Dokumen tersebut membahas konsep-konsep pendapatan nasional seperti Produk Domestik Bruto, Produk Nasional Bruto, Pendapatan Nasional Neto, dan Pendapatan Perseorangan. Juga dijelaskan metode-metode perhitungan pendapatan nasional meliputi metode produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Perhitungan PDB harga berlaku dan harga konstan juga dibahas untuk mengukur pertumbuhan ekonomi."
3. Konsep Pendapatan Nasional
1. Produk Domestik Bruto
(Gross Domestic Product/GDP)
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
3. Produk Nasional Bruto
(Gross National Product/GNP)
4. Produk Nasional Neto
(Net National Product/NNP)
5. Pendapatan Nasional Neto
(Net National Income /NNI)
6. Pendapatan Perseorangan
(Personal Income/PI)
7. Pendapatan yang siap dibelanjakan
(Disposable Income /DI)
4. Konsep Pendapatan Nasional
Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product)
merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah
negara yang bersangkutan. Barang-barang yang
dihasilkan termasuk barang modal yang belum
diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang
didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
5. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto adalah
jumlah nilai tambah bruto (gross value
added) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah (Propinsi
atau Daerah Kabupaten/Kota).
6. Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau
PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa
yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara
(nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara
yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil
produksi perusahaan asing yang beroperasi di
wilayah negara tersebut.
GNP = GDP – Produk netto terhadap luar negeri
7. Produk Nasional Neto (NNP)
Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah
GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang
modal (sering pula disebut replacement).
Replacement penggantian barang
modal/penyusutan bagi peralatan produski yang
dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat
taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan
dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.
NNP = GNP – Penyusutan
8. Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income)
adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah
balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai
pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh
dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang
dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang
bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti
pajak penjualan, pajak hadiah, dll.
NNI = NNP – Pajak tidak langsung
9. Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah
pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat,
termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan
apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran
transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaanpenerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini,
melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu,
contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para
pengangguran, bunga utang pemerintah, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus
dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap
badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah
laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan
tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun
(iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap
perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga
kerja tersebut tidak lagi bekerja).
PI = (NNI + transfer payment) – (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran
jaminan social + Pajak perseorangan )
10. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable
Income) adalah pendapatan yang siap untuk
dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa
konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang
disalurkan menjadi investasi. Disposable incomeini
diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan
pajak langsung.
Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang
bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain,
artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak,
contoh: pajak pendapatan.
DI = PI – Pajak langsung
12. Metode Produksi (Metode Output/Output Approach)
Pendapatan nasional merupakan penjumlahan
dari seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan
oleh seluruh sektor ekonomi masyarakat dalam
periode tertentu
Dalam metode ini perekonomian dibagi menjadi
beberapa sektor produksi (industrial origin),
jumlah output masing-masing sektor merupakan
jumlah output seluruh perekonomian.
Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini
adalah agar tidak terjadi perhitungan ganda
(double counting), yang dimaksud perhitungan
ganda adalah output yang dihasilkan suatu
sektor perekonomian berasal dari output sektor
lain.
13. Untuk menghindari perhitungan ganda (double
counting) maka dalam perhitungan PDP dengan
metode produksi, yang dijumlahkan adalah nilai
tambah (value added) masing masing sektor.
Contoh :
Sektor
Produksi
Nilai Input
Nilai Output
Nilai Tambah
Kapas
0
1.000
1.000
Benang
1.000
3.000
2.000
Kain
3.500
6.000
2.500
Baju
7.000
12.000
5.000
14. PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan
menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu :
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. Setiap
sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor.
Untuk perhitungan PDB berdasarkan metode produksi untuk perekonomian Indonesia, Lihat Lampiran.
15. Metode Pendapatan (Income Approach)
Merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa
faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa
tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum
dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam
definisi ini, PDB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak
langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk
barang modal adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik
uang/aset finansial adalah pendapatan bunga. Sedang untuk
pengusaha adalah keuntungan, Total balas jasa seluruh faktor
produksi disebut Pendapatan Nasional.
