SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  15
Télécharger pour lire hors ligne
i
MAKALAH
SISTEM KONVERTER KODE DAN ADDER
Disusun untuk melengkapi Tugas Elektronika kelas A
Teknik Fisika - Fakultas Teknologi Industri - ITS
Disusun oleh :
Kelompok
1. Abu Hamam 2412 100 100
2. Moudy Azura V. 2412 100 103
3. Dionisius A. K. 2412 100 106
4. Rachmat N 2412 100 109
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun makalah ini kami susun guna untuk memenuhi nilai dalam mata kuliah
Elektronika.
Penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami antara lain :
1. Dosen Mata Kuliah Elektronika, Bapak Ir. Zulkifli, M.Sc
2. Semua pihak yang telah mendukung penyusunan Makalah ini
Penulis menyadari bahwa Makalah ini mungkin masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan.
Akhirnya kami memohon kepada Allah SWT agar kami selalu mendapatkan
petunjuk ke jalan yang benar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, 24 Februari 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENDAHULUAN....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...... iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….... 1
1.3 Tujuan …………………………………………………………………….. 1
BAB II DASAR TEORI
2.1 Binary Coded Decimal (BCD)......................................................................... 2
2.2 Kode Excess-3…………………………………............................................ 2
2.3 Kode Gray................................................................................ ..................... 3
2.4 Half Adder...................................................................................................... 4
2.5 Full Adder...................................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Konversi bilangan decimal ke BCD............................................................... 7
3.2 Konversi bilangan BCD ke decimal……………………………………… 7
3.3 Kode Excess-3 ……………………………………………………………… 7
3.3 Kode Gray….. ……………………………………………………………… 7
Bab IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan.................................................................................................... 9
4.2 Saran................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 10
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengodean Bilangan Biner dengan Kode Gray ………………… 4
Gambar 2.2 Skema Diagram Half Adder……………………………………….. 4
Gambar 2.3 Skema Full Adder…………………………………………………… 5
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ekivalen Bilangan Desimal Menjadi Kode BCD…………………… 2
Tabel 2.2 Ekivalen bilangan Desimal menjadi kode Excess-3………………. 3
Tabel 2.3 Ekivalen bilangan Desimal ke biner dan kode Gray……………… 3
Tabel 2.4 Tabel Kebenaran Half Adder…………………………………………. 4
Tabel 2.5 Tabel Kebenaran Full Adder………………………………………….. 5
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Di zaman yang semakin canggih seperti sekarang alat-alat elektronik merupakan hal
yang sering dibutuhkan. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, sistim
analog sudah banyak digantikan oleh sistim digital. Handphone, televisi, flashdisk
dan computer merupakan contoh dari alat elektronik berbasis sistim digital. Dalam
membentuk sistim digital diperlukan suatu rangkaian yang berisi gerbang logika dan
kode-kode dalam digit biner. Oleh karena itu pada makalah ini dibuat agar dapat
pemahaman tentang prinsip dasar sistim digital tentulah diperlukan. Karena hal
tersebut maka dibuatlah makalah ini agar dapat lebih memahami tentang seistim
digital khususnya mengenai converter kode dan adder.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana cara mengkonversi kode biner dalam sistem digital ?
b. Apa yang dimaksud dengan adder serta apa saja jenis-jenisnya?
1.3. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka didapatkan tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut :
a. Mengetahui dan memahami cara mengkonversi kode biner dalam sistem
digital.
b. Mengetahui tentang adder serta jenis-jenisnya.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Binary Coded Decimal (BCD)
BCD adalah sistem pengkodean bilangan desimal yang metodenya mirip
dengan bilangan biner biasa; hanya saja dalam proses konversi, setiap simbol dari
bilangan desimal dikonversi satu per satu, bukan secara keseluruhan seperti
konversi bilangan desimal ke biner biasa. Hal ini lebih bertujuan untuk
“menyeimbangkan” antara kurang fasihnya manusia pada umumnya untuk
melakukan proses konversi dari desimal ke biner -dan- keterbatasan komputer yang
