3. َو يهْيَلَع َُّاَّلل ىَّلَص ُّيَِّبنال َالَقَْيَب اَم ٌمَرَح ُةَينيدَمْلا َمَّلَسٍَِْْ َيَ ٍِْ َع
ُْم ىَآو َْوأ اًَْدَح اَيهيف َثَدَْحأ ْنَمَفيَّاَّلل ُةَنْعَل يهْيَلَعَف اًْيديةَ يِ ََكَمْلاَو
يم َُّاَّلل ُلَبْقَي ََل َييعََْْجأ يَّاسنالَوَو اًفْرَص يةَامَييقْلا َمٍَْي ُهْنًَلْدَع ََل
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Madinah adalah tanah haram (suci) antara bukit 'Air dan
gunung Tsaur. Jadi barangsiapa yang membuat pelanggaran di
Madinah atau melindungi orang yang berbuat pelanggaran, maka
dia akan mendapatkan kutukan Allah, kutukan Malaikat dan
semua manusia, serta Allah tidak menerima taubat dan tebusan
orang tersebut kelak pada hari kiamat.
(HR. Muslim no.2433, Ahmad no.581)
7. 1. Hamzah bin Abdul Muththalib bin Hasyim
2. Abdullah bin Jahsyi al-Asady
(Sepupu Nabi, putera Umaimah binti Abdul Muththalib))
3. Mus’ab bin ‘Umair (Da'i Pertama yang dikirim Rasulallah ke Yatsrib)
4. Shammas bin ‘Utsman
5. ‘Amru bin Mu’adz bin An-Nu’man
6. Al-Harits bin Anas bin Rafi’
7. ‘Imarah bin Ziad
8. Salamah bin Tsabit bin Wahsyi
9. ‘Amru bin Tsabit bin Wahsyi
10. Tsabit bin Wahsyi
11. Rifa’ah bin Wahsyi
12. Husail bin Jabir (Bapak kandung Huzaifah Al-Yaman)
13. Saifi bin Qaizhi
14. Habbab bin Qaizhi
15. ‘Abbad bin Sahli
16. Al-Harits bin Ans bin Mu’adz
17. Iyas bin Aus
18. ‘Ubaid bin At-Taihan
19. Habib bin Yazid bin Taimi
20. Yazid bin Hathib bin Umaiyah bin Rafi’
21. Abu Sufian bin Al-Harits bin Qais bin Zaid
22. Hanzalah bin Abu ‘Amir (Syahid yang dimandikan oleh Malaikat)
23. Unais bin Qatadah
24. Abu Habbah bin ‘Umar bin Tsabit
25. ‘Abdullah bin Jabair bin An-Nu’man (Komandan Batalion Pemanah)
26. Abu Sa’ad Khaitsamah bin Khaitsamah
27. ‘Abdullah bin Salamah (Bapak kandung Jabir bin Abdullah).
28. Subai’ bin Hathib bin Al-Harits
29. ‘Amru bin Qais
30. Qais bin ‘Amru bin Qais
31. Tsabit bin ‘Amru bin Zaid
32. ‘Amir bin Mukhallid
33. Abu Hurairah bin Al-Harits bin ‘Alqamah bin ‘Amru
34. ‘Amru bin Muthraf ‘Alqamah bin ‘Amru
35. ‘Aus bin Tsabit bin Al-Mudzir (Saudaranya Hussan bin Tsabit)
36. Anas bin An-Nadhri (Pamannya Anas bin Malik, Khadam Nabi)
37. Qais bin Mukhallid
38. Kaisan (Sahaya Bani An-Najjar)
39. Salim bin Al-Harits
40. Nu’man bin ‘Abdu ‘Amru
41. Kharijah bin Zaid bin Abu Zuhair
42. Saad bin Ar-Rabi’ bin ‘Amru bin Abu Zuhair
43. Aus bin Al-Arqam
44. Malik bin Sinan (Bapak kandung Abu Sa’id Al-Khudri)
45. Sa’id bin Suwaid
46. ‘Utbah bin Rabi’
47. Tsa’labah bin Sa’ad bin Malik
48. Saqaf bin Farwah bin Al-Budai
49. ‘Abdullah bin ‘Amru bin Wahab
50. Dhamrah (Pemimpin Bani Tharif)
51. Naufal bin ‘Abdullah
52. ‘Abbas bin ‘Ubadah
53. Nu’man bin Malik bin Tsa’labah
54. Al-Mujdar bin Ziad Dikebumikan dalam satu kubur
55. ‘Ubadah bin Al-Hashas
56. Rifa’ah bin ‘Amru
57. ‘Abdullah bin ‘Amru (dari Bani Haram)
58. ‘Amru bin Al-Jamuh (dari Bani Haram, anak dan bapak dikebumikan dalam
satu kubur.
