SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  24
Latar belakang munculnya sociological
jurisprudence dan legal realism
Oleh:
Isnaldi Utih
Berkembangnya berbagai aliran dalam filsafat hukum
menunjukkan pemikiran yang tidak henti-hentinya dalam ilmu
hukum. Dengan mengetahui pemikiran-pemikiran tersebut kita
banyak mendapat masukan yang sekaligus menghargai pendapat
orang lain. Adalah hal yang wajar dalam tataran ilmiah suatu
pemikiriran pada saat tertentu tidak sesuai dengan zamannya,
dan segera disangkal oleh pemikiran berikutnya. Namun
demikian, pemikiran yang lama tetaplah menjadi suatu karya yang
berharga untuk dikaji terus-menerus, dan tidak menutup
kemungkinan suatu saat nanti pemikiran lama tersebut tampil ke
depan dengan wajah barunya.
Aliran sociological jurisprudence timbul dari proses dialektika antara
tesis Positivisme Hukum dan antitesis Mazhab Sejarah. Positivisme
Hukum memandang tiada hukum kecuali perintah yang diberikan
penguasa (law is a command of lawgivers), Mazhab Sejarah
menyatakan hukum timbul dan berkembang bersama dengan
masyarakat. Positivisme Hukum mementingkan akal, sementara
aliran Mazhab Sejarah lebih mementingkan pengalaman, dan
sociological jurisprudence menganggap keduanya sama penting.
Menurut aliran sociological yurisprudence, hukum yang baik haruslah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran
ini memisahkan secara tegas antara hukum positif (the positive law)
dan hukum yang hidup (the living law).
Para penganut aliran sosiologi di bidang ilmu hukum, dibedakan
antara yang menggunakan sociology of law sebagai kajiannya, dan
yang menggunakan sociological jurisprudence sebagai kajiannya.
Sociology of law lahir di Italia, pertama kali dikenalkan oleh Anzilotty.
Sehingga berkonotasi Eropa Daratan, sedangkan sociological
jurisprudence lahir di Amerika Serikat, sehingga berkonotasi Anglo
Saxon,
Sociology of law adalah sosiologi tentang hukum, karena itu ia
merupakan cabang sosiologi. Sedangkan sociological jurisprudence
adalah ilmu hukum sosiologi, karena itu merupakan cabang ilmu
hukum.
Sociological jurisprudence adalah suatu studi yang berkarakter
khas tertib hukum, yaitu merupakan aspek ilmu hukum yang
sebenarnya, yaitu cabang dari ilmu-ilmu normatif, yang bertujuan
mengefektifkan perundang-undangan dalam pelaksanaannya,
didasarkan pada nilai-nilai yang subjektif.
Sociology of law adalah suatu studi yang memandang hukum
sebagai alat pengendalian sosial, merupakan ilmu deskriptif yang
memanfaatkan teknik-teknik empiris. Hal itu berkaitan dengan
pertanyaan mengapa perangkat hukum dan tugas-tugasnya
dibuat, sosiologi hukum memandang hukum sebagai produk suatu
sistem sosial dan sebagai alat untuk mengendalikan dan
mengubah sistem itu.
1. Sosiologisme hukum memandang hukum sebagai kenyataan
sosial. Sikap dasar kaum sosiologis hukum adalah kecurigaan.
Memandang hukum law in action
2. Sosiologisme hukum memandang bahwa hukum itu tidak otonom.
Tapi dipengaruhi oleh faktor-faktor non hukum dalam masyarakat
seperti, faktor ekonomi, politik budaya, sosial dan lain-lain.
3. Sosiologisme hukum memandang hukum sebagai das sein (dalam
kenyataannya)
4. Sosiologisme Hukum berpandangan empiris.
5. Metode yang digunakan oleh penganut sosiologisme hukum adalah
deskriptif.
1. Eugen Ehrlich (1862-1922)
Eugen Ehrlich dikenal sebagai the founding father of sociology
law. Ia adalah ahli hukum dari Austria dan tokoh pertama yang
meninjau hukum dari sudut sosiologi. Ajaran Ehrlich terkenal
dengan kalimatnya : “the center of gravity of legal development
lies not legislation, nor in juristic science, nor in judicial decision,
but in society itself”. Bagi Ehrlich perkembangan hukum itu tidak
terdapat dalam undang-undang, tidak juga dalam ilmu hukum, dan
juga tidak dalam putusan pengadilan, melainkan di dalam
masyarakat sendiri.
Ehrlich terkenal juga dengan konsep “living law” nya. Menurut
Ehrlich, ada dua sumber hukum:
1. Legal history and legal jurisprudence, yaitu penggunaan
preseden dan komentar tertulis.
2. Living law yang tumbuh dari kebiasaan mutakhir dalam
masyarakat.
Ehrlich juga membedakan kaidah-kaidah yang terdapat dalam
masyarakat ke dalam dua jenis:
1. Norm of decision, yaitu kaidah hukum.
2. Norm of conduct yaitu kaidah-kaidah sosial selain kaidah hukum,
yang muncul akibat pergaulan hidup sesama masyarakat.
Ehrlich beranggapan bahwa hukum tunduk pada kekuatan-
kekuatan sosial tertentu. Hukum sendiri tidak akan mungkin
efektif, oleh karena ketertiban dalam masyarakat didasarkan pada
pengakuan sosial terhadap hukum, dan bukan karena
penerapannya secara resmi oleh negara. Sehingga bagi mereka
yang berperan sebagai pihak yang mengembangkan sistem
hukum harus mempunyai hubungan yang erat dengan nilai-nilai
yang dianut dalam masyarakat bersangkutan. Kesadaran itu harus
ada pada setiap anggota profesi hukum yang bertugas
