SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  58
1
Sistem listrik Industri
1. Review dasararangkaian(Analisis loop; superposisi;).
2. Sistemsatu fase;nilai maksimum; nilai efektif.
3. Rangkaiansatufase beban resistif, kapasitifdan induktif .
4. diagram fase ; daya aktif; daya reaktif.
5. transformer, autotrafo (satu fasa), sistemtiga fase (motor hubungan bintang).
6. Dasarelektromekanik,stator, rotor, motor, motor induksi; motor induksi satu
fase;hubungan bintang pada motor tiga fase,
7. pencahayaan;sumber cahaya dari konversi energilistrik
2
3
4
um Kirchoff dan Contoh Soal
Friday, September 12th 2014. | rumus fisika
RumusHitung.com – Sobat kali ini kita akan belajar tentang hukum kirchoff, baik hukum
hukum kirchoff I maupun yang kedua. Hukum Kirchoff ditemukan oleh fisikawan termuka
asal Jerman bernama Gustav Robert Kirchoff. Imuwan kelahiran tahun 1824 ini berhasil
menemukan konsep dalam teori rangkaian listrik yang kemudian disebut Hukum Kirchoff.
Hukum Kirchoff I
Hukum ini memberikan penjelasan tentang hubungan arus listrik yang masuk dan arus listrik
yang keluar pada suatu percabangan rangkaian. Hukum kirchoff I berbunyi
“Jumlah arus listrik yang masuk ke suatu titik
percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar
dari titik percabangan tersebut.”
Secara matematis hukum kirchoff I dirumuskan
ΣImasuk = ΣIkeluar
Coba sobat hitung perhatikan gambar di bawah ini. Ada sebuah percabangan arus listrik
dari gambar di atas terlihat arus yang masuk terdapat 2 sumber I1 dan I2 dan arus yang keluar ada tiga
masing-masing I3, I4, dan I5. Jadi persamaan hukum kirchoff I yang bisa kita tulis
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
5
Contoh Soal
Perhatikan gambar di atas, pada titik P dari sebuah rangkaian listrik ada 4 cabang, 2 cabang masuk
dan 2 cabang keluar. Jika diketahui besarnya I1 = 6 A, I2 = 3 A, dan I3 = 7 A, tentukan berapa besar
nilai dari I4?
Jawab
Diketahui
I1 = 6A
I2 = 3 A
I3 = 7 A
Ditanya I4 = …?
Hukum Kirchoff I
ΣImasuk = ΣIkeluar
I1 + I2 = I3 + I4
6 + 3 = 7 + I4
9 = 7 + I4
I4 = 9-7 = 2A
Hukum Kirchoff II
Jika hukum kirchoff pertama mengulas tentang arus listrik (pada percabangan) maka hukum kedua
mengulas tentang hubungan tegangan dalam sebuah rangkaian tertutup kemudian disebut dengan
“loop“. Hukum Kirchoff II berbunyi
“Di dalam suatu rangkaian tertutup (loop) jumlah
aljabar dari gaya gerak listrik dengan besarnya
penurunan tegangan adalah sama dengan nol”
Secara matematis hukum di atas ditulis
Σε + ΣI. R = 0
6
Jumlah rangkaian tetutup (loop) dalam satu rangkaian listrik bisa satu atau lebih. Dalam pemakaian
hukum kirchoff II pada rangkaian tertutup ada beberapa aturan yang perlu sobat perhatikan:
1. Pilih loop untuk masing-masing lintasan tertutup dengan arah tertentu bisa bebas tapi sobat
usahakan untuk searah dengan arus listrik yang mengalir.
2. Kuat arus bertangda positif (+) jika searah dengan arah loop yang ditentukan dan bertanda
negatif (-) jika berlawanan dengan arah loop yang sudah sobat tentukan di angka 1.
3. Apabila saat mengikuti arah loop, kutub positif (+) sumber tegangan dijumpai lebih dahulu
dari pada kutub negatifnya (-) maka GGL (ε) bertanda positif. Sebaiknya, apabila kutub
negatif dijumpai lebih dahulu dari kutub posifit maka nilai GGL (ε) negatif. Kutub positif
disimbolkan dengan garis panjang dan kutub negatif garis pendek
a. Rangkaian Dengan Satu Loop
dalam rangkaian dengan satu loop, kuat arus yang mengalir adalah sama yaitu sebesar I. Jika
rangkaian di atas sobat buat loop a-b-c-d maka sesuai hukum kirchoff II berlaku persamaan
Σε + ΣI. R = 0
(ε1 – ε2) + I (R4 + r2 + R3 + r1) = 0
Contoh soal
Coba sobat perhatikan gambar di
samping. Kemudian tentukan:
1. Kuat arus yang mengalir melalui
rangkaian
2. Tegangan antara ab
Jawab:
Misal kita ambil arah loop seperti gambar di bawah ini
7
a. Misalkan arah kuat arus kita anggap dulu berlawanan dengan arah loop
Σε + ΣI. R = 0
ε3 – ε2 + ε1 – I (R1 + R2 + R3) = 0
4 – 2 + 4 – I (15 + 5 + 10) = 0
6 – 30I = 0
30I = 6
I = 6/30 = 1/5 = 0,2 A
b. Tegangan antar a dan b (Vab)
Jika melalui jaluar adcb (panjang)
Vab = ε3 – ε2 – I (R3 + R2) (I negatif karena berlawanan dengan arah I total)
Vab = 4-2 – 0,2 (10 + 5)
Vab = 2 – 0,2 (15)
Vab = 2 – 3 = -1 V
Jika melalui jalur ab (pendek)
Vab = -ε1 + I R1 ( I positif karena searah dengan I total)
Vab = – 4 + 0,2 (15)
Vab = -4 + 3 = -1 V
Jadi tegangan antara titi a dan b (Vab) = -1 V
2. Rangkaian dengan Dua Loop atau Lebih
Pada rangkaian dengan dua loop atau lebih secara prinsip dapat depecahkan seperti pada rangkaian
satu loop, hanya perlu sobat perhatikan kuat arus pada setiap percabangannya. Berikut langkah-
langkah yang bisa ditempuh:
1. Tentukan kuat arus (simbol dan arahnya) pada setiap percabangan yang dianggap perlu
2. Sederhanakanlah susunan seri-pararel resisteor jika memungkinkan.
3. Tentaukan arah masing-masing loop
4. Tulislah persamaan setiap loop dengan menggunakan hukum II Kirchoff.
5. Tulislah persamaan arus untuk tiap titik percabangan dengan menggunakan hukum Kirchoff.
Perhatikan gambar di bawah ini
8
Tantukan Arah dan Simbol Kuat Arus
pada b-a-d-e → I
pada e-f-c-b → I2
pada eb → I1
Kita lihat dititik b atau c (silahkan dipilh)
dengah hukum kirchoff I
I = I1 + I2
Kita lihat masing-masing loop
dengan hukum kirchoff II
Loop I
-ε1 + I(r1+R1) + I1(R2) = 0 (ada dua arus pada loop I)
Loop II
ε2 – I1.R2 + I2 (R3 + r2) = 0 (ada dua arus pada loop 2, I1 berlawanan dengan arah loop)
Heheheh supaya tidak bingung langsung saja kita coba kerjakan contoh soal di bawah ini
Contoh Soal
Perhatikan Gambar di atas, Diketahui
9
ε1 = 16 V
ε2 = 8 V
ε3 = 10 V
R1 = 12 ohm
R2 = 6 ohm
R3 = 6 ohm
Jika hambatan dalam sumber tegangan diabaikan, berapa kuat arus yang melalui R2?
Kita buah arah loop dan arus seperti tampak gambar di bawah ini
Loop I:
-ε1 – ε2 + I1.R2 + I.R1 = 0
-16 – 8 + I1.6 + I. 12 = 0
-24 + 6I1 + 12 I = 0
6I1 + 12I = 24
I1 + 2I = 4 …… (ketemupersamaanI)
Loop II
ε2 + ε3 -I1.R2 + I2.R3 = 0
8 + 10 – I1.6 + I2.6 = 0
18 – 6I1+ 6I2 = 0
-6I1+ 6I2 = – 18
-6(I1- I2) = 18
I1- I2 = 3
I1 = 3 +I2…..(ketemupersamaanII)
Kita kombinasikan persamaan I dan II
I1 + 2I = 4
I1 + 2(I1 +I2) = 4
3I1 + 2I2 = 4 –> kita masukkan persamaan II
3(3 +I2) + 2I2 = 4
9 + 3I2 + 2I2 = 4
5I2 = -5
I2 = -1 A
I1 = 3 + I2 = 3 + (-1) = 2 A
10
Jadi dengan menggunakan hukum kirchoff I dan hukum kirchoff II kita bisa menemukan kuat arus
yang melalui R2 adalah 2 Ampere.
Diatas adalah dari : http://rumushitung.com/2014/09/12/hukum-
kirchoff-dan-contoh-soal/
Kerjakan soal bila Loop di ubah arahnya menjadi searah jarum jam,
perhatikan tanda panah warna hitam (nilai r dan voltagenya tetap
sama)
Kerjakan bila hanya Koo kedua saja yang berwarna hitam
11
2. Sistem satu fase; nilai maksimum; nilai efektif
Nilai efektif adalah nilai yang ditunjukkan oleh voltmeter/amperemeter. Sedangkan Nilai
maksimum adakah nilai yang ditunjukkan oleh osiloskop. hubungan ketiga jenis nilai tersebut
sebagai berikut :
Keterangan :
Vm = tegangan maksimal (V)
Vef = tegangan efektif (V)
Im = arus maksimal (A)
Ief = arus efektif (A)
Vr = tegangan rata-rata (V)
Ir = arus rata-rata (A)
12
3. Rangkaian satu fase beban resistif, kapasitif dan induktif
a. Rangkaian Resesif Murni (R)
Pada rangkaian resesif murni arus dan tegangan sefase, artinya dalam waktu yang sama besar sudut
fasenya sama.
13
Persamaan tegangan dan arus sesaatnya adalah :
dan hubungan antara Vm dan Im :
Keterangan :
V = tegangan sesaat/pada waktu tertentu (V)
I = arus sesaat (A)
R = hambatan (ohm)
14
a. Grafik Rangkaian Resesif
15
yang termasuk rangkaian resesif adalah rangkaian resesif murni (R) dan rangkaian RLC saat nilai
XL=XC (saat terjadi resonansi).
c. Rangkaian Kapasitif Murni (C)
Pada rangkaian Kapasitif murni arus mendahului 900 dari tegangan atau tegangan terlambat 900 dari
arusnya.
jika persamaan arus sesaat :
maka persamaan tegangan sesaatnya :
atau
Jika persamaan tegangan sesaatnya :
16
maka persamaan arus sesaat :
dan hubungan antara Vm dan Im :
Keterangan :
XL = reaktansi kapasitif (ohm)
C = kapasitas kapasitor (C)
17
c. Grafik rangkaian Kapasitif
terjadi dalam rankaian LC atau RLC saat XL<XC. Tegangan (V) terlambat terhadap arus (I) maka
grafik V bergeser ke kanan :
18
atau dengan kata lain arus (I) mendahului tegangan (V) maka grafik I bergeser ke kiri :
b. Rangkaian Induktif Murni (L)
Pada rangkaian Induktif murni arus terlambat 900 dari tegangan atau tegangan mendahului 900 dari
arusnya.
19
jika persamaan arus sesaat :
maka persamaan tegangan sesaatnya :
atau
Jika persamaan tegangan sesaatnya :
maka persamaan arus sesaat :
dan hubungan antara Vm dan Im :
20
Keterangan :
21
b. Grafik rangkaian Induktif
terjadi dalam rankaian LC atau RLC saat XL>XC. Tegangan (V) mendahului arus (I) maka grafik V
bergeser ke kiri :
atau dengan kata lain arus (I) terlambat terhadap tegangan (V) maka grafik I bergeser ke kanan :
4. diagram fase ; daya aktif; daya reaktif.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
5. Transformer, autotrafo (satu fasa), sistem tiga fase (motor hubungan
bintang)
Hubungan bintang dan delta pada motor induksi tiga fasa.
Pada nameplate sebuah motr sudah diinformasikan, bagaimana hubungan dan tegangan yang
harus dipasang. Motor tiga fase memiliki enam terminal. Bagaimana kondisi liitan dalam motr
tersebut dapat digambarkan sbb.:
Karena itu untuk mendapatkan hubungan bintang pada motor induksi, terminal X, Y dan Z
disatukan menjadi netralnya dan terminal UVW dihubungkan kawat fasa dari sumber listriknya.
Utuk membentuk hubungan delta, maka titik U dihubungkan dengan titik X; titik V
dihubungkan dengan titik Y dan titik W dihubungkan dengan titik Z.
Pada gambar di bawah adalah hubungan generatornya nampak bahwa UVW megneluarkan
tengahn listrik 3 fasa pada hbubungan bintang
31
Untuk memahami listrik 3-phase, ternyata kita harus kembali ke teori pembangkitan listrik 1-phase
dimana lilitan kumparan diputar memotong medan magnet.
