3. KOMPETENSI DASAR
1. Menyebutkan pengertian, kedudukan dan
fungsi Al Qur’an, Hadits dan Ijtihad
sebagai sumber hukum Islam
2. Menjelaskan pengertian, kedudukan dan
Fungsi Al Qur’an, Hadits dan Ijtihad
3. Menerapkan hukum taklifi dalam
kehidupan
4. PENGERTIAN
• Sumber hukum Islam adalah asal (tempat pengambilan)
hukum Islam
• Sumber hukum Islam sering pula disebut dengan dasar
hukum atau dalil hukum
6. 1. AL-QURAN
Pengertian Al Qur’an:
•Al Qur’an adalah Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Shalallah Alaihi Wasallam, dengan perantaraan
malaikat Jibril, diawali surat Al Fatihah dan di akhiri surat An Nas,
membacanya bernilai ibadah dan akan mendapat rahmat Allah.
•Al Qur’an berisi 30 juz, 114 surat dan 6236 ayat ( Pendapat ini
disampaikan oleh Abu Amr ad-Dani dalam kitab al-Bayan, (Tafsir
Ibnu Katsir, 1/98).
7. KEDUDUKAN DAN
FUNGSI AL QUR’AN
• Al-Quran adalah sumber hukum pertama dan utama.
• Al-Qur’an memuat kaidah-kaidah hukum fundamental (asasi) baik dalam
ibadah, muamalah maupun akhlak
• Al Quran adalah wahyu Allah yg berfungsi sbg mukjizat bagi Nabi
Muhammad dan seluruh umat manusia.
• Al Qur’an sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim dan
• Sebagai penyempurna kitab-kitab Allah sebelumnya (Taurat, Zabur dan
Injil)
8. SEJARAH PENULISAN
AL QUR’AN
Semasa Rasulullah masih hidup (Tahap Pertama)
• Al Qur’an pada mulanya belum dituliskan
• Para sahabat belajar dan menghafalnya langsung dari
Rasulullah dan diamalkan.
• Para penghafal pada zaman Rasulullah adalah: Khulafaur
Rasyidin, Abdullah bin Mas’ud, Salim bekas budak Abu
Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit
dan Abu Darda Radhiyallahu ‘anhum.
• Oleh karena itu, siapa saja dari kalangan mereka yang
mendengar satu ayat, dia akan langsung menghafalnya atau
menuliskannya dengan sarana seadanya di pelepah kurma,
potongan kulit, permukaan batu atau tulang belikat unta.
9. PENULISAN AL-QUR’AN
PADA MASA ABU BAKAR
SIDDIK (TAHAP KEDUA)
Dilakukan pada tahun 12 Hijriyah. Penyebabnya adalah, pada perang Yamamah
banyak dari kalangan Al-Qurra’ (penghafal Al Qur’an) yang syahid, di antaranya
Salim bekas budak Abu Hudzaifah .Maka Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu
memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur’an agar tidak hilang. bahwa Umar
bin Khaththab mengemukakan pandangan tersebut kepada Abu Bakar setelah
selesainya perang Yamamah. Abu Bakar tidak mau melakukannya karena takut
dosa, sehingga Umar terus-menerus mengemukakan pandangannya sampai Allah
Subhanahu wa Ta’ala membukakan pintu hati Abu Bakar untuk hal itu, dia lalu
memanggil Zaid Ibn Tsabit Radhiyallahu ‘anhu, di samping Abu Bakar berdiri
Umar, Abu Bakar mengatakan kepada Zaid : “Sesunguhnya engkau adalah
seorang yang masih muda dan berakal cemerlang, kami tidak meragukannmu,
engkau dulu pernah menulis wahyu untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
maka sekarang carilah Al-Qur’an dan kumpulkanlah!”, Zaid berkata : “Maka
akupun mencari dan mengumpulkan Al-Qur’an dari pelepah kurma, permukaan
batu cadas dan dari hafalan orang-orang. Mushaf tersebut berada di tangan Abu
Bakar hingga dia wafat, kemudian dipegang oleh Umar hingga wafatnya, dan
kemudian di pegang oleh Hafsah Binti Umar Radhiyallahu ‘anhuma
10. PADA MASA UTSMAN
BIN AFFAN (TAHAP
KETIGA)
Pada tahun 25 Hijriyah. Sebabnya adalah perbedaan kaum
muslimin pada dialek bacaan Al-Qur’an sesuai dengan
perbedaan mushaf-mushaf yang berada di tangan para sahabat
Radhiyallahu ‘anhum. Hal itu dikhawatirkan akan menjadi fitnah,
maka Utsman Radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk
mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf
sehingga kaum muslimin tidak berbeda bacaannya kemudian
bertengkar pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akhirnya
berpecah belah.
