SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  27
1
KUMPULAN ARTIKEL
1. KONTRADIKSI DAN TITIK TEMU ANTARA EKOSENTRISME DAN
ANTROPOSENTRISME
2. PERAN SOSIOLOGI LINGKUNGAN DAN EKOLOGI MANUSIA DI
DALAM KONSEP DAN IMPLEMENTASI SUISTAINABLE
DEVELOPMENT
3. DETERMINISME KARAKTERISTIK LINGKUNGAN ALAM TERHADAP
CORAK INTERAKSI KOMUNITAS
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah
Sosiologi Lingkungan
Dosen Pengampu :
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun oleh :
Nama : Iin Marya Rizka
NIM : L1C018037
Prodi/Kelas : Sosiologi/A
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................1
DAFTAR ISI .....................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................3
1. Kontradiksi dan Titik Temu Antara Ekosentrisme dan Antroposentrisme ...........3
a. Etika.................................................................................................................3
b. Lingkungan Hidup ...........................................................................................3
c. Isu Lingkungan Hidup .....................................................................................4
d. Tiga Dasar Pendekatan Etika Lingkungan Hidup ...........................................4
e. Teori Lingkungan Hidup .................................................................................5
- Antroposentrisme.......................................................................................5
- Biosentrisme ..............................................................................................6
- Ekosentrisme................................................................................................
2. Peran Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Manusia di Dalam Konsep dan
Imlementasi Suistainable Development ................................................................7
a. Sosiologi Lingkungan......................................................................................7
b. Ekologi ,Manusia.............................................................................................8
c. Suistainable Development ...............................................................................9
3. Determinisme Karakteristik Lingkungan Alam Terhadap Corak Interaksi
Komunitas........................................................................................................... 11
a. Determinisme Lingkungan ............................................................................12
- Determinisme Lingkungan dan Geografi Awal.......................................13
- Determinisme Lingkungan dan Geografi Modern...................................13
- Penurunan Determinisme Lingkungan ....................................................14
b. Karakteristik Lingkungan Alam ....................................................................15
c. Lingkungan dan Perilaku Masyarakat ...........................................................16
d. Corak Interaksi Komunitas ............................................................................16
REFERENSI....................................................................................................................26
3
PEMBAHASAN
1. Kontradiksi dan Titik Temu Antara Ekosentrisme dan Antroposentrisme
a. Etika
Etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan
moral. Etika lingkungan hidup dipahami sebagai refleksi kritis atas norma-norma atau
nilai moral dalam komunitas manusia untuk diterapkan secara lebih luas dalam
komunitas biotis dan komunitas ekologis. Etika lingkungan hidup merupakan
petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan teruwujudnya
moral dan upaya untuk mengendalikan alam agar tetap berada pada batas kelestarian.
Etika lingkungan hidup juga berbicara mengenai relasi di antara semua kehidupan
alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada
alam dan antara manusia dengan makhluk lain atau dengan alam secara keseluruhan.
Sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia, filsafat dan ilmu juga
berkembang semakin kritis dalam melihat dan mengkaji hubungan manusia dengan
alam. Bersamaan dengan itu, ada perubahan dalam melihat hubungan manusia dengan
alam. Perubahan hubungan manusia dengan alam tersebut mulai dari
antroposentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme.
b. Lingkungan Hidup
Lingkungan (hidup) adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan
dan makhluk hidup, temasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejah-teraan manusia serta makhluk hidup
lainnya. (Wijoyo, 2005).
c. Isu Lingkungan Hidup
Ada kecenderungan untuk mempercayai bahwa isu lingkungan yang baru
menjadi hal penting saat ini. Environmentalisme berkembang dengan baik di
pertengahan abad terakhir ini: Isu seperti polusi udara dan pencemaran air serta
perlindungan satwa yang terancam punah menjadi kebijakkan publik yang
diperhatikan secara serius sejak tahun 1970-an. Tentu saja sebelumnya ada
sebagian kecil perusahaan yang telah memberikan perhatian pada lingkungan
alam. Akan tetapi degradasi lingkungan telah menjadi bagian sejarah umat
4
manusia selamanya. Baru-baru ini dalam sebuah buku terlaris berjudul Collapse,
seorang ahli geografi bernama Jared Diamond mendokumentasikan betapa
banyaknya kebudayaan yang menderita dan hancur akibat degradasi lingkungan.
Revolusi industri yang terjadi pada abad ke-18 dan 19, bagaimanapun juga, telah
meyebabkan degradasi lingkungan alam yang lebih luas dan pada tingkatan yang
lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Manusia juga ikut terancam oleh
perubahan iklim global. Setiap perubahan lingkungan yang terjadi secara luas ini
diakibatkan oleh kegiatan manusia, khususnya oleh perkembangan masyarakat
industri modern. (Hartman, 2002).
d. Tiga Dasar Pendekatan Etika Lingkungan Hidup
ISO 14001 sebagai standar Sistem Manajemen Lingkungan (SML) bertujuan
untuk memberikan kerangka kerja kepada organisasi dalam upaya melindungi
lingkungan. Selain itu juga memberikan respon terhadap perubahan kondisi
lingkungan dalam menyeimbangkan kebutuhan sosial ekonomi.
1. Dasar Pendekatan Ekologis, memahami dengan baik keterkaitan yang luas
antara tindakan manusia pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang
akan memberikan dampak yang tak diperkirakan.
2. Pendekatan Humanisme, setara dengan pendekatan ekologis, pendekatan
humanis menekankan pentingnya tanggung jawab kita untuk hak dan
kesejahteraan manusia lain atas sumber daya. Dasar ini menjelaskan
bahwa dalam melakukan pemakaian sumber daya alam harus dilakukan
secara bertanggung jawab, karena manusia yang lain juga memiliki hak
dan kesejahteraan atas sumber daya tersebut.
3. Pendekatan Teologis, menunjukkan bagaimana alam sebenarnya
diciptakan dan bagaimana fungsi manusia serta interaksi yang selayaknya
terjalin antara alam dengan manusia. (3 Dasar Pendekatan Etika
Lingkungan Hidup Yang Wajib Dipahami, n.d.).
Manusia dan makhluk hidup lainnya hidup di Bumi secara berdampingan.
Tidak hanya berdampingan oleh sesama makhluk hidup, namun juga
berdampingan dengan unsur- unsur abiotik yang ada di sekitar makhluk hidup
tersebut. Perpaduan antara unsur- unsur biotik (hidup) dan juga unsur- unsur
abiotik (tak hidup) ini disebut dengan lingkungan.
5
e. Teori Lingkungan Hidup
- Antroposentrisme
Antroposentrisme merupakan suatu etika yang memandang manusia
sebagai pusat dari sistem alam semesta. Di dalam antroposentrisme, etika,
nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia, dan bahwa kebutuhan dan
kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting
diantara mahkluk hidup lainnya. Manusia dan kepentingannya dianggap yang
paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang
diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung.
Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya.Hanya manusia yang
mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatau yang lain di alam
semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan
demi kepentingan manusia. Oleh karena itu, alampun dilihat hanya sebagai
obyek, alat, dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dna kepentingan manusia.
Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia.Alam tidak mempunyai nilai
pada dirinya sendiri.Murdy dalam keraf (2005) ingin menyatakan bahwa yang
menjadi masalah bukanlah kecenderungan antroposentris pada diri manusia
yang memperalat alam semesta untuk kepentingannya.Tetapi masalah dan
sumber malapetaka krisis lingkungan hidup adalah tujuan-tujuan tidak pantas
dan berlebihan yang dikejar oleh manusia di luar batas toleransi ekosistem itu
sendiri.Akhirnya dengan demikian manusia bunuh diri.Krisis lingkungan
hidup bukan disebabkan oleh pendekatan antroposentris semata, tetapi
melainkan oleh pendekatan antroposentrisme yang berlebihan.
- Biosentrisme
Biosentrisme, merupakan suatu paradigma yang memandang bahwa setiap
kehidupan dan mahkluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya
sendiri, sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian
moral.Konsekuensinya, alam semesta adalah sebuah komunitas moral, setiap
kehidupan dalam alam semesta ini, baik manusia maupun bukan manusia atau
mahkluk lain, sama-sama mempunyai nilai moral.Seluruh kehidupan di alam
semesta sesungguhnya membentuk sebuah komunitas moral. Oleh karena itu,
kehidupan mahkluk hidup apa pun pantas dipertimbangkan secara serius
6
dalam setiap keputusan dan tindakan moral, bahkan lepas dari perhitungan
untung dan rugi bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, etika tidak
dipahami secara terbatas dan sempit sebagai hanya berlaku pada komunitas
manusia.Tetapi juga berlaku bagi seluruh komunitas biotis termasuk
komunitas manusia dan komunitas mahkluk hidup lainnya.
- Ekosentrisme
Ekoseentrisme, merupakan suatu paradigma yang lebih jauh
jangkauannya. Pada ekosentrisme, justru memusatkan etika pada seluruh
komunitas ekologis, baik yang hidup maupun yang tidak hidup.Secara
ekologis, mahkluk hidup dan bendabenda abiotis lainnya saling terkait satu
sam alain.Oleh karena itu, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya
dibatasi pada mahkluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang
sama juga berlaku terhadap semua realitas ekologis. Sebenarnya perubahan
pandangan tersebut sudah dimulai sejak lama, dipelopori oleh seorang tokoh
dengan memperkenalkan istilah deep ecology.Deep Ecology adalah suatu
teori yang pertama kali diperkenalkan oleh Arne Naess, seorang filsuf
Norwegia tahun 1973, dan sekenal sebagai salah seorang tokoh utama gerakan
deep ecology hingga sekarang. Deep Ecology menuntut suatu etika baru yang
tidak berpusat hanya pada manusia, tetapi berpusat pada mahkluk hidup secara
keseluruhan dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan
hdiup. Etika baru ini tidak mengubah sama sekali hubungan antara manusia
dengan manusia. Yang baru adalah manusia dan kepentingannya bukan lagi
ukuran bagi segala sesuatu yang lain. Manusia bukan lagi pusat pusat dari
dunia moral. Tetap lebih menyangkut gerakan yang jauh lebih dalam dan
komprehensif dari sekedar sesuatu yang instrumental dan ekspansionis. Serta
menuntut suatu pemahaman yang baru tentang relasi etis yang ada dalam alam
semesta disertai adanya prinsip-prinsip baru sejalan dengan relasi etis baru
tersebut, yang kemudian diterjemahkan dalam gerakan atau aksi nyata di
lapangan (Keraf, 2008).
Teori Antroposentrisme. Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang
memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Teori Ekosentrisme.
Ekosentrisme Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan
7
biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada kehidupan
seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis,
baik yang hidup maupun tidak. Antroposentris. Antroposentris yang menekankan
segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan
generasi penerus. (Hidup, 2018).
Kiranya tidak salah jika manusia dipandang sebagai kunci pokok dalam
kelestarian maupun kerusakan lingkungan hidup yang terjadi. Bahkan jika terjadi
kerusakan dalam lingkungan hidup tersebut, YB Mangunwijaya memandangnya
sebagai oposisi atau konflik antara manusia dan alam. (Hargrove, 1989) Sumatera
sepenuhnya di tangan pemerintah, perusahaan kelapa sawit serta pulp dan kertas yang
bertahun-tahun mengeksploitasi hutan alam milik negara.
Bisa saja pemerintah mengabaikan ancaman UNESCO. Namun, yang jelas dan
pasti adalah tak dapat mengabaikan bencana banjir, longsor, dan kekeringan yang
merugikan kehidupan semua pihak sebagai akibat kerusakan hutan alam Sumatera.
(Suryadi, 2018).
2. Peran Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Manusia di Dalam Konsep dan
Imlementasi Suistainable Development
a. Sosiologi Lingkungan
Sosiologi lingkungan adalah studi terhadap hubungan antara manusia-
masyarakat dengan lingkungan. Ini merupakan gabungan dari ilmu sosiologi dan
ilmu lingkungan. Sedangkan ilmu lingkungan adalah gabungan atau perlintasan
berbagai ilmu, biologi, fisika, kimia, ekosistem, geografi, geologi dan lainya.
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa lingkungan memberikan arti penting
bagi manusia. Manusia membutuhkan air dan udara yang sehat dan bersih.
Manusia membutuhkan pepohonan, tanaman, ikan di laut dan sungai sebagai
