SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  20
‘AM DAN KHASH 
M A K A L A H 
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah 
" Ulumul Qur’an 2 " 
Dosen Pengampu : 
Afiful Ikhwan, M.Pd.I 
Oleh : 
KHUSNUL KOTIMAH 
2013.4.047.0001.1.001683 
PAI – Smt 3/ Sawo 
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH 
(STAIM) TULUNGAGUNG 
Nopember 2014
KATA PENGANTAR 
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah 
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan 
makalah ini. 
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW 
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama 
Islam. 
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini 
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala 
hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) 
Tulungagung Bapak Nurul Amin, M.Ag 
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan 
makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I 
3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam 
penyelesaian makalah. 
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a 
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi 
amal soleh di mata Allah SWT. Amin. 
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak 
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif, 
sehingga bisa diperbaiki seperlunya. 
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir 
amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh 
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin. 
ii 
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI 
Halaman Judul ……………………………………………….…..…....... i 
Kata Pengantar …………………………………………………..…........ ii 
Daftar Isi …………………………….....……………………..…. iii 
iii 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1 
B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2 
C. Tujuan Masalah …………………………………………. 2 
BAB II PEMBAHASAN 
‘AM DAN KHASH 
A. Pengertian ‘Am dan Shigat-Shigatnya …………...……....... 3 
B. Pembagian ‘Am …………….....................................…….... 6 
C. Pengertian Khash dan Bentuk-Bentuk Mukhasshish .............. 8 
D. Penjelasan Ayat ‘Am Yang Sudah Ditakhsis, Apakah Masih 
Merupakan Dalil/Hujjah?...................................................... 14 
BAB III PENUTUP 
Kesimpulan …………………………………………….. 15 
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 17
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. Latar Belakang Masalah 
Konteks Syar’iyyah di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis merupakan dua 
sumber hukum yang redaksinya menetapkan hukum syar’i. Dalam menggali nilai-nilai 
hukum pada sumber tersebut, tidak sepatutnya seseorang langsung menukil 
darinya tanpa terlebih dahulu menimbangnya. Padahal tidak semua lafazh yang 
ada mudah dipahami sehingga memungkinkan untuk langsung diambil. Ada 
beberapa pengklasifikasian lafazh yang ada di dalam nash syar’i yang selayaknya 
ditafsirkan terlebih dahulu. 
Konteks Al-Qur’an dan Al-Hadis tersebut bisa berupa lafadz umum atau 
khusus. Lafadz yang umum atau al-‘am, ketetapan hukumnya harus diartikan 
kepada semua satuannya secara pasti bila disana tidak ada dalil yang 
mengkhususkannya. Jika terdapat dalil yang mengkhususkan maka mengenai 
arahan hukumnya apakah pasti (qoth’iy) atau dugaan (dzonny). 
Al-Qur’an dan Al-Hadis juga ada yang berupa lafadz khusus (khash), 
maka hukum bisa ditetapkan secara pasti selama tidak ada dalil yang 
mentakwilkan atau memindahkan dan menghendaki arti yang lain. Dalam lafadz 
khash ini terdapat lafadz mutlak yang dapat menetapkan hukum secara absolute 
dengan catatan tidak ada dalil yang mengikatnya. Jika lafadz itu berbentuk 
perintah (‘amar), maka obyek yang diperintahkannya wajib, atau berbentuk 
larangan (nahi) maka obyek yang dilarang itu haram. Hal tersebut bila tidak ada 
dalil yang merubah dari keharusannya atau ketidak bolehannya. 
Pada makalah ini selanjutnya, penulis akan membahas beberapa hal 
berkenaan dengan lafazh yang ‘am dan Khash. Diharapkan dengan mengkaji dan 
memahami lafazh ‘am dan Khash, seseorang tidak lagi gegabah dalam menarik 
sebuah nash sebagai sebuah landasan dalam berbuat.
2 
B. Rumusan Masalah 
Dari pemaparan pendahuluan di atas, terdapat permasalahan – 
permasalahan sebagai berikut: 
1. Apa Pengertian Lafadz ‘Am dan Apa Saja Shigat-Shigatnya? 
2. Apa Saja Pembagian ‘Am? 
3. Apa Pengertian Lafadz Khash dan Apa Saja Bentuk-Bentuk Mukhasshish? 
4. Apakah Ayat ‘Am Yang Sudah Di-takhsis Masih Merupakan Dalil/Hujjah? 
C. Tujuan Masalah 
1. Untuk Mengetahui Pengertian Lafadz ‘Am Dan Shigat-Shigatnya. 
2. Untuk Mengetahui Pembagian ‘Am. 
3. Untuk Mengetahui Pengertian Lafadz Khash Dan Bentuk – Bentuk 
Mukhasshish. 
4. Untuk Mengetahui Penjelasan Ayat ‘Am Yang Sudah Ditakhsis.
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pengertian Ayat Yang ‘Am Dan Shighat-Shighatnya 
3 
1. Pengertian ‘Am 
Secara bahasa ‘Am berarti merata atau yang umum.1 Sedangkan secara 
istilah ‘Am ialah suatu lafadz yang menunjukan satu makna yang mencakup 
seluruh satuan yang tidak terbatas dalam jumlah tertentu.2 Atau juga lafadz yang 
menunjukan dimana ditempatkan secara lughowi dan semuanya itu berlaku untuk 
semua ifradnya.3 Para ulama Usul Fiqih memberikan definisi ‘am antara lain 
sebagai berikut: 
a. Menurut ulama Hanafiyah adalah setiap lafadz yang mencakup banyak, 
baik secara lafadz maupun makna. 
b. Menurut ulama Syafi’iyyah, diantaranya Al-Ghazali adalah satu lafadz 
yang dari satu segi menunjukan dua makna atau lebih. 
c. Menurut Al-Bazdawi adalah lafadz yang mencakup semua yang cocok 
untuk lafadz tersebut dengan satu kata.4 
2. Bentuk-bentuk (Shigat-shigat) ‘Am 
Bentuk-bentuk umum ada tujuh : 
a. Lafadz Kullun, jami’un, kaaffah, ma’asyar (artinya seluruhnya) Masing-masing 
lafal tersebut meliputi segala yang menjadi mudhaf ilaihi dari 
lafadh-lafadh itu.5 Contohnya : 
1Khairul Umam dan Ahyar Aminudin, Ushul Fiqih II (Bandung: Pustaka Setia, cet. II, 
2001), hlm. 61 
2Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 193 
3Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 225 
4Aziz Wahied, Lafadz 'Am Dan Khash, dalam 
http://azizwahied.blogspot.com/2012/11/lafadz-am-dan-khash.html, diakses pada sabtu, 27 
september 2014 pukul 11.52 
5Zaziratul Fariza, Pembahasan Lafazd Dari Segi Kandungan, dalam 
http://zazirazirafariza.blogspot.com/2014/06/pembahasan-lafazd-dari-segi-kandungan.html, 
diakses pada sabtu, 27 september 2014, pukul 12.02
4 
 Kullun ( (كُل 
كُل نٌَّ فْ سٌّ ذٌَّائِقَةٌُّ اٌّلْمَوْتٌِّ 
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.”(Q.S.Ali Imran : 
185)6 
 Jami’un ) )جََِيْعٌ 
هُوٌَّ اٌّلَّذِي خٌَّلَقٌَّ لٌَّكُمٌّْ مٌَّا فٌٌِّّ اٌّلَْْرْضٌِّ جٌََِّيعًا 
“Dialah (Allah) yang menciptakan untukmu apa yang ada dibumi, 
semuanya.” (QS Al Baqarah : 29)7 
 Kaaffah ) )كَافَّةًٌّ 
وَمَا أٌَّرْسَلْنَاكٌَّ إٌِّلٌَّّّكٌٌَّّافَّةًٌّ لٌِّلنَّاسٌٌِّّ 
“Dan kami tidak mengutus engkau (muhammad), melainkan 
kepada semua umat manusia.” (QS. Saba’ : 28)8 
 Ma’syar ) )مَعْشَرٌَّ 
يَا مٌَّعْشَرٌَّ اٌّلِْْ نٌّ وٌَّالِْْنْسٌِّ أٌَّلٌَّْ يٌَّأْتِكُمٌّْ رٌُّسُلٌٌّ مٌِّنْكُمٌّْ يٌَّ قُص و عٌٌَََّّلَيْكُمٌّْ آٌّيَاتٌِّ وٌَّي نُْذِرُوٌّنَكُمٌٌّّْ 
لِقَاءٌَّ يٌَّ وْمِكُمٌّْ هٌَّذَا 
“Wahai golongan jin dan manusia! bukankah sudah datang 
kepadamu rasul-rasul dari kalangan-mu sendiri, mereka 
menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku kepadamu dan 
memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari ini? (QS. Al- 
An’am : 130)9 
b. Isim Istifham ialah مَنٌّْ (siapa), مَا (apa), أَيْنٌَّ (dimana), أَ يٌّ (siapakah), dan مَتٌَّ 
(kapan). Contohnya : 
مَتٌَّ نٌَّصْرٌُّ اٌّللٌَِّّّ أٌَّلٌَّّ إٌِّ نٌٌَََّّّصْرٌَّ اٌّللٌَِّّّ قٌَّرِيبٌٌّ 
“Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan 
Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)10 
6Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), 
hlm. 74 
7Ibid., hlm. 05 
8Ibid., hlm. 431 
9Ibid., hlm. 144 
10Ibid., hlm. 33
5 
c. Isim Isyarat, seperti مَنٌّْ (barang siapa), مَا (apa saja), dan أَ يٌّ (yang mana 
saja). Contohnya : 
مَنٌّْ يٌَّ عْمَلٌّْ سٌُّوءًا يٌُُّْزٌَّ بٌِّهٌٌِّّ 
“Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan 
kejahatan itu.” (QS. An-Nisa’: 123)11 
d. Isim Mufrad yang makrifat dengan alif lam ) ال ( atau idhafah, Contohnya: 
أَحَلٌَّّ اٌّللٌَُّّّ اٌّلْبَ يْعٌَّ وٌَّحَرَّمٌَّ اٌّل رِبَا 
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengaharamkan riba.” (QS. Al- 
Baqarah: 275)12 
e. Jama’ yang dita’rifkan (makrifat) dengan alif lam atau dengan idhafah: 
Contohnya : 
 Makrifat dengan alif lam ) : )ال 
إِ اٌٌََّّّللٌََّّّ يٌُُِّ بٌّ اٌّلْمُقْسِطِيٌَّ 
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.” (QS. Al- 
Maidah: 42)13 
 Makrifat dengan idhafah : 
حُ رِمَتٌّْ عٌَّلَيْكُمٌّْ أٌُّمَّهَاتُكُمٌّْ 
“Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu.” (QS. An-Nisa’: 
23)14 
f. Isim Nakirah yang terletak sesudah Nafi, Contohnya : 
وَاتَّ قُوا يٌَّ وْمًا لٌٌَّّّ تٌََّْزِي نٌَّ فْسٌٌّ عٌَّنٌّْ نٌَّ فْ سٌّ شٌَّيْئًاٌّ 
“Dan takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat membela 
orang lain sedikit pun.” (QS. Al-Baqarah: 48)15 
11Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), 
hlm. 98 
12Ibid., hlm. 47 
13Ibid., hlm. 115 
14Ibid., hlm. 81 
15Ibid., hlm. 07
6 
g. Isim Maushul ( (اللََّّتٌِّْ ,الَّتٌِّ ,الَّذِينٌَّ ,الَّذِي 
إِ اٌٌََّّّلَّذِينٌَّ يٌَّأْكُلُو أٌٌَََّّمْوَالٌَّ اٌّلْيَتَامَى ظٌُّلْمًا إٌِّنَََّّا يٌَّأْكُلُو فٌٌٌََِّّّ بٌٌّّطُُونِِِمٌّْ نٌَّارًاٌّ 
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara 
zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya.” (QS. An- 
