Program ini bertujuan untuk melestarikan budaya bertutur di kalangan anak-anak Indonesia dengan memperkenalkan cerita rakyat dalam berbagai pertunjukan seni tradisional. Beberapa program yang dirancang antara lain pelatihan kepada anak-anak di sekolah, pameran interaktif, pentas seni, hingga festival bertujuan membangun kesadaran dan kemampuan anak dalam menghargai budaya bertutur."
2. Background
Budaya bertutur adalah cara paling lama untuk
menyampaikan pesan. Pada dasarnya setiap
negara memiliki kebudayaan bertutur, namun cara
bertutur milik Indonesia lebih indah dan lebih
berseni. Wayang, ludruk, dan kepang godong
merupakan beberapa contoh dari sekian
banyak seni bertutur milik Indonesia
Bertutur merupakan aktivitas berdialog atau
bercakap yang melibatkan dua orang atau
lebih. Dalam ranah kebudayaan, bertutur
bukan hanya bertutur secara lisan, banyak
pesan yang dapat disampaikan. Ada ruh
yang menjiwai proses bertutur, ada hal yang
tersirat dari yang tersurat
Bahasa yang digunakan tidak hanya
berkutat dalam tataran verbal, namun
melibatkan body language, interaksi
simbolik yang mampu menciptakan
identitas dan penanda diri, bahkan
sebuah jati diri
3. Situation Analysis
Anak-anak yang hidup di zaman sekarang merupakan anak-
anak generasi Z, mereka menunjukkan ciri-ciri di antaranya
memiliki kemampuan tinggi dalam mengakses dan
mengakomodasi informasi sehingga mereka mendapatkan
kesempatan lebih banyak dan terbuka untuk mengembangkan
dirinya.
Secara umum, generasi Z ini merupakan generasi yang banyak
mengandalkan teknologi, sehingga kemampuan berinteraksi dan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar menjadi sangat lemah
Budaya bertutur di Indonesia sudah sangat langka, khususnya
di kalangan anak-anak. Dari sabang sampai merauke kita dapat
menjumpai seni bertutur yang berbeda-beda. Seperti Randai di
Padang, Bamadihin di Banjarmasin, Wayang di Jawa, Tuja’i di
Gorontalo, dan masih banyak lagi. Maka kekayaan budaya
bertutur milik Indonesia ini sangatlah penting untuk
diperkenalkan kepada anak-anak sejak dini.
4. SWOT Analysis
Strength Weakness
Budaya bertutur khas
Budaya bertutur memiliki
Indonesia memiliki seni
kesan kuno sehingga
dan nilai estetika yang
banyak ditinggalkan
tinggi
Opportunities Threats
• Anak-anak memiliki • Anak-anak akrab dengan
kemampuan mengakses dan teknologi, menyebabkan
mengakomodasi informasi mereka tidak peka dengan
lingkungan sekitar
• Kesempatan lebih banyak • Minimnya kemampuan
dan terbuka untuk anak dalam berinteraksi dan
mengembangkan dirinya bersosialisasi
5. Main Goal
Menumbuhkan kembali budaya bertutur di
kalangan anak-anak Indonesia melalui
pengenalan cerita rakyat dalam pertunjukan seni
tradisional
Objectives
Memberikan pengetahuan dan pemahaman
kepada anak tentang budaya bertutur
Meningkatkan rasa cinta dan partisipasi anak
dalam seni pertunjukan tradisional sebagai
impelementasi dari budaya bertutur
Membentuk behaivour dan habit anak
terhadap budaya bertutur dalam
kehidupan sehari-hari
Menciptakan dukungan dari masyarakat
Indonesia terhadap budaya bertutur
6. Target Audience
Anak-anak yang masih bersekolah SD, yang
hidup di kota-kota besar
Status ekonomi sosial A-B
