SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  15
Télécharger pour lire hors ligne
KENDALI LEVEL AIR DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER PID
CONTROLLER
Dede Iskandar1
, Yuda Bakti Zainal2
Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi 40533
Email: iskandardotm@gmail.com
yudazainal@gmail.com
Abstract:
Proportional Integral Derivative (PID) controller is a feedback controllers that most
popular in the industrialized world. Can not be denied, until recently PID control is one of the
most widely adopted strategy in controlling process variables in the industry. Based on the
survey, 97% found the fact that the industry engaged in the process (such as chemical industry,
pulp, food, oil and gas) using the PID as the main component in the control. PID is popular
because its structure is simple, and easy tuning parameters are also very easy operation.
On the basis of the author tries to give depth to water level control by using PID controllers,
where the plant installed an ultrasonic sensor (Ping) to detect a level. The value generated by
the sensor is processed by a microcontroller (ATMega8535) then its value is sent to a computer,
the computer (Visual Basic 6.0) was performed in the calculation of PID and PID calculation
results are then sent back to the microcontroller to be used to drive a motor pump to pump water
into the reservoir .
In the study tuning parameters Kp, Ti and Td with heuristic methods. Robust condition is
obtained when the value of Kp = 30, Ti = 3 and Td = 10. The results of the control parameters
are designed still have overshoot, but the isolation is very small, reaching 10,4 seconds settling
time and steady state error 0,53%.
Keywords: PID controller, water level control, Microcontroller, Ping Ultrasonic.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia industri terus berkembang
dengan sistem-sistem yang baru dalam
bidang manufaktur maupun energi,
khususnya sistem kontrol. Saat ini banyak
sekali ditawarkan suatu metode kontrol yang
efektif dan mudah untuk diimplementasikan,
salah satunya kontrol dengan sistem PID
(Proporsional Integral Derivative).
Kepopuleran PID sebagai komponen
kontrol proses dilatarbelakangi terutama
oleh kesederhanaan struktur, serta
kemudahan dalam melakukan tuning
parameter kontrolnya. Pada tingkat
pengoperasian, seorang operator tidak
dituntut untuk menguasai pengetahuan
matematika yang relative rumit, melainkan
hanya dibutuhkan pengalaman lapangan
saja.
Kontrol level air merupakan salah
satu dari sekian banyak system yang ada
dalam dunia industri. Selain sederhana,
sistem tersebut banyak sekali digunakan
dalam dunia industri, misalnya: industri
kimia, proses produksi minyak dan gas, dan
lain-lain. Dengan dukungan sistem SCADA,
proses industri dapat dimonitoring dan
dikontrol dari jarak jauh, sehingga bisa
menghemat biaya, waktu dan tenaga.
SCADA akan semakin memberikan
gambaran tentang kondisi sebenarnya yang
ada dalam dunia industri.
Pada penelitian ini akan dilakukan
perancangan miniatur kontrol level air,
dengan menerapkan sensor ultrasonic untuk
mengukur ketinggian air dan pembuatan
software untuk kontrol dan monitoring
menggunakan Visual Basic 6.0.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana cara menerapkan sensor
ultrasonik untuk mengukur level air.
2. Bagaimana membuat interface untuk
menggerakan pompa dengan
menggunakan inverter.
3. Bagaimana membuat sebuah tampilan di
komputer untuk memonitoring dan
menampilkan data akuisi dengan
menggunakan Visual Basic 6.0.
4. Bagaimana implementasi PID kontroler
pada kendali level air.
1.3 Batasan Masalah
Adapun hal-hal yang membatasi
Penelitian ini adalah:
1. Kerja sistem adalah mempertahankan
level ketingian air pada posisi atau level
yang ditentukan dan dapat diatur.
2. Sistem dibuat dalam suatu modul berupa
miniatur dengan ukuran tandon
32x23x22 cm.
3. Pompa air yang digunakan dengan
supply tegangan 3 fasa yang diatur
menggunakan inverter.
4. Sensor yang digunakan untuk
mendeteksi level air adalah sensor
Ping Ultrasonik yang bekerja
berdasarkan prinsip pemantulan dan
penerimaan gelombang ultrasonik.
5. Sensor ping ultrasonik diletakkan di atas
tandon
6. Metode pengendalian yang digunakan
adalah PID (Proporsional Integral
Derivatif) .
7. Metode tuning kontrol PID yang
digunakan adalah metode trial and error
(heuristic method).
8. Mikrokontroler yang digunakan yaitu
mikrokontroler AVR ATMega8535 yang
diprogram menggunakan Code Vision
AVR.
9. Program yang digunakan untuk kendali
menggunakan Microsoft Visual Basic
6.0 yang dipasang pada komputer yang
nantinya akan dikomunikasikan dengan
mikrokontroler.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Membuat miniatur kendali level air yang
menyerupai modul dalam dunia industri.
2. Membuat tampilan kendali dan data
akuisi dari Ms. Visual Basic 6.0 untuk
suatu plant yang dikontrol oleh
Mikrokontroler.
3. Membuat suatu sistem kontrol yang
menggunakan sistem kontrol PID yang
memiliki respon cepat dan memiliki nilai
error yang kecil.
4. Mencari parameter kontrol PID yang
paling baik dengan metode heuristik.
2. TEORI PENUNJANG
2.1 Aksi Kontroler PID
Kontrol PID merupakan alat standar bagi
otomasi industri. Fleksibilitas pada kontroler
membuat kontrol PID digunakan pada
banyak situasi. Kontroller juga dapat
digunakan pada selective control maupun
konfigurasi kontroller yang lain. Algoritma
PID dapat didefinisikan sebagai berikut:
dimana,
u(t) = sinyal kontrol
e(t) = error
Kc = gain kontroller
TI = integral time
TD = derivative time
Ada beberapa representasi dari
transfer function PID controller :
 Transfer Function PID controller dalam
domain s dapat dinyatakan sebagai
berikut :
Dengan Kp, Ki , dan Kd masing –
masing adalah gain P, I, dan D. Bentuk
diatas dapat pula ditulis dalam bentuk lain,
sebagai berikut :
 Bila dinyatakan dalam domain waktu (t),
PID controller dapat ditulis :
Pengendali Proporsional (P)
Kontroler proporsional memiliki 2
parameter, pita proporsional (proportional
band) dan konstanta proporsional. Daerah
kerja kontroler efektif dicerminkan oleh pita
proporsional [Gunterus,1994], sedangkan
konstanta proporsional menunjukkan nilai
factor penguatan terhadap sinyal kesalahan,
Kp. Hubungan antara proporsional band
(PB) dengan konstanta proporsional (Kp)
ditunjukkan secara oleh Persamaan berikut:
Dimana : PB = Proportional Band
Kp = Gain Proses
Diagram blok pengendali proportional
ditujukkan seperti pada gambar 2.9 :
Gambar 2.1 Diagram Blok Pengendali
Proporsional
Penggunaan mode kontrol proporsional
harus memperhatikan hal – hal berikut :
 jika nilai Kp kecil, mode kontrol
proporsional hanya mampu melakukan
koreksi kesalahan yang kecil, sehingga
akan menghasilkan respon sistem yang
lambat.
 jika nilai Kp dinaikkan, respon sistem
menunjukkan semakin cepat mencapai
keadaan stabilnya.
 Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga
mencapai harga yang berlebihan, akan
mengakibatkan system bekerja tidak
stabil, atau respon sistem akan
berosilasi.
Kontrol P (Proportional) selalu sebanding
dengan besarnya input. Bentuk transfer
function dari kontrol P adalah
U = Kc . e
dimana ; Kc = gain kontrol
proporsional
Pengendali Integral (I)
Kontroller integral memiliki karakteristik
seperti halnya sebuah integral. Keluaran
kontroller sangat dipengaruhi oleh
perubahan yang sebanding dengan nilai
sinyal kesalahan. Keluaran kontroller ini
merupakan jumlahan yang terus menerus
dari perubahan masukannya. Kalau sinyal
kesalahan tidak mengalami perubahan,
keluaran akan menjaga keadaan seperti
sebelum terjadinya perubahan masukan.
Diagram blok mode kontrol integral
ditunjukkan oleh gambar 2.12.
Gambar 2.2 Diagram Blok Pengendali
Integral
Kontroler integral mempunyai beberapa
karakteristik berikut ini:
 Keluaran kontroler butuh selang waktu
tertentu, sehingga kontroler integral
cenderung memperlambat respon.
 Ketika sinyal kesalahan berharga nol,
keluaran kontroler akan bertahan pada
nilai sebelumnya.
 Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol,
keluaran akan menunjukkan kenaikan
atau penurunan yang dipengaruhi oleh
besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.
 Konstanta integral Ki berharga besar,
offset akan cepat hilang. Saat nilai Ki
besar akan berakibat peningkatan osilasi
dari sinyal keluaran kontroller .
Transfer function dari unit control integral
adalah :
Dimana :
TI = integral time
e = error (input dari unit control)
Kc = gain dari controller
Pegendali Diffrensial (D)
Keluaran kontroller differensial memiliki
sifat seperti halnya suatu operasi derivatif.
Perubahan yang mendadak pada masukan
kontroller, akan mengakibatkan perubahan
yang sangat besar dan cepat. Diagram blok
pengendali difrensial ditunjukkan oleh
gambar 2.11.
Gambar 2.3 Diagram Blok Pengendali
Diferensial
Karakteristik dari kontroller differensial
adalah sebagai berikut:
 Kontroler ini tidak dapat menghasilkan
keluaran bila tidak ada perubahan atau
error sebagai sinyal kesalahan untuk
masukannya.
 Jika sinyal error berubah terhadap
waktu, maka keluaran yang dihasilkan
kontroller tergantung pada nilai Td dan
laju perubahan sinyal kesalahan.
 Kontroller differensial mempunyai
karakter untuk mendahului, sehingga
kontroller ini dapat menghasilkan
koreksi yang signifikan sebelum
pembangkit error menjadi sangat besar.
Jadi controller differensial dapat
mengantisipasi pembangkit error,
memberikan aksi yang bersifat korektif,
dan cenderung meningkatkan stabilitas
sistem [Ogata, 1997].
Transfer function dari unit control
differential adalah :
dimana,
KC = gain
e = error
TD = derivative time
Unit pengendali differensial yang
bersifat reaktif sangat tepat bagi
pengendalian temperatur karena mampu
bereaksi secara cepat terhadap perubahan
input. Sebaliknya mode control D tidak
dapat dipakai untuk process variable yang
beriak (mengandung noise) seperti
pengendalian level dan flow, karena riak dan
gelombang akan dideferensialkan menjadi
pulsa-pulsa yang tidak beraturan. Akibatnya,
control valve terbuka dan tertutup secara
tidak beraturan dan sistem menjadi kacau.
Selain itu, mode control D tidak dapat
megeluarkan output bila tidak ada
perubahan input. Sehingga, control D tidak
pernah dipakai sendirian. Unit control D
selalu dipakai dalam kombinasinya dengan
P dan I, menjadi mode control PD atau
mode control PID.
Keluaran kontroller PID merupakan
penjumlahan dari keluaran kontroller
proporsional, kontroller integral dan
kontroller differensial. Gambar diatas
menunjukkan hubungan input dan output
pada mode control PID. Karakteristik
kontroller PID sangat dipengaruhi oleh
kontribusi besar dari ketiga parameter P, I
dan D. Penngaturan nilai konstanta Kp, Ti,
dan Td akan mengakibatkan penonjolan sifat
dari masing-masing elemen.
Gambar 2.4 Diagram Blok Pengendali PID.
Satu atau dua dari ketiga konstanta
tersebut dapat disetting lebih menonjol
dibanding yang lain sehingga konstanta