11. Kemudian Utsman memerintahkan Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Az-
Zubair, Sa’id Ibnul Ash dan Abdurrahman Ibnul Harits Ibn Hisyam
Radhiyallahu ‘anhum untuk menuliskannya kembali dan
memperbanyaknya. Zaid Ibn Tsabit berasal dari kaum Anshar
sementara tiga orang yang lain berasal dari Quraisy. Utsman
mengatakan kepada ketiganya : “Jika kalian berbeda bacaan dengan
Zaid bin Tsabit pada sebagian ayat Al-Qur’an, maka tuliskanlah
dengan dialek Quraisy, karena Al-Qur’an diturunkan dengan dialek
tersebut!”, merekapun lalu mengerjakannya dan setelah selesai,
Utsman mengembalikan mushaf itu kepada Hafshah dan
mengirimkan hasil pekerjaan tersebut ke seluruh penjuru negeri
Islam serta memerintahkan untuk membakar naskah mushaf Al-
Qur’an selainnya.
12. PERBEDAAN
PENGUMPULAN AL QUR’AN
MASA ABU BAKAR DAN
UTSMAN
1. Tujuan dari pengumpulan Al-Qur’an di zaman Abu Bakar adalah
menuliskan dan mengumpulkan keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an dalam
satu mushaf agar tidak tercecer dan tidak hilang tanpa membawa kaum
muslimin untuk bersatu pada satu mushaf ; hal itu dikarenakan belih
terlihat pengaruh dari perbedaan dialek bacaan yang mengharuskannya
membawa mereka untuk bersatu pada satu mushaf Al-Qur’an saja.
2. Tujuan pengumpulan Al-Qur’an di zaman Utsman Radhiyallahu ‘anhu
adalah : Mengumpulkan dan menuliskan Al-Qur’an dalam satu mushaf
dengan satu dialek bacaan dan membawa kaum muslimin untuk bersatu
pada satu mushaf Al-Qur’an karena timbulnya pengaruh yang
mengkhawatirkan pada perbedaan dialek bacaan Al-Qur’an.
14. NAMA-NAMA
AL-QUR’AN
• Al Kitab artinya buku
• Al Furqan artinya pembeda
• Az-Zikr artinya pengingat
• Al-Huda artinya petunjuk
15. 2. AS SUNNAH
• As-Sunnah adalah segala perkataan,
perbuatan, ketetapan nabi Muhammad
SAW.
• Hadits adalah perkataan nabi Muhammad
SAW kepada para sahabat sehingga
menjadi hukum dan pedoman hidup.
Dari pengertian diatas, As Sunnah lebih
umum, sedangkan hadits hadits lebih
khusus.
16. HUBUNGAN AL QUR’AN
DAN AS SUNNAH
1. As-Sunnah berfungsi menjelaskan hukum-hukum yang masih bersifat
umum yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
Contoh: firman Allah:
“Dan dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama-orang-orang
yang rukuk (QS. Al Baqarah:43)
Tatacara shalat tidak diatur secara spesifik didalam Al-Qur’an namun diatur di
dalam Hadits nabi:
Shalatlah kalian, seperti apa yang kalian lihat aku Shalat (HR. Bukhari(
Keterangan: Tata cara shalat secara khusus diterangkan didalam Hadits, yaitu
dengan khusyu, dan menyempurnakan rukuk, sujud dan gerakan-gerakannya
hingga salam.
Begitu juga dengan zakat dan klasifikasinya, diterangkan di dalam As-Sunnah.
17. 2. Memperkokoh pernyataan yang ada didalam Al Qur’an.