hanya bisa mengolah bilangan biner.
Seperti yang terlihat pada tabel 2.1, karena bilangan desimal hanya
mempunyai 10 simbol kode 0 sampai 9 maka kode BCD tidak menggunakan
bilangan-bilangan 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan 1111.
Tabel 2.1 Ekivalen Bilangan Desimal Menjadi Kode BCD
Sebagai contoh, bilangan desimal 13710 akan diubah menjadi bilangan
dengan pengkodean langsung (straight binary coding) dan diubah dengan
pengkodean BCD. sebagai berikut:
13710 = 100010012 Hasil pengkodean biner
langsung
13710 = 0001 0011 01112 Hasil pengkodean BCD
Dari contoh, bilangan desimal 13710 bila dinyatakan dalam pengkodean biner
langsung hanya memerlukan 8 bit sedangkan dengan pengkodean BCD memerlukan
12 bit. Oleh sebab itu pengkodean dengan BCD dianggap kurang efisien karena,
tidak menggunakan bilangan-bilangan 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan 1111.
2.2 Kode Excess-3
Pengkodean Excess-3 sering digunakan untuk menggantikan kode BCD
karena mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu dalam operasi aritmatik.
Pengkodean Excess-3 untuk bilangan desimal dapat dilakukan dengan cara
menambah 3 setiap digit bilangan desimal sebelum diubah menjadi biner. Tabel 2.2
menunjukan ekivalen dari bilangan yang pada awal mulanya berupa
desimal menjadi suatu kode berupa Excess-3.
3
Tabel 2.2 Ekivalen bilangan Desimal menjadi kode Excess-3
Sebagai contoh, bilangan heksadesimal 4610 dapat dikodekan dengan
Excess-3 dengan cara sebagai berikut : setiap digit bilangan desimal ditambah 3
(4+3=7 dan 6+3=9) setelah itu hasilnya diubah menjadi bilangan biner 4 bit 9 (0111
dan 1001) sehingga bilangan desimal 4610 dikodekan dalam Excess-3 = 0111 1001.
2.3 Kode Gray
Kode Gray digolongkan dalam kode perubahan minimum, kode Gray hanya
mengubah satu bit dalam grup kodenya apabila pindah dari satu step ke step
berikutnya. Kode Gray merupakan kode tak berbobot, posisi-posisi bit dalam grup
kode tidak mempunyai bobot tertentu oleh karena itu kode Gray tidak sesuai untuk
operasi aritmatik. Kode Gray digunakan pada alat-alat input –output dan konverter
analog ke digital. Tabel 2.3. menunjukan ekivalen dari bilangan Desimal ke biner
dan kode Gray
Tabel 2.3 Ekivalen bilangan Desimal ke biner dan kode Gray
Mengubah dari kode biner ke kode Gray dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Bit pertama dari kode Gray sama dengan bit pertama bilangan biner.
2. Bit kedua kode Gray sama dengan Exclusive OR, bit pertama dan bit
kedua bilangan biner.
3. Bit ketiga kode Gray sama dengan Exclusive OR, bit kedua dan bit
ketiga bilangan biner, dan seterusnya.
Sebagai contoh, bilangan biner 101102 dapat dikodekan dengan kode Gray dengan
cara sebagai berikut:
4
Gambar 2.1 Pengodean Bilangan Biner dengan Kode Gray
2.4 Half Adder
Half adder merupakan rangkaian elektronika yang bekerja melakukan
perhitungan penjumlahan dari 2 buah bilangan biner, yang masing-masing terdiri
dari 1 bit.
Gambar 2.2 Skema Diagram Half Adder
Rangkaian elektronik ini bekerja dengan melakukan perhitungan penjumlahan
dari dua buah bilangan binary, yang masing-masing terdiri dari satu bit. Rangkaian ini
memiliki dua input dan dua buah output, salah satu outputnya dipakai sebagai
tempat nilai pindahan dan yang lain sebagai hasil dari penjumlahan.
Rangkaian ini bisa dibangun dengan menggunakan IC 7400 dan IC 7408.
Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini, rangkaian half adder merupakan
gabungan beberapa gerbang NAND dan satu gerbang AND. Karakter utama sebuah
gerbang NAND dalah bahwa ia membalikkan hasil dari sebuah gerbang AND yang
karakternya hanya akan menghasilkan nilai satu ketika kedua inputnya bernilai satu,
jadi gerbang NAND hanya akan menghasilkan nilai nol ketika semua inputnya
bernilai satu.
Tabel 2.4 Tabel Kebenaran Half Adder
Ketika salah satu atau lebih input bernilai nol maka keluaran pada gerbang
NAND pertama akan bernilai satu. Karenanya kemudian input di gerbang kedua dan
ketiga akan bernilai satu dan mendapat input lain yang salah satunya bernilai nol
5
sehingga PASTI gerbang NAND yang masukannya nol tadi menghasilkan nilai satu.
Sedangkan gerbang lain akan benilai nol karena mendapat input satu dan satu maka
keluaran di gerbang NAND terakhir akan bernilai satu, karena salah satu inputnya
bernilai nol.
Untuk menghitung carry digunakan sebuah gerbang AND yang karakter
utamanya adalah bahwa iahanya akan menghasilkan nilai satu ketika kedua
masukannya bernilai satu. Jadi carry satu hanya akan dihasilkan dari penjumlahan
