SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  5
Télécharger pour lire hors ligne
Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
IJONHS Volume 3 Nomor 2, September 2017 27
RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN KADAR
GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
Herina Dwi Putri, Widaningsih
Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul
Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta 11510
herinadwiputri@gmail.com
Abstract
The prevalence of diabetes occurring in 2015 is 9.3% and is expected to increase annually. Type 2
diabetes mellitus occurs because insulin resistance, which glucose fails to enter the cell, usually
occurs in the age above 30 years. One of the modalitas therapy that can be done is progressive
muscle relaxation. The purpose of this study was to identify the effect of progressive muscle relaxation
therapy on the decrease in blood sugar levels in patients with type 2 diabetes mellitus at Puskesmas
Pondok Jagung. This research method used pre-experimental design with one group pretest-posttest.
A sample size of 30 respondents selected by sampling technique of non-probability sampling type
consecutive sampling. The result of paired hypothesis test of t-test sample at significance level of 95%
obtained ρ-value < α, that is 0.000 indicates that there is influence of progressive muscle relaxation
therapy to decrease blood glucose level in type 2 diabetes mellitus patient. Conclusion obtained there
is significant difference between blood glucose levels before and after progressive muscle relaxation
therapy. It is suggested that health care institutions need to implement new policies related to the
application of progressive muscle relaxation therapy.
Keywords: type 2 diabetes mellitus, progressive muscle relaxation therapy, blood sugar levels
Abstrak
Prevalensi diabetes yang terjadi pada tahun 2015 adalah 9,3% dan diperkirakan meningkat setiap
tahun. Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena resistensi insulin, dimana glukosa gagal memasuki sel,
biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun. Salah satu terapi modalitas yang bisa dilakukan adalah
relaksasi otot progresif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas
Pondok Jagung. Metode penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan satu kelompok
pretest-posttest. Ukuran sampel sebanyak 30 responden dipilih dengan teknik sampling non-
probability sampling tipe consecutive sampling. Hasil uji hipotesis berpasangan dari sampel uji-t pada
taraf signifikansi 95% diperoleh ρ-value <α, yaitu 0,000 menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi
relaksasi otot progresif untuk menurunkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
Kesimpulan yang diperoleh ada perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah sebelum dan
sesudah terapi relaksasi otot progresif. Disarankan bahwa lembaga perawatan kesehatan perlu
menerapkan kebijakan baru yang terkait dengan penerapan terapi relaksasi otot progresif.
Kata kunci: diabetes mellitus tipe 2, terapi relaksasi otot progresif, kadar gula darah
Pendahuluan
Perubahan gaya hidup yang dilakukan oleh
masyarakat zaman sekarang, memiliki pengaruh
besar terhadap munculnya berbagai macam
penyakit. Masyarakat sekarang sering tidak menjaga
pola hidup yang sehat. Salah satu penyakit yang bisa
disebabkan dari pola hidup tidak sehat adalah
Diabetes. Sebanyak 85% diabetesi merupakan
penderita diabetes mellitus tipe 2. Penderita diabetes
mellitus tipe 2 umumnya orang dewasa yang berusia
di atas 30 tahun (Lanny, 2012). Diabetes mellitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua- duanya. Hiperglikemia didefinisikan sebagai
kondisi kadar gula darah sewaktu lebih tinggi dari
>11.1 mmol/l (>200 mg/dl) (World Health Orga-
nitation, (WHO), 2015).
Hal yang membedakan diabetes mellitus tipe
1 dan tipe 2 adalah ketergantungan terhadap insulin.
Diabetes mellitus tipe 1 adalah diabetes yang
tergantung pada insulin, karena kehilangan
kemampuan untuk memproduksi insulin. Kondisi
tersebut disebabkan oleh autoimun, menghancurkan
sel yang bertugas memproduksi insulin. Diabetes
mellitus tipe 2 adalah diabetes yang kemungkinan
tidak tergantung insulin. Ketergantungan terhadap
insulin berkaitan dengan produksi insulin yang
mampu dihasilkan oleh sel beta pada pankreas. Pada
pasien diabetes mellitus tipe 2, insulin diproduksi
Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
IJONHS Volume 3 Nomor 2, September 2017 28
dalam jumlah cukup. Namun, oleh penyebab
tertentu, glukosa gagal masuk ke dalam sel.
Kegagalan tersebut terjadi karena sel kebal (resisten)
terhadap insulin. Akibat malfungsi dalam
penggunaan insulin (Lanny, 2012).
Menurut IDF (2015) prevalensi pasien
diabetes diperkirakan pada tahun 2015 sebanyak
9,3%. Sekitar 87-91% dari semua kasus diabetes
yang ada di dunia adalah diabetes tipe 2, 7-12%
diabetes tipe 1, dan 1-3% adalah diabetes lain,
sedangkan di Indonesia, diabetes menempati urutan
keempat dengan presentase 2,1% (Riset Kesehatan
Dasar, 2013).
Berdasarkan data profil Kesehatan provinsi
Banten tahun 2013, hasil wawancara yang terdiag-
nosis dokter sebesar 1,3%. DM terdiagnosis dokter
dan gejala sebesar 1,6%. Prevalensi diabetes yang
terdiagnosis dokter tertinggi maupun yang terdiag-
nosis dokter dan gejala tertinggi terdapat di Kota
Tangerang Selatan (1,7% dan 1,9%) (RISKESDAS,
2013). Kejadian diabetes mellitus tipe 2 di wilayah
kerja Puskesmas Pondok Jagung Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2016 diketahui sebanyak 2.250
kasus dengan prevalensi sebesar 22,6%.
Pengobatan diabetes bisa dilakukan dengan
cara non farmakologis. Salah satunya adalah terapi
relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi otot
progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang
tidak memerlukan imajinasi tetapi hanya memu-
satkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan sehingga mendapatkan
perasaan relaks.