yang menonjol itulah akan memberikan
kontribusi lebih dominan pada respon sistem
secara keseluruhan [Gunterus, 1994].
Pengaruh nilai Kp, Ti dan Td pada respon
sistem adalah :
 Kp yang kecil akan membuat pengendali
menjadi sensitif dan cenderung
membawa loop berosilasi, sedangkan Kp
yang besar akan meninggaakan offset
yang besar juga.
 Ti yang kecil bermanfaat untuk
menghilangkan offset tetapi juga
cenderung membawa sistem menjadi
lebih sensitf dan lebih mudah berosilasi,
seangkan Ti yang besar belum tentu
efektif menghilangkan offset dan juga
cenderung membuat sistem menjadi
lambat.
 Td yang besar akan membawa unsur D
menjadi lebih menonjol sehingga respon
cenderung cepat, sedangkan Td yang
kecil kurang memberi nilai ekstra pada
saat – saat awal.
2.2 Kontroler PID Diskrit
Kontroler Proporsional Integral
Derivatif (PID) adalah kontroler yang
menggabungkan kontroler proporsional,
integral dan derivatif. Kontroler ini
direpresentasikan dengan persamaan sebagai
berikut:
dimana Kp adalah konstanta proporsional, Ti
menyatakan waktu integral dan Td
menyatakan waktu derivatif. Persamaan
diatas adalah persamaan dalam domain
waktu. Untuk memudahkan penulisan dalam
program, maka persamaan diatas
dikonversikan ke dalam bentuk diskrit,
dengan menggunakan finite differential orde
pertama yang direpresentasikan dalam
persamaan berikut:
dan
Sehingga persamaannya menjadi:
Dimana:
Apabila,
Maka persamaan kontroler PID dalam
bentuk diskrit adalah sebagai berikut:
Dimana:
Sn = Jumlah seluruh nilai error pada
interval 0 hingga nTs
S n-1 = Sn sebelumnya,
en = error sekarang,
en-1 = error sebelumnya,
mn = output sekarang.
3. PERANCANGAN
Dalam bab ini akan dijelaskan
mengenai perancangan system secara
keseluruhan. Bab ini dibagi menjadi empat
bagian besar yaitu pada bagian pertama
membahas mengenai desain sistem,
kemudian dilanjutkan dengan bagian kedua
yang menjelaskan mengenai perangkat keras
(hardware) yang digunakan. Pada bagian
ketiga membahas mengenai perancangan
mekanik, dan yang terakhir adalah
perancangan perangkat lunak (software)
yang digunakan untuk mengolah informasi
yang didapat dari perangkat keras.
3.1 Desain Sistem
System kendali yang baik adalah
suatu system yang dapat melakukan suatu
proses koreksi sendiri serta dapat
memperbaiki error pada system itu sendiri.
Pada perancangan system kendali ini,
digunakan rangkaian AVR ATMega8535
yang berfungsi sebagai otak dari system ini.
Untuk plantnya menggunakan sebuah
pompa motor AC 3 phasa yang dikontrol
oleh debuah inverter altivar 12, sedangkan
untuk feedback-nya menggunakan sensor
ultrasonic yang nantinya akan dibandingkan
nilainya dengan besarnya set point. Secara
garis besar cara kerja alat ini dapat dilihat
pada blok diagram dibawah ini:
Gambar 3.1. Blok Diagram System Secara Keseluruhan
Pembuatan kontrol PID ini bertujuan
untuk mengontrol sebuah plant. Plant disini
adalah sebuah pengendalian level air
(pompa motor AC 3 phasa). Kontrol PID ini
akan dihubungkan dengan beberapa
rangkaian lainnya supaya dapat
mengendalikan level air yaitu dengan
mengatur kecepatan putaran pompa tersebut.
Diantaranya adalah rangkaian DAC yang
berfungsi untuk mengubah nilai digital
menjadi nilai analog, sebuah inverter yang
berfungsi untuk mengatur kecepatan putaran
pompa motor, sebuah pompa motor AC
yang digunakan untuk memompa air agar
level air sesuai yang diinginkan, sebuah
sensor ultrasonic yang berfungsi mendeteksi
ketinggian level air, selain itu terdapat pula
rangkaian mikrokontroler dan rangkaian
RS232 yang digunakan untuk
menghubungkan alat ke komputer.
3.2 Perancangan Hardware
Pada perancangan hardware ini akan
dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya
meliputi: Mikrokontroler, DAC (digital to
analog converter), Inverter altivar 12,
Pompa motor AC 3 phasa, Sensor
Ultrasonic, LCD, dan RS232.
3.2.1 Mikrokontroler
Modul Mikrokontroler ini
merupakan bagian yang terpenting karena
rangkaian ini adalah pengendali dari
input/output rangkaian lain, selain itu modul
ini terdiri dari rangkaian Clock dan Reset.
Pada pembuatan alat ini, digunakan
mikrokontroler ATMega8535 yang memiliki
8 kB flash memory yang membutuhkan
tegangan supply (Vcc) sebesar +5V dan
akan bekerja pada frekuensi oscillator yang
dipakai. Mikrokontroler ini mempunyai
oscillator internal yang dapat digunakan
sebagai penghasil clock yang menggerakan
CPU. Oscillator yang digunakan yaitu
berupa oscillator Crystal, oscillator Crystal
ini dihubungkan pararel dengan
Mikrokontroler ATmega8535.
Gambar 3.2 Sistem Minimum
Mikrokontroler
Pada sistem ini akan dipakai
Oscillator Crystal dengan frekuensi 11,0592
MHz dan dipakai dua buah kapasitor 22pf
yang dihubungkan dengan XTAL 1 dan
XTAL 2 pada Mikrokontroler. Pemilihan
Crystal dengan frekuensi ini adalah dengan
pertimbangan agar lebih cepat dalam
melakukan proses perhitungan.
Selain itu Mikrokontroler memiliki
saluran reset aktif tinggi (High) sehingga
saluran reset ini harus dijaga agar tetap
berada pada kondisi rendah (Low). Pin RST
digunakan untuk me-reset program (mulai
keadaan awal 0000H) dengan memberikan
sinyal high pada pin. Namun digunakan
sebuah resistor pull-down yang dihubungkan
dengan ground agar pin RST tidak berada
pada kondisi mengambang (floating). Agar
mikrokontroler direset pada saat
dihubungkan dengan sumber tegangan,
maka pin reset dihubungkan dengan VCC
melalui kapasitor 10nF.
Mikrokontrol ini diprogram dengan
menggunakan bahasa pemrograman
CodeVision AVR. Pada mikrokontroler ini
terdapat pembagian port yang digunakan
sebagai kontrol yaitu:
 Port A, dihubungkan ke rangkaian DAC
0800.
 Port B, PB.0 dihubungkan ke sensor
ultrasonic.
 Port C, dihubungkan dengan LCD.
 Port D, PD.0 dan PD.1 digunakan untuk
komunikasi serial RS232 yang
dihubungkan dengan komputer. PD.2
dihubungkan dengan relay yang
digunakan untuk men-trigger inverter.
Berikut ini adalah gambar koneksi
port ATMega 8535 dengan rangkaian
lainnya:
Gambar 3.3 Koneksi Port ATMega 8535
3.2.2 DAC
Pada pembuatan rangkaian DAC ini
digunakan sebuah IC DAC 0800 yang
bekerja pada system 8 bit yang memiliki 16
pin dan sebuah IC UA741CN 8 pin yang
berfungsi untuk mengubah arus menjadi
tegangan. Besarnya tegangan yang akan
dihasilkan oleh DAC (tegangan yang
diinginkan sebesar 10V) dapat dihitung
dengan perumusan sebagai berikut:
Vref / Rref = I
(3.1)
Vref = 10V
I = 2mA (datasheets)
Rref = Vref / I
Rref = 10V / 2mA
jadi, Rref = 5 KΩ, RL = Rref
Berikut ini adalah gambar rangkaian
dari DAC 0800:
Gambar 3.4 Rangkaian DAC 0800
Rangkaian DAC 0800 ini akan
dihubungkan dengan inverter altivar 12
untuk mengontrol kecepatan pompa motor
AC 3 phasa.
3.2.3 Sensor Ping Ultrasonic
Sistem sensor ultrasonik digunakan
sebagai masukan dari proses pengontrolan
robot terbagi atas dua bagian, yaitu untuk
perangkat keras dan lunak (kontroller).
1. Sensor Ultrasonic (Hardware)
Sensor ultrasonik menggunakan
modul jadi dari PARALLAX. Dengan 1
buah pin kontrol yaitu sebuah pin I/O.
Gambar 3.7 PING))) Ultrasonic Range
Finder
Pada perancangan alat ini menggunakan
sensor ultrasonik yang dipasang pada bagian
atas tandon yang digunakan untuk
mengamati perubahan level.
Sensor ultrasonik ini mengirim data
ke mikrokontroller secara terus-menerus
sehingga sensor ultrasonik akan aktif dalam
pengiriman data. Output dari modul ini
berupa data pwm sehingga data jarak sama
dengan duty cycle dari sinyal output.
Semakin jauh objek maka semakin besar
duty cycle. Untuk mengaktifkan sensor
maka modul diberi triger pulsa maka sensor
akan mengeluarkan sinyal pwm dan duty
cycle tersebut sebagai jarak objek dengan
sensor.
2. Sensor Ultrasonic (Software)
Mikrokontroller memberikan sinyal
pulsa high pada pin triger pulse input dari
sensor untuk mengaktifkan sensor
ultrasonik. Untuk menghitung lebar pulse
mengunakan timer0. Timer0 aktif ketika
register TCCR0B diisi dengan nilai 4H yang
berarti bahwa timer berjalan dengan
frekuensi 43,2 KHz. Pin echo pulse output
terhubung dengan pin-pin pada
mikrokontroler. Ketika pin echo pulse
output high maka timer0 aktif dan ketika pin
echo kembali bernilai low maka timer0
dimatikan dan data TCNT0 diambil sebagai
data jarak. Sementara jika timer menghitung
sampai terjadi overflow dan masuk ke dalam
interrupt overflow, maka jarak dianggap
maksimal, yaitu 255.
START
Inisialisasi timer
Timer/counter=0
Set_kirim=1
Set_kirim=0
Echo=1
Delay 5uS
1
Ya
Tidak
1
Stop Timer
Timer Counter=255
Stop Timer
Data_us=timer/
counter
Start Timer
Timer
Overflow?
Echo=0
Kirimdata_us
STOP
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Gambar 3.8 Flowchart Kontrol Sensor
Ultrasonik
Gambar 3.9 List Program Sensor
Ultrasonik
Pin trigger dan echo dari modul
ultrasonik dihubungkan dengan PORTB.0
pada mikrokontroler ATMega 8535. Pin
trigger diberi sinyal ”high” minimal selama
5us. Selanjutnya ditunggu sampai pin echo
menjadi ”high”, yang menunjukkan bahwa
modul sensor telah memancarkan
gelombang ultrasonik. Saat pin echo
berubah menjadi ”high”, timer0 yang
digunakan untuk menghitung lebar pulsa
dijalankan. Selanjutnya ditunggu sampai pin
echo kembali menjadi ”low” atau timer0
overflow. Data jarak dapat diambil pada
register TCNT0 yang merupakan register
counter untuk timer0. Bila timer0
menghitung sampai terjadi overflow tetapi
pin echo tetap high, maka akan dianggap
sebagai jarak maksimal, dan program akan
masuk ke dalam subrutin interrupt timer0
overflow. Di dalam subrutin tersebut, timer
akan dihentikan dan data dianggap
maksimal, yaitu 255. Selanjutnya data
sensor dikirimkan melalui komunikasi
serial.
Perhitungan Pengukuran:
a. Jarak = (Lebar Pulsa / 29.034uS)/2
(dalam cm),
b. Dimana : 1/29.034 = 0.34442, sehingga :
c. Jarak = (Lebar Pulsa x 0.034442)/2
(dalam cm)
Gambar 3.10 Lebar Pulsa Ultrasonik
(datasheet)
3.2.4 Serial RS232
Pada perancangan alat ini digunakan
fasilitas RS-232, dengan tujuan supaya alat
ini dapat berkomunikasi dengan komputer.
Sedangkan perangkat yang digunakan untuk
dapat berkomunikasi dengan komputer
adalah IC MAX 232. IC ini berfungsi
mengirimkan data yang sudah diproses oleh
mikrokontroler ke dalam komputer.
Berikut ini adalah rangkaian beserta
nilai-nilai kapasitor diambil dari datasheet
MAXIM RS-232.
Gambar 3.14 Rangkaian RS-232
Penggunaan serial port ini memiliki
beberapa alasan, yaitu sebagai
berikut:
 Dibutuhkan jumlah kabel yang lebih
sedikit, hanya menggunakan 3 kabel,
yaitu saluran Transmit Data, saluran
Receive Data dan saluran Ground.
 Kebanyakan mikrokontroler sudah
dilengkapi dengan SCI (Serial
Comunication Interface) yang dapat
digunakan untuk komunikasi dengan
port serial komputer.
3.3 Perancangna Mekanik
Plant yang digunakan adalah
miniature kendali level air. Berikut ini
gambar mekaniknya:
Gambar 3.15 Bentuk Mekanik Miniatur
Kendali Level Air
Dimensi dari desain mekanik
tersebut adalah 50x40x100 cm untuk
kerangkanya dan 32x23x22 cm untuk
tandonnya serta 50x36x30 cm untuk dimensi
bak penampung sumbernya.
3.4 Perancangan Software