dua digit bilangan biner sama-sama bernilai satu, yang dalam penjumlahan
utamanya akan menghasilkan nilai nol.
2.5 Full Adder (FA)
Full adder merupakan rangkaian elektronika yang menjumlahkan 2 bilangan
yang telah dikonversikan kedalam bilangan biner dengan menjumlahkan 2 bit input
ditambah dengan nilai carry-out dari penjumlahan bit sebelumnya. outputnya adalah
hasil dari penjumlahan (sum) dan bit kelebihannya (carry-out).
Gambar 2.3 Skema Full Adder
Tabel 2.5 Tabel Kebenaran Full Adder
Full Adder adalah sebuah rangkaian digital yang melaksanakan operasi
penjumlahan aritmetikadari 3 bit input. Full adder terdiri dari 3 buah input dan 2 buah
output. Variabel input dari full adder dinyatakan oleh variabel A, B dan C in. Dua dari
6
variabel input (A dan B) mewakili 2 bit signifikan yang akan ditambahkan, input
ketiga, yaitu C mewakili Carry dari posisi yang lebih rendah. Kedua output dinyatakan
dengan simbol S (Sum) dan Cn (Carry). Rangkaian Full Adder mampu menampung
bilangan Carry dari hasil penjumlahan sebelumnya.Jadi jumlah inputnya ada 3: A, B
dan Ci, sementara bagian output ada 2: S dan Co. Ci ini dipakai untuk menampung
bit Carry dari penjumlahan sebelumnya. Full adder biasanya dapatmenjumlahkan
banyak bilangan biner dimana 8, 16, 32, dan jumlah bit biner lainnya. Pada Sum
digunakan gerbang logika Ex-OR dan pada carry digunakan gerbang logika AND
danmenggunakan gerbang logika OR untuk menjumlahkan tiap-tiap carry.
7
BAB III
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN
3.1 Konversi bilangan decimal ke BCD
390610= ….. BCD
Jawab :
3 9 0 6
11 1001 0000 0110
396010 = 11100100000110 BCD
3.2 Konversi BCD ke sistem decimal :
000101011 . 00100101BCD = ……
0 0010 1001 . 0010 0101 = 29,2510
0 2 9 , 2 5
3.3 Kode Excess-3
Contoh : 6210 = …….xs3
Caranya : Tambah desimal 3 di setiap digit desimalnya kemudian ubah desimal
tersebut ke BCD, sehingga hasilnya menjadi 6 2
3 3 +
9 5  1001 0101(xs3)
3.4 Kode Gray
Kode Gray  kenaikan hitungan (penambahan) dilakukan hanya dengan pengubahan
keadaan satu bit saja.
Contoh : 210 = …..kode gray
Caranya : ubah desimal ke biner dahulu  0010
0 0 1
BINER  0 0 1 0 +
8
KELABU 0 0 1 1
Kode Gray sering digunakan dalam situasi dimana kode biner yang lainnya
mungkin menghasilkan kesalahan atau kebingungan selama dalam transisi dari
satu word kode ke word kode yang lainnya, dimana lebih dari satu bit dari kode
diubah.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan dalam makalah ini
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. BCD adalah sistem pengkodean bilangan desimal yang metodenya mirip
dengan bilangan biner biasa; hanya saja dalam proses konversi, setiap simbol
dari bilangan desimal dikonversi satu per satu, bukan secara keseluruhan
seperti konversi bilangan desimal ke biner biasa.
2. Pengkodean Excess-3 sering digunakan untuk menggantikan kode BCD
karena mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu dalam operasi aritmatik.
3. Kode Gray digolongkan dalam kode perubahan minimum, kode Gray hanya
mengubah satu bit dalam grup kodenya apabila pindah dari satu step ke step
berikutnya.
4. Half adder merupakan rangkaian elektronika yang bekerja melakukan
perhitungan penjumlahan dari 2 buah bilangan biner, yang masing-masing
terdiri dari 1 bit.
5. Full adder merupakan rangkaian elektronika yang menjumlahkan 2 bilangan
yang telah dikonversikan kedalam bilangan biner dengan menjumlahkan 2 bit
input ditambah dengan nilai carry-out dari penjumlahan bit sebelumnya.
outputnya adalah hasil dari penjumlahan (sum) dan bit kelebihannya (carry-
out).
4.2.Saran
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan dalam makalah ini
yaitu mahasiswa tidak hanya menguasai tentang materi mengenai sistem konverter
kode dan adder, akan tetapi juga dapat mengaplikasikannya..
10
Daftar Pustaka
1. Budiyono, Waras. 2013. BCD (Binary Coded Decimal) http://waras-
budiyono.blogspot.com/2013/01/bcd-binary-coded-decimal.html (diakses pada
tanggal 23 April 2014)
2. Irniyah, Ewit. 2014. Pengkodean Biner.
http://elektronika11c.blogspot.com/2013/05/pengkodean-biner.html (diakses
pada tanggal 23 April 2014)
3. Cahya, Alvin. 2013. Half Adder dan Full Adder.
http://alvintkj2.blogspot.com/2013/10/half-adder-dan-fuul-adder.html (diakses
pada tanggal 23 April 2014)
4. http://digital.lecture.ub.ac.id/files/2010/03/pert1-biner.pdf (di akses pada
tanggal 23 April 2014)
5. Dina,Agustin. Sistim Bilangan
http://dina_agustin.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/20975/SISTEM+BILANGA
N.doc. (di akses pada tanggal 23 April 2014)