Tetapi karena generator di dunia ini menggunakan putaran untuk memotong medan magnet maka
gelombang sinusoidal akan menjadi dasar evaluasi langkah berikutnya.
Single Phase Electrical Wave Form:
Electricity yang dibangkitkan membentuk gelombang sinusoidal. Kadang voltage penuh dan kadang
nol. Seperti listrik di rumah kita yang tegangannya berkedip dengan frekuensi 50 Hz. 50 kali
membentuk gelombang sempurna dalam satu detik sehingga sangat cepat dan tidak terdeteksi oleh
mata. Untuk menghasilkan electricity yang lebih stabil (tak pernah 0) dengan voltage yang lebih tinggi
maka dibuat listrik 3-phase.
3-Phase Electrical Wave Form:
Listrik 3-phase merupakan gabungan dari 3 gelombang listrik satu phase dengan jarak antar phase 120
degree. Sehingga resultan voltage listriknya setiap titik tidak pernah menyentuh 0. Perhatikan garis
MERAH, sebelum gelombang listrik garis merah mencapai nol maka gelombang HITAM sudah naik
voltage-nyaRangkaian Star : L1,L2,L3 + Netral + Ground
32
Listrik 3-phase adalah listrik AC (alternating current) yang menggunakan 3 penghantar yang
mempunyai tegangan sama tetapi berbeda dalam sudut phase sebesar 120 degree. Ada 2 macam
hubungan dalam koneksi 3 penghantar tadi : hubungan bintang (“Y” atau star) dan hubungan delta.
Sesuai bentuknya, yang satu seperti huruf “Y” dan satu lagi seperti simbol “delta”. Tetapi untuk
bahasan ini kita akan lebih banyak membicarakan mengenai hubungan bintang saja.
Sistem 3-Phase Hubungan Bintang dengan tegangan 380/220V
Gambar disamping adalah contoh sistem 3-phase yang dihubung bintang. Titik pertemuan dari
masing-masing phase disebut dengan titik netral. Titik netral ini merupakan common dan tidak
bertegangan.
Ada 2 macam tegangan listrik yang dikenal dalam sistem 3-phase ini : Tegangan antar phase (Vpp :
voltage phase to phase atau ada juga yang menggunakan istilah Voltage line to line) dan tegangan
phase ke netral (Vpn : Voltage phase to netral atau Voltage line to netral).
Pada istilah umum di Indonesia, sistem 3-phase ini lebih familiar dengan nama sistem R-S-T. karena
memang umumnya menggunakan simbol “R”, “S” , “T” untuk tiap penghantar phasenya serta simbol
“N” untuk penghantar netral.
Kita langsung saja pada sistem yang dipakai PLN. Seperti pada gambar tersebut, di dalam sistem JTR
yang langsung ke perumahan, PLN menggunakan tegangan antar phase 380V dan tegangan phase ke
netral sebesar 220V. Rumusnya seperti ini :
Vpn = Vpp/√3 –> 220V = 380/√3
Instalasi listrik rumah akan disambungkan dengan salah satu kabel phase dan netral, maka pelanggan
menerima tegangan listrik 220V. Perhatikan pada gambar dibawah ini :
33
Sistem Listrik 3-Phase PLN 380/220V pada Jaringan Distribusi Perumahan
R = di kabel PLN tanda garis 1/merah
S = di kabel PLN tanda garis 2/kuning
T = di kabel PLN tanda garis 3/biru
Menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) th 2000 atau yang dahulunya disebut dengan
Peraturan Umum Instalasi Listrik,
disitu disebutkan bahwa kode warna kabel untuk instalasi listrik tegangan rendah 3 fasa adalah
sebagai berikut :
R = Merah
S = Kuning
T = Hitam
0 = Biru (warna biru hanya diperbolehkan untuk nol / netral )
GND = Warna majemuk (biasanya dipasaran ditemui dengan warna kuning strip hijau).
nur rochman:
--- Quote from: Ki Demang on January 15, 2013, 08:20:18 pm ---
--- Quote from: nur rochman on January 15, 2013, 07:47:11 pm ---
--- Quote from: Phoenix on December 11, 2012, 07:27:47 am ---adakah teman2 yang tau cara
untuk
mengetahui urutan
R S T pada listrik 3
fasa.. Apakah bisa di ukur pakai multi meter
--- End quote ---
R = di kabel pln tanda garis 1/merah
S = di kabel pln tanda garis 2/kuning
T = di kabel pln tanda garis 3/biru
--- End quote ---
Maaf, bukan menggurui petugas PLN, tetapi dari yang saya ketahui / baca :
Menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) th 2000 atau yang dahulunya disebut dengan
34
Peraturan Umum Instalasi Listrik,
disitu disebutkan bahwa kode warna kabel untuk instalasi listrik tegangan rendah 3 fasa adalah
sebagai berikut :
R = Merah
S = Kuning
T = Hitam
0 = Biru (warna biru hanya diperbolehkan untuk nol / netral )
GND = Warna majemuk (biasanya dipasaran ditemui dengan warna kuning strip hijau).
35
36
Sistem instalasi dan Pencahayaan.
Pencahaayan
Satuan=satuan ruang
Bila pangjang busur sebesar r, maka sudut yang dibentuk oleh busur tesebut disebut 1 radian
1 radian = 360/2π = 57,3 o
Bila sebuah titik dilingkupi oleh sebuah bola pada jarak r, maka luas permuakan bola sebesar r2
disebut satuan luas sebesar 1 steradian. Karenaluas permuakana bola aalah sebesar L = 4 π r2 Krena
itu luas steradian dalam sebuah bola sebanyak 4 π = 12,57 buah
Gabmar bidang satu steradian
37
Pengertian satuan cahaya dn penerangan
Jumlah energi radiasiyang dipancarkan sebagai cahaya ke suatujurusan ternteutu disebut
intensitas cahaya, dinyatakandalam satuan candela (cd); kandela (beraal dari kata “candle” (lilin).
Penentuan besarnya intentistas cahaya satu lilin didasarkan atas cahaya platina cair pada temperatu
2046 oK, yagn seluruh cahayanya dilewatkanlubang sempit. Cahaya ini distandartkna menjadi sebesar
60 lilin.
Gambar alat yang memproduksi cahaya 60 lilin.
Ingat : satuan lilin berkaitan dengan Sumber cahaya bukan bidang yang dikenai cahaya.
38
Bila intentisars sumber cahaya sebesar 1 lilin (1 kandela) mengenai bidang satu satuan sudut
ruang ( 1 steradian) maka pada bidang itu jatuh fluks (garis-garis medan) cahaya sebesar 1 lumen.
Terdapat bebrapa istilah yang perlu dijelaskan.
Aliran cahaya adalah energi cahaya yang tiap detik dipancarkan pada sutau jurusan
terntutn. satuan aliran cahaya adlaah Joule/detik atau kalopri/detik, tetapi
karena msih harus disesuaikan dengan jurusan tertntu, maka didfinisikan
sebuah istilah baru yang disebut kuat cahaya
kuat cahaya, disenbut juga intentistas cahaya, ialah aliran cahaya yang dihitung dalam
satu satuan sudut ruang.
Ingat : satuan lumen adalah berkaitan dengan bidang yang dikenai cahaya.
Andai terdapat sebuah titik cahaya yang mengeluarkan cahaya, seheingga pada bidang bol;a
seluas 1 m2 pada wilayah sejauh 1 mdari titik cahaya (ini berarti 1 steradian) jumlah fluks cahayanya
sebesar e lumen, maka titik sumbercahaya tersebut memproduksi cahaya dengan kuat cahaya sebesar
e lilin.
Perhitungan diatas menunjukkan bahwa nilai “lilin” bukan menunjukkan suatu nilai total kuat
cahaya, tetapi kuat cahaya yang diperhitungkan pada suatu besran sudut ruang. Sehingga perlu
diingat bahwa bila r semakin besar, maka bidang steradianakan semakin besar, karena jumlah
fluksnya tetap sebesar e lumen maka kerapatan fluksnya semakin jarang, akibatnya kuat
penerangannya (bukan kuat cahaya-nya) juga semakin lemah.
Karena satuan lumen dikeitkan dngan letak sumber cahaya dalam satuan steradian, maka
diperlukan satuan yang lebih opersional, lalu didefiniskan kuat peenrangan, atau intensitas
penerangan,yakni fluks (semacam garis-garis medan) cahaya yang jatuh pda bidang seluas 1 m2.
Saatuan kuat penerangan adalah “lux”. Jadi :
1 lux = 1 lumen /m2
Karena jarak sagat tertantung r dan luas bidng ditentukan dengan r2 maka kuat penerangan atau
intentistas penerangan berkurang dengan kuadrat jarak antara sumber dengan bidang.
Cahaya putih (matahari misalnya) terdiri dari spektrum yang bereilayah ultara ungu, cahaya
tampak dan infra merah. Disribusi antara enerti dengan panjang elombang cahaya daaat dilihat pada
gambar sbb.
39
Selain memiliki warna tertentu,s etia[ panjang gelombang memberi kesan intentsitas tertentu.
Mata manusoia paling peka pada panjang gelombang 555 mμ, cahaya berwarna kunign-hijau.
Berdasarkan pada panjang gelombang tersebut, ditentukan standar bahwa 1 watt cahaya = suatu
sumber cahaya memancarkan energi 1 watt dengan panjang gelombang 555 mμ. Bila diukur adalah
sebesar 680 lumen
Ttapi perlu diketahui, bahwa lampu 100 watt hanya memancarkan kira-kira 8 watt saja sebagai
cahaya tampak. Sisanyahilang sebagai panas. Dari sejumlah 8 Watt ini setelah dikalikan dengan faktor
kepekaan mata, hanya bersisa 2,25 watt cahaya. Jadi, fluks cahayalampu 100 wat tersebut sama
dengan 2,25 x 680 lumen = 1630 lumen. Dari angka-angka ini dapat diketahui bahwa lampu
memproduksi fluks 1630 lumen/100 watt. (16,3 lm/watt)
Di bawahini bebrapa data :
Sebagai bahan perbandingan dapat dilihat efisiensi kuat cahaya yang dihasilkan lampu pijar
Untuk filamen karbon 3 lumen/watt
tungseten vacum 10 lummen/watt (pembahasan lalu diperoleh 16,3 lm/watt)
gas 20 lumen/watt
halogen 22-30 lumen/watt
Untuk lampu flourescent dengan warna
white 44 lumen/watt
daylight 49 lumen/watt
generasi terbaru 80 lumen/watt
(Sumber : Lutfi dan parwoto, 1979. Disain Rumah Hemat enrgi. Mkalah Lokakarya Konservasi
Energi. Departemen Pertambangan dan Energi Dirjen Ketenagaan. Jakarta.)
Disamping satuan-satuan tesebut terdapat satuan luminasi, yakni ukuran terang suatu benda atau
sumber cahaya. Didefinisikan sebagai intensitas cahaya dibagi dengan luas semu ermukaan satuannya
misal lilin/m2. Yang disebut luas semua adalah luas haril proyksi pada bidang rata yang tegak lurus
pada arah pandang. luminasi tidak hanya diperuntukkan untuk sumber cahaya. Sebuah buku yang
dikenai cahaya dan kemudian memantulkannya, dia juga dadpat diketahui berapaluminasinya.
Perlu diperhatikan, satuan lilin biasanya lebih sering digunakn untuk sumber cahaya. Bidang
yagn dikenai cahaya menggunakan satuan fluks atau lumen.
Beberapa contohpraktis penggunaan sehari-jhari dalam konteks pencahayaan
40
Keterngan pada daftar diatas,
A. lampu pijar sepeda jarak 1 m. pada luas bidang bola 1 m2 terdapat fluks 10 lux, kuat cahaya sumber 10 lilin
B. lebh terang lampu pijar 150 watt yang memiliki kuat cahaya 2100 lilin
C. ruangan kantor 800 lux adalah bidang pada meja kantor seluas 1 m2 dikenai fluks cahaya sebesar800 lumen,
berarti pada jarak 1 m dari bedang meja (seandainaya meja dianggap bidang bola), maka ada sumber cahaya
sebesar800 lilin.
D. dop (lampu) pijar sepeda yang berreflektor memiliki kuat cahaya 250 lilin, identik dengan keterangan A