bahan kebutuhan tempat tinggal dan makanan. Begitu pula dengan tanah tempat
berpijak diperlukan untuk menyerap sampah. Lingkungan adalah tempat
keberadaan dan menentukan corak manusia.
Dalam kajian sosiologi klasik, pembahasan mengenai lingkungan kurang
mendapat tempat. Berpulang pada diusungnya faham antroposentrisme yang
8
menjadikan manusia sebagai titik pusat pembahasan, alam pun turut terpisahkan
dari analisis sosiologis. Namun, dalam era di aman alam semakin terekploitasi
oleh perkembangan tekonologi dan kebutuhan manusia yang terus bertambah,
kajian sosiologi lingkungan menemukan relevansinya. Dimulai dari pemahaman
evolutif bahwa manusia dulunya dikendalikan oleh alam, melauli buku ini
digambrakan bagaimana saat-saat kehidupan manusia masih sepenuhnya
tergantung kepada alam. Perkebangannya kemudian, manusia mulai mengambil
alih posisi alam dan menaklukkannya. Revolusi pengetahuan pada era pencerahan
yang ditandai kemunculan filsafat rasionalisme dan revolusi di bidang industry
menegaskan bahwa alam sangatlah mungkin untuk dikendalikan.
Efek kerusakan lingkungan membuat beberapa asumsi dasar
pembangunan kerap dipertanyakan. Pembangunan tidak lagi dipahami sebatas
akumulasi modal tanpa henti, tetapi pembangungan harus memerhatikan unsure
keterbatasan alam di dalamnya. Implikasinya dapat dilihat pada gerakan-gerakan
sosial yang menjamur di sekitar tahun 1960-an. Mereka mulai memasukkan
unsure lingkungan ke dalam agenda politiknya seperti diperlihatkan oleh gerakan
ekofeminisme dan ekonsentrisme. Kesemuanya merupakan titik balik mausia dari
entitas perusak lingkungan menuju kesadaran sebagai pejuang lingkungan.
b. Ekologi Manusia
Ekologi manusia adalah ekologi yang mempelajari satu jenis makhluk
hidup, yaitu manusia. Disana dipelajari bagaimana ekosistem dipengaruhi dan
mempengaruhi kehidupan manusia. Sebagai bagian dari ekologi, atau atau
autoekologi , ekologi manusia, disebut juga ilmu yang mengkaji interaksi manusia
dengan lingkungan hidupnya. Batasan itu menyatakan bahwa ekologi manusia
mempelajari tempat dan peranan manusia dalam ekosistem, atau mempelajari
hakikat dan pengaturan tingkah laku manusia dalam lingkungan hidupnya.
Ekologi manusia yang bersifat subjektif, tidak netral, dan bermoral manusia, bila
dirangkum dengan per-skriptif bagaimana manusia seharusnya berperilaku dan
didasarkan moral alam, cenderung berkembang ke arah ilmu lingkungan.
Ekologi manusia pada hakikatnya mengaplikasikannya konsep-konsep
ekologi secara sistematik dalam pengkajian populasi manusia. Penyebaran
manusia dan variable sosialnya dalam tata ruang juga ditekankan dalam ilmu ini,
9
sehingga berkaitan erat dengan geografi. Mengingat sifatnya yang homosentris
atau antroposentris , jelas terlihat bahwa kepentingan manusia berada diatas
kepentingan yang lain, atau bahwa ekologi bertujuan untuk kesejahteraan
manusia. Hal ini berkaitan dengan ekonomi. Jadi, secara praktis lingkup ekologi
manusia berada dalam tumpang tindih diantara ekologi, geografi, dan ekonomi.
Masing-masing merupakan kaitan utama dari ekologi manusia. Pada saat ini,
boleh dikatakan hampir semua disiplin ilmu, seperti biologi, antropologi,
sosiologi, teknologi, psikologi, hukum, pertanian, Pendidikan, kesehatan
masyarakat, filsafat, bahkan ilmu administrasi, pertahanan, keamanan, dan agama
mempunayi kaitan dengan ekologi manusia.
c. Suistainable Development
Suistainable development (pembangunan berkelanjutan) dapat diartikan
sebagai sudah tercapainya sebuah keadilan social dari generasi ke generasi.
Kemudian dapat dilihat dari pengertian yang lain, bahwa pembangunan
berkelanjutan sebagai pembangunan nasional yang dapat melestarikan fungsi dan
kemampuan ekosistem. Pada proses pelaksanaannya, prmbangunan berkelanjutan
diharuskan untuk memperhatikan pemanfaatan lingkungan hidup dan kelestarian
lingkungan supaya kualitas lingkungan tetap terjaga. Karena keletarian
lingkungan yang tidak terjaga akan menyebabkan daya dukung lingkungan
berkurang, atau bahkan kemudian akan menjadi hilang.
Pembangunan berkelanjutan (suistainable development) merupakan
sebuah pembanguna yang berguna untuk memenuhi kebutuhan sumber daya
manusia dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau menurunkan
kemampuan generasi penerus yang mendatang dalam memenuhi kebutuhan dalam
kehidupannya.
Pada dasarnya, konsep pembangunan berkelanjutan ini merupakan sebuah
strategi pembangunan yang memberikan Batasan pada laju pemanfaatan
ekosistem alamiah dan sumber daya yabg ada di dalamnya. Ambang batas ini
tidak mutlak namun merupakan batas yang luwes yang bergantung pada teknologi
dan social ekonomi tentang pemanfaatan sumber daya alam serta kemampuan
biosfer dalam menerima akibat yang ditimbulkan dari kegiatan manusia. Dengan
kata lain, pembangunan berkelanjutan semacam strategi dalam pemanfaatan
10
ekosistem alam dengan cara tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya tidak
merusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Hal ini tentu saja
bukan hanya untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi untuk
kesejahteraan masyarakat generasi berikutnya yang mendatang. Dengan
demikian, diharapkan bahwa kita tidak saja dapat mampu melaksanakan
pengelolaan pembangunan yang ditugaskan, namu juga dituntut lebih untuk
mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih menyeluruh.
Sosiologi harus melihat sebuah hubungan yang terjadi di dalamnya yaitu
antara manusia atau masyarakat dengan lingkungan biofisik. Environment
sociology atau yang dikenal sebagai sosiologi lingkungan ditafsirkan sebagai
salah satu cabang ilmu yang kajiannya dipusatkan pada keterkaitan antara
lingkungan dan serta perilaku sosial manusia itu sendiri. (Bonarsitumorang.com).
Sosiologi lingkungan pada dasarnya dibangun oleh beberapa konsep yang saling
berkaitan menurut Dunlap dan Catoon (1978) yaitu berbagai perilaku sosial di
masyarakat seperti konflik serta integrasi yang memiliki keterkaitan terhadap
perubahan kondisi lingkungan, pergeseran nilai sosial serta adaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Beberapa perubahan lingkungan tersebut harus dapat
dikontrol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sosiologi lingkungan
merupakan salah satu cabang ilmu sosiologi yang kajiannya berupa aspek aspek
lingkungan, seperti kerusakan, pencemaran serta pemanfaatan dari sumber daya
alam yang diakibatkan oleh aktivitas manusia.
Dalam ilmu sosiologi terdapat dua paradigma ekologi baru dalam
sosiologi lingkungan, yaitu Human Exceptionalism Paradigm atau di singkat
(HEP) dan New Environmental Paradigm atau di singkat (NEP). Yang pertama,
HEP merupakan aliran yang mengutamakan manusia sebagai penentu alam atau
disebut sebagai pusat (antroposentrisme). Sedangkan New Environmental
Paradigm (NEP) merupakan salah satu paradigma atau cara pandang dari manusia
yang baru terhadap lingkungannya dengan tujuan memanfaatkan sumber daya
alam guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cara memperhatikan daya
dukung dari lingkungannya yang dititikberatkan kepada kesadaran akan ada nya
batas batas pertumbuhan, penolakan terhadap kebebasan mengeksploitasi alam,
11
dan tindakan anti antroposentrisme, serta kerapuhan terhadap keseimbangan alam
yang akan mengakibatkan krisis ekologi (Ntelok, 2016).
3. Determinisme Karakteristik Lingkungan Alam Terhadap Corak Interaksi
Komunitas
Untuk menjamin keberlanjutan fungsi layanan sosial-ekologi alam dan
keberlanjutan sumberdaya alam dalam cakupan wilayah yang lebih luas maka
pendekatan perencanaan SDA dengan instrumen penataan ruang harus dilakukan
dengan mempertimbangkan bentang alam dan kesatuan layanan ekosistem,
endemisme dan keterancaman kepunahan flora-fauna, aliran-aliran energi sosial dan
kultural, kesamaan sejarah dan konstelasi geo-politik wilayah.
Hampir bisa dipastikan bahwa setiap ekosistem bisa jadi akan membutuhkan
sistem pengelolaan SDA yang berbeda dari ekosistem di wilayah lain. Keberhasilan
kombinasi beberapa pendekatan seperti ini membutuhkan partisipasi politik yang
tinggi dari masyarakat adat dalam proses penataan ruang dan penentuan kebijakan
pengelolaan SDA di wilayah ekosistem. Semakin tinggi partisipasi politik dari
pihak-pihak berkepentingan akan menghasilkan rencana tata ruang yang lebih
akomodatif terhadap kepentingan bersama yang “intangible” yang dinikmati
bersama oleh banyak komunitas yang tersebar di seluruh wilayah ekosistem
tersebut, seperti jasa hidrologis.
Kondisi seperti ini bisa diciptakan dengan pendekatan informal, misalnya
dengan membentuk “Dewan Konsultasi Multi-Pihak tentang Kebijakan Sumber
Daya Alam Wilayah/Daerah” atau “Forum Multi-Pihak Penataan Ruang
Wilayah/Daerah” yang berada di luar struktur pemerintahan tetapi secara politis dan
hukum memiliki posisi cukup kuat untuk melakukan intervensi kebijakan.
Lingkungan secara alami memiliki kemampuan untuk memulihkan
keadaannya, Pemulihan keadaan ini merupakan suatu prinsip bahwa sesungguhnya
lingkungan itu senantiasa arif menjaga keseimbangannya. Apabila bahan pencemar
berakumulasi terus menerus dalam suatu lingkungan, sehingga lingkungan tidak
punya kemampuan alami untuk menetralisasinya yang mengakibatkan perubahan
kualitas. Pokok permasalahannya adalah sejauh mana perubahan ini diperkenankan.
12
Tanaman tertentu menjadi rusak dengan adanya asap dari suatu pabrik, tapi tidak
untuk sebahagian tanaman lainnya.
Keterbatasan Kemampuan Manusia, Manusia sebagai pengolah sumber daya alam
dituntut semaksimal mungkin untuk mengolah sumber daya alam. Tapi banyak
diantara manusia tersebut yang tidak mampu untuk mengolah sumber daya alam
yang telah tersedia yang mengakibatkan negara kita selalu tertinggal dari Negara-
negara lain diluar sana yang sudah maju.
Padahal negara-negara tersebut tidaklah memiliki sumber daya alam
sebanyak yang kita punya ,tapi mereka selalu dapat mengolah setiap sumber daya
alam yang telah tersedia di Negara mereka yang membuat negara mereka terus maju.
Maka dari itu yang harus kita lakukan adalah kita harus lebih meningkatkan sumber
daya manusia atau kemampuan dari masyarakat kita agar bisa memaksimalkan atau
mengolah sumber daya alam kita yang begitu melimpah ini. Bukan mustahil jika
kita bisa mengolahnya ,kita akan seperti Negara-negara yang telah maju atau bahkan
melebihi mereka.
a. Determinisme Lingkungan
Determinan lingkungan adalah keyakinan bahwa lingkungan, terutama
faktor fisiknya seperti bentang alam dan iklim, menentukan pola budaya manusia
dan perkembangan masyarakat. Penentu lingkungan percaya bahwa faktor
ekologi, iklim, dan geografis saja yang bertanggung jawab atas budaya manusia
dan keputusan individu. Selain itu, kondisi sosial hampir tidak berdampak
pada perkembanan budaya.
Argumen utama determinisme lingkungan menyatakan bahwa
karakteristik fisik suatu kawasan seperti iklim memiliki pengaruh yang besar
terhadap pandangan psikologis penghuninya. Pandangan yang berbeda ini
kemudian menyebar ke seluruh populasi dan membantu menentukan
perilaku dan budaya masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, dikatakan
bahwa daerah di daerah tropis kurang berkembang dibandingkan daerah
lintang yang lebih tinggi karena cuaca yang terus hangat di sana membuatnya
lebih mudah untuk bertahan hidup dan oleh karena itu, orang yang tinggal di
sana tidak bekerja keras untuk memastikan kelangsungan hidupnya. Contoh
lain dari determinisme lingkungan adalah teori bahwa negara kepulauan
13
memiliki ciri budaya yang unik semata-mata karena isolasi mereka dari
masyarakat kontinental.
- Determinisme Lingkungan dan Geografi Awal
Meskipun determinisme lingkungan adalah pendekatan yang relatif baru
untuk studi geografis formal, asal-usulnya kembali ke zaman kuno. Faktor
iklim, misalnya, digunakan oleh Strabo, Plato , dan Aristoteles untuk
menjelaskan mengapa orang Yunani jauh lebih berkembang di masa-masa
awal daripada masyarakat di iklim yang lebih panas dan lebih dingin. Selain
itu, Aristoteles membuat sistem klasifikasi iklimnya untuk menjelaskan
mengapa orang dibatasi pada pemukiman di wilayah tertentu di dunia.
Sarjana awal lainnya juga menggunakan determinisme lingkungan untuk
menjelaskan tidak hanya budaya suatu masyarakat tetapi alasan di balik
karakteristik fisik suatu masyarakat. Al-Jahiz, seorang penulis dari Afrika
Timur, misalnya, menyebut faktor lingkungan sebagai asal muasal warna kulit
yang berbeda. Dia percaya bahwa kulit yang lebih gelap pada banyak orang
Afrika dan berbagai jenis burung, mamalia, dan serangga adalah akibat
langsung dari prevalensi batuan basal hitam di Jazirah Arab.
Ibnu Khaldun, seorang sosiolog dan sarjana Arab secara resmi dikenal
sebagai salah satu penentu lingkungan pertama. Dia hidup dari tahun 1332
hingga 1406, selama waktu itu dia menulis sejarah dunia lengkap dan
menjelaskan bahwa iklim panas di Afrika Sub-Sahara menyebabkan kulit
manusia menjadi gelap.
- Determinisme Lingkungan dan Geografi Modern
Determinisme lingkungan naik ke tahap paling menonjol dalam geografi
modern yang dimulai pada akhir abad ke-19 ketika dihidupkan kembali oleh
ahli geografi Jerman Friedrich Rätzel dan menjadi teori sentral dalam disiplin
ilmu. Teori Rätzel muncul mengikuti Charles Darwin Origin of Species pada
tahun 1859 dan sangat dipengaruhi oleh biologi evolusi dan pengaruh
lingkungan seseorang terhadap evolusi budaya mereka.