Perancangan software merupakan
bagian yang menentukan bekerja atau
tidaknya sebuah alat, karena software ini
berfungsi mengatur kerja suatu alat agar
dapat bekerja sesuai dengan keinginan
pengguna. Dalam perancangan alat ini
pembuatan software dibagi dua, pertama
pembuatan software yang ditulis pada
Visual Basic 6.0 yang berfungsi untuk
memonitoring dan mengeksekusi program
kontrol PID, kedua pembuatan software
yang ditulis pada Code Vision AVR yang
kemudian akan diisikan ke dalam
mikrokontroler, mikrokontroler sendiri
berfungsi mengatur kerja suatu system,
termasuk Sensor Ultrasonic, LCD, DAC,
dan RS232.
3.4.1 Program Visual Basic 6.0
Program Visual Basic digunakan
untuk menerima pulsa yang dikirimkan oleh
mikrokontroler, kemudian pulsa tersebut
dihitung untuk mendapatkan sebuah level air
dari pulsa yang dikirimkan tersebut.
Setelah didapatkan data berupa level
air, data tersebut kemudian diproses dengan
menggunakan perhitungan PID controller
dengan men-set nilai Kp, Ki, dan Kd,
kemudian hasil dari perhitungan tersebut
dikirimkan kembali ke mikrokontroler untuk
mengendalikan kecepatan pompa motor.
Flowchart dari program Visual Basic
dapat dilihat pada gambar 3.16.
Gambar 3.16 Flowchart Program Visual
Basic
Pengendalian level air dalam system
ini menggunakan kontrol PID dengan
pemrograman Visual Basic. Aturan
penyepadanan alat control (controller
tuning) menggunakan nilai penguatan/gain
proporsional (Kp), waktu integral (Ti) dan
waktu derivative (Td).
Untuk mendapatkan respon yang
baik yang dihasilkan oleh PID controller
harus diketahui nilai-nilai dari konstanta-
konstanta, yaitu: Kp, Ki, Kd. Dimana
diketahui bahwa Ki = 1/Ti dan Kd = Td.
Nilai Kp, Ki, Kd didapatkan dengan cara-
cara mencoba-coba dengan berbagai nilai,
kemudian dipilih yang terbaik.
Rumus PID controller pada system
ini menggunakan program Visual Basic
adalah sebagai berikut:
Private Sub pidloop()
pv = MSComm1.input
dfilter = 10 'Nilai filter untuk
menurunkan efek derivatif
inputd = pv + (inputlast - pv) * (rate /
60)
inputlast = pv
inputdf = inputdf + (inputd - inputdf)
* dfilter / 60
output = (sp - inputdf) * (gain / 100)
+ feedback ‘Perhitungan PID
If output > 100 Then ' batas output
antara 0 dan 100%
output = 100
End If
If output < 0 Then
output = 0
End If
feedback = feedback - (feedback -
output) * reset / 60
MSComm1.output = "" +
Chr$(output)
End Sub
3.4.2 Program CodeVision AVR 2.05.3
Berikut ini adalah flowchart dari
pengolahan data dari sensor yang kemudian
dikirimkan ke komputer:
Gambar 3.17 Flowchart Program Untuk
Kirim Data ke Komputer
Untuk listing program CodeVision
AVR dari flowchart tersebut adalah:
while (1)
{
waktu=(count*0.090422453703703703
703703703703704); //dari ultrasonic
level=((40-
((waktu*0.3498)*1.7/2.5))*100);
sprintf(baris,"level=%3.2f cm ",level);
//nilai ditampilkan ke LCD
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_puts(baris);
delay_ms(500);
lcd_clear();
printf("%4d",level); //nilai dikirim ke
komputer
}
Berikut ini adalah flowchart dari
pengolahan data dari komputer kemudian
diproses dan dihitung oleh mikrokontroler
dan selanjutnya hasil dari perhitungan
tersebut dikeluarkan ke PortA yang
dihubungkan dengan rangkaian DAC untuk
menggerakkan pompa motor.
START
Simpan Nilai ke
EEPROM
Hitung Nilai dari
EEPROM
Keluarkan ke
PortA (DAC)
Ada Nilai?
STOP
Inisialisasi Port
Serial (UCSRA.7)
Baca Data
Serial
Ya
Tidak
Tampilkan Nilai
ke LCD
Gambar 3.18 Flowchart Program Untuk
Terima Data dari Komputer
Untuk listing program CodeVision
AVR dari flowchart tersebut adalah:
while (1)
{
while (UCSRA.7) //apakah ada data baru
yang belum dibaca dari komputer?
{
data=UDR; //perubahan input dari
komputer disimpan didata EEPROM
}
sprintf(tulis,"%3d",data); //nilai
ditampilkan ke LCD
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_puts(tulis);
DAC=(data*255/100); //nilai
dikeluarkan ke PortA DAC
PORTA=DAC;
}
4. ANALISA
4.1 Pengujian dan Analisa Performansi
Tuning Parameter Kontrol PID
Simulasi dilakukan dengan
memberikan masukan set point secara step.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui respon
sistem terhadap perubahan masukan set
point. Tahap-tahap yang dilakukan
disesuaikan dengan metode tuning trial and
error (Heuristic Methode), dimana tuning
parameter pengendali dimulai dengan hanya
menggunakan pengendali P, kemudian baru
ditambahkan pengendali I dan terakhir
ditambahkan dengan pengendali D.
Pemberian nilai parameter disesuaikan
dengan karakteristik respon sistem yang
diperoleh. Uji performansi yang pertama
kali dilakukan adalah dengan memasukkan
input berupa besaran step yang dalam hal ini
berupa nilai level.
Pengujian dan analisa dilakukan
terhadap sistem yang menggunakan
pengendalian PID yang diterapkan pada
close loop pengendalian level air. Untuk itu
kita mencoba memasukkan nilai Kp, Ti dan
Td sesuai dengan keinginan sampai
didapatkan hasil respon PID yang terbaik
untuk sistem pengendalian level air. Kita
lihat hasil responnya dengan memasukkan
parameter P kemudian ditambah I dan
terakhir ditambahkan D.
Pengujian untuk Kp = 30, Ti = 3, Td = 10
Gambar 4.14 Respon tuning parameter
kontrol PID sistem pengendalian level air
dengan Kp = 30, Ti = 3, Td = 10
Dapat dilihat dari hasil respon
parameter kontrol PID diatas dengan
pemberian set point 15 cm pada 10,4 detik
sudah steady. Dari semua uji dengan metode
Heuristik yang telah diberikan, nilai Kp =
30, Ti = 3 dan Td = 10 memberikan hasil
respon yang terbaik daripada pemberian
nilai Kp, Ti dan Td yang lain. Dengan nilai-
nilai yang telah diberikan dapat
menghasilkan respon yang baik untuk
parameter kontrol level air. Tetapi masih
mengalami overshoot.
Tabel 4.6 Respon Parameter Kontrol Pid Dengan Metode Heuristik Untuk Pengendalian Level
Air.
Set Point
Uji Metode Heuristik Error
(%)
Settling
Time
(detik)
Steady
State
Berisolasi
Kp Ti Td
15cm
40 0 0 5,47% 8 Ya Tidak
40 8 0 1,67% - Tidak Ya
40 6 20 0,2% 22,4 Ya Ya
40 5 15 0,53% 15,9 Ya Ya
40 4 13 0% 14,3 Ya Ya
40 3 10 0,13% 11,8 Ya Kecil
30 3 10 0,53% 10,4 Ya Sangat Kecil
30 4 13 1% 13,8 Ya Kecil
30 5 15 0,8% 17,9 Ya Ya
30 6 20 0,8% 22,5 Ya Ya
30 8 0 1,87% - Tidak Ya
30 0 0 7,47% 7 Ya Tidak
Dari tabel respon uji dengan metode
Heuristik, dapat diperoleh beberapa
karakteristik performansinya. Dengan
metode tuning trial and error (Heuristic
methode) saat diberikan nilai Kp = 40; Ti =
0 ; Td = 0 didapatkan settling time 8 detik
dengan error steady state 5,47% dan
memiliki overshoot. Kita melakukan uji
dengan metode Heuristik yang lain dengan
nilai Kp, Ti dan Td yang berbeda-beda. Pada
uji yang kedua dengan Kp = 40; Ti = 8 dan
Td = 0, juga mengalami overshoot lebih
besar dari uji sebelumnya, dapat dilihat pada
tabel 4.6. Pada saat Kp = 40; Ti = 5; Td = 15
respon pengendalian sudah mulai lambat,
karena memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai steady yaitu 15,9 detik dan
overshoot yang bernilai kecil. Berikutnya
nilai Kp = 40, Ti = 4 dan Td = 13 diperoleh
error steady state 0 dan settling time
memerlukan waktu yang lama 14,3 detik.
Settling time pada detik ke-11,8 dengan Kp
= 40; Ti = 3; Td = 10, terjadi overshoot dan
error steady state 0,13%. Untuk Kp = 30; Ti
= 6; Td = 20 pengendalian yang dirancang
masih mengalami overshoot dengan settling
time pada detik ke-22,5.
Dari semua uji dengan metode
Heuristik Kp = 40; Ti = 3 dan Td = 10
merupakan respon yang paling baik karena
overshoot kecil dan settling time masih besar
11,8 detik tetapi error steady state 0,13%.
Pada analisa ini dilakukan pengujian
sebanyak 12 kali dengan merubah-ubah nilai
Kp, Ti dan Td sehingga mendapatkan hasil
yang terbaik. Dari hasil respon parameter
kontrol PID untuk pengendalian level air,
pengendalian yang baik adalah Kp = 30; Ti
= 3; Td = 10. Dikatakan baik karena
overshoot kecil dengan settling time yang
cukup cepat 10,4 detik. Karena jika
digunakan pengendalian P saja atau PI saja,
sistem pengendalian ini belum baik. Karena
memiliki error yang tinggi dan berisolasi.
tetapi untuk steady state-nya tidak
memerlukan waktu yang lama.
Uji tracking set point
Setelah melakukan uji dengan
metode Heuristik, kemudian dilakukan uji
tracking set point menggunakan Kp = 30; Ti
= 3 dan Td = 10 dengan level air yang
bervariasi.
Gambar 4.20 Respon tuning parameter
kontrol PID sistem pengendalian level air
dengan tracking set point.
Dari gambar 4.20 di atas didapatkan
respon parameter kontrol PID metode
Heuristik untuk mengendalikan level air.
Dari hasil respon di atas dapat dilihat
bahwa parameter kontrol PID yang telah
dirancang dapat menghasilkan respon yang
baik. Nilai Kp, Ti dan Td yang dipakai
untuk uji tracking set point adalah Kp = 30,
Ti = 3 dan Td = 10 karena dari hasil uji
dengan metode Heuristik respon ini
menghasilkan isolasi yang sangat kecil.
Maka untuk uji tracking set point
menggunakan nilai Kp, Ti dan Td yang
sama. Dengan set point yang bervariasi,
dimulai dari level air sebesar 15 cm.
Parameter kontrol PID yang telah dirancang
sudah baik tapi masih ada isolasi meskipun
sangat kecil.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan analisa
yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penalaan parameter kendalil PID untuk
mengendalikan level air mampu
memberikan respon pengendalian yang
baik dengan Kp = 30, Ti = 3 dan Td =
10. Memiliki overshoot kecil dan error
steady state = 3.
2. Dari hasil uji tracking set point dengan
Kp = 30, Ti = 3 dan Ti = 10 parameter
kendali PID yang telah dirancang bisa
mengikuti tracking set point dengan
baik, meskipun masih memiliki
overshoot.
3. Dengan menerapkan kontroler PID pada
sistem kontrol level air dapat
mempercepat respon sistem terhadap
perubahan sinyal input (set point) dan
memperkecil sinyal kesalahan (error).
4. Dari percobaan dan analisa diketahui
bahwa respon kontroler yang sesuai
dengan yang diinginkan adalah dengan
menggunakan elemen PID.
5. Untuk mengoperasikan PID controller
sangatlah mudah, hanya melakukan
tuning parameternya dengan cara
mencoba-coba (trial and error) untuk
menghasilkan sistem kontrol yang
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Retna Prasetya dan Catur Edi Widodo.
Interfacing port parallel dan port serial
komputer dengan visual basic 6.0.
Penerbit ANDI, Yogyakarta. 2004
2. Heri Andrianto. Pemrograman
mikrokontroler AVR ATMega16
menggunakan bahasa C (CodeVision
AVR). Penerbit Informatika, Bandung.
2008
3. M. Ary Heryanto, ST. dan Ir. Wisnu
Adi P. Pemrograman bahasa C untuk
Mikrokontroler ATMega8535. Penerbit
ANDI, Yogyakarta. 2008
4. Syahban Rangkuti. Mikrokontroler
ATMEL AVR. Simulasi dan Praktek
menggunakan ISIS Proteus dan
CodeVision AVR. Penerbit Informatika,
Bandung. 2011
5. Ranti Permatasari. Penalaan Parameter
Kontrol PID Dengan Metode Heuristic.
Teknik Fisika ITS, Surabaya.
6. Thiang, Yohanes TDS, Andre Mulya.
Pengaturan Level Ketinggian Air
Menggunakan Kontrol PID. Fakultas
Teknologi Industri, Jurusan Teknik
Elektro, Universitas Kristen Petra.

