SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  10
Télécharger pour lire hors ligne
1
Kiki Alhadiida
“Kisah Kasih Masa Belajar Menjadi Aktivis dalam Mencintai Organisasi”
[Sebuah Catatan Kecil Pengalaman Mantan Aktivis Sekolahan]
SMA 32 Jakarta menjadi pilihan tempat sekolah penulis melanjutkan pendidikan karena
alasan jarak yang dekat dengan rumah tinggal orang tua. Bulan Juni 1982 selepas masa SMP
melangkahlah penulis memasuki gerbang “sma chicago”, sebuah sebutan ejekan atau
identitas buat SMA 32 saat itu. Entah, apa alasannya disebut demikian penulis tidak tahu.
Ada yang menyebut sebagai ‘cidodol kota ogut’, tetapi kan gak nyambung ya? Memang
diakui ketika saat mau memilih SMA ini kabar miring dan informasi minor sempat sampai ke
telinga penulis. Ki, loe mo ngapain di 32? Mang, kamu kagak tau kayak apa tuh 32. Kenapa,
loe enggak ke Blok M aja? Namun, penulis tidak bergeming dengan semua itu. Sudah
menjadi pilihan dan harus konsisten serta mau menerima konsekuensinya. Ternyata, image
minor hanya dikembangkan secara berlebihan. Nada sumbang tergantikan dengan irama
tantangan. Pertama masuk sekolah harus mengikuti acara Mapras yang dilakukan oleh para
senior (kakak kelas) yakni siswa kelas II dan III yang menjadi Pengurus OSIS dan MPK.
Acara ini sebagai bentuk perkenalan dengan senior, guru, dan karyawan, dengan cara
meminta tanda tangan mereka yang dibubuhkan pada foto yang tertera di Buku Perkenalan.
Juga diisi dengan pemberian tugas terhadap siswa baru. Kalau tidak membawa atau salah
bawa akan dapat sanksi.
Sebagai mantan pengurus OSIS waktu SMP, panggilan jiwa menjadi aktiivis kembali bangkit
dan terus menggelutinya sebagai pendamping tugas utama belajar hingga akhir masa
2
menanggalkan seragam putih abu-abu. Secara kronologis, masa menjadi pegiat OSIS dan
aktivis Ekskul terdiri dari:
a. Periode Juli 1982 – Juni 1983
Bulan Oktober 1982 akan terjadi pergantian pengurus OSIS, maka dilakukan pencarian calon
untuk memilih pengurus baru. Kesempatan ini tidak disiasiakan oleh penulis untuk ikut
proses pemilihan pengurus. Singkatnya, pengurus baru terbentuk dan terjadi peralihan
kepengurusan OSIS periode 1981-1982 (ketua Cahya Rustiadi) kepada kepengurusan OSIS
periode 1982-1983 (ketua Kukuh LD).
Desember 1982 dua orang siswa SMA 32 Jakarta mengikuti Perkemahan Ilmiah Remaja
(PIR) se Jawa Bali yang di selengarakan oleh LIPI di Wonogiri. Kedua siswa/i tersebut
adalah Joko Widodo dan Dyah Yulinar. Kedua pelajar inilah yang berinisiatif dan
mengaplikasikan “oleh-oleh”nya untuk membentuk Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di SMA
32 Jakarta.
Tepatnya, pada 8 Februari 1983 dibentuklah Pengurus KIR SMA 32 Jakarta. Penulis sempat
juga mendapat kepercayaan menjadi bagian dari kepengurusan periode pertama ini.
Sebagai organisasi baru banyak siswa yang mendaftar sebagai anggota yang saat itu langsung
dikelompokan dalam bidang-bidang: kimia, fisika, dan biologi serta sosiologi. Sehingga,
salah satu pengurus, Bayu Setiadi menjadikan ketiga bidang IPA itu sebagai inspirasi dalam
imajinasinya merancang “lambang KIR” dalam bentuk labu Erlenmeyer, Barometer, dan
Mikroskop.
Mengingat saat itu hanya KIR satu-satunya organisasi ekstra kurikuler dan juga satu-satunya
yang beraktivitas hari minggu, sehingga hari minggu tetap ramai seperti hari-hari sekolah
biasa.
Seiring waktu jumlah anggota mengalami pasang surut, tetapi pengurus yang dimotori Joko
Widodo, Mohammad Isnaeni Idris, Dyah Yulinar, Ni Endah DH, Rachmiwati MA, Yenni,
dan lain-lain yang didukung oleh bimbingan ibu Endang GT, bapak Bestari Utama, ibu Mami
Sunarmi, dan dibina bapak Sunardi (wakil kepala sekolah), serta diapresiasi oleh bapak
Mochammad Arifin (Ketua POMG) KIR terus melakukan aktivitasnya. Kegiatan Study Club
3
tetap terus dilakukan pada sore hari di tiap minggu. Untuk memotivasi anggota, diadakan
Seminar Ilmiah dengan mendatangkan nara sumber dari LIPI dengan materi metodologi
penelitian, terutama penelitian bidang IPS. Karena si pembicara berlatar belakang Sosiologi.
Puncak aktvitas kepengurusan pertama ini adalah, diselenggarakannya Perkemahan Ilmiah
Remaja di Cisarua pada 6 – 9 Juni 1983. Kegiatan ini sangat mengesankan dan sukses untuk
ukuran sebuah organisasi yang baru berdiri. Dua hari ke depan pulang dari acara terjadi
Gerhana Matahari Total. Keberhasilan acara yang dipimpin Mohammad Isnaeni Idris ini
seolah menyambut peristiwa alam yang langka dan tidak berulang dengan masa yang pendek
tersebut. Semoga KIR juga demikian usianya.[16/9/2012]
b. Periode Juli 1983 – Juni 1984
Pada periode di atas penulis sudah merintis memiliki “dua pacar” yakni aktif di OSIS (Wakil
Ketua Seksi Pendidikan & Aktivis ‘Pembantu Umum’ Seksi Kerohanian Islam) dan KIR
(Sekretaris II), sehingga membagi alokasi waktu untuk belajar menjadi berkurang. Walaupun
nilai tidak merosot drastis, tetap prestasi akademik di SMA tidak secemerlang di SMP
dahulu. Sebuah konsekuensi karena sudah mulai “genit” berani memasuki 2 dunia baru, yakni
cinta dan organisasi dengan segala problematikanya. Pendamping kadang menjadi motivasi
sekaligus sebagai gangguan (godaan). Di sini diperlukan ketegasan sikap, untuk memilih
skala prioritas. Bisa membedakan yang mendesak dan yang penting, karena opsi harus
diambil dan wajib konsisten menjalaninya.
Pengurus KIR masa bakti pertama ini (jika menurut periode: 1983-1984), sudah merasa lelah
dan harus meletakan jabatannya karena sudah kelas III bersiap menghadapi ujian akhir
sekolah. Kepengurusan ini hendak berganti dengan melalui pemilihan pengurus baru pada
bulan November 1983. Uniknya dalam pencalonan penulis -- penulis ditunjuk bukan
mencalonkan diri -- sebagai bakal calon pengurus, penulis sendiri tidak hadir karena sedang
sakit (tidak masuk sekolah). Entah, kenapa peserta sidang dalam rapat itu tetap memilih dan
menetapkan penulis sebagai ketua KIR yang baru. Penulis sendiri baru tahu, keputusan rapat
itu dari Ketua II (kelak penulis ubah menjadi Wakil Ketua) esok harinya. Sejak itu dimulailah
kepengurusan periode kedua (1984-1985) yang dipimpin oleh penulis. Gebrakan pertama
penulis, adalah merubah struktur kepengurusan sesuai kebutuhan. Merevisi lambang atau
logo KIR agar lebih representatif, dinamis, dan progresif. Program kerja yang lebih menitik
beratkan pada penelitian dan diskusi atau seminar. Misal, pada 22 Januari 1984 mengadakan
4
Diskusi: “Pengaruh Penggunaan Bahan Pengawet pada Makanan” sebagai presentasi hasil
penelitian bidang kimia dan biologi.
Pada 28 Januari 1984 kepengurusan OSIS periode 1982-1983 baru siap mengadakan suksesi
kepemimpinan, walaupun telat tetap dapat mempertanggungjawabkan kepengurusannya.
Pada saat yang sama, penulis dengan beberapa pengurus KIR sedang menghadiri Diskusi
Kebaharian di Kalangan Remaja di LIPI. Sepulangnya, langsung penulis pencalonkan diri
dalam kepengurusan OSIS dimana yang tersisa hanya pemilihan sekretaris dan bendahara.
Penulis dapat menduduki jabatan Sekretaris I yang kelak diubah oleh Ketua Umum menjadi
Sekretaris Umum (Sekretaris Jenderal). Keputusan “berpoligami’ dalam aktivitas ini karena
motif senang berorganisasi, mau merasakan tantangan yang lebih besar, belajar
kepemimpinan, dan bisa berbuat sesuatu untuk orang lain serta keinginan memiliki nilai