Contoh ayat tentang puasa:
Firman Allah:
هههههههههههه فههههههههه فهههههههه فهههههه فهههههه
Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu (QS. Al Baqarah:285)
Ayat ini dikuatkan dengan hadits Nabi:
فهههههههههههه فهههههههههه فههههه فهههههه فهههههههههههه فهههههههههههه فه فههههههههههه فههههههه
فههههههههههه فهههه
Berpuasalah jika kalian melihat hilal (bulan) dan berbukalah jika kalian melihatnya,
jika bulan tidak terlihat maka genapkan bilagan itu menjadi 30 hari. (HR. Bukhari,
No. 1909)
19. HADITS SHAHIH
(KUAT)
• Secara bahasa, kata Shahih berarti sehat, yang selamat, yang
benar, yang sah, dan yang sempurna
• Secara istilah, hadits shahih adalah: Hadits yang bersambung
sanadnya hingga kepada Nabi Muhammad diriwayatkan
perawi yang adil dan dhabit (hafalannya kuat) sampai akhir
sanadnya, dan tidak terdapat kejanggalan dalam
periwayatannya.
Keterangan Istilah:
• Sanad: silsilah orang yang meriwayatkan hadits
• Dhabit: hafalannya kuat terpercaya lisan dan tulisan
• Matan: teks hadits
• Rawi adalah Orang yang meriwayatkan atau memberitakan Hadits
20. KRITERIA HADITS
SAHIH
1. Rangkaian perawi dalam sanad itu harus bersambung hingga
ke Rasulullah, mulai dari perawi pertama sampai perawi
terakhir.
2. Para perawinya harus terdiri dari orang-orang yang dikenal
tsiqat (terpercaya) adil dan dhabith (kuat hafalan dan
tulisannya).
3. Haditsnya terhindar dari ‘ilat (cacat) dan syadz (janggal), dan
4. Perawinya hidup sezaman
21. CONTOH HADITS
SHAHIH
عههههههع ههههههه عههههههه عههههههه عههههه عهههههه عههههه ع :عههههه عه عهههههه عههههههه عههههه عهههههههههه عههههه عهههه
ع :عههههه عه عهههههههههه عهههههههه عهههههههه عههههههه عهههه عههههههه عههههههه عههه ع :عههههههه عه عههههههههه عهههههههه
ع :عههههه ع .عههههههه عههههه ع :عههههه عه عهههه عههههه ع :عههههه ع .عههههههه عههههه ع :عههههه عه عهههه عههههه ع :عههههه ع .عههههههه
. عههههههه عههههه ع :عههههه عه عهههه عههههه
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, berkata, Seseorang
menemui Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, lalu berkata,”
Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku
perlakukan dengan baik?”, Rasulullah bersabda,”Ibumu, orang tu
berkata,”Lalu siapa lagi?”, Rasul menjawab,” Ibumu, orang itu
berkata lagi, Lalu siapa?”, Rasul menjawab, Ibumu, orang itu
berkata,” Lalu siapa lagi?”, Rasul menjawab,” Ayahmu”. (HR.
Bukhari dan Muslim)
22. HADITS HASAN
(BAIK)
• Secara bahasa, hasan artinya baik
• Secara istilah: “Hadits yang bersambung sanadnya,
diriwayatkan oleh perawi yang adil, yang kurang kuat daya
hafalannya hingga ke jalur terakhirnya, tidak terdapat
kejanggalan ataupun ‘illat di dalamnya.
• Kriteria hadits hasan:
Sanad haditsnya bersambung
Perawinya adil
Kurang kuat hafalannya
Haditsnya terhindar dari ‘ilat (cacat) dan syadz (janggal),
23. CONTOH HADITS
HASAN
عهههع هههع ه- عهههع ههههع ههه:ع هههع ه- عههع ههههع هههع ه- عههع ههه
عهههه عهههه :عههههه ع" هههههههه عهههه عههههههههه عههههههه عههههه عههههههه عههههه ع" ع -:عهههه عهههه
." هههههههههههه عههههههه عهههههه عهههه عهههههههههه عهههههه ع" :عههههه عهههههههه عههههههه عههه
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, Rasululllah
bersabda,”Sesungguhnya Allah memiliki keluarga
dikalangan manusia, Sahabat bertanya,” Siapakah mereka
wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Mereka adalah
ahlul qur’an (penghafal Al Qur’an), mereka adalah keluarga
khusus Allah” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
24. HADITS DHA’IF
(LEMAH)
• Secara bahasa, Dha’if artinya lemah
• Secara istilah: “Hadits yang tidak memuat kriteria hadits
shahih dan hasan, atau kehilangan syarat-syaratnya.