Contenu connexe

Tendances

Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...Rio Afdhala
 
Transmisi Daya Listrik
Transmisi Daya ListrikTransmisi Daya Listrik
Transmisi Daya ListrikMulia Damanik
 
konsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistemkonsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistemrajareski ekaputra
 
Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR
Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR
Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR KEN KEN
 
Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
Gangguan Pada Sistem Tenaga ListrikGangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrikderrydwipermata
 
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusiAzis Nurrochma Wardana
 
Jenis - Jenis Gangguan dalam Sistem Transmisi
Jenis - Jenis Gangguan dalam Sistem TransmisiJenis - Jenis Gangguan dalam Sistem Transmisi
Jenis - Jenis Gangguan dalam Sistem TransmisiAndrean Yogatama
 
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Fathan Hakim
 
Proses tuning pada pid
Proses tuning pada pidProses tuning pada pid
Proses tuning pada pidSupar Ramah
 
Sistem Kendali Intensitas Cahaya dengan PID berbasis Arduino, IGBT dan sensor...
Sistem Kendali Intensitas Cahaya dengan PID berbasis Arduino, IGBT dan sensor...Sistem Kendali Intensitas Cahaya dengan PID berbasis Arduino, IGBT dan sensor...
Sistem Kendali Intensitas Cahaya dengan PID berbasis Arduino, IGBT dan sensor...Naufal Faruqi Kiki
 
Adc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanAdc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanpersonal
 
Penyearah Tiga Fasa Tidak Terkendali
Penyearah Tiga Fasa Tidak TerkendaliPenyearah Tiga Fasa Tidak Terkendali
Penyearah Tiga Fasa Tidak TerkendaliUniv of Jember
 

Tendances (20)

Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Tugas Kelompok 4 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
 
Mosfet
MosfetMosfet
Mosfet
 
modulasi analog
modulasi analogmodulasi analog
modulasi analog
 
Transmisi Daya Listrik
Transmisi Daya ListrikTransmisi Daya Listrik
Transmisi Daya Listrik
 
Sistem kendali
Sistem kendaliSistem kendali
Sistem kendali
 
konsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistemkonsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistem
 
Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR
Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR
Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR
 
Lift 3 lantai plc
Lift 3 lantai plcLift 3 lantai plc
Lift 3 lantai plc
 
Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
Gangguan Pada Sistem Tenaga ListrikGangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
 
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
 
Diagram blok
Diagram blokDiagram blok
Diagram blok
 
Jenis - Jenis Gangguan dalam Sistem Transmisi
Jenis - Jenis Gangguan dalam Sistem TransmisiJenis - Jenis Gangguan dalam Sistem Transmisi
Jenis - Jenis Gangguan dalam Sistem Transmisi
 
sifat sifat sistem
sifat sifat sistemsifat sifat sistem
sifat sifat sistem
 
SISTEM PROTEKSI
SISTEM PROTEKSI SISTEM PROTEKSI
SISTEM PROTEKSI
 
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
 
Proses tuning pada pid
Proses tuning pada pidProses tuning pada pid
Proses tuning pada pid
 
Sistem Kendali Intensitas Cahaya dengan PID berbasis Arduino, IGBT dan sensor...
Sistem Kendali Intensitas Cahaya dengan PID berbasis Arduino, IGBT dan sensor...Sistem Kendali Intensitas Cahaya dengan PID berbasis Arduino, IGBT dan sensor...
Sistem Kendali Intensitas Cahaya dengan PID berbasis Arduino, IGBT dan sensor...
 
Adc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanAdc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutan
 
Penyearah Tiga Fasa Tidak Terkendali
Penyearah Tiga Fasa Tidak TerkendaliPenyearah Tiga Fasa Tidak Terkendali
Penyearah Tiga Fasa Tidak Terkendali
 
Bab 2 Laporan Pembangkitan Sinyal Kontinyu
Bab 2 Laporan Pembangkitan Sinyal KontinyuBab 2 Laporan Pembangkitan Sinyal Kontinyu
Bab 2 Laporan Pembangkitan Sinyal Kontinyu
 

En vedette

Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flow
Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flowSkd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flow
Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flowniel95
 
DOKUMEN B100: SISTEM KENDALI POSISI GORDEN DENGAN MENGGUNAKAN METODA PID
DOKUMEN B100: SISTEM KENDALI POSISI GORDEN DENGAN MENGGUNAKAN METODA PID DOKUMEN B100: SISTEM KENDALI POSISI GORDEN DENGAN MENGGUNAKAN METODA PID
DOKUMEN B100: SISTEM KENDALI POSISI GORDEN DENGAN MENGGUNAKAN METODA PID aldilla rizki nurfitriyani
 
Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...
Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...
Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...Diaz Zulkipli
 
Water level measure and control with arduino uno
Water level measure and control with arduino unoWater level measure and control with arduino uno
Water level measure and control with arduino unosarahadhitia
 
Laporan akhir
Laporan akhirLaporan akhir
Laporan akhirdmaylina
 
DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...
DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...
DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...Fauzan Fauziansyah
 
Sistem Pengendalian Level Steam Drum di Boiler 52-B-101D
Sistem Pengendalian Level Steam Drum di Boiler 52-B-101DSistem Pengendalian Level Steam Drum di Boiler 52-B-101D
Sistem Pengendalian Level Steam Drum di Boiler 52-B-101Dilham wahyudi
 
PID Control Of Sampled Measurements - Greg McMillan Deminar Series
PID Control Of Sampled Measurements - Greg McMillan Deminar SeriesPID Control Of Sampled Measurements - Greg McMillan Deminar Series
PID Control Of Sampled Measurements - Greg McMillan Deminar SeriesJim Cahill
 
Pengontrolan PID pada Mesin Listrik
Pengontrolan PID pada Mesin ListrikPengontrolan PID pada Mesin Listrik
Pengontrolan PID pada Mesin Listrikrezaza9535
 
Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...
Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...
Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...Gumilar Aditya
 
WATER LEVEL MEASURE AND CONTROL WITH ULTRASONIK SENSOR AND ARDUINO UNO
WATER LEVEL MEASURE AND CONTROL WITH ULTRASONIK SENSOR AND ARDUINO UNOWATER LEVEL MEASURE AND CONTROL WITH ULTRASONIK SENSOR AND ARDUINO UNO
WATER LEVEL MEASURE AND CONTROL WITH ULTRASONIK SENSOR AND ARDUINO UNOSri Adhiyani Sunaryo
 
CONTROL FAN AC USING TEMPERATURE SENSOR LM35 BASED ON ARDUINO UNO
CONTROL FAN AC USING TEMPERATURE SENSOR LM35 BASED ON ARDUINO UNOCONTROL FAN AC USING TEMPERATURE SENSOR LM35 BASED ON ARDUINO UNO
CONTROL FAN AC USING TEMPERATURE SENSOR LM35 BASED ON ARDUINO UNOSusanti Arianto
 
Project instrumentasi kelompok1
Project instrumentasi kelompok1Project instrumentasi kelompok1
Project instrumentasi kelompok1yana cahyana
 
Sistem Irigasi Otomatis menggunakan Arduino Uno
Sistem Irigasi Otomatis menggunakan Arduino UnoSistem Irigasi Otomatis menggunakan Arduino Uno
Sistem Irigasi Otomatis menggunakan Arduino UnoRizki Verdian
 
Proposal Tugas Akhir-D4 Polman Negeri Bangka Belitung
Proposal Tugas Akhir-D4 Polman Negeri Bangka BelitungProposal Tugas Akhir-D4 Polman Negeri Bangka Belitung
Proposal Tugas Akhir-D4 Polman Negeri Bangka BelitungChardian Arguta
 

En vedette (17)

Listing pid
Listing pidListing pid
Listing pid
 
Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flow
Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flowSkd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flow
Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flow
 
DOKUMEN B100: SISTEM KENDALI POSISI GORDEN DENGAN MENGGUNAKAN METODA PID
DOKUMEN B100: SISTEM KENDALI POSISI GORDEN DENGAN MENGGUNAKAN METODA PID DOKUMEN B100: SISTEM KENDALI POSISI GORDEN DENGAN MENGGUNAKAN METODA PID
DOKUMEN B100: SISTEM KENDALI POSISI GORDEN DENGAN MENGGUNAKAN METODA PID
 
Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...
Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...
Perancangan dan realisasi sistem kendali kontinyu dan digital pada plant debi...
 