sejarah dalam setiap rentang kehidupan. Alhamdulillah, dalam perjalanannya “kedua
kekasih” ini tetap rukun, tidak saling cemburu, pengertian, saling mendukung dan tetap setia
serta ikhlas banget untuk “dimadu”, karena mereka tidak mau “diracun”.
Aktivitas ke “luar negeri” pertama adalah mengikuti Konsolidasi Pelajar SMTA se DKI
Jakarta di Graha Wisata Pramuka Cibubur, 10 – 12 Februari 1984. Pada bulan yang sama
HUT pertama dan Syukuran KIR diadakan. Sebelumnya, penulis mengusulkan dan berunding
dengan mantan ketua KIR sebelumnya untuk menjadikan tanggal 8 Februari 1983 sebagai
hari jadi KIR SMA 32 Jakarta. Alhamdulillah, beliau setuju. Pada acara tersebut hadir selain
anggota KIR kelas II dan kelas I, pengurus KIR, juga hadir pengurus KIR periode pertama,
disamping juga Pembimbing, Wakil Kepala Sekolah, dan Pengurus POMG. Acara yang
diadakan dengan sederhana itu diisi dengan sambutan dan komentar serta ditutup dengan do’a
dan pemotongan tumpeng terasa penuh kekeluargaan dan bersuasana khidmat.
Kepengurusan OSIS periode 1983 – 1984 dengan pimpinan Zainudin Hadi merasa bukan
periodenya. Sang Ketua merasa berperiode 1984 – 1985, karena baru merasa bekerja sejak 28
Januari 1984. Namun, pihak sekolah (melalui Pembina OSIS) tetap menyatakan periode 1983
– 1984. Terlepas polemik itu, bagi penulis tetap bekerja sesuai amanah jabatan yang
dipegang. Langkah perdana penulis, adalah membongkar arsip dan dokumen OSIS periode-
periode sebelumnya dan menyusunnya kembali secara sistematis, agar mudah ditelaah dan
dipelajari untuk dijadikan rujukan dan referensi dalam mengkonsep program kerja OSIS
selama satu periode ke depan. Sungguh menderita mungkin menjadi aktivis saat itu kalau
diratapi terus, karena tidak punya “tempat mangkal” (sekretariat). Arsip dan dokumen hanya
5
berada pada 1 lemari buku yang diletakan di perpustakaan dengan kondisi tidak terawat dan
berantakan. Tempat sebagai posko bisa dimana saja. Hikmahnya, pengurus makin kreatif
beraktivitas. Bisa di perpustakaan, musholla, aula, atau kantin, bahkan menjelang akhir
kepengurusan periode ini kamar tidur penulis di rumah sempat menjadi sekretariat sementara.
Dinding kamar bukan hanya penuh catatan program kerja, tetapi juga coretan yang berisi
curahan hati dan perasaan yang terpendam. Nah, bisa dibayangkan kamar tidur dijadikan
sarang organisasi, tempat kerja administrasi dan rapat, bahkan wadah berbagi rasa antar
pengurus dalam menyusun strategi memperoleh cinta. Bahkan penulis dengan pengurus kelas
III sempat mengadakan rapat KIR di rumah.
Semua ini dalam rangka mengimplementasi “program pribadi” pengurus untuk sukses dalam:
BCO (belajar, cinta & organisasi). Sebagai salah satu konseptornya, tentu saja penulis juga
merangkap sebagai praktisi dan supervisornya, agar cita-cita dan cinta tetap dalam citra
pelajar muslim yang baik. Ah…., sekedar idealisme remaja saat itu, karena bermimpi kan
gratis ya?
Dari arsip dan dokumen OSIS (1979-1982) dapat diketahui bahwa cikal bakal kegiatan
ekstrakurikuler (ekskul) sudah ada, tetapi belum diorganisasi dengan baik karena masih
berada dalam seksi atau subseksi OSIS. Misalnya, sudah ada seksi Pramuka, PMR, Ilmu
Pengetahuan, Rohis, dan Pencinta Alam serta Olah Raga. Selama kegiatan itu berada dalam
naungan organisasi yang besar dan tanpa diberi otonomi dan otoritas pengelolaannya, maka
akan terus tidak berkembang.
Oleh karena itu, pada OSIS periode Zainudin Hadi inilah, kegiatan seperti Rohis, PMR, Olah
Raga, dan Pencinta Alam diberi keleluasaan untuk berkembang dengan memberi kewenangan
memiliki pengurus dan program kerja sendiri. Sedangkan untuk Pramuka sudah dengan
sendirinya mengadakan kegiatannya yang khas, karena saat itu para aktivis sudah dapat
memahami antara OSIS dan Pramuka memiliki AD/ART masing-masing, sehingga tidak ada
hierarki dan garis komando. Lain halnya, dengan KIR dan Ekskul yang lain. KIR masih
berada dalam seksi Pendidikan sebagai subseksi secara struktural. Akan tetapi, berstatus
organisasi otonom yang memiliki otoritas mengelala kepengurusan dan program kerjanya
secara internal dan mandiri. Demikian pula ekskul lainnya, yang berada pada seksi
kerohanian, seksi kegiatan khusus, seksi pengabdian masyarakat, atau seksi olah raga.
Berdasarkan konsep organisasi (formal) dan kegiatan ekskul serta didukung data dan fakta
6
yang ada, maka KIR SMA 32 merupakan pelopor kegiatan ekskul di SMA 32 Jakarta.
Mengingat semua kegiatan ekskul yang lain termasuk Pramuka, baru menampakan
kelahirannya (kembali) atau kebangkitannya sebagai sebuah organisasi sejak tahun1984.
Tidak berlebihan kalau reformasi negara ini pada tahun 1998, maka REFORMASI EKSKUL
di SMA 32 Jakarta terjadi di tahun 1984. [22/9/2012]
c. Periode Juli 1984 – Juni 1985
Masa “reformasi ekskul” di tahun 1984 memberi angin kepada pengurus seksi atau subseksi
OSIS mengelola organisasi. Bahkan, bukan saja pengurus, ada siswa, guru, dan karyawan
yang membuat organisasi ekskul sendiri. Seperti tak bisa dihindari budaya latah masyarakat
kita ketika melihat lebih “hijaunya rumput tetangga”, maka ikut menjadi pengekor atau
bayang-bayang orang lain. Sebagian OTB (organisasi tanpa bentuk) itu dibiarkan saja, dan
sebagian dipertanyakan legalitasnya berorganisasi. Dengan sikap bijak pengurus OSIS
tersebut, maka para OTB hilang dari peredaran dalam waktu tidak seumur jagung. Para
aktivis yang menjadi pelopor organisasi ekskul (resmi) di tahun 1984, dapat disebutkan
antara lain:
1. Hany Akbar & Rochmat MT : Kerohanian Islam [Rohis]
2. Achmad Anhar & Hanapi : Palang Merah Remaja [PMR]
3. Untung Prihatin, Ali Imran, dkk. : Pelajar Pencinta Alam [Papela] “Agatra Sraya”
4. Aris Supriyanto & Sahrul Sidik : Pramuka
Sedangkan olah raga, yang melakukan latihan rutin adalah bola basket dan bola voli.
Penerimaan siswa/i baru sudah diantisipasi Pengurus OSIS dengan membuat persiapan yang
matang. Membuat program MAKERSA (masa perkenalan dan bhakti sosial siswa), 16 – 18
Juli 1984. Merancang buku perkenalan yang sederhana (karena yang tercetak tidak
diizinkan). Memang periode ini tidak ada uang iuran OSIS. Iuran OSIS dihentikan sejak
peralihan kepengurusan 28 Januari 1984 lalu. Praktis dari saat itu sampai medio 1984 OSIS
tidak memilik kas. Uang kas kosong, walaupun OSIS punya 3 bendahara. Pengurus memutar
otak untuk menyambut siswa/i baru dengan membuat kegiatan. Mengajukan proposal
berulang kali, dengan melalui birokrasi Pembina OSIS, Kepala Sekolah, dan Ketua POMG.
Membuat struktur panitia perkenalan (pembina kelas, acara, keamanan), membuat program
acara selama 3 hari, memetakan posisi panitia dengan distribusi yang merata, jadwal petugas
kelas, dan pemberian tugas serta sanksi bagi yang tidak mematuhi peraturan. Sebuah proses
7
kerja yang melelahkan sekaligus mengembirakan. Rasa letih tergantikan dengan kesan.
Mapras kali ini yang terakhir, karena di tahun berikutnya sudah tidak diadakan lagi dan
digantikan dengan Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).
Mapras memberi masukan bagi organisasi baik OSIS maupun Ekskul. Dari sanksi berupa
barang yang dibawa siswa/i baru inilah yang kemudian dijual untuk mengisi kas OSIS.
Sementara masing-masing ekskul memiliki uang iuran sendiri-sendiri. Hal yang terpenting
