1. Disusun Oleh :
1. FEBRI WAHYUNI
2. RISMAWATI
3. RUSMALIANTI
4. MUHAMMAD KHAIRUN
5. S U R Y A
2. 1. PENGERTIAN AUTISME
Autisme berasal dari kata “ Autos “ berarti segala sesuatau yang
mengarah pada diri sendiri. Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang
sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat
membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak
tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia refetitive, aktivitas
dan minat yang obsesif. (Baronethen. 1993 )
Autisme merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang
mencakup bidang sosial dan efek komunikasi verbal (bahsa) dan non verbal,
imajinasi, fleksibiltas, lingkut interest (minat), kognisi dan atensi. Ini suatu
kelainan dengan ciri perkembanga yang terlambat atau yang abnormal dari
hubungan yang sosial dan bahasa.
2. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari autisme belum diketahui. Yang pasti diketahui adalah
penyebab dari autisme bukanlah salah asuh dari orangtua. Beberapa penelitian
membuktikan beberapa penyebab autisme adalah : ketidak seimbangan biokimia,
fakor ginetik dan gangguan imunitas tubuh. Beberapa kasus yang tidak bisa
disebabkan oleh virus (Torch). Penyakit-penyakit lainnya seperti Fenitkesonuria
(penyakit kekurangan enzim ) dan sindrom (kelainan kromosom).
3. 3. TANDA DAN GEJALA
Tanda – tanda Autisme
Tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan sehari-hari
Hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata
Mata yang tidak jernih atau bersinar
Tidak suka atau tidak suka atau tidak mau melihat mata orang lain
Hanya suka akan mainanya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang
dia mainkan )
Serasa dia mempunyai dunia sendiri
Tidak suka bicara dengan orang lain
Tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain
Gejala
Gejala pada anak autisme sudah tampak pada anak berusia 3 tahun, yaitu antara
lain dengan tidak adanya kontak mata, dan tidak menunjukan respon terhadap
lingkungan. Jika kemudian tidak diadakan upaya terapi, maka setelah usia 3 tahun
perkembangan anak berhenti atau mundur. Seperti tidak mengenal suara
orangtuanya dan tidak mengenali namanya. Gejala dapat dibagi atas, gejala
gangguan perilaku dan gangguan intelektual dan dapat disertai oleh gangguan
fisik.
4. 4. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk
menyalurkan inpuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima infulus
listrik (dendrit). Sel saraf terdapat diluar lapisan otak yang berwarna
kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama midin, terletak
dibagian otak berwarna putih sel saraf berhubungan satu sama lain
lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan, Pada
trisemester III pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai
pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak
berusia dua tahun.
5. MANIFESTASI KLINIS ADALAH
a. Gangguan Komunikasi Verbal Maupun Nonverbal
b. Gangguan Dalam Bidang Interaksi Sosial.
c. Gangguan dalam bermain
d. Gangguan Perilaku
e. Gangguan Perasaan dan Emosi
f. Gangguan dalam Persepsi Sensoris
5. 6. SEKOLAH PADA ANAK AUTISME
Beberapa lembaga pendidikan (sekolah) yang selama ini
menerima anak autisme sbb :
- Anak autisme disekolah normal dengan integrasi penuh
- Anak autis sekolah khusus
- Anak autis di SLB
- Anak Autis hanya menjalani terapi.
Langkah-langkah penerimaan oleh sekolah.
- Tentukan jumlah anak autisme yang akan diterima
- Lakukan test untuk melihat kemampuan serta menyaring anak
- Setelah tes wawancara orangtua untuk pola pikirnya, apa tujuan anak
masuk sekolah.
- Buatlah kerangka kerja dan hasil opservasi awal
- Susun bagai mana mengatur evaluasi anak
- Buatlah kesepakatan antara orangtua dan sekolah bahwa hasil yang
dicapai adalah yang paling optimal.