Determinisme lingkungan kemudian menjadi populer di Amerika Serikat
pada awal abad ke-20 ketika mahasiswa Ratzel, Ellen Churchill Sempel,
seorang profesor di Universitas Clark di Worchester, Massachusetts,
14
memperkenalkan teori tersebut di sana. Seperti gagasan awal Ratzel, Semple
juga dipengaruhi oleh biologi evolusioner.
Salah satu siswa Ratzel yang lain, Ellsworth Huntington, juga bekerja
mengembangkan teori sekitar waktu yang sama dengan Semple. Pekerjaan
Huntington, menyebabkan bagian dari determinisme lingkungan, yang disebut
determinisme iklim di awal 1900-an. Teorinya menyatakan bahwa
perkembangan ekonomi suatu negara dapat diprediksi berdasarkan jaraknya
dari garis khatulistiwa. Ia mengatakan iklim sedang dengan musim tanam
yang pendek mendorong pencapaian, pertumbuhan ekonomi, dan
efisiensi. Kemudahan menanam di daerah tropis, di sisi lain, menghambat
kemajuan mereka.
- Penurunan Determinisme Lingkungan
Meskipun sukses pada awal 1900-an, popularitas determinisme
lingkungan mulai menurun pada 1920-an karena klaimnya sering dianggap
salah. Juga, kritikus mengklaim itu rasis dan imperialisme yang dilestarikan.
Carl Sauer misalnya, memulai kritiknya pada tahun 1924 dan mengatakan
bahwa determinisme lingkungan menyebabkan generalisasi dini tentang
budaya suatu daerah dan tidak memungkinkan hasil berdasarkan pengamatan
langsung atau penelitian lain. Sebagai hasil dari kritiknya dan orang lain, ahli
geografi mengembangkan teori kemungkinan lingkungan untuk menjelaskan
perkembangan budaya.
Kemungkinan lingkungan dikemukakan oleh ahli geografi Perancis Paul
Vidal de la Blanche dan menyatakan bahwa lingkungan membatasi
perkembangan budaya, tetapi tidak sepenuhnya mendefinisikan budaya.
Sebaliknya, budaya ditentukan oleh peluang dan keputusan yang dibuat
manusia sebagai respons untuk menghadapi keterbatasan tersebut.
Pada 1950-an, determinisme lingkungan hampir seluruhnya digantikan
dalam geografi oleh kemungkinan lingkungan, yang secara efektif mengakhiri
keunggulannya sebagai teori sentral dalam disiplin ilmu. Terlepas dari
penurunannya, bagaimanapun, determinisme lingkungan adalah komponen
penting dari sejarah geografis karena awalnya mewakili upaya ahli geografi
awal untuk menjelaskan pola yang mereka lihat berkembang di seluruh dunia.
15
Ruang aktifitas hidup manusia akan dipengaruhi oleh kondisi cuaca, iklim,
musim, ketersediaan air, tanah, tumbuhan, dan hewan. Tumbuhan dan hewan
mempunyai peran pada pola menu makan dan kadar kalori serta protein
penduduk suatu wilayah. Tingkat teknologi semakin tinggi yang dimiliki
manusia maka alam semakin mereka kuasai dan semakin kecil pengaruh
lingkungan pada aktifitas manusia. Bangsa‐ bangsa primitif sangat
dipengaruhi lingkungan bahkan lingkungan alam sangat mempengaruhi
aktifitas hidup mereka.
Paham determinisme alam berbunyi: ”alam menentukan segalanya pada
manusia”. Paham yang dipelopori oleh Friedrich Ratzel (1844‐ 1904) dan
penganutnya Ellen Churchill Semple dari Amerika Serikat dan dengan
antropogeografinya merendahkan budaya manusia atau keinginan manusia
yang tak terbatas karena yang di agungkannya adalah kekuatan alam. Paham
ini sebenarnya bukanlah hasil pemikiran dari abad ke‐ 19. Abad ke‐ 5 SM,
Hipocrates di Yunani kuno sudah mengaitkan keadaan udara, air dan tanah
dengan kesehatan manusia. Contoh: tubuh orang asia berbeda dengan tubuh
orang eropa karena iklim di eropa memiliki variasi musim. Musim inipun
membentuk watak orang‐ orang eropa yang serba keras, bersemangat dan dan
kurang sosial. Musim di asia umumnya seragam sepanjang tahun sehingga
orang Asia kurang suka berperang. Aristoteles sebagai penganut aliran ini
pada zamannya. Aristoteles menulis untuk bangsanya sendiri, yaitu: bahwa
negeri yunani berada di antara eropa dan asia sehingga semua watak orang
eropa dan watak orang Asia terdapat pada bangsa Yunani. Bangsa‐ bangsa di
benua Eropa yang bertempat di wilayah dingin cukup bersemangat tetapi
kurang cerdas dan kurang terampil, sehingga organisasi mereka rapuh dan
secara politis mereka tidak mampu menguasai wilayah sekitar
mereka, sebaliknya bangsa‐ bangsa Asia cukup cerdas dan terampil, tetapi
semangat mereka lemah hingga mereka mudah dijajah oleh bangsa lainnya.
b. Karakteristik Lingkungan Alam
Pengertian karakter secara umum berdasarkan penggunaannya sebagai sebuah
istilah yang dipergunakan sehari-hari adalah salah satu atribut atau ciri-ciri yang
membuat obyek dapat dibedakan sebagai sesuatu yang sifatnya individual.
16
Pengertian yang mampu menunjukkan adanya kualitas khusus, berperan sebagai
pembeda (Nurjannah, 2013). Dengan demikian karakter dapat digunakan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi baik fisik maupun non fisik (tergantung
kandungan/ muatan isi obyek) dengan penekanan terhadap sifat-sifat, ciri-ciri
yang spesifik dan khusus suatu obyek, yang membuat obyek tersebut dapat
dikendalikan dengan mudah.
Salah satu kekuatan yang membentuk karakter lingkungan
permukiman adalah keadaan alam yang ada di sekelilingnya. Beberapa ilmuan
telah memperbincangkan hubungan antara pengembangan permukiman
manusia dan lingkungan alam (Rapoport, 1969; Kostof, 1991; Moris, 1994).
Karakteristik sifat-sifat dasar lingkungan alam telah mempengaruhi manusia
dari masa awal dengan berbagai cara. Lingkungan alam mempengaruhi
manusia sewaktu mendirikan permukimannya dari memilih lokasi,
menggunakan bahan konstruksi yang tepat untuk adaptasi dengan iklim,
mendirikan bangunan dengan struktur yang sesuai dengan tanah, dan
merancang bentuk bangunan yang serasi dengan keadaan sekelilingnya. Unsur
ini adalah kekuatan yang mempengaruhi bentuk permukiman manusia dari
awal sampai dengan kota kontemporer saat ini (Heryanto, 2011).
Bentuk topografi suatu tempat juga adalah unsur penting dalam
mendirikan permukiman manusia. Aneka ragam bentuk dari tanah datar dan
tanah lapang seperti perbukitan, lembah, dan tepian air adalah unsur alam
yang menentukan orientasi dan bentuk permukiman manusia. Amos Rapoport
(1969:74-78), dalam bukunya, House Form and Culture, menyingkap
pengaruh dari topografi sebagai faktor yang menentukan pembangunan
permukiman. Rapoport menyatakan bahwa ada 2 pertimbangan bagi
masyarakat untuk memilih tempat permukimannya, yaitu fisik lingkungan
alam setempat dan pilihan sosial-budaya.
c. Lingkungan dan Perilaku Masyarakat
Faktor dinamika rona lingkungan dipandang juga berpengaruh pada bentuk
dan pola lingkungan binaan (Nurjannah, 2008). Hubungan dapat terjadi antara
rona lingkungan dengan bentuk fisik lingkungan binaan, dimana rona lingkungan
17
mempengaruhi bentuk fisik permukiman yang terbentuk oleh kondisi lingkungan
serta kelompok masyarakat dengan budayanya (Rapoport,1969). Rapoport juga
menganggap bentuk permukiman bukan merupakan hasil proses yang sederhana
dari satu faktor penyebab saja, tetapi lebih merupakan konsekuensi menyeluruh
dari faktor sosial budaya. Hubungan ini saling mempengaruhi dan dipengaruhi
sehingga kegiatan manusia dan lingkungannya mempunyai pola-pola yang
mengatur keseimbangan alam.
Porteous (dalam Mastutie, 2002), juga menyatakan bahwa perilaku seseorang
itu dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling bergantung, yaitu: faktor pembawaan
genetiknya, faktor pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, dan faktor
lingkungan fenomenal yang ada saat itu. Kedua faktor pertama di atas tidak dapat
dipengaruhi oleh perencana atau perancang lingkungan.
Rapoport (1969) menyatakan bahwa lingkungan binaan diciptakan untuk
mewadahi perilaku yang diinginkan. Interaksi antar keduanya melahirkan suatu
bentuk aktivitas, aktivitas yang terjadi tersebut dapat mengakibatkan perubahan
diantaranya perubahan lingkungan dan perubahan perilaku.
d. Corak Interaksi Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari bebrbagai populasi yang hidup pada suatu
waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama
lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila
dibandingkan dengan individu dan populasi.
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari
lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya
memerlukan lingkungan. Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik
langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi
lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya
berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang
yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah
serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa
udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati
18
yang ada di sekitar. Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia yang
melipulti pola pola hubungan sosial serta kaidah pendukung yang berlaku dalam
suatu lingkungan disebut juga sebagai lingkungan sosial budaya. Lingkungan
sosial budaya terdiri dari interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi
sosial.lingkungan sosial budaya telah ada sejak manusia diciptakan dan
mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural
manusia terhadap lingkungannya
Terdapat dua kelompok sistem yang saling berinteraksi dalam lingkungan
sosial budaya, yaitu sosiosistem meliputi teknologi, pola eksploitasi sumber daya,
pengetahuan, ideologi, sistem nilai. Yang kedua adalah ekosistem, meliputi tanah,
air, udara, hewan, tumbuhan, populasi manusia. Interaksi kedua sistem tersebut
melalui proses seleksi dan adaptasi. Serta pertukaran aliran energi, materi dan
informasi.
Interaksi pada mahkluk hayati terjadi secara netral untuk proses
keseimbangan dari ekosistem tersebut. Sedangkan interaksi sosial pada manusia
tidak terjadi secara netral dan interasi dengan lingkungan cenderung
antroposentrik. Oleh sebab itu manusia dan lingkungan merupakan suatu kesatuan
yang saling berinteraksi antara satu dengan lainnya, dimana manusia dapat
mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya lingkungan dapat mempengaruhi
manusia. Karena salah satu unsur dalam lingkungan hidup adalah manusia, yang
merupakan makhluk hidup yang paling canggih diantara makhluk-makhluk lain,
sehingga dapat mengembangkan kemampuannya dalam pengembangan berbagai
bidang yang ada.
Kedudukan manusia merupakan bagian utama dari suatu lingkungan.
Hubungan manusia dan lingkungan adalah sirkuler, kegiatannya sedikit banyak
akan mengubah lingkungannya yang pada saatnya nanti akan mempengaruhi
manusia dan kemudian akan merambat pada unsur unsur lain.Kelangsungan hidup
manusia bergantung pada kelestarian ekosistemnya.
Manusia pada awal sejarahnya telah hidup di bumi dalam keselarasan alam
yang sangat wajar, tetapi dalam penguasaan alam pikiran telah memungkinkan
manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
19
menjaadikannya penguasa mutlak dalam kehidupan.Dari segi ekologi hubungan
manusia dengan mahkluk hidup lainnya adalah :
 Manusia sebagai organisme yang dominan yaitu manusia dapat
berkompetisi lebih baik dibandingkan dengan dengan mahkluk hidup
lainnya, manusia mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap
lingkungan hidup ataupun organisme lain.
 Manusia sebagai penyebab evolusi yaitu manusia selalu dapat
memperbaiki dan mengembangkan pengetahuan serta keterlampilan
teknis.
 Manusia sebagai mahkluk pengotor yaitu manusia sering membuang
kotoran organik (seperti: Fases) yang dapat mencemari lingkungan.
Manusia hidup, tumbuh,dan berkembang dalam lingkungan alam dan
sosialbudayanya. Dalam lingkungan alamnya manusia hidup dalam sebuah
ekosistem yakni, suatu unit atu satuan fungsional dari makhluk-makhluk hidup
dengan lingkungannya. Dalam ekosistem terdapat komponen abiotik pada
umumnya merupakan factor lingkungan yang mempengaruhi makhluk-makhluk
hidup diantaranya : Tanah,udara atau gas-gas yang membentuk atmosfer,
air,cahaya, Suhu atau temperature,Sedangkan komponen biotic di antaranya
adalah: produsen, konsumen, pengurai. Selain itu di dalam lingkungan terdapat
faktor-faktor Selain seperti berikut ini : rantai makanan, habitat, populasi,
komunikasi, biosfer. Cara mempertahankan Ekosistem tetap stabil adalah: (1)
Perlu diberikan bantuan energi dari luar yang harus di usahakan manusia; (2)
Usaha untuk perawatan terhadap ekosistem yang dibuat manusia.
Tugas Manusia sebagai bagian dari ekosistem adalah :
 Mengelola apa yang ada dalam ekosistem.
 Mengelola tugas dan kewajiban untuk mengatur ekosistem alamiah dan
ekosistem buatan.
 Mempunyai tugas dan kewajiban untuk mengatur keselarasan dan
keseimbangan antara komponen yang ada dalam ekosistem.
Manfaat stabilnya ekosistem adalah :
20
 Manusia dapat hidup teratur dari generasi ke generasi.
 Manusia dapat hidup selamat sejahtera.
 Manusia bergantung pada ekosistem.
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Interaksi antara
manusia dan lingkungan hidup merupakan proses saling mempengaruhi antara
satu dan lainnya. Salah satu bentuk interaksi manusia yaitu Interaksi dengan
lingkungan alam.
Ekologi manusia dapat dilihat dari latar belakang fisik dan manusia
dengan budayanya. Ilmu etnoekologi tidak hanya membahas aspek‐ aspek alami
saja tetapi juga aspek manusianya, dengan ragam politis, ekonomis, sosiologis,
politis, dan budaya. Semua ragam dari aspek manusia tersebut dipahami dengan
latar belakang lingkungan alam dan lingkungan masyarakat. Ekologi manusia
terbentuk dari hidup yang berdampingan dan saling keterkaitan antara unsur alam,