dengan acara tersebut, adalah terjalinnya keakraban antara senior dan yunior, walaupun tetap
menjaga rasa hormat dan rasa sayang. Lewat kegiatan ini pula kesempatan bagi masing-
masing ekskul mempromosikan kegiatannya untuk dapat merekrut anggota sebanyak
mungkin.
Juli sampai Desember adalah masa pasang naik kegiatan ekskul, karena anggota masih
banyak (baru mengadakan rekrutmen) dan pengurus sedang antusiasnya mengelola
organisasi.
Sebagai pengurus OSIS, penulis baik sendiri atau bersama-sama dengan pengurus lainnya
kadang mengunjungi kegiatan ekskul itu berlangsung. Tidak semua ekskul melakukan
kegitan di hari minggu, ada yang melakukan di sore hari sepulang sekolah pagi (kelas III dan
II) dan atau sepulang sekolah sore (kelas I), dan baru berakhir saat adzan maghrib
berkumandang. Adakalanya juga kegiatan seperti masa orientasi atau pelantikan anggota
dilakukan di luar sekolah, kalau masih sempat juga disambangi. Peran serta OSIS dalam
Long March “Merdeka ataoe Mati” TRAMP, 25 – 26 Agustus 1984, adalah salah satu bentuk
dukungan.
Untuk KIR sendiri, pada 29 September 1984 sempat mendatangkan nara sumber dari LIPI
pada acara Ceramah Ilmiah. Satu bulan satu pekan kemudian, tepatnya pada 3 – 4 November
1984 diadakan PIRSAMI (Perkemahan Ilmiah Remaja Sabtu Minggu) di Ciapus. Hal yang
membanggakan pada kegiatan ini adalah, KIR SMA 32 Jakarta bekerja sama dengan Yayasan
Indonesia Hijau (YIH) dan Kelompok Pencinta Alam Lawalata Institut Pertanian Bogor
(IPB) dalam rangkaian observasi bentangan alam serta jenis fauna dan flora dalam
Lintas`Alam Hutan Ciapus.
8
Di akhir bulan ini pula, KIR SMA 32 dengan KIR SMA lain se Jakarta Selatan,
mendeklarasikan Forum Komunikasi KIR Jakarta Selatan (FOKKIR JakSel) di Gelanggang
Remaja Bulungan.
Bagi OSIS sendiri klimaks programnya, adalah terselengarakannya Jambore IV OSIS
Cinumpang, 10 – 14 Desember 1984. Pada kegiatan ini, acara dibuat umum dan khusus.
Acara umum harus diikuti oleh semua peserta baik peserta perorangan atau peserta anggota
ekskul. Sedangkan acara khusus diberikan masing-masing ekskul dengan kewenangannya
membuat acara sendiri yang telah diprogramnya. Salah satu acara yang tak terlupakan adalah
Pelatihan Singkat tentang Dasar Dasar Berorganisasi oleh pak Nizam, salah satu guru yang
juga masih mahasiswa saat itu sekaligus aktivis di kampusnya. KIR sendiri melakukan
observasi dan interview tentang “Untung Rugi Camping” dan “Kondisi Sosial Ekonomi
Penduduk Sekitar” dengan responden peserta kemping dari rombongan lain dan kunjungan ke
penduduk sekitar.
Tahun 1985 beranjak, di awal tahun inilah terjadi pergantian pengurus KIR SMA 32 Jakarta.
Penulis menyerahkan estafet kepemimipinan kepada ketua terpilih, Joko Priyono, untuk
mendarmabaktikan kepengurusan di organisasi ilmiah remaja ini sepanjang tahun 1985 –
1986.
Demikian pula, OSIS mengadakan suksesi kepemimpinan pada 26 Januari 1985 dan baru
diselesaikan pada 28 Januari 1985. Akan tetapi, efek dan dampak psikologisnya terus bergulir
sampai menjelang ujian akhir tahun. Karena tidak ada istilah nama tentang rapat besar atau
forum tertinggi organisasi kesiswaan ini, maka Pengurus memberi nama Rapat
Pertanggungjawaban tersebut sebagai Konferensi OSIS. Namun, ditolak Pembina OSIS.
Momen-momen selama proses suksesi sangat tegang dengan “suhu politik” sangat tinggi.
Tidak adanya sistem yang jelas untuk dijadikan rujukan serta terbelahnya antara kubu garis
keras dengan kubu oportunis, mengakibatkan gagalnya pendidikan dan pembinaan
berorganisasi. Proses pergantian kepemimpinan tersebut, penulis menilai terlalu lebar dan
dalamnya campur tangan pihak yang bukan kapasitasnya. Jika menggunakan kata “skandal”
terlalu kasar atau kurang pas dan berlebihan, maka suksesi OSIS di tahun 1985 itu lebih
tepatnya diciderai dengan pembinaan untuk melakukan “kudeta tidak berdarah”. Apapun
risiko yang akan ditanggung pengurus (penulis dan Ketua Umum OSIS) saat itu, termasuk
9
dikaitkan dengan masalah akademik sudah diantisipasi. Kami yakin berada pada posisi yang
benar dan sedang berhadapan dengan sistem yang harus diperbaiki.
Sebagai upaya penurunan tensi dan cooling down, pada HUT KIR yang kedua, 19 Februari
1985 penulis menyempatkan diri memenuhi undangan pengurus untuk hadir pada acara yang
digelar malam hari di aula SMA 32 Jakarta itu.
Lagi-lagi jiwa aktivis masih bergairah dan tetap menyala, menjelang EBTA & EBTANAS
saja, penulis (kelas III IPA 3), Rochmat MT (kelas III IPA 1), dan Achmad Anhar (kelas III
IPA 4) mempersiapkan sebuah Bunga Rampai Buku Kenangan Kelas masing-masing, karena
pihak pimpinan sekolah saat itu belum terbersit membuat Buku Tahunan Alumni. Walaupun
dengan cita rasa seadanya dan desain sederhana, kami berkompetisi mewujudkannya sebaik
mungkin. Setelah terbentuk menjadi buku - yang berisi biodata siswa, catatan dan foto-foto
aktivitas sepanjang tahun, serta uraian kesan dan pesan – kami saling berbagi & bertukaran
karya masing-masing.
Kembali kepada ikhtiar untuk sukses “BCO” di SMA, menjadikan CINTA dan
ORGANISASI sebagai “pendamping” BELAJAR, adalah laksana pasangan hidup. Aku tak
akan membiarkan dirimu lelah tertatih-tatih menggapai di belakangku. Sebaliknya, aku juga
tak mengizinkan dirimu membuai mimpi, cita-cita, dan harapan kebahagiaan lewat kompetisi
di depanku. Namun, selayaknya aku akan menempatkan dirimu di sisiku untuk bersama-sama
menjalani kehidupan ini, karena kesempatan dan posisi itu tetap ada untukmu.
Alhamdulillah, saat itu semua siswa kelas III lulus 100% (27 April 1985). Tiga pekan
kemudian, dengan difasilitasi OSIS dan Pramuka, semua organisasi ekskul bersilaturahim
pada 16 Mei 1985. Sebuah momen keakraban antar organisasi ekskul di lingkungan SMA 32.
Sebelumnya, beberapa Pengurus KIR datang ke rumah penulis untuk mengucapkan selamat
atas kelulusan dan diterimanya penulis di IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta)
melalui jalur PMDK (penelusuran minat dan kemampuan) serta mengundang penulis untuk
hadir pada acara silaturahim tersebut.
Akhirnya, penulis menanggalkan seragam putih abu-abu dan melepas atribut sebagai siswa
SMA 32 serta secara otomatis memasuki pensiun dari “aktivis organisasi kesiswaan” mulai
18 Mei 1985. Tak dapat penulis pungkiri, bahwa sebagian kepribadian penulis dibentuk saat
menjadi aktivis.
10
Menjadi aktivis kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dapat menjadi bekal untuk menjadi
aktivis kampus di dunia kemahasiswaan. Bahkan, dapat dilanjutkan terus pada berbagai
organisasi, seperti profesi, LSM, sosial, politik (partai), ormas, seni-budaya, agama, praktisi,
alumni, dan lain-lain. Mau dilanjutkan atau tidak, tergantung sang mantan aktivis itu sendiri.
Tinggal waktu yang akan menjawabnya.
Semoga catatan ringan ini menjadi awal bagi tulisan selanjutnya dari mantan aktivis yang
lain. Setiap insan pasti memiliki kisah dan histori tersendiri. Jika itu terakumulasi akan
berwujud menjadi karya histori yang saling melengkapi. Bukan tidak mungkin, sebuah buku
teks tentang Organisasi Ektrakurikuler dapat tercipta suatu saat.
Sukses buat Aktivis 32 ! Selamat beraktivitas.
Kemarin, adalah kenangan. Sekarang, adalah kenyataan. Esok, adalah Harapan. [29/9/2012]

Contenu connexe

Tendances

Konsep dasar ips sd (keterampilan dasar ilmu sosial sd)
Konsep dasar ips sd (keterampilan dasar ilmu sosial sd)Konsep dasar ips sd (keterampilan dasar ilmu sosial sd)
Konsep dasar ips sd (keterampilan dasar ilmu sosial sd)Bas Bas
 
Materi 1 pengantar pendidikan pancasila
Materi 1  pengantar pendidikan pancasilaMateri 1  pengantar pendidikan pancasila
Materi 1 pengantar pendidikan pancasilaismail umar
 
RPP Pertemuan ke 8 Sejarah kelas X
RPP Pertemuan ke 8 Sejarah kelas XRPP Pertemuan ke 8 Sejarah kelas X
RPP Pertemuan ke 8 Sejarah kelas XRessa
 
UKBM SEJARAH INDOENSIA KELAS X
UKBM SEJARAH INDOENSIA KELAS X UKBM SEJARAH INDOENSIA KELAS X
UKBM SEJARAH INDOENSIA KELAS X Kusmiati
 

Tendances (10)

Sosiologi xi; rpp
Sosiologi xi; rppSosiologi xi; rpp
Sosiologi xi; rpp
 
SK-KD Sosiologi SMA-MA
SK-KD Sosiologi SMA-MASK-KD Sosiologi SMA-MA
SK-KD Sosiologi SMA-MA
 
Rpt sivik (ting.3)
Rpt sivik (ting.3)Rpt sivik (ting.3)
Rpt sivik (ting.3)
 
Sosiologi xi; prota
Sosiologi xi; protaSosiologi xi; prota
Sosiologi xi; prota
 
Materi kurikulum 2013
Materi kurikulum 2013Materi kurikulum 2013
Materi kurikulum 2013
 
Konsep dasar ips sd (keterampilan dasar ilmu sosial sd)
Konsep dasar ips sd (keterampilan dasar ilmu sosial sd)Konsep dasar ips sd (keterampilan dasar ilmu sosial sd)
Konsep dasar ips sd (keterampilan dasar ilmu sosial sd)
 
Materi 1 pengantar pendidikan pancasila
Materi 1  pengantar pendidikan pancasilaMateri 1  pengantar pendidikan pancasila
Materi 1 pengantar pendidikan pancasila
 
RPP Pertemuan ke 8 Sejarah kelas X
RPP Pertemuan ke 8 Sejarah kelas XRPP Pertemuan ke 8 Sejarah kelas X
RPP Pertemuan ke 8 Sejarah kelas X
 
UKBM SEJARAH INDOENSIA KELAS X
UKBM SEJARAH INDOENSIA KELAS X UKBM SEJARAH INDOENSIA KELAS X
UKBM SEJARAH INDOENSIA KELAS X
 
Sosiologi XII; Silabus
Sosiologi XII; SilabusSosiologi XII; Silabus
Sosiologi XII; Silabus
 

Similaire à KISAH AKTIVIS

Pedoman menjadi aktivis sekolahan
Pedoman menjadi aktivis sekolahanPedoman menjadi aktivis sekolahan
Pedoman menjadi aktivis sekolahanKiki Alhadiida
 
Cover masalah lingkungan hidup
Cover masalah lingkungan hidupCover masalah lingkungan hidup
Cover masalah lingkungan hidupMustain Doang
 
Gie, Dalam Panggung Pergerakan Mahasiswa
Gie, Dalam Panggung Pergerakan MahasiswaGie, Dalam Panggung Pergerakan Mahasiswa
Gie, Dalam Panggung Pergerakan MahasiswaRobby Angryawan
 
Mari Bersama Berbagi: Pengalaman Literasi Baca Tulis
Mari Bersama Berbagi: Pengalaman Literasi Baca TulisMari Bersama Berbagi: Pengalaman Literasi Baca Tulis
Mari Bersama Berbagi: Pengalaman Literasi Baca TulisYose Rizal Triarto, S.Si
 
membiasakan perilaku patriotik
membiasakan perilaku patriotikmembiasakan perilaku patriotik
membiasakan perilaku patriotikSyifaAstriani
 
rpp kelas vi tema 7_kepemimpinan
rpp kelas vi tema 7_kepemimpinanrpp kelas vi tema 7_kepemimpinan
rpp kelas vi tema 7_kepemimpinanChusnul Labib
 
Pgri pada masa demokrasi terpimpin resentation1
Pgri pada masa demokrasi terpimpin resentation1Pgri pada masa demokrasi terpimpin resentation1
Pgri pada masa demokrasi terpimpin resentation1WaQhyoe Arryee
 
TOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIAN
TOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIANTOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIAN
TOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIANNur Arifaizal Basri
 
Tugas word agtri niranty
Tugas word agtri nirantyTugas word agtri niranty
Tugas word agtri nirantyagtriniranty
 
ILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI MKDU
ILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI MKDUILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI MKDU
ILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI MKDUJoseviraLintang
 
Tugas Kelompok Organizational Behaviour.docx
Tugas Kelompok Organizational Behaviour.docxTugas Kelompok Organizational Behaviour.docx
Tugas Kelompok Organizational Behaviour.docxMRezaTawakkal
 

Similaire à KISAH AKTIVIS (20)

Pedoman menjadi aktivis sekolahan
Pedoman menjadi aktivis sekolahanPedoman menjadi aktivis sekolahan
Pedoman menjadi aktivis sekolahan
 
Cover masalah lingkungan hidup
Cover masalah lingkungan hidupCover masalah lingkungan hidup
Cover masalah lingkungan hidup
 
Gie, Dalam Panggung Pergerakan Mahasiswa
Gie, Dalam Panggung Pergerakan MahasiswaGie, Dalam Panggung Pergerakan Mahasiswa
Gie, Dalam Panggung Pergerakan Mahasiswa
 
Mari Bersama Berbagi: Pengalaman Literasi Baca Tulis
Mari Bersama Berbagi: Pengalaman Literasi Baca TulisMari Bersama Berbagi: Pengalaman Literasi Baca Tulis
Mari Bersama Berbagi: Pengalaman Literasi Baca Tulis
 
Ke pgri -an
Ke   pgri -anKe   pgri -an
Ke pgri -an
 
membiasakan perilaku patriotik
membiasakan perilaku patriotikmembiasakan perilaku patriotik
membiasakan perilaku patriotik
 
Kyai dan perubahan_sosial
Kyai dan perubahan_sosialKyai dan perubahan_sosial
Kyai dan perubahan_sosial
 
Pendidikan IPS yang Terpuruk
Pendidikan IPS  yang TerpurukPendidikan IPS  yang Terpuruk
Pendidikan IPS yang Terpuruk
 
4 rpp-pkn-sma
4 rpp-pkn-sma4 rpp-pkn-sma
4 rpp-pkn-sma
 
KONSEP PEMBELAJARAN IPS.pptx
KONSEP PEMBELAJARAN IPS.pptxKONSEP PEMBELAJARAN IPS.pptx
KONSEP PEMBELAJARAN IPS.pptx
 
Konsep Pendidikan IPS
Konsep Pendidikan IPSKonsep Pendidikan IPS
Konsep Pendidikan IPS
 
rpp kelas vi tema 7_kepemimpinan
rpp kelas vi tema 7_kepemimpinanrpp kelas vi tema 7_kepemimpinan
rpp kelas vi tema 7_kepemimpinan
 
Setiadi daniel 077 ikorb_filsafat olahraga
Setiadi daniel 077 ikorb_filsafat olahragaSetiadi daniel 077 ikorb_filsafat olahraga
Setiadi daniel 077 ikorb_filsafat olahraga
 
Pgri pada masa demokrasi terpimpin resentation1
Pgri pada masa demokrasi terpimpin resentation1Pgri pada masa demokrasi terpimpin resentation1
Pgri pada masa demokrasi terpimpin resentation1
 
TOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIAN
TOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIANTOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIAN
TOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIAN
 
Tugas word agtri niranty
Tugas word agtri nirantyTugas word agtri niranty
Tugas word agtri niranty
 
ILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI MKDU
ILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI MKDUILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI MKDU
ILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI MKDU
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Tugas Kelompok Organizational Behaviour.docx
Tugas Kelompok Organizational Behaviour.docxTugas Kelompok Organizational Behaviour.docx
Tugas Kelompok Organizational Behaviour.docx
 
OSIS.pptx
OSIS.pptxOSIS.pptx
OSIS.pptx
 

Plus de Kiki Alhadiida

PANDUAN MENJADI AKTIVIS KAMPUS.pdf
PANDUAN MENJADI AKTIVIS KAMPUS.pdfPANDUAN MENJADI AKTIVIS KAMPUS.pdf
PANDUAN MENJADI AKTIVIS KAMPUS.pdfKiki Alhadiida
 
Istiqomah = komitmen, konsisten, dan kontinuitas
Istiqomah = komitmen, konsisten, dan kontinuitasIstiqomah = komitmen, konsisten, dan kontinuitas
Istiqomah = komitmen, konsisten, dan kontinuitasKiki Alhadiida
 
Bunga Rampai dalam Jambangan Media Sosial
Bunga Rampai dalam Jambangan Media SosialBunga Rampai dalam Jambangan Media Sosial
Bunga Rampai dalam Jambangan Media SosialKiki Alhadiida
 
Kepemimpinan dan organisasi
Kepemimpinan dan organisasiKepemimpinan dan organisasi
Kepemimpinan dan organisasiKiki Alhadiida
 
Aktivis dan organisasi
Aktivis dan organisasiAktivis dan organisasi
Aktivis dan organisasiKiki Alhadiida
 
Lambang KIR SMA 32 Jakarta
Lambang KIR SMA 32 JakartaLambang KIR SMA 32 Jakarta
Lambang KIR SMA 32 JakartaKiki Alhadiida
 

Plus de Kiki Alhadiida (10)

PANDUAN MENJADI AKTIVIS KAMPUS.pdf
PANDUAN MENJADI AKTIVIS KAMPUS.pdfPANDUAN MENJADI AKTIVIS KAMPUS.pdf
PANDUAN MENJADI AKTIVIS KAMPUS.pdf
 
Keseimbangan
KeseimbanganKeseimbangan
Keseimbangan
 
Istiqomah = komitmen, konsisten, dan kontinuitas
Istiqomah = komitmen, konsisten, dan kontinuitasIstiqomah = komitmen, konsisten, dan kontinuitas
Istiqomah = komitmen, konsisten, dan kontinuitas
 
Bunga Rampai dalam Jambangan Media Sosial
Bunga Rampai dalam Jambangan Media SosialBunga Rampai dalam Jambangan Media Sosial
Bunga Rampai dalam Jambangan Media Sosial
 
Kepemimpinan dan organisasi
Kepemimpinan dan organisasiKepemimpinan dan organisasi
Kepemimpinan dan organisasi
 
KIR
KIRKIR
KIR
 
Koma
KomaKoma
Koma
 
Aktivis dan organisasi
Aktivis dan organisasiAktivis dan organisasi
Aktivis dan organisasi
 
We are Activists
We are ActivistsWe are Activists
We are Activists
 
Lambang KIR SMA 32 Jakarta
Lambang KIR SMA 32 JakartaLambang KIR SMA 32 Jakarta
Lambang KIR SMA 32 Jakarta
 

KISAH AKTIVIS

  • 1. 1 Kiki Alhadiida “Kisah Kasih Masa Belajar Menjadi Aktivis dalam Mencintai Organisasi” [Sebuah Catatan Kecil Pengalaman Mantan Aktivis Sekolahan] SMA 32 Jakarta menjadi pilihan tempat sekolah penulis melanjutkan pendidikan karena alasan jarak yang dekat dengan rumah tinggal orang tua. Bulan Juni 1982 selepas masa SMP melangkahlah penulis memasuki gerbang “sma chicago”, sebuah sebutan ejekan atau identitas buat SMA 32 saat itu. Entah, apa alasannya disebut demikian penulis tidak tahu. Ada yang menyebut sebagai ‘cidodol kota ogut’, tetapi kan gak nyambung ya? Memang diakui ketika saat mau memilih SMA ini kabar miring dan informasi minor sempat sampai ke telinga penulis. Ki, loe mo ngapain di 32? Mang, kamu kagak tau kayak apa tuh 32. Kenapa, loe enggak ke Blok M aja? Namun, penulis tidak bergeming dengan semua itu. Sudah menjadi pilihan dan harus konsisten serta mau menerima konsekuensinya. Ternyata, image minor hanya dikembangkan secara berlebihan. Nada sumbang tergantikan dengan irama tantangan. Pertama masuk sekolah harus mengikuti acara Mapras yang dilakukan oleh para senior (kakak kelas) yakni siswa kelas II dan III yang menjadi Pengurus OSIS dan MPK. Acara ini sebagai bentuk perkenalan dengan senior, guru, dan karyawan, dengan cara meminta tanda tangan mereka yang dibubuhkan pada foto yang tertera di Buku Perkenalan. Juga diisi dengan pemberian tugas terhadap siswa baru. Kalau tidak membawa atau salah bawa akan dapat sanksi. Sebagai mantan pengurus OSIS waktu SMP, panggilan jiwa menjadi aktiivis kembali bangkit dan terus menggelutinya sebagai pendamping tugas utama belajar hingga akhir masa
  • 2. 2 menanggalkan seragam putih abu-abu. Secara kronologis, masa menjadi pegiat OSIS dan aktivis Ekskul terdiri dari: a. Periode Juli 1982 – Juni 1983 Bulan Oktober 1982 akan terjadi pergantian pengurus OSIS, maka dilakukan pencarian calon untuk memilih pengurus baru. Kesempatan ini tidak disiasiakan oleh penulis untuk ikut proses pemilihan pengurus. Singkatnya, pengurus baru terbentuk dan terjadi peralihan kepengurusan OSIS periode 1981-1982 (ketua Cahya Rustiadi) kepada kepengurusan OSIS periode 1982-1983 (ketua Kukuh LD). Desember 1982 dua orang siswa SMA 32 Jakarta mengikuti Perkemahan Ilmiah Remaja (PIR) se Jawa Bali yang di selengarakan oleh LIPI di Wonogiri. Kedua siswa/i tersebut adalah Joko Widodo dan Dyah Yulinar. Kedua pelajar inilah yang berinisiatif dan mengaplikasikan “oleh-oleh”nya untuk membentuk Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di SMA 32 Jakarta. Tepatnya, pada 8 Februari 1983 dibentuklah Pengurus KIR SMA 32 Jakarta. Penulis sempat juga mendapat kepercayaan menjadi bagian dari kepengurusan periode pertama ini. Sebagai organisasi baru banyak siswa yang mendaftar sebagai anggota yang saat itu langsung dikelompokan dalam bidang-bidang: kimia, fisika, dan biologi serta sosiologi. Sehingga, salah satu pengurus, Bayu Setiadi menjadikan ketiga bidang IPA itu sebagai inspirasi dalam imajinasinya merancang “lambang KIR” dalam bentuk labu Erlenmeyer, Barometer, dan Mikroskop. Mengingat saat itu hanya KIR satu-satunya organisasi ekstra kurikuler dan juga satu-satunya yang beraktivitas hari minggu, sehingga hari minggu tetap ramai seperti hari-hari sekolah biasa. Seiring waktu jumlah anggota mengalami pasang surut, tetapi pengurus yang dimotori Joko Widodo, Mohammad Isnaeni Idris, Dyah Yulinar, Ni Endah DH, Rachmiwati MA, Yenni, dan lain-lain yang didukung oleh bimbingan ibu Endang GT, bapak Bestari Utama, ibu Mami Sunarmi, dan dibina bapak Sunardi (wakil kepala sekolah), serta diapresiasi oleh bapak Mochammad Arifin (Ketua POMG) KIR terus melakukan aktivitasnya. Kegiatan Study Club
  • 3. 3 tetap terus dilakukan pada sore hari di tiap minggu. Untuk memotivasi anggota, diadakan Seminar Ilmiah dengan mendatangkan nara sumber dari LIPI dengan materi metodologi penelitian, terutama penelitian bidang IPS. Karena si pembicara berlatar belakang Sosiologi. Puncak aktvitas kepengurusan pertama ini adalah, diselenggarakannya Perkemahan Ilmiah Remaja di Cisarua pada 6 – 9 Juni 1983. Kegiatan ini sangat mengesankan dan sukses untuk ukuran sebuah organisasi yang baru berdiri. Dua hari ke depan pulang dari acara terjadi Gerhana Matahari Total. Keberhasilan acara yang dipimpin Mohammad Isnaeni Idris ini seolah menyambut peristiwa alam yang langka dan tidak berulang dengan masa yang pendek tersebut. Semoga KIR juga demikian usianya.[16/9/2012] b. Periode Juli 1983 – Juni 1984 Pada periode di atas penulis sudah merintis memiliki “dua pacar” yakni aktif di OSIS (Wakil Ketua Seksi Pendidikan & Aktivis ‘Pembantu Umum’ Seksi Kerohanian Islam) dan KIR (Sekretaris II), sehingga membagi alokasi waktu untuk belajar menjadi berkurang. Walaupun nilai tidak merosot drastis, tetap prestasi akademik di SMA tidak secemerlang di SMP dahulu. Sebuah konsekuensi karena sudah mulai “genit” berani memasuki 2 dunia baru, yakni cinta dan organisasi dengan segala problematikanya. Pendamping kadang menjadi motivasi sekaligus sebagai gangguan (godaan). Di sini diperlukan ketegasan sikap, untuk memilih skala prioritas. Bisa membedakan yang mendesak dan yang penting, karena opsi harus diambil dan wajib konsisten menjalaninya. Pengurus KIR masa bakti pertama ini (jika menurut periode: 1983-1984), sudah merasa lelah dan harus meletakan jabatannya karena sudah kelas III bersiap menghadapi ujian akhir sekolah. Kepengurusan ini hendak berganti dengan melalui pemilihan pengurus baru pada bulan November 1983. Uniknya dalam pencalonan penulis -- penulis ditunjuk bukan mencalonkan diri -- sebagai bakal calon pengurus, penulis sendiri tidak hadir karena sedang sakit (tidak masuk sekolah). Entah, kenapa peserta sidang dalam rapat itu tetap memilih dan menetapkan penulis sebagai ketua KIR yang baru. Penulis sendiri baru tahu, keputusan rapat itu dari Ketua II (kelak penulis ubah menjadi Wakil Ketua) esok harinya. Sejak itu dimulailah kepengurusan periode kedua (1984-1985) yang dipimpin oleh penulis. Gebrakan pertama penulis, adalah merubah struktur kepengurusan sesuai kebutuhan. Merevisi lambang atau logo KIR agar lebih representatif, dinamis, dan progresif. Program kerja yang lebih menitik beratkan pada penelitian dan diskusi atau seminar. Misal, pada 22 Januari 1984 mengadakan
  • 4. 4 Diskusi: “Pengaruh Penggunaan Bahan Pengawet pada Makanan” sebagai presentasi hasil penelitian bidang kimia dan biologi. Pada 28 Januari 1984 kepengurusan OSIS periode 1982-1983 baru siap mengadakan suksesi kepemimpinan, walaupun telat tetap dapat mempertanggungjawabkan kepengurusannya. Pada saat yang sama, penulis dengan beberapa pengurus KIR sedang menghadiri Diskusi Kebaharian di Kalangan Remaja di LIPI. Sepulangnya, langsung penulis pencalonkan diri dalam kepengurusan OSIS dimana yang tersisa hanya pemilihan sekretaris dan bendahara. Penulis dapat menduduki jabatan Sekretaris I yang kelak diubah oleh Ketua Umum menjadi Sekretaris Umum (Sekretaris Jenderal). Keputusan “berpoligami’ dalam aktivitas ini karena motif senang berorganisasi, mau merasakan tantangan yang lebih besar, belajar kepemimpinan, dan bisa berbuat sesuatu untuk orang lain serta keinginan memiliki nilai sejarah dalam setiap rentang kehidupan. Alhamdulillah, dalam perjalanannya “kedua kekasih” ini tetap rukun, tidak saling cemburu, pengertian, saling mendukung dan tetap setia serta ikhlas banget untuk “dimadu”, karena mereka tidak mau “diracun”. Aktivitas ke “luar negeri” pertama adalah mengikuti Konsolidasi Pelajar SMTA se DKI Jakarta di Graha Wisata Pramuka Cibubur, 10 – 12 Februari 1984. Pada bulan yang sama HUT pertama dan Syukuran KIR diadakan. Sebelumnya, penulis mengusulkan dan berunding dengan mantan ketua KIR sebelumnya untuk menjadikan tanggal 8 Februari 1983 sebagai hari jadi KIR SMA 32 Jakarta. Alhamdulillah, beliau setuju. Pada acara tersebut hadir selain anggota KIR kelas II dan kelas I, pengurus KIR, juga hadir pengurus KIR periode pertama, disamping juga Pembimbing, Wakil Kepala Sekolah, dan Pengurus POMG. Acara yang diadakan dengan sederhana itu diisi dengan sambutan dan komentar serta ditutup dengan do’a dan pemotongan tumpeng terasa penuh kekeluargaan dan bersuasana khidmat. Kepengurusan OSIS periode 1983 – 1984 dengan pimpinan Zainudin Hadi merasa bukan periodenya. Sang Ketua merasa berperiode 1984 – 1985, karena baru merasa bekerja sejak 28 Januari 1984. Namun, pihak sekolah (melalui Pembina OSIS) tetap menyatakan periode 1983 – 1984. Terlepas polemik itu, bagi penulis tetap bekerja sesuai amanah jabatan yang dipegang. Langkah perdana penulis, adalah membongkar arsip dan dokumen OSIS periode- periode sebelumnya dan menyusunnya kembali secara sistematis, agar mudah ditelaah dan dipelajari untuk dijadikan rujukan dan referensi dalam mengkonsep program kerja OSIS selama satu periode ke depan. Sungguh menderita mungkin menjadi aktivis saat itu kalau diratapi terus, karena tidak punya “tempat mangkal” (sekretariat). Arsip dan dokumen hanya
  • 5. 5 berada pada 1 lemari buku yang diletakan di perpustakaan dengan kondisi tidak terawat dan berantakan. Tempat sebagai posko bisa dimana saja. Hikmahnya, pengurus makin kreatif beraktivitas. Bisa di perpustakaan, musholla, aula, atau kantin, bahkan menjelang akhir kepengurusan periode ini kamar tidur penulis di rumah sempat menjadi sekretariat sementara. Dinding kamar bukan hanya penuh catatan program kerja, tetapi juga coretan yang berisi curahan hati dan perasaan yang terpendam. Nah, bisa dibayangkan kamar tidur dijadikan sarang organisasi, tempat kerja administrasi dan rapat, bahkan wadah berbagi rasa antar pengurus dalam menyusun strategi memperoleh cinta. Bahkan penulis dengan pengurus kelas III sempat mengadakan rapat KIR di rumah. Semua ini dalam rangka mengimplementasi “program pribadi” pengurus untuk sukses dalam: BCO (belajar, cinta & organisasi). Sebagai salah satu konseptornya, tentu saja penulis juga merangkap sebagai praktisi dan supervisornya, agar cita-cita dan cinta tetap dalam citra pelajar muslim yang baik. Ah…., sekedar idealisme remaja saat itu, karena bermimpi kan gratis ya? Dari arsip dan dokumen OSIS (1979-1982) dapat diketahui bahwa cikal bakal kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) sudah ada, tetapi belum diorganisasi dengan baik karena masih berada dalam seksi atau subseksi OSIS. Misalnya, sudah ada seksi Pramuka, PMR, Ilmu Pengetahuan, Rohis, dan Pencinta Alam serta Olah Raga. Selama kegiatan itu berada dalam naungan organisasi yang besar dan tanpa diberi otonomi dan otoritas pengelolaannya, maka akan terus tidak berkembang. Oleh karena itu, pada OSIS periode Zainudin Hadi inilah, kegiatan seperti Rohis, PMR, Olah Raga, dan Pencinta Alam diberi keleluasaan untuk berkembang dengan memberi kewenangan memiliki pengurus dan program kerja sendiri. Sedangkan untuk Pramuka sudah dengan sendirinya mengadakan kegiatannya yang khas, karena saat itu para aktivis sudah dapat memahami antara OSIS dan Pramuka memiliki AD/ART masing-masing, sehingga tidak ada hierarki dan garis komando. Lain halnya, dengan KIR dan Ekskul yang lain. KIR masih berada dalam seksi Pendidikan sebagai subseksi secara struktural. Akan tetapi, berstatus organisasi otonom yang memiliki otoritas mengelala kepengurusan dan program kerjanya secara internal dan mandiri. Demikian pula ekskul lainnya, yang berada pada seksi kerohanian, seksi kegiatan khusus, seksi pengabdian masyarakat, atau seksi olah raga. Berdasarkan konsep organisasi (formal) dan kegiatan ekskul serta didukung data dan fakta
  • 6. 6 yang ada, maka KIR SMA 32 merupakan pelopor kegiatan ekskul di SMA 32 Jakarta. Mengingat semua kegiatan ekskul yang lain termasuk Pramuka, baru menampakan kelahirannya (kembali) atau kebangkitannya sebagai sebuah organisasi sejak tahun1984. Tidak berlebihan kalau reformasi negara ini pada tahun 1998, maka REFORMASI EKSKUL di SMA 32 Jakarta terjadi di tahun 1984. [22/9/2012] c. Periode Juli 1984 – Juni 1985 Masa “reformasi ekskul” di tahun 1984 memberi angin kepada pengurus seksi atau subseksi OSIS mengelola organisasi. Bahkan, bukan saja pengurus, ada siswa, guru, dan karyawan yang membuat organisasi ekskul sendiri. Seperti tak bisa dihindari budaya latah masyarakat kita ketika melihat lebih “hijaunya rumput tetangga”, maka ikut menjadi pengekor atau bayang-bayang orang lain. Sebagian OTB (organisasi tanpa bentuk) itu dibiarkan saja, dan sebagian dipertanyakan legalitasnya berorganisasi. Dengan sikap bijak pengurus OSIS tersebut, maka para OTB hilang dari peredaran dalam waktu tidak seumur jagung. Para aktivis yang menjadi pelopor organisasi ekskul (resmi) di tahun 1984, dapat disebutkan antara lain: 1. Hany Akbar & Rochmat MT : Kerohanian Islam [Rohis] 2. Achmad Anhar & Hanapi : Palang Merah Remaja [PMR] 3. Untung Prihatin, Ali Imran, dkk. : Pelajar Pencinta Alam [Papela] “Agatra Sraya” 4. Aris Supriyanto & Sahrul Sidik : Pramuka Sedangkan olah raga, yang melakukan latihan rutin adalah bola basket dan bola voli. Penerimaan siswa/i baru sudah diantisipasi Pengurus OSIS dengan membuat persiapan yang matang. Membuat program MAKERSA (masa perkenalan dan bhakti sosial siswa), 16 – 18 Juli 1984. Merancang buku perkenalan yang sederhana (karena yang tercetak tidak diizinkan). Memang periode ini tidak ada uang iuran OSIS. Iuran OSIS dihentikan sejak peralihan kepengurusan 28 Januari 1984 lalu. Praktis dari saat itu sampai medio 1984 OSIS tidak memilik kas. Uang kas kosong, walaupun OSIS punya 3 bendahara. Pengurus memutar otak untuk menyambut siswa/i baru dengan membuat kegiatan. Mengajukan proposal berulang kali, dengan melalui birokrasi Pembina OSIS, Kepala Sekolah, dan Ketua POMG. Membuat struktur panitia perkenalan (pembina kelas, acara, keamanan), membuat program acara selama 3 hari, memetakan posisi panitia dengan distribusi yang merata, jadwal petugas kelas, dan pemberian tugas serta sanksi bagi yang tidak mematuhi peraturan. Sebuah proses