Nisa’: 10)16 
B. Pembagian ‘Am 
‘Am terbagi menjadi 2, yaitu: 
a) Umum Syumuliy 
Yaitu semua lafazh yang dipergunakan dan dihukumkan serta berlaku bagi 
seluruh pribadi, seperti : 
يَا أٌَّي هَا اٌّلنَّاسٌُّ اٌّتَّ قُوا رٌَّبَّكُمٌُّ اٌّلَّذِي خٌَّلَقَكُمٌّْ مٌِّنٌّْ نٌَّ فْ سٌّ وٌَّاحِدَ ةٌّ 
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan 
kamu dari diri yang satu (adam).” (Qs. A n-Nissa’: 1)17 
Dalam Ayat ini seluruh manusia dituntut untuk bertakwa tanpa kecuali, maka 
lafaz yang seperti ini dinamakan umum Syumuliy. 
b) Umum Badaliy 
Bagi suatu lafaz yang dipergunakan dan dihukumkan serta berlaku seperti 
Afrad (pribadi) seperti : 
يَا أٌَّي هَا اٌّلَّذِينٌَّ آٌّمَنُوا كٌٌُّّتِبٌَّ عٌَّلَيْكُمٌُّ اٌّلصِ يَامٌُّ كٌٌَّّمَاكٌٌُّّتِبٌَّ عٌَّلَى اٌّلٌَّّذِينٌَّ مٌِّنٌّْ قٌَّ بْلِكُمٌّْ لٌَّعَلَّكُمٌّْ تٌَّ تَّ قٌُّوٌََّ 
“Wahai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa 
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” 
(Q.S. Al-Baqarah: 183)18 
Sedangkan dalam ketetapan nash, bahwa ‘am itu terbagi menjadi tiga:19 
 Pertama adalah ‘am yang dimaksud secara qathi’ umum. Yaitu ‘am yang 
didampingi oleh qarinah, menafikan sasaran yang ditakhsiskan, seperti 
‘am yang terdapat pada firman Alloh Swt : 
16Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), 
hlm. 78 
17Ibid., hlm. 77 
18Ibid., hlm. 28 
19Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 231-233
7 
وَمَا مٌِّنٌّْ دٌَّابَّ ةٌّ فٌٌِّّ اٌّلَْْرْضٌِّ إٌِّلٌَّّّ عٌَّلَى اٌّللٌَِّّّ رٌِّزْقُ هَا 
“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan 
semuanya dijamin Allah rezekinya. (QS. Hud: 06).20 
وَجَعَلْنَا مٌِّنٌَّ اٌّلْمَاءٌِّ كٌٌُّّلٌَّّ شٌَّيْ ءٌّ حٌَّ يٌّ 
“Dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air.” (QS. Al- 
Anbiya’: 30)21 
Pada kedua ayat ini orang menetapkan bahwa sudah menjadi sunnatulloh 
ada ‘am yang tidak ditakhasiskan dan tidak pula dipertukarkan letaknya. 
Pada kedua ayat ini terdapat ‘am qathi’ menunjuk kepada umum. Tidak 
mengandung hal yang dimaksud khusus dengannya. 
 Kedua adalah ‘am yang dimaksud secara qathi khusus. Yaitu apa yang 
didampingi dengan qarinah, pada umumnya tetap menafikan dan 
menyatakan maksud sebagian dari ifradnya itu. Seperti firmanAllah yang 
berbunyi: 
وَلِلٌَِّّّ عٌَّلَى اٌّلنَّاسٌِّ حٌِّ جٌّ اٌّلْبَ يْتٌِّ 
“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah Melaksanakan 
ibadah haji ke Baitullah.” (QS. Ali-Imran: 97).22 
Manusia pada nash ini adalah umum. Dimaksud dengannya itu khusus 
para mukallaf. Menurut akal, tidak termasuk anak-anak dan orang gila. 
 Ketiga adalah ‘am makhsus. Yaitu ‘am mutlak yang tidak didampingi oleh 
qarinah, meniadakan hal-hal yang ditakhsiskan. Tidak ada qarinah yang 
menafikan dalilnya terhadap umum. Misalnya kebanyakan nash yang 
terdapat padanya sighat umum. Terlepas dari qarinah-qarinah lafdziah 
atau aqliah atau arfiah yang menyatakan umum, sebelum dikemukakan 
20Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), 
hlm. 222 
21Ibid., hlm. 324 
22Ibid., hlm. 62
8 
dalil yang mentakhsiskannya. Misalnya, perempuan-perempuan yang 
ditalak oleh suaminya harus menunggu (iddah).23 
وَالْمُطَلَّقَاتُ يٌَّ تَ رَبصَّْنَ بٌِّأَنْ فُسِهِنَّ ثٌَّلََّثَةَ قٌُّ رُو ءٌّ 
“Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) 
tiga kali quru.” (Al-Baqarah: 228).24 
C. Pengertian Khash Dan Bentuk-Bentuk Mukhasshis 
1. Pengertian Khash 
اللَّفْظُ اٌّلَّذِيْ وٌُّضِعَ لٌِّمَعْنىً وٌَّاحِدِ عٌَّلَى سٌَّبِيْلِ اٌّْلِْنْفِرَادٌِّ 
“Lafadz yang dari segi kebahasan, ditentukan untuk satu arti secara 
mandiri.”25 
Menurut bahasa khash artinya tertentu, sedangkan menurut istilah ushul 
fiqih khash ialah lafadz khash telah mengandung makna yang jelas baik jenis, 
jumlah, bentuk maupun ketentuan lainnya. Jika suatu nas mengandung arti khash 
maka dapat ditetapkan sebuah hukum yang pasti. Selama tidak terdapat dalil yang 
mentakwilnya, atau menghendaki arti lain dari padanya.26 
Pengertian khash (khusus) adalah lawan dari pengertian ‘am (umum). 
Dengan demikian bila telah memahami pengertian lafazh ‘am secara tidak 
lansung, juga dapat memahami pengertian lafazh khash. 
Pengertian al-khash menurut para tokoh-tokoh ushul fiqh adalah sebagai berikut: 
a. Adib Shalih 
Mendefenisikan Lafal al-Khash yang mengandung satu pengertian secara 
tunggal atau beberapa pengertian yang terbatas. 
23Aziz Wahied, Lafadz 'Am Dan Khash, dalam 
http://azizwahied.blogspot.com/2012/11/lafadz-am-dan-khash.html, diakses pada sabtu, 27 
september 2014 pukul 11.52 
24Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), 
hlm. 36 
25Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet ke-5, 2009), 
hlm. 87 
26Abdul Wahid Mahrus As’ad, Memahami Fiqih (Bandung: Armico, 2006), hlm. 78
9 
b. Abu Zahra 
Mendefenisikan Lafal al-Khash dalam nash syara’, menunjukan kepada 
pengertianya yang yang khas secara qaht’i (pasti) dan hukum yang 
terkandung dikandungya bersifat pasti (qaht’i) selama tidak ada indikasi 
yang menunjukan pengertian lain. Pendapat Abu Zahra ini disepakati oleh 
para ulama Ushul Fiqh.27 
c. Al Amidi 
Mendefinisikan al-Khash adalah satu lafazh yang tidak patut digunakan 
bersama oleh jumlah yang banyak. 
d. Al Khudahari Beik 
Mendefinisikan al-Khash adalah lafazh yang dari segi kebahasaan 
ditentukan untuk satu arti secara mandiri. 
e. Abdul Wahhab Abdul Salam Thawilah 
Berpendapat bahwa setiap lafal yang diungkapkan untuk menunjukkan 
satuan maknawi tertentu. 
f. Abdul Wahhab Khallaf 
Mendefinisikan yaitu lafal yang dipakai untuk menunjukkan seseorang, 
misalnya Muhammad atau semacamnya misalnya laki-laki.28 
Jadi pengertian al-Khash menurut penulis sendiri adalah suatu lafal yang 
telah jelas hukum yang terkandung di dalam nash, baik itu al-Qur’an maupun 
hadis Nabi sendiri, sebelum ada dalil yang menghendaki arti lain, hukum yang 
diambil dari khash ini adalah pasti (qath’i) bukan zhanny.29 
Adapun Pengkhususan ) التَّخْصِيْصِ ( secara bahasa : ) ضِ د اٌّلتَّ عْمِيْمِ ( lawan dari 
pengumuman. Dan secara istilah Takhshish ialah: 
27Satria Efendi, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet ke-3, 2009), 
hlm. 205 
28Abdul wahab khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 241 
29Handayani, Makalah- Ushul Fiqh- Lafal Al-Khash, dalam 
http://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/01/makalah-ushul-fiqh-lafal-al-khash.html, diakses 
pada Senin, 29 September 2014 pukul 11.11
10 
إِحْراَجُ بٌَّ عْضِكٌّاَ دٌََّاَخِلًَّ تٌََّْتَ اٌّلْعُمُوْمِ عٌَّلىَ تٌَّ قْدِيْرِ عٌَّدَمِ اٌّلمخَُصَّصٌِّ 
“Mengeluarkan sebagian apa-apa yang termasuk dalam yang umum itu menurut 
ukuran ketika tidak terdapat mukhasis” 
2. Bentuk-Bentuk Mukhasshis 
Mukhashish ada dua macam yaitu: 
a) Mukhasshish Muttasil 
Mukhasshish yang bersambung adalah apabila makna satu dalil yang 
mengkhususkan, berhubungan erat/bergantung pada kalimat umum 
sebelumnya. 
Adapun beberapa macam Mukhasshish muttasil antara lain : 
 Pengecualian 
Contoh firman Allah Surat Al-Ashar ayat 2-3 : 
إِ اٌٌََّّّلِْْنْسَا لٌٌَََّّفِي خٌُّسْ رٌّ )ٌّ 2( إٌِّلٌَّّّ اٌّلَّذِينٌَّ آٌّمَنُوا وٌَّعَمِلُوا اٌّلصَّالَِِاتٌِّ وٌَّتَ وٌَّا وََْا بٌِّالَِْ قٌٌّّ 
) وَتَ وَا وََْا بٌِّالصَّبٌِّْ )ٌّ 3 
“Sungguh, manusia berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang 
yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati 
untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran. (Al-‘Ashr: 
2- 3)30 
Jadi yang dikhususkan pada ayat tersebut adalah orang-orang yang 
beriman dan yang beramal Sholeh. 
 Syarat ) )الشرط 
وَب عُُولَتُ هُنٌَّّ أٌَّحَ قٌّ بٌِّرَدِ هِنٌَّّ فٌٌِّّ ذٌَّلِكٌَّ إٌِّ أٌٌََّّْرَادُوا إٌِّ لَََّْحًا 
“………dan para suami mereka lebih berhak kembali kepada mereka 
dalam (masa) itu, jika mereka (para suami) menghendaki perbaikan.” 
(Qs Al- Baqarah: 228)31 
30Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), 
hlm. 601 
31Ibid., hlm. 36
11 
Dalam ayat tersebut dikatakan, lebih berhak kembali pada istrinya. 
Maksudnya adalah dalam masa iddah, tetapi dengan syarat bila 
kembalinya itu dengan maksud ialah lafaz yang menujukakan pada 
ayat tersebut adalah “Jika” )َْ )إ 
 Sifat ( ( الصِ فَةٌُّ 
وَمَنْ قٌَّ تَلَ مٌُّؤْمِناً خٌَّطَاءً فٌَّ تَحْرِيْ رٌُّ رٌَّقَ بَةً مٌُّؤْمِنَ ةٌّ 
“Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman karena tersalah 
(hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang 
beriman.” (Qs. Al- An-Nisa’: 92)32 
Sifat yang mengkhususkan dalam ayat tersebut adalah sifat mukmin 
yakni yang diremehkan itu harus/dikhususkan pada hamba yang 
mukmin. 
 Kesudahan ) )الغاية 
Contoh firman Allah : 
وَلٌَّّ تٌَّ قْرَبُوهُنٌَّّ حٌَّتٌَّّ يٌَّطْهُرٌََّْ 
"....dan jangan kamu dekati mereka, sebelum mereka suci ... (Q.S Al-baqarah: 
222)33 
 Sebagai Ganti Keseluruhan ) )بَدَلُ اٌّلبَ عْضِ مٌِّنْ اٌّلكُلِ 
Contoh firman Allah : 
وَلِلٌَِّّّ عٌَّلَى اٌّلنَّاسٌِّ حٌِّ جٌّ اٌّلْبَ يْتٌِّ مٌَّنٌِّ اٌّسْتَطَاعٌَّ إٌِّلَيْهٌِّ سٌَّبِيلًٌَّّ 
“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah 
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang 
mampu mengadakan perjalanan ke sana…” (Ali-Imran: 97)34 
Lafazh ) مٌَّنٌّْ ( dan sesudahnya pada ayat tersebut , menghususkan 
keumuman sebelumnya, arti sebagian orang yang ‘mampu’ 
mengganti, keumuman wajibnya manusia untuk haji. 
32Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), 
hlm. 93 
33Ibid., hlm. 35 
34Ibid., hlm. 62
12 
b) Mukhasshish Munfasil 
Mukhasshish Munfasil adalah dalil umum / makna dalil yang sama 
dengan dalil atau makna dalil yang mengkhususkannya, masing- masing 
berdiri sendiri, Yakni tidak berkumpul tetapi terpisah. Mukhasshish 