yaitu: iklim, cuaca, batuan, tanah, bentuk muka bumi, air, danau, laut, samudera,
air tanah, sungai, tumbuhan, dan hewan. Hal ini dapat dicontohkan pada ekologi
manusia dilihat dari sudut pandang daerah kota dengan daerah desa. Ekologi
manusia pada daerah pedesaan akan terlihat unsur‐ unsur alam yang lebih banyak
saling keterkaitan dan berdampingan, sedangkan pada ekologi manusia pada
daerah perkotaan banyak di dominasi teknologi yang direkayasa manusia
sehingga manusia memodifikasi ekologi dalam bentuk lingkungan buatan atau
lingkungan teknologi (N. Daldjoeni 1982).
Unsur‐ unsur fisik secara alami, yaitu: alam merupakan tempat tinggal
manusia dimana unsur‐ unsur alam saling terkait dan berdampingan secara
alami. Teknologi yang maju di wilayah perkotaan mampu mengubah kondisi
lingkungan dan mengurangi keterkaitan antara unsur‐ unsur alam. Lingkungan
kota merupakan tiruan dari lingkungan alam yang wajar yang melayani kehidupan
manusia agar sesuai dengan keinginan manusia yang tak terbatas, contoh: alat
pemanas di rumah, alat penyejuk di rumah, air, dan listrik. Semakin maju
teknologi yang dimiliki makin mampu manusia untuk mengubah dan mengatur
21
lingkungan alam. Akibat dari proses ini akan berpengaruh pada unsur‐ unsur
alam yang saling terkait dan berdampingan (N. Daldjoeni 1982).
Pendekatan ekologi merupakan usaha mencapai ketepatan analisa
mengenai hubungan antara aktifitas manusia, hubungan biologis, dan proses alam
tertentu dalam satu analisa, yaitu: ekosistem. Ekosistem merupakan sistem
ekologi sehingga tugas ilmiah pada konsep ini adalah menyelidiki dinamika intern
dari sistem‐ sistem serupa itu dan bagaimana prosesnya sistem itu berkembang
dan berubah seperti yang dikemukakan oleh pendiri ekologi, yaitu: Haeckel
(Geertz C 1976).
Faktor‐ faktor ekologi sebagai tempat sumberdaya alam sering nampak
memberikan peranan yang dinamis di dalam perkembangan kebudayaan dan/atau
sebaliknya. Ketidakpastian dari kedua cara pendekatan ini sesungguhnya
bermula dari kekurangan pada konsep yang sama‐ sama pada kedua cara
pendekatan tersebut. Kekurangan konsep tersebut karena pemisahan antara
karya manusia dan proses alam menjadi dua bidang yang sebenarnya saling
mempengaruhi (sphere) tetapi dibuat berbeda, yaitu: ”kebudayaan” dan
”lingkungan” dan kemudian berusaha melihat bagaimana sebagai keseluruhannya
menjadi berdiri‐ sendiri yang seharusnya kedua bidang tersebut saling
berhubungan dan saling mempengaruhi (Geertz C 1976).
Julian Steward (1955) yang disimpulkan oleh Geertz C (1976) telah
mengembangkan cara analisis yang disebut ”ekologi budaya” perbedaan pokok
pendekatan analisis ini adalah: pembatasan penerapan konsep dan asas ekologi
tersebut pada aspek‐ aspek tertentu saja dari kehidupan social.
dan kebudayaan manusia yang benar‐ benar cocok, bukan pada seluruh
kehidupan manusia secara menyeluruh. Paham antropologi, yaitu: ”holisme”
yang berpendapat bahwa semua aspek kebudayaan saling‐ tergantung dan
saling‐ berkaitan, mengarah pada perumusan masalah kebudayaan dan
lingkungan hidup dalam arti yang sangat umum. Sebagai contoh yang
dikemukan oleh Hutington (1960) mengenai tipe‐ tipe habitat dengan ciri‐ ciri
yang sangat umum seperti: ”kawasan tropis”, ”kawasan kutub”, ”dataran tinggi”
22
yang dicocokkan pada seluruh kebudayaan yang dianggap integral, yaitu:
”kebudayaan Jawa”, ”kebudayaan eskimo”, dan ”kebudayaan Sioux”, tetapi hal
ini dibantah oleh Hegel yang membantah mengenai paham determinisme alam
dengan argumennya, yaitu: ”wilayah yang dulunya ditempati orang‐ orang
Yunani, sekarang tinggal orang Turki” (Geertz C 1976).
Secara naluri, semakin tinggi kemampuan manusia beradaptasi maka akan
semakin lama menempati suatu daerah, tetapi semakin rendah kemampuan
manusia beradaptasi manusia maka akan meninggalkan tempat tersebut dan akan
mencari tempat yang baru. Manusia melakukan migrasi dari daerah satu ke
daerah lainya secara alami sesuai dengan kemampuan adaptasi mereka. Hasil
adaptasi manusia dapat berupa: mata pencaharian, perumahan, pakaian, peralatan
rumah tangga, peralatan berkebun, membuka lahan, dan lain
sebagainya. Manusia dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan tidak akan
terlepas dengan adanya sumberdaya. Lingkungan sebagai habitat manusia untuk
melakukan semua aktifitasnya merupakan suatu sumberdaya. Menurut Spencer
(1973) geograf Amerika mendefinisikan sumberdaya secara sederhana, yaitu:
segala barang atau bahan serta kondisi yang dapat dinilai setelah dipahami seluk‐
beluk hasil, proses, dan manfaatnya” (N. Daldjoeni 1982).
Manusia dalam melakukan adaptasi tidak memodifikasi secara anatomis
tetapi lebih mengarah pada mengubah prilaku serta budaya sebagai respon
terhadap lingkungan di sekitarnya. Adaptasi manusia pada dasarnya bersumber
dari kebutuhan dan keinginan untuk mengadakan harmoni antara dirinya dengan
lingkungan disekitarnya. Selain itu manusia mempengaruhi lingkungannya dan
manusiapun dipengaruhi oleh lingkungannya. Manusia pada kondisi tertentu
dipaksa untuk melakukan adaptasi usahanya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan keterbatasan yang ada dilingkungan sekitarnya (Rudi Hilmanto
2009, 2010d).
Manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan
abiotik dan biotiknya. Manusia tidak hanya sebagai mahkluk dari dunia hewan
dan tumbuhan, tetapi juga sebagai pemilik kekuatan yang besar untuk melakukan
adaptasi. Setiap masyarakat memiliki kemampuan dan cara‐ cara adaptasi dan
23
interaksi berbeda yang diwariskan dari generasi ke generasi dan selanjutnya
dikembangkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan unsur‐
unsur budaya masyarakat. Manusia pola adaptasinya lebih tinggi hal ini karena
kebudayaan yang yang mereka miliki. Adaptasi dari iklim‐ iklim dan
perubahannya menyebabkan manusia mampu tetap bertahan dan lestari di
permukaan bumi (Rudi Hilmanto 2009, 2010d).
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh manusia, mereka
belajar mengubah dan mempengaruhi kondisi alamiah dan terus menyesuaikan
diri dengan memenuhi semua kebutuhannya yang tak terbatas. Alam
mempengaruhi kebudayaan manusia yang dibahas di atas merupakan konsep ras
(race) atau keturunan yang dihubungkan dengan sifat‐ sifat kebudayaan bangsa‐
bangsa yang berbeda. Keturunan yang berbeda‐ beda dihubungkan dengan
pengaruh alam secara umum dan iklim pada khususnya. Sehingga alam
dipandang sebagai faktor penting yang mempengaruhi kebudayaan baik secara
langsung dan tidak langsung dengan berkembangnya keturunan‐ keturunan
manusia dan sifat‐ kemampuan berbeda‐ beda (j.b.a.f. Mayor Polak 1979).
Manusia memiliki budaya yang tidak bisa lepas dari bagian lingkungan
biotik dan lingkungan abiotik, sehingga untuk tujuan kelestarian alam dan
kelestarian manusia, kita harus menjaga keseimbangan antara ketiga unsur
tersebut yaitu budaya, lingkungan biotik, dan lingkungan abiotik. Hal ini
menunjukan bahwa semua aktivitas budaya manusia tidak boleh menyebabkan
rusaknya atau terganggunya lingkungan biotik dan abiotik sebagai sumberdaya
untuk memenuhi semua aktivitas hidup manusia yang tak terbatas. Dengan
budaya, khususnya pengetahuan dan teknologi yang dimiliki bisa menyebabkan
terjadi eksploitasi, terganggu, dan bencana alam sehingga kelestarian manusiapun
menjadi terancam, tetapi bisa juga menjadi usaha dan sarana untuk menjaga
kelestarian/pemeliharaan alam dan manusia.
Bentuk interaksi dan adaptasi manusia dengan alam, yaitu: adanya
aktivitas manusia mengubah bentang alam di bumi ini, baik lingkungan biotik dan
lingkungan abiotik. Membuka ladang, melakukan domestikasi hewan‐ tumbuhan,
melakukan penghijauan, membuat bendungan, dan membuat sistem irigasi
24
merupakan contoh bentuk interaksi dan adaptasi manusia. Manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungannya tidak bisa lepas dengan faktor
geografis. Menurut N. Daldjoeni (1982) kehidupan manusia dipengaruhi oleh 8
(delapan) faktor geografis, yaitu :
1. Relief menentukan dalam kegiatan transportasi; perbedaan relief yang sangat
berbeda menyebabkan perbedaan iklim.
2. Sumber‐ sumber mineral/sumberdaya alam bisa menimbulkan kondisi
konflik di daerah tersebut.
3. Perbandingan luas daratan dengan luas lautan/sungai suatu wilayah yang
menentukan apakah masyarakat tersebut merupakan wilayah agraris atau
wilayah maritim yang mempengaruhi pada mata pencaharian masyarakatnya.
4. Tanah yang menentukan tingkat kesuburan daerah. Tanah yang subur
menyebabkan tidak meratanya jumlah kepadatan penduduk.
5. Jenis flora dan fauna yang mempengaruhi kegiatan ekonomi dan kondisi
pangan, sandang, dan papan.
6. Air sangat menentukan suatu wilayah dapat atau tidak untuk dihuni dengan
baik untuk daerah non maritim.
7. Lokasi serta unsur relasi spatial (keruangan) lainya seperti posisi, jarak dengan
tempat lain; suatu daerah memiliki luas dan bentuk yang berarti adanya
persatuan bangsa, pertumbuhan ekonomi, serta kontak dengan daerah lain
baik secara budaya maupun politik.
8. Iklim menentukan jenis makanan/minuman yang dikonsumsi. Daerah yang
agraris mempengaruhi hasil pertanian. Musim sedikit banyak mempengaruhi
sistem kerja masyarakat sepanjang tahun terutama di daerah agraris atau
maritim
N. Daldjoeni (1982) juga menyimpulkan bahwa manusia dalam hal ini
tidak pasrah hanya pada kekuatan alam saja dan menanti memperoleh giliran
untuk diubah oleh alam; manusia berperan sebagai tokoh penting dalam aktivitas
alam. Alam bukanlah pengendali manusia tetapi sebagai kawan yang
berdampingan dan jika perlu sebagai budaknya. Unsur‐ unsur lingkungan secara
umum dibagi menjadi empat, yaitu:
25
1. Unsur biotik contoh: tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme.
2. Unsur abiotik contoh: iklim, relief, air, mineral.
3. Unsur geografis: letak lintang dan bujur, jarak antar daerah, dan luas
daerah .
4. Unsur teknik: gedung, jaringan listrik, komunikasi, jaringan jalan.
Dirangkum dari buku N. Daljdoeni (1982) berjudul Pengantar Geografi untuk Mahasiswa
dan Guru Sekolah, paham‐ paham interaksi manusia dengan alam seperti: Inklusionisme
dan eksklusionisme, determinisme, possibilisme, dan cultural environment alam
memberikan sumbangan pemikiran untuk ilmu entoekologi. Secara rinci pemikiran
paham‐ paham tersebut adalah:
a. Inklusionisme dan ekslusionisme
Menurut Elder (1972) manusia sebagai makhluk biologis berinteraksi
dengan alam. Manusia merupakan bagian dari tumbuhan dan hewan. Peran
manusia pada ekologi sama seperti peran tumbuhan dan hewan di lingkungan,
dalam hal ini manusia ada yang berperan sebagai parasit, predator, epifit dan
sebagainya. Paham yang menyebutkan bahwa manusia bagian di dalam alam
disebut inklusionisme.
Alam jika dilihat dari sudut pandang di luar dari bagian manusia,
dipandang sebagai kawan/berdampingan, yaitu: dapat diatur dengan ilmu dan
teknologi untuk kesejahteraan dan keinginan manusia dan/atau lawan, yaitu: dapat
memberikan kehancuran pada manusia dan paham ini disebut eksklusionisme.
Ahli ilmu geografi dalam pengertian geography as human ecology,
melukiskan manusia sebagai bagian dari unsur di luar lingkungan abiotis dan
lingkungan biotis. Manusia dalam menjaga kelestariannya maka harus menjaga
keseimbangan tiga unsur yang ada di alam, yaitu: manusia, lingkungan biotik dan
lingkungan abiotik. Hal ini menunjukan segala aktifitas manusia jangan sampai
merusak lingkungan biotik dan lingkungan abiotik sebagai sumberdaya untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas. Teknologi modern yang ada
menyebabkan terjadinya eksploitasi dan eksplorasi sumberdaya yang pada
akhirnya mengancam kelestarian manusia itu sendiri. Tindakan konservasi
26
(conservation) lingkungan alam dan pelestarian alam (preservation) bertujuan
untuk menjaga kelestarian manusia.
REFERENSI :
Microsoft Word - buku etnoekologi 8 (batukarinfo.com)
BUKU REFRENSI IMU LINGKUNGAN-2016..pdf (warmadewa.ac.id)
Microsoft Word - Bio_Suhartini2 UNY.doc
blog.unnes.ac.id/nurulkhairunnisa/wp-content/uploads/sites/2078/2015/11/Makalah-
Paradigma-dan-Etika-Lingkungan.pdf
Sosiologi Lingkungan: Sebuah Pengantar | Fahrudin HMBlog (wordpress.com)
symbion.pbio.uad.ac.id/prosiding/prosiding/ID_316_Dika Agustia Indrati_Revisi_Hal
371-382.pdf
PENGERTIAN EKOLOGI MANUSIA - ARTI DEFINISI PENGERTIAN (arti-definisi-
pengertian.info)
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:dFu3QOZ-
gesJ:repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/321/EKOLOGI-dan-LINGKUNGAN-
HIDUP.pdf+&cd=15&hl=id&ct=clnk&gl=id
https://queenichmiracle.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
27
https://www.greelane.com/id/sains-teknologi-matematika/ilmu/environmental-
determinism-and-geography-1434499/
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:zhAipZmHiAcJ:https:/
/journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-
teknologi/article/download/465/347+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:dFu3QOZ-
gesJ:repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/321/EKOLOGI-dan-LINGKUNGAN-
HIDUP.pdf+&cd=15&hl=id&ct=clnk&gl=id
https://www.gurupendidikan.co.id/pembangunan-berkelanjutan/
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/1952072519
78031-ACE_SURYADI/askar_jaya.pdf
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:dFu3QOZ-
gesJ:repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/321/EKOLOGI-dan-LINGKUNGAN-
HIDUP.pdf+&cd=15&hl=id&ct=clnk&gl=id