Water level measure and control with arduino uno
Water level measure and control with arduino unoWater level measure and control with arduino uno
Water level measure and control with arduino uno
 
Laporan akhir
Laporan akhirLaporan akhir
Laporan akhir
 
DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...
DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...
DESAIN KENDALI PID DENGAN METODA ZIEGLER-NICHOLS DAN COHEN-COON MENGGUNAKAN M...
 
Sistem Pengendalian Level Steam Drum di Boiler 52-B-101D
Sistem Pengendalian Level Steam Drum di Boiler 52-B-101DSistem Pengendalian Level Steam Drum di Boiler 52-B-101D
Sistem Pengendalian Level Steam Drum di Boiler 52-B-101D
 
PID Control Of Sampled Measurements - Greg McMillan Deminar Series
PID Control Of Sampled Measurements - Greg McMillan Deminar SeriesPID Control Of Sampled Measurements - Greg McMillan Deminar Series
PID Control Of Sampled Measurements - Greg McMillan Deminar Series
 
Pengontrolan PID pada Mesin Listrik
Pengontrolan PID pada Mesin ListrikPengontrolan PID pada Mesin Listrik
Pengontrolan PID pada Mesin Listrik
 
Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...
Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...
Perancangan dan Realisasi Sistem Kendali Digital Pada Plant Temperatur dengan...
 
WATER LEVEL MEASURE AND CONTROL WITH ULTRASONIK SENSOR AND ARDUINO UNO
WATER LEVEL MEASURE AND CONTROL WITH ULTRASONIK SENSOR AND ARDUINO UNOWATER LEVEL MEASURE AND CONTROL WITH ULTRASONIK SENSOR AND ARDUINO UNO
WATER LEVEL MEASURE AND CONTROL WITH ULTRASONIK SENSOR AND ARDUINO UNO
 
CONTROL FAN AC USING TEMPERATURE SENSOR LM35 BASED ON ARDUINO UNO
CONTROL FAN AC USING TEMPERATURE SENSOR LM35 BASED ON ARDUINO UNOCONTROL FAN AC USING TEMPERATURE SENSOR LM35 BASED ON ARDUINO UNO
CONTROL FAN AC USING TEMPERATURE SENSOR LM35 BASED ON ARDUINO UNO
 
Project instrumentasi kelompok1
Project instrumentasi kelompok1Project instrumentasi kelompok1
Project instrumentasi kelompok1
 
Sistem Irigasi Otomatis menggunakan Arduino Uno
Sistem Irigasi Otomatis menggunakan Arduino UnoSistem Irigasi Otomatis menggunakan Arduino Uno
Sistem Irigasi Otomatis menggunakan Arduino Uno
 
PID - Temperature Controller
PID - Temperature ControllerPID - Temperature Controller
PID - Temperature Controller
 
Proposal Tugas Akhir-D4 Polman Negeri Bangka Belitung
Proposal Tugas Akhir-D4 Polman Negeri Bangka BelitungProposal Tugas Akhir-D4 Polman Negeri Bangka Belitung
Proposal Tugas Akhir-D4 Polman Negeri Bangka Belitung
 

Similaire à KENDALI LEVEL AIR PID

Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID
Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID
Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID Chardian Arguta
 
3 c skd-b100_regi adriana saputra_stabilizer kamera 2-axis
3 c skd-b100_regi adriana saputra_stabilizer kamera 2-axis3 c skd-b100_regi adriana saputra_stabilizer kamera 2-axis
3 c skd-b100_regi adriana saputra_stabilizer kamera 2-axisRegiAdriana1
 
15.04.146 jurnal eproc
15.04.146 jurnal eproc15.04.146 jurnal eproc
15.04.146 jurnal eproceko dnero
 
Skd fauzi firmansyah_plant_suhu_polban
Skd fauzi firmansyah_plant_suhu_polbanSkd fauzi firmansyah_plant_suhu_polban
Skd fauzi firmansyah_plant_suhu_polbanfauzi81195
 
Sistem pengendalian, bpcs(basic process control system),
Sistem pengendalian, bpcs(basic process control system),Sistem pengendalian, bpcs(basic process control system),
Sistem pengendalian, bpcs(basic process control system),NaufalSaifullahKA
 
Rumusan Masalah dan Cara Mengatasinya yang Dibahas pada beberapa Paper dari 5...
Rumusan Masalah dan Cara Mengatasinya yang Dibahas pada beberapa Paper dari 5...Rumusan Masalah dan Cara Mengatasinya yang Dibahas pada beberapa Paper dari 5...
Rumusan Masalah dan Cara Mengatasinya yang Dibahas pada beberapa Paper dari 5...pingki__
 
Modul praktikum kendali lanjut
Modul praktikum kendali lanjutModul praktikum kendali lanjut
Modul praktikum kendali lanjutPressa Surya
 
"Kendali Temperature Ruangan dengan PID Berbasis Arduino" Document B100-600
"Kendali Temperature Ruangan dengan PID Berbasis Arduino" Document B100-600"Kendali Temperature Ruangan dengan PID Berbasis Arduino" Document B100-600
"Kendali Temperature Ruangan dengan PID Berbasis Arduino" Document B100-600Satrio Nurcahyo
 
Jbptunikompp gdl-anggajuand-18247-4-babii
Jbptunikompp gdl-anggajuand-18247-4-babiiJbptunikompp gdl-anggajuand-18247-4-babii
Jbptunikompp gdl-anggajuand-18247-4-babiikuyalumpat
 
1697634106_5. PLC vs SCADA vs DCS electronics engineering
1697634106_5. PLC vs SCADA vs DCS electronics engineering1697634106_5. PLC vs SCADA vs DCS electronics engineering
1697634106_5. PLC vs SCADA vs DCS electronics engineeringpurnawan85
 

Similaire à KENDALI LEVEL AIR PID (20)

Pi d
Pi dPi d
Pi d
 
205
205205
205
 
Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID
Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID
Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID
 
3 c skd-b100_regi adriana saputra_stabilizer kamera 2-axis
3 c skd-b100_regi adriana saputra_stabilizer kamera 2-axis3 c skd-b100_regi adriana saputra_stabilizer kamera 2-axis
3 c skd-b100_regi adriana saputra_stabilizer kamera 2-axis
 
15.04.146 jurnal eproc
15.04.146 jurnal eproc15.04.146 jurnal eproc
15.04.146 jurnal eproc
 
Skd fauzi firmansyah_plant_suhu_polban
Skd fauzi firmansyah_plant_suhu_polbanSkd fauzi firmansyah_plant_suhu_polban
Skd fauzi firmansyah_plant_suhu_polban
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Sistem pengendalian, bpcs(basic process control system),
Sistem pengendalian, bpcs(basic process control system),Sistem pengendalian, bpcs(basic process control system),
Sistem pengendalian, bpcs(basic process control system),
 
Rumusan Masalah dan Cara Mengatasinya yang Dibahas pada beberapa Paper dari 5...
Rumusan Masalah dan Cara Mengatasinya yang Dibahas pada beberapa Paper dari 5...Rumusan Masalah dan Cara Mengatasinya yang Dibahas pada beberapa Paper dari 5...
Rumusan Masalah dan Cara Mengatasinya yang Dibahas pada beberapa Paper dari 5...
 
Pi dxmm
Pi dxmmPi dxmm
Pi dxmm
 
BAB 2.ppt
BAB 2.pptBAB 2.ppt
BAB 2.ppt
 
Alat alat ukur
Alat alat ukurAlat alat ukur
Alat alat ukur
 
Automation
AutomationAutomation
Automation
 
01 laporan akhir pdp '16
01 laporan akhir  pdp '1601 laporan akhir  pdp '16
01 laporan akhir pdp '16
 
Document riyan
Document riyanDocument riyan
Document riyan
 
Modul praktikum kendali lanjut
Modul praktikum kendali lanjutModul praktikum kendali lanjut
Modul praktikum kendali lanjut
 
"Kendali Temperature Ruangan dengan PID Berbasis Arduino" Document B100-600
"Kendali Temperature Ruangan dengan PID Berbasis Arduino" Document B100-600"Kendali Temperature Ruangan dengan PID Berbasis Arduino" Document B100-600
"Kendali Temperature Ruangan dengan PID Berbasis Arduino" Document B100-600
 
SISTEM KONTROL
SISTEM KONTROLSISTEM KONTROL
SISTEM KONTROL
 
Jbptunikompp gdl-anggajuand-18247-4-babii
Jbptunikompp gdl-anggajuand-18247-4-babiiJbptunikompp gdl-anggajuand-18247-4-babii
Jbptunikompp gdl-anggajuand-18247-4-babii
 
1697634106_5. PLC vs SCADA vs DCS electronics engineering
1697634106_5. PLC vs SCADA vs DCS electronics engineering1697634106_5. PLC vs SCADA vs DCS electronics engineering
1697634106_5. PLC vs SCADA vs DCS electronics engineering
 

Dernier

Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxarifyudianto3
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industririzwahyung
 
PPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksi
PPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksiPPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksi
PPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksimanotartamba555
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranSintaMarlina3
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxdpcaskonasoki
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfVardyFahrizal
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
 

Dernier (10)

Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
 
PPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksi
PPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksiPPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksi
PPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksi
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
 