mengembangkan hukum yang hidup dan menentukan ruang
lingkup hukum positif dalam hubungannya dengan hukum yang
hidup.
2. Roscoe Pound (1870-1964)
Roscoe Pound oleh banyak pakar dianggap sebagai the founding father
sosiological jurisprudence . Pound terkenal dengan teorinya bahwa
hukum adalah alat untuk memperbaharui (merekayasa) masyarakat
(law as a tool of social engineering). Kemudian Pound membuat
penggolongan atas kepentingan-kepentingan yang harus dilindungi
oleh hukum sebagai berikut:
1. Kepentingan umum (public interest) :
- Kepentingan negara sebagai badan hukum
- Kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat
2. Kepentingan masyarakat (social interest)
- Kepentingan akan kedamaian dan ketertiban
- Perlindungan lembaga-lembagai sosial
- Pencegahan kemerosotan akhlak
- Pencegahan pelanggaran hak
- Kesejahteraan sosial
3. Kepentingan Pribadi (private interest)
- Kepentingan individu
- Kepentingan Keluarga
- Kepentingan Hak Milik
Dari klasifikasi diatas, pendekatan yang dilakukan Pound terhadap hukum sebagai
jalan ke arah tujuan sosial dan sebagai alat dalam perkembangan sosial, dan
klasifikasi ini juga membantu menjelaskan premis-premis hukum, sehingga
membuat pembentuk undang-undang, hakim dan pengajar hukum menyadari akan
prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terkait dalam tiap-tiap persoalan khusus
(membantu hubungan antara prinsip hukum dan praktiknya). Pemikiran Pound ini
berangkat dari pemikiran tentang pengaruh timbal balik antara hukum dan
masyarakat.
Pandangan Pound mengenai teori “law as social engineering”
tercantum dalam karyanya “A Theory of Social Interest”. Dalam
karyanya ini Pound menyatakan fungsi hukum sangat luas termasuk
untuk rokonsiliasi, harmonisasi dan kompromi atas seluruh konflik
kepentingan dalam masyarakat (individu, publik dan negara), dengan
prinsip hanya untuk kepentingan yang terbanyak dengan
pengorbanan sekecil-kecilnya kepentingan orang lain, itulah yang
disebut law as social engineering atau a system of social engineering.
Sehingga konsep hukum yang dimaksud Pound adalah konsep hukum
masa depan yang memiliki visi yang jelas tentang bagaimana
menyelesaikan berbagai konflik kepentingan dalam kehidupan
masyarakat dan hubungannya dengan peranan negara dan individu.
Realisme Hukum berkembang bersamaan dengan Sosiological
Jurisprudence, yakni pada abad 20. Berikut latar belakang munculnya
realisme hukum:
1. Adanya gugatan terhadap nilai-nilai tradisional yang dipelihara dan
sudah mapan, yakni nilai-nilai yang memanggap bahwa hukum itu
ideal.
2. Karena berkembangnya ilmu-ilmu prilaku, seperti sosiologi dan
psikologi yang membuat masyarakat disetir oleh mitos-mitos seperti
agama.
3. Akibat adanya laporan-laporan hasil survei terhadap kinerja hukum
yakni aturan hukum dan penegak hukum
Realisme hukum adalah suatu aliran pemikiran yang dimulai di
Amerika Serikat. Tokoh terkenal dari realisme ini adalah Jhon
Chipman Gray, Oliver Wondell Holmes, Jerome Frank, dan Karl
Llewellyn. Realisme hukum berarti suatu studi tentang hukum sebagai
sesuatu yang benar-benar secara nyata dilaksanakan, ketimbang
sekedar hukum sebagai serentetan aturan yang termuat dalam
perundang-undangan. Basis filsufis dari realisme bersandar pada
keyakinan bahwa ketika kita berpersepsi, kita menyadari hal-hal yang
ada secara telepas dari kita. Karenanya, secara tersirat keyakinan ini
melibatkan suatu penolakan terhadap pandangan bahwa apa yang
dipersepsi tidak lebih daripada sekedar data yang bersifat perasaan
pribadi saja. Doktrin yang diterapkan pada penyelidikan terhadap
suatu fenomena, melibatkan aplikasi prosedur-prosedur objektif yang
tidak dipengaruhi oleh suatu cara yang bersifat sentimen / idealisme.
1. Suatu penyelidikan ke dalam unsur-unsur khas dari kasus-
kasus,
2. Suatu kesadaran tentang faktor-faktor irrasional dan faktor-
faktor yang tidak logis dalam pembuatan putusan pengadilan,
3. Penaksiran tentang aturan-aturan hukum melalui evaluasi
terhadap konsekuensi-konsekuensi praktis dari aturan-aturan
tersebut,
4. Suatu perhatian terhadap hukum dalam kaitannya dengan
politik, ekonomi, dan lain-lain.
1. Tidak ada mazhab realis; realisme adalah gerakan dari pemikiran
dan kerja tentang hukum. “Realism is not a philosophy, but a
technology... What realism was, and is, is a method nothing more”
2. Realisme adalah konsepsi hukum yang terus berubah dan alat
untuk tujuan-tujuan sosial, sehingga tiap bagian harus diuji tujuannya
dan akibatnya. Realisme mengandung konsepsi tentang masyarakat
yang berubah lebih cepat daripada hukum.
3. Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara
hukum yang ada dan yang seharusnya ada, untuk tujuan-tujuan studi
4. Realisme tidak percaya pada kentuan-ketentuan dan konsepsi-
konsepsi hukum, sepanjang kententuan-ketentuan dan konsepsi
hukum menggambarkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh
pengadilan-pengadilan dan orang-orang. Realisme menerima definisi
peraturan-peraturan sebagai “ramalan-ramalan umum tentang apa
yang akan dilakukan oleh pengadilan-pengadilan”.
5. Realisme menekankan evolusi tiap bagian dari hukum dengan
mengingatkan akibatnya.
Dengan demikian, Realisme berpendapat bahwa tidak ada hukum
yang mengatur suatu perkara sampai ada putusan hakim terhadap
perkara itu. Apa yang dianggap sebagai hukum dalam buku-buku,
baru merupakan taksiran tentang bagaimana hakim akan
memutuskan.
Oliver Wendell Holmes (1841-1935)
Holmes dikenal sebagai “the founder of the realist shoud”. Kata-
katanya yang paling terkenal adalah “the life of the law has been,
not logic, but experience”. Aspek-aspek empiris dan pragmatis
dari hukum merupakan hal yang penting. Bagi Holmes, hukum
adalah apa yang diramalkan akan diputus dalam kenyataannya
oleh pengadilan.
Holmes menyatakan hukum adalah kelakuan aktual para hakim
(pattern of behaviors), dimana pattern of behaviors hakim
ditentukan oleh tiga faktor masing-masing:
1. Kaidah-kaidah hukum yang dikonkritkan oleh hakim dengan metode
interpretasi dan konstruksi
2. Moral hidup pribadi hakim
3. Kepentingan sosial
Tiga faktor inilah yang mempengaruhi putusan hakim
Hal yang fundamental dari pemikiran Holmes, adalah bahwa para juris
tidak seharusnya puas dengan bentuk-bentuk dangkal dari kata-kata,
semata-mata hanya karena kata-kata bersangkutan telah sangat
sering digunakan dan telah diulang-ulang dari salah satu ujung “union”
ke ujung lainnya. Kita harus memikirkan hal-hal, bukannya kata-kata,
atau sekurang-kurangnya kita harus secara konstan menerjemahkan
kata-kata kita ke dalam fakta-fakta yang diwakilinya jika kita hendak
mengikuti sesuatu yang nyata dan benar.
Lundstedt
Lundstedt adalah seorang profesor hukum Swedia. Ia secara total
menolak terhadap argumen yang bersifat metafisik. Apa yang
tidak dapat dibuktikan secara fakta adalah merupakan sesuatu
yang tidak valid. Kesalahan-kesalahan bahasa serta reaksi-reaksi
yang murni bersifat emosional menjadi penyebab timbulnya
banyak argumen yang tidak berguna berkaitan dengan nilai-nilai.
Menurut Lundstedt Hukum hanyalah merupakan fakta-fakta dari
eksistensi sosial, selain daripada itu hanya sekedar ilusi. Hukum
merupakan hal esensial jika masyarakat ingin bertahan, oleh
karena pada dasarnya hukum merupakan persyaratan bagi
kesejahteraan sosial.
Lebih lanjut Lundstedt, berpendapat bahwa suatu sistem hukum
mencerminkan aspirasi-aspirasi sosial yang secara sistematik
mengorganisir fakta sosial, maka tujuan-tujuan sistem itu akan
muncul pula secara jelas.
Aliran Realisme Skandinavia dan Amerika Serikat menolak “das
sollen” (the “ought”) dalam studi hukum dan juga menolak
spekulasi metafisik dalam penyelidikan kenyataan-kenyataan dari
sistem hukum. Realisme Amerika Serikat lebih menitikberatkan
pada aspek-aspek perilaku hakim daripada pertanyaan-
pertanyaan tentang hukum yang tumbuh dari perhatian pada sifat
hak-hak dan kewajiban-kewajiban subyek hukum. Yang menjadi
dasar dari filsafat Skandinavia adalah penolakan terhadap konsep
tentang pikiran (mind) yang mencakup fenomena-fenomena
mental, yang merupakan tidak lebih dari reaksi-reaksi otak.
Bagi kaum Realisme Skandinavia, yang disebut
“ide-ide”, semata-mata merupakan rasionalisasi-
rasionalisasi dari eksistentsi objektif, ide-ide itu
semata-mata ungkapan verbal dari reaksi-reaksi
terhadap fakta-fakta dan kondisi-kondisi
(lingkungan-lingkungan) eksternalnya.
 Abdul Halim Barkatullah & Teguh Prasetyo, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum: Pemikiran Menuju
Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartat, ctk. Pertama, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2012.
 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)
Termasuk Interpretasi Undang-undang (legisprudence), ctk. Keempat, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2012.
 Achmad Ali & Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, ctk. Pertama,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012.
 -------------------------------------------. Sosiologi Hukum Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, ctk.
Pertama, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012.
 Achmad Sodik & Juniarso Ridwan, Tokoh-tokoh Ahli Pikir tentang Negara dan Hukum dari
Zaman Yunani Kuno sampai Abad 20, ctk. Pertama, Nuansa, Bandung, 2010.
 Darji Darmodiharjo & Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat
Hukum Indonesia, ctk. Keenam, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006
 Romli Atmasasmita, Teori Hukum Intergratif Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum
Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, ctk. Pertama, Genta Publishing,Yogyakarta, 2012.
 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, ctk. Ketujuh, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012