E. Sebuah meja berwarna putih seluas 1 m2 yang dikenai cahaya 250 lumen akan bersikap sebagaisumber cahaya
dengan luminiasi 0.05 lilin/cm2, berbeda dengan meja coklat yang akan bersikap sebagai sumber dnegan
kuat cahaya 0.01 lilin/cm2
Dibawahini terdapat tabel tentang intensitas penerangan yang dibutuhkan.
41
Beberapa tinjauan ulang :
* Berdasarkan bidang yang dikenai cahaya :
Satuan kuat pnerangan bidang : lux, disingkat lx. Yakni besarnya kuat cahaya pada suatu bidang 1
m2 yang dikenai aliran cahaya sebesar 1 lm.
Maka : p lx= p lm/m2.
Satuan tersebut berkaitan dengan aliran cahaya. (cahaya yang jatuh pada bidang sebesar A
lm, pada bidang seluas B m2, maka kuat penerangan bidang itu E = A/B lm/m2 = A/B lx).
Bila kuat penerangan dihubungkan dengan kuat cahaya, maka p lx adalah kuat penerangan yang
berasal dari sumber dengan kuat cahaya p lilin berjarak 1 meter yang menyinari pada
bidang tegak lurus seluas 1 m2. karena itu satuan Lux (lx) juga disebut lilin-meter,
* Berdasarkan kondisi cumber cahaya :
Ada sumber yang memberikan kuat penerangan yang sama tetapi bila dilihat pada sumbercahaya
(misallampu oija r dan nyala gas) nampak bahwa lampu pijar lebih terang, ini disebabkan
42
permukaan pancar sumber lampu pijar lebih kecil. Dari sini ditentukan : terang permukaan
sumber cahaya (luminasi).
Kuat penerangan bidang dapat ditentukan dengan sebuahalat yang disebut luxmeter. Terdapat bebrapa
data yang amenunjukkan kebutuhan kuat penerangan bidang dalam satuan Ft-c (satuan british). Lihat
: keternagan diatas tetang lux yang disebut lilin-meter; bandingkan dengan ft-c.
Dibawah ini terdapat data (sumber Gerrits dan Soemani)
Gang-gang : 10-20 lux (lilin meter)
Rumah : 25-50 lux
Ruang (sekolah) : 40-50 lux
Meja tulis : 50–80 lux
Rang gambar : 75-100 lux
Untuk menghitung berapa arus cayahaya yang diperlukan, terdapat rumus pendekatan. (Bila ingin
lebih teliti rumus ini harus dimodifikasi dengan jumlah titik lampu, jarak titik lampu, jarak lampu
dengan bidang akerja, warna dinding, lantai dan langit-langit, dsb. Kuat penerangan kamar dekat
cendela pada siang hari bisa berada diatas 1000 lux, sumber : Geriits-soemani )
C = F x E / n
dimana : C = jumlah arus cahaya yang diperlukan oleh ruang tersebut (dalam satuan lumen)
F = luas bidang yang diterangi, didekati denganluas lantai ( dalam satuan m2)
E = Kuat penerangan (lumen per m2 atau lux yang diminta di ruangana tersebut. Umumnya
kuat penerangan ini adalah bidang kerja yang tingginya 0,85 m sampai 1 m dari lantai
n = rendeman sistem penerangan, nilai ini dapat diambilberkisar 0,3- 0,5
Contoh : sebuah ruangan kelas, luasnya 6 x 8 m., dibutuhkan kuat apenerangan sebesar 40 lux, berapa
jumalh lampu gas (neon, tl) yang dipakai, bila setiap lampu berkekuatan 20 watt.
C = (48 x 40) / 0,4 = 4800 lumen ;
untuk lampu gas, kuat cahaya yang dipancarkan : 20 lumen/watt (hand out halaman 51)
, sehingga dibutuhkan lampu gas sebesar G = 4800/20 = 240 watt.
Macam sumber cahaya
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Perhitungan rekening listrik (sebagai contoh)
4.1 Tanya Jawab
4.1.1 Bagaimanakah caramenghitung rekening listrik?Jelaskan!
Jawab :
Rekening listrik, seperti diketahui, merupakan biaya yang wajib dibayar pelanggan setiap
53
bulan.Ada beberapa komponendalam menghitung rekening listrik:
1. Biaya Beban:
Adalah biaya yang besarnya tetap, dihitung berdasarkan daya kontrak (lihat Tabel3.2,
hal.12).KhususnyauntukgolongantarifH-3,I-4untuktanurbusurdanI-5BiayaBeban dihitung
berdasarkanpembacaankVAMax.
2. Biaya Pemakaian (kWH):
Adalah biaya pemakaian energi, dihitung berdasarkan jumlah pemakaian energi yang
diukurdalamkWh(lihatjugaTabel3.2,hal.12).Untukgolongantariftertentu,pemakaian
energiinidipilihmenjadi duabagianyaitu:
1. PemakaianWBPdan pemakaianLWBP(lihatjugaTabel3.2,hal.12)
2. UntukgolongantarifR-2BiayaPemakaiandihitungberdasarkansistemblok(lihat
hal10).
3. Biaya Kelebihan kVARh:
Adalahbiayayangdikenakanuntukpelanggan-pelangganGolonganTarifS-4,SS-4,U-3,
H-2,H-3,I-3,I-4,I-5danG-2,jikafaktordayarata-ratabulananpelanggankurangdari
0,85 induktif. BesarnyaBiayaKelebihankVARh ini jugadapatdilihat padaTabel3.2
4. Biaya PemakaianTrafo/SewaTrafo:
Adalah biaya yang dikenakan untuk pelanggan tertentu, yang tidak dapat menyediakan
trafosendiri.
5. Pajak Penerangan Jalan (PPJ):
Adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah (Pemda) berdasarkan Peraturan
Daerah(Perda).BesarnyapajakjugaditentukanolehPerda.Komponeninidisetorkanke
KasPemda,dan masuk sebagai PendapatanAsli Daerah (PAD).
6. Biaya Materai:
Besarnyasesuai denganperaturanyang berlaku.
54
Tabel 3.2TarifDasarListrik1994
No.
Golon
gan
Tarif
Penjelasan
Golongan
Tarif
Sambung
an
TR/TM/T
T
Bata
Daya
Biaya
Beban
(Rp/kVA
)
Biaya
Pemakai
an
(Rp/kW
H)
Kelebihan
Pem.
kVARH
(Rp/kVAR
H) *5)
BP
(RP/VA
)
UJL
(RP/VA)
1. S - 1
Pemakai
Sangat Kecil
TR
s/d 200
VA
*) - - *6) *9)
2. S - 2
Badan Sosial
Kecil
TR
250VA
s/d 2.200
Va
3.360,00 56,00 - 150,00 31,00
3. S - 3
Badan Sosial
Sedang
TR
2.201VA
s/d
200kVA
4.640,00 76,00 - 200,00 43,00
4. S - $
Badan Sosial
Besar
TM
201 kVA
keatas
5.020,00
WBP=15
8,50
LWBP=
117,50
124,50 125,005 47,00
5. SS - 4
Badan Sosial
Besar,
Dikelola
Swasta,
Untuk
Komersial
TM
201 kVA
keatas
6.060,00
WBP=19
4,50
LWBP=1
44,00
149,00 125,00 58,00
6. R - 1
Rumah
Tangga
Kecil
TR
250VA
s/d
500VA
3.980,00 *2) - 150,00 45,00
7. R - 2
Rumah
Tangga
Sedang
TR
501VA
s/d
2.200VA
4.020,00 *3) - 150,00 56,00
8. R - 3
Rumah
Tangga
Menengah
TR
2.201VA
s/d 6.600
VA
8.080,00 227,00 - 200,00 78,00
9. R - 4
Rumah
Tangga
Besar
TR
6601VA
keatas
8.760,00 309,00 - 200,00 105,00
10. U- 1 UsahaKecil TR
250VA
s/d 2.200
VA
6.260,00 179,50 - 150,00 66,00
11. U- 2
Usaha
Sedang
TR
2.201VA
s/d 200
kVA
7.320,00 239,50 - 200,00 77,00
12. U- 3 UsahaBesar TM
201 kVA
keatas
5.180,00
WBP=24
0,50
LWBP=
178,00
187,00 125,00 59,00
13. U- 4
Sambungan
Sementara
TR - - 622,00 - - -
55
No
Gol
Tarif
Batas
Daya
Harga
Langganan
Rp.Per
Bulan
1 S-1*)
60
75
100
125
150
175
200
2.150,00
2.750,00
3.550,00
4.500,00
5.300,00
6.100,00
6.750,00
14. H- 1
Perhotelan
Kecil
TR
250VA
s/d 99
kVA
4.600,00 118,00 - *7) 46,00
15. H- 2
Perhotelan
Sedang
TR
100 kVA
s/d 200
kVA
6.220,00 171,00 171,00 200,00 62,00
16. H- 3
Perhotelan
Besar
TM
201 kVA
keatas
5.400,00
WBP=21
2,00
LWBP=
157,00
164,00 125,005 48,00
17. I - 1
Industri
Rumah
Tangga
TR
450VA
s/d 2.200
VA
4.080,00 80,50 - 150,00 21,00
18. I - 2
Industri
Kecil
TR
2.201VA
s/d 13,9
kVA
4.760,00 93,50 - 200,00 25,00
19. I - 3
Industri
Sedang
TR
14 kVA
s/d 200
kVA
5.760,00
WBP=16
9,50
LWBP
=125,50
132,00 200,00 43,00
20. I - 4
Industri
Menengah
TM
201 kVA
keatas
5.060,00 *4) 122,50 125,00 41,00
21. I - 5
Industri
Besar
TT
30.000
kVAke
atas
4.780,00 109,50 114,00 100,00 39,00
22. G- 1
Gedung
Kantor
Pemerintah
TR
250VA
s/d 200
kVA
8.500,00 188,50 - *7) 70,00
23. G- 2
Gedung
Kantor
Pemerintah
Besar
TM
201 kVA
keatas
4.560,00
WBP=17
6,50
LWBP=
130,50
134,00 125,00 41,00
24. J
Peneranga
Jalan Umum
TR - - 165,00 - *8) *9)
KETERANGAN:
*2) s/d 60 jam nyala per bulan = Rp. 81,00/kWh
>60 jam nyala per bulan = Rp. 109,50/kWh
*3) s/d 60 jam nyala per bulan = Rp. 96,50/kWh
>60 jam nyala per bulan = Rp. 147,00/kWh
*4) Untuk pemakaian < 350 jam nyala per bulan :
- Pada WBP = Rp. 142,00/kWh
- Pada LWBP = Rp. 117,50/kWh
Untuk pemakaian > 350 jam nyala per bulan :
WBP = LWBP = Rp.. 117,50/kWh
*5) Dengan faktor daya kurang dari 0,85 (rata-rata per bulan )
WBP:WaktuBeban Puncak(Pukul22.00-18.00WIB)
LWBP: LuarWaktuBeban Puncak(Pukul18.00 -22.00) BP:
BiayaPenyambungan
UJL: Uang Jaminan Langganan
TR :Tegangan Rendah (220V/380V)
56
TM:TeganganMenengah (20kV)
TT:TeganganTinggi(150 kV)
4.1.2 Sebutkangolongan pelangganmenurut PT.PLN(PERSERO)?
Jawab :
BerdasarkanGolonganTarifTenaga Listrik itu,makakita mengenalada 24 golongan
pelanggan PT.PLN(PERSER). Secara lengkap, 24 golonganpelangganPT. PLN
(PERSERO) itudapatdilihat padaTabel 3.1 dibawah ini.
NO
GOLONGAN
TARIF
PENJELASAN
SISTEM
TEGANGAN
BATAS DAYA
1. S - 1 PEMAKAI SANGATKECIL TR S/D200VA
2. S - 2 BADANSOSIALKECIL TR 250VAS/D2200VA
3. S - 3 BADANSOSIALSEDANG TR 201 kVAKEATAS
4. S - 4 BADANSOSIALBESAR TM 201 kVAKEATAS
5. SS - 4
BADANSOSIALBESAR
DIKELOLASWASTAUNTUK
KOMERSIAL
TM 201 kVAKEATAS
6. R - 1 RUMAHTANGGAKECIL TR 250VAS/D200VA
7. R - 2 RUMAHTANGGASEDANG TR 501VAS/D2200VA
8. R - 3
RUMAHTANGGA
MENENGAH
TR 2201VAS/D6600VA
9. R - 4 RUMAHTANGGABESAR TR 6601VAKEATAS
10. U- 1 USAHAKECIL TR 250VAS/D2200VA
11. U- 2 USAHASEDANG TR 2201VAS/D200 kVA
12. U- 3 USAHABESAR TM 201 kVAKEATAS
13. U- 4 SAMBUNGANSEMENTARA TR
14. H- 1 PERHOTELAN KECIL TR 250VAS/D99kVA
15. H- 2 PERHOTELANSEDANG TR 100kVAS/D200 kVA
16. H- 3 PERHOTELANBESAR TM 201 kVAKEATAS
17. I - 1 INDUSTRI RUMAHTANGGA TR 450VAS/D2200VA
18. I - 2 INDUSTRI KECIL TR 2201VAS/D13.9 kVA
19. I - 3 INDUSTRI SEDANG TR 14 kVAS/D200 kVA
20. I - 4 INDUSTRI MENENGAH TM 201 kVAKEATAS
21. I - 5 INDUSTRI BESAR TT 30,000 kVAKEATAS
22. G- 1
GEDUNGPEMERINTAH
KECIL/SEDANG
TR 250VAS/D200 kVA
23. G- 2
GEDUNGPEMERINTAH
BESAR
TM 201 KVAKEATAS
24. J PENERANGANJALANUMUM TR
4.1.3Tuan Singgodimedjo pelanggantarifR2 dengan dayatersambung2200VA. StandkWh -
57
MeteryangdicatatpadaakhirPebruari93adalah070016,danyangdicatatbulansebelumnya
adalah069325. Beraparekening listrik yangharusdibayar untukperiodetersebut?
Jawab :
PemakaianKwh =Stand meter akhir- Stand meter yanglalu
= 70016 - 69325
= 691 kWh
1. Biaya Beban = 2200 VA x Rp. 4.020,-/kVA
= 2,2 kVA x Rp. 4.020,-/kVA
= Rp. 8.844, dibulatkan = Rp. 8.845,-
2. Biaya Pemakaian Blok I = 60 jam x 2,2 x Rp. 96,50
= 132 x Rp. 96,50
= Rp. 12.738,- dibulatkan = Rp. 12.740,-
3. Biaya Pemakaian Blok II=(Pemakaian Total - pemakaian Blok I) x Rp.147,-
= (691 - 132) x Rp.147,-
= Rp. 82.173,- dibulatkan = Rp. 82.175,-
Biaya Beban = Biaya Pemakaian = Rp. 103.760,-
4. Pajak Penerangan Jalan = 3 % x Rp. 103.760,- = Rp. 3.115,-
5. Biaya Materai = Rp. 5.00,-
Total rekening yang harus dibayar = Rp. 107.375,-
Rekening Listrik PelangganTarif R-2 milikTuanSinggodimejo
58