  • 7. 7 kerja yang melelahkan sekaligus mengembirakan. Rasa letih tergantikan dengan kesan. Mapras kali ini yang terakhir, karena di tahun berikutnya sudah tidak diadakan lagi dan digantikan dengan Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Mapras memberi masukan bagi organisasi baik OSIS maupun Ekskul. Dari sanksi berupa barang yang dibawa siswa/i baru inilah yang kemudian dijual untuk mengisi kas OSIS. Sementara masing-masing ekskul memiliki uang iuran sendiri-sendiri. Hal yang terpenting dengan acara tersebut, adalah terjalinnya keakraban antara senior dan yunior, walaupun tetap menjaga rasa hormat dan rasa sayang. Lewat kegiatan ini pula kesempatan bagi masing- masing ekskul mempromosikan kegiatannya untuk dapat merekrut anggota sebanyak mungkin. Juli sampai Desember adalah masa pasang naik kegiatan ekskul, karena anggota masih banyak (baru mengadakan rekrutmen) dan pengurus sedang antusiasnya mengelola organisasi. Sebagai pengurus OSIS, penulis baik sendiri atau bersama-sama dengan pengurus lainnya kadang mengunjungi kegiatan ekskul itu berlangsung. Tidak semua ekskul melakukan kegitan di hari minggu, ada yang melakukan di sore hari sepulang sekolah pagi (kelas III dan II) dan atau sepulang sekolah sore (kelas I), dan baru berakhir saat adzan maghrib berkumandang. Adakalanya juga kegiatan seperti masa orientasi atau pelantikan anggota dilakukan di luar sekolah, kalau masih sempat juga disambangi. Peran serta OSIS dalam Long March “Merdeka ataoe Mati” TRAMP, 25 – 26 Agustus 1984, adalah salah satu bentuk dukungan. Untuk KIR sendiri, pada 29 September 1984 sempat mendatangkan nara sumber dari LIPI pada acara Ceramah Ilmiah. Satu bulan satu pekan kemudian, tepatnya pada 3 – 4 November 1984 diadakan PIRSAMI (Perkemahan Ilmiah Remaja Sabtu Minggu) di Ciapus. Hal yang membanggakan pada kegiatan ini adalah, KIR SMA 32 Jakarta bekerja sama dengan Yayasan Indonesia Hijau (YIH) dan Kelompok Pencinta Alam Lawalata Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam rangkaian observasi bentangan alam serta jenis fauna dan flora dalam Lintas`Alam Hutan Ciapus.
  • 8. 8 Di akhir bulan ini pula, KIR SMA 32 dengan KIR SMA lain se Jakarta Selatan, mendeklarasikan Forum Komunikasi KIR Jakarta Selatan (FOKKIR JakSel) di Gelanggang Remaja Bulungan. Bagi OSIS sendiri klimaks programnya, adalah terselengarakannya Jambore IV OSIS Cinumpang, 10 – 14 Desember 1984. Pada kegiatan ini, acara dibuat umum dan khusus. Acara umum harus diikuti oleh semua peserta baik peserta perorangan atau peserta anggota ekskul. Sedangkan acara khusus diberikan masing-masing ekskul dengan kewenangannya membuat acara sendiri yang telah diprogramnya. Salah satu acara yang tak terlupakan adalah Pelatihan Singkat tentang Dasar Dasar Berorganisasi oleh pak Nizam, salah satu guru yang juga masih mahasiswa saat itu sekaligus aktivis di kampusnya. KIR sendiri melakukan observasi dan interview tentang “Untung Rugi Camping” dan “Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Sekitar” dengan responden peserta kemping dari rombongan lain dan kunjungan ke penduduk sekitar. Tahun 1985 beranjak, di awal tahun inilah terjadi pergantian pengurus KIR SMA 32 Jakarta. Penulis menyerahkan estafet kepemimipinan kepada ketua terpilih, Joko Priyono, untuk mendarmabaktikan kepengurusan di organisasi ilmiah remaja ini sepanjang tahun 1985 – 1986. Demikian pula, OSIS mengadakan suksesi kepemimpinan pada 26 Januari 1985 dan baru diselesaikan pada 28 Januari 1985. Akan tetapi, efek dan dampak psikologisnya terus bergulir sampai menjelang ujian akhir tahun. Karena tidak ada istilah nama tentang rapat besar atau forum tertinggi organisasi kesiswaan ini, maka Pengurus memberi nama Rapat Pertanggungjawaban tersebut sebagai Konferensi OSIS. Namun, ditolak Pembina OSIS. Momen-momen selama proses suksesi sangat tegang dengan “suhu politik” sangat tinggi. Tidak adanya sistem yang jelas untuk dijadikan rujukan serta terbelahnya antara kubu garis keras dengan kubu oportunis, mengakibatkan gagalnya pendidikan dan pembinaan berorganisasi. Proses pergantian kepemimpinan tersebut, penulis menilai terlalu lebar dan dalamnya campur tangan pihak yang bukan kapasitasnya. Jika menggunakan kata “skandal” terlalu kasar atau kurang pas dan berlebihan, maka suksesi OSIS di tahun 1985 itu lebih tepatnya diciderai dengan pembinaan untuk melakukan “kudeta tidak berdarah”. Apapun risiko yang akan ditanggung pengurus (penulis dan Ketua Umum OSIS) saat itu, termasuk
  • 9. 9 dikaitkan dengan masalah akademik sudah diantisipasi. Kami yakin berada pada posisi yang benar dan sedang berhadapan dengan sistem yang harus diperbaiki. Sebagai upaya penurunan tensi dan cooling down, pada HUT KIR yang kedua, 19 Februari 1985 penulis menyempatkan diri memenuhi undangan pengurus untuk hadir pada acara yang digelar malam hari di aula SMA 32 Jakarta itu. Lagi-lagi jiwa aktivis masih bergairah dan tetap menyala, menjelang EBTA & EBTANAS saja, penulis (kelas III IPA 3), Rochmat MT (kelas III IPA 1), dan Achmad Anhar (kelas III IPA 4) mempersiapkan sebuah Bunga Rampai Buku Kenangan Kelas masing-masing, karena pihak pimpinan sekolah saat itu belum terbersit membuat Buku Tahunan Alumni. Walaupun dengan cita rasa seadanya dan desain sederhana, kami berkompetisi mewujudkannya sebaik mungkin. Setelah terbentuk menjadi buku - yang berisi biodata siswa, catatan dan foto-foto aktivitas sepanjang tahun, serta uraian kesan dan pesan – kami saling berbagi & bertukaran karya masing-masing. Kembali kepada ikhtiar untuk sukses “BCO” di SMA, menjadikan CINTA dan ORGANISASI sebagai “pendamping” BELAJAR, adalah laksana pasangan hidup. Aku tak akan membiarkan dirimu lelah tertatih-tatih menggapai di belakangku. Sebaliknya, aku juga tak mengizinkan dirimu membuai mimpi, cita-cita, dan harapan kebahagiaan lewat kompetisi di depanku. Namun, selayaknya aku akan menempatkan dirimu di sisiku untuk bersama-sama menjalani kehidupan ini, karena kesempatan dan posisi itu tetap ada untukmu. Alhamdulillah, saat itu semua siswa kelas III lulus 100% (27 April 1985). Tiga pekan kemudian, dengan difasilitasi OSIS dan Pramuka, semua organisasi ekskul bersilaturahim pada 16 Mei 1985. Sebuah momen keakraban antar organisasi ekskul di lingkungan SMA 32. Sebelumnya, beberapa Pengurus KIR datang ke rumah penulis untuk mengucapkan selamat atas kelulusan dan diterimanya penulis di IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta) melalui jalur PMDK (penelusuran minat dan kemampuan) serta mengundang penulis untuk hadir pada acara silaturahim tersebut. Akhirnya, penulis menanggalkan seragam putih abu-abu dan melepas atribut sebagai siswa SMA 32 serta secara otomatis memasuki pensiun dari “aktivis organisasi kesiswaan” mulai 18 Mei 1985. Tak dapat penulis pungkiri, bahwa sebagian kepribadian penulis dibentuk saat menjadi aktivis.
  • 10. 10 Menjadi aktivis kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dapat menjadi bekal untuk menjadi aktivis kampus di dunia kemahasiswaan. Bahkan, dapat dilanjutkan terus pada berbagai organisasi, seperti profesi, LSM, sosial, politik (partai), ormas, seni-budaya, agama, praktisi, alumni, dan lain-lain. Mau dilanjutkan atau tidak, tergantung sang mantan aktivis itu sendiri. Tinggal waktu yang akan menjawabnya. Semoga catatan ringan ini menjadi awal bagi tulisan selanjutnya dari mantan aktivis yang lain. Setiap insan pasti memiliki kisah dan histori tersendiri. Jika itu terakumulasi akan berwujud menjadi karya histori yang saling melengkapi. Bukan tidak mungkin, sebuah buku teks tentang Organisasi Ektrakurikuler dapat tercipta suatu saat. Sukses buat Aktivis 32 ! Selamat beraktivitas. Kemarin, adalah kenangan. Sekarang, adalah kenyataan. Esok, adalah Harapan. [29/9/2012]