Contenu connexe

Tendances

Menjelaskan prinsip register
Menjelaskan prinsip registerMenjelaskan prinsip register
Menjelaskan prinsip registerEko Supriyadi
 
Artikel Counter sinkron dan asinkron
Artikel Counter sinkron dan asinkronArtikel Counter sinkron dan asinkron
Artikel Counter sinkron dan asinkronIGustingurahKanha
 
TEOREMA DE MORGAN DAN RANGKAIAN EXCLUSIVE OR
TEOREMA DE MORGAN DAN RANGKAIAN EXCLUSIVE ORTEOREMA DE MORGAN DAN RANGKAIAN EXCLUSIVE OR
TEOREMA DE MORGAN DAN RANGKAIAN EXCLUSIVE ORDaya Prisandi
 
teorema thevenin
teorema theveninteorema thevenin
teorema theveninfaqihahkam
 
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1BAIDILAH Baidilah
 
RL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASARL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASAMuhammad Dany
 
Laporan praktikum multivibrator
Laporan praktikum multivibratorLaporan praktikum multivibrator
Laporan praktikum multivibratorkukuhruyuk15
 
Laporan praktikum Penyearah Gelombang
Laporan praktikum Penyearah GelombangLaporan praktikum Penyearah Gelombang
Laporan praktikum Penyearah Gelombangayu purwati
 
Adc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanAdc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanpersonal
 
Penyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi BooleanPenyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi BooleanFahrul Razi
 
Modul teknik digital dan logika
Modul teknik digital dan logikaModul teknik digital dan logika
Modul teknik digital dan logikaBambang Apriyanto
 
Gerbang Universal NAND dan NOR
Gerbang Universal NAND dan NORGerbang Universal NAND dan NOR
Gerbang Universal NAND dan NORAnarstn
 
Ebook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhani
Ebook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhaniEbook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhani
Ebook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhaniRinanda S
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiFauzi Nugroho
 
Rpp 1 2 simbol ,prinsip kerja ukur
Rpp 1   2 simbol ,prinsip kerja ukurRpp 1   2 simbol ,prinsip kerja ukur
Rpp 1 2 simbol ,prinsip kerja ukurAchmad Anang Aswanto
 
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian ElektrikModel Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian ElektrikRumah Belajar
 
Bank Soal Materi Pelajaran Dioda
Bank Soal Materi Pelajaran DiodaBank Soal Materi Pelajaran Dioda
Bank Soal Materi Pelajaran DiodaMuhammad Hendra
 

Tendances (20)

Menjelaskan prinsip register
Menjelaskan prinsip registerMenjelaskan prinsip register
Menjelaskan prinsip register
 
Artikel Counter sinkron dan asinkron
Artikel Counter sinkron dan asinkronArtikel Counter sinkron dan asinkron
Artikel Counter sinkron dan asinkron
 
TEOREMA DE MORGAN DAN RANGKAIAN EXCLUSIVE OR
TEOREMA DE MORGAN DAN RANGKAIAN EXCLUSIVE ORTEOREMA DE MORGAN DAN RANGKAIAN EXCLUSIVE OR
TEOREMA DE MORGAN DAN RANGKAIAN EXCLUSIVE OR
 
teorema thevenin
teorema theveninteorema thevenin
teorema thevenin
 
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
 
RL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASARL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASA
 
Laporan praktikum multivibrator
Laporan praktikum multivibratorLaporan praktikum multivibrator
Laporan praktikum multivibrator
 
Laporan praktikum Penyearah Gelombang
Laporan praktikum Penyearah GelombangLaporan praktikum Penyearah Gelombang
Laporan praktikum Penyearah Gelombang
 
Adc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanAdc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutan
 
Penyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi BooleanPenyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi Boolean
 
Modul teknik digital dan logika
Modul teknik digital dan logikaModul teknik digital dan logika
Modul teknik digital dan logika
 
Gerbang Universal NAND dan NOR
Gerbang Universal NAND dan NORGerbang Universal NAND dan NOR
Gerbang Universal NAND dan NOR
 
Ebook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhani
Ebook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhaniEbook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhani
Ebook RANGKAIAN LISTRIK -- mohamad ramdhani
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik Resonansi
 
Rpp 1 2 simbol ,prinsip kerja ukur
Rpp 1   2 simbol ,prinsip kerja ukurRpp 1   2 simbol ,prinsip kerja ukur
Rpp 1 2 simbol ,prinsip kerja ukur
 
Rangkaian penyearah
Rangkaian penyearahRangkaian penyearah
Rangkaian penyearah
 
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian ElektrikModel Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
 
Register geser
Register geserRegister geser
Register geser
 
Bank Soal Materi Pelajaran Dioda
Bank Soal Materi Pelajaran DiodaBank Soal Materi Pelajaran Dioda
Bank Soal Materi Pelajaran Dioda
 
sifat sifat sistem
sifat sifat sistemsifat sifat sistem
sifat sifat sistem
 

Similaire à MAKALAH SISTEM KONVERTER KODE DAN ADDER

ENCODER DAN DECODER.docx
ENCODER DAN DECODER.docxENCODER DAN DECODER.docx
ENCODER DAN DECODER.docxDandyAlcantara
 
7 segment to bcd ajeng tenriany d41102816-1(1)
7 segment to bcd ajeng tenriany d41102816-1(1)7 segment to bcd ajeng tenriany d41102816-1(1)
7 segment to bcd ajeng tenriany d41102816-1(1)Akhmad Asari
 
20229 laporan resmi viii
20229 laporan resmi viii20229 laporan resmi viii
20229 laporan resmi viiihawaipurba
 
Modul 4 -_alu
Modul 4 -_aluModul 4 -_alu
Modul 4 -_alumokasih
 
Teknik Routing Internet
Teknik Routing InternetTeknik Routing Internet
Teknik Routing Internetguest657235
 
Dsd adder dengan seven segment 1221009_thursy
Dsd adder dengan seven segment 1221009_thursyDsd adder dengan seven segment 1221009_thursy
Dsd adder dengan seven segment 1221009_thursyThursy Anag Thoyyibb
 
Laporan elektronoka & instrumentasi
Laporan elektronoka & instrumentasiLaporan elektronoka & instrumentasi
Laporan elektronoka & instrumentasiAfif Demagic
 
Draft decoder kelompok 1
Draft decoder kelompok 1Draft decoder kelompok 1
Draft decoder kelompok 1Asistenpelatih
 
4 ip address dan subnetting
4 ip address dan subnetting4 ip address dan subnetting
4 ip address dan subnettingBilly Andreas
 
Decoding Encoding with Heksadesimal
Decoding Encoding with HeksadesimalDecoding Encoding with Heksadesimal
Decoding Encoding with HeksadesimalArifRohman99
 
BAB 5 Subnetting.pptx
BAB 5 Subnetting.pptxBAB 5 Subnetting.pptx
BAB 5 Subnetting.pptxSamletSitepu
 
Edo A.G Kode Biner
Edo A.G   Kode BinerEdo A.G   Kode Biner
Edo A.G Kode BinerEdo A.G
 
Tugas sistem digital 7 segmen
Tugas sistem digital 7 segmenTugas sistem digital 7 segmen
Tugas sistem digital 7 segmenHadri Fanzs
 
Makalah Aljabar Boolean dan Rangkaian Logika
Makalah Aljabar Boolean dan Rangkaian LogikaMakalah Aljabar Boolean dan Rangkaian Logika
Makalah Aljabar Boolean dan Rangkaian LogikaZufar Dhiyaulhaq
 
IP ADDRESS .pptx
IP ADDRESS .pptxIP ADDRESS .pptx
IP ADDRESS .pptxFrndyIP
 

Similaire à MAKALAH SISTEM KONVERTER KODE DAN ADDER (20)

ENCODER DAN DECODER.docx
ENCODER DAN DECODER.docxENCODER DAN DECODER.docx
ENCODER DAN DECODER.docx
 
7 segment to bcd ajeng tenriany d41102816-1(1)
7 segment to bcd ajeng tenriany d41102816-1(1)7 segment to bcd ajeng tenriany d41102816-1(1)
7 segment to bcd ajeng tenriany d41102816-1(1)
 
20229 laporan resmi viii
20229 laporan resmi viii20229 laporan resmi viii
20229 laporan resmi viii
 
Modul 4 -_alu
Modul 4 -_aluModul 4 -_alu
Modul 4 -_alu
 
Teknik Routing Internet
Teknik Routing InternetTeknik Routing Internet
Teknik Routing Internet
 
Dsd adder dengan seven segment 1221009_thursy
Dsd adder dengan seven segment 1221009_thursyDsd adder dengan seven segment 1221009_thursy
Dsd adder dengan seven segment 1221009_thursy
 
Assembly 01
Assembly 01Assembly 01
Assembly 01
 
Laporan elektronoka & instrumentasi
Laporan elektronoka & instrumentasiLaporan elektronoka & instrumentasi
Laporan elektronoka & instrumentasi
 
Decoder & Encoder
Decoder & EncoderDecoder & Encoder
Decoder & Encoder
 
Draft decoder kelompok 1
Draft decoder kelompok 1Draft decoder kelompok 1
Draft decoder kelompok 1
 
4 ip address dan subnetting
4 ip address dan subnetting4 ip address dan subnetting
4 ip address dan subnetting
 
Decoding Encoding with Heksadesimal
Decoding Encoding with HeksadesimalDecoding Encoding with Heksadesimal
Decoding Encoding with Heksadesimal
 
BAB 5 Subnetting.pptx
BAB 5 Subnetting.pptxBAB 5 Subnetting.pptx
BAB 5 Subnetting.pptx
 
Makalah adc
Makalah adcMakalah adc
Makalah adc
 
Edo A.G Kode Biner
Edo A.G   Kode BinerEdo A.G   Kode Biner
Edo A.G Kode Biner
 
Decoder kelompok 1
Decoder kelompok 1Decoder kelompok 1
Decoder kelompok 1
 
Tugas sistem digital 7 segmen
Tugas sistem digital 7 segmenTugas sistem digital 7 segmen
Tugas sistem digital 7 segmen
 
Lap. das. telekomunikasi 03 adc
Lap. das. telekomunikasi   03 adcLap. das. telekomunikasi   03 adc
Lap. das. telekomunikasi 03 adc
 
Makalah Aljabar Boolean dan Rangkaian Logika
Makalah Aljabar Boolean dan Rangkaian LogikaMakalah Aljabar Boolean dan Rangkaian Logika
Makalah Aljabar Boolean dan Rangkaian Logika
 
IP ADDRESS .pptx
IP ADDRESS .pptxIP ADDRESS .pptx
IP ADDRESS .pptx
 

Plus de Dionisius Kristanto

Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]Dionisius Kristanto
 
Sifat optik material (callister chapter 21)
Sifat optik material (callister chapter 21)Sifat optik material (callister chapter 21)
Sifat optik material (callister chapter 21)Dionisius Kristanto
 
Lapres Akustik & Getaran [kerusakan dan vibrasi pada pompa]
Lapres Akustik & Getaran [kerusakan dan vibrasi pada pompa]Lapres Akustik & Getaran [kerusakan dan vibrasi pada pompa]
Lapres Akustik & Getaran [kerusakan dan vibrasi pada pompa]Dionisius Kristanto
 
Lapres Akustik & Getaran [Noise Barrier]
Lapres Akustik & Getaran [Noise Barrier]Lapres Akustik & Getaran [Noise Barrier]
Lapres Akustik & Getaran [Noise Barrier]Dionisius Kristanto
 
Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]
Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]
Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]Dionisius Kristanto
 
lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
lapres Akustik & Getaran [noise mapping] lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
lapres Akustik & Getaran [noise mapping] Dionisius Kristanto
 

Plus de Dionisius Kristanto (6)

Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
 
Sifat optik material (callister chapter 21)
Sifat optik material (callister chapter 21)Sifat optik material (callister chapter 21)
Sifat optik material (callister chapter 21)
 
Lapres Akustik & Getaran [kerusakan dan vibrasi pada pompa]
Lapres Akustik & Getaran [kerusakan dan vibrasi pada pompa]Lapres Akustik & Getaran [kerusakan dan vibrasi pada pompa]
Lapres Akustik & Getaran [kerusakan dan vibrasi pada pompa]
 
Lapres Akustik & Getaran [Noise Barrier]
Lapres Akustik & Getaran [Noise Barrier]Lapres Akustik & Getaran [Noise Barrier]
Lapres Akustik & Getaran [Noise Barrier]
 
Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]
Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]
Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]
 
lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
lapres Akustik & Getaran [noise mapping] lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
 

MAKALAH SISTEM KONVERTER KODE DAN ADDER

  • 1. i MAKALAH SISTEM KONVERTER KODE DAN ADDER Disusun untuk melengkapi Tugas Elektronika kelas A Teknik Fisika - Fakultas Teknologi Industri - ITS Disusun oleh : Kelompok 1. Abu Hamam 2412 100 100 2. Moudy Azura V. 2412 100 103 3. Dionisius A. K. 2412 100 106 4. Rachmat N 2412 100 109 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini kami susun guna untuk memenuhi nilai dalam mata kuliah Elektronika. Penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami antara lain : 1. Dosen Mata Kuliah Elektronika, Bapak Ir. Zulkifli, M.Sc 2. Semua pihak yang telah mendukung penyusunan Makalah ini Penulis menyadari bahwa Makalah ini mungkin masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Akhirnya kami memohon kepada Allah SWT agar kami selalu mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Surabaya, 24 Februari 2014 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI HALAMAN PENDAHULUAN....................................................................................... i KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. ii DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...... iii DAFTAR GAMBAR....................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ........................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………. 1 1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….... 1 1.3 Tujuan …………………………………………………………………….. 1 BAB II DASAR TEORI 2.1 Binary Coded Decimal (BCD)......................................................................... 2 2.2 Kode Excess-3…………………………………............................................ 2 2.3 Kode Gray................................................................................ ..................... 3 2.4 Half Adder...................................................................................................... 4 2.5 Full Adder...................................................................................................... 5 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Konversi bilangan decimal ke BCD............................................................... 7 3.2 Konversi bilangan BCD ke decimal……………………………………… 7 3.3 Kode Excess-3 ……………………………………………………………… 7 3.3 Kode Gray….. ……………………………………………………………… 7 Bab IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan.................................................................................................... 9 4.2 Saran................................................................................................................ 9 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 10
  • 4. iv DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pengodean Bilangan Biner dengan Kode Gray ………………… 4 Gambar 2.2 Skema Diagram Half Adder……………………………………….. 4 Gambar 2.3 Skema Full Adder…………………………………………………… 5
  • 5. v DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Ekivalen Bilangan Desimal Menjadi Kode BCD…………………… 2 Tabel 2.2 Ekivalen bilangan Desimal menjadi kode Excess-3………………. 3 Tabel 2.3 Ekivalen bilangan Desimal ke biner dan kode Gray……………… 3 Tabel 2.4 Tabel Kebenaran Half Adder…………………………………………. 4 Tabel 2.5 Tabel Kebenaran Full Adder………………………………………….. 5