Contenu connexe

Tendances

Bab 3-rangkaian-listrik1
Bab 3-rangkaian-listrik1Bab 3-rangkaian-listrik1
Bab 3-rangkaian-listrik1feryaguswijaya
 
Teori Dasar Listrik by Kuat Indartono, S.T. POLDA
Teori Dasar Listrik by Kuat Indartono, S.T. POLDATeori Dasar Listrik by Kuat Indartono, S.T. POLDA
Teori Dasar Listrik by Kuat Indartono, S.T. POLDAAq Miftah Rohman
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoffumammuhammad27
 
I Rangkaian Listrik Kirchoff
I Rangkaian Listrik KirchoffI Rangkaian Listrik Kirchoff
I Rangkaian Listrik KirchoffFauzi Nugroho
 
Konsep dasar-listrik-c
Konsep dasar-listrik-cKonsep dasar-listrik-c
Konsep dasar-listrik-cfillaf
 
4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronika4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronikaSimon Patabang
 
Power point modul 3 prinsip
Power point modul 3 prinsipPower point modul 3 prinsip
Power point modul 3 prinsipsue_ila
 
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)kiplaywibley
 
Presentation nurdiani syara
Presentation nurdiani syaraPresentation nurdiani syara
Presentation nurdiani syaraNurdiyani Syara
 
Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik lindkw
 
Teorema thevenin stt telkom
Teorema thevenin stt telkomTeorema thevenin stt telkom
Teorema thevenin stt telkommomochi_zabuza
 
Bab 3-rangkaian-listrik1
Bab 3-rangkaian-listrik1Bab 3-rangkaian-listrik1
Bab 3-rangkaian-listrik1zarril1972
 

Tendances (20)

Ppt listrik dinamis
Ppt listrik dinamisPpt listrik dinamis
Ppt listrik dinamis
 
HUKUM OHM
HUKUM OHMHUKUM OHM
HUKUM OHM
 
G hukum-ohm
G hukum-ohmG hukum-ohm
G hukum-ohm
 
Hukum ohm
Hukum ohmHukum ohm
Hukum ohm
 
Bab 3-rangkaian-listrik1
Bab 3-rangkaian-listrik1Bab 3-rangkaian-listrik1
Bab 3-rangkaian-listrik1
 
Listrik dinamis
Listrik dinamisListrik dinamis
Listrik dinamis
 
Teori Dasar Listrik by Kuat Indartono, S.T. POLDA
Teori Dasar Listrik by Kuat Indartono, S.T. POLDATeori Dasar Listrik by Kuat Indartono, S.T. POLDA
Teori Dasar Listrik by Kuat Indartono, S.T. POLDA
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum kirchoff
 
I Rangkaian Listrik Kirchoff
I Rangkaian Listrik KirchoffI Rangkaian Listrik Kirchoff
I Rangkaian Listrik Kirchoff
 
Listrik dinamis
Listrik dinamisListrik dinamis
Listrik dinamis
 
Konsep dasar-listrik-c
Konsep dasar-listrik-cKonsep dasar-listrik-c
Konsep dasar-listrik-c
 
4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronika4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronika
 
Power point modul 3 prinsip
Power point modul 3 prinsipPower point modul 3 prinsip
Power point modul 3 prinsip
 
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
 
Presentation nurdiani syara
Presentation nurdiani syaraPresentation nurdiani syara
Presentation nurdiani syara
 
Listrik dinamis
Listrik dinamisListrik dinamis
Listrik dinamis
 
Listrik dinamis
Listrik dinamis Listrik dinamis
Listrik dinamis
 
Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik
 
Teorema thevenin stt telkom
Teorema thevenin stt telkomTeorema thevenin stt telkom
Teorema thevenin stt telkom
 
Bab 3-rangkaian-listrik1
Bab 3-rangkaian-listrik1Bab 3-rangkaian-listrik1
Bab 3-rangkaian-listrik1
 

En vedette

Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)
Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)
Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)Chamin Nalinda Loku Gam Hewage
 
pembentukan persekutuan
pembentukan persekutuanpembentukan persekutuan
pembentukan persekutuanfadhly arsani
 
Depend&dingdong
Depend&dingdongDepend&dingdong
Depend&dingdong又瑋 賴
 
Exploring percussive gesture on i pads with ensemble
Exploring percussive gesture on i pads with ensembleExploring percussive gesture on i pads with ensemble
Exploring percussive gesture on i pads with ensemble又瑋 賴
 
MANAGEMENT OF SUBSTANCE RELATED PSYCHIATRIC DISORDER SEDATIVE, HYPNOTIC AND A...
MANAGEMENT OF SUBSTANCE RELATED PSYCHIATRIC DISORDERSEDATIVE, HYPNOTIC AND A...MANAGEMENT OF SUBSTANCE RELATED PSYCHIATRIC DISORDERSEDATIVE, HYPNOTIC AND A...
MANAGEMENT OF SUBSTANCE RELATED PSYCHIATRIC DISORDER SEDATIVE, HYPNOTIC AND A...Dr Slayer
 
Kitchen Cabinet Doors
Kitchen Cabinet DoorsKitchen Cabinet Doors
Kitchen Cabinet Doorsewemily
 
Dengue fever
Dengue feverDengue fever
Dengue feverDr Slayer
 
Healey sdal social dynamics in living systems from microbe to metropolis
Healey sdal social dynamics in living systems from microbe to metropolis Healey sdal social dynamics in living systems from microbe to metropolis
Healey sdal social dynamics in living systems from microbe to metropolis kimlyman
 
Sdal overview sallie keller
Sdal overview  sallie kellerSdal overview  sallie keller
Sdal overview sallie kellerkimlyman
 
Psychological disorder
Psychological disorder Psychological disorder
Psychological disorder UNISON
 
5 velmente råd til gründere
5 velmente råd til gründere5 velmente råd til gründere
5 velmente råd til gründereNextBridge
 
Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)
Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)
Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)Chamin Nalinda Loku Gam Hewage
 
Що потрібно знати про віл
Що потрібно знати про вілЩо потрібно знати про віл
Що потрібно знати про вілMarina Vaskovskaya
 
Grafik analisis kebangkrutan
Grafik analisis kebangkrutanGrafik analisis kebangkrutan
Grafik analisis kebangkrutanfadhly arsani
 
Portico&video bubbles
Portico&video bubblesPortico&video bubbles
Portico&video bubbles又瑋 賴
 
Software para el Diseno de Sistemas de Ultrafiltracion / Software for Ultrafi...
Software para el Diseno de Sistemas de Ultrafiltracion / Software for Ultrafi...Software para el Diseno de Sistemas de Ultrafiltracion / Software for Ultrafi...
Software para el Diseno de Sistemas de Ultrafiltracion / Software for Ultrafi...Alfonso José García Laguna
 

En vedette (20)

Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)
Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)
Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)
 
pembentukan persekutuan
pembentukan persekutuanpembentukan persekutuan
pembentukan persekutuan
 
Depend&dingdong
Depend&dingdongDepend&dingdong
Depend&dingdong
 
Exploring percussive gesture on i pads with ensemble
Exploring percussive gesture on i pads with ensembleExploring percussive gesture on i pads with ensemble
Exploring percussive gesture on i pads with ensemble
 
MANAGEMENT OF SUBSTANCE RELATED PSYCHIATRIC DISORDER SEDATIVE, HYPNOTIC AND A...
MANAGEMENT OF SUBSTANCE RELATED PSYCHIATRIC DISORDERSEDATIVE, HYPNOTIC AND A...MANAGEMENT OF SUBSTANCE RELATED PSYCHIATRIC DISORDERSEDATIVE, HYPNOTIC AND A...
MANAGEMENT OF SUBSTANCE RELATED PSYCHIATRIC DISORDER SEDATIVE, HYPNOTIC AND A...
 