59. Khallad bin ‘Amru bin Al-Jamuh
60. Abu Aiman, Maula ‘Amru bin Al-Jamuh
61. Salim bin ‘Amru bin Hadidah
62. Antarah (Maula Salim)
63. Sahal bin Qais bin Abu Ka’ab
64. Dzakwan bin ‘Abdu Qais
65. Ubaid bin Al-Mu’alla
66. Malik bin Tumailah
67. Harits bin ‘Udai bin Khursyah
68. Malik bin Iyas
69. Iyas bin Udai
70. ‘Amru bin Iyas
Syuhada Uhud
10. Masjid Qiblatain
... ْبِق ََّكنَِّيِلَوُنَلَف ِاءَمَّالس ِِف َكِهْجَو َبُّلَقَت ىَرَن ْدَقْسَْملا َْرطَش َكَهْجَو ِِّلَوَف اَاهَضْرَت ًةَلِدِج
ِامَرَْْلا
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke Qiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam. ........
(QS. Al Baqarah [2]: 144)
11. Bab Baqi’ (Gate #41)
Bab Jibril
Bab An-Nisa
Panggung Tempat
Petugas Keamanan
Bab As-Salam (Gate #1)
Mihrab
Hanafi
Mimbar Rasulullah
Tempat Bilal / Muazzin
Mihrab Nabawi /
Mihrab Rasulullah
Mihrab Utsmani
Tempat Ahlu Suffah
setelah perluasan 7 H
Tempat Ahlu Suffah
sebelum perluasan 7 H Panggung
di sekitar
Mihrab
Tahajjud
Ruang Fatimah
Batas Rumah
Rasulullah
Ruang Aishah /
Ruang Makam
Denah Masjid Nabawi
Raudhah
1. Makam Rasulullah
2. Makam Abu Bakr
3. Makam Umar Ibn Al-Khattab
12.
13. 1. Makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
2. Makam Abu Bakar as Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu
3. Makam Umar ibn Khaththab Radhiyallahu ‘anhu
4. Tempat yang menurut suatu riwayat disediakan untuk Nabi Isa ‘Alaihissalam,
ada 2 kemungkinan yaitu berada lurus dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam atau berada dibelakang Umar ibn. Khaththab Radhiyallahu ‘anhu
5. Tempat peristirahatan Siti Aisyah Radhiyallahu ‘anha.
6. Tempat kedatangan malaikat Jibril ketika menyampaikan wahyu kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
7. Dinding kamar Siti Aisyah Radhiyallahu ‘anha, yang dibangun sendiri oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hingga saat ini tembok tersebut
masih berdiri kokoh
8. Dinding makam berbentuk segilima, yang dibangun oleh Umar ibn Abd Aziz,
agar makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyerupai
Ka’bah dan terlalu dikultuskan oleh umat Islam.
9. Dinding segi lima lapis kedua yang dibangun oleh Sultan Qait bay dari Mesir
10. Tiang-tiang yang memperkuat dinding segilima lapis kedua
14. Pintu Makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Dari Raudhah kearah pintu Baqi
Lubang untuk melihat
Makam Rasulullah
Lubang untuk melihat
Makam Abu Bakar
Lubang untuk melihat
Makam Umar bin Khathab
Sampaikan Salam Kepada Rasulullah dan kedua Sahabatnya disini
16. 1. TIANG DUTA/UTUSAN:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan tempat ini
untuk menemui para utusan yang datang. Beberapa Sahabat
terkemuka duduk di sekitar beliau selama pertemuan
berlangsung.
2. TIANG PENGAWAL:
Menjadi tempat berdiri para pengawal Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Matori berkata, “Pintu rumah Aisyah Radhiyallahu
‘anha berhadapan dengan tiang ini, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam melalui pintu ini menuju ke Masjid Nabawi.”