Relaksasi otot progresif bisa diterapkan
secara luas pada semua orang dalam berbagai
kondisi (Setyohadi dan Kushariyadi, 2011). Relak-
sasi diketahui dapat membantu menurunkan kadar
glukosa darah pada pasien diabetes mellitus karena
dapat menekan pengeluaran hormon-hormon yang
dapat meningkatkan kadar glukosa darah, yaitu
epinefrin, kortisol, glukagon, adrenocorticotropic
hormone (ACTH), kortikosteroid, dan tiroid. Sistem
simpatis akan mendominasi pada keadaan seseorang
yang rileks dan tenang, dominasi dari sistem saraf
simpatis akan merangsang hipotalamus untuk menu-
runkan sekresi Corticotropin- Releasing Hormon
(CRH). Penurunan CRH juga akan mempengaruhi
adenohipofisis untuk mengurangi sekresi hormon
Adenokortikotropik (ACTH), yang dibawa melalui
aliran darah ke korteks adrenal. Keadaan tersebut
dapat menginhibisi korteks adrenal untuk mele-
paskan hormon kortisol. Penurunan hormon kortisol
akan menghambat proses glukoneogenesis dan
meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel (Guyton
& Hall, 2008; Sherwood, 2014).
Berdasarkan fenomena diatas dan
pentingnya mengontrol kadar gula darah agar selalu
stabil, peneliti tertarik untuk mengangkat judul
penelitian “Pengaruh Terapi Relaksasi Otot
Progressif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas
Pondok Jagung Kota Tangerang Selatan Tahun
2017”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengiden-
tifikasi pengaruh relaksasi otot progressif terhadap
penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 di puskesmas pondok jagung kota
tangerang selatan, sehingga diharapkan kelak dapat
menurunkan kadar gula darah dengan diidentifikasi
karakteristik responden, diidentifikasi perbedaan
kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan
terapi relaksasi otot progressif, diidentifikasi analisis
pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
Pondok Jagung Kota Tangerang Selatan. Metode
penelitian menggunakan pre- experimental design
dengan bentuk one group pretest-posttest design.
Sampel penelitian adalah pasien diabetes mellitus
tipe 2 dengan besar sampel 30 responden, yang
diambil dengan teknik nonprobability sampling jenis
consecutive sampling.
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni
2017. Responden penelitian ini memiliki
karakteristik yang beragam.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Usia Responden di Puskesmas
Pondok Jagung Kota Tangerang Selatan Tahun
2017 (n=30)
Usia responden dalam penelitian ini antara
47 sampai 57 tahun dengan sebagian besar
responden berusia antara 49-52 tahun yaitu
tergolong pra lanjut usia (Tabel 1). Hal ini
dikarenakan perubahan anatomi, fisiologi, dan
biokimia yang terjadi pada pasien diabetes mellitus
Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
IJONHS Volume 3 Nomor 2, September 2017 29
tipe 2, mempengaruhi sel ß pankreas dalam
menghasilkan insulin, sehingga produksi insulin
berkurang, sementara hormon counter regulasi yang
mempengaruhi peningkatan kadar gula darah
meningkat. Perubahan ini terjadi karena proses
menua dan degeneratif, dan prosesnya lebih cepat
terjadi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 karena
dipicu oleh kadar gula darah yang tinggi dalam
waktu yang lama. Usia lanjut yang mengalami
gangguan toleransi glukosa mencapai 50-92%
(Sudoyo, 2014).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Latar Belakang Pendidikan
Responden di Puskesmas Pondok Jagung Tahun
Kota Tangerang Selatan 2017 (n=30)
Hampir setengah responden penelitian ini
memiliki latar belakang pendidikan SMP yang
masih termasuk rendah (Tabel 2). Tingkat
pendidikan seseorang berpengaruh dalam
memberikan respon terhadap sesuatu yang datang
dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat
pendidikan tinggi akan memberikan respon yang
lebih rasional dan juga dalam motivasinya akan
berpotensi daripada mereka yang berpendidikan
lebih rendah atau sedang (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga Menderita
Diabetes di Puskesmas Pondok Jagung Tahun Kota
Tangerang Selatan 2017 (n=30)
Sebagian besar responden pada penelitian
ini memiliki riwayat keluarga menderita diabetes
(Tabel 3). Faktor genetik dianggap terlibat dalam
fungsi pankreas sel ß, metabolisme aksi insulin atau
glukosa, atau kondisi metabolik lainnya yang
meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2
(misalnya asupan energi / pengeluaran metabolisme
lipid). Risiko seorang anak mendapat diabetes
mellitus tipe 2 adalah 15% bila salah satu orang
tuanya menderita DM dan kemungkinan 75%
bilamana kedua-duanya menderita DM. Selain itu
apabila seseorang menderita DM maka saudara
kandungnya mempunyai risiko DM sebanyak 10%
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Lama Menderita Diabetes di
Puskesmas Pondok Jagung Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017 (n=30)
Sebagian besar responden pada penelitian
ini memiliki lama menderita diabetes < 5 dibawa
melalui aliran darah ke korteks tahun (Ta bel 4).
Lama mengalami diabetes mellitus tipe 2 seringkali
kurang menggambarkan proses penyakit sebenarnya.
Hal ini dikarenakan banyak sekali pasien diabetes
mellitus tipe 2 yang baru terdiagnosa pada saat telah
mengalami komplikasi, padahal proses perjalanan
penyakit telah berlangsung bertahun-tahun
sebelumnya namum belum terdiagnosa.
Analisis Pengaruh Terapi Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Penurunan Kadar Gula
Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Tabel 5
Perbedaan Kadar Gula Darah Setelah Terapi
Relaksasi Otot Progresif Tahun 2017 (n=30)
Hasil uji hipotesis paired sample t-test pada
tingkat kemaknaan 95% didapatkan nilai ρ- value <
α, yaitu 0,000 artinya ada pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 (Tabel 5).
Relaksasi diketahui dapat membantu menurunkan
kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus
karena dapat menekan pengeluaran hormon-hormon
yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah, yaitu
epinefrin, kortisol, glukagon, adrenocorticotropic