Kitchen Cabinet Doors
Kitchen Cabinet DoorsKitchen Cabinet Doors
Kitchen Cabinet Doors
 
join venture
join venturejoin venture
join venture
 
Masalah khusus
Masalah khususMasalah khusus
Masalah khusus
 
Dengue fever
Dengue feverDengue fever
Dengue fever
 
Healey sdal social dynamics in living systems from microbe to metropolis
Healey sdal social dynamics in living systems from microbe to metropolis Healey sdal social dynamics in living systems from microbe to metropolis
Healey sdal social dynamics in living systems from microbe to metropolis
 
Sdal overview sallie keller
Sdal overview  sallie kellerSdal overview  sallie keller
Sdal overview sallie keller
 
Psychological disorder
Psychological disorder Psychological disorder
Psychological disorder
 
5 velmente råd til gründere
5 velmente råd til gründere5 velmente råd til gründere
5 velmente råd til gründere
 
Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)
Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)
Domain Specific Language for Specify Operations of a Central Counterparty(CCP)
 
Що потрібно знати про віл
Що потрібно знати про вілЩо потрібно знати про віл
Що потрібно знати про віл
 
Grafik analisis kebangkrutan
Grafik analisis kebangkrutanGrafik analisis kebangkrutan
Grafik analisis kebangkrutan
 
Reclaim the fat
Reclaim the fatReclaim the fat
Reclaim the fat
 
Portico&video bubbles
Portico&video bubblesPortico&video bubbles
Portico&video bubbles
 
Tan pro kit
Tan pro kitTan pro kit
Tan pro kit
 
Software para el Diseno de Sistemas de Ultrafiltracion / Software for Ultrafi...
Software para el Diseno de Sistemas de Ultrafiltracion / Software for Ultrafi...Software para el Diseno de Sistemas de Ultrafiltracion / Software for Ultrafi...
Software para el Diseno de Sistemas de Ultrafiltracion / Software for Ultrafi...
 

Similaire à SINGKAT]Sistem listrik Industri

3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )
3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )
3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )Dody Swastiko
 
materi Fisika kelas XII KD. 3.1.docx
materi Fisika  kelas XII KD. 3.1.docxmateri Fisika  kelas XII KD. 3.1.docx
materi Fisika kelas XII KD. 3.1.docxIjhanShabrIe
 
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptxBAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptxVirablue02
 
Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02
Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02
Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02somad79
 
Listrik Dinamis.ppt
Listrik Dinamis.pptListrik Dinamis.ppt
Listrik Dinamis.pptFaizinKamali
 
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analog
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analogLaporan hukum ohm praktikum elektronika analog
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analogwahyuadnyana_dw
 
Rangkaian listrik tertutup_loop(Closeloop)
Rangkaian listrik tertutup_loop(Closeloop)Rangkaian listrik tertutup_loop(Closeloop)
Rangkaian listrik tertutup_loop(Closeloop)Bung Abdibayor
 
listrik aru searah fisika kelas XII.pptx
listrik aru searah fisika kelas XII.pptxlistrik aru searah fisika kelas XII.pptx
listrik aru searah fisika kelas XII.pptxZHENAHARYOP
 
TUTORIAL HUKUM-HUKUM DASAR ELEKTRONIKA.pptx
TUTORIAL HUKUM-HUKUM DASAR ELEKTRONIKA.pptxTUTORIAL HUKUM-HUKUM DASAR ELEKTRONIKA.pptx
TUTORIAL HUKUM-HUKUM DASAR ELEKTRONIKA.pptxdomhez
 
dokumen.tips_hukum-kirchoff-ppt.ppt
dokumen.tips_hukum-kirchoff-ppt.pptdokumen.tips_hukum-kirchoff-ppt.ppt
dokumen.tips_hukum-kirchoff-ppt.pptfajrihakim4
 
Gaya gerak listrik hukum khircoff
Gaya gerak listrik   hukum khircoffGaya gerak listrik   hukum khircoff
Gaya gerak listrik hukum khircoffEdi B Mulyana
 
Hukum Rangkaian Kelistrikan Rangkaian Listrik
Hukum Rangkaian Kelistrikan Rangkaian ListrikHukum Rangkaian Kelistrikan Rangkaian Listrik
Hukum Rangkaian Kelistrikan Rangkaian ListrikAnandaru1
 

Similaire à SINGKAT]Sistem listrik Industri (20)

3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )
3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )
3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )
 
RANGKAIAN ARUS SEARAH.pptx
RANGKAIAN  ARUS SEARAH.pptxRANGKAIAN  ARUS SEARAH.pptx
RANGKAIAN ARUS SEARAH.pptx
 
materi Fisika kelas XII KD. 3.1.docx
materi Fisika  kelas XII KD. 3.1.docxmateri Fisika  kelas XII KD. 3.1.docx
materi Fisika kelas XII KD. 3.1.docx
 
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptxBAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
 
Unit 2 rangkaian dc
Unit 2  rangkaian dcUnit 2  rangkaian dc
Unit 2 rangkaian dc
 
Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02
Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02
Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02
 
listrik-dianamis.pptx
listrik-dianamis.pptxlistrik-dianamis.pptx
listrik-dianamis.pptx
 
PPT LISTRIK DINAMIS.ppt
PPT LISTRIK DINAMIS.pptPPT LISTRIK DINAMIS.ppt
PPT LISTRIK DINAMIS.ppt
 
Listrik Dinamis.ppt
Listrik Dinamis.pptListrik Dinamis.ppt
Listrik Dinamis.ppt
 
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analog
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analogLaporan hukum ohm praktikum elektronika analog
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analog
 
PPT LISTRIK ARUS SEARAH FIN.pptx
PPT LISTRIK ARUS SEARAH FIN.pptxPPT LISTRIK ARUS SEARAH FIN.pptx
PPT LISTRIK ARUS SEARAH FIN.pptx
 
PPT LISTRIK ARUS SEARAH.pptx
PPT LISTRIK ARUS SEARAH.pptxPPT LISTRIK ARUS SEARAH.pptx
PPT LISTRIK ARUS SEARAH.pptx
 
Rangkaian listrik tertutup_loop(Closeloop)
Rangkaian listrik tertutup_loop(Closeloop)Rangkaian listrik tertutup_loop(Closeloop)
Rangkaian listrik tertutup_loop(Closeloop)
 
listrik aru searah fisika kelas XII.pptx
listrik aru searah fisika kelas XII.pptxlistrik aru searah fisika kelas XII.pptx
listrik aru searah fisika kelas XII.pptx
 
listrik-dinamis.ppt
listrik-dinamis.pptlistrik-dinamis.ppt
listrik-dinamis.ppt
 
TUTORIAL HUKUM-HUKUM DASAR ELEKTRONIKA.pptx
TUTORIAL HUKUM-HUKUM DASAR ELEKTRONIKA.pptxTUTORIAL HUKUM-HUKUM DASAR ELEKTRONIKA.pptx
TUTORIAL HUKUM-HUKUM DASAR ELEKTRONIKA.pptx
 
dokumen.tips_hukum-kirchoff-ppt.ppt
dokumen.tips_hukum-kirchoff-ppt.pptdokumen.tips_hukum-kirchoff-ppt.ppt
dokumen.tips_hukum-kirchoff-ppt.ppt
 
Gaya gerak listrik hukum khircoff
Gaya gerak listrik   hukum khircoffGaya gerak listrik   hukum khircoff
Gaya gerak listrik hukum khircoff
 
Hukum Rangkaian Kelistrikan Rangkaian Listrik
Hukum Rangkaian Kelistrikan Rangkaian ListrikHukum Rangkaian Kelistrikan Rangkaian Listrik
Hukum Rangkaian Kelistrikan Rangkaian Listrik
 

Dernier

Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptxAbidinMaulana
 
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxAdrimanMulya
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesiasdn4mangkujayan
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfjeffrisovana999
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANDevonneDillaElFachri
 

Dernier (11)

Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
 

SINGKAT]Sistem listrik Industri

  • 1. 1 Sistem listrik Industri 1. Review dasararangkaian(Analisis loop; superposisi;). 2. Sistemsatu fase;nilai maksimum; nilai efektif. 3. Rangkaiansatufase beban resistif, kapasitifdan induktif . 4. diagram fase ; daya aktif; daya reaktif. 5. transformer, autotrafo (satu fasa), sistemtiga fase (motor hubungan bintang). 6. Dasarelektromekanik,stator, rotor, motor, motor induksi; motor induksi satu fase;hubungan bintang pada motor tiga fase, 7. pencahayaan;sumber cahaya dari konversi energilistrik
  • 2. 2
  • 3. 3
  • 4. 4 um Kirchoff dan Contoh Soal Friday, September 12th 2014. | rumus fisika RumusHitung.com – Sobat kali ini kita akan belajar tentang hukum kirchoff, baik hukum hukum kirchoff I maupun yang kedua. Hukum Kirchoff ditemukan oleh fisikawan termuka asal Jerman bernama Gustav Robert Kirchoff. Imuwan kelahiran tahun 1824 ini berhasil menemukan konsep dalam teori rangkaian listrik yang kemudian disebut Hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff I Hukum ini memberikan penjelasan tentang hubungan arus listrik yang masuk dan arus listrik yang keluar pada suatu percabangan rangkaian. Hukum kirchoff I berbunyi “Jumlah arus listrik yang masuk ke suatu titik percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik percabangan tersebut.” Secara matematis hukum kirchoff I dirumuskan ΣImasuk = ΣIkeluar Coba sobat hitung perhatikan gambar di bawah ini. Ada sebuah percabangan arus listrik dari gambar di atas terlihat arus yang masuk terdapat 2 sumber I1 dan I2 dan arus yang keluar ada tiga masing-masing I3, I4, dan I5. Jadi persamaan hukum kirchoff I yang bisa kita tulis I1 + I2 = I3 + I4 + I5
  • 5. 5 Contoh Soal Perhatikan gambar di atas, pada titik P dari sebuah rangkaian listrik ada 4 cabang, 2 cabang masuk dan 2 cabang keluar. Jika diketahui besarnya I1 = 6 A, I2 = 3 A, dan I3 = 7 A, tentukan berapa besar nilai dari I4? Jawab Diketahui I1 = 6A I2 = 3 A I3 = 7 A Ditanya I4 = …? Hukum Kirchoff I ΣImasuk = ΣIkeluar I1 + I2 = I3 + I4 6 + 3 = 7 + I4 9 = 7 + I4 I4 = 9-7 = 2A Hukum Kirchoff II Jika hukum kirchoff pertama mengulas tentang arus listrik (pada percabangan) maka hukum kedua mengulas tentang hubungan tegangan dalam sebuah rangkaian tertutup kemudian disebut dengan “loop“. Hukum Kirchoff II berbunyi “Di dalam suatu rangkaian tertutup (loop) jumlah aljabar dari gaya gerak listrik dengan besarnya penurunan tegangan adalah sama dengan nol” Secara matematis hukum di atas ditulis Σε + ΣI. R = 0
  • 6. 6 Jumlah rangkaian tetutup (loop) dalam satu rangkaian listrik bisa satu atau lebih. Dalam pemakaian hukum kirchoff II pada rangkaian tertutup ada beberapa aturan yang perlu sobat perhatikan: 1. Pilih loop untuk masing-masing lintasan tertutup dengan arah tertentu bisa bebas tapi sobat usahakan untuk searah dengan arus listrik yang mengalir. 2. Kuat arus bertangda positif (+) jika searah dengan arah loop yang ditentukan dan bertanda negatif (-) jika berlawanan dengan arah loop yang sudah sobat tentukan di angka 1. 3. Apabila saat mengikuti arah loop, kutub positif (+) sumber tegangan dijumpai lebih dahulu dari pada kutub negatifnya (-) maka GGL (ε) bertanda positif. Sebaiknya, apabila kutub negatif dijumpai lebih dahulu dari kutub posifit maka nilai GGL (ε) negatif. Kutub positif disimbolkan dengan garis panjang dan kutub negatif garis pendek a. Rangkaian Dengan Satu Loop dalam rangkaian dengan satu loop, kuat arus yang mengalir adalah sama yaitu sebesar I. Jika rangkaian di atas sobat buat loop a-b-c-d maka sesuai hukum kirchoff II berlaku persamaan Σε + ΣI. R = 0 (ε1 – ε2) + I (R4 + r2 + R3 + r1) = 0 Contoh soal Coba sobat perhatikan gambar di samping. Kemudian tentukan: 1. Kuat arus yang mengalir melalui rangkaian 2. Tegangan antara ab Jawab: Misal kita ambil arah loop seperti gambar di bawah ini
  • 7. 7 a. Misalkan arah kuat arus kita anggap dulu berlawanan dengan arah loop Σε + ΣI. R = 0 ε3 – ε2 + ε1 – I (R1 + R2 + R3) = 0 4 – 2 + 4 – I (15 + 5 + 10) = 0 6 – 30I = 0 30I = 6 I = 6/30 = 1/5 = 0,2 A b. Tegangan antar a dan b (Vab) Jika melalui jaluar adcb (panjang) Vab = ε3 – ε2 – I (R3 + R2) (I negatif karena berlawanan dengan arah I total) Vab = 4-2 – 0,2 (10 + 5) Vab = 2 – 0,2 (15) Vab = 2 – 3 = -1 V Jika melalui jalur ab (pendek) Vab = -ε1 + I R1 ( I positif karena searah dengan I total) Vab = – 4 + 0,2 (15) Vab = -4 + 3 = -1 V Jadi tegangan antara titi a dan b (Vab) = -1 V 2. Rangkaian dengan Dua Loop atau Lebih Pada rangkaian dengan dua loop atau lebih secara prinsip dapat depecahkan seperti pada rangkaian satu loop, hanya perlu sobat perhatikan kuat arus pada setiap percabangannya. Berikut langkah- langkah yang bisa ditempuh: 1. Tentukan kuat arus (simbol dan arahnya) pada setiap percabangan yang dianggap perlu 2. Sederhanakanlah susunan seri-pararel resisteor jika memungkinkan. 3. Tentaukan arah masing-masing loop 4. Tulislah persamaan setiap loop dengan menggunakan hukum II Kirchoff. 5. Tulislah persamaan arus untuk tiap titik percabangan dengan menggunakan hukum Kirchoff. Perhatikan gambar di bawah ini
  • 8. 8 Tantukan Arah dan Simbol Kuat Arus pada b-a-d-e → I pada e-f-c-b → I2 pada eb → I1 Kita lihat dititik b atau c (silahkan dipilh) dengah hukum kirchoff I I = I1 + I2 Kita lihat masing-masing loop dengan hukum kirchoff II Loop I -ε1 + I(r1+R1) + I1(R2) = 0 (ada dua arus pada loop I) Loop II ε2 – I1.R2 + I2 (R3 + r2) = 0 (ada dua arus pada loop 2, I1 berlawanan dengan arah loop) Heheheh supaya tidak bingung langsung saja kita coba kerjakan contoh soal di bawah ini Contoh Soal Perhatikan Gambar di atas, Diketahui
  • 9. 9 ε1 = 16 V ε2 = 8 V ε3 = 10 V R1 = 12 ohm R2 = 6 ohm R3 = 6 ohm Jika hambatan dalam sumber tegangan diabaikan, berapa kuat arus yang melalui R2? Kita buah arah loop dan arus seperti tampak gambar di bawah ini Loop I: -ε1 – ε2 + I1.R2 + I.R1 = 0 -16 – 8 + I1.6 + I. 12 = 0 -24 + 6I1 + 12 I = 0 6I1 + 12I = 24 I1 + 2I = 4 …… (ketemupersamaanI) Loop II ε2 + ε3 -I1.R2 + I2.R3 = 0 8 + 10 – I1.6 + I2.6 = 0 18 – 6I1+ 6I2 = 0 -6I1+ 6I2 = – 18 -6(I1- I2) = 18 I1- I2 = 3 I1 = 3 +I2…..(ketemupersamaanII) Kita kombinasikan persamaan I dan II I1 + 2I = 4 I1 + 2(I1 +I2) = 4 3I1 + 2I2 = 4 –> kita masukkan persamaan II 3(3 +I2) + 2I2 = 4 9 + 3I2 + 2I2 = 4 5I2 = -5 I2 = -1 A I1 = 3 + I2 = 3 + (-1) = 2 A
  • 10. 10 Jadi dengan menggunakan hukum kirchoff I dan hukum kirchoff II kita bisa menemukan kuat arus yang melalui R2 adalah 2 Ampere. Diatas adalah dari : http://rumushitung.com/2014/09/12/hukum- kirchoff-dan-contoh-soal/ Kerjakan soal bila Loop di ubah arahnya menjadi searah jarum jam, perhatikan tanda panah warna hitam (nilai r dan voltagenya tetap sama) Kerjakan bila hanya Koo kedua saja yang berwarna hitam
  • 11. 11 2. Sistem satu fase; nilai maksimum; nilai efektif Nilai efektif adalah nilai yang ditunjukkan oleh voltmeter/amperemeter. Sedangkan Nilai maksimum adakah nilai yang ditunjukkan oleh osiloskop. hubungan ketiga jenis nilai tersebut sebagai berikut : Keterangan : Vm = tegangan maksimal (V) Vef = tegangan efektif (V) Im = arus maksimal (A) Ief = arus efektif (A) Vr = tegangan rata-rata (V) Ir = arus rata-rata (A)
  • 12. 12 3. Rangkaian satu fase beban resistif, kapasitif dan induktif a. Rangkaian Resesif Murni (R) Pada rangkaian resesif murni arus dan tegangan sefase, artinya dalam waktu yang sama besar sudut fasenya sama.
  • 13. 13 Persamaan tegangan dan arus sesaatnya adalah : dan hubungan antara Vm dan Im : Keterangan : V = tegangan sesaat/pada waktu tertentu (V) I = arus sesaat (A) R = hambatan (ohm)
  • 15. 15 yang termasuk rangkaian resesif adalah rangkaian resesif murni (R) dan rangkaian RLC saat nilai XL=XC (saat terjadi resonansi). c. Rangkaian Kapasitif Murni (C) Pada rangkaian Kapasitif murni arus mendahului 900 dari tegangan atau tegangan terlambat 900 dari arusnya. jika persamaan arus sesaat : maka persamaan tegangan sesaatnya : atau Jika persamaan tegangan sesaatnya :
  • 16. 16 maka persamaan arus sesaat : dan hubungan antara Vm dan Im : Keterangan : XL = reaktansi kapasitif (ohm) C = kapasitas kapasitor (C)
  • 17. 17 c. Grafik rangkaian Kapasitif terjadi dalam rankaian LC atau RLC saat XL<XC. Tegangan (V) terlambat terhadap arus (I) maka grafik V bergeser ke kanan :
  • 18. 18 atau dengan kata lain arus (I) mendahului tegangan (V) maka grafik I bergeser ke kiri : b. Rangkaian Induktif Murni (L) Pada rangkaian Induktif murni arus terlambat 900 dari tegangan atau tegangan mendahului 900 dari arusnya.
  • 19. 19 jika persamaan arus sesaat : maka persamaan tegangan sesaatnya : atau Jika persamaan tegangan sesaatnya : maka persamaan arus sesaat : dan hubungan antara Vm dan Im :
  • 21. 21 b. Grafik rangkaian Induktif terjadi dalam rankaian LC atau RLC saat XL>XC. Tegangan (V) mendahului arus (I) maka grafik V bergeser ke kiri : atau dengan kata lain arus (I) terlambat terhadap tegangan (V) maka grafik I bergeser ke kanan : 4. diagram fase ; daya aktif; daya reaktif.
  • 22. 22
  • 23. 23
  • 24. 24
  • 25. 25
  • 26. 26
  • 27. 27
  • 28. 28
  • 29. 29
  • 30. 30 5. Transformer, autotrafo (satu fasa), sistem tiga fase (motor hubungan bintang) Hubungan bintang dan delta pada motor induksi tiga fasa. Pada nameplate sebuah motr sudah diinformasikan, bagaimana hubungan dan tegangan yang harus dipasang. Motor tiga fase memiliki enam terminal. Bagaimana kondisi liitan dalam motr tersebut dapat digambarkan sbb.: Karena itu untuk mendapatkan hubungan bintang pada motor induksi, terminal X, Y dan Z disatukan menjadi netralnya dan terminal UVW dihubungkan kawat fasa dari sumber listriknya. Utuk membentuk hubungan delta, maka titik U dihubungkan dengan titik X; titik V dihubungkan dengan titik Y dan titik W dihubungkan dengan titik Z. Pada gambar di bawah adalah hubungan generatornya nampak bahwa UVW megneluarkan tengahn listrik 3 fasa pada hbubungan bintang