6. 7. DIET PADA ANAK AUTISME
Terapi Diet Pada Anak Autisme
a. Diert tanpa aputen dan tanpa kasein
Makanan yang dihindari adalah :
M
a
k
a
n
a
n
y
a
n
g
m
e
n
g
a
7. 2. Diet Anti Yeast/Ragi/Jamur
Diet ini diberikan pada anak gangguan infeksi jamur/yeast, seperti telah
dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat kaitanya dengan gula,
maka makanan yang diberika tanpa menggunakan gula, yeast dan jamur.
Makanan yang perlu dihindari adalah :
Roti, biscuit, kue-kue dan makanan sejenis roti yang menggunkan gula
Semua jenis keju
Daging, ikan olahan
Macam-macam saus, bumbu/rempah, macam-macam kecap,macam-macam
ascar
Smua jamur segar maupun kering misalnya : jamur kuping.
Makanan yang dianjurkan adalah :
Makanan sumber karbohidrat, beras,tepung beras,kentang,ubi.
Makanan sumber protein seperti daging,ikan,udang,hasil laut yang segar.
Makanan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan.
Semua sayuran segar terutama yang rendah karbonhidrat seperti
brokoli,wortel,kol.
Buah-buahan segar dalam jumlah terbatas.
8. 3. Diet untuk alergi dan inteloransi makanan
Anak autis umumnya menderita alergi berat.Makanan yang sering menimbulkan
adalah ikan, udang,telur,susu,coklat,gandum,terigu dan masih lebih banyak
lagi.Cara mengatur makanan untuk anakalergi dan intoleransi
makanan,pertama-tama perlu diperhatikan sumber penyebabnya.
Cara mengatur makanan secara umum.
1. Berikan makanan seimbang untuk menjamin agar tubuh memperoleh semua zat
gizi yang dibutuhkan untuk keperluan pertumbuhan, perbaikan sel-sel yang
rusak dalam kegiatan sehari-hari.
2. Gula sebaiknya dihindari, khususnya bagi yang hiperaktif dan ada infeksi
jamur.Fruktosa dapat digunakan sebagai pengganti gula karena penyerapan
fruktosa lebih lambat dibanding gula/sukrosa.
3. Minyak untuk memasak sebaiknya menggunakan minyak sayur,minyak
jagung,biji bunga matahari,bila perlu menambahkan lemak makanan dapat
digoreng.
4. Cukup mengkonsumsi serat,khususnya serat dari sayuran dan buah-buahan
segar.Konsumsi sayur dan buah 3-5 porsi perhari.
5. Pilih makanan yang tidak mengandung food additif(zat perubah rasa,zat warna).
6. Bila keseimbangan zat gizi tidak dapat dipenuhi.Pertimbangkan pemberian
suplemen vitamin dan mineral(vitamin B6,vitamin C,seng dan magnesium).
9. 8.TERAPI PADA ANAK AUTIS.
Terapi anak pada autis membutuhkan indentifikasi dini,intervensi edukasi yang
intensif,linkungan yang terstruktur,atensi individual,staf yang terlatih,dan
peran serta orang tua dapat meningkatkan prognosis.
Terapi autis dibagi atas 3:
1.Terapi perilaku
2.Terapi Wicara
3. Terapi Bio Medik
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Terapi Psikofarmalogis
b. Terapi Edukasi (Pendidikan)
c. Terapi Perilaku
d. Terapi wicara
e. Terapi okupasi / fisik
10.PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
- Mengurangi Masalah Perilaku
- Meningkatkan kemampaun belajar dan perkembangan terutama bahasa
- Anak bisa mandiri dan bersosialisasi
10. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Keperawatan Ditinjau dari Keperawatan anak
Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive
menurut Isaac, A (2005) dan Townsend, M.c (1998) antara lain :
- Tidak suka di pegang
- Rutinitas yang berulang
- Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukkan
- Terpaku pada benda mati
- Sulit berbahasa dan berbicara
- 50 % diantaranya mengalami retandasi mental
- Ketidak mampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri sendiri
dengan orang lain.
- Tingkat anseitas yang bertambah akibat dari kontak dengan orang lain.
- Ketidak mampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri sendiri
denganorang lain.
11. II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperwatan yang dapat dirumuskan pada pasien / anak dengan
gangguan perkembangan pervasive autisme antara lain : menurut Townsed, Mc.
(1998)
Resiko tinggi terhadap stimulasi diri berhubug dengan :
Tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dari ras percaya terhadap
rasa tidak percaya
Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan
Deprivasi ibu
Stimulasi sensorit yang tidak sesuai
Gangguan Konsep Diri
Gangguan konsep diri
Tidak adanya orang terdekat
Tugas perkembangan tidak terselesaikan dari percaya versus tidak percaya
Peprivasi ibu
Stimulasi sensorit yang tidak sesuai
12. III. Perencanaan dan Rasiolisasi
Perencanaan dan rasiolisasi untuk mengatasi masalah keperawatan pada anak dengan
gangguan perkembangan pervasife autisne menurut Townsend, MC (1998) antara
lain :
Resiko Terhadap Stimulasi Diri
Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternatve (misalnya memulai
interaksi antara diri dengan perawat) sebagai respon terhadap kecemasan dengan
kriteria hasil : Rasa gelisah di pertahankan pada tingkat anak merasa tidak
memerlukan perilaku
– perilaku identitatif diri .
Pasien memulai interaksi antara diri danperawat apabila meras cemas
Intervensi :
Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan yang konduktif untuk
mencegah perilaku merusak diri.
Rasiolisasi :
Perawat bertanggung jawab untuk menjamin keselamatan anak
Kaji dan tentukan penyebab perilaku-perilaku mutilatif sehingga respon terhadap
kecemasan
Rasiolisasi :
13. Kerusakan Interaksi sosial
Tujuan : Anak dapat mendemonstrasikan kepercayaan pada seseorang pemberi
keperawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan kontak mata
dalam waktu yang ditentukan dengan kriteria hasil :
Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-perilaku
nonverbal lainnya dengan berinteraksi dengan orang lain.
Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain.
Intervensi :
Jalin hubungan satu-satu dengan anak untuk meningkatkan kepercayaan
Rasionalisasi :
Interaksi start dengan pasien yang konsisten meningkatkan pembentukan kepercayaan
Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya : mainan kesukaan, selimut )untuk
memberi rasa aman dalam waktu – waktu tertentu agar anak tidak mengalami distress.
Sampaikan sikap yang hangat, dukungan kebersediaan ketika anak berusaha untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya untuk meningkatkan pembentukan dan
mempertahankan hubungan saling percaya .
Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi – interaksi dimulai
dengan penguatan positif pada kontak mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur
dengan sentuhan, senyuman dan pelukan.
14. Kerusakan Komunikasi Verbal
Tujuan :
Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi
perawatan di tandai dengan sikap responsive dan kontak mata waktu yang telah
di tentukan dengan kriteria hasil :
Pasien mampu berbicara dengan cara yang dimengerti oleh orang lain
Pasien-pasien nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal
Pasien memulai berinteraksi verbal dan nonverbal dengan orang lain
Intervensi
Pertahankan konsistensi tugas staf saat untuk memahami tindakan-tindakan
dan komunikasi anak.
Rasional :
Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk memahami tindakan-
tindakan dan komunikasi pasien.
Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai kepuasan pola
komunikasi terbentuk
Rasional :
Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat mengurangi kecemasan anak
sehingga anak anak akan dapat mulai menjalin komunikasi dengan ornag lain
dengan asertif.
Gangguan teknik vasidasi konsesnsual dan klarifikasi untuk menguaraikan
kode pola komunikasi
15. Gangguan Identitas Pribadi.
Tujuan : Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan bagian-
bagian tubuh dari pemberian perawatan dalam waktu yang di tentukan untuk
mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan :
Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari tubuhnya
denganbagian-bagian dari tubuh orang lain
Pasien menceritakan kemampuan untuk memishkan diri dari lingkungannya
dan menghentikan pengulangan kata-kata yang didengar dan mendengar
gerakan yang dilihatnya.
Intervensi:
Fungsi pada hubungan satu-satu dengananak
Rasional :
Interaksi saat meningkatkan pembentukan data kepercayaan
Membentuk anak untuk mengetahui hal-hal yang terpish selama kegiatan-
kegiatanperawatan diri, seperti berpakaian dan makan.
Rasional :
Kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspaan anda terhadap diri sehingga suatu
pasien terpisah dari orang lain.