kayu.
Siswa memperhatikan bebarapa gambar contoh menghitung luas
permukaan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk finishing kayu,
yang ditampilkan oleh guru.
e. Inti
Fase 2
Guru menjelaskan pada siswa untuk mengingat kembali materi
pelajaran sebelumnya tentang alat dan bahan pekerjaan finishing
kayu serta mengingat kembali pelajaran matematika tentang cara
menghitung luas permukaan sebuah bidang.
Siswa mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya tentang alat
dan bahan pekerjaan finishing kayu serta mengingat kembali
57. 47
pelajaran matematika tentang cara menghitung luas permukaan
sebuah bidang.
Guru menyuruh siswa untuk mengaitkan pengetahuan awal tentang
cara menghitung luas permukaan bidang dengan luas permukaan
bidang sebuah meja yang akan difinishing.
Siswa mengaitkan pengetahuan awal tentang cara menghitung luas
permukaan bidang dengan luas permukaan bidang sebuah meja
yang akan difinishing, bahwa untuk menghitung luas bidang
sebuah meja yang akan difinishing tidak jauh beda dengan
menghitung luas permukaan bidang.
Guru menjelaskan dan menunjukan cara menghitung bahan dan
upah pekerjaan finishing yang berpedoman pada analisa BOW.
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
Fase 3
Guru membagi siswa dalam 5 kelompok.
Siswa berkumpul dengan kelompok asal masing-masing sesuai
pembagian yang ditentukan oleh guru
Fase 4
Membaca, menelaah, menginterpetasi
Guru membagi materi/ modul
Siswa menerima materi/modul dari guru
Guru mengajak masing-masing siswa untuk memperhatikan materi
tentang topik finishing sesuai dengan pembagiannya.
58. 48
Siswa memperhatikan materi tentang topik finishing, yaitu
Topik Ahli 1 : menghitung luas bidang pekerjaan.
Topik Ahli 2 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
cat.
Topik Ahli 3 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
politur.
Topik Ahli 4 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
melamin.
Topik Ahli 5 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
vernis.
Siswa mulai membaca dan menelaah topik masing-masing.
Guru pada saat yang sama mengingatkan siswa bahwa kalau ada
hal yang ingin ditanyakan, terlebih dahulu ditanyakan kepada
teman kelompok sebelum ditanyakan kepada guru.
Diskusi kelompok ahli
Guru menyuruh siswa untuk bergabung dengan kelompok ahli
masing-masing.
Siswa bergabung dengan kelompok ahli masing-masing.
Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi dalam kelompok ahli
sesuai keahlian masing-masing.
Siswa berdiskusi dalam kelompok ahli sesuai keahlian masing-
masing.
59. 49
Diskusi kelompok asal
Guru menyuruh siswa untuk berkumpul kembali dengan kelompok
asalnya masing-masing.
Siswa kembali berkumpul dengan kelompok asalnya masing-
masing.
Guru menyuruh siswa untuk secara bergiliran menjelaskan
tugasnya kepada teman kelompok asal.
Siswa secara bergiliran menjelaskan tugasnya kepada teman
kelompok asal.
Diskusi kelas dipimpin oleh guru
Guru memimpin diskusi kelas.
Siswa mengikuti diskusi kelas
Guru memberikan kesempatan setiap kelompok untuk memberikan
pendapat.
Siswa dalam setiap kelompoknya ikut memberikan pendapat.
f. Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang dibahas.
Guru memberikan tugas akhir.
Siswa menerima tugas .