  • 31. 31 Untuk memahami listrik 3-phase, ternyata kita harus kembali ke teori pembangkitan listrik 1-phase dimana lilitan kumparan diputar memotong medan magnet. Tetapi karena generator di dunia ini menggunakan putaran untuk memotong medan magnet maka gelombang sinusoidal akan menjadi dasar evaluasi langkah berikutnya. Single Phase Electrical Wave Form: Electricity yang dibangkitkan membentuk gelombang sinusoidal. Kadang voltage penuh dan kadang nol. Seperti listrik di rumah kita yang tegangannya berkedip dengan frekuensi 50 Hz. 50 kali membentuk gelombang sempurna dalam satu detik sehingga sangat cepat dan tidak terdeteksi oleh mata. Untuk menghasilkan electricity yang lebih stabil (tak pernah 0) dengan voltage yang lebih tinggi maka dibuat listrik 3-phase. 3-Phase Electrical Wave Form: Listrik 3-phase merupakan gabungan dari 3 gelombang listrik satu phase dengan jarak antar phase 120 degree. Sehingga resultan voltage listriknya setiap titik tidak pernah menyentuh 0. Perhatikan garis MERAH, sebelum gelombang listrik garis merah mencapai nol maka gelombang HITAM sudah naik voltage-nyaRangkaian Star : L1,L2,L3 + Netral + Ground
  • 32. 32 Listrik 3-phase adalah listrik AC (alternating current) yang menggunakan 3 penghantar yang mempunyai tegangan sama tetapi berbeda dalam sudut phase sebesar 120 degree. Ada 2 macam hubungan dalam koneksi 3 penghantar tadi : hubungan bintang (“Y” atau star) dan hubungan delta. Sesuai bentuknya, yang satu seperti huruf “Y” dan satu lagi seperti simbol “delta”. Tetapi untuk bahasan ini kita akan lebih banyak membicarakan mengenai hubungan bintang saja. Sistem 3-Phase Hubungan Bintang dengan tegangan 380/220V Gambar disamping adalah contoh sistem 3-phase yang dihubung bintang. Titik pertemuan dari masing-masing phase disebut dengan titik netral. Titik netral ini merupakan common dan tidak bertegangan. Ada 2 macam tegangan listrik yang dikenal dalam sistem 3-phase ini : Tegangan antar phase (Vpp : voltage phase to phase atau ada juga yang menggunakan istilah Voltage line to line) dan tegangan phase ke netral (Vpn : Voltage phase to netral atau Voltage line to netral). Pada istilah umum di Indonesia, sistem 3-phase ini lebih familiar dengan nama sistem R-S-T. karena memang umumnya menggunakan simbol “R”, “S” , “T” untuk tiap penghantar phasenya serta simbol “N” untuk penghantar netral. Kita langsung saja pada sistem yang dipakai PLN. Seperti pada gambar tersebut, di dalam sistem JTR yang langsung ke perumahan, PLN menggunakan tegangan antar phase 380V dan tegangan phase ke netral sebesar 220V. Rumusnya seperti ini : Vpn = Vpp/√3 –> 220V = 380/√3 Instalasi listrik rumah akan disambungkan dengan salah satu kabel phase dan netral, maka pelanggan menerima tegangan listrik 220V. Perhatikan pada gambar dibawah ini :
  • 33. 33 Sistem Listrik 3-Phase PLN 380/220V pada Jaringan Distribusi Perumahan R = di kabel PLN tanda garis 1/merah S = di kabel PLN tanda garis 2/kuning T = di kabel PLN tanda garis 3/biru Menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) th 2000 atau yang dahulunya disebut dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik, disitu disebutkan bahwa kode warna kabel untuk instalasi listrik tegangan rendah 3 fasa adalah sebagai berikut : R = Merah S = Kuning T = Hitam 0 = Biru (warna biru hanya diperbolehkan untuk nol / netral ) GND = Warna majemuk (biasanya dipasaran ditemui dengan warna kuning strip hijau). nur rochman: --- Quote from: Ki Demang on January 15, 2013, 08:20:18 pm --- --- Quote from: nur rochman on January 15, 2013, 07:47:11 pm --- --- Quote from: Phoenix on December 11, 2012, 07:27:47 am ---adakah teman2 yang tau cara untuk mengetahui urutan R S T pada listrik 3 fasa.. Apakah bisa di ukur pakai multi meter --- End quote --- R = di kabel pln tanda garis 1/merah S = di kabel pln tanda garis 2/kuning T = di kabel pln tanda garis 3/biru --- End quote --- Maaf, bukan menggurui petugas PLN, tetapi dari yang saya ketahui / baca : Menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) th 2000 atau yang dahulunya disebut dengan
  • 34. 34 Peraturan Umum Instalasi Listrik, disitu disebutkan bahwa kode warna kabel untuk instalasi listrik tegangan rendah 3 fasa adalah sebagai berikut : R = Merah S = Kuning T = Hitam 0 = Biru (warna biru hanya diperbolehkan untuk nol / netral ) GND = Warna majemuk (biasanya dipasaran ditemui dengan warna kuning strip hijau).
  • 35. 35
  • 36. 36 Sistem instalasi dan Pencahayaan. Pencahaayan Satuan=satuan ruang Bila pangjang busur sebesar r, maka sudut yang dibentuk oleh busur tesebut disebut 1 radian 1 radian = 360/2π = 57,3 o Bila sebuah titik dilingkupi oleh sebuah bola pada jarak r, maka luas permuakan bola sebesar r2 disebut satuan luas sebesar 1 steradian. Karenaluas permuakana bola aalah sebesar L = 4 π r2 Krena itu luas steradian dalam sebuah bola sebanyak 4 π = 12,57 buah Gabmar bidang satu steradian
  • 37. 37 Pengertian satuan cahaya dn penerangan Jumlah energi radiasiyang dipancarkan sebagai cahaya ke suatujurusan ternteutu disebut intensitas cahaya, dinyatakandalam satuan candela (cd); kandela (beraal dari kata “candle” (lilin). Penentuan besarnya intentistas cahaya satu lilin didasarkan atas cahaya platina cair pada temperatu 2046 oK, yagn seluruh cahayanya dilewatkanlubang sempit. Cahaya ini distandartkna menjadi sebesar 60 lilin. Gambar alat yang memproduksi cahaya 60 lilin. Ingat : satuan lilin berkaitan dengan Sumber cahaya bukan bidang yang dikenai cahaya.
  • 38. 38 Bila intentisars sumber cahaya sebesar 1 lilin (1 kandela) mengenai bidang satu satuan sudut ruang ( 1 steradian) maka pada bidang itu jatuh fluks (garis-garis medan) cahaya sebesar 1 lumen. Terdapat bebrapa istilah yang perlu dijelaskan. Aliran cahaya adalah energi cahaya yang tiap detik dipancarkan pada sutau jurusan terntutn. satuan aliran cahaya adlaah Joule/detik atau kalopri/detik, tetapi karena msih harus disesuaikan dengan jurusan tertntu, maka didfinisikan sebuah istilah baru yang disebut kuat cahaya kuat cahaya, disenbut juga intentistas cahaya, ialah aliran cahaya yang dihitung dalam satu satuan sudut ruang. Ingat : satuan lumen adalah berkaitan dengan bidang yang dikenai cahaya. Andai terdapat sebuah titik cahaya yang mengeluarkan cahaya, seheingga pada bidang bol;a seluas 1 m2 pada wilayah sejauh 1 mdari titik cahaya (ini berarti 1 steradian) jumlah fluks cahayanya sebesar e lumen, maka titik sumbercahaya tersebut memproduksi cahaya dengan kuat cahaya sebesar e lilin. Perhitungan diatas menunjukkan bahwa nilai “lilin” bukan menunjukkan suatu nilai total kuat cahaya, tetapi kuat cahaya yang diperhitungkan pada suatu besran sudut ruang. Sehingga perlu diingat bahwa bila r semakin besar, maka bidang steradianakan semakin besar, karena jumlah fluksnya tetap sebesar e lumen maka kerapatan fluksnya semakin jarang, akibatnya kuat penerangannya (bukan kuat cahaya-nya) juga semakin lemah. Karena satuan lumen dikeitkan dngan letak sumber cahaya dalam satuan steradian, maka diperlukan satuan yang lebih opersional, lalu didefiniskan kuat peenrangan, atau intensitas penerangan,yakni fluks (semacam garis-garis medan) cahaya yang jatuh pda bidang seluas 1 m2. Saatuan kuat penerangan adalah “lux”. Jadi : 1 lux = 1 lumen /m2 Karena jarak sagat tertantung r dan luas bidng ditentukan dengan r2 maka kuat penerangan atau intentistas penerangan berkurang dengan kuadrat jarak antara sumber dengan bidang. Cahaya putih (matahari misalnya) terdiri dari spektrum yang bereilayah ultara ungu, cahaya tampak dan infra merah. Disribusi antara enerti dengan panjang elombang cahaya daaat dilihat pada gambar sbb.
  • 39. 39 Selain memiliki warna tertentu,s etia[ panjang gelombang memberi kesan intentsitas tertentu. Mata manusoia paling peka pada panjang gelombang 555 mμ, cahaya berwarna kunign-hijau. Berdasarkan pada panjang gelombang tersebut, ditentukan standar bahwa 1 watt cahaya = suatu sumber cahaya memancarkan energi 1 watt dengan panjang gelombang 555 mμ. Bila diukur adalah sebesar 680 lumen Ttapi perlu diketahui, bahwa lampu 100 watt hanya memancarkan kira-kira 8 watt saja sebagai cahaya tampak. Sisanyahilang sebagai panas. Dari sejumlah 8 Watt ini setelah dikalikan dengan faktor kepekaan mata, hanya bersisa 2,25 watt cahaya. Jadi, fluks cahayalampu 100 wat tersebut sama dengan 2,25 x 680 lumen = 1630 lumen. Dari angka-angka ini dapat diketahui bahwa lampu memproduksi fluks 1630 lumen/100 watt. (16,3 lm/watt) Di bawahini bebrapa data : Sebagai bahan perbandingan dapat dilihat efisiensi kuat cahaya yang dihasilkan lampu pijar Untuk filamen karbon 3 lumen/watt tungseten vacum 10 lummen/watt (pembahasan lalu diperoleh 16,3 lm/watt) gas 20 lumen/watt halogen 22-30 lumen/watt Untuk lampu flourescent dengan warna white 44 lumen/watt daylight 49 lumen/watt generasi terbaru 80 lumen/watt (Sumber : Lutfi dan parwoto, 1979. Disain Rumah Hemat enrgi. Mkalah Lokakarya Konservasi Energi. Departemen Pertambangan dan Energi Dirjen Ketenagaan. Jakarta.) Disamping satuan-satuan tesebut terdapat satuan luminasi, yakni ukuran terang suatu benda atau sumber cahaya. Didefinisikan sebagai intensitas cahaya dibagi dengan luas semu ermukaan satuannya misal lilin/m2. Yang disebut luas semua adalah luas haril proyksi pada bidang rata yang tegak lurus pada arah pandang. luminasi tidak hanya diperuntukkan untuk sumber cahaya. Sebuah buku yang dikenai cahaya dan kemudian memantulkannya, dia juga dadpat diketahui berapaluminasinya. Perlu diperhatikan, satuan lilin biasanya lebih sering digunakn untuk sumber cahaya. Bidang yagn dikenai cahaya menggunakan satuan fluks atau lumen. Beberapa contohpraktis penggunaan sehari-jhari dalam konteks pencahayaan
  • 40. 40 Keterngan pada daftar diatas, A. lampu pijar sepeda jarak 1 m. pada luas bidang bola 1 m2 terdapat fluks 10 lux, kuat cahaya sumber 10 lilin B. lebh terang lampu pijar 150 watt yang memiliki kuat cahaya 2100 lilin C. ruangan kantor 800 lux adalah bidang pada meja kantor seluas 1 m2 dikenai fluks cahaya sebesar800 lumen, berarti pada jarak 1 m dari bedang meja (seandainaya meja dianggap bidang bola), maka ada sumber cahaya sebesar800 lilin. D. dop (lampu) pijar sepeda yang berreflektor memiliki kuat cahaya 250 lilin, identik dengan keterangan A E. Sebuah meja berwarna putih seluas 1 m2 yang dikenai cahaya 250 lumen akan bersikap sebagaisumber cahaya dengan luminiasi 0.05 lilin/cm2, berbeda dengan meja coklat yang akan bersikap sebagai sumber dnegan kuat cahaya 0.01 lilin/cm2 Dibawahini terdapat tabel tentang intensitas penerangan yang dibutuhkan.
