Dokumen tersebut membahas tentang potensi integrasi budidaya tebu dan ternak sapi di Madura untuk menjawab ketahanan pangan dan energi. Limbah tebu dapat digunakan sebagai pakan ternak dan kotoran sapi sebagai pupuk organik untuk tebu. Kotoran sapi juga dapat dikonversi menjadi biogas sebagai energi alternatif.
1. Perpaduan Sapi Dan Tebu : Daging, Pupuk Organik, dan Biogas Dalam Menjawab
Ketahanan Pangan dan Energi
Madura selain dikenal sebagai pulau penghasil garam karena wilayahnya panas dan terik,
ternyata mempunyai potensi untuk budidaya tanaman tebu. Sekitar 250.000 hektare lahan di
Madura cukup potensial untuk dilakukan budidaya tanaman tebu seperti yang disampaikan oleh
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).
Direktur P3GI Aris Toharisman
menyebutkan bahwa lahan tersebut berpotensi untuk menghasilkan tebu antara 60 – 90 ton per
hektare dimana potensi areal itu bisa mendukung pasokan tebu untuk pembangunan 10 pabrik
gula baru dengan kapasitas giling masing – masing 10.000 ton tebu per hari (TCD), bahkan
sangat prospektif dikelola sebagai industri gula terpadu dan terintegrasi dengan industri berbasis
tebu seperti bioetanol, listrik, kertas, pakan ternak, dan pupuk organik.
Madura juga dikenal dengan budaya karapan sapi. Bagi masyarakat Madura, karapan sapi adalah
bentuk simbol prestige, bahkan dapat mengangkat status sosial bagi pemilik sapinya bila sapinya
menjadi juara dalam perlombaan tersebut. Oleh karena itu, usaha ternak sapi bukanlah hal yang
awam bagi masyarakat Madura.
Limbah tebu yang berupa pucuk daun dan daun rogesan sangat digemari oleh sapi. Ketertarikan
masyarakat Madura terhadap sapi bisa dijadikan peluang untuk memotivasi mereka berbudidaya
tanaman tebu. Limbah dari sapi yang berupa kotoran sapi dapat digunakan sebagai pupuk
kandang (pupuk organik) bagi tanaman tebu. Dengan penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk
organik dalam budidaya tebu dapat mengurangi aplikasi pupuk anorganik. Ini menunjukkan
bahwa petani tebu dapat menghemat pengeluaran operasional dalam proses pemupukan. Pupuk
organik yang dihasilkan 3 ekor sapi dewasa per tahun dapat menghemat aplikasi pupuk
anorganik sebesar 50% [Moch Romli dkk, 2012].
Untuk daerah kering dengan produktifitas tebu rata – rata 70 ton per hektare, limbah tebu per
hektare dapat mensubstitusi hijauan untuk 3 ekor sapi selama 180 hari, dimana nilai limbah tebu
untuk substitusi hijauan tersebut adalah Rp. 900.000 per ekor sapi [Moch Romli dkk, 2012].
Tetes tebu dapat dijadikan sebagai sumber energi bagi pakan ternak sapi. Penambahan 5% tetes
tebu dalam pakan ternak sapi akan menaikkan berat badan sapi karena meningkatkan jumlah
energi dalam pakan. Strategi ini menggabungkan budidaya tanaman tebu dan ternak sapi yang
simbiosis mutualisme.
2. Indonesia saat ini tergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan daging nasional
dikarenakan belum mampu untuk swasembada. Indonesia mengimpor dari Australia lebih dari 35
ribu ton daging untuk memenuhi kebutuhan daging nasional.
Dengan demikian, perusahaan selain berperan aktif dalam pemenuhan kebutuhan gula nasional,
perusahaan juga dapat berperan aktif dalam pemenuhan kebutuhan daging nasional. Setiap
tahunnya konsumsi daging sebesar 1,72 kg / kapita dengan peningkatan sebesar 0,1 kg / kapita
tiap tahunnya. Sedangkan penduduk Indonesia diatas 220 juta jiwa.
Disamping itu, sapi juga ternyata ikut ambil bagian dalam menjawab energi alternatif pengganti
minyak bumi. Energi alternatif tersebut berasal dari kotoran sapi yang selama ini dianggap
sangat menjijikkan dan cuma dijadikan sebagai pupuk organik. Energi alternatif yang dihasilkan
oleh kotoran sapi ini dikenal dengan sebutan biogas.