60. 50
3. Observasi Tindakan 1
Setelah dilakukan tindakan sebagaimana siklus 1 yang dalam
pelaksanaanya memerlukan 4 jam pelajaran akirnya diperoleh hasil
prestasi belajar siswa kelas XII SMK Negeri 1 Geneng dapat dipaparkan
sebagaimana table 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Prestasi Belajar Siswa Siklus I
Ketuntasan
No Subjek Nilai
Tuntas Tidak Tuntas
1 X
70
2 X
75
3 X
80
4 X
70
5 X
60
6 X
70
7 X
90
8 X
50
9 X
75
10 X
75
11 X
75
12 X
60
13 X
75
14 X
60
61. 51
15 X
75
16 X
70
17 X
85
18 X
75
19 X
75
20 X
60
JML 1425 15 5
MEAN 71.25
Tabel 4.4: Rekap Prestasi Belajar Siswa Siklus I
Nilai
No. Aspek
Siklus I
1 Ketuntasan 15 siswa atau 75%
2 Ketidaktuntasan 5 siswa atau 25%
3 Nilai tertinggi 90
4 Nilai Terendah 50
5 Nilai Rata-Rata 71,25
62. 52
Grafik4.2 Prestasi Belajar Siswa Siklus I
90
80
70
60
50 Tuntas
Tidak Tuntas
40
Tertinggi
30
terendah
20
10
0
Ketuntasan Siklus I Nilai ISiklus
Dari tabel 4.4 di atas tampak bahwa berdasarkan penerapan siklus I, dari
4
20 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 15 anak atau 75% sedangkan
yang belum tuntas sebanyak 5 atau 25%. Nilai terendah 50 nilai tertinggi
90 sedang rata
rata-rata secara klasikal 71,25.
4. Refleksi
Penerapan siklus I ternyata menghasilkan konsep pembelajaran sub
sub-
kopetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu yang cukup baik.
Dilihat dari prestasi belajar ditunjukkan dengan 15 anak atau 75%
sedangkan yang belum tuntas sebanyak 5 atau 25%. Nilai terendah 50 nilai
tertinggi 90 sedang rata
rata-rata secara klasikal 71,25%. Dengan hasil itu
.
memang sudah ada peningkatan prestasi belajar akan tetapi belum sesuai
peningkatan
dengan target yang ditetapkan yakni telah mencapai nilai 70 individu dan
63. 53
mencapai ketuntasan 80% secara klasikal. Sehingga dengan hasil ini
direkomendasikan untuk melakukan tindakan atau melanjutkan pada siklus
II. Namun demikian untuk memenuhi target yang ditetapkan hendaknya
dilakukan perubahan tindakan di antaranya:
1. Guru tidak banyak memberikan penjelasan namun langsung
membentuk kelompok
2. Materi pembelajaran hendaknya dirubah artinya jika dalam siklus I
kelompok 1 menghitung luas bidang pekerjaan maka, pada siklus II
ini diganti menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing vernis
dan seterusnya
3. Guru diminta untuk mendampingi siswa dalam menentukan
kesimpulan
4. Dalam melakukan ulangan harian siswa hendaknya dibagi dua
kelompok sehingga prestasi siswa murni dari siswa yang
bersangkutan
B. Hasil Penelitian Siklus II
1. Hasil Refelksi siklus I
Penerapan siklus I ternyata menghasilkan konsep pembelajaran
sub-kopetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu yang cukup baik,
dilihat dari prestasi belajar menunjukkan bahwa dari 20 anak , 15 anak
atau 75% mencapai ketuntasan sedangkan yang belum tuntas sebanyak 5
atau 25%. Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90 sedang rata-rata secara
64. 54
klasikal 71,25%. Dengan hasil itu memang sudah ada peningkatan dari
prestasi belajar akan tetapi belum sesuai dengan target yang ditetapkan
yakni ketuntasan secara klasikal sebesar 80%. Dan oleh karena itu siklus
ini dilaksanakan dengan rekomendasi siklus I di atas.
2. Pelaksanaan Siklus II
Tindakan kelas pada siklus II dilaksanakan sebagaimana
rekomendasi siklus I titik tekan pada siklus II ini adalah telah tercapainya
nilai 70 individu dan mencapai ketuntasan 80% secara klasikal. Adapun
langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Fase 1
Guru mengingatkan kembali tujuan pembelajaran tentang sub-
Kompetensi Merencanakan Kebutuhan finishing kayu.
Siswa mengingat kembali tujuan pembelajaran tentang Sub-
Kompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing kayu.
Guru memberitahu siswa bahwa dalam pembelajaran yang
terdahulu masih ada siswa yang nilainya kurang.
Siswa memperhatikan pemberitahuan guru.
b. Inti
Fase 2
Guru tidak banyak memberikan penjelasan dan langsung membagi
siswa dalam 5 kelompok secara hiterogen dalam kemampuan.
65. 55
Siswa berkumpul dengan kelompok asal masing-masing sesuai
pembagian yang ditentukan oleh guru
Fase 3
Membaca, menelaah, menginterpetasi
Guru membagi materi/ modul
Siswa menerima materi/modul dari guru
Guru mengajak masing-masing siswa untuk memperhatikan materi
tentang topik finishing sesuai dengan pembagiannya.
Siswa memperhatikan materi tentang topik finishing, yaitu
Topik Ahli 1 : menghitung luas bidang pekerjaan.
Topik Ahli 2 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
cat.
Topik Ahli 3 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
politur.
Topik Ahli 4 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
melamin.
Topik Ahli 5 : menghitung keperluan bahan pekerjaan finishing
vernis.
Siswa mulai membaca dan menelaah topik masing-masing.
Guru pada saat yang sama mengingatkan siswa bahwa kalau ada
hal yang ingin ditanyakan, terlebih dahulu ditanyakan kepada
teman kelompok sebelum ditanyakan kepada guru.
66. 56
Diskusi kelompok ahli
Guru menyuruh siswa untuk bergabung dengan kelompok ahli
masing-masing.
Siswa bergabung dengan kelompok ahli masing-masing.
Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi dalam kelompok ahli
sesuai keahlian masing-masing.
Siswa berdiskusi dalam kelompok ahli sesuai keahlian masing-
masing.
Diskusi kelompok asal
Guru menyuruh siswa untuk berkumpul kembali dengan kelompok
asalnya masing-masing.
Siswa kembali berkumpul dengan kelompok asalnya masing-
masing.
Guru menyuruh siswa untuk secara bergiliran menjelaskan
tugasnya kepada teman kelompok asal.
Siswa secara bergiliran menjelaskan tugasnya kepada teman
kelompok asal.
Diskusi kelas dipimpin oleh guru
Guru memimpin diskusi kelas.
Siswa mengikuti diskusi kelas
Guru memberikan kesempatan setiap kelompok untuk memberikan
pendapat.
Siswa dalam setiap kelompoknya ikut memberikan pendapat.
67. 57
c. Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang dibahas.
Guru melakukan ulangan harian dengan membagi siswa dalam dua
kelompok yakni kelompok dengan nomor absen ganjil untuk
mengerjakan di dalam kelas sementara siswa dengan nomor absen
genap untuk keluar terlebih dahulu
Siswa secara bergantian mengikuti ulangan harian
3. Observasi Tindakan II
Setelah dilakukan tindakan sebagaimana siklus II yang dalam
pelaksanaanya memerlukan 4 jam pelajaran akirnya diperoleh hasil
prestasi belajar siswa kelas XII SMK Negeri 1 Geneng yang dapat
dipaparkan sebagaimana table 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Prestasi Belajar Siswa Siklus II
Ketuntasan
No Subjek Nilai
Tuntas Tidak Tuntas
1 X
90
2 X
80
3 X
90
4 X
80
5 X
75
6 X
80
68. 58
7 X
95
8 X
70
9 X
85
10 X
80
11 X
70
12 X
75
13 X
80
14 X
80
15 X
85
16 X
75
17 X
90
18 X
80
19 X
90
20 X
70
JML 1620 20 0
MEAN 81
Tabel 4.6 Rekap Prestasi Belajar Siswa Siklus II
Nilai
No. Aspek
Siklus II
1 Ketuntasan 20 siswa atau 100%
2 Ketidaktuntasan 0 siswa atau 0%
69. 59
3 Nilai tertinggi 95
4 Nilai Terendah 70
5 Nilai Rata
Rata-Rata 81
Grafik4.3 Prestasi Belajar Siswa Siklus II
100
90
80
70
60 Tuntas
50 Tidak Tuntas
40
Tertinggi
30
terendah
20
10
0
Ketuntasan Siklus II Nilai Siklus II
Dari tabel 4.6 di atas tampak bahwa berdasarkan penerapan siklus II, dari
6
20 siswa semua tuntas Nilai terendah 70 nilai tertinggi 9 sedang rata-
tuntas. 95
rata secara klasikal 81%.
4. Refleksi
Dalam penerapan siklus II tampak kegiatan pembelaja
pembelajaran sudah
berjalan dengan baik hal ini dapat dilihat dari 20 siswa yang mengikuti
baik,
kegiatan pembelajaran, semua telah mencapai nilai batas minimum
70. 60
ketuntasan. Nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 95 sedang rata-rata secara
klasikal 81%.