Munfasil ada beberapa macam :35 
 Al-Qur’an di- Takhshish dengan Al-Qur’an 
Contohnya firman Allah : 
وَالْمُطَلَّقَاتٌُّ يٌَّ تَ رَبصَّْنٌَّ بٌِّأَنْ فُسِهِنٌَّّ ثٌَّلََّثَةٌَّ قٌُّ رُو ءٌّ 
“Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka 
(menunggu) tiga kali quru.” (Q.S A1-Baqarah : 228)36 
Ayat tersebut, umum : tercakup juga orang hamil makea datang ayat, 
lain yang mengkhususkan bagi wanita hamil yang berbunyi: 
وَاللََّّئِي لٌٌَّّْ يٌَُِّضْنٌَّ وٌَّأُولَّتٌُّ اٌّلَْْحَْْالٌِّ أٌَّجَلُهُنٌَّّ أٌَّ يٌٌََّّْضَعْنٌَّ حٌٌَّّْْلَهُنٌَّّ 
“ ……. dan begitu perempuan-perempuan yang tidak haid. 
sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka 
itu sampai mereka melahirkan kandungannya. (Q.S Al- Talaq: 4)37 
 Al-Qur’an di- Takhshish dengan Sunnah. Contoh firman Allah : 
يُو يَِكُمٌُّ اٌّللٌَُّّّ فٌٌِّّ أٌَّوْلَّدِكُمٌّْ لٌِّلذَّكَرٌِّ مٌِّثْلٌُّ حٌَّ ظٌّ اٌّلُْْنْ ثَ يَ يٌِّْ 
“Allah mensyari'atkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian 
warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak lelaki 
sama dengan bagian dua orang anak perempuan” (An- Nisaa: 11)38 
Ayat tersebut bersifat umum, yakni mencakup anak yang kafir, 
kemudian dataing hadist yang mengkususkannya berbunyi: 
35Ali Oktoda, Makalah 'Am Dan Khas, dalam http://simba-corp. 
blogspot.com/2012/03/makalah-am-dan-khas.html, diakses pada Sabtu, 27 september 2014 
pukul 11.11 
36Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), 
hlm. 36 
37Ibid., hlm. 558 
38Ibid., hlm. 78
13 
لَّ يٌّرُِثُ اٌّلمسُْلِمُ اٌّلكاَفِرِ وٌَّلَّ اٌّلكاَفِرِ اٌّلمسُْلِمٌِّ 
“Tidak boleh mewarisi seseorang musulim puda seorang kafir, dan 
tidak boleh (juga) kafir pada muslim (HR. Bukhari) 
 Sunnah di- Takhshish dengan Al-Qur’an 
 Sunnah di- Takhshish dengan Sunnah 
 Men- Takhshish dengan Qiyas 
لََ اٌّلْوَاجِدِ يٌُُِّل عٌِّرْضَهُ وٌَّعُقُوبَ تَهٌُّ 
“Menunda-nunda pembayaran bagi orang yang mampu, halal 
dilanggar kehormatannya dan boleh dihukum" (HR. Ahmad) 
Hadist tersebut ialah umum, yakni siapa saja yang menunda-nunda 
pembayaran hutang, padahal ia mampu untuk membayar, termasuk 
ibu atau bapak. Kemudian dikhususkan, yakni bukan termasuk ibu 
dan bapak dengan jalan meng-Qiyas firman Allah yang berbunyi : 
فَلٌََّّ تٌَّ قُلٌّْ لٌََّمَُا أٌُّ فٌّ 
“Maka sekali-kali Janganlah engkau mengatakan kepada keduanya 
perkataan "ah" (Qs Al-Isra: 23)39 
Tidak boleh memukul melanggar kehormatan kedua orang tua 
adalah hasil Qiyas dari larangan mencakup "ah" terhadap-Nya. 
Karena memukul atau melanggar kehormatan, lebih tinggi kadar 
menyakitkannya dari pada mengucap "ah". Qiyas yang demikian 
dinamakan Qiyas Qulawi. Sebagian ulama berpandangan bahwa 
yang demkian bukan dinamakan Qiyas Qulawi, tetapi diaebut 
Mafhum Muwafaqah.40 
39Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), 
hlm. 284 
40Ali Oktoda, Makalah 'Am Dan Khas, dalam http://simba-corp. 
blogspot.com/2012/03/makalah-am-dan-khas.html, diakses pada Sabtu, 27 september 2014 
pukul 11.11
14 
D. Penjelasan Ayat ‘Am Yang Sudah Ditakhsis, Apakah Masih Merupakan 
Dalil/Hujjah? 
Tidak sedikit lafazh ‘am yang terdapat di dalam Al Qur’an maupun hadits 
Nabi. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, bagaimana kedudukan lafazh 
‘am khususnya yang berkenaan dengan perbuatan yang dapat dihukumi. Ternyata 
polemik mengenai hal ini telah menjadi topik yang ramai diperbincangkan oleh 
para ulama sejak berabad-abad silam. Di antara pendapat para ulama yakni: 
1. Jumhur ulama menyatakan keharusan mencari dalil takhsis terlebih dahulu 
dan tidak mengamalkan lafazh ‘am sebelum hal tersebut dilakukan. Jika 
memang tidak ditemukan dalil yang mengkhususkannya, baru wajib 
mengamalkan lafazh yang ‘am.41 
2. Pendapat lain mengatakan bahwa wajib mengamalkan lafazh ‘am tanpa 
menunggu adanya penjelasan ataupun takhsisnya. 
Mengenai pendapat di atas, penulis cukup sepakat dengan pendapat 
jumhur ulama bahwa apabila ditemukan lafazh yang ‘am selayaknya dicari 
terlebih dahulu dalil lain yang mentakhsisnya. Hal ini berkesesuaian dengan 
sebuah kaidah di dalam ilmu fikih. 
اْلعَام بٌَّ عْدَ اٌّلتَّخْصِيْصِ حٌُّجَّةٌ فٌِِّ اٌّْلب اٌّْلعَام بٌَّ عْدَ اٌّلتَّخْصِيْصِ حٌُّجٌَّّةٌ فٌِِّ اٌّْلبَاقِى 
“’Am yang telah dikhususkan maka selebihnya dapat dijadikan hujjah”.42 
Contoh firman Allah dalam surat al A’raf ayat 32 dimana Allah 
memperbolehkan manusia untuk memakai segala perhiasan. Namun hal tersebut 
ditakhsis oleh sabda Nabi, sehingga memakai perhiasan yang terbuat dari emas 
dan perak adalah haram bagi laki-laki. Sedangkan apabila masih belum ditemukan 
dalil lain yang mentakhsiskannya setelah proses pencarian, maka wajib hukumnya 
untuk mengamalkan keumuman lafazh dari suatu nash hingga akhirnya ditemukan 
dalil yang mengkhususkan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Utsaimin, 
seorang ulama Hijaz, dalam bukunya al Ushul min ‘Ilmil Ushul.43 
41Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2 (Jakarta: Kencana, cet. V, 2009), hlm. 83 
42Muchlis Usman, Kaidah-Kaidah Istinbath Hukum Islam (Jakarta: Raja Grafindo 
Persada, cet. IV, 2002), hlm. 43. 
43Muhammad al Utsaimin, Ushul Fiqih (terjemah) (Jogjakarta: Media Hidayah, 2008), 
hlm. 58
BAB III 
PENUTUP 
15 
KESIMPULAN 
1. ‘Am ) العَامُ ( adalah suatu lafadz yang menunjukan satu makna yang mencakup 
seluruh satuan yang tidak terbatas dalam jumlah tertentu. Atau juga lafadz yang 
menunjukan dimana ditempatkan secara lughowi dan semuanya itu berlaku untuk 
semua ifradnya. 
Adapun Bentuk-bentuk (Shigat-shigat) ‘Am, yaitu: 
 Lafadz Kullun ) كُل (, Jami’un ) جََِيْعٌ (, Kaaffah ) كَافَّةًٌّ (, Ma’syar ) .)مَعْشَرٌَّ 
 Isim Istifham ialah مَنٌّْ (siapa), مَا (apa), أَيْنٌَّ (dimana), أَ يٌّ (siapakah), dan مَتٌَّ 
(kapan). 
 Isim Isyarat, seperti مَنٌّْ (barang siapa), مَا (apa saja), dan أَ يٌّ (yang mana saja). 
 Isim Mufrad yang makrifat dengan alif lam ) ال ( atau idhafah. 
 Jama’ yang dita’rifkan (makrifat) dengan alif lam atau dengan idhafah. 
 Isim Nakirah yang terletak sesudah Nafi. 
 Isim maushul ) )اللََّّتٌِّْ ,الَّتٌِّ ,الَّذِينٌَّ ,الَّذِي 
2. Pembagian ‘Am ) العَامُ ( , yaitu: 
a. Umum Syumuliy: Yaitu semua lafazh yang dipergunakan dan dihukumkan 
serta berlaku bagi seluruh pribadi 
b. Umum Badaliy: Bagi suatu lafaz yang dipergunakan dan dihukumkan serta 
berlaku seperti Afrad (pribadi) 
‘Am ) العَامُ ( juga terbagi menjadi tiga: 
 Pertama adalah ‘am yang dimaksud secara qathi’ umum 
 Kedua adalah ‘am yang dimaksud secara qathi khusus 
 Ketiga adalah ‘am makhsus
16 
3. Khash adalah Lafadz yang dari segi kebahasan, ditentukan untuk satu arti secara 
mandiri. Lafadz khash telah mengandung makna yang jelas baik jenis, jumlah, 
bentuk maupun ketentuan lainnya. 
Sedangkan Takhshish adalah mengeluarkan sebagian apa-apa yang termasuk 
dalam yang umum itu menurut ukuran ketika tidak terdapat mukhasis. 
Adapun Bentuk-Bentuk Mukhasshis, yaitu: 
 Mukhasshis Muttasil adalah apabila makna satu dalil yang mengkhususkan, 
berhubungan erat/bergantung pada kalimat umum sebelumnya. Dan macam-macamnya 
berupa: 
- Pengecualian 
- Syarat ) )الشرط 
- Sifat ) )الصِ فَةٌُّ 
- Kesudahan ) )الغاية 
- Sebagai Ganti Keseluruhan ) )بَدَلُ اٌّلبَ عْضِ مٌِّنْ اٌّلكُلِ 
 Mukhasshis Munfasil adalah dalil umum / makna dalil yang sama dengan 
dalil atau makna dalil yang mengkhususkannya, masing- masing berdiri 
sendiri. Yakni tidak berkumpul tetapi terpisah. Dan macam-macamnya 
berupa: Al-Qur’an di- Takhshish dengan Al-Qur’an; Al-Qur’an di- Takhshish 
dengan Sunnah; Sunnah di- Takhshish dengan Al-Qur’an; Sunnah di- 
Takhshish dengan Sunnah; Men- Takhshish dengan Qiyas 
4. Ayat ‘Am yang sudah diTakhsis, apakah masih merupakan dalil/Hujjah?: Apabila 
ditemukan lafazh yang ‘am selayaknya dicari terlebih dahulu dalil lain yang 
mentakhsisnya. Hal ini berkesesuaian dengan sebuah kaidah di dalam ilmu fikih. 
اْلعَام بٌَّ عْدَ اٌّلتَّخْصِيْصِ حٌُّجَّةٌ فٌِِّ اٌّْلب اٌّْلعَام بٌَّ عْدَ اٌّلتَّخْصِيْصِ حٌُّجٌَّّةٌ فٌِِّ اٌّْلبَاقِى 
“’Am yang telah dikhususkan maka selebihnya dapat dijadikan hujjah”
DAFTAR PUSTAKA 
Al-Utsaimin, Muhammad. 2008. Ushul Fiqih (terjemah). Jogjakarta: Media 
17 
Hidayah 
As’ad, Abdul Wahid Mahrus. 2006. Memahami Fiqih. Bandung: Armico 
Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: 
Diponegoro 
Efendi, Satria. 2009. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet. 3 
Fariza, Zaziratul. Pembahasan Lafazd Dari Segi Kandungan, dalam 
http://zazirazirafariza.blogspot.com/2014/06/pembahasan-lafazd-dari-segi-kandungan. 
html, diakses pada sabtu, 27 september 2014, pukul 12.02 
Handayani. Makalah- Ushul Fiqh- Lafal Al-Khash, dalam 
http://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/01/makalah-ushul-fiqh-lafal-al- 
khash.html, diakses pada Senin, 29 September 2014 pukul 11.11 
Khallaf, Abdul Wahab. 1999. Ilmu Ushul Fiqih. Jakarta: Rineka Cipta 
Oktoda, Ali. Makalah 'Am Dan Khas, dalam http://simba-corp. 
blogspot.com/2012/03/makalah-am-dan-khas.html, diakses pada 
Sabtu, 27 september 2014 pukul 11.11 
Syafe’i, Rachmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia 
Syarifuddin, Amir. 2009. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 
cet. 5 
Syarifuddin, Amir. 2009. Ushul Fiqh Jilid 2. Jakarta: Kencana, cet. 5 
Umam, Khairul dan Ahyar Aminudin. 2001. Ushul Fiqih II. Bandung: Pustaka 
Setia, cet. 2 
Usman, Muchlis. 2002. Kaidah-Kaidah Istinbath Hukum Islam. Jakarta: Raja 
Grafindo Persada, cet. 4 
Wahied, Aziz. Lafadz 'Am Dan Khash, dalam 
http://azizwahied.blogspot.com/2012/11/lafadz-am-dan-khash.html, 
diakses pada sabtu, 27 september 2014 pukul 11.52