3. TIANG TEMPAT TIDUR:
Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bercerita,
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan tempat ini
sebagai tempat tidur beliau selama I’tikaf”.
17. 4. TIANG ABU LUBABAH:
Tertulis padanya. Seperti disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bermaksud untuk menghukum bani
Quraizzah (sebuah suku Yahudi) atas pengkhianatannya kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu Lubabah ditunjuk sebagai penengah. Dia secara tidak sengaja
membocorkan rahasia Nabi kepada suku Yahudi itu. Abu Lubabah
segera menyadari kesalahannya dan mengikat dirinya sendiri pada
tiang ini, hingga Allah Subhanahu wa ta’ala menerima taubatnya.
Setelah tujuh hari, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima
wahyu mengenai diterimanya taubat Abu Lubabah dan melepaskan
ikatanya dengan tangan beliau sendiri.
Al Qur’an, Surat Al Anfal, Ayat 27 – 28 diwahyukan untuk
memberikan kepada kita sebuah pelajaran. Yakni mengkhianati
kepercayaan adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal bagi para
Sahabat Nabi sehingga mereka melakukan tindakan yang luar biasa
untuk memperbaiki kesalahannya.
18. 5. TIANG AISYAH:
Thabrani menyebutkan Aisyah meriwayatkan, Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Ada tempat yang sangat penting di dalam Masjid
Nabawi yang mulia, jika seorang mengetahuinya, mereka akan mengadakan
undian untuk mendapatkan kesempatan agar bisa shalat di sana”.
Suatu hari para Sahabat bertanya kepada Aisyah tentang tempat ini.
Beliau menolak untuk memberitahukan tempat tersebut. Akhirnya
para Sahabat pergi, sedangkan Aisyah masih bersama dengan
keponakannya Abdullah bin Zubair . Belakangan para Sahabat
memperhatikan bahwa Abdullah bin Zubair melakukan shalat dekat
dengan tiang Aisyah. Para Sahabat meyakini bahwa Aisyah
memberitahukan tempat tersebut secara rahasia kepada
keponakannya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengimami
shalat dari titik ini selama beberapa hari setelah perubahan qiblat dari
Masjid Al Aqsa ke Ka’bah di Makkah.
Belakangan, beliau selalu mengimami shalat dari titik yang sekarang
dikenal sebagai Mihrab Nabawi As Syarif.
19. 6. TIANG MUKHALLAQAH:
Jabir meriwayatkan seperti disebutkan dalam hadits Buhari,
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersandar pada sebatang pohon
kurma (yang awalnya terletak pada tempat dimana tiang ini berada)
ketika melakukan khutbah Jumat, kaum Ansar dengan hormat
menawarkan pada Nabi, kami dapat membuat sebuah mimbar untukmu,
jika engkau menyetujuinya”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyetujuinya dan sebuah mimbar yang terdiri dari 3 anak tangga
dibangun. Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di atas
mimbar ini untuk berkhutbah, para Sahabat mendengar batang pohon
kurma itu menangis seperti anak kecil. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mendekati pohon yang sedang menangis ini dan kemudian
memeluknya. Pohon ini lalu tenang setelah sebelumnya terisak-isak
seperti onta betina. Pohon kurma tersebut menangis karena ia tidak
digunakan lagi untuk mengingat Allah Subhanahu wa ta’ala.
Sejak itu batang pohon tersebut diberi sejenis pewangi yang disebut
Khaluq. Dan kemudian, tiang dimana pohon kurma itu dulu berada,
dikenal dengan sebutan tiang Mukhallaqah.
20. 7. MIHRAB NABAWI:
Tidak ada mihrab di dalam Masjid Nabawi selama periode
pemerintahan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan empat
Khalifah yang pertama. Pada tahun 91 H, Umar bin Abdul
Aziz pertama kali melakukan shalat di sini di dalam sebuah
bentuk mihrab. Jika kita berdiri di dalam mihrab ini dan
melakukan shalat, tempat sujud kita akan terletak di tempat
dimana kaki Nabi berpijak. Dinding tebal mihrab ini
menutupi tempat sujud Nabi yang sebenarnya.
8. MIHRAB USTMANI:
Khalifah Utsman mengimami shalat di tempat ini. Sekarang,
Imam Masjid Nabawi juga mengimami shalat di sini. Umar
bin Abdul Aziz kemudian membangun sebuah mihrab di sini.
21. 9. MIHRAB HANAFI:
Sebelumnya Imam shalat dari empat Mazhab (Hanafi, Syafi’i,
Maliki, dan Hambali) mengimami shalat di Masjid Nabawi
secara terpisah pada waktu yang sedikit berbeda dan tempat
yang berbeda. Imam Hanafi mengimami shalat pada tempat
ini. Namun kini, hanya satu shalat berjamaah yang
diselanggarakan di Masjid Nabawi, yang dipimpin oleh Imam
dari Mazhab Hambali. Hal ini berlaku sejak kekuasaan
dipegang oleh Pemerintahan Saudi.
10. MIHRAB TAHAJUD:
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan
shalat tahajjud di tempat ini.
22. 11. MIMBAR:
Seperti disebutkan dalam hadits Bukhari dan Muslim dan
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Antara rumahku dan mimbarku adalah
salah satu taman dari taman-taman surga dan mimbarku akan
berada di telaga Kautsar pada hari Kiamat”.
Berbagai pemerintahan muslim mengirimkan mimbar untuk
Masjid Nabawi dari waktu ke waktu. Mimbar yang ada sekarang,
dikirim oleh Sultan Murad ke-3 dari Dinasti Usmani pada 998 H.
12. TEMPAT MUAZZIN:
Tempat ini, berupa balkon segi empat, terletak di sebelah Utara
Mimbar Nabi. Tempat ini selain sebagai tempat adzan juga sebagai
tempat shalat muadzin dan untuk menguatkan suara takbir pada
shalat lima waktu.
13. PANGGUNG DISEKITAR TEMPAT TAHAJJUD:
(tidak ada keterangan – pent.)
23. 14. PANGGUNG TEMPAT PETUGAS KEAMANAN:
Jika kita memasuki Masjid Nabawi dari Bab Jibril, panggung ini
akan berada di sebelah kanan. Dibangun oleh Sultan Nuruddin
Zanki. Panggung ini sebenarnya bukanlah tempat dari Ahlu
Suffah, seperti perkiraan banyak peziarah.
15. TEMPAT AHLU SUFFAH:
Suffah berarti tempat berteduh. Sahabat Nabi yang miskin dan
tidak memiliki rumah, bertempat tinggal di Suffah. Di sini mereka
mendapat pendidikan tentang Islam dan mengamalkannya. Jika
kita berjalan dari tiang Aisyah berlawanan dengan arah qiblat,
Suffah berada setelah tiang ke-5. Namun setelah Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam memperluas Masjid pada tahun ketujuh Hijriah,
Suffah dipindah sekitar sepuluh meter kearah Timur, seperti yang
tergambar pada denah Masjid Nabawi.
16. BAB (PINTU) BAQI’:
Pintu ini berhadapan dengan Bab Salam.
24. 17. BAB (PINTU) JIBRIL:
Terletak di bagian Timur, disebut juga Bab Nabi, karena beliau
selalu masuk melalui pintu ini. Adapun alasan penyebutan Bab
Jibril adalah sebuah riwayat dari Aisyah,
“Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pulang dari Khandaq,
dan meletakkan senjata kemudian mandi, Jibril mendatangi Beliau
seraya berkata, ‘Engkau meletakkan senjatamu?, demi Allah kita
belum (bisa) meletakkan senjata, pergilah menuju mereka’, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘kemanakah?’, Jibril
menjawab, ‘ke sini’, dia menunjuk Bani Quraizzah.
Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju mereka.
18. BAB (PINTU) NISA:
Pintu ini dibuka oleh Umar ibn Khattab tahun 12 H.
Beliau mengatakan,
“Alangkah baiknya kalau pintu ini dikhususkan untuk wanita”.
25. 19. BIR (SUMUR) HA (diluar denah):
Jika kita memasuki Masjid dari bagian paling kiri dari Bab
Fahd, sumur ini berlokasi sekitar15 meter ke dalam Masjid dan
ditandai dengan 3 lingkaran. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
terkadang mendatangi sumur ini dan meminum airnya. Sumur
dan taman yang mengelilinginya dimiliki oleh Abu Talhah.