Contenu connexe

Tendances

Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
Puspa Bunga
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Nuelnuel11
 
Materi Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu RaniMateri Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu Rani
elsaref
 
P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..
P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..
P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..
yudikrismen1
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Sigit Riono
 
realisme hukum
 realisme hukum realisme hukum
realisme hukum
D'jaln Sunyi
 
5 (lima) dalil filsafat hukum
5 (lima) dalil filsafat hukum5 (lima) dalil filsafat hukum
5 (lima) dalil filsafat hukum
Kau Hatiku
 

Tendances (20)

Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
 
Beberapa mazhab-dalam-ilmu-hukum(4)
Beberapa mazhab-dalam-ilmu-hukum(4)Beberapa mazhab-dalam-ilmu-hukum(4)
Beberapa mazhab-dalam-ilmu-hukum(4)
 
Antropologi Hukum 2, UNDIP
Antropologi Hukum 2, UNDIPAntropologi Hukum 2, UNDIP
Antropologi Hukum 2, UNDIP
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Materi Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu RaniMateri Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu Rani
 
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Perbedaan sistem peradilan di Indonesia dengan negara-negara lain..
Perbedaan sistem peradilan di Indonesia dengan negara-negara lain..Perbedaan sistem peradilan di Indonesia dengan negara-negara lain..
Perbedaan sistem peradilan di Indonesia dengan negara-negara lain..
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
 
sumber sumber hukum
 sumber sumber hukum sumber sumber hukum
sumber sumber hukum
 
P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..
P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..
P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
 
realisme hukum
 realisme hukum realisme hukum
realisme hukum
 
5 (lima) dalil filsafat hukum
5 (lima) dalil filsafat hukum5 (lima) dalil filsafat hukum
5 (lima) dalil filsafat hukum
 
Politik Hukum - Pertemuan Kedua - 2. politik hukum di indonesia
Politik Hukum - Pertemuan Kedua - 2. politik hukum di indonesiaPolitik Hukum - Pertemuan Kedua - 2. politik hukum di indonesia
Politik Hukum - Pertemuan Kedua - 2. politik hukum di indonesia
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum Keluarga
Hukum KeluargaHukum Keluarga
Hukum Keluarga
 

Similaire à Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Sosiologi hukum (soerjono soekanto)
Sosiologi hukum (soerjono soekanto)Sosiologi hukum (soerjono soekanto)
Sosiologi hukum (soerjono soekanto)
R Maulana
 
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).pptMATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
KukuhDt
 
PERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptx
PERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptxPERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptx
PERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptx
IlyasAlbar
 
