Siapa Ki Ageng Gribig?
Malang Tempoe Doeloe Djilid Satoe, 2006, Hal 89-96)
- Nama aslinya Ario Pamoetjoeng
- Utusan Sunan Kalijaga untuk mengislamkan wilayah Malang
2. Malang Tempoe Doeloe Djilid Satoe, 2006, Hal 89-96)
1. Nama aslinya Ario Pamoetjoeng
2. Utusan Sunan Kalijaga untuk mengislamkan wilayah Malang
keterangan thoyibi Juru Kunci Makam Ki Ageng Gribig
1. Mendapat julukan Ki Ageng Gribig karena telah mengislamkan
orang dengan cara meng-gribig (massal)
2. Kemungkinan berasal dari Blora, Jawa Tengah
3. Majalah Liberty Edisi 1754, 16-31 Juli 1991, Hal. 31
1. Adik kandung sunan Giri
2. Suka berkelana untuk menimba Ilmu dan memperkuat iman
3. Membuka wilayah dan membuat pemukiman, menamai wilayah
tersebut Malang didasarkan pada kenyataan adanya Gunung
Buring dan deretan pegunungan yang melintang pada kiri dan
kanannya.
4. Penelitian oleh Kiai Sudja’ (Pencetus PKO Muhammadiyah)
1. Nama aslinya Pangeran Kedhanyang, putra Sunan Giri II
2. Bermukim di daerah Gribig, Jawa Timur
3. Adik dari sunan Giri IV/sunan Prapen
4. Leluhur dari K.H. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah)
5. Berhasil menumpas pemberontakan Adipati Sengguruh yang menyerang Giri
Kedhaton
Membuka jalan untuk menyebarkan islam di daerah Jaha, Wendit, Kipanjen,
Dinaya, dan Palawijen karena penguasanya kalah dalam perang
Bermukim di Gribig dan menyebarkan agama islam di Malang bersama Syekh
Manganti, paman Sunan Giri dan Adipati Sengguruh yang telah masuk islam
setelah kalah dalam perang pada tahun 1650-an
Ki Ageng Gribig membangun mushola di daerah Gribig dan digunakan untuk
berdakwah
6. Sempat terkendala dalam dakwah karena adanya pemberontakan dari
rakyat Sengguruh yang dipimpin oleh Raden Pramana, putra patih
majapahit yang menyebabkan Adipati Sengguruh mengungsi ke Hilir
Sungai Brantas.
Pasukan Demak yang melakukan ekspansi ke Jawa Timur dan
berhasil menaklukkan majapahit membantu pasukan Adipati
Sengguruh untuk merebut kembali dan berhasil memukul mundur
Raden Pramana (Hermanus De Graff, sejarawan Belanda)
7. Ki Ageng Gribig meninggal di Malang dan dimakamkan di dusun Gribig
(sekarang berada di Jalan Ki Ageng Gribig Gang II Kelurahan
Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang)
Tidak diketahui tahun meninggal dari Ki Ageng Gribig akan tetapi
makam Ki Ageng Gribig ditemukan oleh Bupati Malang pertama, R.A.A
Notodiningrat I yang memulai jabatannya pada 1819
Dikenal sebagai pendiri kota Malang yang ditandai dengan adanya
makam Aryo Panji Malang, Bapak dari Ki Ageng Gribig yang dimakamkan
di belakang masjid Jami’
8. Kesultanan Demak melakukan perluasan wilayah dan menyebarkan agama
islam di wilayah sengguruh (th. 1545)
Penyebaran islam di Malang berlanjut pada tahun 1830-an oleh mbah
Chamimudin, salah satu orang di Laskar Pangeran Diponegoro yang
melarikan di saat Perang Diponegoro (1825-1830), melalui pintu
utara Malang melakukan dakwah islam di daerah Singhasari.
Peninggalan dari penyebaran islam yang dilakukan oleh mbah
Chamimudin ini terlihat pada Pondok Pesantren Miftahul Falah dan
Masjid At-Thohiriyah yang beralamat di Jl. Bungkuk, No.49 Rt.4 Rw.4
Pagentan, Singosari, Malang