  • 41. 41 Beberapa tinjauan ulang : * Berdasarkan bidang yang dikenai cahaya : Satuan kuat pnerangan bidang : lux, disingkat lx. Yakni besarnya kuat cahaya pada suatu bidang 1 m2 yang dikenai aliran cahaya sebesar 1 lm. Maka : p lx= p lm/m2. Satuan tersebut berkaitan dengan aliran cahaya. (cahaya yang jatuh pada bidang sebesar A lm, pada bidang seluas B m2, maka kuat penerangan bidang itu E = A/B lm/m2 = A/B lx). Bila kuat penerangan dihubungkan dengan kuat cahaya, maka p lx adalah kuat penerangan yang berasal dari sumber dengan kuat cahaya p lilin berjarak 1 meter yang menyinari pada bidang tegak lurus seluas 1 m2. karena itu satuan Lux (lx) juga disebut lilin-meter, * Berdasarkan kondisi cumber cahaya : Ada sumber yang memberikan kuat penerangan yang sama tetapi bila dilihat pada sumbercahaya (misallampu oija r dan nyala gas) nampak bahwa lampu pijar lebih terang, ini disebabkan
  • 42. 42 permukaan pancar sumber lampu pijar lebih kecil. Dari sini ditentukan : terang permukaan sumber cahaya (luminasi). Kuat penerangan bidang dapat ditentukan dengan sebuahalat yang disebut luxmeter. Terdapat bebrapa data yang amenunjukkan kebutuhan kuat penerangan bidang dalam satuan Ft-c (satuan british). Lihat : keternagan diatas tetang lux yang disebut lilin-meter; bandingkan dengan ft-c. Dibawah ini terdapat data (sumber Gerrits dan Soemani) Gang-gang : 10-20 lux (lilin meter) Rumah : 25-50 lux Ruang (sekolah) : 40-50 lux Meja tulis : 50–80 lux Rang gambar : 75-100 lux Untuk menghitung berapa arus cayahaya yang diperlukan, terdapat rumus pendekatan. (Bila ingin lebih teliti rumus ini harus dimodifikasi dengan jumlah titik lampu, jarak titik lampu, jarak lampu dengan bidang akerja, warna dinding, lantai dan langit-langit, dsb. Kuat penerangan kamar dekat cendela pada siang hari bisa berada diatas 1000 lux, sumber : Geriits-soemani ) C = F x E / n dimana : C = jumlah arus cahaya yang diperlukan oleh ruang tersebut (dalam satuan lumen) F = luas bidang yang diterangi, didekati denganluas lantai ( dalam satuan m2) E = Kuat penerangan (lumen per m2 atau lux yang diminta di ruangana tersebut. Umumnya kuat penerangan ini adalah bidang kerja yang tingginya 0,85 m sampai 1 m dari lantai n = rendeman sistem penerangan, nilai ini dapat diambilberkisar 0,3- 0,5 Contoh : sebuah ruangan kelas, luasnya 6 x 8 m., dibutuhkan kuat apenerangan sebesar 40 lux, berapa jumalh lampu gas (neon, tl) yang dipakai, bila setiap lampu berkekuatan 20 watt. C = (48 x 40) / 0,4 = 4800 lumen ; untuk lampu gas, kuat cahaya yang dipancarkan : 20 lumen/watt (hand out halaman 51) , sehingga dibutuhkan lampu gas sebesar G = 4800/20 = 240 watt. Macam sumber cahaya
  • 43. 43
  • 44. 44
  • 45. 45
  • 46. 46
  • 47. 47
  • 48. 48
  • 49. 49
  • 50. 50
  • 51. 51
  • 52. 52 Perhitungan rekening listrik (sebagai contoh) 4.1 Tanya Jawab 4.1.1 Bagaimanakah caramenghitung rekening listrik?Jelaskan! Jawab : Rekening listrik, seperti diketahui, merupakan biaya yang wajib dibayar pelanggan setiap
  • 53. 53 bulan.Ada beberapa komponendalam menghitung rekening listrik: 1. Biaya Beban: Adalah biaya yang besarnya tetap, dihitung berdasarkan daya kontrak (lihat Tabel3.2, hal.12).KhususnyauntukgolongantarifH-3,I-4untuktanurbusurdanI-5BiayaBeban dihitung berdasarkanpembacaankVAMax. 2. Biaya Pemakaian (kWH): Adalah biaya pemakaian energi, dihitung berdasarkan jumlah pemakaian energi yang diukurdalamkWh(lihatjugaTabel3.2,hal.12).Untukgolongantariftertentu,pemakaian energiinidipilihmenjadi duabagianyaitu: 1. PemakaianWBPdan pemakaianLWBP(lihatjugaTabel3.2,hal.12) 2. UntukgolongantarifR-2BiayaPemakaiandihitungberdasarkansistemblok(lihat hal10). 3. Biaya Kelebihan kVARh: Adalahbiayayangdikenakanuntukpelanggan-pelangganGolonganTarifS-4,SS-4,U-3, H-2,H-3,I-3,I-4,I-5danG-2,jikafaktordayarata-ratabulananpelanggankurangdari 0,85 induktif. BesarnyaBiayaKelebihankVARh ini jugadapatdilihat padaTabel3.2 4. Biaya PemakaianTrafo/SewaTrafo: Adalah biaya yang dikenakan untuk pelanggan tertentu, yang tidak dapat menyediakan trafosendiri. 5. Pajak Penerangan Jalan (PPJ): Adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah (Pemda) berdasarkan Peraturan Daerah(Perda).BesarnyapajakjugaditentukanolehPerda.Komponeninidisetorkanke KasPemda,dan masuk sebagai PendapatanAsli Daerah (PAD). 6. Biaya Materai: Besarnyasesuai denganperaturanyang berlaku.
  • 54. 54 Tabel 3.2TarifDasarListrik1994 No. Golon gan Tarif Penjelasan Golongan Tarif Sambung an TR/TM/T T Bata Daya Biaya Beban (Rp/kVA ) Biaya Pemakai an (Rp/kW H) Kelebihan Pem. kVARH (Rp/kVAR H) *5) BP (RP/VA ) UJL (RP/VA) 1. S - 1 Pemakai Sangat Kecil TR s/d 200 VA *) - - *6) *9) 2. S - 2 Badan Sosial Kecil TR 250VA s/d 2.200 Va 3.360,00 56,00 - 150,00 31,00 3. S - 3 Badan Sosial Sedang TR 2.201VA s/d 200kVA 4.640,00 76,00 - 200,00 43,00 4. S - $ Badan Sosial Besar TM 201 kVA keatas 5.020,00 WBP=15 8,50 LWBP= 117,50 124,50 125,005 47,00 5. SS - 4 Badan Sosial Besar, Dikelola Swasta, Untuk Komersial TM 201 kVA keatas 6.060,00 WBP=19 4,50 LWBP=1 44,00 149,00 125,00 58,00 6. R - 1 Rumah Tangga Kecil TR 250VA s/d 500VA 3.980,00 *2) - 150,00 45,00 7. R - 2 Rumah Tangga Sedang TR 501VA s/d 2.200VA 4.020,00 *3) - 150,00 56,00 8. R - 3 Rumah Tangga Menengah TR 2.201VA s/d 6.600 VA 8.080,00 227,00 - 200,00 78,00 9. R - 4 Rumah Tangga Besar TR 6601VA keatas 8.760,00 309,00 - 200,00 105,00 10. U- 1 UsahaKecil TR 250VA s/d 2.200 VA 6.260,00 179,50 - 150,00 66,00 11. U- 2 Usaha Sedang TR 2.201VA s/d 200 kVA 7.320,00 239,50 - 200,00 77,00 12. U- 3 UsahaBesar TM 201 kVA keatas 5.180,00 WBP=24 0,50 LWBP= 178,00 187,00 125,00 59,00 13. U- 4 Sambungan Sementara TR - - 622,00 - - -
  • 55. 55 No Gol Tarif Batas Daya Harga Langganan Rp.Per Bulan 1 S-1*) 60 75 100 125 150 175 200 2.150,00 2.750,00 3.550,00 4.500,00 5.300,00 6.100,00 6.750,00 14. H- 1 Perhotelan Kecil TR 250VA s/d 99 kVA 4.600,00 118,00 - *7) 46,00 15. H- 2 Perhotelan Sedang TR 100 kVA s/d 200 kVA 6.220,00 171,00 171,00 200,00 62,00 16. H- 3 Perhotelan Besar TM 201 kVA keatas 5.400,00 WBP=21 2,00 LWBP= 157,00 164,00 125,005 48,00 17. I - 1 Industri Rumah Tangga TR 450VA s/d 2.200 VA 4.080,00 80,50 - 150,00 21,00 18. I - 2 Industri Kecil TR 2.201VA s/d 13,9 kVA 4.760,00 93,50 - 200,00 25,00 19. I - 3 Industri Sedang TR 14 kVA s/d 200 kVA 5.760,00 WBP=16 9,50 LWBP =125,50 132,00 200,00 43,00 20. I - 4 Industri Menengah TM 201 kVA keatas 5.060,00 *4) 122,50 125,00 41,00 21. I - 5 Industri Besar TT 30.000 kVAke atas 4.780,00 109,50 114,00 100,00 39,00 22. G- 1 Gedung Kantor Pemerintah TR 250VA s/d 200 kVA 8.500,00 188,50 - *7) 70,00 23. G- 2 Gedung Kantor Pemerintah Besar TM 201 kVA keatas 4.560,00 WBP=17 6,50 LWBP= 130,50 134,00 125,00 41,00 24. J Peneranga Jalan Umum TR - - 165,00 - *8) *9) KETERANGAN: *2) s/d 60 jam nyala per bulan = Rp. 81,00/kWh >60 jam nyala per bulan = Rp. 109,50/kWh *3) s/d 60 jam nyala per bulan = Rp. 96,50/kWh >60 jam nyala per bulan = Rp. 147,00/kWh *4) Untuk pemakaian < 350 jam nyala per bulan : - Pada WBP = Rp. 142,00/kWh - Pada LWBP = Rp. 117,50/kWh Untuk pemakaian > 350 jam nyala per bulan : WBP = LWBP = Rp.. 117,50/kWh *5) Dengan faktor daya kurang dari 0,85 (rata-rata per bulan ) WBP:WaktuBeban Puncak(Pukul22.00-18.00WIB) LWBP: LuarWaktuBeban Puncak(Pukul18.00 -22.00) BP: BiayaPenyambungan UJL: Uang Jaminan Langganan TR :Tegangan Rendah (220V/380V)
  • 56. 56 TM:TeganganMenengah (20kV) TT:TeganganTinggi(150 kV) 4.1.2 Sebutkangolongan pelangganmenurut PT.PLN(PERSERO)? Jawab : BerdasarkanGolonganTarifTenaga Listrik itu,makakita mengenalada 24 golongan pelanggan PT.PLN(PERSER). Secara lengkap, 24 golonganpelangganPT. PLN (PERSERO) itudapatdilihat padaTabel 3.1 dibawah ini. NO GOLONGAN TARIF PENJELASAN SISTEM TEGANGAN BATAS DAYA 1. S - 1 PEMAKAI SANGATKECIL TR S/D200VA 2. S - 2 BADANSOSIALKECIL TR 250VAS/D2200VA 3. S - 3 BADANSOSIALSEDANG TR 201 kVAKEATAS 4. S - 4 BADANSOSIALBESAR TM 201 kVAKEATAS 5. SS - 4 BADANSOSIALBESAR DIKELOLASWASTAUNTUK KOMERSIAL TM 201 kVAKEATAS 6. R - 1 RUMAHTANGGAKECIL TR 250VAS/D200VA 7. R - 2 RUMAHTANGGASEDANG TR 501VAS/D2200VA 8. R - 3 RUMAHTANGGA MENENGAH TR 2201VAS/D6600VA 9. R - 4 RUMAHTANGGABESAR TR 6601VAKEATAS 10. U- 1 USAHAKECIL TR 250VAS/D2200VA 11. U- 2 USAHASEDANG TR 2201VAS/D200 kVA 12. U- 3 USAHABESAR TM 201 kVAKEATAS 13. U- 4 SAMBUNGANSEMENTARA TR 14. H- 1 PERHOTELAN KECIL TR 250VAS/D99kVA 15. H- 2 PERHOTELANSEDANG TR 100kVAS/D200 kVA 16. H- 3 PERHOTELANBESAR TM 201 kVAKEATAS 17. I - 1 INDUSTRI RUMAHTANGGA TR 450VAS/D2200VA 18. I - 2 INDUSTRI KECIL TR 2201VAS/D13.9 kVA 19. I - 3 INDUSTRI SEDANG TR 14 kVAS/D200 kVA 20. I - 4 INDUSTRI MENENGAH TM 201 kVAKEATAS 21. I - 5 INDUSTRI BESAR TT 30,000 kVAKEATAS 22. G- 1 GEDUNGPEMERINTAH KECIL/SEDANG TR 250VAS/D200 kVA 23. G- 2 GEDUNGPEMERINTAH BESAR TM 201 KVAKEATAS 24. J PENERANGANJALANUMUM TR 4.1.3Tuan Singgodimedjo pelanggantarifR2 dengan dayatersambung2200VA. StandkWh -
  • 57. 57 MeteryangdicatatpadaakhirPebruari93adalah070016,danyangdicatatbulansebelumnya adalah069325. Beraparekening listrik yangharusdibayar untukperiodetersebut? Jawab : PemakaianKwh =Stand meter akhir- Stand meter yanglalu = 70016 - 69325 = 691 kWh 1. Biaya Beban = 2200 VA x Rp. 4.020,-/kVA = 2,2 kVA x Rp. 4.020,-/kVA = Rp. 8.844, dibulatkan = Rp. 8.845,- 2. Biaya Pemakaian Blok I = 60 jam x 2,2 x Rp. 96,50 = 132 x Rp. 96,50 = Rp. 12.738,- dibulatkan = Rp. 12.740,- 3. Biaya Pemakaian Blok II=(Pemakaian Total - pemakaian Blok I) x Rp.147,- = (691 - 132) x Rp.147,- = Rp. 82.173,- dibulatkan = Rp. 82.175,- Biaya Beban = Biaya Pemakaian = Rp. 103.760,- 4. Pajak Penerangan Jalan = 3 % x Rp. 103.760,- = Rp. 3.115,- 5. Biaya Materai = Rp. 5.00,- Total rekening yang harus dibayar = Rp. 107.375,- Rekening Listrik PelangganTarif R-2 milikTuanSinggodimejo
  • 58. 58