Contenu connexe

Tendances

4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
Marhamah Saleh
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Rohman Efendi
 
Makalah ulumul quran terjemah
Makalah ulumul quran  terjemahMakalah ulumul quran  terjemah
Makalah ulumul quran terjemah
juniska efendi
 
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
Marhamah Saleh
 
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’anTugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
Nur Alfiyatur Rochmah
 

Tendances (20)

Naskh mansukh
Naskh mansukhNaskh mansukh
Naskh mansukh
 
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan RukhshahTerminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
 
Makalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhumMakalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhum
 
Makalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam MutasyabihMakalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam Mutasyabih
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
 
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam IslamFiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
 
Materi Al Qur'an
Materi Al Qur'anMateri Al Qur'an
Materi Al Qur'an
 
MENUNTUT ILMU
MENUNTUT ILMUMENUNTUT ILMU
MENUNTUT ILMU
 
Ilmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabihIlmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabih
 
Fiqh Muamalah Akad kafalah
Fiqh Muamalah Akad kafalahFiqh Muamalah Akad kafalah
Fiqh Muamalah Akad kafalah
 
PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
 
Makalah ulumul quran terjemah
Makalah ulumul quran  terjemahMakalah ulumul quran  terjemah
Makalah ulumul quran terjemah
 
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
 
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUFmakalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
 
Makalah IJTIHAD
Makalah IJTIHADMakalah IJTIHAD
Makalah IJTIHAD
 
Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
 
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’anTugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
 
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogssTafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun Nuzul
 

En vedette

3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
Marhamah Saleh
 
Kritik Sanad dan Matan Hadits
Kritik Sanad dan Matan HaditsKritik Sanad dan Matan Hadits
Kritik Sanad dan Matan Hadits
Fakhri Cool
 
Hadits tarbawi pendidikan masyarakat (indo)
Hadits tarbawi  pendidikan masyarakat (indo)Hadits tarbawi  pendidikan masyarakat (indo)
Hadits tarbawi pendidikan masyarakat (indo)
solehanlovesallah
 
Ushul Fiqh tentang al ahkam
Ushul Fiqh tentang al ahkamUshul Fiqh tentang al ahkam
Ushul Fiqh tentang al ahkam
Amar Hanafie
 
Pendidikan anak usia dini dalam perspektif islam
Pendidikan anak usia dini dalam perspektif islamPendidikan anak usia dini dalam perspektif islam
Pendidikan anak usia dini dalam perspektif islam
lizelwati
 

En vedette (20)

PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Ushul fiqh 2
Ushul fiqh 2Ushul fiqh 2
Ushul fiqh 2
 
Lafadz ‘am
Lafadz ‘amLafadz ‘am
Lafadz ‘am
 
makalah-Ta'wil dan nasakh
makalah-Ta'wil dan nasakhmakalah-Ta'wil dan nasakh
makalah-Ta'wil dan nasakh
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
 
Presentasi fikih kel. 2
Presentasi fikih kel. 2Presentasi fikih kel. 2
Presentasi fikih kel. 2
 
An-Nahyu (Ushul Fiqih B)
An-Nahyu (Ushul Fiqih B)An-Nahyu (Ushul Fiqih B)
An-Nahyu (Ushul Fiqih B)
 
makalah Ctl dan paikem
makalah Ctl dan paikem makalah Ctl dan paikem
makalah Ctl dan paikem
 