Contenu connexe

Tendances

Tendances (19)

Plh
PlhPlh
Plh
 
Etika lingkungan hidup
Etika lingkungan hidupEtika lingkungan hidup
Etika lingkungan hidup
 
ekologi pemerintahan
ekologi pemerintahanekologi pemerintahan
ekologi pemerintahan
 
Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...
Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...
Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...
 
Makalah 1
Makalah 1Makalah 1
Makalah 1
 
Etika Lingkungan
Etika Lingkungan Etika Lingkungan
Etika Lingkungan
 
Tugas uas sosiologi lingkungan (l.m. asgaf adnan-l1 c018051)
Tugas uas sosiologi lingkungan (l.m. asgaf adnan-l1 c018051)Tugas uas sosiologi lingkungan (l.m. asgaf adnan-l1 c018051)
Tugas uas sosiologi lingkungan (l.m. asgaf adnan-l1 c018051)
 
Etika lingkungan
Etika lingkunganEtika lingkungan
Etika lingkungan
 
Etika lingkungan
Etika lingkunganEtika lingkungan
Etika lingkungan
 
Uas des 2010 soal 6 mundarjito
Uas des 2010 soal 6 mundarjitoUas des 2010 soal 6 mundarjito
Uas des 2010 soal 6 mundarjito
 
ekologi
ekologiekologi
ekologi
 
Etika Lingkungan
Etika LingkunganEtika Lingkungan
Etika Lingkungan
 
Sejarah ekologi
Sejarah ekologiSejarah ekologi
Sejarah ekologi
 
Plh baru
Plh baruPlh baru
Plh baru
 
ETIKA LINGKUNGAN HIDUP
ETIKA LINGKUNGAN HIDUPETIKA LINGKUNGAN HIDUP
ETIKA LINGKUNGAN HIDUP
 
Penerapan Etika Lingkungan Hidup
Penerapan Etika Lingkungan HidupPenerapan Etika Lingkungan Hidup
Penerapan Etika Lingkungan Hidup
 
Etika Lingkungan
Etika LingkunganEtika Lingkungan
Etika Lingkungan
 
Prinsip prinsip etika lingkungan hidup_theopilia(LILI)
Prinsip prinsip etika lingkungan hidup_theopilia(LILI)Prinsip prinsip etika lingkungan hidup_theopilia(LILI)
Prinsip prinsip etika lingkungan hidup_theopilia(LILI)
 
Analisis mata kuliah falsafah etika dan moral konservasi
Analisis mata kuliah falsafah etika dan moral konservasiAnalisis mata kuliah falsafah etika dan moral konservasi
Analisis mata kuliah falsafah etika dan moral konservasi
 

Similaire à Iiin Marya Rizka, Sosiologi Lingkungan, Prodi Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Pertemuan 7 Etika Lingkungan.pdf etikan penyuluhan
Pertemuan 7 Etika Lingkungan.pdf etikan penyuluhanPertemuan 7 Etika Lingkungan.pdf etikan penyuluhan
Pertemuan 7 Etika Lingkungan.pdf etikan penyuluhanIlhamMartadona1
 
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)Nida Shafiyanti
 
tugas Etika Lingkungan -Rev1.docx
tugas Etika Lingkungan -Rev1.docxtugas Etika Lingkungan -Rev1.docx
tugas Etika Lingkungan -Rev1.docxCoal Lignite
 
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANEnvaPya
 
dasar dasar kesehatan lingkungan
dasar dasar kesehatan lingkungandasar dasar kesehatan lingkungan
dasar dasar kesehatan lingkunganSabrianda
 
Korelasi antara manusia dan lingkungan
Korelasi antara manusia dan lingkunganKorelasi antara manusia dan lingkungan
Korelasi antara manusia dan lingkunganAndiNurinayatulaini
 
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanLaporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanFirlita Nurul Kharisma
 
Ekologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkunganEkologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkunganIrfano
 
Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)
Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)
Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)Apep Wahyudin
 
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docxMAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docxelsaraihana210
 
TUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptx
TUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptxTUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptx
TUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptxRaihanGhalib
 
Mata kuliah klh (pengertian lingkungan hidup)
Mata kuliah klh (pengertian lingkungan hidup)Mata kuliah klh (pengertian lingkungan hidup)
Mata kuliah klh (pengertian lingkungan hidup)Nurliana Umar
 
PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN KULIAH TEKNIK SIPIL
PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN KULIAH TEKNIK SIPILPENGANTAR ILMU LINGKUNGAN KULIAH TEKNIK SIPIL
PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN KULIAH TEKNIK SIPILsarprasarsip
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropologyOktari Aneliya
 
Ppt part 7 ekologi pab sma tmi
Ppt part 7 ekologi pab sma tmiPpt part 7 ekologi pab sma tmi
Ppt part 7 ekologi pab sma tmitiyo noiss
 
HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdf
HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdfHUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdf
HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdfMukhlishah Sam
 
Ekologi perairan
Ekologi perairan Ekologi perairan
Ekologi perairan yuliaresh
 

Similaire à Iiin Marya Rizka, Sosiologi Lingkungan, Prodi Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos (20)

Pertemuan 7 Etika Lingkungan.pdf etikan penyuluhan
Pertemuan 7 Etika Lingkungan.pdf etikan penyuluhanPertemuan 7 Etika Lingkungan.pdf etikan penyuluhan
Pertemuan 7 Etika Lingkungan.pdf etikan penyuluhan
 
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)
 
tugas Etika Lingkungan -Rev1.docx
tugas Etika Lingkungan -Rev1.docxtugas Etika Lingkungan -Rev1.docx
tugas Etika Lingkungan -Rev1.docx
 
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
 
Makalah erosi tugas PLH
Makalah erosi tugas PLH Makalah erosi tugas PLH
Makalah erosi tugas PLH
 
6 Etika LH.pptx
6 Etika LH.pptx6 Etika LH.pptx
6 Etika LH.pptx
 
dasar dasar kesehatan lingkungan
dasar dasar kesehatan lingkungandasar dasar kesehatan lingkungan
dasar dasar kesehatan lingkungan
 
Ekologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkunganEkologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkungan
 
Korelasi antara manusia dan lingkungan
Korelasi antara manusia dan lingkunganKorelasi antara manusia dan lingkungan
Korelasi antara manusia dan lingkungan
 
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanLaporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
 
Ekologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkunganEkologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkungan
 
Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)
Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)
Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)
 
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docxMAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
 
TUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptx
TUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptxTUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptx
TUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptx
 
Mata kuliah klh (pengertian lingkungan hidup)
Mata kuliah klh (pengertian lingkungan hidup)Mata kuliah klh (pengertian lingkungan hidup)
Mata kuliah klh (pengertian lingkungan hidup)
 
PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN KULIAH TEKNIK SIPIL
PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN KULIAH TEKNIK SIPILPENGANTAR ILMU LINGKUNGAN KULIAH TEKNIK SIPIL
PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN KULIAH TEKNIK SIPIL
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropology
 
Ppt part 7 ekologi pab sma tmi
Ppt part 7 ekologi pab sma tmiPpt part 7 ekologi pab sma tmi
Ppt part 7 ekologi pab sma tmi
 
HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdf
HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdfHUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdf
HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdf
 
Ekologi perairan
Ekologi perairan Ekologi perairan
Ekologi perairan
 

Dernier

MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 

Dernier (20)

MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 

Iiin Marya Rizka, Sosiologi Lingkungan, Prodi Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