KENDALI LEVEL AIR PID

  • 1. KENDALI LEVEL AIR DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER PID CONTROLLER Dede Iskandar1 , Yuda Bakti Zainal2 Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi 40533 Email: iskandardotm@gmail.com yudazainal@gmail.com Abstract: Proportional Integral Derivative (PID) controller is a feedback controllers that most popular in the industrialized world. Can not be denied, until recently PID control is one of the most widely adopted strategy in controlling process variables in the industry. Based on the survey, 97% found the fact that the industry engaged in the process (such as chemical industry, pulp, food, oil and gas) using the PID as the main component in the control. PID is popular because its structure is simple, and easy tuning parameters are also very easy operation. On the basis of the author tries to give depth to water level control by using PID controllers, where the plant installed an ultrasonic sensor (Ping) to detect a level. The value generated by the sensor is processed by a microcontroller (ATMega8535) then its value is sent to a computer, the computer (Visual Basic 6.0) was performed in the calculation of PID and PID calculation results are then sent back to the microcontroller to be used to drive a motor pump to pump water into the reservoir . In the study tuning parameters Kp, Ti and Td with heuristic methods. Robust condition is obtained when the value of Kp = 30, Ti = 3 and Td = 10. The results of the control parameters are designed still have overshoot, but the isolation is very small, reaching 10,4 seconds settling time and steady state error 0,53%. Keywords: PID controller, water level control, Microcontroller, Ping Ultrasonic. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri terus berkembang dengan sistem-sistem yang baru dalam bidang manufaktur maupun energi, khususnya sistem kontrol. Saat ini banyak sekali ditawarkan suatu metode kontrol yang efektif dan mudah untuk diimplementasikan, salah satunya kontrol dengan sistem PID (Proporsional Integral Derivative). Kepopuleran PID sebagai komponen kontrol proses dilatarbelakangi terutama oleh kesederhanaan struktur, serta kemudahan dalam melakukan tuning parameter kontrolnya. Pada tingkat pengoperasian, seorang operator tidak dituntut untuk menguasai pengetahuan matematika yang relative rumit, melainkan hanya dibutuhkan pengalaman lapangan saja. Kontrol level air merupakan salah satu dari sekian banyak system yang ada dalam dunia industri. Selain sederhana, sistem tersebut banyak sekali digunakan dalam dunia industri, misalnya: industri kimia, proses produksi minyak dan gas, dan lain-lain. Dengan dukungan sistem SCADA, proses industri dapat dimonitoring dan dikontrol dari jarak jauh, sehingga bisa menghemat biaya, waktu dan tenaga. SCADA akan semakin memberikan gambaran tentang kondisi sebenarnya yang ada dalam dunia industri.
  • 2. Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan miniatur kontrol level air, dengan menerapkan sensor ultrasonic untuk mengukur ketinggian air dan pembuatan software untuk kontrol dan monitoring menggunakan Visual Basic 6.0. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana cara menerapkan sensor ultrasonik untuk mengukur level air. 2. Bagaimana membuat interface untuk menggerakan pompa dengan menggunakan inverter. 3. Bagaimana membuat sebuah tampilan di komputer untuk memonitoring dan menampilkan data akuisi dengan menggunakan Visual Basic 6.0. 4. Bagaimana implementasi PID kontroler pada kendali level air. 1.3 Batasan Masalah Adapun hal-hal yang membatasi Penelitian ini adalah: 1. Kerja sistem adalah mempertahankan level ketingian air pada posisi atau level yang ditentukan dan dapat diatur. 2. Sistem dibuat dalam suatu modul berupa miniatur dengan ukuran tandon 32x23x22 cm. 3. Pompa air yang digunakan dengan supply tegangan 3 fasa yang diatur menggunakan inverter. 4. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi level air adalah sensor Ping Ultrasonik yang bekerja berdasarkan prinsip pemantulan dan penerimaan gelombang ultrasonik. 5. Sensor ping ultrasonik diletakkan di atas tandon 6. Metode pengendalian yang digunakan adalah PID (Proporsional Integral Derivatif) . 7. Metode tuning kontrol PID yang digunakan adalah metode trial and error (heuristic method). 8. Mikrokontroler yang digunakan yaitu mikrokontroler AVR ATMega8535 yang diprogram menggunakan Code Vision AVR. 9. Program yang digunakan untuk kendali menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 yang dipasang pada komputer yang nantinya akan dikomunikasikan dengan mikrokontroler. 1.4 Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Membuat miniatur kendali level air yang menyerupai modul dalam dunia industri. 2. Membuat tampilan kendali dan data akuisi dari Ms. Visual Basic 6.0 untuk suatu plant yang dikontrol oleh Mikrokontroler. 3. Membuat suatu sistem kontrol yang menggunakan sistem kontrol PID yang memiliki respon cepat dan memiliki nilai error yang kecil. 4. Mencari parameter kontrol PID yang paling baik dengan metode heuristik. 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Aksi Kontroler PID Kontrol PID merupakan alat standar bagi otomasi industri. Fleksibilitas pada kontroler membuat kontrol PID digunakan pada banyak situasi. Kontroller juga dapat digunakan pada selective control maupun konfigurasi kontroller yang lain. Algoritma PID dapat didefinisikan sebagai berikut: dimana, u(t) = sinyal kontrol e(t) = error Kc = gain kontroller TI = integral time TD = derivative time
  • 3. Ada beberapa representasi dari transfer function PID controller :  Transfer Function PID controller dalam domain s dapat dinyatakan sebagai berikut : Dengan Kp, Ki , dan Kd masing – masing adalah gain P, I, dan D. Bentuk diatas dapat pula ditulis dalam bentuk lain, sebagai berikut :  Bila dinyatakan dalam domain waktu (t), PID controller dapat ditulis : Pengendali Proporsional (P) Kontroler proporsional memiliki 2 parameter, pita proporsional (proportional band) dan konstanta proporsional. Daerah kerja kontroler efektif dicerminkan oleh pita proporsional [Gunterus,1994], sedangkan konstanta proporsional menunjukkan nilai factor penguatan terhadap sinyal kesalahan, Kp. Hubungan antara proporsional band (PB) dengan konstanta proporsional (Kp) ditunjukkan secara oleh Persamaan berikut: Dimana : PB = Proportional Band Kp = Gain Proses Diagram blok pengendali proportional ditujukkan seperti pada gambar 2.9 : Gambar 2.1 Diagram Blok Pengendali Proporsional Penggunaan mode kontrol proporsional harus memperhatikan hal – hal berikut :  jika nilai Kp kecil, mode kontrol proporsional hanya mampu melakukan koreksi kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat.  jika nilai Kp dinaikkan, respon sistem menunjukkan semakin cepat mencapai keadaan stabilnya.  Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan mengakibatkan system bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan berosilasi. Kontrol P (Proportional) selalu sebanding dengan besarnya input. Bentuk transfer function dari kontrol P adalah U = Kc . e dimana ; Kc = gain kontrol proporsional Pengendali Integral (I) Kontroller integral memiliki karakteristik seperti halnya sebuah integral. Keluaran kontroller sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai sinyal kesalahan. Keluaran kontroller ini merupakan jumlahan yang terus menerus dari perubahan masukannya. Kalau sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan, keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan. Diagram blok mode kontrol integral ditunjukkan oleh gambar 2.12. Gambar 2.2 Diagram Blok Pengendali Integral Kontroler integral mempunyai beberapa karakteristik berikut ini:  Keluaran kontroler butuh selang waktu tertentu, sehingga kontroler integral cenderung memperlambat respon.
  • 4.  Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran kontroler akan bertahan pada nilai sebelumnya.  Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.  Konstanta integral Ki berharga besar, offset akan cepat hilang. Saat nilai Ki besar akan berakibat peningkatan osilasi dari sinyal keluaran kontroller . Transfer function dari unit control integral adalah : Dimana : TI = integral time e = error (input dari unit control) Kc = gain dari controller Pegendali Diffrensial (D) Keluaran kontroller differensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif. Perubahan yang mendadak pada masukan kontroller, akan mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan cepat. Diagram blok pengendali difrensial ditunjukkan oleh gambar 2.11. Gambar 2.3 Diagram Blok Pengendali Diferensial Karakteristik dari kontroller differensial adalah sebagai berikut:  Kontroler ini tidak dapat menghasilkan keluaran bila tidak ada perubahan atau error sebagai sinyal kesalahan untuk masukannya.  Jika sinyal error berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan kontroller tergantung pada nilai Td dan laju perubahan sinyal kesalahan.  Kontroller differensial mempunyai karakter untuk mendahului, sehingga kontroller ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum pembangkit error menjadi sangat besar. Jadi controller differensial dapat mengantisipasi pembangkit error, memberikan aksi yang bersifat korektif, dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem [Ogata, 1997]. Transfer function dari unit control differential adalah : dimana, KC = gain e = error TD = derivative time Unit pengendali differensial yang bersifat reaktif sangat tepat bagi pengendalian temperatur karena mampu bereaksi secara cepat terhadap perubahan input. Sebaliknya mode control D tidak dapat dipakai untuk process variable yang beriak (mengandung noise) seperti pengendalian level dan flow, karena riak dan gelombang akan dideferensialkan menjadi pulsa-pulsa yang tidak beraturan. Akibatnya, control valve terbuka dan tertutup secara tidak beraturan dan sistem menjadi kacau. Selain itu, mode control D tidak dapat megeluarkan output bila tidak ada perubahan input. Sehingga, control D tidak pernah dipakai sendirian. Unit control D selalu dipakai dalam kombinasinya dengan P dan I, menjadi mode control PD atau mode control PID. Keluaran kontroller PID merupakan penjumlahan dari keluaran kontroller proporsional, kontroller integral dan kontroller differensial. Gambar diatas menunjukkan hubungan input dan output pada mode control PID. Karakteristik kontroller PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga parameter P, I
  • 5. dan D. Penngaturan nilai konstanta Kp, Ti, dan Td akan mengakibatkan penonjolan sifat dari masing-masing elemen. Gambar 2.4 Diagram Blok Pengendali PID. Satu atau dua dari ketiga konstanta tersebut dapat disetting lebih menonjol dibanding yang lain sehingga konstanta yang menonjol itulah akan memberikan kontribusi lebih dominan pada respon sistem secara keseluruhan [Gunterus, 1994]. Pengaruh nilai Kp, Ti dan Td pada respon sistem adalah :  Kp yang kecil akan membuat pengendali menjadi sensitif dan cenderung membawa loop berosilasi, sedangkan Kp yang besar akan meninggaakan offset yang besar juga.  Ti yang kecil bermanfaat untuk menghilangkan offset tetapi juga cenderung membawa sistem menjadi lebih sensitf dan lebih mudah berosilasi, seangkan Ti yang besar belum tentu efektif menghilangkan offset dan juga cenderung membuat sistem menjadi lambat.  Td yang besar akan membawa unsur D menjadi lebih menonjol sehingga respon cenderung cepat, sedangkan Td yang kecil kurang memberi nilai ekstra pada saat – saat awal. 2.2 Kontroler PID Diskrit Kontroler Proporsional Integral Derivatif (PID) adalah kontroler yang menggabungkan kontroler proporsional, integral dan derivatif. Kontroler ini direpresentasikan dengan persamaan sebagai berikut: dimana Kp adalah konstanta proporsional, Ti menyatakan waktu integral dan Td menyatakan waktu derivatif. Persamaan diatas adalah persamaan dalam domain waktu. Untuk memudahkan penulisan dalam program, maka persamaan diatas dikonversikan ke dalam bentuk diskrit, dengan menggunakan finite differential orde pertama yang direpresentasikan dalam persamaan berikut: dan Sehingga persamaannya menjadi: Dimana: Apabila, Maka persamaan kontroler PID dalam bentuk diskrit adalah sebagai berikut: Dimana: Sn = Jumlah seluruh nilai error pada interval 0 hingga nTs S n-1 = Sn sebelumnya, en = error sekarang, en-1 = error sebelumnya, mn = output sekarang. 3. PERANCANGAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan system secara keseluruhan. Bab ini dibagi menjadi empat
  • 6. bagian besar yaitu pada bagian pertama membahas mengenai desain sistem, kemudian dilanjutkan dengan bagian kedua yang menjelaskan mengenai perangkat keras (hardware) yang digunakan. Pada bagian ketiga membahas mengenai perancangan mekanik, dan yang terakhir adalah perancangan perangkat lunak (software) yang digunakan untuk mengolah informasi yang didapat dari perangkat keras. 3.1 Desain Sistem System kendali yang baik adalah suatu system yang dapat melakukan suatu proses koreksi sendiri serta dapat memperbaiki error pada system itu sendiri. Pada perancangan system kendali ini, digunakan rangkaian AVR ATMega8535 yang berfungsi sebagai otak dari system ini. Untuk plantnya menggunakan sebuah pompa motor AC 3 phasa yang dikontrol oleh debuah inverter altivar 12, sedangkan untuk feedback-nya menggunakan sensor ultrasonic yang nantinya akan dibandingkan nilainya dengan besarnya set point. Secara garis besar cara kerja alat ini dapat dilihat pada blok diagram dibawah ini: Gambar 3.1. Blok Diagram System Secara Keseluruhan Pembuatan kontrol PID ini bertujuan untuk mengontrol sebuah plant. Plant disini adalah sebuah pengendalian level air (pompa motor AC 3 phasa). Kontrol PID ini akan dihubungkan dengan beberapa rangkaian lainnya supaya dapat mengendalikan level air yaitu dengan mengatur kecepatan putaran pompa tersebut. Diantaranya adalah rangkaian DAC yang berfungsi untuk mengubah nilai digital menjadi nilai analog, sebuah inverter yang berfungsi untuk mengatur kecepatan putaran pompa motor, sebuah pompa motor AC yang digunakan untuk memompa air agar level air sesuai yang diinginkan, sebuah sensor ultrasonic yang berfungsi mendeteksi ketinggian level air, selain itu terdapat pula rangkaian mikrokontroler dan rangkaian RS232 yang digunakan untuk menghubungkan alat ke komputer. 3.2 Perancangan Hardware Pada perancangan hardware ini akan dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya meliputi: Mikrokontroler, DAC (digital to analog converter), Inverter altivar 12, Pompa motor AC 3 phasa, Sensor Ultrasonic, LCD, dan RS232. 3.2.1 Mikrokontroler
  • 7. Modul Mikrokontroler ini merupakan bagian yang terpenting karena rangkaian ini adalah pengendali dari input/output rangkaian lain, selain itu modul ini terdiri dari rangkaian Clock dan Reset. Pada pembuatan alat ini, digunakan mikrokontroler ATMega8535 yang memiliki 8 kB flash memory yang membutuhkan tegangan supply (Vcc) sebesar +5V dan akan bekerja pada frekuensi oscillator yang dipakai. Mikrokontroler ini mempunyai oscillator internal yang dapat digunakan sebagai penghasil clock yang menggerakan CPU. Oscillator yang digunakan yaitu berupa oscillator Crystal, oscillator Crystal ini dihubungkan pararel dengan Mikrokontroler ATmega8535. Gambar 3.2 Sistem Minimum Mikrokontroler Pada sistem ini akan dipakai Oscillator Crystal dengan frekuensi 11,0592 MHz dan dipakai dua buah kapasitor 22pf yang dihubungkan dengan XTAL 1 dan XTAL 2 pada Mikrokontroler. Pemilihan Crystal dengan frekuensi ini adalah dengan pertimbangan agar lebih cepat dalam melakukan proses perhitungan. Selain itu Mikrokontroler memiliki saluran reset aktif tinggi (High) sehingga saluran reset ini harus dijaga agar tetap berada pada kondisi rendah (Low). Pin RST digunakan untuk me-reset program (mulai keadaan awal 0000H) dengan memberikan sinyal high pada pin. Namun digunakan sebuah resistor pull-down yang dihubungkan dengan ground agar pin RST tidak berada pada kondisi mengambang (floating). Agar mikrokontroler direset pada saat dihubungkan dengan sumber tegangan, maka pin reset dihubungkan dengan VCC melalui kapasitor 10nF. Mikrokontrol ini diprogram dengan menggunakan bahasa pemrograman CodeVision AVR. Pada mikrokontroler ini terdapat pembagian port yang digunakan sebagai kontrol yaitu:  Port A, dihubungkan ke rangkaian DAC 0800.  Port B, PB.0 dihubungkan ke sensor ultrasonic.  Port C, dihubungkan dengan LCD.  Port D, PD.0 dan PD.1 digunakan untuk komunikasi serial RS232 yang dihubungkan dengan komputer. PD.2 dihubungkan dengan relay yang digunakan untuk men-trigger inverter. Berikut ini adalah gambar koneksi port ATMega 8535 dengan rangkaian lainnya: Gambar 3.3 Koneksi Port ATMega 8535 3.2.2 DAC
  • 8. Pada pembuatan rangkaian DAC ini digunakan sebuah IC DAC 0800 yang bekerja pada system 8 bit yang memiliki 16 pin dan sebuah IC UA741CN 8 pin yang berfungsi untuk mengubah arus menjadi tegangan. Besarnya tegangan yang akan dihasilkan oleh DAC (tegangan yang diinginkan sebesar 10V) dapat dihitung dengan perumusan sebagai berikut: Vref / Rref = I (3.1) Vref = 10V I = 2mA (datasheets) Rref = Vref / I Rref = 10V / 2mA jadi, Rref = 5 KΩ, RL = Rref Berikut ini adalah gambar rangkaian dari DAC 0800: Gambar 3.4 Rangkaian DAC 0800 Rangkaian DAC 0800 ini akan dihubungkan dengan inverter altivar 12 untuk mengontrol kecepatan pompa motor AC 3 phasa. 3.2.3 Sensor Ping Ultrasonic Sistem sensor ultrasonik digunakan sebagai masukan dari proses pengontrolan robot terbagi atas dua bagian, yaitu untuk perangkat keras dan lunak (kontroller). 1. Sensor Ultrasonic (Hardware) Sensor ultrasonik menggunakan modul jadi dari PARALLAX. Dengan 1 buah pin kontrol yaitu sebuah pin I/O. Gambar 3.7 PING))) Ultrasonic Range Finder Pada perancangan alat ini menggunakan sensor ultrasonik yang dipasang pada bagian atas tandon yang digunakan untuk mengamati perubahan level. Sensor ultrasonik ini mengirim data ke mikrokontroller secara terus-menerus sehingga sensor ultrasonik akan aktif dalam pengiriman data. Output dari modul ini berupa data pwm sehingga data jarak sama dengan duty cycle dari sinyal output. Semakin jauh objek maka semakin besar duty cycle. Untuk mengaktifkan sensor maka modul diberi triger pulsa maka sensor akan mengeluarkan sinyal pwm dan duty cycle tersebut sebagai jarak objek dengan sensor. 2. Sensor Ultrasonic (Software) Mikrokontroller memberikan sinyal pulsa high pada pin triger pulse input dari sensor untuk mengaktifkan sensor ultrasonik. Untuk menghitung lebar pulse mengunakan timer0. Timer0 aktif ketika register TCCR0B diisi dengan nilai 4H yang berarti bahwa timer berjalan dengan frekuensi 43,2 KHz. Pin echo pulse output terhubung dengan pin-pin pada mikrokontroler. Ketika pin echo pulse output high maka timer0 aktif dan ketika pin echo kembali bernilai low maka timer0 dimatikan dan data TCNT0 diambil sebagai data jarak. Sementara jika timer menghitung sampai terjadi overflow dan masuk ke dalam interrupt overflow, maka jarak dianggap maksimal, yaitu 255.
  • 9. START Inisialisasi timer Timer/counter=0 Set_kirim=1 Set_kirim=0 Echo=1 Delay 5uS 1 Ya Tidak 1 Stop Timer Timer Counter=255 Stop Timer Data_us=timer/ counter Start Timer Timer Overflow? Echo=0 Kirimdata_us STOP Ya Tidak Ya Tidak Gambar 3.8 Flowchart Kontrol Sensor Ultrasonik Gambar 3.9 List Program Sensor Ultrasonik Pin trigger dan echo dari modul ultrasonik dihubungkan dengan PORTB.0 pada mikrokontroler ATMega 8535. Pin trigger diberi sinyal ”high” minimal selama 5us. Selanjutnya ditunggu sampai pin echo menjadi ”high”, yang menunjukkan bahwa modul sensor telah memancarkan gelombang ultrasonik. Saat pin echo berubah menjadi ”high”, timer0 yang digunakan untuk menghitung lebar pulsa dijalankan. Selanjutnya ditunggu sampai pin echo kembali menjadi ”low” atau timer0 overflow. Data jarak dapat diambil pada register TCNT0 yang merupakan register counter untuk timer0. Bila timer0 menghitung sampai terjadi overflow tetapi pin echo tetap high, maka akan dianggap sebagai jarak maksimal, dan program akan masuk ke dalam subrutin interrupt timer0 overflow. Di dalam subrutin tersebut, timer akan dihentikan dan data dianggap maksimal, yaitu 255. Selanjutnya data sensor dikirimkan melalui komunikasi serial. Perhitungan Pengukuran: a. Jarak = (Lebar Pulsa / 29.034uS)/2 (dalam cm), b. Dimana : 1/29.034 = 0.34442, sehingga : c. Jarak = (Lebar Pulsa x 0.034442)/2 (dalam cm) Gambar 3.10 Lebar Pulsa Ultrasonik (datasheet) 3.2.4 Serial RS232 Pada perancangan alat ini digunakan fasilitas RS-232, dengan tujuan supaya alat ini dapat berkomunikasi dengan komputer. Sedangkan perangkat yang digunakan untuk dapat berkomunikasi dengan komputer adalah IC MAX 232. IC ini berfungsi mengirimkan data yang sudah diproses oleh mikrokontroler ke dalam komputer.
  • 10. Berikut ini adalah rangkaian beserta nilai-nilai kapasitor diambil dari datasheet MAXIM RS-232. Gambar 3.14 Rangkaian RS-232 Penggunaan serial port ini memiliki beberapa alasan, yaitu sebagai berikut:  Dibutuhkan jumlah kabel yang lebih sedikit, hanya menggunakan 3 kabel, yaitu saluran Transmit Data, saluran Receive Data dan saluran Ground.  Kebanyakan mikrokontroler sudah dilengkapi dengan SCI (Serial Comunication Interface) yang dapat digunakan untuk komunikasi dengan port serial komputer. 3.3 Perancangna Mekanik Plant yang digunakan adalah miniature kendali level air. Berikut ini gambar mekaniknya: Gambar 3.15 Bentuk Mekanik Miniatur Kendali Level Air Dimensi dari desain mekanik tersebut adalah 50x40x100 cm untuk kerangkanya dan 32x23x22 cm untuk tandonnya serta 50x36x30 cm untuk dimensi bak penampung sumbernya. 3.4 Perancangan Software Perancangan software merupakan bagian yang menentukan bekerja atau tidaknya sebuah alat, karena software ini berfungsi mengatur kerja suatu alat agar dapat bekerja sesuai dengan keinginan pengguna. Dalam perancangan alat ini pembuatan software dibagi dua, pertama pembuatan software yang ditulis pada Visual Basic 6.0 yang berfungsi untuk memonitoring dan mengeksekusi program kontrol PID, kedua pembuatan software yang ditulis pada Code Vision AVR yang kemudian akan diisikan ke dalam mikrokontroler, mikrokontroler sendiri berfungsi mengatur kerja suatu system, termasuk Sensor Ultrasonic, LCD, DAC, dan RS232. 3.4.1 Program Visual Basic 6.0 Program Visual Basic digunakan untuk menerima pulsa yang dikirimkan oleh mikrokontroler, kemudian pulsa tersebut dihitung untuk mendapatkan sebuah level air dari pulsa yang dikirimkan tersebut. Setelah didapatkan data berupa level air, data tersebut kemudian diproses dengan menggunakan perhitungan PID controller dengan men-set nilai Kp, Ki, dan Kd, kemudian hasil dari perhitungan tersebut dikirimkan kembali ke mikrokontroler untuk mengendalikan kecepatan pompa motor. Flowchart dari program Visual Basic dapat dilihat pada gambar 3.16.
  • 11. Gambar 3.16 Flowchart Program Visual Basic Pengendalian level air dalam system ini menggunakan kontrol PID dengan pemrograman Visual Basic. Aturan penyepadanan alat control (controller tuning) menggunakan nilai penguatan/gain proporsional (Kp), waktu integral (Ti) dan waktu derivative (Td). Untuk mendapatkan respon yang baik yang dihasilkan oleh PID controller harus diketahui nilai-nilai dari konstanta- konstanta, yaitu: Kp, Ki, Kd. Dimana diketahui bahwa Ki = 1/Ti dan Kd = Td. Nilai Kp, Ki, Kd didapatkan dengan cara- cara mencoba-coba dengan berbagai nilai, kemudian dipilih yang terbaik. Rumus PID controller pada system ini menggunakan program Visual Basic adalah sebagai berikut: Private Sub pidloop() pv = MSComm1.input dfilter = 10 'Nilai filter untuk menurunkan efek derivatif inputd = pv + (inputlast - pv) * (rate / 60) inputlast = pv inputdf = inputdf + (inputd - inputdf) * dfilter / 60 output = (sp - inputdf) * (gain / 100) + feedback ‘Perhitungan PID If output > 100 Then ' batas output antara 0 dan 100% output = 100 End If If output < 0 Then output = 0 End If feedback = feedback - (feedback - output) * reset / 60 MSComm1.output = "" + Chr$(output) End Sub 3.4.2 Program CodeVision AVR 2.05.3 Berikut ini adalah flowchart dari pengolahan data dari sensor yang kemudian dikirimkan ke komputer: Gambar 3.17 Flowchart Program Untuk Kirim Data ke Komputer
  • 12. Untuk listing program CodeVision AVR dari flowchart tersebut adalah: while (1) { waktu=(count*0.090422453703703703 703703703703704); //dari ultrasonic level=((40- ((waktu*0.3498)*1.7/2.5))*100); sprintf(baris,"level=%3.2f cm ",level); //nilai ditampilkan ke LCD lcd_gotoxy(0,1); lcd_puts(baris); delay_ms(500); lcd_clear(); printf("%4d",level); //nilai dikirim ke komputer } Berikut ini adalah flowchart dari pengolahan data dari komputer kemudian diproses dan dihitung oleh mikrokontroler dan selanjutnya hasil dari perhitungan tersebut dikeluarkan ke PortA yang dihubungkan dengan rangkaian DAC untuk menggerakkan pompa motor. START Simpan Nilai ke EEPROM Hitung Nilai dari EEPROM Keluarkan ke PortA (DAC) Ada Nilai? STOP Inisialisasi Port Serial (UCSRA.7) Baca Data Serial Ya Tidak Tampilkan Nilai ke LCD Gambar 3.18 Flowchart Program Untuk Terima Data dari Komputer Untuk listing program CodeVision AVR dari flowchart tersebut adalah: while (1) { while (UCSRA.7) //apakah ada data baru yang belum dibaca dari komputer? { data=UDR; //perubahan input dari komputer disimpan didata EEPROM } sprintf(tulis,"%3d",data); //nilai ditampilkan ke LCD lcd_gotoxy(0,0); lcd_puts(tulis); DAC=(data*255/100); //nilai dikeluarkan ke PortA DAC PORTA=DAC; } 4. ANALISA 4.1 Pengujian dan Analisa Performansi Tuning Parameter Kontrol PID Simulasi dilakukan dengan memberikan masukan set point secara step. Hal ini bertujuan untuk mengetahui respon sistem terhadap perubahan masukan set point. Tahap-tahap yang dilakukan disesuaikan dengan metode tuning trial and error (Heuristic Methode), dimana tuning parameter pengendali dimulai dengan hanya menggunakan pengendali P, kemudian baru ditambahkan pengendali I dan terakhir ditambahkan dengan pengendali D. Pemberian nilai parameter disesuaikan dengan karakteristik respon sistem yang diperoleh. Uji performansi yang pertama kali dilakukan adalah dengan memasukkan input berupa besaran step yang dalam hal ini berupa nilai level. Pengujian dan analisa dilakukan terhadap sistem yang menggunakan pengendalian PID yang diterapkan pada close loop pengendalian level air. Untuk itu kita mencoba memasukkan nilai Kp, Ti dan Td sesuai dengan keinginan sampai
  • 13. didapatkan hasil respon PID yang terbaik untuk sistem pengendalian level air. Kita lihat hasil responnya dengan memasukkan parameter P kemudian ditambah I dan terakhir ditambahkan D. Pengujian untuk Kp = 30, Ti = 3, Td = 10 Gambar 4.14 Respon tuning parameter kontrol PID sistem pengendalian level air dengan Kp = 30, Ti = 3, Td = 10 Dapat dilihat dari hasil respon parameter kontrol PID diatas dengan pemberian set point 15 cm pada 10,4 detik sudah steady. Dari semua uji dengan metode Heuristik yang telah diberikan, nilai Kp = 30, Ti = 3 dan Td = 10 memberikan hasil respon yang terbaik daripada pemberian nilai Kp, Ti dan Td yang lain. Dengan nilai- nilai yang telah diberikan dapat menghasilkan respon yang baik untuk parameter kontrol level air. Tetapi masih mengalami overshoot. Tabel 4.6 Respon Parameter Kontrol Pid Dengan Metode Heuristik Untuk Pengendalian Level Air. Set Point Uji Metode Heuristik Error (%) Settling Time (detik) Steady State Berisolasi Kp Ti Td 15cm 40 0 0 5,47% 8 Ya Tidak 40 8 0 1,67% - Tidak Ya 40 6 20 0,2% 22,4 Ya Ya 40 5 15 0,53% 15,9 Ya Ya 40 4 13 0% 14,3 Ya Ya 40 3 10 0,13% 11,8 Ya Kecil 30 3 10 0,53% 10,4 Ya Sangat Kecil 30 4 13 1% 13,8 Ya Kecil 30 5 15 0,8% 17,9 Ya Ya 30 6 20 0,8% 22,5 Ya Ya 30 8 0 1,87% - Tidak Ya 30 0 0 7,47% 7 Ya Tidak Dari tabel respon uji dengan metode Heuristik, dapat diperoleh beberapa karakteristik performansinya. Dengan metode tuning trial and error (Heuristic methode) saat diberikan nilai Kp = 40; Ti = 0 ; Td = 0 didapatkan settling time 8 detik dengan error steady state 5,47% dan memiliki overshoot. Kita melakukan uji dengan metode Heuristik yang lain dengan nilai Kp, Ti dan Td yang berbeda-beda. Pada uji yang kedua dengan Kp = 40; Ti = 8 dan Td = 0, juga mengalami overshoot lebih besar dari uji sebelumnya, dapat dilihat pada tabel 4.6. Pada saat Kp = 40; Ti = 5; Td = 15 respon pengendalian sudah mulai lambat, karena memerlukan waktu yang lama untuk mencapai steady yaitu 15,9 detik dan
  • 14. overshoot yang bernilai kecil. Berikutnya nilai Kp = 40, Ti = 4 dan Td = 13 diperoleh error steady state 0 dan settling time memerlukan waktu yang lama 14,3 detik. Settling time pada detik ke-11,8 dengan Kp = 40; Ti = 3; Td = 10, terjadi overshoot dan error steady state 0,13%. Untuk Kp = 30; Ti = 6; Td = 20 pengendalian yang dirancang masih mengalami overshoot dengan settling time pada detik ke-22,5. Dari semua uji dengan metode Heuristik Kp = 40; Ti = 3 dan Td = 10 merupakan respon yang paling baik karena overshoot kecil dan settling time masih besar 11,8 detik tetapi error steady state 0,13%. Pada analisa ini dilakukan pengujian sebanyak 12 kali dengan merubah-ubah nilai Kp, Ti dan Td sehingga mendapatkan hasil yang terbaik. Dari hasil respon parameter kontrol PID untuk pengendalian level air, pengendalian yang baik adalah Kp = 30; Ti = 3; Td = 10. Dikatakan baik karena overshoot kecil dengan settling time yang cukup cepat 10,4 detik. Karena jika digunakan pengendalian P saja atau PI saja, sistem pengendalian ini belum baik. Karena memiliki error yang tinggi dan berisolasi. tetapi untuk steady state-nya tidak memerlukan waktu yang lama. Uji tracking set point Setelah melakukan uji dengan metode Heuristik, kemudian dilakukan uji tracking set point menggunakan Kp = 30; Ti = 3 dan Td = 10 dengan level air yang bervariasi. Gambar 4.20 Respon tuning parameter kontrol PID sistem pengendalian level air dengan tracking set point. Dari gambar 4.20 di atas didapatkan respon parameter kontrol PID metode Heuristik untuk mengendalikan level air. Dari hasil respon di atas dapat dilihat bahwa parameter kontrol PID yang telah dirancang dapat menghasilkan respon yang baik. Nilai Kp, Ti dan Td yang dipakai untuk uji tracking set point adalah Kp = 30, Ti = 3 dan Td = 10 karena dari hasil uji dengan metode Heuristik respon ini menghasilkan isolasi yang sangat kecil. Maka untuk uji tracking set point menggunakan nilai Kp, Ti dan Td yang sama. Dengan set point yang bervariasi, dimulai dari level air sebesar 15 cm. Parameter kontrol PID yang telah dirancang sudah baik tapi masih ada isolasi meskipun sangat kecil. 5. KESIMPULAN Berdasarkan percobaan dan analisa yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Penalaan parameter kendalil PID untuk mengendalikan level air mampu memberikan respon pengendalian yang baik dengan Kp = 30, Ti = 3 dan Td = 10. Memiliki overshoot kecil dan error steady state = 3. 2. Dari hasil uji tracking set point dengan Kp = 30, Ti = 3 dan Ti = 10 parameter kendali PID yang telah dirancang bisa mengikuti tracking set point dengan baik, meskipun masih memiliki overshoot. 3. Dengan menerapkan kontroler PID pada sistem kontrol level air dapat mempercepat respon sistem terhadap perubahan sinyal input (set point) dan memperkecil sinyal kesalahan (error). 4. Dari percobaan dan analisa diketahui bahwa respon kontroler yang sesuai dengan yang diinginkan adalah dengan menggunakan elemen PID. 5. Untuk mengoperasikan PID controller sangatlah mudah, hanya melakukan
  • 15. tuning parameternya dengan cara mencoba-coba (trial and error) untuk menghasilkan sistem kontrol yang diinginkan. DAFTAR PUSTAKA 1. Retna Prasetya dan Catur Edi Widodo. Interfacing port parallel dan port serial komputer dengan visual basic 6.0. Penerbit ANDI, Yogyakarta. 2004 2. Heri Andrianto. Pemrograman mikrokontroler AVR ATMega16 menggunakan bahasa C (CodeVision AVR). Penerbit Informatika, Bandung. 2008 3. M. Ary Heryanto, ST. dan Ir. Wisnu Adi P. Pemrograman bahasa C untuk Mikrokontroler ATMega8535. Penerbit ANDI, Yogyakarta. 2008 4. Syahban Rangkuti. Mikrokontroler ATMEL AVR. Simulasi dan Praktek menggunakan ISIS Proteus dan CodeVision AVR. Penerbit Informatika, Bandung. 2011 5. Ranti Permatasari. Penalaan Parameter Kontrol PID Dengan Metode Heuristic. Teknik Fisika ITS, Surabaya. 6. Thiang, Yohanes TDS, Andre Mulya. Pengaturan Level Ketinggian Air Menggunakan Kontrol PID. Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra.