Dokumen tersebut membahas tentang proses memandang dan memahami layar film, termasuk sifat bahan layar dan pengaruhnya terhadap pandangan, proses memandang dan memperhatikan unsur gambar, serta konteks fisik dan konseptual yang mempengaruhi pemahaman film seperti tempat penayangan dan pengalaman budaya. Dokumen ini juga menjelaskan konsep Mise En Scène yang mengarahkan unsur shot film dan pengaruhnya terhadap persepsi penonton, s
2. Looking & Gazing
This section has to do with how we look upon and understand
the screen image. In critical terms, dimensions of the film
spectator’s look upon the screen cover
• the nature of screen material and its effect upon the look;
• the process of looking and attending to elements of the
image;
• the nature of perception and its effects on understanding
of screen material;
• processes of cognition, of manufacturing meanings about
that material;
• the physical and conceptual context around looking – in
which the place of viewing, ideological frameworks and
cultural experience also contribute to making sense of film.
3. Looking & Mise En Scѐne
Prince (1996): bukti-bukti menyatakan bahwa
penonton film memberikan sudut pandang yang
sesuai antara yang display dalam film dengan yang
ada dalam dunia nyata dan kehidupan sosialnya.
Mise En Scѐne: konsep yang memberikan arahan
kepada elemen dari shot film. Umumnya digunakan
untuk mengidentifikasi sutradara dari film.
4. Looking & Mise En Scѐne
Kolker (1998): “Fokus Mise En Scѐne memberikan
penekanan bagi elemen dalam film …….. dan
mengarahkan persepsi kita atas film”
William (2000): “Penonton ikut memaknai film
dalam ruang yang hanya ditampilkan oleh film …….”
Fuery (2000): “Konstruksi realita agar memiliki efek
bagi penonton”
5.
6. Looking & Mise En Scѐne
Definisi Mise En Scѐne dalam 3 kategori:
-Classic Mise En Scѐne
Gaya yang digunakan tidak unobtrusif, penjabaran
secara langsung dan koheren.
-Expresionist Mise En Scѐne
Koheren namun gaya yang digunakan mengandung
makna tertentu.
-Mannerist Mise En Scѐne
Gaya mendominasi, koherensi dan realita tidak
berlaku.
7.
8. Gazing on Psychoanalisis
Penonton adalah bagian dari kritikus yang
mengeksplorasi film.
Fuery (2000): Bagi psikoanalisis, saat melakukan
gazing penonton juga menjadikan diri mereka
sebagai subjek dan bagian dari struktur, operasi
dan fungsi.
Freud: Film adalah sebuah perwujudan dari
mimpi kita dan merupakan bagian dari Id.
Gazing adalah alamiah.
9.
10. Gazing on Psychoanalisis
Menurut Lacan (1993) gazing terletak pada konsep
cermin diri (mirror self). Keberadaannya membentuk
suatu keyakinan meskipun sesungguhnya itu adalah ilusi
dan hanya sebuah representasi. Tentang siapa kita
menurut diri kita dan bagaimana kita menganggap siapa
kita menurut diri kita tersebut bisa dimengerti dengan
adanya referens dari gambar dalam film.
Christian Metz: Kita mengidentifikasi diri sesuai dengan
mekanisme sinema seolah mereka seperti ekstensi dari
diri kita.