Aktivitas bermain dihabiskan dengan
berbagai macam jenis teknologi, seperti
hanphone, komputer, play station, dan
gadget lainnya
Key Message
Lestarikan budaya bertutur
untuk mewujudkan jati diri luhur
7. Strategies
• melakukan riset awal untuk menemukan pattern yang
tepat mengenai karakterisitik, pola hidup, kegemaran ,
Insight dan segalanya yang berhubungan dengan anak-anak
Finding
• tahap pengenalan awal, membangun kesadaran
kepada anak
Introducing
• mempengaruhi anak hingga pada tahap menyadari
dan memahami
Influence
• mengajak anak untuk terlibat langsung dalam proses
seni bertutur
Involvement
• melakukan penyebaran informasi kepada khalayak
luas, seperti orangtua, saudara, dan khalayak lainnya
Infection
• memperkuat behaviour dan habit anak untuk
membiasakan diri dengan udaya bertutur
Identity
9. Research
Insight Finding
Mengumpulkan data dan informasi seputar insight anak-
anak. Beberapa program risetnya adalah sebagai berikut:
Indepth interview
Tehnik wawancara mendalam dilakukan kepada
orangtua untuk mengetahui pola hidup anak sehari-hari
Observasi
Pengamatan terhadap aktivitas sosial anak di sekolah,
di tempat bermain. Mengumpulkan data-data seputar
kondisi fisiologis dan psikologis lingkungan anak
Focus Group Discussion (FGD)
Menciptakan forum anak, di dalamnya anak dapat
berdiskusi secara bebas dan santai. Langkah ini
dilakukan untuk menggali opini anak itu sendiri
Berikut adalah hasil riset yang telah kami lakukan:
Jenis Permaianan Populer Anak
9%
33% Game Online
26%
Video Game
Wahana Bermain
32% Outbond
10. Insight Finding
Efektifitas Penyampaian Pesan
Pada Anak
10%
34%
Menyimak
Partisipasi
56% Membaca
Quality Time
22%
42% Sekolah
14% Rumah
Kursus
22% Lain-lain
11. Indonesia Bertutur
Goes to School
Introducing
Introducing
Pementasan wayang di sekolah-sekolah merupakan
strategi jemput bola. Pementasan dikemas menarik dengan
kreasi-kreasi baru tanpa mengurangi nilai orisinalitas dari
budaya bertutur.
Untuk mengakrabkan kepada anak, dalang menggunakan
bahasa Indonesia terlebih dahulu. Secara bertahap dalang
perlahan-lahan akan memasukkan beberapa bahasa
daerah yang menggambarkan cerita wayang yang
sebenarnya.
Performa wayang ditampilkan dengan musik latar karya
Plenthe Percussion yang merupakan dasar musik
tradisional Indonesia yang dipadukan dengan musik techno
sehingga menciptakan transformasi musik urban-ethnic dan
memberikan nafas baru dalam budaya bertutur.
Tehnik ini merupakan tahap penyesuaian awal yang mudah
diterima anak-anak yang berada di kota besar.
12. Pojok Bertutur
Influence
Penyelenggara akan bekerja sama dengan pihak sekolah
untuk mencanangkan program Pojok Bertutur.
Pojok Bertutur menyediakan waktu dan tempat khusus
untuk memberikan edukasi yang lebih intensif. Stand Pojok
Bertutur akan memberikan edukasi kepada anak seputar
budaya bertutur. Anak dapat melihat dan mempelajari
secara langsung mengenai produk-produk kesenian
Indonesia yang memiliki nilai bertutur.
Anak pun dapat bermain sebagai dalang, pemain wayang,
penembang, dan peran-peran lain dalam budaya bertutur.
Selanjutnya anak-anak akan diberikan pelatihan yang
intensif untuk mengenal lebih dalam tentang budaya
bertutur.