Filsafat hukum
Filsafat hukumFilsafat hukum
Filsafat hukum
Kau Hatiku
 
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdfTUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
karisma46
 
56940113 pengantar-ilmu-hukum
56940113 pengantar-ilmu-hukum56940113 pengantar-ilmu-hukum
56940113 pengantar-ilmu-hukum
ocoysan
 

Similaire à Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism (20)

Hukum non doktrinal
Hukum non doktrinalHukum non doktrinal
Hukum non doktrinal
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
Sosiologi hukum (soerjono soekanto)
Sosiologi hukum (soerjono soekanto)Sosiologi hukum (soerjono soekanto)
Sosiologi hukum (soerjono soekanto)
 
Kebuntuan Dari Pendekatan Legalitas Formal Menuju Pendekatan Interdisipliner
Kebuntuan Dari Pendekatan Legalitas Formal Menuju Pendekatan InterdisiplinerKebuntuan Dari Pendekatan Legalitas Formal Menuju Pendekatan Interdisipliner
Kebuntuan Dari Pendekatan Legalitas Formal Menuju Pendekatan Interdisipliner
 
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).pptMATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
 
Kebuntuan dari pendekatan legalitas formal menuju pendekatan interdisipliner
Kebuntuan dari pendekatan legalitas formal menuju pendekatan interdisiplinerKebuntuan dari pendekatan legalitas formal menuju pendekatan interdisipliner
Kebuntuan dari pendekatan legalitas formal menuju pendekatan interdisipliner
 
PPT SOSIOLOGI HUKUM.pptx
PPT SOSIOLOGI HUKUM.pptxPPT SOSIOLOGI HUKUM.pptx
PPT SOSIOLOGI HUKUM.pptx
 
Law Sociology
Law SociologyLaw Sociology
Law Sociology
 
PERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptx
PERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptxPERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptx
PERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptx
 
BAHAN-1-PENGANTAR-ILMU-HUKUM-1.ppt
BAHAN-1-PENGANTAR-ILMU-HUKUM-1.pptBAHAN-1-PENGANTAR-ILMU-HUKUM-1.ppt
BAHAN-1-PENGANTAR-ILMU-HUKUM-1.ppt
 
Paradigma hukum
Paradigma hukumParadigma hukum
Paradigma hukum
 
Filsafat_Hukum.ppt
Filsafat_Hukum.pptFilsafat_Hukum.ppt
Filsafat_Hukum.ppt
 
Filsafat hukum
Filsafat hukumFilsafat hukum
Filsafat hukum
 
Filsafat hukum dan Teori Hukum
Filsafat hukum  dan Teori HukumFilsafat hukum  dan Teori Hukum
Filsafat hukum dan Teori Hukum
 
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdfTUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
 
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
 
Makalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vikaMakalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vika
 
Sinopsis pranata hukum
Sinopsis pranata hukumSinopsis pranata hukum
Sinopsis pranata hukum
 
TEORI HUKUM
TEORI HUKUMTEORI HUKUM
TEORI HUKUM
 
56940113 pengantar-ilmu-hukum
56940113 pengantar-ilmu-hukum56940113 pengantar-ilmu-hukum
56940113 pengantar-ilmu-hukum
 

Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

  • 1. Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism Oleh: Isnaldi Utih
  • 2. Berkembangnya berbagai aliran dalam filsafat hukum menunjukkan pemikiran yang tidak henti-hentinya dalam ilmu hukum. Dengan mengetahui pemikiran-pemikiran tersebut kita banyak mendapat masukan yang sekaligus menghargai pendapat orang lain. Adalah hal yang wajar dalam tataran ilmiah suatu pemikiriran pada saat tertentu tidak sesuai dengan zamannya, dan segera disangkal oleh pemikiran berikutnya. Namun demikian, pemikiran yang lama tetaplah menjadi suatu karya yang berharga untuk dikaji terus-menerus, dan tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti pemikiran lama tersebut tampil ke depan dengan wajah barunya.
  • 3. Aliran sociological jurisprudence timbul dari proses dialektika antara tesis Positivisme Hukum dan antitesis Mazhab Sejarah. Positivisme Hukum memandang tiada hukum kecuali perintah yang diberikan penguasa (law is a command of lawgivers), Mazhab Sejarah menyatakan hukum timbul dan berkembang bersama dengan masyarakat. Positivisme Hukum mementingkan akal, sementara aliran Mazhab Sejarah lebih mementingkan pengalaman, dan sociological jurisprudence menganggap keduanya sama penting. Menurut aliran sociological yurisprudence, hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara hukum positif (the positive law) dan hukum yang hidup (the living law).
  • 4. Para penganut aliran sosiologi di bidang ilmu hukum, dibedakan antara yang menggunakan sociology of law sebagai kajiannya, dan yang menggunakan sociological jurisprudence sebagai kajiannya. Sociology of law lahir di Italia, pertama kali dikenalkan oleh Anzilotty. Sehingga berkonotasi Eropa Daratan, sedangkan sociological jurisprudence lahir di Amerika Serikat, sehingga berkonotasi Anglo Saxon, Sociology of law adalah sosiologi tentang hukum, karena itu ia merupakan cabang sosiologi. Sedangkan sociological jurisprudence adalah ilmu hukum sosiologi, karena itu merupakan cabang ilmu hukum.
  • 5. Sociological jurisprudence adalah suatu studi yang berkarakter khas tertib hukum, yaitu merupakan aspek ilmu hukum yang sebenarnya, yaitu cabang dari ilmu-ilmu normatif, yang bertujuan mengefektifkan perundang-undangan dalam pelaksanaannya, didasarkan pada nilai-nilai yang subjektif. Sociology of law adalah suatu studi yang memandang hukum sebagai alat pengendalian sosial, merupakan ilmu deskriptif yang memanfaatkan teknik-teknik empiris. Hal itu berkaitan dengan pertanyaan mengapa perangkat hukum dan tugas-tugasnya dibuat, sosiologi hukum memandang hukum sebagai produk suatu sistem sosial dan sebagai alat untuk mengendalikan dan mengubah sistem itu.
  • 6. 1. Sosiologisme hukum memandang hukum sebagai kenyataan sosial. Sikap dasar kaum sosiologis hukum adalah kecurigaan. Memandang hukum law in action 2. Sosiologisme hukum memandang bahwa hukum itu tidak otonom. Tapi dipengaruhi oleh faktor-faktor non hukum dalam masyarakat seperti, faktor ekonomi, politik budaya, sosial dan lain-lain. 3. Sosiologisme hukum memandang hukum sebagai das sein (dalam kenyataannya) 4. Sosiologisme Hukum berpandangan empiris. 5. Metode yang digunakan oleh penganut sosiologisme hukum adalah deskriptif.
  • 7. 1. Eugen Ehrlich (1862-1922) Eugen Ehrlich dikenal sebagai the founding father of sociology law. Ia adalah ahli hukum dari Austria dan tokoh pertama yang meninjau hukum dari sudut sosiologi. Ajaran Ehrlich terkenal dengan kalimatnya : “the center of gravity of legal development lies not legislation, nor in juristic science, nor in judicial decision, but in society itself”. Bagi Ehrlich perkembangan hukum itu tidak terdapat dalam undang-undang, tidak juga dalam ilmu hukum, dan juga tidak dalam putusan pengadilan, melainkan di dalam masyarakat sendiri.
  • 8. Ehrlich terkenal juga dengan konsep “living law” nya. Menurut Ehrlich, ada dua sumber hukum: 1. Legal history and legal jurisprudence, yaitu penggunaan preseden dan komentar tertulis. 2. Living law yang tumbuh dari kebiasaan mutakhir dalam masyarakat. Ehrlich juga membedakan kaidah-kaidah yang terdapat dalam masyarakat ke dalam dua jenis: 1. Norm of decision, yaitu kaidah hukum. 2. Norm of conduct yaitu kaidah-kaidah sosial selain kaidah hukum, yang muncul akibat pergaulan hidup sesama masyarakat.
  • 9. Ehrlich beranggapan bahwa hukum tunduk pada kekuatan- kekuatan sosial tertentu. Hukum sendiri tidak akan mungkin efektif, oleh karena ketertiban dalam masyarakat didasarkan pada pengakuan sosial terhadap hukum, dan bukan karena penerapannya secara resmi oleh negara. Sehingga bagi mereka yang berperan sebagai pihak yang mengembangkan sistem hukum harus mempunyai hubungan yang erat dengan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat bersangkutan. Kesadaran itu harus ada pada setiap anggota profesi hukum yang bertugas mengembangkan hukum yang hidup dan menentukan ruang lingkup hukum positif dalam hubungannya dengan hukum yang hidup.