  • 6. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di zaman yang semakin canggih seperti sekarang alat-alat elektronik merupakan hal yang sering dibutuhkan. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, sistim analog sudah banyak digantikan oleh sistim digital. Handphone, televisi, flashdisk dan computer merupakan contoh dari alat elektronik berbasis sistim digital. Dalam membentuk sistim digital diperlukan suatu rangkaian yang berisi gerbang logika dan kode-kode dalam digit biner. Oleh karena itu pada makalah ini dibuat agar dapat pemahaman tentang prinsip dasar sistim digital tentulah diperlukan. Karena hal tersebut maka dibuatlah makalah ini agar dapat lebih memahami tentang seistim digital khususnya mengenai converter kode dan adder. 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimana cara mengkonversi kode biner dalam sistem digital ? b. Apa yang dimaksud dengan adder serta apa saja jenis-jenisnya? 1.3. TUJUAN Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka didapatkan tujuan makalah ini adalah sebagai berikut : a. Mengetahui dan memahami cara mengkonversi kode biner dalam sistem digital. b. Mengetahui tentang adder serta jenis-jenisnya.
  • 7. 2 BAB II DASAR TEORI 2.1 Binary Coded Decimal (BCD) BCD adalah sistem pengkodean bilangan desimal yang metodenya mirip dengan bilangan biner biasa; hanya saja dalam proses konversi, setiap simbol dari bilangan desimal dikonversi satu per satu, bukan secara keseluruhan seperti konversi bilangan desimal ke biner biasa. Hal ini lebih bertujuan untuk “menyeimbangkan” antara kurang fasihnya manusia pada umumnya untuk melakukan proses konversi dari desimal ke biner -dan- keterbatasan komputer yang hanya bisa mengolah bilangan biner. Seperti yang terlihat pada tabel 2.1, karena bilangan desimal hanya mempunyai 10 simbol kode 0 sampai 9 maka kode BCD tidak menggunakan bilangan-bilangan 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan 1111. Tabel 2.1 Ekivalen Bilangan Desimal Menjadi Kode BCD Sebagai contoh, bilangan desimal 13710 akan diubah menjadi bilangan dengan pengkodean langsung (straight binary coding) dan diubah dengan pengkodean BCD. sebagai berikut: 13710 = 100010012 Hasil pengkodean biner langsung 13710 = 0001 0011 01112 Hasil pengkodean BCD Dari contoh, bilangan desimal 13710 bila dinyatakan dalam pengkodean biner langsung hanya memerlukan 8 bit sedangkan dengan pengkodean BCD memerlukan 12 bit. Oleh sebab itu pengkodean dengan BCD dianggap kurang efisien karena, tidak menggunakan bilangan-bilangan 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan 1111. 2.2 Kode Excess-3 Pengkodean Excess-3 sering digunakan untuk menggantikan kode BCD karena mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu dalam operasi aritmatik. Pengkodean Excess-3 untuk bilangan desimal dapat dilakukan dengan cara menambah 3 setiap digit bilangan desimal sebelum diubah menjadi biner. Tabel 2.2 menunjukan ekivalen dari bilangan yang pada awal mulanya berupa desimal menjadi suatu kode berupa Excess-3.
  • 8. 3 Tabel 2.2 Ekivalen bilangan Desimal menjadi kode Excess-3 Sebagai contoh, bilangan heksadesimal 4610 dapat dikodekan dengan Excess-3 dengan cara sebagai berikut : setiap digit bilangan desimal ditambah 3 (4+3=7 dan 6+3=9) setelah itu hasilnya diubah menjadi bilangan biner 4 bit 9 (0111 dan 1001) sehingga bilangan desimal 4610 dikodekan dalam Excess-3 = 0111 1001. 2.3 Kode Gray Kode Gray digolongkan dalam kode perubahan minimum, kode Gray hanya mengubah satu bit dalam grup kodenya apabila pindah dari satu step ke step berikutnya. Kode Gray merupakan kode tak berbobot, posisi-posisi bit dalam grup kode tidak mempunyai bobot tertentu oleh karena itu kode Gray tidak sesuai untuk operasi aritmatik. Kode Gray digunakan pada alat-alat input –output dan konverter analog ke digital. Tabel 2.3. menunjukan ekivalen dari bilangan Desimal ke biner dan kode Gray Tabel 2.3 Ekivalen bilangan Desimal ke biner dan kode Gray Mengubah dari kode biner ke kode Gray dapat dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut: 1. Bit pertama dari kode Gray sama dengan bit pertama bilangan biner. 2. Bit kedua kode Gray sama dengan Exclusive OR, bit pertama dan bit kedua bilangan biner. 3. Bit ketiga kode Gray sama dengan Exclusive OR, bit kedua dan bit ketiga bilangan biner, dan seterusnya. Sebagai contoh, bilangan biner 101102 dapat dikodekan dengan kode Gray dengan cara sebagai berikut:
  • 9. 4 Gambar 2.1 Pengodean Bilangan Biner dengan Kode Gray 2.4 Half Adder Half adder merupakan rangkaian elektronika yang bekerja melakukan perhitungan penjumlahan dari 2 buah bilangan biner, yang masing-masing terdiri dari 1 bit. Gambar 2.2 Skema Diagram Half Adder Rangkaian elektronik ini bekerja dengan melakukan perhitungan penjumlahan dari dua buah bilangan binary, yang masing-masing terdiri dari satu bit. Rangkaian ini memiliki dua input dan dua buah output, salah satu outputnya dipakai sebagai tempat nilai pindahan dan yang lain sebagai hasil dari penjumlahan. Rangkaian ini bisa dibangun dengan menggunakan IC 7400 dan IC 7408. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini, rangkaian half adder merupakan gabungan beberapa gerbang NAND dan satu gerbang AND. Karakter utama sebuah gerbang NAND dalah bahwa ia membalikkan hasil dari sebuah gerbang AND yang karakternya hanya akan menghasilkan nilai satu ketika kedua inputnya bernilai satu, jadi gerbang NAND hanya akan menghasilkan nilai nol ketika semua inputnya bernilai satu. Tabel 2.4 Tabel Kebenaran Half Adder Ketika salah satu atau lebih input bernilai nol maka keluaran pada gerbang NAND pertama akan bernilai satu. Karenanya kemudian input di gerbang kedua dan ketiga akan bernilai satu dan mendapat input lain yang salah satunya bernilai nol