Dengan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
peningkatan yang signifikan. Dengan kata lain, prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa yang mengikuti pembelajaran telah sesuai dengan target
yang ditetapkan yakni telah mencapai nilai 70 individu dan mencapai
ketuntasan 80% secara klasikal. Mengingat target penelitian sudah tercapai
maka direkomendasikan untuk tidak melanjutkan pembelajaran pada siklus
III.
C. Pembahasan
Dari hasil observasi siklus I dan siklus II telah mampu mengubah
paradigna baru dalam pembelajaran. Sebelum penerapan tindakan,
pembelajaran Kompetensi Merencanakan Kebutuhan Finishing Kayu bersifat
searah dimana guru lebih aktif sementara siswa hanya pasif. Situasi belajar
sangat tegang, namun setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw ini pembelajaran tampak lebih aktif. Partisipasi siswa mulai tumbuh.
Keberanian siswa dalam berpendapat juga mulai tampak.
Dari hasil penerapan tindakan dapat dikatakan bahwa telah terjadi
peningkatan prestasi belajar, dengan penerapan tindakan yakni penerapan
teknik jigsaw maka prestasi belajar dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 4.7 di bawah ini.
71. 61
Tabel 4. Rekap Perkembangan Prestasi Belajar
4.7
Nilai
No. Aspek
Pratindakan Siklus I Siklus II
1 Ketuntasan 35% 75% 100%
2 Ketidaktuntasan 65% 25% 0%
3 Nilai tertinggi 90 90 95
4 Nilai Terendah 35 50 70
5 Nilai Rata
Rata-Rata 63 71,25 81
Grafik4.4 Perkembangan Prestasi Belajar Siswa
100
90
80
70
60
50
40
30 Tuntas
20
10 Tidak Tuntas
0
Tertinggi
terendah
72. 62
Peningkatan prestasi belajar siswa diindikasikan (1) angka
ketuntasan mengalami kenaikan dari 35% pada pratindakan meningkat
menjadi 75% pada siklus I dan meningkat menjadi 100% pada siklus II.
(2) Ketidaktuntasan mengalami penurunan yakni dari 65% pada
pratindakan menurun menjadi 25% pada siklus I dan menurun menjadi 0%
pada siklus II. (3) Nilai tertinggi mengalami kenaikan dari 90 pada
pratindakan meningkat menjadi 90 pada siklus I dan meningkat menjadi
95 pada siklus II. (4) Nilai terendah mengalami kenaikan yakni dari 35
pada pratindakan meningkat menjadi 50 pada siklus I dan meningkat
menjadi 70 pada siklus II. (5) Nilai rata-rata juga mengalami kenaikan
yakni dari 63 pada pratindakan meningkat menjadi 71,25 pada siklus I dan
meningkat menjadi 81 pada siklus II.
Dengan hasil ini maka hipotesis tindakan yang berbunyi Penerapan
metode pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam subkompetensi merencanakan kebutuhan
finishing kayu pada Program Keahlian Teknik Konstruksi Kayu kelas XII
SMK Negeri 1 Geneng tahun pelajaran 2010/2011 dapat diterima
73. BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang Penerapan Metode
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk Meningkatkan Kompetensi
Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu pada program keahlian teknik
konstruksi kayu SMK Negeri I Geneng Tahun pelajaran 2010/2011 dapat
dikemukakan simpulan sebagai berikut: Penerapan jigsaw dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa diindikasikan (1) angka ketuntasan
mengalami kenaikan dari 35% pada pratindakan meningkat menjadi 75%
pada siklus I dan meningkat menjadi 100% pada siklus II. (2)
Ketidaktuntasan mengalami penurunan yakni dari 65% pada pratindakan,
menurun menjadi 25% pada siklus I, dan menurun menjadi 0% pada siklus II.
(3) Nilai tertinggi pada pratindakan adalah 90, pada siklus I juga 90, dan
meningkat menjadi 95 pada siklus II. (4) Nilai terendah mengalami kenaikan
yakni dari 35 pada pratindakan, meningkat menjadi 50 pada siklus I, dan
meningkat menjadi 70 pada siklus II. (5) Nilai rata-rata juga mengalami
kenaikan yakni dari 63 pada pratindakan, meningkat menjadi 71,25 pada
siklus I, dan meningkat menjadi 81 pada siklus II.
B. Implikasi
Penelitian tindakan kelas yang berjudul “ Penerapan Metode
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk Meningkatkan Kompetensi
63