Kritik Sanad dan Matan Hadits
Kritik Sanad dan Matan HaditsKritik Sanad dan Matan Hadits
Kritik Sanad dan Matan Hadits
 
Hadits tarbawi pendidikan masyarakat (indo)
Hadits tarbawi  pendidikan masyarakat (indo)Hadits tarbawi  pendidikan masyarakat (indo)
Hadits tarbawi pendidikan masyarakat (indo)
 
Ushul Fiqh tentang al ahkam
Ushul Fiqh tentang al ahkamUshul Fiqh tentang al ahkam
Ushul Fiqh tentang al ahkam
 
Makalah kaidah ushuliyah
Makalah kaidah ushuliyahMakalah kaidah ushuliyah
Makalah kaidah ushuliyah
 
Revisi manajemen khusnul kotimah
Revisi   manajemen khusnul kotimahRevisi   manajemen khusnul kotimah
Revisi manajemen khusnul kotimah
 
Ushul fiqh hukum taklifi
Ushul fiqh hukum taklifiUshul fiqh hukum taklifi
Ushul fiqh hukum taklifi
 
Pendidikan anak usia dini dalam perspektif islam
Pendidikan anak usia dini dalam perspektif islamPendidikan anak usia dini dalam perspektif islam
Pendidikan anak usia dini dalam perspektif islam
 
Usul Fiqh dan Kaedah Fiqh
Usul Fiqh dan Kaedah FiqhUsul Fiqh dan Kaedah Fiqh
Usul Fiqh dan Kaedah Fiqh
 
Pancasila ppt
Pancasila pptPancasila ppt
Pancasila ppt
 
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
 
Usul fiqh, rukhsah.
Usul fiqh, rukhsah.Usul fiqh, rukhsah.
Usul fiqh, rukhsah.
 
Makalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadi
Makalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadiMakalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadi
Makalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadi
 

Similaire à Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
Muli Bluelovers
 
Makalah amsal-quran
Makalah amsal-quranMakalah amsal-quran
Makalah amsal-quran
Riri Rizki
 

Similaire à Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2) (20)

مقلة العلوم القرآن
مقلة العلوم القرآنمقلة العلوم القرآن
مقلة العلوم القرآن
 
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdf
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdfMutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdf
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdf
 
Mantuq dan Mafhum.pdf
Mantuq dan Mafhum.pdfMantuq dan Mafhum.pdf
Mantuq dan Mafhum.pdf
 
bab Nahi
bab Nahibab Nahi
bab Nahi
 
Mantuq dan Mafhum.docx
Mantuq dan Mafhum.docxMantuq dan Mafhum.docx
Mantuq dan Mafhum.docx
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
 
Makalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhumMakalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhum
 
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benarMutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
 
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docxMutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
 
Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh
Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa MansukhUlumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh
Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh
 
Makalah isim..
Makalah isim..Makalah isim..
Makalah isim..
 
Mutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.docxMutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.docx
 
Mutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.pdf
Mutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.pdfMutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.pdf
Mutlaq dan Muqqayyad, Amr dan Nahy.pdf
 
Makalah Qashash Al qur'an
Makalah Qashash Al qur'anMakalah Qashash Al qur'an
Makalah Qashash Al qur'an
 
Sah
SahSah
Sah
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
Makalah ijtihad stais
Makalah ijtihad staisMakalah ijtihad stais
Makalah ijtihad stais
 
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
 
Makalah amsal-quran
Makalah amsal-quranMakalah amsal-quran
Makalah amsal-quran
 

Plus de Khusnul Kotimah

Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiiiPpt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
Khusnul Kotimah
 
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiiiPpt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
Khusnul Kotimah
 

Plus de Khusnul Kotimah (14)

Aswaja tugas uts khusnul kotimah
Aswaja   tugas uts khusnul kotimahAswaja   tugas uts khusnul kotimah
Aswaja tugas uts khusnul kotimah
 
Ppt manajemen khusnul kotimah
Ppt   manajemen khusnul kotimahPpt   manajemen khusnul kotimah
Ppt manajemen khusnul kotimah
 
Ppt ctl dan paikem
Ppt ctl dan paikemPpt ctl dan paikem
Ppt ctl dan paikem
 
Ppt strategi pembelajaran
Ppt strategi pembelajaranPpt strategi pembelajaran
Ppt strategi pembelajaran
 
Revisi MAKALAH penggunaan metode dalam pembelajaran dan strategi pembelajaran...
Revisi MAKALAH penggunaan metode dalam pembelajaran dan strategi pembelajaran...Revisi MAKALAH penggunaan metode dalam pembelajaran dan strategi pembelajaran...
Revisi MAKALAH penggunaan metode dalam pembelajaran dan strategi pembelajaran...
 
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
 
Populasi dan Instrumen untuk Metode (Penelitian) Kuantitatif
Populasi dan Instrumen untuk Metode (Penelitian) KuantitatifPopulasi dan Instrumen untuk Metode (Penelitian) Kuantitatif
Populasi dan Instrumen untuk Metode (Penelitian) Kuantitatif
 
Makalah Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)
Makalah Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)Makalah Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)
Makalah Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)
 
PPT Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)
PPT Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)PPT Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)
PPT Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)
 
Ppt ulumul qur’an ii
Ppt ulumul qur’an iiPpt ulumul qur’an ii
Ppt ulumul qur’an ii
 
Ppt ulumul qur’an 2
Ppt ulumul qur’an 2Ppt ulumul qur’an 2
Ppt ulumul qur’an 2
 
Urutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiii
Urutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiiiUrutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiii
Urutan surat dan ayat al qur'an asliiiiiii
 
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiiiPpt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
 
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiiiPpt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
 

Dernier

Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pillsAbortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
achmadwalidi444
 
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvsagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
ademahdiyyah
 
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
ahmadirhamni
 
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
Monhik1
 
2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa
2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa
2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa
mcnoob1
 
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggiKEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
LookWWE
 

Dernier (10)

Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pillsAbortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
 
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
 
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvsagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
 
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
 
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
 
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghhKELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
 
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
 
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptPertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
 
2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa
2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa
2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa
 
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggiKEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
 

Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

  • 1. ‘AM DAN KHASH M A K A L A H Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah " Ulumul Qur’an 2 " Dosen Pengampu : Afiful Ikhwan, M.Pd.I Oleh : KHUSNUL KOTIMAH 2013.4.047.0001.1.001683 PAI – Smt 3/ Sawo PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGAGUNG Nopember 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam. Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Tulungagung Bapak Nurul Amin, M.Ag 2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I 3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah. Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh di mata Allah SWT. Amin. Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif, sehingga bisa diperbaiki seperlunya. Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin. ii (PENYUSUN)
  • 3. DAFTAR ISI Halaman Judul ……………………………………………….…..…....... i Kata Pengantar …………………………………………………..…........ ii Daftar Isi …………………………….....……………………..…. iii iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2 C. Tujuan Masalah …………………………………………. 2 BAB II PEMBAHASAN ‘AM DAN KHASH A. Pengertian ‘Am dan Shigat-Shigatnya …………...……....... 3 B. Pembagian ‘Am …………….....................................…….... 6 C. Pengertian Khash dan Bentuk-Bentuk Mukhasshish .............. 8 D. Penjelasan Ayat ‘Am Yang Sudah Ditakhsis, Apakah Masih Merupakan Dalil/Hujjah?...................................................... 14 BAB III PENUTUP Kesimpulan …………………………………………….. 15 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 17
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah Konteks Syar’iyyah di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis merupakan dua sumber hukum yang redaksinya menetapkan hukum syar’i. Dalam menggali nilai-nilai hukum pada sumber tersebut, tidak sepatutnya seseorang langsung menukil darinya tanpa terlebih dahulu menimbangnya. Padahal tidak semua lafazh yang ada mudah dipahami sehingga memungkinkan untuk langsung diambil. Ada beberapa pengklasifikasian lafazh yang ada di dalam nash syar’i yang selayaknya ditafsirkan terlebih dahulu. Konteks Al-Qur’an dan Al-Hadis tersebut bisa berupa lafadz umum atau khusus. Lafadz yang umum atau al-‘am, ketetapan hukumnya harus diartikan kepada semua satuannya secara pasti bila disana tidak ada dalil yang mengkhususkannya. Jika terdapat dalil yang mengkhususkan maka mengenai arahan hukumnya apakah pasti (qoth’iy) atau dugaan (dzonny). Al-Qur’an dan Al-Hadis juga ada yang berupa lafadz khusus (khash), maka hukum bisa ditetapkan secara pasti selama tidak ada dalil yang mentakwilkan atau memindahkan dan menghendaki arti yang lain. Dalam lafadz khash ini terdapat lafadz mutlak yang dapat menetapkan hukum secara absolute dengan catatan tidak ada dalil yang mengikatnya. Jika lafadz itu berbentuk perintah (‘amar), maka obyek yang diperintahkannya wajib, atau berbentuk larangan (nahi) maka obyek yang dilarang itu haram. Hal tersebut bila tidak ada dalil yang merubah dari keharusannya atau ketidak bolehannya. Pada makalah ini selanjutnya, penulis akan membahas beberapa hal berkenaan dengan lafazh yang ‘am dan Khash. Diharapkan dengan mengkaji dan memahami lafazh ‘am dan Khash, seseorang tidak lagi gegabah dalam menarik sebuah nash sebagai sebuah landasan dalam berbuat.
  • 5. 2 B. Rumusan Masalah Dari pemaparan pendahuluan di atas, terdapat permasalahan – permasalahan sebagai berikut: 1. Apa Pengertian Lafadz ‘Am dan Apa Saja Shigat-Shigatnya? 2. Apa Saja Pembagian ‘Am? 3. Apa Pengertian Lafadz Khash dan Apa Saja Bentuk-Bentuk Mukhasshish? 4. Apakah Ayat ‘Am Yang Sudah Di-takhsis Masih Merupakan Dalil/Hujjah? C. Tujuan Masalah 1. Untuk Mengetahui Pengertian Lafadz ‘Am Dan Shigat-Shigatnya. 2. Untuk Mengetahui Pembagian ‘Am. 3. Untuk Mengetahui Pengertian Lafadz Khash Dan Bentuk – Bentuk Mukhasshish. 4. Untuk Mengetahui Penjelasan Ayat ‘Am Yang Sudah Ditakhsis.
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ayat Yang ‘Am Dan Shighat-Shighatnya 3 1. Pengertian ‘Am Secara bahasa ‘Am berarti merata atau yang umum.1 Sedangkan secara istilah ‘Am ialah suatu lafadz yang menunjukan satu makna yang mencakup seluruh satuan yang tidak terbatas dalam jumlah tertentu.2 Atau juga lafadz yang menunjukan dimana ditempatkan secara lughowi dan semuanya itu berlaku untuk semua ifradnya.3 Para ulama Usul Fiqih memberikan definisi ‘am antara lain sebagai berikut: a. Menurut ulama Hanafiyah adalah setiap lafadz yang mencakup banyak, baik secara lafadz maupun makna. b. Menurut ulama Syafi’iyyah, diantaranya Al-Ghazali adalah satu lafadz yang dari satu segi menunjukan dua makna atau lebih. c. Menurut Al-Bazdawi adalah lafadz yang mencakup semua yang cocok untuk lafadz tersebut dengan satu kata.4 2. Bentuk-bentuk (Shigat-shigat) ‘Am Bentuk-bentuk umum ada tujuh : a. Lafadz Kullun, jami’un, kaaffah, ma’asyar (artinya seluruhnya) Masing-masing lafal tersebut meliputi segala yang menjadi mudhaf ilaihi dari lafadh-lafadh itu.5 Contohnya : 1Khairul Umam dan Ahyar Aminudin, Ushul Fiqih II (Bandung: Pustaka Setia, cet. II, 2001), hlm. 61 2Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 193 3Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 225 4Aziz Wahied, Lafadz 'Am Dan Khash, dalam http://azizwahied.blogspot.com/2012/11/lafadz-am-dan-khash.html, diakses pada sabtu, 27 september 2014 pukul 11.52 5Zaziratul Fariza, Pembahasan Lafazd Dari Segi Kandungan, dalam http://zazirazirafariza.blogspot.com/2014/06/pembahasan-lafazd-dari-segi-kandungan.html, diakses pada sabtu, 27 september 2014, pukul 12.02
  • 7. 4  Kullun ( (كُل كُل نٌَّ فْ سٌّ ذٌَّائِقَةٌُّ اٌّلْمَوْتٌِّ “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.”(Q.S.Ali Imran : 185)6  Jami’un ) )جََِيْعٌ هُوٌَّ اٌّلَّذِي خٌَّلَقٌَّ لٌَّكُمٌّْ مٌَّا فٌٌِّّ اٌّلَْْرْضٌِّ جٌََِّيعًا “Dialah (Allah) yang menciptakan untukmu apa yang ada dibumi, semuanya.” (QS Al Baqarah : 29)7  Kaaffah ) )كَافَّةًٌّ وَمَا أٌَّرْسَلْنَاكٌَّ إٌِّلٌَّّّكٌٌَّّافَّةًٌّ لٌِّلنَّاسٌٌِّّ “Dan kami tidak mengutus engkau (muhammad), melainkan kepada semua umat manusia.” (QS. Saba’ : 28)8  Ma’syar ) )مَعْشَرٌَّ يَا مٌَّعْشَرٌَّ اٌّلِْْ نٌّ وٌَّالِْْنْسٌِّ أٌَّلٌَّْ يٌَّأْتِكُمٌّْ رٌُّسُلٌٌّ مٌِّنْكُمٌّْ يٌَّ قُص و عٌٌَََّّلَيْكُمٌّْ آٌّيَاتٌِّ وٌَّي نُْذِرُوٌّنَكُمٌٌّّْ لِقَاءٌَّ يٌَّ وْمِكُمٌّْ هٌَّذَا “Wahai golongan jin dan manusia! bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalangan-mu sendiri, mereka menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari ini? (QS. Al- An’am : 130)9 b. Isim Istifham ialah مَنٌّْ (siapa), مَا (apa), أَيْنٌَّ (dimana), أَ يٌّ (siapakah), dan مَتٌَّ (kapan). Contohnya : مَتٌَّ نٌَّصْرٌُّ اٌّللٌَِّّّ أٌَّلٌَّّ إٌِّ نٌٌَََّّّصْرٌَّ اٌّللٌَِّّّ قٌَّرِيبٌٌّ “Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)10 6Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 74 7Ibid., hlm. 05 8Ibid., hlm. 431 9Ibid., hlm. 144 10Ibid., hlm. 33
  • 8. 5 c. Isim Isyarat, seperti مَنٌّْ (barang siapa), مَا (apa saja), dan أَ يٌّ (yang mana saja). Contohnya : مَنٌّْ يٌَّ عْمَلٌّْ سٌُّوءًا يٌُُّْزٌَّ بٌِّهٌٌِّّ “Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu.” (QS. An-Nisa’: 123)11 d. Isim Mufrad yang makrifat dengan alif lam ) ال ( atau idhafah, Contohnya: أَحَلٌَّّ اٌّللٌَُّّّ اٌّلْبَ يْعٌَّ وٌَّحَرَّمٌَّ اٌّل رِبَا “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengaharamkan riba.” (QS. Al- Baqarah: 275)12 e. Jama’ yang dita’rifkan (makrifat) dengan alif lam atau dengan idhafah: Contohnya :  Makrifat dengan alif lam ) : )ال إِ اٌٌََّّّللٌََّّّ يٌُُِّ بٌّ اٌّلْمُقْسِطِيٌَّ “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.” (QS. Al- Maidah: 42)13  Makrifat dengan idhafah : حُ رِمَتٌّْ عٌَّلَيْكُمٌّْ أٌُّمَّهَاتُكُمٌّْ “Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu.” (QS. An-Nisa’: 23)14 f. Isim Nakirah yang terletak sesudah Nafi, Contohnya : وَاتَّ قُوا يٌَّ وْمًا لٌٌَّّّ تٌََّْزِي نٌَّ فْسٌٌّ عٌَّنٌّْ نٌَّ فْ سٌّ شٌَّيْئًاٌّ “Dan takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat membela orang lain sedikit pun.” (QS. Al-Baqarah: 48)15 11Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 98 12Ibid., hlm. 47 13Ibid., hlm. 115 14Ibid., hlm. 81 15Ibid., hlm. 07