  • 10. 5 sehingga PASTI gerbang NAND yang masukannya nol tadi menghasilkan nilai satu. Sedangkan gerbang lain akan benilai nol karena mendapat input satu dan satu maka keluaran di gerbang NAND terakhir akan bernilai satu, karena salah satu inputnya bernilai nol. Untuk menghitung carry digunakan sebuah gerbang AND yang karakter utamanya adalah bahwa iahanya akan menghasilkan nilai satu ketika kedua masukannya bernilai satu. Jadi carry satu hanya akan dihasilkan dari penjumlahan dua digit bilangan biner sama-sama bernilai satu, yang dalam penjumlahan utamanya akan menghasilkan nilai nol. 2.5 Full Adder (FA) Full adder merupakan rangkaian elektronika yang menjumlahkan 2 bilangan yang telah dikonversikan kedalam bilangan biner dengan menjumlahkan 2 bit input ditambah dengan nilai carry-out dari penjumlahan bit sebelumnya. outputnya adalah hasil dari penjumlahan (sum) dan bit kelebihannya (carry-out). Gambar 2.3 Skema Full Adder Tabel 2.5 Tabel Kebenaran Full Adder Full Adder adalah sebuah rangkaian digital yang melaksanakan operasi penjumlahan aritmetikadari 3 bit input. Full adder terdiri dari 3 buah input dan 2 buah output. Variabel input dari full adder dinyatakan oleh variabel A, B dan C in. Dua dari
  • 11. 6 variabel input (A dan B) mewakili 2 bit signifikan yang akan ditambahkan, input ketiga, yaitu C mewakili Carry dari posisi yang lebih rendah. Kedua output dinyatakan dengan simbol S (Sum) dan Cn (Carry). Rangkaian Full Adder mampu menampung bilangan Carry dari hasil penjumlahan sebelumnya.Jadi jumlah inputnya ada 3: A, B dan Ci, sementara bagian output ada 2: S dan Co. Ci ini dipakai untuk menampung bit Carry dari penjumlahan sebelumnya. Full adder biasanya dapatmenjumlahkan banyak bilangan biner dimana 8, 16, 32, dan jumlah bit biner lainnya. Pada Sum digunakan gerbang logika Ex-OR dan pada carry digunakan gerbang logika AND danmenggunakan gerbang logika OR untuk menjumlahkan tiap-tiap carry.
  • 12. 7 BAB III CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN 3.1 Konversi bilangan decimal ke BCD 390610= ….. BCD Jawab : 3 9 0 6 11 1001 0000 0110 396010 = 11100100000110 BCD 3.2 Konversi BCD ke sistem decimal : 000101011 . 00100101BCD = …… 0 0010 1001 . 0010 0101 = 29,2510 0 2 9 , 2 5 3.3 Kode Excess-3 Contoh : 6210 = …….xs3 Caranya : Tambah desimal 3 di setiap digit desimalnya kemudian ubah desimal tersebut ke BCD, sehingga hasilnya menjadi 6 2 3 3 + 9 5  1001 0101(xs3) 3.4 Kode Gray Kode Gray  kenaikan hitungan (penambahan) dilakukan hanya dengan pengubahan keadaan satu bit saja. Contoh : 210 = …..kode gray Caranya : ubah desimal ke biner dahulu  0010 0 0 1 BINER  0 0 1 0 +
  • 13. 8 KELABU 0 0 1 1 Kode Gray sering digunakan dalam situasi dimana kode biner yang lainnya mungkin menghasilkan kesalahan atau kebingungan selama dalam transisi dari satu word kode ke word kode yang lainnya, dimana lebih dari satu bit dari kode diubah.
  • 14. 9 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan dalam makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut : 1. BCD adalah sistem pengkodean bilangan desimal yang metodenya mirip dengan bilangan biner biasa; hanya saja dalam proses konversi, setiap simbol dari bilangan desimal dikonversi satu per satu, bukan secara keseluruhan seperti konversi bilangan desimal ke biner biasa. 2. Pengkodean Excess-3 sering digunakan untuk menggantikan kode BCD karena mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu dalam operasi aritmatik. 3. Kode Gray digolongkan dalam kode perubahan minimum, kode Gray hanya mengubah satu bit dalam grup kodenya apabila pindah dari satu step ke step berikutnya. 4. Half adder merupakan rangkaian elektronika yang bekerja melakukan perhitungan penjumlahan dari 2 buah bilangan biner, yang masing-masing terdiri dari 1 bit. 5. Full adder merupakan rangkaian elektronika yang menjumlahkan 2 bilangan yang telah dikonversikan kedalam bilangan biner dengan menjumlahkan 2 bit input ditambah dengan nilai carry-out dari penjumlahan bit sebelumnya. outputnya adalah hasil dari penjumlahan (sum) dan bit kelebihannya (carry- out). 4.2.Saran Adapun kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan dalam makalah ini yaitu mahasiswa tidak hanya menguasai tentang materi mengenai sistem konverter kode dan adder, akan tetapi juga dapat mengaplikasikannya..
  • 15. 10 Daftar Pustaka 1. Budiyono, Waras. 2013. BCD (Binary Coded Decimal) http://waras- budiyono.blogspot.com/2013/01/bcd-binary-coded-decimal.html (diakses pada tanggal 23 April 2014) 2. Irniyah, Ewit. 2014. Pengkodean Biner. http://elektronika11c.blogspot.com/2013/05/pengkodean-biner.html (diakses pada tanggal 23 April 2014) 3. Cahya, Alvin. 2013. Half Adder dan Full Adder. http://alvintkj2.blogspot.com/2013/10/half-adder-dan-fuul-adder.html (diakses pada tanggal 23 April 2014) 4. http://digital.lecture.ub.ac.id/files/2010/03/pert1-biner.pdf (di akses pada tanggal 23 April 2014) 5. Dina,Agustin. Sistim Bilangan http://dina_agustin.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/20975/SISTEM+BILANGA N.doc. (di akses pada tanggal 23 April 2014)