hormone (ACTH), kortikosteroid, dan tiroid. Sistem
simpatis akan mendominasi pada keadaan seseorang
yang rileks dan tenang, dominasi dari sistem saraf
simpatis akan merangsang hipotalamus untuk
menurunkan sekresi Corticotropin-Releasing
Hormon (CRH). Penurunan CRH juga akan
Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
IJONHS Volume 3 Nomor 2, September 2017 30
mempengaruhi adenohipofisis untuk mengurangi
sekresi hormon Adenokortikotropik (ACTH),
yangmelepaskan hormon kortisol. Penurunan
hormon kortisol akan menghambat proses
glukoneogenesis dan meningkatkan pemakaian
glukosa oleh sel (Guyton & Hall, 2008; Sherwood,
2014).
Kesimpulan
Karakteristik sampel pada penelitian ini
yaitu sebagian besar berada di rentang usia 47-57
tahun (pra lanjut usia), setengah dari responden
memiliki latar belakang pendidikan SMP, sebagian
besar memiliki riwayat keluarga menderita diabetes,
dan sebagain besar lama menderita diabetes < 5
tahun.
Ada perbedaan yang bermakna antara kadar
gula darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi
relaksasi otot progresif. Ada pengaruh terapi
relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
Peneliti tidak bisa mengukur kadar gula
darah responden diwaktu yang berdekatan, karena
responden tidak berada dalam satu wilayah
(misalnya di bangsal rumah sakit) Peneliti tidak
mengontrol faktor- faktor yang akan mempengaruhi
kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2
secara ketat, seperti mengurangi kolesterol, menjaga
asupan makan, kontrol berat badan tubuh, konsumsi
buah dan sayur.
Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan
penelitian lebih lanjut terhadap pemberian terapi
relaksasi otot progresif yang bisa juga dipadukan
atau dibandingkan dengan metode komplementer
lainnya seperti Relaksasi Benson dalam menurunkan
kadar gula darah. Institusi pelayanan juga perlu
menerapkan kebijakan baru terkait metode terapi
modalitas yaitu relaksasi otot progresif untuk
menurunkan kadar gula darah pasien diabetes
mellitus tipe 2.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. (2010). Textbook of Medical
Surgical Nursing Edition: 12. Philadelphia:
The Point.
Efi Koloverou, et.al. (2014). Implementation of a
Stress Management Program in Outpatients
with Type 2 Diabetes Mellitus: A
Randomized Controlled Trial. Jurnal
Internasional : e-journal Hormones.
Ghazavi Z, et.al. (2008). Effects of Massage Therapy
and Muscle Relaxationon Glycosylated
Hemoglobin in Diabetic Children. Jurnal
Internasional : Shiraz E-Medical
Journal, Vol. 9, No.1.
Guyton, A.C & Hall, J.E. (2008). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC.
Irawan, Dedi. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah
Urban di Indonesia. Jakarta: Tesis FKMUI.
Kementrian Kesehatan, RI. (2010). Petunjuk Teknis
Pengukuran Faktor Risiko Diabetes
Mellitus. Jakarta: KEMENKES RI.
http://perpustakaan.kemkes.go.id. Diakses
pada tanggal 23 Juni 2017.
Lingga, Lanny. (2012). Bebas Diabetes Tipe- 2
Tanpa Obat. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Mashudi. (2011). Pengaruh Progressive Muscle
Relaxation terhadap Kadar Glukosa Darah
pada Pasien Diabetes MelitusTipe 2 Di
Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Jambi. Jurnal Nasional : Jurnal
Health & Sport, Volume 5, Nomor 3.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Potter, Patricia, A & Perry, Anne, G. (2009).
Fundamental of Nursing, 7th
Edition.
Jakarta: Salemba Medika.
Price, S.A & Wilson, L.M. (2009). Patofisiologi
Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Puji Astuti. (2014). Teknik Progressive Muscle
Relaxation Mempengaruhi Kadar Glukosa
Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di
RSI Surabaya. Jurnal Nasional : Jurnal
Keperawatan Universitas NU Surabaya.
Riski Dafianto. (2016). Pengaruh Relaksasi Otot
Progresif terhadap ResikoUlkus Diabetik
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten
Jember. Jurnal Nasional : Jurnal
Keperawatan Universitas Jember.
Rusnoto & Nur Ikha Rahma Diana. (2016).
Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap
Penurunan Tingkat Gula Darah pada Pasien
dengan Diabetes Mellitus di Kesehatan
Keling 1 Jepara. Jurnal Nasional : Jurnal
Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
IJONHS Volume 3 Nomor 2, September 2017 31
Sabah M. Ebrahem, et.al. (2016). Effect of
Relaxation Therapy on Depression, Anxiety,
Stress and Quality of Life amongDiabetic
Patients. Jurnal Internasional : e-journal
Sciedu Press 2017, Vol. 5, No. 1.
Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas
Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta: Salemba Medika.
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia : Dari Sel
Ke Sistem Edisi 8. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare. (2008). Textbook of Medical
Surgical Nursing Vol.2. Philadelphia:
Linppincott William & Wilkins.
Soegondo, S. (2011). Diagnosis dan Klasifikasi
Diabetes Melitus Terkini. Dalam: Soegondo,
S. Soewondo, P. Subekti, I. Editor. Panduan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu
bagi Dokter dan Edukator. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Sudoyo, Aru W., et.al. (2014). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, jilid II, edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing.
Synder, M., & Lindquist, R. (2014). Complementary
& Alternative Therapies in Nursing. Seventh
Edition. New York: Springer Publishing
Company, LLC.
Tahereh Najafi Ghezeljeh, et.al. (2016). The Effect
of Progressive Muscle Relaxation on
Glycated Hemoglobin and Health-Related
Quality of Life in Patients with Type 2
Diabetes Mellitus. Jurnal Internasional : e-
journal Applied Nursing Research Volume
33.
Tika Yuliani & Masta Hutasoit. (2012). Pengaruh
Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap
Kadar Glukosa Darah pada Pasien DM Tipe
2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Jurnal Nasional : Jurnal Keperawatan
STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta.