• Kriteria hadits dha’if:
Sumbernya bukan berasal dari Rasulullah
Sanadnya terputus
Perawinya fasik dan tidak adil
Hafalannya rusak
25. CONTOH HADITS
DHA’IF (LEMAH)
عههههههههههههه عههههه عههههههههه عههه عههههههه عههههههههه عهههه
ههههههههههههه
“ Barangsiapa yang beri’tikaf pada sepuluh hari (terakhir)
bulan Ramadhân, maka dia seperti telah menunaikan haji
dan umrah dua kali”. (HR. Baihaqi
• Syaikh al-Albâni rahimahullah dalam kitab beliau Dha’if
Jami’ish Shaghiir, no. 5460,
• Kejanggalan hadits diatas adalah pahala sunnah itikaf
mengalahkan pahala Haji yang wajib.
26. MENGAPA HADITS
DIKODIFIKASIKAN
(DITULISKAN?)
• Terdapat kesalahan di kalangan masyarakat islam anggapan
terhadap pepatah dalam bhs Arab yg dianggap sebagai
hadits. Contoh pepatah yang dianggap hadits:
ههههه عههههه عههههههههههه عهههههه عههههه عهههههههه
Ilmu tanpa diamalkan, ibarat pohon tak berbuah
هههههه عههههه عهههه
Siapa yang bersungguh-sungguh, ia akan sukses
• Kodifikasi hadits dilatarbelakangi oleh adanya usaha-usaha
untuk membuat dan menyebarluaskan hadits-hadits palsu di
kalangan umat Islam.
27. ULAMA-ULAMA HADITS
DAN KARYANYA
1. Shahih Bukhari karya Imam Bukhari
2. Shahih Muslim karya Imam Muslim
3. Sunan Abu Daud
4. Sunan An-Nasa’i
5. Sunan Tirmidzi
6. Sunan Ibnu Majah
7. Musnad Imam Ahmad
28. IJTIHAD
• Ijtihad berasal dari kata al -juhdu artinya bersungguh-sungguh
• ijtihad diartikan usaha ulama untuk mencurahkan seluruh
kemampuan dalam mendapatkan sebuah dalil hukum dalam
kasus baru yang tidak terdapat didalam Al Qur’an maupun
hadits
• Menggunakan akal sekuat mungkin utk menemukan sesuatu
keputusan hukum tertentu yg tdk ditetapkan secara eksplisit
(terbuka) dalam Al Quran dan Sunnah.
• Akal adalah kunci utk memahami ajaran dan hukum Islam.
29. SEGMENTASI
IJTIHAD
• Penggunaan pikiran utk menentukan hukum yg tdk
ditentukan secara eksplisit oleh Al-Quran dan Sunnah
Contoh: Hukum bayi tabung, jual beli saham, jual beli
online, zakat via transfer dll.
• Penggunaan pikiran dalam mengartikan, menafsirkan dan
mengambil kesimpulan dari suatu ayat atau hadits.
Contoh: ulama tafsir dan hasil karyanya ( Tafsir Ibnu
Katsir, Tafsir Jalalain dan sebagainya)
30. LANDASAN IJTIHAD
DALAM AL QUR’AN
عهههههههههع هههههههههههه عههههههه عههههههههه عههههههه عههههههههع ههههههههه عههه
عههههههع هههههه عهههههههههه عهههههه عههه عههههههههههههه عهههههه عهههههههه عههههههههه عهههههههه
عهههههه عهههههه عهههههههه عههههههههههه عههههههههه عههههههههههه عهههههههه عهههه عهههههههههههه
) عهههههههههه عهههههههههه59 (ع
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan
ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa:
59)
31. DALIL DARI HADITS
Ketika Nabi mengutus Sahabat Muadz bin Jabal ke Yaman
sebagai hakim Nabi bertanya: Bagaimana cara kamu
menghukumi suatu masalah? Muadz menjawab: Saya akan
putuskan dengan Al Qur’an. Nabi bertanya,”Apabila tidak
kamu temukan dalam Al-Quran?” Muadz menjawab,”Dengan
sunnah Rasulullah. Nabi bertanya: Kalau tidak kamu
temukan? Muadz menjawab,” Saya akan berijtihad dengan
pendapat saya dan tidak akan melihat ke lainnya. Muadz
berkata,” Lalu Nabi menepuk dadaku dan bersabda,”Segala
puji bagi Allah yang telah memberi pertolongan pada
utusannya seperti yang diharapkan Rasulullah.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
32. KEDUDUKAN DAN
FUNGSI IJTIHAD
• Ijtihad dilakukan oleh seorang mujtahid dengan syarat-syarat tertentu
saat tidak dijumpai hukum baik didalam Al Qur’an maupun Hadits.