  • 1. 1 KUMPULAN ARTIKEL 1. KONTRADIKSI DAN TITIK TEMU ANTARA EKOSENTRISME DAN ANTROPOSENTRISME 2. PERAN SOSIOLOGI LINGKUNGAN DAN EKOLOGI MANUSIA DI DALAM KONSEP DAN IMPLEMENTASI SUISTAINABLE DEVELOPMENT 3. DETERMINISME KARAKTERISTIK LINGKUNGAN ALAM TERHADAP CORAK INTERAKSI KOMUNITAS Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Sosiologi Lingkungan Dosen Pengampu : Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos Disusun oleh : Nama : Iin Marya Rizka NIM : L1C018037 Prodi/Kelas : Sosiologi/A PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MATARAM 2021
  • 2. 2 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL......................................................................................................1 DAFTAR ISI .....................................................................................................................2 PEMBAHASAN................................................................................................................3 1. Kontradiksi dan Titik Temu Antara Ekosentrisme dan Antroposentrisme ...........3 a. Etika.................................................................................................................3 b. Lingkungan Hidup ...........................................................................................3 c. Isu Lingkungan Hidup .....................................................................................4 d. Tiga Dasar Pendekatan Etika Lingkungan Hidup ...........................................4 e. Teori Lingkungan Hidup .................................................................................5 - Antroposentrisme.......................................................................................5 - Biosentrisme ..............................................................................................6 - Ekosentrisme................................................................................................ 2. Peran Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Manusia di Dalam Konsep dan Imlementasi Suistainable Development ................................................................7 a. Sosiologi Lingkungan......................................................................................7 b. Ekologi ,Manusia.............................................................................................8 c. Suistainable Development ...............................................................................9 3. Determinisme Karakteristik Lingkungan Alam Terhadap Corak Interaksi Komunitas........................................................................................................... 11 a. Determinisme Lingkungan ............................................................................12 - Determinisme Lingkungan dan Geografi Awal.......................................13 - Determinisme Lingkungan dan Geografi Modern...................................13 - Penurunan Determinisme Lingkungan ....................................................14 b. Karakteristik Lingkungan Alam ....................................................................15 c. Lingkungan dan Perilaku Masyarakat ...........................................................16 d. Corak Interaksi Komunitas ............................................................................16 REFERENSI....................................................................................................................26
  • 3. 3 PEMBAHASAN 1. Kontradiksi dan Titik Temu Antara Ekosentrisme dan Antroposentrisme a. Etika Etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika lingkungan hidup dipahami sebagai refleksi kritis atas norma-norma atau nilai moral dalam komunitas manusia untuk diterapkan secara lebih luas dalam komunitas biotis dan komunitas ekologis. Etika lingkungan hidup merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan teruwujudnya moral dan upaya untuk mengendalikan alam agar tetap berada pada batas kelestarian. Etika lingkungan hidup juga berbicara mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk lain atau dengan alam secara keseluruhan. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia, filsafat dan ilmu juga berkembang semakin kritis dalam melihat dan mengkaji hubungan manusia dengan alam. Bersamaan dengan itu, ada perubahan dalam melihat hubungan manusia dengan alam. Perubahan hubungan manusia dengan alam tersebut mulai dari antroposentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme. b. Lingkungan Hidup Lingkungan (hidup) adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, temasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejah-teraan manusia serta makhluk hidup lainnya. (Wijoyo, 2005). c. Isu Lingkungan Hidup Ada kecenderungan untuk mempercayai bahwa isu lingkungan yang baru menjadi hal penting saat ini. Environmentalisme berkembang dengan baik di pertengahan abad terakhir ini: Isu seperti polusi udara dan pencemaran air serta perlindungan satwa yang terancam punah menjadi kebijakkan publik yang diperhatikan secara serius sejak tahun 1970-an. Tentu saja sebelumnya ada sebagian kecil perusahaan yang telah memberikan perhatian pada lingkungan alam. Akan tetapi degradasi lingkungan telah menjadi bagian sejarah umat
  • 4. 4 manusia selamanya. Baru-baru ini dalam sebuah buku terlaris berjudul Collapse, seorang ahli geografi bernama Jared Diamond mendokumentasikan betapa banyaknya kebudayaan yang menderita dan hancur akibat degradasi lingkungan. Revolusi industri yang terjadi pada abad ke-18 dan 19, bagaimanapun juga, telah meyebabkan degradasi lingkungan alam yang lebih luas dan pada tingkatan yang lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Manusia juga ikut terancam oleh perubahan iklim global. Setiap perubahan lingkungan yang terjadi secara luas ini diakibatkan oleh kegiatan manusia, khususnya oleh perkembangan masyarakat industri modern. (Hartman, 2002). d. Tiga Dasar Pendekatan Etika Lingkungan Hidup ISO 14001 sebagai standar Sistem Manajemen Lingkungan (SML) bertujuan untuk memberikan kerangka kerja kepada organisasi dalam upaya melindungi lingkungan. Selain itu juga memberikan respon terhadap perubahan kondisi lingkungan dalam menyeimbangkan kebutuhan sosial ekonomi. 1. Dasar Pendekatan Ekologis, memahami dengan baik keterkaitan yang luas antara tindakan manusia pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang akan memberikan dampak yang tak diperkirakan. 2. Pendekatan Humanisme, setara dengan pendekatan ekologis, pendekatan humanis menekankan pentingnya tanggung jawab kita untuk hak dan kesejahteraan manusia lain atas sumber daya. Dasar ini menjelaskan bahwa dalam melakukan pemakaian sumber daya alam harus dilakukan secara bertanggung jawab, karena manusia yang lain juga memiliki hak dan kesejahteraan atas sumber daya tersebut. 3. Pendekatan Teologis, menunjukkan bagaimana alam sebenarnya diciptakan dan bagaimana fungsi manusia serta interaksi yang selayaknya terjalin antara alam dengan manusia. (3 Dasar Pendekatan Etika Lingkungan Hidup Yang Wajib Dipahami, n.d.). Manusia dan makhluk hidup lainnya hidup di Bumi secara berdampingan. Tidak hanya berdampingan oleh sesama makhluk hidup, namun juga berdampingan dengan unsur- unsur abiotik yang ada di sekitar makhluk hidup tersebut. Perpaduan antara unsur- unsur biotik (hidup) dan juga unsur- unsur abiotik (tak hidup) ini disebut dengan lingkungan.
  • 5. 5 e. Teori Lingkungan Hidup - Antroposentrisme Antroposentrisme merupakan suatu etika yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Di dalam antroposentrisme, etika, nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia, dan bahwa kebutuhan dan kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting diantara mahkluk hidup lainnya. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya.Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatau yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karena itu, alampun dilihat hanya sebagai obyek, alat, dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dna kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia.Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.Murdy dalam keraf (2005) ingin menyatakan bahwa yang menjadi masalah bukanlah kecenderungan antroposentris pada diri manusia yang memperalat alam semesta untuk kepentingannya.Tetapi masalah dan sumber malapetaka krisis lingkungan hidup adalah tujuan-tujuan tidak pantas dan berlebihan yang dikejar oleh manusia di luar batas toleransi ekosistem itu sendiri.Akhirnya dengan demikian manusia bunuh diri.Krisis lingkungan hidup bukan disebabkan oleh pendekatan antroposentris semata, tetapi melainkan oleh pendekatan antroposentrisme yang berlebihan. - Biosentrisme Biosentrisme, merupakan suatu paradigma yang memandang bahwa setiap kehidupan dan mahkluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri, sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral.Konsekuensinya, alam semesta adalah sebuah komunitas moral, setiap kehidupan dalam alam semesta ini, baik manusia maupun bukan manusia atau mahkluk lain, sama-sama mempunyai nilai moral.Seluruh kehidupan di alam semesta sesungguhnya membentuk sebuah komunitas moral. Oleh karena itu, kehidupan mahkluk hidup apa pun pantas dipertimbangkan secara serius
  • 6. 6 dalam setiap keputusan dan tindakan moral, bahkan lepas dari perhitungan untung dan rugi bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, etika tidak dipahami secara terbatas dan sempit sebagai hanya berlaku pada komunitas manusia.Tetapi juga berlaku bagi seluruh komunitas biotis termasuk komunitas manusia dan komunitas mahkluk hidup lainnya. - Ekosentrisme Ekoseentrisme, merupakan suatu paradigma yang lebih jauh jangkauannya. Pada ekosentrisme, justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun yang tidak hidup.Secara ekologis, mahkluk hidup dan bendabenda abiotis lainnya saling terkait satu sam alain.Oleh karena itu, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada mahkluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas ekologis. Sebenarnya perubahan pandangan tersebut sudah dimulai sejak lama, dipelopori oleh seorang tokoh dengan memperkenalkan istilah deep ecology.Deep Ecology adalah suatu teori yang pertama kali diperkenalkan oleh Arne Naess, seorang filsuf Norwegia tahun 1973, dan sekenal sebagai salah seorang tokoh utama gerakan deep ecology hingga sekarang. Deep Ecology menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat hanya pada manusia, tetapi berpusat pada mahkluk hidup secara keseluruhan dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hdiup. Etika baru ini tidak mengubah sama sekali hubungan antara manusia dengan manusia. Yang baru adalah manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala sesuatu yang lain. Manusia bukan lagi pusat pusat dari dunia moral. Tetap lebih menyangkut gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari sekedar sesuatu yang instrumental dan ekspansionis. Serta menuntut suatu pemahaman yang baru tentang relasi etis yang ada dalam alam semesta disertai adanya prinsip-prinsip baru sejalan dengan relasi etis baru tersebut, yang kemudian diterjemahkan dalam gerakan atau aksi nyata di lapangan (Keraf, 2008). Teori Antroposentrisme. Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Teori Ekosentrisme. Ekosentrisme Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan
  • 7. 7 biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada kehidupan seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak. Antroposentris. Antroposentris yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus. (Hidup, 2018). Kiranya tidak salah jika manusia dipandang sebagai kunci pokok dalam kelestarian maupun kerusakan lingkungan hidup yang terjadi. Bahkan jika terjadi kerusakan dalam lingkungan hidup tersebut, YB Mangunwijaya memandangnya sebagai oposisi atau konflik antara manusia dan alam. (Hargrove, 1989) Sumatera sepenuhnya di tangan pemerintah, perusahaan kelapa sawit serta pulp dan kertas yang bertahun-tahun mengeksploitasi hutan alam milik negara. Bisa saja pemerintah mengabaikan ancaman UNESCO. Namun, yang jelas dan pasti adalah tak dapat mengabaikan bencana banjir, longsor, dan kekeringan yang merugikan kehidupan semua pihak sebagai akibat kerusakan hutan alam Sumatera. (Suryadi, 2018). 2. Peran Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Manusia di Dalam Konsep dan Imlementasi Suistainable Development a. Sosiologi Lingkungan Sosiologi lingkungan adalah studi terhadap hubungan antara manusia- masyarakat dengan lingkungan. Ini merupakan gabungan dari ilmu sosiologi dan ilmu lingkungan. Sedangkan ilmu lingkungan adalah gabungan atau perlintasan berbagai ilmu, biologi, fisika, kimia, ekosistem, geografi, geologi dan lainya. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa lingkungan memberikan arti penting bagi manusia. Manusia membutuhkan air dan udara yang sehat dan bersih. Manusia membutuhkan pepohonan, tanaman, ikan di laut dan sungai sebagai bahan kebutuhan tempat tinggal dan makanan. Begitu pula dengan tanah tempat berpijak diperlukan untuk menyerap sampah. Lingkungan adalah tempat keberadaan dan menentukan corak manusia. Dalam kajian sosiologi klasik, pembahasan mengenai lingkungan kurang mendapat tempat. Berpulang pada diusungnya faham antroposentrisme yang
  • 8. 8 menjadikan manusia sebagai titik pusat pembahasan, alam pun turut terpisahkan dari analisis sosiologis. Namun, dalam era di aman alam semakin terekploitasi oleh perkembangan tekonologi dan kebutuhan manusia yang terus bertambah, kajian sosiologi lingkungan menemukan relevansinya. Dimulai dari pemahaman evolutif bahwa manusia dulunya dikendalikan oleh alam, melauli buku ini digambrakan bagaimana saat-saat kehidupan manusia masih sepenuhnya tergantung kepada alam. Perkebangannya kemudian, manusia mulai mengambil alih posisi alam dan menaklukkannya. Revolusi pengetahuan pada era pencerahan yang ditandai kemunculan filsafat rasionalisme dan revolusi di bidang industry menegaskan bahwa alam sangatlah mungkin untuk dikendalikan. Efek kerusakan lingkungan membuat beberapa asumsi dasar pembangunan kerap dipertanyakan. Pembangunan tidak lagi dipahami sebatas akumulasi modal tanpa henti, tetapi pembangungan harus memerhatikan unsure keterbatasan alam di dalamnya. Implikasinya dapat dilihat pada gerakan-gerakan sosial yang menjamur di sekitar tahun 1960-an. Mereka mulai memasukkan unsure lingkungan ke dalam agenda politiknya seperti diperlihatkan oleh gerakan ekofeminisme dan ekonsentrisme. Kesemuanya merupakan titik balik mausia dari entitas perusak lingkungan menuju kesadaran sebagai pejuang lingkungan. b. Ekologi Manusia Ekologi manusia adalah ekologi yang mempelajari satu jenis makhluk hidup, yaitu manusia. Disana dipelajari bagaimana ekosistem dipengaruhi dan mempengaruhi kehidupan manusia. Sebagai bagian dari ekologi, atau atau autoekologi , ekologi manusia, disebut juga ilmu yang mengkaji interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya. Batasan itu menyatakan bahwa ekologi manusia mempelajari tempat dan peranan manusia dalam ekosistem, atau mempelajari hakikat dan pengaturan tingkah laku manusia dalam lingkungan hidupnya. Ekologi manusia yang bersifat subjektif, tidak netral, dan bermoral manusia, bila dirangkum dengan per-skriptif bagaimana manusia seharusnya berperilaku dan didasarkan moral alam, cenderung berkembang ke arah ilmu lingkungan. Ekologi manusia pada hakikatnya mengaplikasikannya konsep-konsep ekologi secara sistematik dalam pengkajian populasi manusia. Penyebaran manusia dan variable sosialnya dalam tata ruang juga ditekankan dalam ilmu ini,
  • 9. 9 sehingga berkaitan erat dengan geografi. Mengingat sifatnya yang homosentris atau antroposentris , jelas terlihat bahwa kepentingan manusia berada diatas kepentingan yang lain, atau bahwa ekologi bertujuan untuk kesejahteraan manusia. Hal ini berkaitan dengan ekonomi. Jadi, secara praktis lingkup ekologi manusia berada dalam tumpang tindih diantara ekologi, geografi, dan ekonomi. Masing-masing merupakan kaitan utama dari ekologi manusia. Pada saat ini, boleh dikatakan hampir semua disiplin ilmu, seperti biologi, antropologi, sosiologi, teknologi, psikologi, hukum, pertanian, Pendidikan, kesehatan masyarakat, filsafat, bahkan ilmu administrasi, pertahanan, keamanan, dan agama mempunayi kaitan dengan ekologi manusia. c. Suistainable Development Suistainable development (pembangunan berkelanjutan) dapat diartikan sebagai sudah tercapainya sebuah keadilan social dari generasi ke generasi. Kemudian dapat dilihat dari pengertian yang lain, bahwa pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan nasional yang dapat melestarikan fungsi dan kemampuan ekosistem. Pada proses pelaksanaannya, prmbangunan berkelanjutan diharuskan untuk memperhatikan pemanfaatan lingkungan hidup dan kelestarian lingkungan supaya kualitas lingkungan tetap terjaga. Karena keletarian lingkungan yang tidak terjaga akan menyebabkan daya dukung lingkungan berkurang, atau bahkan kemudian akan menjadi hilang. Pembangunan berkelanjutan (suistainable development) merupakan sebuah pembanguna yang berguna untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau menurunkan kemampuan generasi penerus yang mendatang dalam memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya. Pada dasarnya, konsep pembangunan berkelanjutan ini merupakan sebuah strategi pembangunan yang memberikan Batasan pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumber daya yabg ada di dalamnya. Ambang batas ini tidak mutlak namun merupakan batas yang luwes yang bergantung pada teknologi dan social ekonomi tentang pemanfaatan sumber daya alam serta kemampuan biosfer dalam menerima akibat yang ditimbulkan dari kegiatan manusia. Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan semacam strategi dalam pemanfaatan