13. Pentas Anak Bertutur
Involvement
Setelah anak-anak mengetahui, menyadari, dan mengerti
terhadap budaya bertutur pada tahap-tahap sebelumnya,
Sekarang saatnya untuk call to action. Melibatkan anak
untuk berpartisipasi dalam pementasan budaya bertutur
merupakan cara yang efektif untuk menanamkan habit.
Pentas Anak Bertutur diadakan dalam ruang lingkup yang
kecil terlebih dahulu, yaitu pada masing-masing sekolah.
Hal ini bertujuan untuk melmancing ketertarikan khalayak
sekitar.
Melibatkan anak sebagai pemeran dalam Pentas Anak
Bertutur akan sangat efektif. Acara pmentasan ini akan
dihadiri oleh orangtua, saudara, dan teman-teman yang
penasaran melihat sang anak tampil.
14. Getuk Tular
Infection
Pasca Pentas Anak Bertutur, para orangtua akan dengan
mudah menceritakan partisipasi sang anak kepada teman-
temannya atau tetangganya, mengupload foto-foto si anak
ke facebook, mengupload video pertunjukan ke youtube,
atau bentuk word of mouth lainnya.
Di samping itu penyebaran informasi dilakukan melalui
jalur-jalur formal, seperti:
Press release: menerbitkan artikel-artikel di beberapa
media cetak dan online di Indonesia
Official video release: mengupload video resmi
rekaman acara-acara Pentas Anak Bertutur ke youtube
Web Development: mengembangkan website resmi
program Indonesia Bertutur yang berisi artikel-artikel
seputar kegiatan dari berbagai angle yang unik
Peliputan Media: mengundang beberapa media massa
untuk meliput acara Pentas Seni Anak, dan
menciptakan gaung tentang puncak acara Indonesia
Bertutur
Optimalisasi Facebook dan Twitter: memanfaatkan
facebook dan twitter sebagai viral media, situs jejaring
sosial ini pun bisa digunakan untuk membangun
anggagement dengan audiens atau sebagai sarana
untuk mengapresiasi partisipasi anak
15. Festival
Indonesia Bertutur
Identity
Acara akbar ini merupakan puncak dari keseluruhan
program Indonesia Bertutur. Festival ini menjadi ajang
untuk menampilkan kelompok-kelompok anak yang telah
dibentuk dan dilatih pada program-program sebelumnya.
Melalui Festival Indonesia Bertutur, anak-anak berkompetisi
menunjukkan karya seni bertutur terbaik mereka ke publik
yang lebih luas.
Tahap infection masih tetap dilakukan pada program ini,
bahkan lebih gencar. Peliputan media nasional, press
release, dan berbagai percakapan auidens di sosial media
akan tetap dioptimalkan.
Tujuan akhir dari program ini adalah seni budaya bertutur
dapat membekas pada setiap kepribadian anak.
Menjadikan budaya bertutur sebagai sebuah identitas anak
Indonesia yang tak lekang oleh waktu.
Agar tidak menjadi euforia momentum saja, maka Festival
Indonesia Bertutur akan diadakan secara periodik setiap
tahun. Pengembangan kelompok bertutur di sekolah akan
dioptimalkan menjadi pusat resmi, sebagai tindak lanjut
untuk efek jangka panjang.
16. Evaluation
Children Participation Number
Mengukur tingkat partisipasi anak, dilakukan dengan
mengakumulasi jumlah anak yang ikut terlibat dalam
rangkaian program dari awal hingga akhir. Selain itu,
evaluasi dilakukan untuk mengtahui tingkat antusias
setiap anak.
Public Awareness Index
Mengetahui bagaimana persepsi publik mengenai budaya
bertutur, publik ini meliputi orangtua, saudara, guru,
dan lain-lain
Social Media Measurement
Pengukuran keberhasilan program dari jumlah frekuensi
aktivitas publik di media sosial yang membicarakan tentang
program Indonesia Bertutur
Media Content Analysis
Mendata jumlah pemberitaan positif di media massa dan
online mengenai kegiatan Indonesia Bertutur