Remaja mengalami berbagai perkembangan fisik, emosi, sosial dan psikis. Masa remaja sering diiringi berbagai kesulitan. Bullying di sekolah masih sering terjadi dan berdampak negatif bagi korban. Pencegahan dan penyelesaian bullying melibatkan peran sekolah, orang tua, dan pemerintah untuk mendidik siswa dan menciptakan lingkungan sekolah yang aman.
1. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.
Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai
kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan
berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas
perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam
keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani
permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil. Karena masa ini
merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu
yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga,
sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya
baik yang bersifat positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai
dengan kepribadian masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan dan membedakan
yang terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya. Disinilah peran lingkungan sekitar sangat
diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja. Setiap remaja sebenarnya
memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan
mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun
potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor
fisik dan faktor lingkungan yang memadai. Lemahnya emosi seseorang akan berdampak pada
terjadinya masalah dikalangan remaja, misalnya bullying.
Sampai saat ini fenomena bullying di sekolah masih sering terjadi . Kasus bullying yang
terjadi di sekolah sering kita temui baik melalui informasi di media cetak maupun yang kita
saksikan di media televisi. Pengertian bullying sendiri adalah penggunaan kekerasan atau
paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi anak lain. Bullying juga bisa dikatakan
sebagai ancaman ataupun gangguan dari seseorang yang merasa dirinya berkuasa sehingga
korbannya bisa mengalami gangguan psikis berupa stress, depresi, kecemasan yang berlebih,
dan merasa hidupnya tidak akan aman bila berada dilingkungan tersebut. Bullying tidak
hanya meliputi kekerasan fisik seperti memukul , menjambak , menampak , memalak , dll
tetapi juga dapat berbentuk kekerasan verbal seperti memaki , mengejek , dan berbagai
bentuk kekerasan psikologis seperti mengintimidasi , mengucilkan , atau
mendiskriminasikan. Biasanya bullying paling sering sering terjadi pada MOS (Masa
Orientasi Siswa Baru) ataupun OSPEK yang terjadi pada Perguruan Tinggi Negeri maupun
Swasta . Seringkali para siswa baru mengalami tindakan bullying dari para seniornya .
Mereka diperlakukan dengan tidak baik. Seringkali para senior membentak-bentak para siswa
2. baru dan melakukan tindakan kekerasan . Siswa baru hanya bisa menurut dan tidak protes
karena dia merasa anggota baru di sekolahnya sehingga hanya bisa diam saat senior
memperlakukan mereka dengan keras. Banyak juga para siswa baru yang dipermalukan
dengan disuruh melakukan hal yang aneh di hadapan semua orang . Tapi anehnya para guru
membiarkan hal itu terjadi karena mereka menganggap itu sudah menjadi suatu tradisi dalam
penerimaan siswa baru. Selain pada kegiatan MOS , saat hari – hari biasa di sekolah juga
sering terjadi fenomena bulling di sekolah-sekolah tapi tidak mendapat perhatian dari pihak
sekolah . Karena budaya bullying masih dianggap hal yang biasa sehingga tidak ada yang
merespon tindakan itu . Dan memang benar biasanya pihak sekolah baru merespon setelah
korban terluka hingga membutuhkan tindakan medis.
Berikut ini adalah contoh tindakan yang termasuk kategory bullying pelaku baik
individual maupun group secara sengaja menyakiti atau mengancam korban dengan cara:
Menyisihkan seseorang dari pergaulan
Menyebarkan gosip , membuat julukan yang bersifat ejekan
Mengerjai seseorang untuk mempermalukannya
Mengintimidasi atau mengancam korban
Melukai secara fisik
Melakukan pemalakan
Pendapat saya tentang kasus ini adalah saya sangat prihatin jika sampai saat ini
fenomena bullying masih sering terjadi di sekolah-sekolah baik di kegiatan MOS atau di
kegiatan belajar sehari-harinya. Sekolah harusnya menjadi tempat belajar yang nyaman bagi
seorang anak karena seorang anak lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah untuk belajar
dibandingkan dirumah . Tetapi kenyataannya kadang seorang anak malas pergi ke sekolah
karena dia ada masalah dengan teman atau para seniornya. Misalnya bentuk intimidasi dari
teman-teman atau pemalakan, pengucilan diri dari temannya, sehingga anak jadi malas pergi
ke sekolah karena merasa terancam dantakut, sehingga bisa menjadi depresi tahap ringan dan
dapat mempengaruhi belajar di kelas. Kadang ada beberapa anak yang curhat pada orang
tuanya tentang masalah yang sedang dia hadapi di sekolahnya , hanya saja orang tuanya tidak
merespon karena fenomena seperti itu biasa terjadi dan nanti pada akhirnya akan selesai
sendiri . Saya tidak setuju dengan tindakan orangtua yang seperti itu karena itu adalah
tindakan yang salah, karena seharusnya saat orang tua mendapatkan laporan dari anaknya ,
mereka segera membantu menyelesaikan dengan datang ke sekolah dan menjelaskan
permasalahan yang di alami anaknya kepada guru di sekolahnya. Kebanyakan para orangtua
3. akan bertindak jika anaknya telah mengalami luka dan memerlukan tindakan medis sehingga
psikis anak tersebut juga pada akhirnya telah berdampak karena kejadian ini . Ada juga anak
yang tidak bercerita kepada orang tuanya karena dia type anak yang tertutup . Kalau seperti
ini , orang tua harus peka terhadap sikap anaknya .