  • 9. 6 g. Isim Maushul ( (اللََّّتٌِّْ ,الَّتٌِّ ,الَّذِينٌَّ ,الَّذِي إِ اٌٌََّّّلَّذِينٌَّ يٌَّأْكُلُو أٌٌَََّّمْوَالٌَّ اٌّلْيَتَامَى ظٌُّلْمًا إٌِّنَََّّا يٌَّأْكُلُو فٌٌٌََِّّّ بٌٌّّطُُونِِِمٌّْ نٌَّارًاٌّ “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya.” (QS. An- Nisa’: 10)16 B. Pembagian ‘Am ‘Am terbagi menjadi 2, yaitu: a) Umum Syumuliy Yaitu semua lafazh yang dipergunakan dan dihukumkan serta berlaku bagi seluruh pribadi, seperti : يَا أٌَّي هَا اٌّلنَّاسٌُّ اٌّتَّ قُوا رٌَّبَّكُمٌُّ اٌّلَّذِي خٌَّلَقَكُمٌّْ مٌِّنٌّْ نٌَّ فْ سٌّ وٌَّاحِدَ ةٌّ “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari diri yang satu (adam).” (Qs. A n-Nissa’: 1)17 Dalam Ayat ini seluruh manusia dituntut untuk bertakwa tanpa kecuali, maka lafaz yang seperti ini dinamakan umum Syumuliy. b) Umum Badaliy Bagi suatu lafaz yang dipergunakan dan dihukumkan serta berlaku seperti Afrad (pribadi) seperti : يَا أٌَّي هَا اٌّلَّذِينٌَّ آٌّمَنُوا كٌٌُّّتِبٌَّ عٌَّلَيْكُمٌُّ اٌّلصِ يَامٌُّ كٌٌَّّمَاكٌٌُّّتِبٌَّ عٌَّلَى اٌّلٌَّّذِينٌَّ مٌِّنٌّْ قٌَّ بْلِكُمٌّْ لٌَّعَلَّكُمٌّْ تٌَّ تَّ قٌُّوٌََّ “Wahai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Q.S. Al-Baqarah: 183)18 Sedangkan dalam ketetapan nash, bahwa ‘am itu terbagi menjadi tiga:19  Pertama adalah ‘am yang dimaksud secara qathi’ umum. Yaitu ‘am yang didampingi oleh qarinah, menafikan sasaran yang ditakhsiskan, seperti ‘am yang terdapat pada firman Alloh Swt : 16Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 78 17Ibid., hlm. 77 18Ibid., hlm. 28 19Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 231-233
  • 10. 7 وَمَا مٌِّنٌّْ دٌَّابَّ ةٌّ فٌٌِّّ اٌّلَْْرْضٌِّ إٌِّلٌَّّّ عٌَّلَى اٌّللٌَِّّّ رٌِّزْقُ هَا “Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. (QS. Hud: 06).20 وَجَعَلْنَا مٌِّنٌَّ اٌّلْمَاءٌِّ كٌٌُّّلٌَّّ شٌَّيْ ءٌّ حٌَّ يٌّ “Dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air.” (QS. Al- Anbiya’: 30)21 Pada kedua ayat ini orang menetapkan bahwa sudah menjadi sunnatulloh ada ‘am yang tidak ditakhasiskan dan tidak pula dipertukarkan letaknya. Pada kedua ayat ini terdapat ‘am qathi’ menunjuk kepada umum. Tidak mengandung hal yang dimaksud khusus dengannya.  Kedua adalah ‘am yang dimaksud secara qathi khusus. Yaitu apa yang didampingi dengan qarinah, pada umumnya tetap menafikan dan menyatakan maksud sebagian dari ifradnya itu. Seperti firmanAllah yang berbunyi: وَلِلٌَِّّّ عٌَّلَى اٌّلنَّاسٌِّ حٌِّ جٌّ اٌّلْبَ يْتٌِّ “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah Melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.” (QS. Ali-Imran: 97).22 Manusia pada nash ini adalah umum. Dimaksud dengannya itu khusus para mukallaf. Menurut akal, tidak termasuk anak-anak dan orang gila.  Ketiga adalah ‘am makhsus. Yaitu ‘am mutlak yang tidak didampingi oleh qarinah, meniadakan hal-hal yang ditakhsiskan. Tidak ada qarinah yang menafikan dalilnya terhadap umum. Misalnya kebanyakan nash yang terdapat padanya sighat umum. Terlepas dari qarinah-qarinah lafdziah atau aqliah atau arfiah yang menyatakan umum, sebelum dikemukakan 20Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 222 21Ibid., hlm. 324 22Ibid., hlm. 62
  • 11. 8 dalil yang mentakhsiskannya. Misalnya, perempuan-perempuan yang ditalak oleh suaminya harus menunggu (iddah).23 وَالْمُطَلَّقَاتُ يٌَّ تَ رَبصَّْنَ بٌِّأَنْ فُسِهِنَّ ثٌَّلََّثَةَ قٌُّ رُو ءٌّ “Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali quru.” (Al-Baqarah: 228).24 C. Pengertian Khash Dan Bentuk-Bentuk Mukhasshis 1. Pengertian Khash اللَّفْظُ اٌّلَّذِيْ وٌُّضِعَ لٌِّمَعْنىً وٌَّاحِدِ عٌَّلَى سٌَّبِيْلِ اٌّْلِْنْفِرَادٌِّ “Lafadz yang dari segi kebahasan, ditentukan untuk satu arti secara mandiri.”25 Menurut bahasa khash artinya tertentu, sedangkan menurut istilah ushul fiqih khash ialah lafadz khash telah mengandung makna yang jelas baik jenis, jumlah, bentuk maupun ketentuan lainnya. Jika suatu nas mengandung arti khash maka dapat ditetapkan sebuah hukum yang pasti. Selama tidak terdapat dalil yang mentakwilnya, atau menghendaki arti lain dari padanya.26 Pengertian khash (khusus) adalah lawan dari pengertian ‘am (umum). Dengan demikian bila telah memahami pengertian lafazh ‘am secara tidak lansung, juga dapat memahami pengertian lafazh khash. Pengertian al-khash menurut para tokoh-tokoh ushul fiqh adalah sebagai berikut: a. Adib Shalih Mendefenisikan Lafal al-Khash yang mengandung satu pengertian secara tunggal atau beberapa pengertian yang terbatas. 23Aziz Wahied, Lafadz 'Am Dan Khash, dalam http://azizwahied.blogspot.com/2012/11/lafadz-am-dan-khash.html, diakses pada sabtu, 27 september 2014 pukul 11.52 24Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 36 25Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet ke-5, 2009), hlm. 87 26Abdul Wahid Mahrus As’ad, Memahami Fiqih (Bandung: Armico, 2006), hlm. 78
  • 12. 9 b. Abu Zahra Mendefenisikan Lafal al-Khash dalam nash syara’, menunjukan kepada pengertianya yang yang khas secara qaht’i (pasti) dan hukum yang terkandung dikandungya bersifat pasti (qaht’i) selama tidak ada indikasi yang menunjukan pengertian lain. Pendapat Abu Zahra ini disepakati oleh para ulama Ushul Fiqh.27 c. Al Amidi Mendefinisikan al-Khash adalah satu lafazh yang tidak patut digunakan bersama oleh jumlah yang banyak. d. Al Khudahari Beik Mendefinisikan al-Khash adalah lafazh yang dari segi kebahasaan ditentukan untuk satu arti secara mandiri. e. Abdul Wahhab Abdul Salam Thawilah Berpendapat bahwa setiap lafal yang diungkapkan untuk menunjukkan satuan maknawi tertentu. f. Abdul Wahhab Khallaf Mendefinisikan yaitu lafal yang dipakai untuk menunjukkan seseorang, misalnya Muhammad atau semacamnya misalnya laki-laki.28 Jadi pengertian al-Khash menurut penulis sendiri adalah suatu lafal yang telah jelas hukum yang terkandung di dalam nash, baik itu al-Qur’an maupun hadis Nabi sendiri, sebelum ada dalil yang menghendaki arti lain, hukum yang diambil dari khash ini adalah pasti (qath’i) bukan zhanny.29 Adapun Pengkhususan ) التَّخْصِيْصِ ( secara bahasa : ) ضِ د اٌّلتَّ عْمِيْمِ ( lawan dari pengumuman. Dan secara istilah Takhshish ialah: 27Satria Efendi, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet ke-3, 2009), hlm. 205 28Abdul wahab khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 241 29Handayani, Makalah- Ushul Fiqh- Lafal Al-Khash, dalam http://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/01/makalah-ushul-fiqh-lafal-al-khash.html, diakses pada Senin, 29 September 2014 pukul 11.11
  • 13. 10 إِحْراَجُ بٌَّ عْضِكٌّاَ دٌََّاَخِلًَّ تٌََّْتَ اٌّلْعُمُوْمِ عٌَّلىَ تٌَّ قْدِيْرِ عٌَّدَمِ اٌّلمخَُصَّصٌِّ “Mengeluarkan sebagian apa-apa yang termasuk dalam yang umum itu menurut ukuran ketika tidak terdapat mukhasis” 2. Bentuk-Bentuk Mukhasshis Mukhashish ada dua macam yaitu: a) Mukhasshish Muttasil Mukhasshish yang bersambung adalah apabila makna satu dalil yang mengkhususkan, berhubungan erat/bergantung pada kalimat umum sebelumnya. Adapun beberapa macam Mukhasshish muttasil antara lain :  Pengecualian Contoh firman Allah Surat Al-Ashar ayat 2-3 : إِ اٌٌََّّّلِْْنْسَا لٌٌَََّّفِي خٌُّسْ رٌّ )ٌّ 2( إٌِّلٌَّّّ اٌّلَّذِينٌَّ آٌّمَنُوا وٌَّعَمِلُوا اٌّلصَّالَِِاتٌِّ وٌَّتَ وٌَّا وََْا بٌِّالَِْ قٌٌّّ ) وَتَ وَا وََْا بٌِّالصَّبٌِّْ )ٌّ 3 “Sungguh, manusia berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran. (Al-‘Ashr: 2- 3)30 Jadi yang dikhususkan pada ayat tersebut adalah orang-orang yang beriman dan yang beramal Sholeh.  Syarat ) )الشرط وَب عُُولَتُ هُنٌَّّ أٌَّحَ قٌّ بٌِّرَدِ هِنٌَّّ فٌٌِّّ ذٌَّلِكٌَّ إٌِّ أٌٌََّّْرَادُوا إٌِّ لَََّْحًا “………dan para suami mereka lebih berhak kembali kepada mereka dalam (masa) itu, jika mereka (para suami) menghendaki perbaikan.” (Qs Al- Baqarah: 228)31 30Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 601 31Ibid., hlm. 36
  • 14. 11 Dalam ayat tersebut dikatakan, lebih berhak kembali pada istrinya. Maksudnya adalah dalam masa iddah, tetapi dengan syarat bila kembalinya itu dengan maksud ialah lafaz yang menujukakan pada ayat tersebut adalah “Jika” )َْ )إ  Sifat ( ( الصِ فَةٌُّ وَمَنْ قٌَّ تَلَ مٌُّؤْمِناً خٌَّطَاءً فٌَّ تَحْرِيْ رٌُّ رٌَّقَ بَةً مٌُّؤْمِنَ ةٌّ “Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman karena tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman.” (Qs. Al- An-Nisa’: 92)32 Sifat yang mengkhususkan dalam ayat tersebut adalah sifat mukmin yakni yang diremehkan itu harus/dikhususkan pada hamba yang mukmin.  Kesudahan ) )الغاية Contoh firman Allah : وَلٌَّّ تٌَّ قْرَبُوهُنٌَّّ حٌَّتٌَّّ يٌَّطْهُرٌََّْ "....dan jangan kamu dekati mereka, sebelum mereka suci ... (Q.S Al-baqarah: 222)33  Sebagai Ganti Keseluruhan ) )بَدَلُ اٌّلبَ عْضِ مٌِّنْ اٌّلكُلِ Contoh firman Allah : وَلِلٌَِّّّ عٌَّلَى اٌّلنَّاسٌِّ حٌِّ جٌّ اٌّلْبَ يْتٌِّ مٌَّنٌِّ اٌّسْتَطَاعٌَّ إٌِّلَيْهٌِّ سٌَّبِيلًٌَّّ “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana…” (Ali-Imran: 97)34 Lafazh ) مٌَّنٌّْ ( dan sesudahnya pada ayat tersebut , menghususkan keumuman sebelumnya, arti sebagian orang yang ‘mampu’ mengganti, keumuman wajibnya manusia untuk haji. 32Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 93 33Ibid., hlm. 35 34Ibid., hlm. 62