Contenu connexe

Similaire à 2312-4513-1-SM.pdf

13_Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus.PDF
13_Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus.PDF13_Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus.PDF
13_Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus.PDFHandrisSupriadi1
 
13 petunjuk praktis terapi insulin pada pasien diabetes melitus
13 petunjuk praktis terapi insulin pada pasien diabetes melitus13 petunjuk praktis terapi insulin pada pasien diabetes melitus
13 petunjuk praktis terapi insulin pada pasien diabetes melitusTira Maharani
 
13-petunjuk-praktis-terapi-insulin-pada-pasien-diabetes-melitus.pdf
13-petunjuk-praktis-terapi-insulin-pada-pasien-diabetes-melitus.pdf13-petunjuk-praktis-terapi-insulin-pada-pasien-diabetes-melitus.pdf
13-petunjuk-praktis-terapi-insulin-pada-pasien-diabetes-melitus.pdfTagelArya1
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusWarnet Raha
 
Diabetes millitus tugas kelompok mata kuliah farmakologi
Diabetes millitus   tugas kelompok mata kuliah farmakologiDiabetes millitus   tugas kelompok mata kuliah farmakologi
Diabetes millitus tugas kelompok mata kuliah farmakologiAnna Lisstya
 
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnnAllyaNurKhalifah1
 
FARMAKOLOGI_3C_VINDI AULIA (1).pptx
FARMAKOLOGI_3C_VINDI AULIA  (1).pptxFARMAKOLOGI_3C_VINDI AULIA  (1).pptx
FARMAKOLOGI_3C_VINDI AULIA (1).pptxRasmitaMytha
 
ppt gerontik.pdfgghghhryhryygrr5yfetgrrtfe
ppt gerontik.pdfgghghhryhryygrr5yfetgrrtfeppt gerontik.pdfgghghhryhryygrr5yfetgrrtfe
ppt gerontik.pdfgghghhryhryygrr5yfetgrrtfeSalsabila922761
 
Hubungan tingkat kepatuhan minum obat penderita DM tipe 2 terhadap kadar hb a1c
Hubungan tingkat kepatuhan minum obat penderita DM tipe 2 terhadap kadar hb a1cHubungan tingkat kepatuhan minum obat penderita DM tipe 2 terhadap kadar hb a1c
Hubungan tingkat kepatuhan minum obat penderita DM tipe 2 terhadap kadar hb a1cFaradhillah Adi Suryadi
 
PPT PEYULUHAN YULIA 17.pptx
PPT PEYULUHAN YULIA 17.pptxPPT PEYULUHAN YULIA 17.pptx
PPT PEYULUHAN YULIA 17.pptxIrnaMegawaty3
 
Pengelolaan DMT2 Secara Komprehensif FKTP Des 2023 Tania.pptx
Pengelolaan DMT2 Secara Komprehensif FKTP Des 2023 Tania.pptxPengelolaan DMT2 Secara Komprehensif FKTP Des 2023 Tania.pptx
Pengelolaan DMT2 Secara Komprehensif FKTP Des 2023 Tania.pptxyulitayudha
 

Similaire à 2312-4513-1-SM.pdf (20)

13_Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus.PDF
13_Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus.PDF13_Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus.PDF
13_Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus.PDF
 
13 petunjuk praktis terapi insulin pada pasien diabetes melitus
13 petunjuk praktis terapi insulin pada pasien diabetes melitus13 petunjuk praktis terapi insulin pada pasien diabetes melitus
13 petunjuk praktis terapi insulin pada pasien diabetes melitus
 
13-petunjuk-praktis-terapi-insulin-pada-pasien-diabetes-melitus.pdf
13-petunjuk-praktis-terapi-insulin-pada-pasien-diabetes-melitus.pdf13-petunjuk-praktis-terapi-insulin-pada-pasien-diabetes-melitus.pdf
13-petunjuk-praktis-terapi-insulin-pada-pasien-diabetes-melitus.pdf
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Diabetes millitus tugas kelompok mata kuliah farmakologi
Diabetes millitus   tugas kelompok mata kuliah farmakologiDiabetes millitus   tugas kelompok mata kuliah farmakologi
Diabetes millitus tugas kelompok mata kuliah farmakologi
 
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
 
Antidiabetes
AntidiabetesAntidiabetes
Antidiabetes
 
DIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUSDIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUS
 
FARMAKOLOGI_3C_VINDI AULIA (1).pptx
FARMAKOLOGI_3C_VINDI AULIA  (1).pptxFARMAKOLOGI_3C_VINDI AULIA  (1).pptx
FARMAKOLOGI_3C_VINDI AULIA (1).pptx
 
ppt gerontik.pdfgghghhryhryygrr5yfetgrrtfe
ppt gerontik.pdfgghghhryhryygrr5yfetgrrtfeppt gerontik.pdfgghghhryhryygrr5yfetgrrtfe
ppt gerontik.pdfgghghhryhryygrr5yfetgrrtfe
 
Satuan acara penyuluhan
Satuan acara penyuluhanSatuan acara penyuluhan
Satuan acara penyuluhan
 
Farmasi Klinik
Farmasi KlinikFarmasi Klinik
Farmasi Klinik
 
Hubungan tingkat kepatuhan minum obat penderita DM tipe 2 terhadap kadar hb a1c
Hubungan tingkat kepatuhan minum obat penderita DM tipe 2 terhadap kadar hb a1cHubungan tingkat kepatuhan minum obat penderita DM tipe 2 terhadap kadar hb a1c
Hubungan tingkat kepatuhan minum obat penderita DM tipe 2 terhadap kadar hb a1c
 
9-1-9.pdf
9-1-9.pdf9-1-9.pdf
9-1-9.pdf
 
PPT PEYULUHAN YULIA 17.pptx
PPT PEYULUHAN YULIA 17.pptxPPT PEYULUHAN YULIA 17.pptx
PPT PEYULUHAN YULIA 17.pptx
 
Pengelolaan DMT2 Secara Komprehensif FKTP Des 2023 Tania.pptx
Pengelolaan DMT2 Secara Komprehensif FKTP Des 2023 Tania.pptxPengelolaan DMT2 Secara Komprehensif FKTP Des 2023 Tania.pptx
Pengelolaan DMT2 Secara Komprehensif FKTP Des 2023 Tania.pptx
 
2c
2c2c
2c
 
5349-8492-1-SM.pdf
5349-8492-1-SM.pdf5349-8492-1-SM.pdf
5349-8492-1-SM.pdf
 

Plus de istkeperawatan

Plus de istkeperawatan (6)

fdokumen.com_legal-etik-keperawatan-gadar.pptx
fdokumen.com_legal-etik-keperawatan-gadar.pptxfdokumen.com_legal-etik-keperawatan-gadar.pptx
fdokumen.com_legal-etik-keperawatan-gadar.pptx
 
Microsoft Word - rahadi.pdf
Microsoft Word - rahadi.pdfMicrosoft Word - rahadi.pdf
Microsoft Word - rahadi.pdf
 
177-300-1-PB.pdf
177-300-1-PB.pdf177-300-1-PB.pdf
177-300-1-PB.pdf
 
uas k.docx
uas k.docxuas k.docx
uas k.docx
 
pesisir.docx
pesisir.docxpesisir.docx
pesisir.docx
 
komunitasq.pptx
komunitasq.pptxkomunitasq.pptx
komunitasq.pptx
 

Dernier

Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxPuskesmasTete
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptxAyu Rahayu
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 

Dernier (20)

Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 

2312-4513-1-SM.pdf

  • 1. Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 IJONHS Volume 3 Nomor 2, September 2017 27 RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 Herina Dwi Putri, Widaningsih Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta 11510 herinadwiputri@gmail.com Abstract The prevalence of diabetes occurring in 2015 is 9.3% and is expected to increase annually. Type 2 diabetes mellitus occurs because insulin resistance, which glucose fails to enter the cell, usually occurs in the age above 30 years. One of the modalitas therapy that can be done is progressive muscle relaxation. The purpose of this study was to identify the effect of progressive muscle relaxation therapy on the decrease in blood sugar levels in patients with type 2 diabetes mellitus at Puskesmas Pondok Jagung. This research method used pre-experimental design with one group pretest-posttest. A sample size of 30 respondents selected by sampling technique of non-probability sampling type consecutive sampling. The result of paired hypothesis test of t-test sample at significance level of 95% obtained ρ-value < α, that is 0.000 indicates that there is influence of progressive muscle relaxation therapy to decrease blood glucose level in type 2 diabetes mellitus patient. Conclusion obtained there is significant difference between blood glucose levels before and after progressive muscle relaxation therapy. It is suggested that health care institutions need to implement new policies related to the application of progressive muscle relaxation therapy. Keywords: type 2 diabetes mellitus, progressive muscle relaxation therapy, blood sugar levels Abstrak Prevalensi diabetes yang terjadi pada tahun 2015 adalah 9,3% dan diperkirakan meningkat setiap tahun. Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena resistensi insulin, dimana glukosa gagal memasuki sel, biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun. Salah satu terapi modalitas yang bisa dilakukan adalah relaksasi otot progresif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Pondok Jagung. Metode penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan satu kelompok pretest-posttest. Ukuran sampel sebanyak 30 responden dipilih dengan teknik sampling non- probability sampling tipe consecutive sampling. Hasil uji hipotesis berpasangan dari sampel uji-t pada taraf signifikansi 95% diperoleh ρ-value <α, yaitu 0,000 menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif untuk menurunkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Kesimpulan yang diperoleh ada perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah sebelum dan sesudah terapi relaksasi otot progresif. Disarankan bahwa lembaga perawatan kesehatan perlu menerapkan kebijakan baru yang terkait dengan penerapan terapi relaksasi otot progresif. Kata kunci: diabetes mellitus tipe 2, terapi relaksasi otot progresif, kadar gula darah Pendahuluan Perubahan gaya hidup yang dilakukan oleh masyarakat zaman sekarang, memiliki pengaruh besar terhadap munculnya berbagai macam penyakit. Masyarakat sekarang sering tidak menjaga pola hidup yang sehat. Salah satu penyakit yang bisa disebabkan dari pola hidup tidak sehat adalah Diabetes. Sebanyak 85% diabetesi merupakan penderita diabetes mellitus tipe 2. Penderita diabetes mellitus tipe 2 umumnya orang dewasa yang berusia di atas 30 tahun (Lanny, 2012). Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua- duanya. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kondisi kadar gula darah sewaktu lebih tinggi dari >11.1 mmol/l (>200 mg/dl) (World Health Orga- nitation, (WHO), 2015). Hal yang membedakan diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 adalah ketergantungan terhadap insulin. Diabetes mellitus tipe 1 adalah diabetes yang tergantung pada insulin, karena kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin. Kondisi tersebut disebabkan oleh autoimun, menghancurkan sel yang bertugas memproduksi insulin. Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes yang kemungkinan tidak tergantung insulin. Ketergantungan terhadap insulin berkaitan dengan produksi insulin yang mampu dihasilkan oleh sel beta pada pankreas. Pada pasien diabetes mellitus tipe 2, insulin diproduksi
  • 2. Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 IJONHS Volume 3 Nomor 2, September 2017 28 dalam jumlah cukup. Namun, oleh penyebab tertentu, glukosa gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi karena sel kebal (resisten) terhadap insulin. Akibat malfungsi dalam penggunaan insulin (Lanny, 2012). Menurut IDF (2015) prevalensi pasien diabetes diperkirakan pada tahun 2015 sebanyak 9,3%. Sekitar 87-91% dari semua kasus diabetes yang ada di dunia adalah diabetes tipe 2, 7-12% diabetes tipe 1, dan 1-3% adalah diabetes lain, sedangkan di Indonesia, diabetes menempati urutan keempat dengan presentase 2,1% (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Berdasarkan data profil Kesehatan provinsi Banten tahun 2013, hasil wawancara yang terdiag- nosis dokter sebesar 1,3%. DM terdiagnosis dokter dan gejala sebesar 1,6%. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi maupun yang terdiag- nosis dokter dan gejala tertinggi terdapat di Kota Tangerang Selatan (1,7% dan 1,9%) (RISKESDAS, 2013). Kejadian diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 diketahui sebanyak 2.250 kasus dengan prevalensi sebesar 22,6%. Pengobatan diabetes bisa dilakukan dengan cara non farmakologis. Salah satunya adalah terapi relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi tetapi hanya memu- satkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan sehingga mendapatkan perasaan relaks. Relaksasi otot progresif bisa diterapkan secara luas pada semua orang dalam berbagai kondisi (Setyohadi dan Kushariyadi, 2011). Relak- sasi diketahui dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus karena dapat menekan pengeluaran hormon-hormon yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah, yaitu epinefrin, kortisol, glukagon, adrenocorticotropic hormone (ACTH), kortikosteroid, dan tiroid. Sistem simpatis akan mendominasi pada keadaan seseorang yang rileks dan tenang, dominasi dari sistem saraf simpatis akan merangsang hipotalamus untuk menu- runkan sekresi Corticotropin- Releasing Hormon (CRH). Penurunan CRH juga akan mempengaruhi adenohipofisis untuk mengurangi sekresi hormon Adenokortikotropik (ACTH), yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Keadaan tersebut dapat menginhibisi korteks adrenal untuk mele- paskan hormon kortisol. Penurunan hormon kortisol akan menghambat proses glukoneogenesis dan meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel (Guyton & Hall, 2008; Sherwood, 2014). Berdasarkan fenomena diatas dan pentingnya mengontrol kadar gula darah agar selalu stabil, peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian “Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progressif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Pondok Jagung Kota Tangerang Selatan Tahun 2017”. Penelitian ini bertujuan untuk mengiden- tifikasi pengaruh relaksasi otot progressif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di puskesmas pondok jagung kota tangerang selatan, sehingga diharapkan kelak dapat menurunkan kadar gula darah dengan diidentifikasi karakteristik responden, diidentifikasi perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi otot progressif, diidentifikasi analisis pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pondok Jagung Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian menggunakan pre- experimental design dengan bentuk one group pretest-posttest design. Sampel penelitian adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan besar sampel 30 responden, yang diambil dengan teknik nonprobability sampling jenis consecutive sampling. Hasil dan Pembahasan Karakteristik Responden Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2017. Responden penelitian ini memiliki karakteristik yang beragam. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia Responden di Puskesmas Pondok Jagung Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 (n=30) Usia responden dalam penelitian ini antara 47 sampai 57 tahun dengan sebagian besar responden berusia antara 49-52 tahun yaitu tergolong pra lanjut usia (Tabel 1). Hal ini dikarenakan perubahan anatomi, fisiologi, dan biokimia yang terjadi pada pasien diabetes mellitus
  • 3. Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 IJONHS Volume 3 Nomor 2, September 2017 29 tipe 2, mempengaruhi sel ß pankreas dalam menghasilkan insulin, sehingga produksi insulin berkurang, sementara hormon counter regulasi yang mempengaruhi peningkatan kadar gula darah meningkat. Perubahan ini terjadi karena proses menua dan degeneratif, dan prosesnya lebih cepat terjadi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 karena dipicu oleh kadar gula darah yang tinggi dalam waktu yang lama. Usia lanjut yang mengalami gangguan toleransi glukosa mencapai 50-92% (Sudoyo, 2014). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Latar Belakang Pendidikan Responden di Puskesmas Pondok Jagung Tahun Kota Tangerang Selatan 2017 (n=30) Hampir setengah responden penelitian ini memiliki latar belakang pendidikan SMP yang masih termasuk rendah (Tabel 2). Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dan juga dalam motivasinya akan berpotensi daripada mereka yang berpendidikan lebih rendah atau sedang (Notoatmodjo, 2010). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga Menderita Diabetes di Puskesmas Pondok Jagung Tahun Kota Tangerang Selatan 2017 (n=30) Sebagian besar responden pada penelitian ini memiliki riwayat keluarga menderita diabetes (Tabel 3). Faktor genetik dianggap terlibat dalam fungsi pankreas sel ß, metabolisme aksi insulin atau glukosa, atau kondisi metabolik lainnya yang meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2 (misalnya asupan energi / pengeluaran metabolisme lipid). Risiko seorang anak mendapat diabetes mellitus tipe 2 adalah 15% bila salah satu orang tuanya menderita DM dan kemungkinan 75% bilamana kedua-duanya menderita DM. Selain itu apabila seseorang menderita DM maka saudara kandungnya mempunyai risiko DM sebanyak 10% (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Lama Menderita Diabetes di Puskesmas Pondok Jagung Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 (n=30) Sebagian besar responden pada penelitian ini memiliki lama menderita diabetes < 5 dibawa melalui aliran darah ke korteks tahun (Ta bel 4). Lama mengalami diabetes mellitus tipe 2 seringkali kurang menggambarkan proses penyakit sebenarnya. Hal ini dikarenakan banyak sekali pasien diabetes mellitus tipe 2 yang baru terdiagnosa pada saat telah mengalami komplikasi, padahal proses perjalanan penyakit telah berlangsung bertahun-tahun sebelumnya namum belum terdiagnosa. Analisis Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Tabel 5 Perbedaan Kadar Gula Darah Setelah Terapi Relaksasi Otot Progresif Tahun 2017 (n=30) Hasil uji hipotesis paired sample t-test pada tingkat kemaknaan 95% didapatkan nilai ρ- value < α, yaitu 0,000 artinya ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 (Tabel 5). Relaksasi diketahui dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus karena dapat menekan pengeluaran hormon-hormon yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah, yaitu epinefrin, kortisol, glukagon, adrenocorticotropic hormone (ACTH), kortikosteroid, dan tiroid. Sistem simpatis akan mendominasi pada keadaan seseorang yang rileks dan tenang, dominasi dari sistem saraf simpatis akan merangsang hipotalamus untuk menurunkan sekresi Corticotropin-Releasing Hormon (CRH). Penurunan CRH juga akan
  • 4. Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 IJONHS Volume 3 Nomor 2, September 2017 30 mempengaruhi adenohipofisis untuk mengurangi sekresi hormon Adenokortikotropik (ACTH), yangmelepaskan hormon kortisol. Penurunan hormon kortisol akan menghambat proses glukoneogenesis dan meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel (Guyton & Hall, 2008; Sherwood, 2014). Kesimpulan Karakteristik sampel pada penelitian ini yaitu sebagian besar berada di rentang usia 47-57 tahun (pra lanjut usia), setengah dari responden memiliki latar belakang pendidikan SMP, sebagian besar memiliki riwayat keluarga menderita diabetes, dan sebagain besar lama menderita diabetes < 5 tahun. Ada perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi otot progresif. Ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Peneliti tidak bisa mengukur kadar gula darah responden diwaktu yang berdekatan, karena responden tidak berada dalam satu wilayah (misalnya di bangsal rumah sakit) Peneliti tidak mengontrol faktor- faktor yang akan mempengaruhi kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 secara ketat, seperti mengurangi kolesterol, menjaga asupan makan, kontrol berat badan tubuh, konsumsi buah dan sayur. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut terhadap pemberian terapi relaksasi otot progresif yang bisa juga dipadukan atau dibandingkan dengan metode komplementer lainnya seperti Relaksasi Benson dalam menurunkan kadar gula darah. Institusi pelayanan juga perlu menerapkan kebijakan baru terkait metode terapi modalitas yaitu relaksasi otot progresif untuk menurunkan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2. Daftar Pustaka Brunner & Suddarth. (2010). Textbook of Medical Surgical Nursing Edition: 12. Philadelphia: The Point. Efi Koloverou, et.al. (2014). Implementation of a Stress Management Program in Outpatients with Type 2 Diabetes Mellitus: A Randomized Controlled Trial. Jurnal Internasional : e-journal Hormones. Ghazavi Z, et.al. (2008). Effects of Massage Therapy and Muscle Relaxationon Glycosylated Hemoglobin in Diabetic Children. Jurnal Internasional : Shiraz E-Medical Journal, Vol. 9, No.1. Guyton, A.C & Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. Irawan, Dedi. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah Urban di Indonesia. Jakarta: Tesis FKMUI. Kementrian Kesehatan, RI. (2010). Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Mellitus. Jakarta: KEMENKES RI. http://perpustakaan.kemkes.go.id. Diakses pada tanggal 23 Juni 2017. Lingga, Lanny. (2012). Bebas Diabetes Tipe- 2 Tanpa Obat. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Mashudi. (2011). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes MelitusTipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi. Jurnal Nasional : Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Potter, Patricia, A & Perry, Anne, G. (2009). Fundamental of Nursing, 7th Edition. Jakarta: Salemba Medika. Price, S.A & Wilson, L.M. (2009). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC. Puji Astuti. (2014). Teknik Progressive Muscle Relaxation Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSI Surabaya. Jurnal Nasional : Jurnal Keperawatan Universitas NU Surabaya. Riski Dafianto. (2016). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap ResikoUlkus Diabetik pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember. Jurnal Nasional : Jurnal Keperawatan Universitas Jember. Rusnoto & Nur Ikha Rahma Diana. (2016). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Tingkat Gula Darah pada Pasien dengan Diabetes Mellitus di Kesehatan Keling 1 Jepara. Jurnal Nasional : Jurnal Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
  • 5. Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 IJONHS Volume 3 Nomor 2, September 2017 31 Sabah M. Ebrahem, et.al. (2016). Effect of Relaxation Therapy on Depression, Anxiety, Stress and Quality of Life amongDiabetic Patients. Jurnal Internasional : e-journal Sciedu Press 2017, Vol. 5, No. 1. Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika. Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem Edisi 8. Jakarta : EGC. Smeltzer & Bare. (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2. Philadelphia: Linppincott William & Wilkins. Soegondo, S. (2011). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini. Dalam: Soegondo, S. Soewondo, P. Subekti, I. Editor. Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu bagi Dokter dan Edukator. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Sudoyo, Aru W., et.al. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi VI. Jakarta: Interna Publishing. Synder, M., & Lindquist, R. (2014). Complementary & Alternative Therapies in Nursing. Seventh Edition. New York: Springer Publishing Company, LLC. Tahereh Najafi Ghezeljeh, et.al. (2016). The Effect of Progressive Muscle Relaxation on Glycated Hemoglobin and Health-Related Quality of Life in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Jurnal Internasional : e- journal Applied Nursing Research Volume 33. Tika Yuliani & Masta Hutasoit. (2012). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien DM Tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jurnal Nasional : Jurnal Keperawatan STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta.