Kasus ini membahas tentang keluarga dengan 6 anak yang menderita kurang gizi dan penyakit akibat kondisi ekonomi yang sangat sulit. Keluarga ini menolak bantuan dan saran untuk mengikuti keluarga berencana dari alasan keyakinan agama. Penyelesaiannya adalah perawat harus terus memberikan edukasi kesehatan serta perhatian pada anak-anak yang sakit, sambil tetap menghormati keyakinan pasien melalui pendekatan yang
2. Created by:
1.Ekky Ugi Yartiwi Meileni
2.Ruti Emayanti
3.Setyo Ningrum
4.Sholikah
5.Dewi Ayu Wulandari
3. Kasus Mengenai:
Kebebasan versus penanganan dan
pencegahan bahaya
Dilema etik KB (Keluarga Berencana)Dilema etik KB (Keluarga Berencana)
4. Latar Belakang
Saat ini tidak sedikit masyarakat yang memiliki
latar belakang ekonomi yang sangat kurang memadai.
Ini disebabkan terlalu banyaknya angka kelahiran setiap
tahunnya. Oleh karena itu banyak masyarakat yang
tidak memiliki pekerjaan yang layak karena terbatasnya
lahan pekerjaan dan kurangnya pengetahuan dari
masyarakat itu sendiri. Bahkan ada pula keluarga yang
tidak ingin di bantu walaupun mereka memiliki
keterbelakangan ekonomi. itu semua akan berdampak
kepada anak-anak mereka. Tidak sedikit anak-anak
yang mempunyai penyakit gizi buruk.
5. Tujuan
• Untuk menambah pengetahuan,
bagaimana cara menangani masyarakat
atau pasien yang keras kepala walapun
kehidupannya sudah sangat
memprihatinkan.
6. Kasus:
Bapak DS berusia 48 tahun yang sehari-harinya bekerja
sebagai tukang becak dengan rata-rata penghasilan Rp
3.000-Rp 4.000/ hari. Istrinya yang berusia 42 tahun,
berjualan sayur dengan laba Rp 1.500. bapak DS
mempunyai 6 orang anak. Paling besar usia 11tahun
kemudian berturut-turut 9 tahun, 7 tahun, 5 tahun, 3
tahun dan 2 bulan. Semua anaknya tampak kurus, kurang
gizi. Yang berusia 3 tahun menderita bronkhitis dan yang
berusia 7 tahun pernah menderita tipes abdominalis.
Bapak DS adalah warga yang sulit bertetangga dan
setiap diberi bantuan misalnya, Makanan oleh
tetangganya selalu ditolaknya. Oleh perawat
puskesmas bapak atau ibu DS sudah sering……….
7. dianjurkan untuk ber-KB, namun mereka selalu
menolakknya dan mengatakan bahwa ber-KB betentangan
dengan keyakinannya. Setiap perawat berkunjung, mereka
selalu menghindar. Bahkan pada kunjungan terakhir
mereka tidak mau menerima dan menyuruh perawat
meninggalkan rumahnya. Itu membuat perawat dan
petugas puskesmas jera, walaupun mereka tahu bahwa
anak bapak DS terancam gangguaan akibat kurang gizi.
Anak ke-5 terganggu pernapasannya dan resiko ibu DS
untuk hamil lagi cukup besar. Setelah kunjungan
perawat terakhir, satu tahun kemudian ibu DS hamil
lagi dan anak ke-5 meninggal karena sesak nafas
(Suhaemi,Mimin Emi. 2004: 42-43).
8. Analisis kasus
• Keluarga bapak DS harus segera diberikan pendidikan
kesehatan mengenai pentingnya ber-KB agar akar
permasalahannya segera terselesaikan. Sedangkan
keluarga bapak DS selalu menolak dan mengatakan
bahwa ber-KB bertentangan dengan keyakinannya.
• Ke-enam anak dari bapak dan ibu DS harus segera
mendapatkan perhatian khusus karena telah mengalami
kekurangan gizi, kurus, bronchitis, tipes abdominalis dan
gangguan pernapasan. Sedangkan keluarga bapak DS
sulit untuk bertetangga dan selalu menolak ketika
di beri makanan oleh tetangganya.
9. Penyelesaiannya:
a. Salah satu peran perawat adalah sebagai educator.
Sehingga perawat mempunyai peran untuk
memberikan informasi dan pendidikan kesehatan
kepada klien bagaimanapun keadaannya. Oleh karena
itu, dalam kasus tersebut sebaiknya perawat terus
memberikan motivasi dan pendidikan kesehatan
kepada keluarga bapak DS meskipun itu tidak mudah.
Jika perawat/petugas kesehatan terus melakukan
pendekatan dan membujuknya hingga luluh bukan
tidak mungkin keluarga bapak DS mau mengubah
keyakinannya dan mau menerima saran dari
petugas. Sebagai contoh misalnya:
10. a.1 Dengan memberikan pengertian bahwa
keyakinan mengenai slogan “banyak
anak banyak rejeki” harus diubah.
Mengingat jika banyak anak (karena tidak
melakukan KB) malah tidak mampu untuk
membiayai kehidupan mereka justru akan
membuat anak-anak mereka terlantar
dan tidak terurus. Terbukti dengan kelima
anak bapak DS yang mengidap
berbagai macam penyakit dan malah
ada yang meninggal dunia.
11. a.2 Dengan memberikan pengertian bahwa KB
bukanlah untuk membatasi kebebasan manusia
untuk hamil. Akan tetapi KB merupakan salah
satu bentuk penanganan dan pencegahan
terhadap anak yang lahir namun tidak
mendapatkan kehidupan yang layak.
b. Dalam kasus dijelaskan bahwa anak bapak DS
yang ke-5 meninggal dunia karena sesak nafas,
agar hal yang serupa tidak terjadi pada ke-lima
anak lainnya termasuk juga dengan anak yang
baru lahir. Sebaiknya perawat/petugas kesehatan
tidak
hanya focus dalam membujuk keluarga DS
untuk mengikuti KB. Tetapi juga harus focus …
12. dalam memperhatikan anak-anak bapak DS yang
kurus kering, kurang gizi, bronchitis, tipes
abdominalis dan sesak nafas. Karena apabila itu
tidak ditangani akan sangat membahayakan
keluarga bapak DS dan juga penyakit yang lebih
parah mugkin saja terjadi. Apabila keluarga
bapak DS tidak mau mengubah pola hidupnya
bisa saja akan menimbulkan kematian kembali.
Selain itu, penting juga menanamkan kepada
keluarga bapak DS tentang pentingnya hidup
berkeluarga/bergotong royong bersama
tetangga serta saling membantu satu sama lain.
13. KESIMPULAN
Pada dasarnya setiap pasien memiliki sikap
dan pengetahuan serta cara pandang yang
berbeda-beda satu sama lain. Sehingga
dalam menghadapi hal tersebut
perawat/petugas kesehatan seharusnya
memiliki sifat yang tegas dan pantang
menyerah untuk dapat membantu pasien
dalam mencapai tujuannya.