  • 15. 12 b) Mukhasshish Munfasil Mukhasshish Munfasil adalah dalil umum / makna dalil yang sama dengan dalil atau makna dalil yang mengkhususkannya, masing- masing berdiri sendiri, Yakni tidak berkumpul tetapi terpisah. Mukhasshish Munfasil ada beberapa macam :35  Al-Qur’an di- Takhshish dengan Al-Qur’an Contohnya firman Allah : وَالْمُطَلَّقَاتٌُّ يٌَّ تَ رَبصَّْنٌَّ بٌِّأَنْ فُسِهِنٌَّّ ثٌَّلََّثَةٌَّ قٌُّ رُو ءٌّ “Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali quru.” (Q.S A1-Baqarah : 228)36 Ayat tersebut, umum : tercakup juga orang hamil makea datang ayat, lain yang mengkhususkan bagi wanita hamil yang berbunyi: وَاللََّّئِي لٌٌَّّْ يٌَُِّضْنٌَّ وٌَّأُولَّتٌُّ اٌّلَْْحَْْالٌِّ أٌَّجَلُهُنٌَّّ أٌَّ يٌٌََّّْضَعْنٌَّ حٌٌَّّْْلَهُنٌَّّ “ ……. dan begitu perempuan-perempuan yang tidak haid. sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu sampai mereka melahirkan kandungannya. (Q.S Al- Talaq: 4)37  Al-Qur’an di- Takhshish dengan Sunnah. Contoh firman Allah : يُو يَِكُمٌُّ اٌّللٌَُّّّ فٌٌِّّ أٌَّوْلَّدِكُمٌّْ لٌِّلذَّكَرٌِّ مٌِّثْلٌُّ حٌَّ ظٌّ اٌّلُْْنْ ثَ يَ يٌِّْ “Allah mensyari'atkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan” (An- Nisaa: 11)38 Ayat tersebut bersifat umum, yakni mencakup anak yang kafir, kemudian dataing hadist yang mengkususkannya berbunyi: 35Ali Oktoda, Makalah 'Am Dan Khas, dalam http://simba-corp. blogspot.com/2012/03/makalah-am-dan-khas.html, diakses pada Sabtu, 27 september 2014 pukul 11.11 36Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 36 37Ibid., hlm. 558 38Ibid., hlm. 78
  • 16. 13 لَّ يٌّرُِثُ اٌّلمسُْلِمُ اٌّلكاَفِرِ وٌَّلَّ اٌّلكاَفِرِ اٌّلمسُْلِمٌِّ “Tidak boleh mewarisi seseorang musulim puda seorang kafir, dan tidak boleh (juga) kafir pada muslim (HR. Bukhari)  Sunnah di- Takhshish dengan Al-Qur’an  Sunnah di- Takhshish dengan Sunnah  Men- Takhshish dengan Qiyas لََ اٌّلْوَاجِدِ يٌُُِّل عٌِّرْضَهُ وٌَّعُقُوبَ تَهٌُّ “Menunda-nunda pembayaran bagi orang yang mampu, halal dilanggar kehormatannya dan boleh dihukum" (HR. Ahmad) Hadist tersebut ialah umum, yakni siapa saja yang menunda-nunda pembayaran hutang, padahal ia mampu untuk membayar, termasuk ibu atau bapak. Kemudian dikhususkan, yakni bukan termasuk ibu dan bapak dengan jalan meng-Qiyas firman Allah yang berbunyi : فَلٌََّّ تٌَّ قُلٌّْ لٌََّمَُا أٌُّ فٌّ “Maka sekali-kali Janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" (Qs Al-Isra: 23)39 Tidak boleh memukul melanggar kehormatan kedua orang tua adalah hasil Qiyas dari larangan mencakup "ah" terhadap-Nya. Karena memukul atau melanggar kehormatan, lebih tinggi kadar menyakitkannya dari pada mengucap "ah". Qiyas yang demikian dinamakan Qiyas Qulawi. Sebagian ulama berpandangan bahwa yang demkian bukan dinamakan Qiyas Qulawi, tetapi diaebut Mafhum Muwafaqah.40 39Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 284 40Ali Oktoda, Makalah 'Am Dan Khas, dalam http://simba-corp. blogspot.com/2012/03/makalah-am-dan-khas.html, diakses pada Sabtu, 27 september 2014 pukul 11.11
  • 17. 14 D. Penjelasan Ayat ‘Am Yang Sudah Ditakhsis, Apakah Masih Merupakan Dalil/Hujjah? Tidak sedikit lafazh ‘am yang terdapat di dalam Al Qur’an maupun hadits Nabi. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, bagaimana kedudukan lafazh ‘am khususnya yang berkenaan dengan perbuatan yang dapat dihukumi. Ternyata polemik mengenai hal ini telah menjadi topik yang ramai diperbincangkan oleh para ulama sejak berabad-abad silam. Di antara pendapat para ulama yakni: 1. Jumhur ulama menyatakan keharusan mencari dalil takhsis terlebih dahulu dan tidak mengamalkan lafazh ‘am sebelum hal tersebut dilakukan. Jika memang tidak ditemukan dalil yang mengkhususkannya, baru wajib mengamalkan lafazh yang ‘am.41 2. Pendapat lain mengatakan bahwa wajib mengamalkan lafazh ‘am tanpa menunggu adanya penjelasan ataupun takhsisnya. Mengenai pendapat di atas, penulis cukup sepakat dengan pendapat jumhur ulama bahwa apabila ditemukan lafazh yang ‘am selayaknya dicari terlebih dahulu dalil lain yang mentakhsisnya. Hal ini berkesesuaian dengan sebuah kaidah di dalam ilmu fikih. اْلعَام بٌَّ عْدَ اٌّلتَّخْصِيْصِ حٌُّجَّةٌ فٌِِّ اٌّْلب اٌّْلعَام بٌَّ عْدَ اٌّلتَّخْصِيْصِ حٌُّجٌَّّةٌ فٌِِّ اٌّْلبَاقِى “’Am yang telah dikhususkan maka selebihnya dapat dijadikan hujjah”.42 Contoh firman Allah dalam surat al A’raf ayat 32 dimana Allah memperbolehkan manusia untuk memakai segala perhiasan. Namun hal tersebut ditakhsis oleh sabda Nabi, sehingga memakai perhiasan yang terbuat dari emas dan perak adalah haram bagi laki-laki. Sedangkan apabila masih belum ditemukan dalil lain yang mentakhsiskannya setelah proses pencarian, maka wajib hukumnya untuk mengamalkan keumuman lafazh dari suatu nash hingga akhirnya ditemukan dalil yang mengkhususkan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Utsaimin, seorang ulama Hijaz, dalam bukunya al Ushul min ‘Ilmil Ushul.43 41Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2 (Jakarta: Kencana, cet. V, 2009), hlm. 83 42Muchlis Usman, Kaidah-Kaidah Istinbath Hukum Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. IV, 2002), hlm. 43. 43Muhammad al Utsaimin, Ushul Fiqih (terjemah) (Jogjakarta: Media Hidayah, 2008), hlm. 58
  • 18. BAB III PENUTUP 15 KESIMPULAN 1. ‘Am ) العَامُ ( adalah suatu lafadz yang menunjukan satu makna yang mencakup seluruh satuan yang tidak terbatas dalam jumlah tertentu. Atau juga lafadz yang menunjukan dimana ditempatkan secara lughowi dan semuanya itu berlaku untuk semua ifradnya. Adapun Bentuk-bentuk (Shigat-shigat) ‘Am, yaitu:  Lafadz Kullun ) كُل (, Jami’un ) جََِيْعٌ (, Kaaffah ) كَافَّةًٌّ (, Ma’syar ) .)مَعْشَرٌَّ  Isim Istifham ialah مَنٌّْ (siapa), مَا (apa), أَيْنٌَّ (dimana), أَ يٌّ (siapakah), dan مَتٌَّ (kapan).  Isim Isyarat, seperti مَنٌّْ (barang siapa), مَا (apa saja), dan أَ يٌّ (yang mana saja).  Isim Mufrad yang makrifat dengan alif lam ) ال ( atau idhafah.  Jama’ yang dita’rifkan (makrifat) dengan alif lam atau dengan idhafah.  Isim Nakirah yang terletak sesudah Nafi.  Isim maushul ) )اللََّّتٌِّْ ,الَّتٌِّ ,الَّذِينٌَّ ,الَّذِي 2. Pembagian ‘Am ) العَامُ ( , yaitu: a. Umum Syumuliy: Yaitu semua lafazh yang dipergunakan dan dihukumkan serta berlaku bagi seluruh pribadi b. Umum Badaliy: Bagi suatu lafaz yang dipergunakan dan dihukumkan serta berlaku seperti Afrad (pribadi) ‘Am ) العَامُ ( juga terbagi menjadi tiga:  Pertama adalah ‘am yang dimaksud secara qathi’ umum  Kedua adalah ‘am yang dimaksud secara qathi khusus  Ketiga adalah ‘am makhsus
  • 19. 16 3. Khash adalah Lafadz yang dari segi kebahasan, ditentukan untuk satu arti secara mandiri. Lafadz khash telah mengandung makna yang jelas baik jenis, jumlah, bentuk maupun ketentuan lainnya. Sedangkan Takhshish adalah mengeluarkan sebagian apa-apa yang termasuk dalam yang umum itu menurut ukuran ketika tidak terdapat mukhasis. Adapun Bentuk-Bentuk Mukhasshis, yaitu:  Mukhasshis Muttasil adalah apabila makna satu dalil yang mengkhususkan, berhubungan erat/bergantung pada kalimat umum sebelumnya. Dan macam-macamnya berupa: - Pengecualian - Syarat ) )الشرط - Sifat ) )الصِ فَةٌُّ - Kesudahan ) )الغاية - Sebagai Ganti Keseluruhan ) )بَدَلُ اٌّلبَ عْضِ مٌِّنْ اٌّلكُلِ  Mukhasshis Munfasil adalah dalil umum / makna dalil yang sama dengan dalil atau makna dalil yang mengkhususkannya, masing- masing berdiri sendiri. Yakni tidak berkumpul tetapi terpisah. Dan macam-macamnya berupa: Al-Qur’an di- Takhshish dengan Al-Qur’an; Al-Qur’an di- Takhshish dengan Sunnah; Sunnah di- Takhshish dengan Al-Qur’an; Sunnah di- Takhshish dengan Sunnah; Men- Takhshish dengan Qiyas 4. Ayat ‘Am yang sudah diTakhsis, apakah masih merupakan dalil/Hujjah?: Apabila ditemukan lafazh yang ‘am selayaknya dicari terlebih dahulu dalil lain yang mentakhsisnya. Hal ini berkesesuaian dengan sebuah kaidah di dalam ilmu fikih. اْلعَام بٌَّ عْدَ اٌّلتَّخْصِيْصِ حٌُّجَّةٌ فٌِِّ اٌّْلب اٌّْلعَام بٌَّ عْدَ اٌّلتَّخْصِيْصِ حٌُّجٌَّّةٌ فٌِِّ اٌّْلبَاقِى “’Am yang telah dikhususkan maka selebihnya dapat dijadikan hujjah”
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Al-Utsaimin, Muhammad. 2008. Ushul Fiqih (terjemah). Jogjakarta: Media 17 Hidayah As’ad, Abdul Wahid Mahrus. 2006. Memahami Fiqih. Bandung: Armico Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro Efendi, Satria. 2009. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet. 3 Fariza, Zaziratul. Pembahasan Lafazd Dari Segi Kandungan, dalam http://zazirazirafariza.blogspot.com/2014/06/pembahasan-lafazd-dari-segi-kandungan. html, diakses pada sabtu, 27 september 2014, pukul 12.02 Handayani. Makalah- Ushul Fiqh- Lafal Al-Khash, dalam http://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/01/makalah-ushul-fiqh-lafal-al- khash.html, diakses pada Senin, 29 September 2014 pukul 11.11 Khallaf, Abdul Wahab. 1999. Ilmu Ushul Fiqih. Jakarta: Rineka Cipta Oktoda, Ali. Makalah 'Am Dan Khas, dalam http://simba-corp. blogspot.com/2012/03/makalah-am-dan-khas.html, diakses pada Sabtu, 27 september 2014 pukul 11.11 Syafe’i, Rachmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia Syarifuddin, Amir. 2009. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet. 5 Syarifuddin, Amir. 2009. Ushul Fiqh Jilid 2. Jakarta: Kencana, cet. 5 Umam, Khairul dan Ahyar Aminudin. 2001. Ushul Fiqih II. Bandung: Pustaka Setia, cet. 2 Usman, Muchlis. 2002. Kaidah-Kaidah Istinbath Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. 4 Wahied, Aziz. Lafadz 'Am Dan Khash, dalam http://azizwahied.blogspot.com/2012/11/lafadz-am-dan-khash.html, diakses pada sabtu, 27 september 2014 pukul 11.52