Ketika dia mendengar ayat 92 surat Ali Imran yang berbunyi:
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang
kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Abu Talhah segera menginfakkan taman ini karena
mengaharapkan Ridha Allah Subhanahu wa ta’ala. Inilah
contoh bagaimana para Sahabat bereaksi terhadap ayat-ayat
al Qur’an dan secara spontan langsung mengerjakan perintah
Allah dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati.
26. 20. BAB (PINTU) SALAM:
Umar ibn Khattab Radhiyallahu ‘anhu membuka pintu ini
yang terletak di tembok Masjid bagian Barat, ketika
dilakukan perbaikan Masjid tahun 12 H. Dinamakan Bab as
Salam karena letaknya sejajar dengan tempat penghormatan
berupa salam kepada jasad Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa
sallam.
21. RUMAH ABU BAKAR Radhiyallahu ‘anhu:
Jika kita berjalan dari mimbar melalui Bab Siddiq, rumah
ini berlokasi setelah tiang ke-5 sejajar dengan Bab Siddiq.
Suatu hari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Semua pintu rumah-rumah yang terbuka langsung ke dalam
Masjid harus ditutup kecuali pintu rumah Abu Bakar”.
Ini menimbulkan dugaan bahwa Abu Bakar Radhiyallahu
‘anhu akan menjadi khalifah pertama.
32. (1)
(2)
Tayamum
(3)
َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّاَّلل ىَّلَص َِّاَّلل ُولُسَر َالَقَف
اَذَكَه َولُقَت ْنَأ َيكِفْكَي َناَكاَََّّنِإْيَدَيِب َبَرَضَوَف ِهْيَدَي َََفَنَف ِِْرَْْا ََِإ ِهِهْيَّفَكَو ُهَهْجَو َحَسَم
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
'Cukup memadai bagi kamu untuk mengatakan demikian, lalu beliau memukulkan
kedua tangannya pada tanah, lalu mengibaskan kedua tangannya, lalu beliau
mengusap wajah dan kedua telapak tangannya'." (HR. Musim no.552, Bukhari 334)
(4)
34. َيِنِمْؤُم ٍمْوَق َارَد ْمُكْيَلَع ُم ََلَّلسَاِب َُّاَّلل َاءَش ْنِإ اَّنِإَوَنوُقِح ََل ْمُك
ASSALAAMU 'ALAIKUM DAARA QAUMIN MU’MINIIN,
WA INNAA INSYAA ALLAAHU BIKUM LAAHIQUUN
Semoga keselamatan terlimpahkah atas kalian penghuni kuburan
kaum mukminin, dan sesungguhnya insya Allah kami akan
bertemu (menyusul) kalian. (HR. Malik no.53, Muslim no.367, Ahmad no.8924,
Abu Daud no.2818, Ibnu Majah no.4296)
Do’a Ziarah Kubur
35. Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani', telah
menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar dari Az-Zuhri dari Sa'id bin Musayyab dari
Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menshalati
jenazah Najasyi lalu mengucapkan takbir empat kali. (HR. Tirmidzi No.943)
Shalat Jenazah
يَ اَنََّْدَح ِعيينَم ُنْب ُدََْْحأ اَنََّْدَحَح َيميِاَرْبيَ ُنْب ُيليعَْمْسْنَع ٌرَمْعَم اَنََّْد
يبَّيَسُمْلا ينْب ييديعَس ْنَع يييرُِّْالزَّنال ََّّ َأ َةَرْيَرُِ يَِأ ْنَعَُّاَّلل ىَّلَص َّيِب
ياشََّجنال ىَلَع ىَّلَص َمَّلَسَو يهْيَلَعيياًعَبَْأ َرَّبَ َف
36. Melakukan takbir pertama sambil mengangkat kedua tangannya
hingga kedua pundaknya, atau sampai kedua telinganya. Demikian
pula takbir-takbir selanjutnya. Kemudian ia meletakkan tangan
kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya di atas dadanya,
tidak membaca doa iftitah. Kemudian ber ta'awwudz (membaca
A'udzubillahi minash-syaitaanirrajim), membaca basmalah, membaca
al-Fatihah pelan-pelan dan terkadang membaca surah bersamanya.