PN= w + i + r + 𝜋
Dimana:
w = Upah/Gaji (wages/salary)
i = Pendapatan Bunga (Interest)
r= Pendapatan Sewa (rent), 𝜋 = Keuntungan (profit)
16. Metode Pengeluaran
Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari
seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh
rumah tangga ekonomi.
Y = C + I + G + (X – M)
Dimana:
C= Konsumsi Rumah Tangga
G= Konsumsi/Pengeluaran Pemerintah
I = Invesment
X= Ekspor
M= Import
17. PDB adalah semua komponen permintaan akhir yang
terdiri dari :
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga
swasta nirlaba
pengeluaran konsumsi pemerintah
pembentukan modal tetap domestik bruto
perubahan inventori, dan
ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi
impor).
18. PDB Harga Berlaku dan Harga
Konstan.
Nilai PDB suatu Periode tertentu merupakan hasil
perkalian antara harga barang yang di produksi dengan
jumlah barang yang dihasilkan. PDB tahun 2012 adalah
hasil perkalian antara harga barang tahun 2012 dengan
jumlah barang yang di produksi tahun 2012.
Misalnya:
Dalam perekonomian yang hanya menghasilkan satu
jenis produk, yaitu baju. Selama tahun 2012 diproduksi
sebanyak 1.000 potong baju, bila harga jual per potong
Rp120, maka PDB 2012 besarnya adalah Rp 120.000.
19. Jika PDB tahun 2011 nilainya adalah Rp. 100.000,
dapatkah diambil kesimpulan bahwa
perekonomian tahun 2012 lebih baik dibanding
tahun 2011, karena PDB tahun 2012 lebih besar
dari tahun 2011?
Nilai PDB yang lebih besar tidaklah bearti jumlah
output otomatis lebih besar. Perekonomian 2012
dikatakan lebih baik dibanding tahun 2011 jika
jumlah output yang dihasilkan tahun 2012 lebih
banyak dibandingkan tahun 2011.
20. PDB Harga Berlaku (PDB Nominal)
Harga sepotong baju pada tahun 2011 adalah
Rp 80, maka jumlah pakaian yang diproduksi
pada tahun 2011 adalah (Rp 100.000 : Rp 80),
atau sama dengan 1.250 Unit, ternyata
walaupun nilai PDB 2012 lebih besar dari PDB
2011, namun outputnya lebih sedikit. Tingginya
nilai PDB 2012 disebabkan oleh kenaikan harga
selama tahun 2012 dari Rp 80 menjadi 120 per
potong.
Contoh diatas menunjukkan bahwa
perhitungan PDB harga berlaku dapat
memberikan hasil yang menyesatkan, karena
pengaruh inflasi, untuk memperoleh gambaran
yang akurat makanperhitungan PDB sering
menggunakan perhitungan berdasarkan harga
konstan.
21. PDB Harga Konstan (PDB rill)
Yang dimaksud harga konstan adalah harga yang dianggap
tidak berubah.
Untuk memperoleh PDB harga konstan, kita harus
menentukan tahun dasar (based year), yang merupakan
tahun di mana perekonomian berada dalam kondisi
baik/stabil.
Dalam Kasus diatas, jika kita gunakan tahun 2011 sebagai
harga dasar , dengan demikian nilai PDB tahun 2012
berdasarkan harga konstan tahun 2011 adalah:
PDB 2012 = Q 2012 x P 2011
= 1.000 x Rp.80 = Rp 80.000.
Dalam perhitungan diatas , dengan menghilangkan
pengaruh inflasi terlihat bahwa output 2012 ternyata lebih
sedikit dibandingkan tahun 2011.
Nilai PDB tahun 2012 disebut sebagai PDB rill sedangkan nilai
PDB tahun 2012 sebesar Rp. 120.000 (dihitung berdasarkan
harga berlaku ) disebut sebagai PDB Nominal.