  • 10. 2. Roscoe Pound (1870-1964) Roscoe Pound oleh banyak pakar dianggap sebagai the founding father sosiological jurisprudence . Pound terkenal dengan teorinya bahwa hukum adalah alat untuk memperbaharui (merekayasa) masyarakat (law as a tool of social engineering). Kemudian Pound membuat penggolongan atas kepentingan-kepentingan yang harus dilindungi oleh hukum sebagai berikut: 1. Kepentingan umum (public interest) : - Kepentingan negara sebagai badan hukum - Kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat 2. Kepentingan masyarakat (social interest) - Kepentingan akan kedamaian dan ketertiban - Perlindungan lembaga-lembagai sosial
  • 11. - Pencegahan kemerosotan akhlak - Pencegahan pelanggaran hak - Kesejahteraan sosial 3. Kepentingan Pribadi (private interest) - Kepentingan individu - Kepentingan Keluarga - Kepentingan Hak Milik Dari klasifikasi diatas, pendekatan yang dilakukan Pound terhadap hukum sebagai jalan ke arah tujuan sosial dan sebagai alat dalam perkembangan sosial, dan klasifikasi ini juga membantu menjelaskan premis-premis hukum, sehingga membuat pembentuk undang-undang, hakim dan pengajar hukum menyadari akan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terkait dalam tiap-tiap persoalan khusus (membantu hubungan antara prinsip hukum dan praktiknya). Pemikiran Pound ini berangkat dari pemikiran tentang pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat.
  • 12. Pandangan Pound mengenai teori “law as social engineering” tercantum dalam karyanya “A Theory of Social Interest”. Dalam karyanya ini Pound menyatakan fungsi hukum sangat luas termasuk untuk rokonsiliasi, harmonisasi dan kompromi atas seluruh konflik kepentingan dalam masyarakat (individu, publik dan negara), dengan prinsip hanya untuk kepentingan yang terbanyak dengan pengorbanan sekecil-kecilnya kepentingan orang lain, itulah yang disebut law as social engineering atau a system of social engineering. Sehingga konsep hukum yang dimaksud Pound adalah konsep hukum masa depan yang memiliki visi yang jelas tentang bagaimana menyelesaikan berbagai konflik kepentingan dalam kehidupan masyarakat dan hubungannya dengan peranan negara dan individu.
  • 13. Realisme Hukum berkembang bersamaan dengan Sosiological Jurisprudence, yakni pada abad 20. Berikut latar belakang munculnya realisme hukum: 1. Adanya gugatan terhadap nilai-nilai tradisional yang dipelihara dan sudah mapan, yakni nilai-nilai yang memanggap bahwa hukum itu ideal. 2. Karena berkembangnya ilmu-ilmu prilaku, seperti sosiologi dan psikologi yang membuat masyarakat disetir oleh mitos-mitos seperti agama. 3. Akibat adanya laporan-laporan hasil survei terhadap kinerja hukum yakni aturan hukum dan penegak hukum
  • 14. Realisme hukum adalah suatu aliran pemikiran yang dimulai di Amerika Serikat. Tokoh terkenal dari realisme ini adalah Jhon Chipman Gray, Oliver Wondell Holmes, Jerome Frank, dan Karl Llewellyn. Realisme hukum berarti suatu studi tentang hukum sebagai sesuatu yang benar-benar secara nyata dilaksanakan, ketimbang sekedar hukum sebagai serentetan aturan yang termuat dalam perundang-undangan. Basis filsufis dari realisme bersandar pada keyakinan bahwa ketika kita berpersepsi, kita menyadari hal-hal yang ada secara telepas dari kita. Karenanya, secara tersirat keyakinan ini melibatkan suatu penolakan terhadap pandangan bahwa apa yang dipersepsi tidak lebih daripada sekedar data yang bersifat perasaan pribadi saja. Doktrin yang diterapkan pada penyelidikan terhadap suatu fenomena, melibatkan aplikasi prosedur-prosedur objektif yang tidak dipengaruhi oleh suatu cara yang bersifat sentimen / idealisme.
  • 15. 1. Suatu penyelidikan ke dalam unsur-unsur khas dari kasus- kasus, 2. Suatu kesadaran tentang faktor-faktor irrasional dan faktor- faktor yang tidak logis dalam pembuatan putusan pengadilan, 3. Penaksiran tentang aturan-aturan hukum melalui evaluasi terhadap konsekuensi-konsekuensi praktis dari aturan-aturan tersebut, 4. Suatu perhatian terhadap hukum dalam kaitannya dengan politik, ekonomi, dan lain-lain.
  • 16. 1. Tidak ada mazhab realis; realisme adalah gerakan dari pemikiran dan kerja tentang hukum. “Realism is not a philosophy, but a technology... What realism was, and is, is a method nothing more” 2. Realisme adalah konsepsi hukum yang terus berubah dan alat untuk tujuan-tujuan sosial, sehingga tiap bagian harus diuji tujuannya dan akibatnya. Realisme mengandung konsepsi tentang masyarakat yang berubah lebih cepat daripada hukum. 3. Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara hukum yang ada dan yang seharusnya ada, untuk tujuan-tujuan studi