• Ijtihad adalah buah akal manusia, bisa benar dan bisa juga salah,
dengan mempertimbangkan sebab akibat, manfaat dan maslahat.
• Ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan absolut, masih terbuka ruang
perbedaan pendapat, dan hal itu dibolehkan selama tidak
bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits.
Contoh: Jumlah rekaat shalat Tarawih, hukum musik, hukum
Isbal, hukum qunut, hukum mabit dan itikaf, hukum pemilu dan
masuk parlemen.
• Keputusan ijtihad hanya berlaku pada segolongan orang saja, dan
tidak mutlak berlaku kepada orang lain terkait tempat dan waktu.
Contoh: haramnya mengemudi seorang diri bagi wanita di Saudi.
33. SYARAT-SYARAT
MUJTAHID
1. Mengetahui hukum-hukum Islam dengan sempurna
2. Fasih berbahasa Arab
3. Hafal Al Qur’an dan ilmu-ilmu terkait didalamnya.
4. Hafal ribuan hadits, mengetahui kandungan kitab-kitab hadits
dan kitab penunjang.
5. Menguasai seluruh metodologi ijtihad.
6. Menguasai kaidah-kaidah fikih dan seluk beluk keilmuan
didalamnya.
7. Memiliki sifat dan akhlaq mulia; jujur, adil, berani dan
terpercaya.
35. 1. Qiyas
• Qiyas menurut bahasa Arab berarti menyamakan,
membandingkan atau mengukur, seperti menyamakan si A
dengan si B, karena kedua orang itu mempunyai tinggi yang
sama.
• Secara istilah, Qiyas adalah: Menetapkan hukum suatu
kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasarnya dengan cara
membandingkan pada suatu kejadian atau peristiwa yang lain
yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena
ada persamaan sifat antara kedua peristiwa itu.
36. CONTOH QIYAS
Contoh: Haramnya narkoba di qiyaskan kepada haramnya
minuman keras yang diharamkan di dalam Al Qur’an
Firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan." (QS. Al-Maidah: 90)
37. 2. IJMA’
• Ijma adalah kesepakatan para mujtahid dari umat nabi Muhammad
SAW, pada suatu masa, terhadap suatu hukum syariat.
• Dalam konteks sebuah negara, ijma digagas oleh Majelis Fatwa.
Contoh-contoh Ijma’:
• Kesepakatan ulama tentang haramnya seorang wanita muslimah
menikah dengan lelaki non muslim
• Wajibnya shalat fardhu
• Wajibnya puasa Ramadhan
• Menyembelih harus dengan menyebut nama Allah, jika tidak maka
hukum memakan dagingnya menjadi haram.
38. 3. ISTIHSAN
• Menurut bahasa, istihsan berarti menganggap baik atau mencari yang
baik. Menurut ulama ushul fiqh, ialah meninggalkan hukum yang telah
ditetapkan kepada hukum yang lainnya, pada suatu peristiwa atau
kejadian yang ditetapkan berdasar dalil syariat
Contoh:
• Umar Bin Khattab tidak menghukum potong tangan pada zamannya,
karena masa tersebut sedang krisis panjang dan marak pencurian untuk
menyambung hidup.
• Orang yang makan dan minum karena lupa saat ia sedang berpuasa.
Menurut kaidah umum, puasa orang ini batal karena telah memasukan
sesuatu kedalam tenggorokannya dan tidak menahan puasanya sampai
pada waktu berbuka. Akan tetapi hukum ini dikecualikan oleh hadits
Nabi Saw yang mengatakan: “Siapa yang makan atau minum karena
lupa ia tidak batal puasanya, karena hal itu merupakan rizki yang
diturunkan Allah kepadanya” (HR. At-Tirmidzi).
39. 4. MASLAHAH
MURSALAH
• Adalah menetapkan hukum yang tidak disyariatkan dalam Al
Qur’an dan Hadits tujuannya untuk kemaslahatan (kebaikan
manusia)
Contoh
• Sertifikat tanah
• Sertifikat halal makanan dan minuman
• Ijazah
• Menulis terjemahan Al Qur’an
• Surat nikah