22. Menghitung Petumbuhan Ekonomi
Salah satu kegunaan penting dari data pendapatan
nasional adalah untuk menentukan tingkat
pertumbuhan ekonomi, Pertumbuhan ekonomi
mencerminkan prestasi negara tersebut
mengendalikan kegiatan ekonominya,
perbandingan juga dapat dilakukan antara tingkat
kesuksesan negara itu dalam mengendalikan dan
membangun perekonomian jika dibandingkan oleh
negara-negara lain.
23. Contoh:
Misalkan, Pada tahun 20011 Pendapatan Nasional rill Rp. 5.000
triliyun, sedangkan tahun 2012 nilainya meningkat menjadi Rp.
5.500 triliun dengan demikian tingkat pertumbuhan yang dicapai
negara itu adalah:
g 2012 =
5500 −5000
5500
x 100 = 9 persen.
Contoh lain:
Pada tahun 2011 PDB Nominal Rp. 5.000 triliun dan pada tahun
2012 telah menjadi Rp.6.000, dan Indeks Harga Konsumen (IHK)
tahun 2011 adalah 152 dan dalam tahun 2012 IHK adalah 160,
Dengan data seperti ini terlebih dahulu harus dihitung
Pendapatan Nasional rill tahun 2012, yaitu:
PN rill 2012 =
152
160
x 6000 =Rp. 5.700.
Nilai Rp. 5.700 triliun adalah PN rill tahun 2012, dengan demikian
sekarang kita dapat menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi
tahun 2012, yaitu:
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi =
5700 −5000
5000
x 100 = 14 persen
24. Manfaat dan Keterbatasan Perhitungan
PDB
Perhitungan PDB dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang
tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya
dengan jumlah penduduk (disebut PDB per kapita). Menurut
PBB, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB per kapitanya
lebih kecil daripada US$ 450,00. Berdasarkan standar ini, maka
sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin.
Suatu negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih
besar daripada US$ 800.
Kelemahan dari pendekatan di atas adalah tidak
memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka
PDB per kapita kurang memberikan gambaran rinci tentang
kondisi kemakmuran suatu negara. Misalnya, walaupun
Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080 (tahun
1997), namun negara itu masih terus bergelut dengan masalah
kemiskinan dan pengangguran
25. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan
Sosial
Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang dipakai
adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi,
kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan
yang lebih baik. Ada hubungan yang positif antara
tingkat PDB per kapita dengan tingkat kesejahteraan
sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan
sosial makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan
dengan menggunakan logika sederhana. Jika PDB per
kapita makin tinggi, maka daya beli masyarakat,
kesempatan kerja serta masa depan perekonomian
makin membaik. Sehingga gizi, kesehatan, pendidikan,
kebebabasan memilih pekerjaan dan jaminan masa
depan, kondisinya makin meningkat. Tapi dengan
catatan, peningkatan PDB per kapita disertai perbaikan
distribusi pendapatan.
26. Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah
tidak diperhatikannya dimensi non material. Sebab
PDB hanya menghitung output yang dianggap
memenuhi kebutuhan fisik/ materi yang dapat
diukur dengan nilai uang. Sedangkan output yang
tidak terukur dengan uang, misalnya ketenangan
batin yang diperoleh dengan menyandarkan hidup
pada norma-norma agama/spiritual tidak dihitung.
Sebab, dalam kenyataannya kebahagiaan tidak
hanya ditentukan oleh tingkat kemakmuran, tetapi
juga ketenangan batin.
Jadi kita tidak bisa serta merta mengatakan
bahwa kesejahteraan sosial di negara-negara
kaya(Amerika Serikat dan Jepang) adalah jauh
lebih baik dibanding di negara-negara miskin (misal
Bhutan dan Nepal). Karena, tingkat kejahatan dan
tingkat bunuh diri di negara-negara kaya tersebut
lebih tinggi di banding negara-negara miskin.
27. Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak
Tercatat (Underground Economi)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan
Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi
formal. Karena itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh
aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah
pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu
juga dengan kegiatan petani buah yang langsung menjual
produknya ke pasar.