Saat ini, pemerintah menjalankan program hemat energi. Program hemat energi diperlukan
kesadaran dari masyarakat dan industri akan pentingnya hemat energi. Laju pertumbuhan
konsumsi energi di Indonesia mencapai 6,8% dan ini jauh lebih besar dibanding dengan laju
konsumsi energi di dunia yang hanya sekitar 2% seperti yang disampaikan oleh Dirjen Listrik
dan Pemanfaatan Energi Yogo Pratomo.
Disamping itu, persediaan minyak dunia, terutama dari fosil, semakin menipis. Para peneliti atau
para ahli dituntut untuk terus berpikir mencari cara supaya kebutuhan energi tetap terpenuhi.
Energi merupakan kebutuhan vital kehidupan manusia. Akhir – akhir ini muncul berbagai
macam teknologi yang berusaha memberikan kontribusi untuk memenuhi kebutuhan energi.
Dunia otomotif misalnya, telah diciptakan mobil bertenaga surya yang berasal dari sinar
matahari. Ini dilakukan sebagai salah satu langkah untuk mengurangi ketergantungan terhadap
minyak dunia terutama dari fosil.
Biogas merupakan salah satu energi alternatif yang bisa dioptimalkan. Biogas dapat mengurangi
ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi dimana minyak bumi tidak bisa
diperbaharui. Manfaat dari biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar yang dapat
dipergunakan untuk memasak dalam skala rumah tangga, dan dapat digunakan sebagai
pembangkit energi listrik dalam skala besar.
Menurut (Sri Wahyuni, 2008) limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya
(slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tanaman, nilai kalori dari satu meter kubik biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan
3. setengah liter minyak diesel oleh karena itu, biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, Liquefied Petroleum Gas (LPG),
butana, batubara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil. 1 m3 Biogas setara dengan
Elpiji 0,46 kg dimana dapat digunakan untuk memasak, minyak tanah 0,62 liter dimana dapat
digunakan untuk skala rumah tangga, minyak solar 0,52 liter untuk BBM dan industri, bensin 0,8
liter untuk BBM dan industri, gas kota 1,50 m3, dan kayu bakar 3,50 kg.
Ini berarti bahwa sapi selain menghasilkan daging, juga dapat menghasilkan energi alternatif
yaitu biogas skala rumah tangga yang ramah lingkungan. Peternak sapi dapat memanfaat biogas
tersebut untuk memenuhi kebutuhan energi alternatif biogas skala rumah tangga yang ramah
lingkungan.
Biogas juga dapat dirubah menjadi energi listrik. Kekuatan daya listrik yang dihasilkan adalah 20
kVa, dimana mampu untuk digunakan untuk masyarakat dalam satu rukun tetangga (RT). Untuk
menghasilkan 20 kVa, diperlukan 100 ekor sapi yang menghasilkan kotoran sapi sekitar 2 ton
per hari . Setiap satu m3 biogas dapat memberikan daya listrik 1,25 Kwh, dan dipakai lampu
penerangan 60 watt selama 6 jam [green.kompasiana.com, 2013].
Biogas juga dapat dimanfaatkan menjadi pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk
kendaraan bermotor dimana dengan melakukan modifikasi pada tangki BBM yang
diperuntukkan biogas. 1 m3 Biogas setara dengan minyak solar 0,52 liter, dan setara dengan
bensin 0,8 liter [Sri Wahyuni, 2008].
Adapun ciri atau sifat khas dari biogas yaitu tidak berwarna, tidak beracun, ramah lingkungan,
mudah menyala (hanya bila ada udara / oksigen), berbau humus (daun busuk) dan hilang baunya
bila dibakar/menyala, dan terdiri dari bermacam gas (gas metan, uap air, gas asam arang, dan
lain – lain) [green.kompasiana.com, 2013].
Ini dapat dijadikan peluang bagi perusahaan untuk menjawab ketahanan energi nasional. Seperti
yang kita ketahui bahwa perusahaan telah mengembangkan kepada bioethanol untuk menjawab
permasalahan energi nasional. Dan biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi ini dapat
memperkaya produk perusahaan dalam memenuhi kebutuhan energi nasional. Biogas yang
dihasilkan ini dapat dijual kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN), ataupun kepada Pertamina,
dimana biogas dapat dirubah menjadi energi listrik ataupun pengganti bahan bakar minyak
(BBM).