  • 17. 4. Realisme tidak percaya pada kentuan-ketentuan dan konsepsi- konsepsi hukum, sepanjang kententuan-ketentuan dan konsepsi hukum menggambarkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pengadilan-pengadilan dan orang-orang. Realisme menerima definisi peraturan-peraturan sebagai “ramalan-ramalan umum tentang apa yang akan dilakukan oleh pengadilan-pengadilan”. 5. Realisme menekankan evolusi tiap bagian dari hukum dengan mengingatkan akibatnya. Dengan demikian, Realisme berpendapat bahwa tidak ada hukum yang mengatur suatu perkara sampai ada putusan hakim terhadap perkara itu. Apa yang dianggap sebagai hukum dalam buku-buku, baru merupakan taksiran tentang bagaimana hakim akan memutuskan.
  • 18. Oliver Wendell Holmes (1841-1935) Holmes dikenal sebagai “the founder of the realist shoud”. Kata- katanya yang paling terkenal adalah “the life of the law has been, not logic, but experience”. Aspek-aspek empiris dan pragmatis dari hukum merupakan hal yang penting. Bagi Holmes, hukum adalah apa yang diramalkan akan diputus dalam kenyataannya oleh pengadilan. Holmes menyatakan hukum adalah kelakuan aktual para hakim (pattern of behaviors), dimana pattern of behaviors hakim ditentukan oleh tiga faktor masing-masing:
  • 19. 1. Kaidah-kaidah hukum yang dikonkritkan oleh hakim dengan metode interpretasi dan konstruksi 2. Moral hidup pribadi hakim 3. Kepentingan sosial Tiga faktor inilah yang mempengaruhi putusan hakim Hal yang fundamental dari pemikiran Holmes, adalah bahwa para juris tidak seharusnya puas dengan bentuk-bentuk dangkal dari kata-kata, semata-mata hanya karena kata-kata bersangkutan telah sangat sering digunakan dan telah diulang-ulang dari salah satu ujung “union” ke ujung lainnya. Kita harus memikirkan hal-hal, bukannya kata-kata, atau sekurang-kurangnya kita harus secara konstan menerjemahkan kata-kata kita ke dalam fakta-fakta yang diwakilinya jika kita hendak mengikuti sesuatu yang nyata dan benar.
  • 20. Lundstedt Lundstedt adalah seorang profesor hukum Swedia. Ia secara total menolak terhadap argumen yang bersifat metafisik. Apa yang tidak dapat dibuktikan secara fakta adalah merupakan sesuatu yang tidak valid. Kesalahan-kesalahan bahasa serta reaksi-reaksi yang murni bersifat emosional menjadi penyebab timbulnya banyak argumen yang tidak berguna berkaitan dengan nilai-nilai. Menurut Lundstedt Hukum hanyalah merupakan fakta-fakta dari eksistensi sosial, selain daripada itu hanya sekedar ilusi. Hukum merupakan hal esensial jika masyarakat ingin bertahan, oleh karena pada dasarnya hukum merupakan persyaratan bagi kesejahteraan sosial.
  • 21. Lebih lanjut Lundstedt, berpendapat bahwa suatu sistem hukum mencerminkan aspirasi-aspirasi sosial yang secara sistematik mengorganisir fakta sosial, maka tujuan-tujuan sistem itu akan muncul pula secara jelas.
  • 22. Aliran Realisme Skandinavia dan Amerika Serikat menolak “das sollen” (the “ought”) dalam studi hukum dan juga menolak spekulasi metafisik dalam penyelidikan kenyataan-kenyataan dari sistem hukum. Realisme Amerika Serikat lebih menitikberatkan pada aspek-aspek perilaku hakim daripada pertanyaan- pertanyaan tentang hukum yang tumbuh dari perhatian pada sifat hak-hak dan kewajiban-kewajiban subyek hukum. Yang menjadi dasar dari filsafat Skandinavia adalah penolakan terhadap konsep tentang pikiran (mind) yang mencakup fenomena-fenomena mental, yang merupakan tidak lebih dari reaksi-reaksi otak.
  • 23. Bagi kaum Realisme Skandinavia, yang disebut “ide-ide”, semata-mata merupakan rasionalisasi- rasionalisasi dari eksistentsi objektif, ide-ide itu semata-mata ungkapan verbal dari reaksi-reaksi terhadap fakta-fakta dan kondisi-kondisi (lingkungan-lingkungan) eksternalnya.
  • 24.  Abdul Halim Barkatullah & Teguh Prasetyo, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum: Pemikiran Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartat, ctk. Pertama, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012.  Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (legisprudence), ctk. Keempat, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012.  Achmad Ali & Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, ctk. Pertama, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012.  -------------------------------------------. Sosiologi Hukum Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, ctk. Pertama, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012.  Achmad Sodik & Juniarso Ridwan, Tokoh-tokoh Ahli Pikir tentang Negara dan Hukum dari Zaman Yunani Kuno sampai Abad 20, ctk. Pertama, Nuansa, Bandung, 2010.  Darji Darmodiharjo & Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, ctk. Keenam, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006  Romli Atmasasmita, Teori Hukum Intergratif Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, ctk. Pertama, Genta Publishing,Yogyakarta, 2012.  Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, ctk. Ketujuh, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012