Di negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan
pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan administratif
dan struktur kegiatan ekonomi masih didominasi oleh
kegiatan pertanian dan informal. Tetapi di negara-negara
maju, kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat
disebabkan oleh karena kegiatan tersebut merupakan
kegiatan ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai
transaksinya sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan
obat bius dan obat-obat terlarang lainnya
28. Distribusi Pendapatan (Income
Distribution) dan Distribusi
Kekayaan (Wealth Distribution)
Persoalan sebenarnya adalah kemakmuran
tidak semata-mata hanya didasarkan pada
tolak ukur besarnya pendapatan nasional dan
pendapatan per kapita saja, namun juga
bagaimana pendapatan nasional itu
didistribusikan, secara merata dan tidak terjadi
ketimpangan.
Distribusi pendapatan dianggap kurang adil jika
sebagian besar output nasional hanya
dinikmati hanya oleh segelintir kelompok
masyarakat.
29. Beberapa Indikator untuk mengukur
tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan.
Kurva Lorenz (The Lorenz Curve)
30. Dalam kondisi adil sempurna, kurva lorenz membentuk garis
lurus diagonal OB.
Jika distribusi pendapatan kurang adil, kurva lorenz berbentuk
garis lengkung OB, menjauhi garis lurus OB (Diagram 2.2 a).
Cara membaca arti garis lengkung OB:
20 % kelompok paling miskin hanya menikmati 5 %
Pendapatan Nasional
Kelompok 20% berikutnya hanya menikmati 10% Pendapatan
Nasional.
Sehingga 40% kelompok pertama hanya menikmati 15%
pendapatan nasional.
20 % kelompok ke tiga menikmati 15 % pendapatan Nasional .
Sehingga Ternyata sebagian besar Pendapatan Nasional
(70%) dikuasai 40% kelompok kaya.
20 % kelompok ke empat menikmati 30% pendapatan
nasional dan
20% kelompok ke lima (terkaya) menikmati 40% pendapatan
Nasional.
31. Koefisien Gini (Gini Coeficient)
Koefisien Gini merupakan alat ukur ketidakadilan distribusi
pendapatan (inequality income distribution) dengan
menghitung luas kurva lorenz.
Jika garis lurus diagonal OB. Kurva Lorenz makin meluas (areal
semakin luas), angka koefisien gini semakin membesar. Jika
distribusi pendapatan tidak adil sempurna luas kurva Lorenz
mencakup seluruh segi tiga BOD, Angka koefisien Gini sama
dengan satu, Jadi koefisien gini berkisar nol sampai dengan satu.
Makin buruk distribusi pendapatan, angka koefisien Gini semakin
besar.
Koefisien Gini =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝐶
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑂𝐷𝐵
Dimana:
Jika Koefisien gini < 0,3
= Tingkat ketimpangan rendah.
Jika Koefisien gini 0,3 - 0,5 = Tingkat ketimpangan moderat
(menengah).
Jika Koefisien gini > 0,5
= Tingkat ketimpangan Tinggi.
32. Kriteria Bank Dunia.
Untuk melihat ketimpangan distribusi pendapatan suatu
negara bank dunia melihat besarnya kontribusi dari 40%
penduduk termiskin, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Apabila kelompok 20% penduduk termiskin memperoleh
pendapatan lebih kecil dari 12 % dari keseluruhan
pendapatan nasional, maka negara tersebut dalam
ketimpangan tinggi dalam distribusi pendapatan.
2. Apabila kelompok 20% penduduk termiskin memperoleh
pendapatan antara12 % - 16 % dari keseluruhan
pendapatan nasional, maka negara tersebut dalam
ketimpangan sedang dalam distribusi pendapatan.
3. Apabila kelompok 20% penduduk termiskin memperoleh
pendapatan lebih dari 16 % dari keseluruhan pendapatan
nasional.
33. Distribusi Kekayaan (Wealth
Distribution)
Distribusi kekayaan antara negara maju dan
negara berkembang memilki perbedaan:
Dinegara maju distribusi kekayaan memiliki
keragaman, dari bentuk deposito, saham,
obligasi, real estate dan aset produktif lainnya.
Sedangkan negara berkembang distribusi
kekayaan keragamannya relatif lebih sedikit
umumnya kekayaan di negara berkembang
hanya berupa tanah dan rumah, dan logam
mulia dan umumnya tidak produktif.