  • 10. 10 ekosistem alam dengan cara tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya tidak merusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Hal ini tentu saja bukan hanya untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi untuk kesejahteraan masyarakat generasi berikutnya yang mendatang. Dengan demikian, diharapkan bahwa kita tidak saja dapat mampu melaksanakan pengelolaan pembangunan yang ditugaskan, namu juga dituntut lebih untuk mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih menyeluruh. Sosiologi harus melihat sebuah hubungan yang terjadi di dalamnya yaitu antara manusia atau masyarakat dengan lingkungan biofisik. Environment sociology atau yang dikenal sebagai sosiologi lingkungan ditafsirkan sebagai salah satu cabang ilmu yang kajiannya dipusatkan pada keterkaitan antara lingkungan dan serta perilaku sosial manusia itu sendiri. (Bonarsitumorang.com). Sosiologi lingkungan pada dasarnya dibangun oleh beberapa konsep yang saling berkaitan menurut Dunlap dan Catoon (1978) yaitu berbagai perilaku sosial di masyarakat seperti konflik serta integrasi yang memiliki keterkaitan terhadap perubahan kondisi lingkungan, pergeseran nilai sosial serta adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Beberapa perubahan lingkungan tersebut harus dapat dikontrol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sosiologi lingkungan merupakan salah satu cabang ilmu sosiologi yang kajiannya berupa aspek aspek lingkungan, seperti kerusakan, pencemaran serta pemanfaatan dari sumber daya alam yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Dalam ilmu sosiologi terdapat dua paradigma ekologi baru dalam sosiologi lingkungan, yaitu Human Exceptionalism Paradigm atau di singkat (HEP) dan New Environmental Paradigm atau di singkat (NEP). Yang pertama, HEP merupakan aliran yang mengutamakan manusia sebagai penentu alam atau disebut sebagai pusat (antroposentrisme). Sedangkan New Environmental Paradigm (NEP) merupakan salah satu paradigma atau cara pandang dari manusia yang baru terhadap lingkungannya dengan tujuan memanfaatkan sumber daya alam guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cara memperhatikan daya dukung dari lingkungannya yang dititikberatkan kepada kesadaran akan ada nya batas batas pertumbuhan, penolakan terhadap kebebasan mengeksploitasi alam,
  • 11. 11 dan tindakan anti antroposentrisme, serta kerapuhan terhadap keseimbangan alam yang akan mengakibatkan krisis ekologi (Ntelok, 2016). 3. Determinisme Karakteristik Lingkungan Alam Terhadap Corak Interaksi Komunitas Untuk menjamin keberlanjutan fungsi layanan sosial-ekologi alam dan keberlanjutan sumberdaya alam dalam cakupan wilayah yang lebih luas maka pendekatan perencanaan SDA dengan instrumen penataan ruang harus dilakukan dengan mempertimbangkan bentang alam dan kesatuan layanan ekosistem, endemisme dan keterancaman kepunahan flora-fauna, aliran-aliran energi sosial dan kultural, kesamaan sejarah dan konstelasi geo-politik wilayah. Hampir bisa dipastikan bahwa setiap ekosistem bisa jadi akan membutuhkan sistem pengelolaan SDA yang berbeda dari ekosistem di wilayah lain. Keberhasilan kombinasi beberapa pendekatan seperti ini membutuhkan partisipasi politik yang tinggi dari masyarakat adat dalam proses penataan ruang dan penentuan kebijakan pengelolaan SDA di wilayah ekosistem. Semakin tinggi partisipasi politik dari pihak-pihak berkepentingan akan menghasilkan rencana tata ruang yang lebih akomodatif terhadap kepentingan bersama yang “intangible” yang dinikmati bersama oleh banyak komunitas yang tersebar di seluruh wilayah ekosistem tersebut, seperti jasa hidrologis. Kondisi seperti ini bisa diciptakan dengan pendekatan informal, misalnya dengan membentuk “Dewan Konsultasi Multi-Pihak tentang Kebijakan Sumber Daya Alam Wilayah/Daerah” atau “Forum Multi-Pihak Penataan Ruang Wilayah/Daerah” yang berada di luar struktur pemerintahan tetapi secara politis dan hukum memiliki posisi cukup kuat untuk melakukan intervensi kebijakan. Lingkungan secara alami memiliki kemampuan untuk memulihkan keadaannya, Pemulihan keadaan ini merupakan suatu prinsip bahwa sesungguhnya lingkungan itu senantiasa arif menjaga keseimbangannya. Apabila bahan pencemar berakumulasi terus menerus dalam suatu lingkungan, sehingga lingkungan tidak punya kemampuan alami untuk menetralisasinya yang mengakibatkan perubahan kualitas. Pokok permasalahannya adalah sejauh mana perubahan ini diperkenankan.
  • 12. 12 Tanaman tertentu menjadi rusak dengan adanya asap dari suatu pabrik, tapi tidak untuk sebahagian tanaman lainnya. Keterbatasan Kemampuan Manusia, Manusia sebagai pengolah sumber daya alam dituntut semaksimal mungkin untuk mengolah sumber daya alam. Tapi banyak diantara manusia tersebut yang tidak mampu untuk mengolah sumber daya alam yang telah tersedia yang mengakibatkan negara kita selalu tertinggal dari Negara- negara lain diluar sana yang sudah maju. Padahal negara-negara tersebut tidaklah memiliki sumber daya alam sebanyak yang kita punya ,tapi mereka selalu dapat mengolah setiap sumber daya alam yang telah tersedia di Negara mereka yang membuat negara mereka terus maju. Maka dari itu yang harus kita lakukan adalah kita harus lebih meningkatkan sumber daya manusia atau kemampuan dari masyarakat kita agar bisa memaksimalkan atau mengolah sumber daya alam kita yang begitu melimpah ini. Bukan mustahil jika kita bisa mengolahnya ,kita akan seperti Negara-negara yang telah maju atau bahkan melebihi mereka. a. Determinisme Lingkungan Determinan lingkungan adalah keyakinan bahwa lingkungan, terutama faktor fisiknya seperti bentang alam dan iklim, menentukan pola budaya manusia dan perkembangan masyarakat. Penentu lingkungan percaya bahwa faktor ekologi, iklim, dan geografis saja yang bertanggung jawab atas budaya manusia dan keputusan individu. Selain itu, kondisi sosial hampir tidak berdampak pada perkembanan budaya. Argumen utama determinisme lingkungan menyatakan bahwa karakteristik fisik suatu kawasan seperti iklim memiliki pengaruh yang besar terhadap pandangan psikologis penghuninya. Pandangan yang berbeda ini kemudian menyebar ke seluruh populasi dan membantu menentukan perilaku dan budaya masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, dikatakan bahwa daerah di daerah tropis kurang berkembang dibandingkan daerah lintang yang lebih tinggi karena cuaca yang terus hangat di sana membuatnya lebih mudah untuk bertahan hidup dan oleh karena itu, orang yang tinggal di sana tidak bekerja keras untuk memastikan kelangsungan hidupnya. Contoh lain dari determinisme lingkungan adalah teori bahwa negara kepulauan
  • 13. 13 memiliki ciri budaya yang unik semata-mata karena isolasi mereka dari masyarakat kontinental. - Determinisme Lingkungan dan Geografi Awal Meskipun determinisme lingkungan adalah pendekatan yang relatif baru untuk studi geografis formal, asal-usulnya kembali ke zaman kuno. Faktor iklim, misalnya, digunakan oleh Strabo, Plato , dan Aristoteles untuk menjelaskan mengapa orang Yunani jauh lebih berkembang di masa-masa awal daripada masyarakat di iklim yang lebih panas dan lebih dingin. Selain itu, Aristoteles membuat sistem klasifikasi iklimnya untuk menjelaskan mengapa orang dibatasi pada pemukiman di wilayah tertentu di dunia. Sarjana awal lainnya juga menggunakan determinisme lingkungan untuk menjelaskan tidak hanya budaya suatu masyarakat tetapi alasan di balik karakteristik fisik suatu masyarakat. Al-Jahiz, seorang penulis dari Afrika Timur, misalnya, menyebut faktor lingkungan sebagai asal muasal warna kulit yang berbeda. Dia percaya bahwa kulit yang lebih gelap pada banyak orang Afrika dan berbagai jenis burung, mamalia, dan serangga adalah akibat langsung dari prevalensi batuan basal hitam di Jazirah Arab. Ibnu Khaldun, seorang sosiolog dan sarjana Arab secara resmi dikenal sebagai salah satu penentu lingkungan pertama. Dia hidup dari tahun 1332 hingga 1406, selama waktu itu dia menulis sejarah dunia lengkap dan menjelaskan bahwa iklim panas di Afrika Sub-Sahara menyebabkan kulit manusia menjadi gelap. - Determinisme Lingkungan dan Geografi Modern Determinisme lingkungan naik ke tahap paling menonjol dalam geografi modern yang dimulai pada akhir abad ke-19 ketika dihidupkan kembali oleh ahli geografi Jerman Friedrich Rätzel dan menjadi teori sentral dalam disiplin ilmu. Teori Rätzel muncul mengikuti Charles Darwin Origin of Species pada tahun 1859 dan sangat dipengaruhi oleh biologi evolusi dan pengaruh lingkungan seseorang terhadap evolusi budaya mereka. Determinisme lingkungan kemudian menjadi populer di Amerika Serikat pada awal abad ke-20 ketika mahasiswa Ratzel, Ellen Churchill Sempel, seorang profesor di Universitas Clark di Worchester, Massachusetts,
  • 14. 14 memperkenalkan teori tersebut di sana. Seperti gagasan awal Ratzel, Semple juga dipengaruhi oleh biologi evolusioner. Salah satu siswa Ratzel yang lain, Ellsworth Huntington, juga bekerja mengembangkan teori sekitar waktu yang sama dengan Semple. Pekerjaan Huntington, menyebabkan bagian dari determinisme lingkungan, yang disebut determinisme iklim di awal 1900-an. Teorinya menyatakan bahwa perkembangan ekonomi suatu negara dapat diprediksi berdasarkan jaraknya dari garis khatulistiwa. Ia mengatakan iklim sedang dengan musim tanam yang pendek mendorong pencapaian, pertumbuhan ekonomi, dan efisiensi. Kemudahan menanam di daerah tropis, di sisi lain, menghambat kemajuan mereka. - Penurunan Determinisme Lingkungan Meskipun sukses pada awal 1900-an, popularitas determinisme lingkungan mulai menurun pada 1920-an karena klaimnya sering dianggap salah. Juga, kritikus mengklaim itu rasis dan imperialisme yang dilestarikan. Carl Sauer misalnya, memulai kritiknya pada tahun 1924 dan mengatakan bahwa determinisme lingkungan menyebabkan generalisasi dini tentang budaya suatu daerah dan tidak memungkinkan hasil berdasarkan pengamatan langsung atau penelitian lain. Sebagai hasil dari kritiknya dan orang lain, ahli geografi mengembangkan teori kemungkinan lingkungan untuk menjelaskan perkembangan budaya. Kemungkinan lingkungan dikemukakan oleh ahli geografi Perancis Paul Vidal de la Blanche dan menyatakan bahwa lingkungan membatasi perkembangan budaya, tetapi tidak sepenuhnya mendefinisikan budaya. Sebaliknya, budaya ditentukan oleh peluang dan keputusan yang dibuat manusia sebagai respons untuk menghadapi keterbatasan tersebut. Pada 1950-an, determinisme lingkungan hampir seluruhnya digantikan dalam geografi oleh kemungkinan lingkungan, yang secara efektif mengakhiri keunggulannya sebagai teori sentral dalam disiplin ilmu. Terlepas dari penurunannya, bagaimanapun, determinisme lingkungan adalah komponen penting dari sejarah geografis karena awalnya mewakili upaya ahli geografi awal untuk menjelaskan pola yang mereka lihat berkembang di seluruh dunia.
  • 15. 15 Ruang aktifitas hidup manusia akan dipengaruhi oleh kondisi cuaca, iklim, musim, ketersediaan air, tanah, tumbuhan, dan hewan. Tumbuhan dan hewan mempunyai peran pada pola menu makan dan kadar kalori serta protein penduduk suatu wilayah. Tingkat teknologi semakin tinggi yang dimiliki manusia maka alam semakin mereka kuasai dan semakin kecil pengaruh lingkungan pada aktifitas manusia. Bangsa‐ bangsa primitif sangat dipengaruhi lingkungan bahkan lingkungan alam sangat mempengaruhi aktifitas hidup mereka. Paham determinisme alam berbunyi: ”alam menentukan segalanya pada manusia”. Paham yang dipelopori oleh Friedrich Ratzel (1844‐ 1904) dan penganutnya Ellen Churchill Semple dari Amerika Serikat dan dengan antropogeografinya merendahkan budaya manusia atau keinginan manusia yang tak terbatas karena yang di agungkannya adalah kekuatan alam. Paham ini sebenarnya bukanlah hasil pemikiran dari abad ke‐ 19. Abad ke‐ 5 SM, Hipocrates di Yunani kuno sudah mengaitkan keadaan udara, air dan tanah dengan kesehatan manusia. Contoh: tubuh orang asia berbeda dengan tubuh orang eropa karena iklim di eropa memiliki variasi musim. Musim inipun membentuk watak orang‐ orang eropa yang serba keras, bersemangat dan dan kurang sosial. Musim di asia umumnya seragam sepanjang tahun sehingga orang Asia kurang suka berperang. Aristoteles sebagai penganut aliran ini pada zamannya. Aristoteles menulis untuk bangsanya sendiri, yaitu: bahwa negeri yunani berada di antara eropa dan asia sehingga semua watak orang eropa dan watak orang Asia terdapat pada bangsa Yunani. Bangsa‐ bangsa di benua Eropa yang bertempat di wilayah dingin cukup bersemangat tetapi kurang cerdas dan kurang terampil, sehingga organisasi mereka rapuh dan secara politis mereka tidak mampu menguasai wilayah sekitar mereka, sebaliknya bangsa‐ bangsa Asia cukup cerdas dan terampil, tetapi semangat mereka lemah hingga mereka mudah dijajah oleh bangsa lainnya. b. Karakteristik Lingkungan Alam Pengertian karakter secara umum berdasarkan penggunaannya sebagai sebuah istilah yang dipergunakan sehari-hari adalah salah satu atribut atau ciri-ciri yang membuat obyek dapat dibedakan sebagai sesuatu yang sifatnya individual.
  • 16. 16 Pengertian yang mampu menunjukkan adanya kualitas khusus, berperan sebagai pembeda (Nurjannah, 2013). Dengan demikian karakter dapat digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi baik fisik maupun non fisik (tergantung kandungan/ muatan isi obyek) dengan penekanan terhadap sifat-sifat, ciri-ciri yang spesifik dan khusus suatu obyek, yang membuat obyek tersebut dapat dikendalikan dengan mudah. Salah satu kekuatan yang membentuk karakter lingkungan permukiman adalah keadaan alam yang ada di sekelilingnya. Beberapa ilmuan telah memperbincangkan hubungan antara pengembangan permukiman manusia dan lingkungan alam (Rapoport, 1969; Kostof, 1991; Moris, 1994). Karakteristik sifat-sifat dasar lingkungan alam telah mempengaruhi manusia dari masa awal dengan berbagai cara. Lingkungan alam mempengaruhi manusia sewaktu mendirikan permukimannya dari memilih lokasi, menggunakan bahan konstruksi yang tepat untuk adaptasi dengan iklim, mendirikan bangunan dengan struktur yang sesuai dengan tanah, dan merancang bentuk bangunan yang serasi dengan keadaan sekelilingnya. Unsur ini adalah kekuatan yang mempengaruhi bentuk permukiman manusia dari awal sampai dengan kota kontemporer saat ini (Heryanto, 2011). Bentuk topografi suatu tempat juga adalah unsur penting dalam mendirikan permukiman manusia. Aneka ragam bentuk dari tanah datar dan tanah lapang seperti perbukitan, lembah, dan tepian air adalah unsur alam yang menentukan orientasi dan bentuk permukiman manusia. Amos Rapoport (1969:74-78), dalam bukunya, House Form and Culture, menyingkap pengaruh dari topografi sebagai faktor yang menentukan pembangunan permukiman. Rapoport menyatakan bahwa ada 2 pertimbangan bagi masyarakat untuk memilih tempat permukimannya, yaitu fisik lingkungan alam setempat dan pilihan sosial-budaya. c. Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Faktor dinamika rona lingkungan dipandang juga berpengaruh pada bentuk dan pola lingkungan binaan (Nurjannah, 2008). Hubungan dapat terjadi antara rona lingkungan dengan bentuk fisik lingkungan binaan, dimana rona lingkungan
  • 17. 17 mempengaruhi bentuk fisik permukiman yang terbentuk oleh kondisi lingkungan serta kelompok masyarakat dengan budayanya (Rapoport,1969). Rapoport juga menganggap bentuk permukiman bukan merupakan hasil proses yang sederhana dari satu faktor penyebab saja, tetapi lebih merupakan konsekuensi menyeluruh dari faktor sosial budaya. Hubungan ini saling mempengaruhi dan dipengaruhi sehingga kegiatan manusia dan lingkungannya mempunyai pola-pola yang mengatur keseimbangan alam. Porteous (dalam Mastutie, 2002), juga menyatakan bahwa perilaku seseorang itu dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling bergantung, yaitu: faktor pembawaan genetiknya, faktor pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, dan faktor lingkungan fenomenal yang ada saat itu. Kedua faktor pertama di atas tidak dapat dipengaruhi oleh perencana atau perancang lingkungan. Rapoport (1969) menyatakan bahwa lingkungan binaan diciptakan untuk mewadahi perilaku yang diinginkan. Interaksi antar keduanya melahirkan suatu bentuk aktivitas, aktivitas yang terjadi tersebut dapat mengakibatkan perubahan diantaranya perubahan lingkungan dan perubahan perilaku. d. Corak Interaksi Komunitas Komunitas ialah kumpulan dari bebrbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati
  • 18. 18 yang ada di sekitar. Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia yang melipulti pola pola hubungan sosial serta kaidah pendukung yang berlaku dalam suatu lingkungan disebut juga sebagai lingkungan sosial budaya. Lingkungan sosial budaya terdiri dari interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi sosial.lingkungan sosial budaya telah ada sejak manusia diciptakan dan mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya Terdapat dua kelompok sistem yang saling berinteraksi dalam lingkungan sosial budaya, yaitu sosiosistem meliputi teknologi, pola eksploitasi sumber daya, pengetahuan, ideologi, sistem nilai. Yang kedua adalah ekosistem, meliputi tanah, air, udara, hewan, tumbuhan, populasi manusia. Interaksi kedua sistem tersebut melalui proses seleksi dan adaptasi. Serta pertukaran aliran energi, materi dan informasi. Interaksi pada mahkluk hayati terjadi secara netral untuk proses keseimbangan dari ekosistem tersebut. Sedangkan interaksi sosial pada manusia tidak terjadi secara netral dan interasi dengan lingkungan cenderung antroposentrik. Oleh sebab itu manusia dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang saling berinteraksi antara satu dengan lainnya, dimana manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya lingkungan dapat mempengaruhi manusia. Karena salah satu unsur dalam lingkungan hidup adalah manusia, yang merupakan makhluk hidup yang paling canggih diantara makhluk-makhluk lain, sehingga dapat mengembangkan kemampuannya dalam pengembangan berbagai bidang yang ada. Kedudukan manusia merupakan bagian utama dari suatu lingkungan. Hubungan manusia dan lingkungan adalah sirkuler, kegiatannya sedikit banyak akan mengubah lingkungannya yang pada saatnya nanti akan mempengaruhi manusia dan kemudian akan merambat pada unsur unsur lain.Kelangsungan hidup manusia bergantung pada kelestarian ekosistemnya. Manusia pada awal sejarahnya telah hidup di bumi dalam keselarasan alam yang sangat wajar, tetapi dalam penguasaan alam pikiran telah memungkinkan manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
  • 19. 19 menjaadikannya penguasa mutlak dalam kehidupan.Dari segi ekologi hubungan manusia dengan mahkluk hidup lainnya adalah :  Manusia sebagai organisme yang dominan yaitu manusia dapat berkompetisi lebih baik dibandingkan dengan dengan mahkluk hidup lainnya, manusia mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap lingkungan hidup ataupun organisme lain.  Manusia sebagai penyebab evolusi yaitu manusia selalu dapat memperbaiki dan mengembangkan pengetahuan serta keterlampilan teknis.  Manusia sebagai mahkluk pengotor yaitu manusia sering membuang kotoran organik (seperti: Fases) yang dapat mencemari lingkungan. Manusia hidup, tumbuh,dan berkembang dalam lingkungan alam dan sosialbudayanya. Dalam lingkungan alamnya manusia hidup dalam sebuah ekosistem yakni, suatu unit atu satuan fungsional dari makhluk-makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam ekosistem terdapat komponen abiotik pada umumnya merupakan factor lingkungan yang mempengaruhi makhluk-makhluk hidup diantaranya : Tanah,udara atau gas-gas yang membentuk atmosfer, air,cahaya, Suhu atau temperature,Sedangkan komponen biotic di antaranya adalah: produsen, konsumen, pengurai. Selain itu di dalam lingkungan terdapat faktor-faktor Selain seperti berikut ini : rantai makanan, habitat, populasi, komunikasi, biosfer. Cara mempertahankan Ekosistem tetap stabil adalah: (1) Perlu diberikan bantuan energi dari luar yang harus di usahakan manusia; (2) Usaha untuk perawatan terhadap ekosistem yang dibuat manusia. Tugas Manusia sebagai bagian dari ekosistem adalah :  Mengelola apa yang ada dalam ekosistem.  Mengelola tugas dan kewajiban untuk mengatur ekosistem alamiah dan ekosistem buatan.  Mempunyai tugas dan kewajiban untuk mengatur keselarasan dan keseimbangan antara komponen yang ada dalam ekosistem. Manfaat stabilnya ekosistem adalah :
  • 20. 20  Manusia dapat hidup teratur dari generasi ke generasi.  Manusia dapat hidup selamat sejahtera.  Manusia bergantung pada ekosistem. Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Interaksi antara manusia dan lingkungan hidup merupakan proses saling mempengaruhi antara satu dan lainnya. Salah satu bentuk interaksi manusia yaitu Interaksi dengan lingkungan alam. Ekologi manusia dapat dilihat dari latar belakang fisik dan manusia dengan budayanya. Ilmu etnoekologi tidak hanya membahas aspek‐ aspek alami saja tetapi juga aspek manusianya, dengan ragam politis, ekonomis, sosiologis, politis, dan budaya. Semua ragam dari aspek manusia tersebut dipahami dengan latar belakang lingkungan alam dan lingkungan masyarakat. Ekologi manusia terbentuk dari hidup yang berdampingan dan saling keterkaitan antara unsur alam, yaitu: iklim, cuaca, batuan, tanah, bentuk muka bumi, air, danau, laut, samudera, air tanah, sungai, tumbuhan, dan hewan. Hal ini dapat dicontohkan pada ekologi manusia dilihat dari sudut pandang daerah kota dengan daerah desa. Ekologi manusia pada daerah pedesaan akan terlihat unsur‐ unsur alam yang lebih banyak saling keterkaitan dan berdampingan, sedangkan pada ekologi manusia pada daerah perkotaan banyak di dominasi teknologi yang direkayasa manusia sehingga manusia memodifikasi ekologi dalam bentuk lingkungan buatan atau lingkungan teknologi (N. Daldjoeni 1982). Unsur‐ unsur fisik secara alami, yaitu: alam merupakan tempat tinggal manusia dimana unsur‐ unsur alam saling terkait dan berdampingan secara alami. Teknologi yang maju di wilayah perkotaan mampu mengubah kondisi lingkungan dan mengurangi keterkaitan antara unsur‐ unsur alam. Lingkungan kota merupakan tiruan dari lingkungan alam yang wajar yang melayani kehidupan manusia agar sesuai dengan keinginan manusia yang tak terbatas, contoh: alat pemanas di rumah, alat penyejuk di rumah, air, dan listrik. Semakin maju teknologi yang dimiliki makin mampu manusia untuk mengubah dan mengatur
  • 21. 21 lingkungan alam. Akibat dari proses ini akan berpengaruh pada unsur‐ unsur alam yang saling terkait dan berdampingan (N. Daldjoeni 1982). Pendekatan ekologi merupakan usaha mencapai ketepatan analisa mengenai hubungan antara aktifitas manusia, hubungan biologis, dan proses alam tertentu dalam satu analisa, yaitu: ekosistem. Ekosistem merupakan sistem ekologi sehingga tugas ilmiah pada konsep ini adalah menyelidiki dinamika intern dari sistem‐ sistem serupa itu dan bagaimana prosesnya sistem itu berkembang dan berubah seperti yang dikemukakan oleh pendiri ekologi, yaitu: Haeckel (Geertz C 1976). Faktor‐ faktor ekologi sebagai tempat sumberdaya alam sering nampak memberikan peranan yang dinamis di dalam perkembangan kebudayaan dan/atau sebaliknya. Ketidakpastian dari kedua cara pendekatan ini sesungguhnya bermula dari kekurangan pada konsep yang sama‐ sama pada kedua cara pendekatan tersebut. Kekurangan konsep tersebut karena pemisahan antara karya manusia dan proses alam menjadi dua bidang yang sebenarnya saling mempengaruhi (sphere) tetapi dibuat berbeda, yaitu: ”kebudayaan” dan ”lingkungan” dan kemudian berusaha melihat bagaimana sebagai keseluruhannya menjadi berdiri‐ sendiri yang seharusnya kedua bidang tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi (Geertz C 1976). Julian Steward (1955) yang disimpulkan oleh Geertz C (1976) telah mengembangkan cara analisis yang disebut ”ekologi budaya” perbedaan pokok pendekatan analisis ini adalah: pembatasan penerapan konsep dan asas ekologi tersebut pada aspek‐ aspek tertentu saja dari kehidupan social. dan kebudayaan manusia yang benar‐ benar cocok, bukan pada seluruh kehidupan manusia secara menyeluruh. Paham antropologi, yaitu: ”holisme” yang berpendapat bahwa semua aspek kebudayaan saling‐ tergantung dan saling‐ berkaitan, mengarah pada perumusan masalah kebudayaan dan lingkungan hidup dalam arti yang sangat umum. Sebagai contoh yang dikemukan oleh Hutington (1960) mengenai tipe‐ tipe habitat dengan ciri‐ ciri yang sangat umum seperti: ”kawasan tropis”, ”kawasan kutub”, ”dataran tinggi”
  • 22. 22 yang dicocokkan pada seluruh kebudayaan yang dianggap integral, yaitu: ”kebudayaan Jawa”, ”kebudayaan eskimo”, dan ”kebudayaan Sioux”, tetapi hal ini dibantah oleh Hegel yang membantah mengenai paham determinisme alam dengan argumennya, yaitu: ”wilayah yang dulunya ditempati orang‐ orang Yunani, sekarang tinggal orang Turki” (Geertz C 1976). Secara naluri, semakin tinggi kemampuan manusia beradaptasi maka akan semakin lama menempati suatu daerah, tetapi semakin rendah kemampuan manusia beradaptasi manusia maka akan meninggalkan tempat tersebut dan akan mencari tempat yang baru. Manusia melakukan migrasi dari daerah satu ke daerah lainya secara alami sesuai dengan kemampuan adaptasi mereka. Hasil adaptasi manusia dapat berupa: mata pencaharian, perumahan, pakaian, peralatan rumah tangga, peralatan berkebun, membuka lahan, dan lain sebagainya. Manusia dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan tidak akan terlepas dengan adanya sumberdaya. Lingkungan sebagai habitat manusia untuk melakukan semua aktifitasnya merupakan suatu sumberdaya. Menurut Spencer (1973) geograf Amerika mendefinisikan sumberdaya secara sederhana, yaitu: segala barang atau bahan serta kondisi yang dapat dinilai setelah dipahami seluk‐ beluk hasil, proses, dan manfaatnya” (N. Daldjoeni 1982). Manusia dalam melakukan adaptasi tidak memodifikasi secara anatomis tetapi lebih mengarah pada mengubah prilaku serta budaya sebagai respon terhadap lingkungan di sekitarnya. Adaptasi manusia pada dasarnya bersumber dari kebutuhan dan keinginan untuk mengadakan harmoni antara dirinya dengan lingkungan disekitarnya. Selain itu manusia mempengaruhi lingkungannya dan manusiapun dipengaruhi oleh lingkungannya. Manusia pada kondisi tertentu dipaksa untuk melakukan adaptasi usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan keterbatasan yang ada dilingkungan sekitarnya (Rudi Hilmanto 2009, 2010d). Manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan abiotik dan biotiknya. Manusia tidak hanya sebagai mahkluk dari dunia hewan dan tumbuhan, tetapi juga sebagai pemilik kekuatan yang besar untuk melakukan adaptasi. Setiap masyarakat memiliki kemampuan dan cara‐ cara adaptasi dan
  • 23. 23 interaksi berbeda yang diwariskan dari generasi ke generasi dan selanjutnya dikembangkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan unsur‐ unsur budaya masyarakat. Manusia pola adaptasinya lebih tinggi hal ini karena kebudayaan yang yang mereka miliki. Adaptasi dari iklim‐ iklim dan perubahannya menyebabkan manusia mampu tetap bertahan dan lestari di permukaan bumi (Rudi Hilmanto 2009, 2010d). Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh manusia, mereka belajar mengubah dan mempengaruhi kondisi alamiah dan terus menyesuaikan diri dengan memenuhi semua kebutuhannya yang tak terbatas. Alam mempengaruhi kebudayaan manusia yang dibahas di atas merupakan konsep ras (race) atau keturunan yang dihubungkan dengan sifat‐ sifat kebudayaan bangsa‐ bangsa yang berbeda. Keturunan yang berbeda‐ beda dihubungkan dengan pengaruh alam secara umum dan iklim pada khususnya. Sehingga alam dipandang sebagai faktor penting yang mempengaruhi kebudayaan baik secara langsung dan tidak langsung dengan berkembangnya keturunan‐ keturunan manusia dan sifat‐ kemampuan berbeda‐ beda (j.b.a.f. Mayor Polak 1979). Manusia memiliki budaya yang tidak bisa lepas dari bagian lingkungan biotik dan lingkungan abiotik, sehingga untuk tujuan kelestarian alam dan kelestarian manusia, kita harus menjaga keseimbangan antara ketiga unsur tersebut yaitu budaya, lingkungan biotik, dan lingkungan abiotik. Hal ini menunjukan bahwa semua aktivitas budaya manusia tidak boleh menyebabkan rusaknya atau terganggunya lingkungan biotik dan abiotik sebagai sumberdaya untuk memenuhi semua aktivitas hidup manusia yang tak terbatas. Dengan budaya, khususnya pengetahuan dan teknologi yang dimiliki bisa menyebabkan terjadi eksploitasi, terganggu, dan bencana alam sehingga kelestarian manusiapun menjadi terancam, tetapi bisa juga menjadi usaha dan sarana untuk menjaga kelestarian/pemeliharaan alam dan manusia. Bentuk interaksi dan adaptasi manusia dengan alam, yaitu: adanya aktivitas manusia mengubah bentang alam di bumi ini, baik lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Membuka ladang, melakukan domestikasi hewan‐ tumbuhan, melakukan penghijauan, membuat bendungan, dan membuat sistem irigasi
  • 24. 24 merupakan contoh bentuk interaksi dan adaptasi manusia. Manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya tidak bisa lepas dengan faktor geografis. Menurut N. Daldjoeni (1982) kehidupan manusia dipengaruhi oleh 8 (delapan) faktor geografis, yaitu : 1. Relief menentukan dalam kegiatan transportasi; perbedaan relief yang sangat berbeda menyebabkan perbedaan iklim. 2. Sumber‐ sumber mineral/sumberdaya alam bisa menimbulkan kondisi konflik di daerah tersebut. 3. Perbandingan luas daratan dengan luas lautan/sungai suatu wilayah yang menentukan apakah masyarakat tersebut merupakan wilayah agraris atau wilayah maritim yang mempengaruhi pada mata pencaharian masyarakatnya. 4. Tanah yang menentukan tingkat kesuburan daerah. Tanah yang subur menyebabkan tidak meratanya jumlah kepadatan penduduk. 5. Jenis flora dan fauna yang mempengaruhi kegiatan ekonomi dan kondisi pangan, sandang, dan papan. 6. Air sangat menentukan suatu wilayah dapat atau tidak untuk dihuni dengan baik untuk daerah non maritim. 7. Lokasi serta unsur relasi spatial (keruangan) lainya seperti posisi, jarak dengan tempat lain; suatu daerah memiliki luas dan bentuk yang berarti adanya persatuan bangsa, pertumbuhan ekonomi, serta kontak dengan daerah lain baik secara budaya maupun politik. 8. Iklim menentukan jenis makanan/minuman yang dikonsumsi. Daerah yang agraris mempengaruhi hasil pertanian. Musim sedikit banyak mempengaruhi sistem kerja masyarakat sepanjang tahun terutama di daerah agraris atau maritim N. Daldjoeni (1982) juga menyimpulkan bahwa manusia dalam hal ini tidak pasrah hanya pada kekuatan alam saja dan menanti memperoleh giliran untuk diubah oleh alam; manusia berperan sebagai tokoh penting dalam aktivitas alam. Alam bukanlah pengendali manusia tetapi sebagai kawan yang berdampingan dan jika perlu sebagai budaknya. Unsur‐ unsur lingkungan secara umum dibagi menjadi empat, yaitu:
  • 25. 25 1. Unsur biotik contoh: tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. 2. Unsur abiotik contoh: iklim, relief, air, mineral. 3. Unsur geografis: letak lintang dan bujur, jarak antar daerah, dan luas daerah . 4. Unsur teknik: gedung, jaringan listrik, komunikasi, jaringan jalan. Dirangkum dari buku N. Daljdoeni (1982) berjudul Pengantar Geografi untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah, paham‐ paham interaksi manusia dengan alam seperti: Inklusionisme dan eksklusionisme, determinisme, possibilisme, dan cultural environment alam memberikan sumbangan pemikiran untuk ilmu entoekologi. Secara rinci pemikiran paham‐ paham tersebut adalah: a. Inklusionisme dan ekslusionisme Menurut Elder (1972) manusia sebagai makhluk biologis berinteraksi dengan alam. Manusia merupakan bagian dari tumbuhan dan hewan. Peran manusia pada ekologi sama seperti peran tumbuhan dan hewan di lingkungan, dalam hal ini manusia ada yang berperan sebagai parasit, predator, epifit dan sebagainya. Paham yang menyebutkan bahwa manusia bagian di dalam alam disebut inklusionisme. Alam jika dilihat dari sudut pandang di luar dari bagian manusia, dipandang sebagai kawan/berdampingan, yaitu: dapat diatur dengan ilmu dan teknologi untuk kesejahteraan dan keinginan manusia dan/atau lawan, yaitu: dapat memberikan kehancuran pada manusia dan paham ini disebut eksklusionisme. Ahli ilmu geografi dalam pengertian geography as human ecology, melukiskan manusia sebagai bagian dari unsur di luar lingkungan abiotis dan lingkungan biotis. Manusia dalam menjaga kelestariannya maka harus menjaga keseimbangan tiga unsur yang ada di alam, yaitu: manusia, lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Hal ini menunjukan segala aktifitas manusia jangan sampai merusak lingkungan biotik dan lingkungan abiotik sebagai sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas. Teknologi modern yang ada menyebabkan terjadinya eksploitasi dan eksplorasi sumberdaya yang pada akhirnya mengancam kelestarian manusia itu sendiri. Tindakan konservasi
  • 26. 26 (conservation) lingkungan alam dan pelestarian alam (preservation) bertujuan untuk menjaga kelestarian manusia. REFERENSI : Microsoft Word - buku etnoekologi 8 (batukarinfo.com) BUKU REFRENSI IMU LINGKUNGAN-2016..pdf (warmadewa.ac.id) Microsoft Word - Bio_Suhartini2 UNY.doc blog.unnes.ac.id/nurulkhairunnisa/wp-content/uploads/sites/2078/2015/11/Makalah- Paradigma-dan-Etika-Lingkungan.pdf Sosiologi Lingkungan: Sebuah Pengantar | Fahrudin HMBlog (wordpress.com) symbion.pbio.uad.ac.id/prosiding/prosiding/ID_316_Dika Agustia Indrati_Revisi_Hal 371-382.pdf PENGERTIAN EKOLOGI MANUSIA - ARTI DEFINISI PENGERTIAN (arti-definisi- pengertian.info) http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:dFu3QOZ- gesJ:repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/321/EKOLOGI-dan-LINGKUNGAN- HIDUP.pdf+&cd=15&hl=id&ct=clnk&gl=id https://queenichmiracle.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html