َس ْنَع َُّ اَيْفُس اَنَرَبَْخأ ٍِ يثَك ُنْب ُدَّمَُم اَنََّْدَحَع ينْب َةََْلََ ْنَع َيميِاَرْبيَ ينْب يدْعٍَْع ينْب يَّاَّلل يدْبَالَق ِف
ِةَازَنَج ىَلَع ِاسَّبَع ينْاب َعَم ُتْيَّلَصاَفِب َأَرَقَفِابَتِْكلا ِةَ
ِِتَالَقَفُّالس ْنِم اَهَّنِإَِّةن
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah
mengabarkan kepada kami Sufyan dari Sa'd Ibrahim dari Thalhah
bin Abdullah bin 'Auf, ia berkata; aku pernah menshalatkan seorang
jenazah bersama Ibnu Abbas, ia membaca Al Fatihah,, kemudian ia
mengatakan; sesungguhnya hal tersebut adalah sunnah.
(HR. Abu Daud no.2783)
Takbir Pertama
37. Kemudian takbir kedua dan membaca: Shalawat
ُْخأ يَّاَّلل ُرْمَعَل اَنَأ َةَرْيَرُِ ٍَُبأ َالَقَفَف اَهيلَِْأ ْنيم اَهُعيبَّتَأ َكُ
يِبْتَعيُِو اََيِإُتْرَّبَك
ََّاَّلل ُتْديَْحَويهيييبَن ىَلَع ُتْيَّلَصَو
Takbir Kedua
Abu Hurairah berkata, "Demi Allah, aku akan mengabarkan kamu.
Aku mengikutinya sejakmasih berada pada keluarganya. Jika mayat
sudah diletakkan, aku bertakbir, memuji Allah dan bershalawat atas
Nabi-Nya. (HR. Malik no.479)
38. Kemudian takbir ketiga dan berdoa dengan ikhlas (diantaranya):
ُهْنَع ُفْعاَو ِهِافَعَو ُهََْحْارَو ُهَل ْرِفْغا َّمُهَّللَاَوْليسْغاَو ُهَلَخْدُم ْعيسَوَو ُهَلُزُن ْميرْكَأيَِرَبْلاَو يِْلَّالثَو ياءَمْلايب ُه
يم َضَيَْبْاْل َبٍَّْالث َتْيَّقَن اَمَكاَايَطَْاْل ْنيم يهيقَنَوياَِ ْنيم اًرْيَخ اًاَِ ُهْليدَْبأَو يَِنَّالد ْنًَكَِْأَو يهْنيم اًرْيَخ
يه يجْوَز ْنيم اًرْيَخ اًجْوَزَو يهيلَِْأَأَو َةَّنَْْلا ُْهلِخْدَأَوِابَذَع ْنِم َْوأ َِْْقْلا ِابَذَع ْنِم ُُْذِعِرَّانال
Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia dan maafkanlah
ia, muliakanlah tempat kembalinya, lapangkan kuburnya, bersihkanlah ia dengan
air, salju dan air yang sejuk. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan, sebagaimana
Engkau telah membersihkan pakaian putih dari kotoran, dan gantilah rumahnya
-di dunia- dengan rumah yang lebih baik -di akhirat- serta gantilah keluarganya
-di dunia- dengan keluarga yang lebih baik, dan pasangan di dunia dengan yang
lebih baik. Masukkanlah ia ke dalam surga-Mu dan lindungilah dari siksa kubur
atau siksa api neraka.“ (HR. Muslim no.1600 dari Auf bin Malik radliallahu ‘anhu )
Takbir Ketiga
39. Takbir Keempat
Sedangkan setelah takbir keempat maka tidaklah ada kewajiban untuk
berdoa menurut kesepakatan para ulama namun dianjurkan untuk berdoa
-sebagaimana disebutkan oleh Imam Syafi’i didalam kitab “al Buwaithi”-
dengan lafazh :
ُهََجرأ اَمنير ََت ََل َّمُهَّللَاَعدَب َّانيِفَت ََلَوُه.
Ya Allah, janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan janganlah
Engkau tinggalkan fitnah untuk kami setelah kepergiannya.
Atau dengan doa :
َح يةَرياآلخ يِفَو ، ًةَنَسَح اَُّنيالد يِف اَنيآت اَنَّبََّانال َابَََع اَنيقَو ، ًةَنَس
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Al Baqarah [2]: 201)