Ciri-ciri seorang anak yang mengalami bullying adalah :
1. Enggan untuk pergi ke sekolah
2. Sering sakit secara tiba-tiba
3. Mengalami penurunan nilai
4. Sering mengalami mimpi buruk atau ketakutan
5. Rasa marah dan benci mudah meluap dan meningkat
6. Memiliki tanda fisik seperti memar atau luka
Jika menemukan ciri-ciri seperti diatas, maka langkah yang harus dilakukan orang tua
adalah :
1. Berbicara dengan orang tua anak yang melakukan bullying pada anak mereka
2. Mengingatkan sekolah tentang masalah ini dan meminta penyelesaian dari sekolah
3. Datangi psikolog untuk memulihkan kondisi psikis sang anak
Sebenarnya, berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik disebabkan
kurangnya pemahaman anak terhadap nilai diri yang positif sehingga berdampak pula pada
kurangnya pemahaman moral atau nilai yang di terimanya, seperti akrab dengan kekerasan,
kebohongan,dan sebagainya yang merupakan perilaku negatif.
Dalam bertindak, bukan berarti anak tidak tau apa yang dilakukan salah tapi
pemahaman baik buruk anak masih mengacu pada suatu tingkah laku benar bila tidak
dihukum dan salah bila dihukum. Pemahaman anak yang berdasarkan perilaku baik tidak
dihukum dan buruk dihukum termasuk dalam pemahaman moral yang pra-
konvensional.Seorang anak yang memiliki pemahaman moral yang tinggi, maka
kecenderungan melakukan tindakan yang melanggar norma seperti mengejek, memukul,
menendang temannya lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan pemahaman moral bahwa hal-
hal tersebut merupakan tindakan yang tidak baik dan melanggar moral.semakin seorang
individu memiliki tingkat pemahaman moral yang tinggi akan mengurangi perilaku
menyimpang. Jadi peran sekolah sangatlah penting untuk mencegah dan menyelesaikan kasus
bullying yang sedang terjadi akhir-akhir ini.
4. Pencegahan agar tidak banyak terjadi kasus bullying di sekolah-sekolah
1. Sekolah meningkatkan kesadaran akan adanya perilaku bullying (tidak semua anak
paham apakah sebenarnya bullying itu) dan bahwa sekolah memiliki dan menjalankan
kebijakan anti bullying. Murid harus bisa percaya bahwa jika ia menjadi korban, ia
akan mendapatkan pertolongan. Sebaliknya, jika ia menjadi pelaku, sekolah juga akan
bekerjasama dengan orangtua agar bisa bersama-sama membantu mengatasi
permasalahannya.
2. Sosialisasi antibullying kepada siswa, guru, orang tua siswa, dan segenap civitas
akademika di sekolah.
3. Penerapan aturan di sekolah yang mengakomodasi aspek antibullying.
4. Membuat aturan antibullying yang disepakati oleh siswa, guru, institusi sekolah dan
semua civitas akademika institusi pendidikan/ sekolah.
5. Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru
dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian
sanksi.
6. Membangun komunikasi dan interaksi antara pihak sekolah , siswa dan juga orang tua
7. Meminta Depdiknas memasukkan muatan kurikulum pendidikan nasional yang sesuai
dengan tahapan perkembangan kognitif anak/siswa agar tidak terjadi learning
difficulties (kesulitan belajar).
8. Pendidikan parenting agar orang tua memiliki pola asuh yang benar.
9. Mendesak Depdiknas memasukkan muatan kurikulum institusi pendidikan guru yang
mengakomodasi antibullying.
10. Muatan media cetak, elektronik, film, dan internet tidak memuat bullying dan
mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengawasi siaran yang memasukkan
unsur bullying.
11. Perlunya kemudahan akses orang tua atau publik, lembaga terkait, ke institusi
pendidikan/sekolah sebagai bentuk pengawasan untuk pencegahan dan penyelesaian
bullying atau dibentuknya pos pengaduan bullying.
5. Solusi penyelesaian kasus bullying
1. Paling ideal adalah apabila ada kebijakan dan tindakan terintegrasi yang melibatkan
seluruh komponen mulai dari guru, murid, kepala sekolah, sampai orangtua, yang
bertujuan untuk menghentikan perilaku bullying dan menjamin rasa aman bagi korban
2. Program anti-bullying di sekolah dilakukan antara lain dengan cara menggiatkan
pengawasan dan pemberian sanksi secara tepat kepada pelaku, atau melakukan
kampanye melalui berbagai cara. Memasukkan materi bullying ke dalam
pembelajaran akan berdampak positif bagi pengembangan pribadi para murid.
3. Memaksimalkan peran orang tua sebagai partner yang baik untuk anak
4. Dinas Pendidikan memberikan peraturan untuk melarang sekolah melakukan bullying
pada kegiatan MOS ataupun MOM